Panduan Praktik Klinis Tongue Tie

  • Uploaded by: riri hardianty
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Praktik Klinis Tongue Tie as PDF for free.

More details

  • Words: 3,204
  • Pages: 20
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RSD MADANI PALU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKAIRAAT PALU Laporan Kasus 21 Desember 2018

SKIZOFRENIA YTT

Disusun Oleh: Asrini Muslima Sari, S.Ked (14.18.777.14.297) Pembimbing : dr.Patmawaty, M.Kes,Sp.KJ DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RSD MADANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU 2018

HALAMAN PENGESAHAN

Nama dan stambuk

: Asrini Muslima Sari (14.18.777.14.297)

Fakultas

: Kedokteran

Program Studi

: Pendidikan Dokter

Universitas

: Alkhairaat

Judul Laporan Kasus

: Skizofrenia YTT

Bagian

: Ilmu Kesehatan Jiwa

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RSD MADANI PALU Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 21 Desember 2018 Pembimbing

dr.Patmawaty, MKes,Sp.KJ

LAPORAN KASUS

2

IDENTITAS PASIEN Nama

: Ny. R

Umur

: 45 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: BTN Mamboro

Pekerjaan

:-

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Pendidikan

: PT

Tanggal Masuk

: 18 Desember 2018

Tanggal Pemeriksaan : 19 Desember 2018 Tempat Pemeriksaan : Ruang Manggis RSD Madani Palu

LAPORAN PSIKIATRIK

I. I.

Riwayat Psikiatri Anamnesis (Autoanamnesis dan Alloanamnesis) A.

Keluhan Utama Gelisah

B.

Riwayat Gangguan Sekarang Pasien perempuan berusia 45 tahun, di bawa ke RSD Madani pada tanggal 18 Desember 2018 oleh kakaknya dengan keluhan gelisah, sering mendengar bisikan-bisikan, dan melihat bayangan di rumah saat pasien sendiri pasien juga mengaku sering melempar sesuatu untuk menghindari bisikan dikarenakan adanya bisikan yang sering ia dengar. Pasien memiliki waham kebesaran yaitu selalu mengaku profesinya banyak antara lain sebagai dokter, polwan, tentara, artis ,dan lain-lain.

3

Menurut

keluarganya,

pasien

pertama

kali

terkena

gangguan kejiwaan akibat keinginan yang belum tercapai yaitu waktu masa SMA ia tidak dapat pergi study banding keluar negeri dikearenakan faktor ekonomi dan pasien pada masa sekoahnya termsuk orang yang berprestasi. Pasien mendengar bisikan pada tahun 1988, pertama kali dikarenakan bisikan tersebut antara lain bahwa dia akan di gunaguna orang, rumah sakit adalah surga, dan sebagai petunjuk wahyu para nabi. Pasien juga mengaku sering melihat bayangan hitam yang besar dan tinggi. Pasien sudah beberapa kali dirawat dirumah sakit dengan keluhan yang sama, terakhir kali 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Menurut keluarga pasien bahwa pasien kembali gelisah karena dia telah putus obat. C.

Hendaya / Disfungsi Hendaya Sosial Akibat kondisi yang dialami oleh pasien, pasien sulit untuk berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya Hal ini menyebabkan adanya hendaya sosial. Hendaya Pekerjaan Akibat kondisi yang dialami oleh pasien, pasien sulit untuk beraktivitas dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan sehingga hal ini menyebabkan adanya hendaya pekerjaan. Hendaya Waktu senggang Akibat kondisi yang dialami oleh pasien. Pasien tidak banyak menghabiskan waktu senggang dikarenakan keluhan yang dialami pasien sekarang ini dan pasien mengaku lebih banyak tidur sehingga menyebabkan adanya hendaya waktu senggang.

4

D.

Faktor Stressor Psikososial Faktor stressor psikososial saat ini yang mempengaruhi pasien adalah masalah faktor keluarga

E.

Hubungan Gangguan sekarang Dengan Riwayat Fisik dan Psikis Sebelumnya. Pasien sudah pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya dan sudah diberikan obat tetapi pasien tidak meminum obat secara teratur sehingga pasien putus obat.

F.

Riwayat Penyakit Dahulu -

Riwayat gangguan medis :

Riwayat kejang

: tidak ada

Riwayat cedera kepala

: tidak ada

Riwayat asma

: tidak ada

Riwayat hipertensi

: tidak ada

Riwayat diabetes melitus

: tidak ada

Riwayat alergi

: tidak ada

Riwayat opname

: ada

-

Riwayat penyakit psikiatri

-

Riwayat penyalahgunaan zat :

Riwayat penggunaan NAPZA G.

: Ada : tidak ada

Riwayat Kehidupan Keluarga Pasien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara.

F.

Riwayat Kehidupan Pribadi  Riwayat Prenatal dan Perinatal Pasien lahir normal, cukup bulan, di rumah, dan di bantu oleh bidan.  Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)

5

Pasien

mendapatkan

ASI

dari

ibunya,

pertumbuhan

dan perkembangan sesuai umur, tidak ada riwayat kejang, 

trauma atau infeksi pada masa ini. Riwayat Masa Pertengahan (4-11 tahun) Pasien masuk sekolah dasar pada umur 6 tahun dan melanjutkan

ke

SMP.

Pada

saat

bersekolah

pasien

bersosialisasi dengan teman sebayanya dan pasien orang yang berprestasi.  Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja. ( 12-18 tahun) Pasien melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA tetapi pasien sudah ada ketergangguan isi pikirannya akibat keinginannya yang tidak terpenuhi pada masa pendidikan di SMA. 

Riwayat Dewasa (>18 tahun) Pasien melanjutkan pendidikan sampai di perguruan tinggi hanya sampai semester 5 dikarenakan faktor ekonomi keluarganya. Setelah berhenti kuliah, pasien sering marah-marah dan mulai mendengar bisikan-bisikan dan melihat bayangan yang tidak nyata.

G.

Situasi Sekarang Pasien tinggal bersama Ayah kandung.

H.

Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupan Pasien merasa bahwa dirinya sakit dan butuh pengobatan di rumah sakit.

II.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A.

Deskripsi Umum a. Penampilan

:

Tampak seorang perempuan dengan wajah sesuai usia dan tinggi sekitar 154 cm memakai baju kaos berwarna pink dan celana panjang biru dan menggunakan jilbab.

6

b. Kesadaran

: Compos mentis

c. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tenang saat pemeriksaan d. Pembicaraan

: Pasien merespon dengan spontan, intonasi sedang,

artikulasi jelas dan menjawab sesuai dengan pertanyaan. e. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif B.

C.

Keadaan Afektif a.

Mood

: Mania

b.

Afek

: Serasi

c.

Keserasian

: Serasi

d.

Empati

: Tidak dapat diraba rasakan

Fungsi Intelektual a.

Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: Sesuai taraf pendidikan

D.

b.

Daya konsentrasi

: Baik

c.

Orientasi (waktu, tempat dan Orang)

: Baik

d.

Daya ingat -

Jangka panjang

: Baik

-

Jangka pendek

: Baik

e.

Pikiran abstrak

: Tidak Terganggu

f.

Bakat Kreatif

: Tidak ada

g.

Kemampuan menolong diri sendiri

: Baik

Gangguan Persepsi a.

Halusinasi

: Auditorik berupa mendengar bisikan ada yang

guna-guna, bahwa rumah sakit adalah surga, dan sebagai penunjuk wahyu nabi. Visual berupa melihat bayangan hitam besar dan tinggi. b.

Ilusi

: Tidak ada

c.

Depersonalisasi : Tidak ada

d.

Derealisasi

: Tidak ada

7

E.

Proses Berpikir

I.

Arus Pikiran

II.

a.

Produktivitas

: Banyak ide, Flight of Idea

b.

Kontinuitas

: Relevan

c.

Hendaya Berbahasa

: Tidak ada

Isi Pikiran -

Preokupasi

:-

-

Gangguan isi pikir

: Ditemukan waham kebesaran dimana

pasien memiliki banyak profesi yang ada pada dirinya seperti seorang dokter, polwan, tentara, artis, dll F.

Pengendalian Impuls

G.

Daya Nilai

F.

: Baik

a.

Normo sosial

: Baik

b.

Uji daya Nilai

: Baik

c.

Penilaian Realitas

: Terganggu

Tilikan Tilikan Derajat 4 : Meyakini dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.

G.

Taraf Dapat Dipercaya Dapat dipercaya

III.

PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS A.

Status internus: Keadaan umum : compos mentis Tanda-tanda vital : TD

= 120/80 mmHg

Nadi = 86 x/menit R

= 20 x/menit

S

= 36,7ºC

8

Kepala: -

Bentuk

: Normocephal

-

Rambut

: Berwarna hitam lurus, tidak alopesia

-

Konjungtiva

: Anemis (-)/(-)

-

Sklera

: Ikterus (-)/(-)

-

Telinga

: Bentuk dan ukuran normal, tidak tampak jejas maupun massa

-

Hidung

: Bentuk dan ukuran normal, tidak tampak jejas maupun massa

-

Mulut

: Tampak normal

Leher: Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba dan tidak tampak adanya Massa Dada: Jantung

: Bunyi jantung I/II regular, murmur (-)

Paru

: Simetris, Bunyi paru vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Perut: Bentuk datar, tidak ada pembesaran hati maupun pembesaran limpa. Gerakan peristaltik (+). Anggota Gerak: Akral hangat, tidak ditemukan adanya deformitas, atau kelainan lainnya. B.

Status neurologis: GCS

: E4M6V5

Pemeriksaan Motorik dan Sensorik: Fungsi kortikal luhur dalam batasnormal Pupil

: bundar isokor

Reflex cahaya

: (+)/(+)

Pemeriksaan kaku kuduk : (-) Pemeriksaan kernig sign : (-)

9

Pemeriksaan Brudzinski : (-) Refleks patologis

: Tidak ada

Pemeriksaan N. Cranialis & Perifer: Tidak dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan Tekanan Intrakranial: Tidak dilakukan pemeriksaan V.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA 

Seorang perempuan usia 45 tahun, di bawa ke RSD Madani pada tanggal 18 Desember 2018 oleh kakaknya dengan keluhan gelisah, , sering mondar-mandir, sering melempar akibat mendengar bisikanbisikan jika sedang sendiri sejak 3 hari putus obat. Pasien juga mengaku sering melihat bayangan-bayangan hitam, pasien sering meyakini bahwa dirinya adalah seorang dokter, polwan, artis ,dll, pasien merasa tidak nyaman tinggal dirumah dan senang jika berada di rumah sakit.



Pasien mengaku sering mendengar bisikan. Bisikan tersebut ialah bahwa ia diguna-guna orang, rumah sakit adalah surga. Pasien juga mengaku sering melihat bayangan hitam besar.



Pasien sudah banyak kali dirawat di RSD Madani mulai tahun 1988.



Pasien merasa dirinya sakit dan butuh pengobatan tetapi tidak mengetahui penyakitnya.

VI.

EVALUASI MULTIAKSIAL A.

AXIS I :  Berdasarkan alloanamanesa dan auto anamnesis

ditemukan

adanyapasien yang gelisah, mondar-mandir, bicara sendiri dan

10

susah tidur sehingga menimbulkan distres (penderitaan) bagi dirinya dan oranglain dan juga menimbulkan dissability (hendaya) maka pasien dikatakan mengalami gangguan jiwa.  Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status ditemukan adanya hendaya dalam menilai realitas berupa waham kebesaran, maka pasien dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa psikotik.  Pada riwayat penyakit sebelumnya, pemeriksaan status interna dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini, sehingga didiagnosa dengan Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.  Berdasarkan deskripsi kasus diatas, gejala klisnis pada pasien memenuhi 1 gejala

yaitu

memiliki waham bizzare. Dan

perlangsungannya lebih dari 1 bulan sehingga Berdasarkan PPDGJ III, diagnosis pasien yaitu Skizofrenia (F. 20)  Pada saat pemeriksaan yang dilakukan, hanya terdapat gambaran klinisnya terdapat waham, dan halusinasi, inkoherensi atau tingkah laku kacau sehingga berdasarkan PPDGJ diagnosisnya adalah Skizofrenia YTT (F20.9)

B.

AXIS II

:

Gambaran Kepribadian maladaptive : Dimana pada masa setelah 18 tahun dan sebelum 18 tahun pasien adalah orang yang suka bersosialisasi dan berprestasi atupun sesuai dengan orang normal lainnya.

C.

AXIS III

:

Tidak ada diagnosis D.

AXIS IV

:

Masalah dengan “primary support group” (keluarga)

11

E.

AXIS V

:

GAF scale 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang VII.

DAFTAR PROBLEM A. Organobiologik Terdapat

ketidakseimbangan

neurotransmitter

sehingga

pasien

memerlukan farmakoterapi. B. Psikologik Ditemukan adanya masalah/stressor psikososial sehingga pasien membutuhkan psikoterapi C. Sosiologi Ditemukan adanya hendaya bidang sosial, hendaya dalam pekerjaam dan hendaya waktu senggang sehingga pasien butuh sosioterapi. VIII.

DIAGNOSIS BANDING -

IX.

X.

Gangguan Mania

RENCANA TERAPI A. Farmakologi - haloperidol 5 mg 2x1 B. Non-Farmakologi Melakukan pendekatan psikososial, seperti : 1. Terapi perilaku 2. Terapi suportif berorientasi tilikan PROGNOSIS Bonam Prognosis tersebut dpengaruhi oleh factor pendukung yaitu : a. Tidak ada factor genetik b. Tidak ada gangguan organic c. Pendidikan d. Stressor psikososial/Ada faktor presipitasi yang jelas (DSM IV) e. Gejala positif (DSM IV) f. Gejala gangguan mood (DSM IV)

12

Dan faktor penghambat : a. Awitan muda (DSM IV) b. Lajang (DSM IV) c. Onset Kronis XI.

RENCANA TERAPI A.

Perencanaan Terapi Farmakologis Haloperidol 2 mg 2 x 1

B.

Perencanaan Terapi Supportif a)

Psikoterapi 

Pasien dimotivasi untuk tetap patuh untuk mengkonsumsi obat secara rutin meskipun tidak diawasi.



Pasien dimotivasi untuk bersosialisasi dan mencoba untuk mengendalikan emosi.

b)

Sosioterapi 

Keluarga harus mendukung pasien dalam proses pengobatan baik secara psikologis maupun finansial seperti rutin menjenguk pasien sehingga pasien merasa diperhatikan dan tidak ditinggalkan begitu saja.



Pasien disarankan untuk aktif dalam beraktivitas seperti karaoke dan senam agar pasien tidak terlalu fokus pada wahamnya dan pikiran lainnya yang mengganggu.

XI.

FOLLOW UP Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping obat yang diberikan.

XI.

I.

PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA Menurut PPDGJ-III, skizofrenia merupaka suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan

13

perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik, dan social budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul.kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang. Kriteria diagnostik di indonesia menurut PPDG-III yang menuliskan bahwa walaupun tidak ada gejala-gejala patognomonik khusus, dalam praktek dan manfaatnya membagi gejala-gejala tersebut ke dalam kelompok - kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama yaitu: a. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitas berbeda atau thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu diluar dirinya (withdrawal) dan tought broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain mengetahuinya. b. Waham atau delusinasi 1. Delusion of control yaitu waham tentang dirinya sendiri dikendalilkan oleh suatu kekuatan tertentu 2. Delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar 3. delusion of passivity yaitu waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar. 4. delusion of perception yaitu pengalaman indrawi yang tidak wajar yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik atau mukjizat. c. Halusinasi auditorik 1. Suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku pasien.

14

2.

mendiskusikan perihal pasien diantara mereka senndiri (dia

antara berbagai suara yang berbicara). 3. Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh. d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak wajar dan mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas. e. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indara baik disertai waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandunganafektif yang jelas atau ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap hari selama bermingu-minggu atau berbulanbulansecara terus menerus. f. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherenskiatau pembicaraan tidak relevan atau neologisme. g. perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap

tubuh

tertentu

(posturing)

atau

fleksibilitas

serea,

negattivisme, mutisme dan stupor. h. Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional

yang

mengakibatkan

menumpul

penarikan

diri

atau dari

tidak

wajar,

pergaulan

biasanya

social

dan

menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau neuroleptika.adanya gejala-gejala kas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non psikotik prodormal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam muttu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara social. Adapun klasifikasi skizofrenia yaitu: 1. Skizofrenia paranoid (f20.0)

15

Tipe ini paling stabil dan paling sering. Awitan subtype ini biasanya terjadi lebih belakangan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia lain. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya.pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk kerjasama, mungkin agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan perilaku disorganisasi. Waham da halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hamper tidak terpengaruh. 2. Skizofrenia disorganisasi (f20.1) Gejala-gejalanya adalah : - Afek tumpul, ketolol-tololan atau tak serasi - Sering inkoheren - Waham tak sistematis - Perilaku disorganisasi seperti menyeringai dan menerisme 3. Skizofrenia katatonik (f20.2) Pasien mempunyai paling sedikit satu dari (atau kombinasi) beberapa bentuk katatonia : a. Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap lingkungan atau orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya b. Negativism katatonik yaitu pasien melawan semua perintahperintah atau usaha-usaha untuk menggerakkan fisiknya c. Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku atau rijit d. Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan posisi yang tidak biasa atau aneh e. Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira 4. Skizofrenia tak terinci (f20.3) Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikoaktif yang menonjol (misalnya kebingungan) atau memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi pasca skizofrenia. 5. Skizofrenia residual (f20.5) Pasien dalam keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan gejla-gejala residual (penarikan diri secara social, afek datar atau tak serasi, perilaku eksentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tak logis)

16

6. Depresi pasca skizofrenia (f20.4) Suatu episode depresif yang mungkin brlangsung lama dan timbul sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia.beberapa gejala skizofrenia masih ada tapi tidak mendominasi. 7. Skizofrenia simpleks (f20.6) Skizofrenia simpleks adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara

meyakinkan

karena

bergantung

pada

pemastian

perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif darigejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa adanya riwayat halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang adany suatu episode psikotik sebelumnya, dan disertai dengan perubahanperubahan yang bermakna pada perilaku perorangan, yang bermanifestasi

sebagai

kehilangan

minat

yang

mencolok,

kemalasan, dan penarikan diri secara social. 8. Skizofrenia lainnya (f20.8) - Termasuk : skizofrenia senestopatik, gangguan skizofreniform, -

ytt Termasuk : skizofrenia siklik, skizofrenia laten, gangguan lirskizofrenia akut

9. Skizofrenia Tidak Tergolongkan (F20.9) Terdapat diagnosis skizofrenia. Kriteria diagnosis skizofrenia tak tergolongkan yaitu: - Tidak memenuhi semua tipe skizofrenia Penderita skizofrenia sering mendapatkan stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat disekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya. Mereka sering mendapat perlakuan yang tidak manusiawi, misalnya perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi atau dipasung. Mereka sering sekali disebut sebagai orang gila (insanity atau madness). Ini mungkin disebabkan karena ketidak tahuan atau pengertian yang salah dari keluarga atau anggota masyarakat mengenai skizofrenia. Masyarakat pada umumnya

17

mengesampingkan bahwa perubahan pada seseorang yang menderita skizofrenia berhubungan dengan kepribadian yang terpecah, tetapi masyarakat lebih menekankan kepada penderita bahwa mereka adalah orang sangat berbahaya bagi lingkungan sekitarnya. Kriteria diagnostic DSM-IV-TR Skizofrenia : A. Gejala karakteristik :Dua (atau lebih) poin berikut, masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati); 1. Waham 2. Halusinasi 3. Bicara kacau 4. Perilaku yang angat kacau atau katatonik 5. Gejala negative, afketif mendatar, alogia atau kehilangan minat. Catatan :hanya dibutuhkan satu gejala kriteria A bila wahamnya bizar atau halusinasinya terdiri atas suara yang terus menerus memberi komentar terhadap perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang bercakap cakap. B. Disfungsi soasial/okupasional :selama suatu porsi waktu yang signifikan sejak awitan gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal atau perawatan diri, yang berada jauh dibawah tingkatan yang telah dicapai sebelum awitan (atau apabila awitan terjadi pada masa kanak kanaka tau remaja, kegagalan mencapai tingkat tingkat pencapaian

interpersoanal,

akademik,

okupasional

yang

diharapkan). C. Durasi : tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah berhasil diobati) yang memenuhi kriteria A(gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala prodromal atau residual. Selama periode gejala prodromal atau

18

residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai gejala negative saja atau dua atau lebih gejala terdaftar dalam kriteria A yang muncul dalm bentuk yang lebih lemah ( keyakinan aneh, pengalaman perseptual yang tidak lazim). D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif: Gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan baik karena (1) tidak ada episode depresif, manik, atau campuran mayor yang terjadi bersamaan dengan gejala fase aktif, maupun (2) jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relative singkat dibanding durasi periode aktif dan residual. E. Eksklusi kondisi mendis umum/zat : Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (obat yang disalahgunakan, obat medis atau kondisi medis umum. F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive: jika terdapat riwayat gangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis tambahan skizo frenia hanya dibuat bila waham atau halusinasi yang prominen juga terdapat selama setidaknya satu bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati).

19

DAFTAR PUSTAKA 1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat Edisi 2, EGC: Jakarta; 2010 2. Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2013 3. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) Cetakan kedua, Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta; 2013 4. Panduan Praktis. Penggunaan Klinis. Obat Psikotropik. Edisi 2014.Dr. RUSDI MASLIM, Sp.KJ, M.Kes.

20

Related Documents


More Documents from "Vionita Marsella"