Panduan Praktis Busana Uskup

  • Uploaded by: Albert Wibisono
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Praktis Busana Uskup as PDF for free.

More details

  • Words: 1,880
  • Pages: 7
PANDUAN PRAKTIS BUSANA USKUP Tulisan ini merupakan panduan praktis bagi uskup dan pelayan-pelayannya, tentang busana dan berbagai asesoris yang dikenakan oleh uskup untuk upacara liturgi gereja, untuk acara resmi non-liturgis, maupun untuk keperluan sehari-hari. Panduan praktis ini disusun dari buku dan panduan resmi yang dikeluarkan oleh Tahta Suci, termasuk di antaranya: Ut Sive Sollicite (Instruksi Sekretariat Negara Tentang Busana, Gelar dan Lambang Kardinal, Uskup serta Prelat Minor Lain) dan Caeremoniale Episcoporum (Tata Upacara Para Uskup). Selain itu, juga dikutip berbagai sumber lain, untuk lebih memperjelas aturan-aturan resmi yang ada. BUSANA LITURGIS (CHOIR DRESS-HABITUS CHORALIS) Berikut adalah busana uskup untuk upacara liturgi gereja, di dalam dan di luar wilayah keuskupannya: jubah ungu setakat mata kaki; sabuk sutera ungu; rochet dari linen atau bahan sejenis; mozeta ungu; salib pektoral dengan tali anyaman warna hijau-emas; pileola ungu; bireta ungu; dan stocking/kaos kaki ungu. (Untuk lebih jelasnya, lihat Lampiran 1 & 2) Cappa magna (mantol kebesaran) ungu, tanpa bulu ermine, boleh dikenakan hanya di dalam wilayah keuskupan dan untuk perayaan-perayaan yang bersifat lebih agung. Uskup senantiasa mengenakan cincin, simbol kesetiaannya pada dan ikatan sucinya dengan Gereja, pengantinnya. Uskup mengenakan busana di atas saat ia bepergian secara resmi ke atau dari suatu gereja, saat ia hadir pada suatu upacara liturgi tapi tidak memimpinnya, dan pada saat lain yang ditentukan dalam Caeremoniale Episcoporum. Saat akan memimpin misa, Uskup yang tiba di gereja dengan busana liturgis di atas akan melepaskan cappa magna (bila dikenakan), salib pektoral, mozeta dan rochet, dan kemudian mengenakan amik, alba, singel, salib pektoral dengan tali anyaman warna hijau-emas, stola, dalmatik pontifikal (untuk misa agung) dan kasula serta pallium (khusus untuk metropolitan). BUSANA RESMI (UNTUK ACARA RESMI NON-LITURGIS) Berikut adalah busana uskup untuk acara resmi non-liturgis: jubah hitam setakat mata kaki dengan berbagai aksen merah; paliola hitam dengan aksen merah (opsional); sabuk sutera ungu; salib pektoral dengan rantai; pileola ungu; collare ungu; stocking/kaos kaki ungu (opsional). (Untuk lebih jelasnya, lihat Lampiran 1 & 2) Petasus (topi bertepi lebar) hitam, bila perlu, dapat ditambah dengan tali hijau. Ferraiolo (mantol panjang) dari sutera ungu hanya digunakan untuk acara-acara yang lebih resmi. Jas/jaket panjang hitam biasa, yang dilengkapi penutup kepala sekalipun, boleh digunakan. BUSANA SEHARI-HARI Berikut adalah busana uskup untuk keperluan sehari-hari: jubah hitam polos setakat mata kaki; sabuk sutera ungu; salib pektoral dengan rantai; pileola ungu (opsional); collare ungu (opsional); stocking/kaos kaki hitam. Uskup yang berasal dari tarekat religius dapat mengenakan jubah institusinya. Cincin selalu dikenakan.

Panduan Praktis Busana Uskup http://tradisikatolik.blogspot.com/

Halaman 1/7

Albert Wibisono [email protected]

MITRA DAN TONGKAT GEMBALA Mitra dan tongkat dapat dikenakan uskup pada berbagai upacara liturgi yang penting. Pada prinsipnya mitra dikenakan uskup: saat duduk; saat menyampaikan homili; saat menyambut atau menyapa umat; saat berbicara kepada umat; saat menyampaikan ajakan untuk berdoa, kecuali bila sesaat sesudahnya ia harus melepasnya (untuk doa-doa tertentu); saat memberikan berkat meriah kepada umat; saat menerimakan sakramen; dan saat berjalan dalam prosesi. Uskup tidak mengenakan mitra: selama ritus pembuka, doa pembuka, doa persembahan, dan doa sesudah komuni; selama doa umat, doa syukur agung, pembacaan injil, nyanyian yang dilagukan sambil berdiri, prosesi sakramen mahakudus; juga saat sakramen mahakudus ditakhtakan. Uskup tidak perlu menggunakan mitra dan tongkat saat ia berjalan dari satu tempat ke tempat lain yang dekat. Uskup selalu memegang tongkat dengan tangan kiri (dengan bagian yang melengkung menghadap ke umat) dan memberkati dengan tangan kanan. Pileola, Mitra dan Tongkat dalam Perayaan Ekaristi Pileola ungu senantiasa dikenakan uskup dalam berbagai acara liturgis, termasuk misa. Dalam misa, pileola hanya dilepas sesaat sebelum prefasi dimulai dan dikenakan kembali saat uskup duduk setelah komuni selesai. Dalam misa, mitra dan tongkat mulai dikenakan di sakristi, setelah selesai mengenakan kasula dan pileola. Pada akhir prosesi masuk gereja, sesampainya di panti imam, tongkat diserahkan dan mitra dilepas, kemudian uskup memberikan penghormatan kepada sakramen mahakudus (bila ada, dengan berkutut) dan/atau altar (dengan membungkuk dalam), serta mencium altar bersama-sama dengan diakon (atau imam) yang mendampinginya. Pada prinsipnya, mitra dipasang dan dilepas oleh diakon (atau imam) yang berada di sebelah kanan uskup, sementara tongkat diserahkan dan diambil oleh diakon (atau imam) yang berada di sebelah kiri uskup. Pada umumnya pileola dipasang dan dilepas oleh diakon (atau imam atau sekretaris pribadi uskup) yang berada di sebelah kiri belakangnya. Magister caeremoniarum dapat melaksanakan semua ini, bila dikehendaki. Diakon, imam, atau magister caeremoniarum, menerima/menyerahkan pileola, mitra dan tongkat dari/kepada misdinar yang mengenakan velum. Ringkasan pemakaian mitra dan tongkat dalam misa kudus dapat dilihat pada Lampiran 3. REFERENSI Ut Sive Sollicite; http://www.catholicsites.org/clericaldress/utsivesollicite.html Caeremoniale Episcoporum, editio typica, reimpressio 1995, Libreria Editrice Vaticana. Fr. Rev. Joseph L. Shetler, Dress of Roman Catholic Clergy; http://www.catholicsites.org/clericaldress/ Fr. Jim Tucker, Dappled Photos: Photographs and Explanations of Catholic Ceremonial Vesture and Objects; http://dappledphotos.blogspot.com/ Gammarelli, Sartoria Per Ecclesiastici, Via S. Chiara 34, Roma, Tailor Resmi Para Paus Barbiconi, Sartoria Ecclesiastica, Via S. Caterina da Siena 58, Roma; http://www.barbiconi.it/ Euroclero, Forniture e Sartoria Ecclesiastica, Via Paolo VI 31, Roma; http://www.euroclero.it/ De Ritis, Sartoria Ecclesiastica, Via Dei Cestari 48, Roma. Panduan Praktis Busana Uskup http://tradisikatolik.blogspot.com/

Halaman 2/7

Albert Wibisono [email protected]

LAMPIRAN 1 DETAIL BUSANA USKUP Berikut adalah detail busana uskup yang terdapat dalam Lampiran 2: Busana liturgi uskup: jubah setakat mata kaki dan mozeta (mantol kecil penutup bahu, dengan kancing di bagian depan) warna ungu, dibuat dari kain wol atau yang sejenis, dengan: bis (trimming/piping) dari tali anyaman warna merah; jahitan tindasan (stiching) dengan benang warna merah; lubang kancing dengan benang warna merah; kancing berlapis anyaman benang warna merah; lengan ganda pada bagian ujung bawah (terlipat ke atas), dengan bahan sutera warna merah, sepanjang 22-25 cm. Catatan: Lengan ganda pada bagian atas tidak lagi digunakan sejak dikeluarkannya Ut Sive Sollicite di tahun 1969, akan tetapi Paus Benediktus XVI memilih tetap menggunakan lengan ganda bagian atas ini. Busana resmi uskup: jubah setakat mata kaki dan paliola (mantol kecil penutup bahu, terbuka di bagian depan, tanpa kancing, boleh dikenakan boleh tidak) warna hitam, dibuat dari kain wol atau yang sejenis, dengan berbagai aksen merah dan spesifikasi yang sama dengan busana liturgi di atas, kecuali di bagian lengan ganda yang tetap menggunakan bahan dan warna yang sama (hitam), tidak menggunakan bahan sutera warna merah. Busana sehari-hari uskup: jubah hitam polos, dibuat dari kain wol atau yang sejenis, tetapi tidak perlu dilengkapi dengan berbagai aksen warna merah seperti busana resmi liturgi dan busana resmi di atas. Sabuk sutera warna ungu, dilengkapi dengan rumbai benang sutera warna ungu pada kedua ujungnya, tanpa rumbai tambahan berupa tassel atau pom. Rochet berwarna putih dan sepintas mirip dengan superpli. Berbeda dengan superpli yang memiliki lengan lebar, lengan rochet dibuat hanya sedikit lebih lebar dari jubah. Rochet dibuat dari linen atau bahan lain berwarna putih. Banyak model yang separuh bagian bawah badan dan lengannya terbuat dari bahan renda, tapi ada juga yang tidak. Seringkali bagian lengan bawah rochet diberi lapisan sutera berwarna merah di dalamnya. Salib pektoral, bila dikenakan bersama busana liturgi warna ungu, harus digantungkan pada tali anyaman warna hijau-emas; bila dikenakan bersama busana resmi atau busana sehari-hari warna hitam, harus digantungkan pada rantai. Pileola (topi kecil atau solideo) uskup dibuat dari sutera warna ungu Bireta uskup dibuat dari sutera warna ungu, dilengkapi dengan pom warna ungu. Stocking/kaos kaki uskup berwarna ungu dikenakan bersama busana liturgi (wajib) dan busana resmi (opsional). Di luar itu, uskup dapat mengenakan stocking/kaos kaki warna hitam. Uskup mengenakan sepatu warna hitam biasa, tanpa gesper.

Panduan Praktis Busana Uskup http://tradisikatolik.blogspot.com/

Halaman 3/7

Albert Wibisono [email protected]

LAMPIRAN 2 CONTOH BUSANA USKUP (Foto-foto dari Website Barbiconi & Dappled Photos)

Pileola ungu dan bireta ungu yang dilengkapi dengan pom ungu.

Jubah ungu (perhatikan lengannya) dan mozeta ungu (tertutup di depan, berkancing) dan jubah hitam dengan paliola hitam (terbuka di depan, tanpa kancing). Perhatikan semua detail yang disebut di Lampiran 1.

Sabuk sutera ungu dan tali anyaman warna hijau-emas, penggantung salib pektoral (saat dipakai bersama busana liturgi).

Petasus (topi bertepi lebar) hitam.

Rochet (kiri-perhatikan lengannya yang sempit dan rendanya pada bagian bawah badan dan lengan) dan Superpli (kananperhatikan lengannya yang lebar)

Panduan Praktis Busana Uskup http://tradisikatolik.blogspot.com/

Halaman 4/7

Albert Wibisono [email protected]

Kardinal Schoenborn dari Wina: Contoh yang bagus untuk busana liturgi: jubah, sabuk, rochet, mozeta dan bireta (dan pileola di dalam bireta) warna merah scarlet (untuk uskup warna ungu). Salib pektoral digantung dengan tali warna merah-emas (untuk uskup warna hijau-emas).

Kardinal Sodano bersama seorang uskup: Contoh yang bagus untuk melihat perbedaan warna bagi kardinal dan uskup. Perhatikan bahwa bireta kardinal terbuat dari sutera dengan motif air (watered silk) dan tidak menggunakan pom seperti bireta uskup yang terlihat di foto bawah.

Kardinal Glemp bersama Paus: Perhatikan bagian belakang dari mozeta dan juga tali penggantung salib pektoral. Juga perhatikan mozeta paus dari beludru merah, masih menggunakan kerudung kecil di belakang, dan dengan trimming dari bulu ermine.

Kardinal Stickler mengenakan cappa magna. Ekor cappa magna yang panjang dipegang oleh pelayan saat pengguna berprosesi di luar ruang. Saat ini cappa magna hanya boleh dikenakan uskup di dalam wilayah keuskupannya dan hanya untuk upacara liturgi yang agung.

Panduan Praktis Busana Uskup http://tradisikatolik.blogspot.com/

Halaman 5/7

Albert Wibisono [email protected]

Mgr. Robert Vasa, Uskup Baker, Oregon, dengan busana liturgi berwarna ungu (perhatikan bagian lengan yang berwarna merah dan juga bis, kancing dan lubang kancing yang berwarna merah amaranth).

Mgr. Paul Loverde, Uskup Arlington, Virginia, dengan busana liturgi berwarna ungu (perhatikan rochet Mgr yang agak lain modelnya, tanpa menggunakan renda. Ini adalah rochet model Roma).

Kardinal Law bersama seorang kardinal lainnya: Contoh yang bagus untuk busana resmi non liturgis: jubah hitam dengan aksen merah tetapi tanpa paliola; sabuk dan ferraiolo sutera motif air warna merah scarlet (untuk uskup sutera biasa warna ungu). Salib pektoral digantung dengan rantai.

Mgr. Raymond Burke, Uskup Agung St. Louis, bersama seorang imam: Masingmasing dengan ferraiolo warna ungu dan hitam. Mgr. Burke mengenakan busana resmi jubah hitam dengan aksen merah tetapi tanpa paliola, sabuk dan ferraiolo sutera ungu serta pileola ungu.

Panduan Praktis Busana Uskup http://tradisikatolik.blogspot.com/

Halaman 6/7

Albert Wibisono [email protected]

LAMPIRAN 3 PEMAKAIAN MITRA DAN TONGKAT DALAM MISA KUDUS P - Pasang Mitra/Pegang Tongkat L - Lepas Mitra/Serahkan Tongkat Mitra

Tongkat

Prosesi Masuk

P - Sakristi L - Sesampainya di panti imam

P - Sakristi L - Sesampainya di panti imam

Ritus Pembuka

L

L

Lit Sabda - Bacaan I & II

P - Setelah duduk

L

Lit Sabda - Bacaan Injil

L - Sebelum berdiri (Setelah memberkati diakon/ imam pembaca Injil)

P - Setelah memberi tanda salib pada dahi, bibir dan dada; tongkat dipegang dengan kedua tangan

Lit Sabda - Homili (Uskup menyampaikan Homili dengan duduk)

P - Setelah duduk (Sebelum mulai Homili)

P (Opsional, boleh juga homili tanpa pegang tongkat)

Lit Sabda - Credo

L - Sebelum berdiri (Sebelum mulai Credo)

L - Sebelum berdiri (Sebelum mulai Credo)

Lit Sabda - Doa Umat

L

L

Lit Ekaristi - Persembahan (Uskup duduk, sampai saat menerima persembahan bila ada prosesi atau sampai altar selesai disiapkan diakon)

P - Setelah duduk (Dikenakan saat duduk dan berdiri untuk menerima persembahan, bila ada)

L

Lit Ekaristi - Di Altar

L - Sesampainya di altar

L

Lit Ekaristi - Komuni

L

L

Lit Ekaristi - Doa Sesudah Komuni

L

L

Ritus Penutup

P - Setelah selesai Doa Sesudah Komuni, sesaat sebelum menyampaikan salam ”Tuhan bersamamu”

P - Setelah selesai membaca rumusan berkat, sesaat sebelum memberi berkat

Prosesi Keluar

L - Sesampainya di sakristi

L - Sesampainya di sakristi

Catatan: Dalam misa, pileola hanya dilepas sesaat sebelum prefasi dimulai dan dikenakan kembali saat uskup duduk setelah komuni selesai.

Panduan Praktis Busana Uskup http://tradisikatolik.blogspot.com/

Halaman 7/7

Albert Wibisono [email protected]

Related Documents


More Documents from ""