Panduan Edukasi Gizi.docx

  • Uploaded by: Melliwati
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Edukasi Gizi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,359
  • Pages: 16
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit membantu pasien berpartisipasi dengan baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya. Berbagai staf yang berbeda dalam rumah sakit memberikan pendidikan atau penyuluhan kepada pasien dan keluarganya. Pendidikan atau penyuluhan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan dokter atau perawatnya. Demikian juga petugas kesehatan lainnya memberikan pendidikan secara spesifik, diantaranya terapi diet, rehabilitasi atau persiapan pasien pulang dan asuhan pasien berkelanjutan. Mengingat banyaknya staf yang terlibat dalam pendidikan pasien dan keluarganya, hal ini penting untuk diperhatikan bahwa anggota yang terlibat dikoordinasikan kegiatannya dan fokus pada kebutuhan pembelajaran pasien. Pendidikan yang efektif diawali dengan asesmen kebutuhan pembelajaran pasien dan keluarganya. Asesmen ini menjelaskan bukan hanya kebutuhan akan pembelajaran, tetapi juga bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Pembelajaran akan lebih efektif ketika disesuaikan dengan keyakinan, pilihan pembelajaran yang tepat, agama, nilai budaya dan kemampuan membaca, serta bahasa. Demikian juga ketika ditemukan hal yang dibutuhkan dalam proses pelayanan pasien. Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam proses

pelayanan,

staf

menginformasikan

pelayanan,

rencana

pelayanan

dan

pengobatan dengan cara dan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan keluarga sehingga pasien atau keluarga dapat berpartisipasi dalam membuat keputusan pelayanan tanpa merasa dipaksa. Untuk itu staf rumah sakit dididik dan dilatih untuk dapat memberikan informasi yang tepat dan lengkap, dapat berkomunikasi secara efektif dan jelas dengan pasien atau keluarga maupun teman sejawat. Hak setiap orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan mendapatkan informasi dijamin oleh Undang – Undang. Disamping itu, dalam mendapatkan pelayanan kesehatan secara optimal dari penyelenggara pelayanan kesehatan, pasien juga berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data – data medisnya. a. Privasi adalah hak seseorang untuk mengontrol akses informasi atas rekam medis kesehatan pribadinya. b. Kerahasiaan (confidentiality) adalah proteksi terhadap rekam medis kesehatan dan informasi

lain

pasien dengan cara menjaga

informasi

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

pribadi pasien

dan 1

pelayanannya. Dalam pelayanan kesehatan, informasi itu hanya diberikan kepada pihak – pihak yang berwenang. Informasi akan diberikan atas persetujuan pasien. c. Keamanan

(security)

adalah

perlindungan

terhadap

privasi

seseorang

dan

kerahasiaan rekam kesehatannya. Keamanan merupakan proteksi terhadap informasi pelayanan kesehatan yang rusak, hilang, atau pengubahan data akibat ulah pihak yang tidak bertanggung jawab. d. Akses, fleksibilitas terhubung dengan berbagai sumber dan efisiensi. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayaat pengobatan pasien dapat dibuka : 

Untuk kepentingan kesehatan pasien.



Untuk memenuhi permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum.



Atas persetujuan pasien sendiri.



Permintaan institusi atau lembaga berdasarkan ketentuan perundang – undangan.

B. Tujuan

Panduan pemberian informasi dan edukasi gizi disusun sebagai acuan bagi ahli gizi dalam memberikan pengetahuan kepada pasien dan atau keluarganya. Selain itu juga diharapkan dapat membantu ahli gizi dalam melakukan komunikasi secara efektif dengan pasien dan keluarganya, untuk mencapai pelayanan gizi secara optimal. Tujuan pemberian informasi dan edukasi bagi pasien dan keluarga : a.

Pasien dan keluarga mendapat informasi yang jelas tentang asuhan pelayanan gizi

b.

Pasien dan keluarga memahami dan mengerti informasi yang telah dijelaskan oleh ahli gizi.

c.

Pasien dan keluarga mengerti tentang diet yang diberikan.

d.

Pasien dan keluarga dapat mengambil keputusan pelayanan dengan kompromi tanpa merasa dipaksa.

e.

Ahli gizi rumah sakit mampu memberikan informasi yang jelas kepada pasien dan keluarga tentang asuhan pelayanan gizi.

f.

Tenaga kesehatan lebih transparan dalam asuhan pelayanan gizi dan dapat bekerjasama yang baik dengan pasien.

C. Pengertian

a.

Informasi adalah penerangan atau pemberitahuan tentang sesuatu.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

2

b.

Edukasi atau pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

c.

Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah kegiatan di bidang penyuluhan kesehatan umum dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang diinginkan.

d.

Pemberian informasi dan edukasi adalah penyampaian berita tentang sesuatu atau penyuluhan dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku pasien dan atau keluarga.

e.

Asesmen pasien kebutuhan edukasi adalah pengkajian atau penilaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidikan masing-masing pasien dan keluarganya.

f.

Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif adalah bentuk perbuatan menyajikan atau memberikan kumpulan pesan yang berhubungan dengan proses penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mencapai hasil sesuai dengan tujuan.

g.

Verifikasi pasien memahami edukasi adalah suatu bentuk pemeriksaan terhadap proses penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang setelah dilakukan pendidikan.

h.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 Pasal 2 tentang tenaga kesehatan, menyatakan bahwa tenaga kesehatan terdiri dari :  Tenaga medis (dokter dan dokter gigi).  Tenaga keperawatan (perawat dan bidan).  Tenaga kefarmasian (apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker).  Tenaga kesehatan masyarakat (epidimiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian).  Tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien).  Tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis dan terapis wicara).  Tenaga keteknisian medis (radiographer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis).

i.

Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif solusi terbaik untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau memastikan sesuatu.

j.

Pasien yang kompeten

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

3

Dalam Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran (KKI, 2006), pasien yang kompeten:  Dari segi usia, maka seseorang dianggap kompeten apabila telah berusia 18 tahun atau telah menikah. Sedangkan anak-anak yang berusia 16 tahun atau lebih atau belum berusia 18 tahun dapat membuat persetujuan tindakan kedokteran tertentu yang tidak berisiko tinggi apabila mereka dapat menunjukkan kompetensinya dalam membuat keputusan. Alasan hukum yang mendasarinya adalah sebagai berikut : 1) Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka seseorang yang berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah dianggap sebagai orang dewasa dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan. 2) Berdasarkan UU No. 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak maka setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang sudah bukan anakanak. Dengan demikian mereka dapat diperlakukan sebagaimana orang dewasa yang kompeten, dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan. 3) Mereka yang berusia 16 tahun tetapi belum 18 tahun memang masih tergolong anak menurut hukum, namun dengan menghargai hak individu untuk berpendapat sebagaimana juga diatur dalam UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka mereka dapat diperlakukan seperti orang dewasa dan dapat memberikan persetujuan tindakan kedokteran tertentu, khususnya yang tidak berisiko tinggi. Untuk itu mereka harus dapat menunjukkan kompetensinya dalam menerima informasi dan membuat keputusan dengan bebas. Selain itu, persetujuan atau penolakan mereka dapat dibatalkan oleh orang tua atau wali atau penetapan pengadilan. Sebagaimana uraian diatas, setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap kompeten. Seorang pasien dengan gangguan jiwa yang berusia 18 tahun atau lebih tidak boleh dianggap tidak kompeten sampai nanti terbukti tidak kompeten dengan pemeriksaan. Sebaliknya, seseorang yang normalnya kompeten, dapat menjadi tidak kompeten sementara sebagai akibat dari nyeri hebat, syok, pengaruh obat tertentu atau keadaan kesehatan fisiknya. Anak-anak berusia 16 tahun atau lebih tetapi dibawah 18 tahun harus menunjukkan kompetensinya dalam memahami sifat dan tujuan suatu tindakan kedokteran yang diajukan. Jadi, kompetensi anak-anak bervariasi tergantung kepada usia dan kompleksitas tindakan.  Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan cara yang jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah yang terlalu teknis.  Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

4

 Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu yang cukup lama dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya untuk membuat keputusan secara bebas.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

5

BAB II TATA LAKSANA

A. Materi Informasi dan Edukasi

Materi informasi dan edukasi yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga adalah: 1.

Makanan yang harus dihindari, terutama untuk mencegah interaksi makanan dan obat.

2.

Instruksi diet khusus. a. Tentukan persepsi pasien tentang diet dan harapan tentang tingkat pemenuhan diet b. Berikan penjelasan tentang diet yang ditentukan c. Jelaskan tujuan diet d. Berikan penjelasan tentang berapa lama diet harus dilakukan e. Berikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana membuat agenda makan secara tepat f. Observasi kemampuan pasien memilih makanan sesuai dengan diet yang telah ditentukan g. Berikan penjelasan tentang bagaimana cara mendapatkan waktu makan yang sesuai h. Berikan secara tertulis waktu makan pasien i. Berikan daftar bahan makanan yang diperbolehkan dan yang dibatasi j. Berikan penjelasan tentang daftar bahan makanan penukar k. Rekomendasikan resep / buku masak yang mencantumkan resep sesuai dengan diet

3.

Cara membaca label makanan.

B. Penerima Informasi dan Edukasi Penerima informasi dan edukasi: 1. Pasien, apabila pasien bersedia menerima informasi dan kondisinya memungkinkan. 2. Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien. 3. Keluarga atau pihak lain yang menjadi wali atau penanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

6

C. Proses Pemberian Informasi dan Edukasi Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya berkaitan dengan kondisi kesehatannya: 1. Tahap pengumpulan informasi pasien (asesmen pasien). Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien dan keluarga berdasarkan: a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga (nilai budaya, suku, agama dan kepercayaan). b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan. c. Hambatan emosional (depresi, senang, marah) dan motivasi. d. Keterbatasan fisik dan kognitif. e. Kesediaan pasien untuk menerima informasi. Data – data tersebut didapatkan dari Rekam Medis dan observasi. 2. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap asesmen pasien, kemungkinan ditemukan: a. Pasien dalam kondisi fisik dan emosionalnya baik, maka proses komunikasi mudah disampaikan. b. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu, tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri, suami, anak, ayah, ibu, atau saudara kandung) dan menjelaskan kepada mereka. c. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi edukator yang berkaitan dengan informasi dan edukasi yang diperlukan. d. Jika

ditahap

menghubungi

asesmen pasien supervisor

yang

ditemukan kendala bertugas.

bahasa.

Supervisor

akan

Maka

segera

menghubungi

penerjemah. 3. Tahap verifikasi (memastikan pasien dan keluarganya menerima edukasi yang diberikan). a. Apabila pasien dalam kondisi baik dan dapat menerima informasi dan edukasi, maka verifikasi yang dilakukan adalah menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah: “Dari materi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak atau ibu bisa pelajari?”

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

7

b. Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan menanyakan pada pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak atau ibu bisa pelajari?” c. Apabila pasien mempunyai hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan menanyakan kembali sejauh mana pasien mengerti dan memahami tentang materi edukasi yang diberikan. Proses pertanyaan ini dengan datang ke kamar pasien setelah pasien tenang. d. Apabila pasien merupakan difabel (different abilities people atau orang dengan kemampuan yang berbeda), maka verifikasinya dengan pendampingan pasien. e. Apabila pasien dan atau keluarga telah memahami informasi dan edukasi yang disampaikan, maka tahap pembetian informasi dan edukasi dapat dilakukan kembali untuk menilai kebutuhan edukasi yang lainnya. f. Apabila pasien dan atau keluarga belum memahami materi edukasi yang diberikan, maka pemberian edukasi dapat dilakukan pada waktu lain sambil mengkaji hambatan yang ada.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan akan mempercepat proses penyembuhan pesien. Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi lembar informasi dan edukasi serta ditandatangani kedua belah pihak antara dokter atau tenaga kesehatan lainnya dengan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga sudah diberikan informasi yang benar.

D. Tata Laksana Pemberian Informasi dan Edukasi

Pemberian informasi dan edukasi dilakukan segera jika kondisi dan situasinya memungkinkan. Pemberian informasi dan pelayanan rumah sakit yang dapat membantu pasien

dan

atau

keluarga

berpartisipasi

dalam

membuat

keputusan

tentang

pelayanannya. Setelah pasien dan keluarga mendapatkan informasi pelayanan kesehatan yang jelas maka pasien atau keluarga membuat keputusan tentang rencana pelayanan gizi terhadap dirinya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit. 1. Pemberi informasi dan edukasi mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis pasien (termasuk adanya keterbatasan kemampuan fisik maupun mental) dan

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

8

mendapatkan informasi mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan dan tingkat ekonomi pasien dan atau keluarga. 2. Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka informasi dan edukasi dapat disampaikan pada keluarga atau pendamping pasien atas seijin pasien. 3. Informasi dan edukasi disampaikan kepada pasien sebanyak yang dikehendaki pasien, dokter atau staf lain merasa perlu untuk disampaikan, dengan memperhatikan kesiapan mental pasien. Informasi dan edukasi disampaikan kepada keluarga pasien sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang diperlukan tenaga kesehatan agar dapt menentukan tindakan selanjutnya. 4. Penyampaikan informasi dan edukasi dapat dilakukan di : a. Ruang praktik dokter. b. Bangsal, ruangan tempat pasien dirawat. c. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama pasien/keluarga dan dokter atau staf lain. 5. Cara menyampaikan informasi dan edukasi : a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimili, SMS, internet. b. Informasi diberikan dalam konteks nilai budaya dan latar belakang pasien dan atau keluarga. c. Persiapan meliputi :  Materi yang akan disampaikan.  Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien dan atau keluarga merasa nyaman dan bebas, antara lain : i.

Dilakukan dalam ruang khusus atau yang menjamin privasi.

ii. Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk kenyamanan mereka. iii. Penempatan meja, kursi atau barang-barang lain hendaknya tidak menghambat komunikasi. iv. Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi (contoh: pemberi informasi tidak menerima telepon atau mengerjakan pekerjaan lain saat menyampaikan materi).  Waktu yang cukup.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

9

 Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh keluarga/orang yang ditunjuk, bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari satu orang). 6. Menilai sejauh mana pengertian pasien dan atau keluarga tentang hal yang akan dibicarakan. 7. Menanyakan kepada pasien dan atau keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan mengamati kesiapan pasien dan atau keluarga untuk menerima informasi yang akan diberikan. 8. Edukator memiliki pengetahuan tentang materi yang akan diedukasikan, memiliki rasa empati dan ketrampilan berkomunikasi secara efektif. Dalam hal ini, edukator harus berkompeten dibidangnya, yaitu D3 Gizi atau S1 Gizi. 9. Edukator perlu membina hubungan baik dengan pasien dan keluarga agar tercipta rasa percaya terhadap peran edukator dalam membantu mereka.

E. Kategori Materi Pendidikan atau Penyuluhan Materi pendidikan dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu : 1. Bahan tertulis Secara praktis bahan tertulis dapat didistribusikan secara bebas bagi semua orang untuk diambil dan digunakan sesuai keperluan. 2. Bahan audiovisual Materi ini tidak tersedia secara mudah untuk digunakan dirumah, kecuali disiarkan di radio atau televisi. 3. Bahan lainnya Sumber dari bahan materi ini adalah peralatan-peralatan dan materi-materi yang digunakan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengajaran.

F. Sumber Bahan Materi Edukasi 1. Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit memiliki wewenang untuk memproduksi bahan tulis secara luas yang tersedia secara gratis atau membayar dengan harga murah. 2. Pada materi-materi tertentu juga diproduksi oleh Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Yayasan dan Organisasi Ahli. 3. Bahan ini biasanya diproduksi secara menarik dan baik, sesuai dengan kebutuhan dari target populasi. G. Kualitas dari Bahan Materi Edukasi 1. Kualitas presentasi dan ketepatan serta kesesuian isi sangat bervariasi di semua jenis materi edukasi. 2. Bahan yang secara teknis tidak baik dapat memberikan pemahaman yang salah. Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

10

3. Materi audiovisual dari kualitas yang baik akan lebih efektif untuk digunakan. 4. Informasi harus up-to-date atau diperbaharui setiap saat dan tepat.

H. Produksi Lokal Bahan Materi edukasi Kesehatan 1. Perencanaan a. Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

harus memulai dengan

pemahaman yang baik tentang topik kesehatan yang akan dibahas, karakteristik grup penerima edukasi, informasi dan perilaku penerima edukasi yang akan belajar dan situasi yang akan digunakan. b. Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dapat memilih tipe bahan materi seperti selebaran, video, dll. 2. Pembiayaan a. Mengembangkan dan menghasilkan bahan materi membutuhkan banyak waktu dan uang. b. Taksiran yang akurat dari biaya pengembangan materi promosi kesehatan menjadi

bagian

dari

proses

perencanaan

sehingga

pembiayaan

dapat

dipertimbangkan sebagai bagian dari keseluruhan perencanaan dan program alokasi sumber daya. 3. Alokasi Tugas (pembuatan dan produksi) a. Desain 

Membuat gagasan.



Menulis teks.



Menambahkan ilustrasi.



Menyelesaikan tata letak.

b. Produksi Produksi bahan materi edukasi ini dapat dilakukan di rumah atau Tim PKRS dapat menyerahkan ke sebuah perusahaan komersial luar pada setiap tahap. 4. Desain a. Membuat ringkasan Ringkasan menjelaskan secara rinci maksud bahan materi pendidikan kesehatan, kepada siapa ditujukan, dan informasi apa yang harus dimasukkan. b. Menulis teks Penerima edukasi yang berpotensial harus dapat mengingat ketika teks telah ditulis dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang sesuai. Kalimat yang pendek dengan menggunakan kata-kata sederhana yang umum akan lebih

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

11

mudah dimengerti. Materi tertulis harus diperiksa kembali kemudahan untuk membacanya. c. Ilustrasi Ilustrasi,bagan dan diagram dapat digunakan dalam segala jenis materi edukasi, juga dapat mengasah pemahaman dan meningkatkan pembelajaran. Banyak penerima edukasi yang mampu mengingat dengan baik jika materi disajikan dalam bentuk gambar atau diagram. d. Pengaturan letak atau urutan Bahan yang menarik disajikan dalam urutan logis, tidak hanya akan meningkatkan minat pengguna tetapi juga berkontribusi terhadap pemahaman dan pembelajaran selanjutnya. Pada semua jenis materi, kunci dari informasi harus diringkas dan diulang secara berkala untuk meningkatkan pemahaman pengguna dan membantu mereka agar fokus pada bagian yang paling penting. e. Menguji hasil Pengujian hasi materi harus sering dilakukan dengan melibatkan ulasan pengamat dan penguji oleh penerima edukasi. f. Perbaikan (edit) Pada setiap tahap semua materi harus diperbaiki secara hati-hati, memeriksa materi dam mengubah yang perlu saja sehingga pesan dapat disampaikan dan orang lain mengerti apa yang dimaksudkan. g. Memperbanyak Hasil 1) Penyalinan merupakan langkah yang mudah untuk memperbanyak hasil dalam nilai yang sedikit. 2) Untuk selebaran lebih banyak pencetakan akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti mesin fotokopi.

5. Evaluasi Evaluasi materi harus dilakukan untuk menentukan keefektifan dalam membantu orang-orang dalam memahami dan belajar tentang informasi yang baru. Agar materi yang akan disampaikan kedepannya menjadi lebih baik dengan melihat acuan dari hasil evaluasi sebelumnya.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

12

BAB III DOKUMENTASI

Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib mengisi formulir informasi dan edukasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter atau petugas pemberi informasi dan edukasi dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan informasi dan edukasi secara benar. Fasilitas yang tersedia di RS. Harapan Pematang Siantar adalah sebagai berikut: 1. Hasil asesmen pasien kebutuhan edukasi pada Instalasi Rawat Inap dicatat dalam RM…… 2. Hasil penyampaian informasi dan edukasi pasien dan hasil verifikasi pasien memahami informasi dan edukasi pada Rawat Inap dicatat dalam RM….(lembar informasi dan edukasi).

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

13

BAB IV PENUTUP

Dengan ditetapkannya Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi maka setiap personil RS. Harapan Pematang Siantar dapat melaksanakan prosedur tersebut dan melayani pasien dengan baik dan memuaskan.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

14

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Mulyohadi dkk. (2006). Komunikasi Efektif Dokter –Pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Bucman, R. (1992). Breaking Bad News: A Six- Step Protocol.How toBreak Bad News: A guide for Health Care Professional: John Hopkins

Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Republik Indonesia. (1966). Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran

Republik Indonesia. (1996). Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

Sumapradja, dkk. 2011. Proses Asuhan Gizi Terstandar. Jakarta: Penerbit Abadi Publishing & Printing

The Joint Commission. (2010). Advancing Effective communication, Cultural Competence, and Patient- and Family – Centered Care: A Roadmap forHospital. Oakbrook Terrace, IL: The Joint Commission, 2010

Utja, Adang Sudjana dkk. (2006). Manual Persetujuan TindakanKedokteran. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

15

PANDUAN Pemberian Edukasi Gizi

RS. HARAPAN PEMATANG SIANTAR 2017

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Gizi-RS. Harapan Pematang Siantar

16

Related Documents


More Documents from ""

Panduan Edukasi Gizi.docx
November 2019 12
Komunikasi Mll Telepon.docx
December 2019 4
Panduan Informasi Oke.docx
December 2019 5