Panduan Pkpo 1.docx

  • Uploaded by: Taufik M Noer Paengke
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Pkpo 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,593
  • Pages: 14
BLUD RS KONAWE SELATAN

PANDUAN PENGORGANISASIAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT BLUD RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN

TAHUN 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan karena atas berkat dan rahmat-Nya pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan Panduan Pengorganisasian Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan Obat Blud Rumah Sakit Konawe Selatan. Adapun tujuan dari penyusunan panduan ini adalah sebagai acuan yang dipergunakan sebagai upaya dalam melakukan kegiatan pelayanan medis rumah sakit. Dalam penyusunan panduan ini banyak pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan sumbangsih baik berupa tenaga, pikiran, dorongan moril maupun bantuan lain. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan panduan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan panduan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak demi sempurnaan penyusunan selanjutnya. Semoga panduan ini dapat diterima sebagai acuan bagi rumah sakit dalam membuat panduan pelayanan medis.

Andoolo,

Penulis

2018

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………..……………………………………................... DAFTAR ISI……………………………………………………………………….................... BAB I Pendahuluan…………………..….…………….……………….………………............. A. Latar Belakang ......................................................................................................... B. Definisi .................................................................................................................... BAB II Ruang Lingkup……………………………………….……….…………….................. BAB III Kebijakan ...................................................................................................................... BAB IV Tata Laksana……………………..……………….……………………....................... BAB V Dokumentasi………………………….…………………………………...................... LAMPIRAN

PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE SELATAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN Jl.Poros Andoolo. No.1 – email :[email protected]

PANDUAN PENGORGANISASIAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT BLUD RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panduan Pengorganisasian Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan Obat BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan ini dibuat berdasarkan Peraturan Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan Nomor ...... Tanggal .... Bulan ..... Tahun 2018. Oleh karena itu BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan mendukung peningkatan kualitas mutu pelayanan keselamatan pasien yang berorietasi kepada Patient Center Care (PCC) demi terwujudnya standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit dan mencapai Rumah Sakit sebagai Rumah Sakit Prima Bagi Masyarakat. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan

pasien

dan

masyarakat

akan

mutu

pelayanan

farmasi,

mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit,

terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian Mengingat Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam Standar Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum, maka untuk membantu pihak rumah sakit dalam mengimplementasikan Standar Pelayanan Rumah Sakit tersebut perlu dibuat Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Sehubungan dengan berbagai kendala sebagaimana disebut di atas, maka sudah saatnya pula farmasi rumah sakit menginventarisasi semua kegiatan farmasi yang harus dijalankan dan berusaha mengimplementasikan secara prioritas dan simultan sesuai kondisi rumah sakit. B. Pengertian Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Komite Farmasi Terapi adalah unit fungsional yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit yang bertugas memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit mengenai rumusan kebijakan dan prosedur untuk evaluasi, pemilihan dan penggunaan obat di rumah sakit. Sedangkan di bidang pendidikan, Komite Farmasi Terapi merumuskan program yang berkaitan dengan edukasi tentang obat dan penggunaannya kepada tenaga kesehatan di rumah sakit. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan

rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan, pada manusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus kegiatan,

dimulai

penyimpanan,

dari

pemilihan,

pendistribusian,

perencanaan,

pengendalian,

pengadaan,

penghapusan,

penerimaan,

administrasi

dan

pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia, radiologi, dan nutrisi. Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di farmasi rumah sakit. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Formularium Rumah Sakit adalah dokumen yang berisi daftar obat yang digunakan oleh dokter di rumah sakit disusun secara bersama oleh para pengguna di bawah koordinasi Komite Farmasi Terapi.

BAB II RUANG LINGKUP

A. Administrasi dan Pengelolaan Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan

keprofesian

yang

universal.Adanya

bagan

organisasi

yang

menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. B. Staf dan Pimpinan a. Instalasi farmasi dipimpin oleh apoteker. b. Pada pelaksanaannya apoteker dibantu oleh asisten apoteker (lulusan D3 Farmasi). c. Kepala instalasi farmasi bertanggung jawab terhadap aspek hukum dan peraturan-peraturan

farmasi

baik

terhadap

pengawasan

distribusi

maupunadmnistrasi barang farmasi. C. Fasilitas dan Peralatan Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung, administrasi, proffesionalisme, dan fungsi tekhnik pelayanan farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, professional dan etis. a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang

farmasi

tetap

dalam

kondisi

yang

baik

dan

dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan sesuai dengan aturan. b. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat. c. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi. d. Tersdianya fasilitas untuk menyimpan arsip resep. e. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimapan yang baik. f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin keamanan setiap staf.

BAB III KEBIJAKAN 1. Pelaksanaan penyimpanan,

pekerjaan

kefarmasian

permintaan/peresepan,

meliputi penyalinan,

pemilihan, distribusi,

pengadaan, persiapan,

pengeluaran, pemberian, dokumentasi dan pemantauan terapi obat-obatan. 2. Instalasi farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/perbekalan farmasi yang beredar di rumah sakit. 3. Sediaan farmasi/perbekalan terdiri dari obat, bahan obat dan alat kesehatan. 4. Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. 5. Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan system satu pintu. 6. Instalasi farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijaza sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktik Apoteker. 7. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap adminstrasi sediaan farmasi dan pengawasan distribusi.

BAB IV TATA LAKSANA

Apoteker BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai merupakan suatu siklus kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan penarikan dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian. Sistem satu pintu adalah satu kebiajakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui instalasi farmasi rumah sakit. Dengan demikian semua sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang beredar di rumah sakit merupakan tanggung jawab instalasi farmasi rumah sakit. Sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di rumah sakit yang dilaksanakan selain oleh instalasi farmasi rumah sakit.

A. Tugas Pokok Kepala Instalasi Farmasi Dan Tenaga Farmasi -

Apoteker sebagai manager: membuat dan menyusun prosedur tetap untuk masing-masing pelayanan, mengelola obat, mengelola sumber daya di apotek secara efektif dan efisien, mengelola peralatan dan uang yang ada di apotek.

-

Tenaga farmasi Sebagai pelayan resep melakukan: skrining/pembacaan resep: seperti nama dokter, alamat, SIP, tanggal penulisan, paraf/tanda tangan, dan lain-lain.

B. Pengelolaan Perbekalan Farmasi 1. Pemilihan -

Instalasi farmasi rumah sakit berkoordinasi dengan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) untuk menetapkan obat yang digunakan di rumah sakit dan menyusunnya dalam suatu formularium rumah sakit.

-

Masing-masing kelompok staf medis mengusulkan obat untuk masuk dalam formularium melalui formulir yang telah diedarkan oleh PFT melalui sekretaris PFT.

-

Sekretaris PFT merekapitulasi dan mengelompokkan/ mentabulasi semua obat yang diusulkan.

-

Ketua PFT mengadakan rapat untuk pembahasan usulan obat dan ketentuanketentuan berkaitan formularium.

2. Perencanaan -

Perencanaan obat dan alkes BHP berdasarkan formularium rumah sakit yang dicatat dalam daftar kebutuhan obat dalam satu tahun, mempertimbangkan pola konsumsi dan perbekalan farmasi yang masih tersedia serta dana yang disetujui.

-

Kepala instalasi farmasi berkoordinasi dengan kepala bagian perencanaan dalam rangka membuat usulan anggaran dan perencanaan kebutuhan satu tahun.

3. Pengadaan perbekalan farmasi -

Petugas gudang farmasi membuat usulan kebutuhan perbekalan farmasi sesuai penggunaan dan permintaan perbekalan farmasi dari unit pelayanan lainnya dengan mempertimbangkan formularium yang ada dan dicatat dalam buku permintaan perbekalan farmasi.

-

Usulan disusun menjadi prediksi kebutuhan bulanan, mingguan dan harian.

-

Petugas gudang farmasi menyampaikan usulan kebutuhan perbekalan farmasi kepada kepala instalasi farmasi setiap awal bulan untuk dikoreksi.

-

Kepala instalasi farmasi menghubungi distributor penyalur obat dan alat kesehatan untuk pengadaan kebutuhan sediaan farmasi di rumah sakit.

4. Penerimaan perbekalan farmasi -

Petugas farmasi menerima perbekalan farmasi dari distributor yang resmi.

-

Area/ gudang penyimpanan terdiri dari beberapa kelompok sesuai jenis dan sifat stabilitas barang.

5. Penyimpanan perbekalan farmasi -

Penyimpanan menggunakan system fix position artinya letak perbekalan farmasi menetap selama masih dilakukan pengadaan dan tidak boleh digeser/dipindah saat kondisi barang tersebut sedang kosong.

-

Pengelompokkan perbekalan farmasi berdasarkan jenis barang, bentuk sediaan, sifat barang, suhu penyimpanan.

-

Penyusunan letak perbekalan farmasi urut alphabetis dan mengatur penyimpanan untuk memudahkan pengambilan dengan system first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO).

-

Jika obat yang terlihat mirip atau memiliki nama yang mirip (LASA/look alike sound alike) letaknya dipisah dan diberi logo LASA.

-

Untuk obat High Alert penyimpanan terlokalisir dan diberi logo penanda High Alert.

-

Untuk obat-obat emergensi disimpan dalam lemari emergensi di setiap unit pelayanan yang membutuhkan.

-

Pencatatan dilakukan setiap transaksi ( pemasukan dan pengeluaran) pada kartu stok dan dilakukan juga pada system computer.

-

Peletakan kartu stok yang masih berlaku di samping barang dan dilakukan pengarsipan kartu stok yang tidak terpakai.

-

Pelaksanaan stok opname setiap 3 bulan sekali.

-

Pemantauan kondisi suhu dan kelembaban penyimpanan dilakukan secara periodik.

-

Penyimpanan perbekalan farmasi yang bersifat khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan uang berlaku untuk masing-masing, diantaranya narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya.

6. Distribusi perbekalan farmasi -

Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan dari instalasi farmasi ke unitunit lain di rumah sakit.

-

Perbekalan farmasi dari unit farmasi dan unit-unit di rumah sakit didistribusikan untuk pelayanan/kebutuhan pasien.

-

Pelayanan resep, warna kertas resep dibedakan berdasarkan warna kartu obat (rawat inap) dan lembar resep (rawat jalan). Warna putih untuk pasien rawat inap dan warna kuning untuk pasien rawat jalan.

-

Sistem distribusi yang berlaku diantaranya peresepan individu sesuai kebutuhan kondisi pasien dan system one daily dose dispensing (ODD)

-

Persediaan obat dan alat kesehatan ada di beberapa unit di rumah sakit seperti IGD, nurse station, dan perawatan kebidanan.

7. Pelayanan perbekalan farmasi Pelayanan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan kondisi pasien berdasarkan permintaan dokter yang ditulis dalam lembar resep untukpasien rawat jalan dan di tulis pada kartu obat untuk pasien yang dirawat inap. 8. Penghapusan dan pemusnahan Sediaan Farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai standar yang ditetapkan harus dimusnahkan. Penghapusan dan Pemusnahansediaan farmasi yang tidak dapat/boleh digunakan dilaksanakan dengancara yang baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Prosedur pemusnahan obat dibuat yang mencakuppencegahan pencemaran di lingkungan dan mencegah jatuhnya obattersebut di kalangan orang yang tidak berwenang. Sediaan farmasi yangakan dimusnahkan disimpan terpisah dan dibuat daftar yang mencakup jumlah dan identitas produk. Penghapusan dan pemusnahan

obatdilakukan

sendiri

maupun

oleh

pihak

lain

serta

didokumentasikansesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Penarikan obat, pengelolaan obat kadaluarsa dan obat rusak -

Petugas farmasi di semua depo dan unit dilakukan setiap 6 bulan sekali melakukan cek barang yang kemungkinan rusak ataukadaluwarsa untuk dikembalikan ke gudang farmasi.

-

Petugas gudang farmasi melokalisir, menyimpan barang yang tidakmemenuhi standar tersebut di gudang khusus.

-

Petugas gudang farmasi membuat laporan perbekalan farmasi yangtidak memenuhi

standar

(rusak

dan

melewati

tanggal

kadaluarsa)dengan

persetujuan kepala IFRS membuat usulan kepada direkturrumah sakit untuk dilakukan penghapusan perbekalan farmasi. -

Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan atas permintaanprodusen atau instruksi instansi Pemerintah yang berwenang. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diterimapermintaan atau instruksi untuk penarikan kembali. Untuk penarikankembali sediaan farmasi yang mengandung risiko besar terhadapkesehatan, hendaklah dilakukan penarikan sampai tingkat konsumen.

10. Pencatatan/pelaporan Pencatatan pengelolaan perbekalan farmasi dilakukan dengan dua cara, yaitu : -

Secara manual dicatat pada buku, Kartu stock atau pada lembar/form-form tertentu.

-

Secara komputer dengan menggunakan aplikasi program.

C. Pelayanan Farmasi Klinik Farmasi

Klinik

kefarmasian berinteraksi untuktercapainya obat berdasarkan

adalah langsung

tujuan penerapan

terapi ilmu,

pelayanan dengan dan

pasien

terjaminnya

teknologi

dan

farmasi yang

yang

tenaga

menggunakan

keamanan fungsi

dalam

obat

penggunaan perawatan

penderitadengan memperhatikan preferensi pasien. Pelayanan farmasi klinik dilaksanakan untuk mencapai penggunaanobat yang rasional (pasien menerima obat yang tepat: indikasi, kondisi pasien, bentuk sediaan, jumlah, dosis, frekuensi, lama dan cara penggunaan;terhindar dari interaksi obat, efek samping dan reaksi obat yang tidakdiharapkan; harga terjangkau serta mendapat informasi yang tepat) sertamenghargaan atas pilihan pasien dengan tujuan akhir meningkatkan kualitashidup pasien. Pelayanan farmasi klinis meliputi: -

Telaah resep dilakukan ketika resep diterima di farmasi.

-

Telaah

resep

dilakukan

oleh

tenaga

farmasi

yang

memiliki

kopetensi/profesional. Resep ditelaah terhadap aspek administratif, aspek farmasetisdan aspek klinis.

-

Penelaah resep memiliki

kopetensi

untuk melakukannya baik atas

dasarpendidikan dan latihan sesuai dengan kewenangan. -

Penelaahan resep tidak diperlukan pada saat keadaan darurat atau ketikadokter hadir dalam peresepan, pemberian dan monitoring pasien (Bedahdan IGD) atau dalam tindakan radiologi.

-

Jika timbul pertanyaan/ permasalahan terhadap resep maka petugaspenelaah menghubungi penulis resep untuk mengkonfirmasikebenarannya, bila mana mungkin juga dapat dikonsultasikan denganpetugas pengendali jaminan (askes/ Jamsostek/ Jamkesmas dan lain-lain.

BAB V DOKUMENTASI 1. Bagan organisasi pengelola instalasi farmasi. 2. SIPA apoteker 3. STR asisten apoteker 4. Resep obat 5. Kartu stok obat 6. Formularium Rumah Sakit

Related Documents

Panduan Pkpo 2.1.docx
May 2020 42
Panduan Pkpo 1.docx
May 2020 32
Pkpo Ceklis.xls
July 2020 34
Pkpo 1.docx
June 2020 51
Pkpo Dokumen Sutoto.pdf
October 2019 53

More Documents from "Nis Iskandar Alam"