Panduan Pengelolaan Limbah Infeksius.docx

  • Uploaded by: office annisa
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Pengelolaan Limbah Infeksius.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 990
  • Pages: 8
PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH INFEKSIUS BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di indonesia. Dalam forum asia pasific economi comitte atau global healt security agenda penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan tlah menjadi agenda pembahasan. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pelayanan kesehatan, perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit saja tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home care) Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting bila terlebih dahulu petugas dan pengambil kebijakan memahami konsep dasar penyakit infeksi. Adapun penyakit infeksi bisa disebabkan melalui berbagai cara salah satunya penularan penyakit infeksi bisa disebabkan oleh limbah yang berasal dari rumah sakit. Oleh karena itu perlu disusun panduan pengelolaan limbah infeksius pada

kesehatanagar terwujud

pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan serta dapat melindungi masyarakat dan mewujudkan patient safety yang pada akhirnya juga akan berdampak pada efisiensi pada manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan.

1.2 Pengertian A. Limbah Medis Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas medis. Limbah medis harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan menjadi pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah. Faktor penting dalam penyimpanan limbah medis adalah melengkapi tempat penyimpanan dengan

penutup, menjaga areal penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non-medis, membatasi akses lokasi, dan pemilihan tempat yang tepat

B. Resiko Limbah Rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain sebagai sarana pelayanan kesehatan adalah tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, dapat menjadi sumber penyaluran penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan, juga menghasilkan limbah yang dapat menularkan penyakit. Untuk menghindari resiko tersebut maka diperlukan pengelolaan limbah di fasilitas pelayanan kesehatan. C. Jenis Limbah Fasilitas pelayanan kesehatan harus mampu melakukan minimalisasi limbah yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihgasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah.

BAB 2 RUANG LINGKUP 2.1 Ruang Lingkup  Cairan tubuh  Saluran Darah  Komponen Darah  Pembuangan Limbah  Lokasi Kamar Mayat  Lokasi Kamar Bedah Mayat

BAB 3 KEBIJAKAN 3.1 Kebijakan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 27 tahun 2017 tentang pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di failitas pelayanan kesehatan.

BAB 4 TATA LAKSANA 4.1 Proses Pengelolaan Limbah Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan, labeling, pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/pemusnahan. 1. Identifikasi jenis limbah Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas. Sedangkan kategori limbah medis padat terdiridari benda tajam, limbah infeksius, limbah patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik, limbah farmasi, limbah dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan limbah radioaktif. 2. Pemisahan Limbah Pemisahan limbah dimulai pada awal limbah

dihasilkan dengan

memisahkan limbah sesuai dengan jenisnya. Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara lain: 

Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning. Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ, bagian dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah yang terdiri dari serum, plasma, trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah infeksius bila bekas pakai pasien infeksi saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi yang di transmisikan lewat darah atau cairan tubuh lainnya.



Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor.



Limbah

benda tajam: Limbah

yang

memiliki

permukaan tajam, masukkan kedalam wadah tahan tusuk dan air. Contoh: jarum, spuit, ujung infus, benda yang berpermukaan tajam.



Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair (spoelhoek).

3. Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius berlambang biohazard. Wadah limbah di ruangan: 

Harus tertutup



Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki



Bersih dan dicuci setiap hari



Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat



Jarak antar wadah limbah 10-20 meter, diletakkan di ruang tindakan dan tidak boleh di bawah tempat tidur pasien



Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh

4. Pengangkutan 

Pengangkutan limbah harus menggunakan troli khusus yang kuat, tertutup dan mudah dibersihkan, tidak boleh tercecer, petugas menggunakan APD ketika mengangkut limbah.



Lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien, bila tidak memungkinkan atur waktu pengangkutan limbah

5. Tempat Penampungan Limbah Sementara 

Tempat Penampungan Sementara

(TPS) limbah sebelum dibawa ke

tempat penampungan akhir pembuangan. 

Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat.



Beri label pada kantong plastik limbah.



Setiap hari limbah diangkat dari TPS minimal 2 kali sehari.



Mengangkut



Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup limbah tidak boleh

limbah harus menggunakan kereta dorong khusus.

ada yang tercecer. 

Gunakan APD ketika menangani limbah.



TPS harus di area terbuka, terjangkau oleh kendaraan, aman dan selalu dijaga kebersihannya dan kondisi kering.

6. Pengolahan Limbah 

Limbah infeksius dimusnahkan dengan insenerator.



Limbah non-infeksius dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).



Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insenerator. Limbah cair dibuang ke spoelhoek.



Limbah feces, urin,

darah dibuang ke tempat pembuangan/pojok

limbah (spoelhoek). 7. Penanganan Limbah Benda Tajam/ Pecahan Kaca  Janganmenekuk atau mematahkan benda tajam.  Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat.  Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia tahan tusuk dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.  Selalu buang sendiri oleh si pemakai.  Tidak menyarung kankembali jarum suntik habis pakai (recapping).  Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.  Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung tangan rumah tangga.  Wadah Penampung Limbah Benda Tajam  Tahan bocor dan tahan tusukan 8. Pembuangan Benda Tajam 

Wadah benda tajam merupakan limbah medis dan harus dimasukkan ke dalam kantong medis sebelum insinerasi.



Idealnya semua benda tajam dapat diinsinersi, tetapi bila tidak mungkin dapat dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain.



Apapun metode yang digunakan haruslah tidak memberikan kemungkinan perlukaan.

BAB 5 DOKUMENTASI 5.1 Dokumentasi 1. Jenis wadah dan label limbah medis padatsesuai kategorinya

2. Wadah Limbah Laboratorium

Related Documents


More Documents from "arie firdy"