[PANDUAN] MP-ASI Tanpa Garam Oleh Amanda Pingkan Wulandari Pratama pada 9 Mei 2011 pukul 13:40 Ibu-ibu yang masih ragu-ragu untuk tidak memberi garam pada MPASI dengan alasan takut bayinya kurang Yodium, berikut ini sebab ilmiahnya. Semoga membantu :) ============== Anjuran untuk tidak memberikan gula-garam sebelum usia 1 tahun, adalah untuk membentuk dasar citarasa anak agar tidak suka pada rasa asin berlebihan (banyak garam). Alasan lain, garam tidak perlu ditambahkan ke dalam MP-ASI, karena organ dalamnya -terutama ginjal yang berfungsi menyaring garam- belum siap bekerja optimal. Pemberian garam akan membebani ginjal. Ginjal yang sering kelelahan lebih rentan terganggu kesehatannya. Selain itu, asupan natrium sudah cukup didapatkan bayi dari ASI dan MP-ASI. Setelah si kecil melewati 1 tahun, hingga ia berusia 2 tahun, kebiasaan tanpa garam tetap bisa dijalankan. Tetapi tidak perlu menjadi aturan kaku. Yang penting, Anda tidak dengan sengaja menambahkan garam ke dalam makanan anak - apalagi dalam jumlah berlebihan (batas asinnya mengikuti ambang citarasa ortu). Tentang garam vs yodium, *tidak benar* bahwa hanya garam yang menjadi sumber yodium. Bahwa garam memang kaya yodium, itu betul. Tapi itu garam laut/garam murni/garam krosok yang dipanen langsung dari tambak garam. Jika Anda mengonsumsi garam olahan pabrik, apalagi yang sudah putih mawur, dijamin kandungan yodiumnya sudah hilang - kecuali jika diperkaya dengan tambahan garam sintetis. [Nah, masalahnya yodium sintetis yg ditambahkan umumnya kurang stabil dan mudah rusak pada suhu pemasakan. Belum lagi nutrisi sintetis daya serapnya tidak setinggi nutrisi alami. Semua bahan makanan berasal dari laut, kaya dengan yodium. Contohnya: ikan, rumput laut (bukan manisan rumput laut ya!). Bawang merah juga sangat kaya yodium. Jadi, mengapa mesti terus-menerus memelihara kefanatikan terhadap garam sebagai satu-satunya sumber yodium? Sumber : milis Gizi Bayi Balita ==== info tambahan: Written by TimDapurRMB on 28 September 2011
Bayi lahir dengan indera pengecap yan masih polos. Ia tidak mengenal definisi hambar sebab baru belajar mengenal rasa. Seleranya terhadap rasa makanan sangat tergantung terhadap jenisjenis rasa yang diperkenalkan orang tuanya sejak kecil. Bila bunda cenderung sering memberinya makanan yang berbumbu atau gurih-gurih, si kecil pun kelak akan menolak makanan yang baginya terasa hambar. Garam adalah zat yang tidak kita produksi di dalam tubuh, oleh karena itu orang dewasa membuthkan garam dalam makanannya agar fungsi tubuh berjalan dengan baik. Tapi bayi membutuhkan SANGAT SEDIKIT GARAM dan kebutuhan ini sudah dipenuhi melalui ASI atau susu formula. Nah, karena ginjal bayi tidak dilengkapi kemampuan untuk memproses garam lebih dari kebutuhannya, maka penambahan garam dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal kecilnya. Konsumsi garam sejak dini terbukti dapat menyebabkan hipertensi setelah si kecil dewasa. ============= Bayi membutuhkan garam dalam jumlah yang sangat sedikit karena tubuh bayi belum dapat mencerna dan menguraikan garam yang ditambahkan. Kebutuhan garam pada bayi 0-6 bulan kurang dari 1 gr/hari, sedangkan pada bayi 6-12 berkisar 1 gr/hari. Jumlah tersebut sudah terkandung dalam ASI/sufor dan makanan alami yang diberikan sebagai mp-asi. Pemberian tambahan garam yang melebihi kebutuhan dapat memperbesar resiko hipertensi dan osteoporosis (konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan berkurangnya kalsium melalui urine, sehingga menyebabkan berkurangnya kekuatan tulang). Sumber : http://www.actiononsalt.org.uk/salthealth/children/index.html http://www.nhs.uk/chq/Pages/824.aspx?CategoryID=51