Panduan Dan Pedoman Pkpo 3.docx

  • Uploaded by: Dhyc Dhinca
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Dan Pedoman Pkpo 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,452
  • Pages: 32
PADUAN PENYIMPANAN OBAT DAN SEDIAAN FARMASI LAIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOKOYURLI KABUPATEN BUOL 2019

BAB I DEFINISI PENYIMPANAN OBAT

Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat. 1.Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk: a) Untuk memelihara mutu obat b) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab c) Menjaga kelangsungan persediaan d) Memudahkan pencarian dan pengawasan 2.Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut : 2.1.Persyaratan gudang a. Luas minimal 3 x 4 m2 b. Ruang kering tidak lembab c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab d. Cahaya cukup e. Lantai dari tegel atau semen f. Dinding dibuat licin g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam h. Ada gudang penyimpanan obat i. Ada pintu dilengkapi kunci ganda j. Ada lemari khusus untuk narkotika 2.2.Pengaturan penyimpanan obat a. Menurut bentuk sediaan dan Alfabetis b. Menerapkan sistem FIFO dan FEFO c. Menggunakan almari, rak dan pallet d. Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika e. Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang memerlukan penyimpanan pada suhu tertentu f. Dilengkapi kartu stock obat

BAB II KEGIATAN PENYIMPANAN OBAT

Kegiatan penyimpanan obat meliputi: 1. Pengaturan Gudang Obat Dalam pengaturan gudang yang akan dipakai untuk penyimpanan haruslah dapat menjaga agar obat: a. Tidak rusak secara fisik dan kimia. oleh karena itu, harus diperhatikan ruangnya tetap kering, adanya ventilasi untuk aliran udara agar tidak panas, cahaya yang cukup, gudang harus ditata berdasarkan sistem arus lurus, arus U, agar memudahkan dalam bergerak, dan penempatan rak yang tepat serta penggunaan Pallet akan dapat meningkatkan sirkukasi uara dan gerakan stok obat. b. Aman. Agar obat tidak hilang maka perlu adanya ruangan khusus untuk gudang dan pelayanan, dan sebaiknya ada lemari/rak yang terkunci, serta ada lamari laci khusus untuk narkotika yang selalu terkunci.

Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat-obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai berikut: 1) Kemudahan bergerak Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai berikut : a) Gudang menggunakan sistem satu lantai jangan menggunakan sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan. b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem, arus garis lurus, arus U dan arus L

2) Sirkulasi udara yang baik Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari obat sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas. Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik. Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin. Apabila kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.

3) Kondisi penyimpanan khusus. a) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci, b) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.

4) Pencegahan kebakaran Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus, kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau.

2. Penyusunan Stok Obat. Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis, apabila tidak memungkinkan obat yang sejenis dapat dikelompokkan menjadi satu. Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Gunakan prinsip FIFO dalam penyusunan obat yaitu obat yang pertama diterima harus pertama juga digunakan sebab umumnya obat yang datang pertama biasanya juga diproduksi lebih awal dan akan kadaluwarsa lebih awal pula. b. Susun obat yang berjumlah besar di atas pallet atau diganjal dengan kayu secara rapi dan teratur.

c. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obatan yang berjumlah sedikit tetapi mahal harganya. d. Susun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai. e. Susun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan obat-obatan untuk pemakaian luar. f. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi g. Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan. h. Barang-barang yang memakan tempat seperti kapas dapat disimpan dalam dus besar, sedangkan dus kecil dapat digunakan untuk menyimpan obat-obatan dalam kaleng atau botol. i. Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap dalam box masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam satu dus bersama obat-obatan lainnya. Pada bagian luar dus dapat dibuat daftar obat yang disimpan dalam dus tersebut. j. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada dibelakang yang dapat menyebabkan kadaluarsa obat

3. Pencatatan Stok Obat Kartu stok berfungsi: a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa) b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber dana c. Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat d. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan pengadaandistribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.

Adapun Kegiatan yang harus dilakukan : a. Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan obat bersangkutan

b. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari c. Setiap terjadi mutasi obat ( penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/ daluwarsa ) langsung dicatat di dalam kartu stok d. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan

Adapun Informasi yang didapat yaitu: a. Jumlah obat yang tersedia (sisa stok) b. Jumlah obat yang diterima c. Jumlah obat yang keluar d. Jumlah obat yang hilang/rusak/daluwarsa e. Jangka waktu kekosongan obat

Adapun manfaat informasi yang didapat : a. Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat. b. Perencanaan pengadaan dan penggunaan pengendalian persediaan.

Obat disusun menurut ketentuan-ketentuan berikut : a. Obat dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet atau ganjal kayu secara rapi, teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus (tidak boleh terbalik, berat, bulat, segi empat dan lain-lain). b. Penyimpanan antara kelompok/jenis satu dengan yang lain harus jelas sehingga memudahkan pengeluaran dan perhitungan. c. Penyimpanan bersusun dapat dilaksanakan dengan adanya forklift untuk obat-obat berat. d. Obat-obat dalam jumlah kecil dan mahal harganya disimpan dalam lemari terkunci dipegang oleh petugas Penyimpanan. e. Satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi ( rak, lemari dan lain-lain ). f. Obat dan alat kesehatan yang mempunyai sifat khusus disimpan dalam tempat khusus. Contoh : Eter, Film dan lain-lain.

Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber) dan diletakkan bersama obat pada lokasi penyimpanan.

Bagian judul pada kartu Stok diisi dengan dengan nama obat, kemasan, isi kemasan. Kolom-kolom pada Kartu Stok diisi sebagai berikut: 1) Tanggal penerimaan atau pengeluaran. 2) Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran. 3) Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim. 4) No. Batch/No. Lot. 5) Tanggal kadaluwarsa 6) Jumlah penerimaan 7) Jumlah pengeluaran 8) Sisa stok 9) Paraf petugas yang mengerjakan

Catatan : Pada akhir bulan sedapat mungkin kartu stok ditutup, sekaligus untuk memeriksa kesesuaian antara catatan dengan keadaan fisik. Untuk melakukan hal ini maka pada setiap akhir bulan beri tanda atau garis dengan warna yang berbeda dengan yang biasa digunakan, misalnya warna merah.

4. Pengamatan mutu obat. Istilah mutu obat dalam pelayanan farmasi berbeda dengan istilah mutu obat secara ilmiah, yang umumnya dicantumkan dalam buku-buku standard seperti farmakope. Secara teknis, kriteria mutu obat mencakup identitas, kemurnian, potensi, keseragaman, dan ketersediaan hayatinya. Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian sehubungan dengan mutu obat, oleh karena di samping berkaitan dengan efek samping, potensi obat, juga dapat mempengaruhi efek obat aktif, yaitu: a. Kontaminasi. Beberapa jenis sediaan obat harus selalu berada dalam kondisi steril, bebas pirogen dan kontaminan, misalnya obat injeksi. Oleh sebab itu proses manufaktur, pengepakan, dan distribusi hingga penyimpanannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Dalam prakteknya kerusakan obat jenis ini umumnya berkaitan dengan kesalahan dalam penyimpanan dan penyediaannya. Sebagai contoh, di kamar suntik pusat pelayanan kesehatan acap kali ditemukan obat injeksi yang diatasnya diletakkan jarum dalam posisi

terbuka. Dengan alasan apapun (misalnya segi kepraktisan saat pemindahan obat ke dalam spuit), cara ini jelas keliru dan harus dihindari, oleh karena memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan udara luar dan berbagai bakteri, sehingga prinsip obat dalam kondisi steril sudah tidak tercapai lagi. Untuk sediaan lain seperti cream, salep atau sirup, meskipun risikonya lebih kecil, tetapi sering juga terjadi kontaminasi, misalnya karena udara yang terlalu panas, kerusakan pada pengepakannya, dsb, yang tentu saja mempengaruhi mutu obatnya.

b. Medication error. Keadaan ini tidak saja dapat terjadi pada saat manufaktur (misalnya kesalahan dalam mencampur 2 atau lebih obat sehingga dosisnya menjadi terlalu besar atau terlalu kecil), tetapi dapat juga terjadi saat praktisi medik ingin mencampur beberapa jenis obat dalam satu sediaan sehingga menimbulkan risiko terjadinya interaksi obat-obat. Akibatnya efek obat tidak seperti yang diharapkan bahkan dapat membahayakan pasien.

c. Berubah

menjadi

toksik

(toxic

degradation).

Beberapa

obat,

karena

proses

penyimpanannya dapat berubah menjadi toksik (misalnya karena terlalu panas atau lembab), misalnya tetrasiklin. Beberapa obat yang lain dapat berubah menjadi toksik karena telah kadaluwarsa. Oleh sebab itu obat yang telah expired (kadaluwarsa) atau berubah warna, bentuk dan wujudnya, tidak boleh lagi dipergunakan.

d. Kehilangan potensi (loss of potency). Obat dapat kehilangan potensinya sebagai obat aktif antara lain apabila ketersediaan hayatinya buruk, telah melewati masa kadaluwarsa, proses pencampuran yang tidak sempurna saat digunakan, atau proses penyimpanan yang keliru (misalnya terkena sinar matahari secara langsung). Setiap obat sebenarnya telah memiliki batas keamanan (margin of safety) yang dapat dipertanggung jawabkan

Adapun Tanda-tanda perubahan mutu obat sesuai standar yang di tetapkan yaitu: 1) Tablet. a) Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa b) Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab

c) Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat

2) Kapsul. a) Perubahan warna isi kapsul b) Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya

3) Tablet salut. a) Pecah-pecah, terjadi perubahan warna dan lengket satu dengan yang lainnya b) Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik

4) Cairan. a) Menjadi keruh atau timbul endapan. b) Konsistensi berubah c) Warna atau rasa berubah d) Botol-botol plastik rusak atau bocor 5) Salep. a) Warna berubah b) Konsistensi berubah c) Pot atau tube rusak atau bocor d) Bau berubah

6) Injeksi. a) Kebocoran wadah (vial, ampul) b) Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi c) Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada endapan d) Warna larutan berubah

BAB III PENUTUP

Dengan ditetapkannya Panduan Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, diharapkan dapat menjawab permasalahan tentang standar penyimpanan untuk obat-obatan atau perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati. Dalam pelaksanaannya di lapangan, panduan penyimpanan obat di Instalasi Farmasi ini sudah barang tentu akan menghadapi berbagai kendala, antara lain keterbatasan ruangan. Untuk keberhasilan pelaksanaan Panduan Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi RSIA Puri Betik Hati perlu komitmen dan kerja sama yang lebih baik antara pihak-pihak yang terkait dengan pelayanan farmasi, sehingga penyimpanan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga kualitas obat dapat terjamin.

REFERENSI

Abdullah, Indrawaty. 2008. Study Tentang Pengelolaan Obat Di instalasi Farmasi, RSUD MM Dunda. Gorontalo. UG Aditama, Tjandra Yoga. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: Universitas Indonesia Anief, M. 1995. Manajemen Farmasi. Yokyakarta: Gadjah MadaUniversity Press. Anonim. 2003. Materi Pelatihan Pengelolaan Obat di Kabupaten/Kota. Jakarta: Depkes RI Anonim. 2002. Pedoman Pengelolaan Obat Public dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Anonim. 2007. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Kepulauan. Jakarta: Depkes RI Anonim. 2008. Pedoman Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI Anonim. 2011. http://sites.google.com/site/hisfarma/Home/pengelolaan-obat/ pengelolaan-obathalm-11. Di akses tanggal 09-12-2011 Anonim. 2011. http://www.who.or.id/ind. di akses tanggal 15-12-2011 Handoko, Hani T. 1984. Manajemen. Yokyakarta: BPFE Yokyakarta Sheina, Baby. 2010. Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yokyakarta unit 1. Yokyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Siregar, Charles J.P Amalia Lia. 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

PANDUAN PENYIMPANAN ELEKTROLIT KONSENTRAT

PANDUAN ELEKTROLIT KONSENTRAT DEFINISI Elektrolit konsentrat merupakan salah satu obat yang perlu diwaspadai (high alert medication) yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat, obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan / error dan / atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Jadi, obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.

I.

Ruang lingkup Berdasarkan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien maka unit yang dinilai membutuhkan penempatan elektrolit konsentrasi tinggi di unit pelayanan hanya berada di Intensive Care Unit (ICU) dan kamar bersalin (VK) Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di ruang perawatan, dengan syarat disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, jumlah terbatas dan diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan yang tidak disengaja. Peresepan, penyimpanan, penyiapan, pemberian elektrolit konsentrat di ruangan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang manajemen obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications).

II. Tata laksana A. Peresepan elektrolit konsentrat Penulisan resep untuk obat yang termasuk kelompok obat yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications) harus sesuai dengan ketentuan penulisan resep yang baku serta beberapa hal penting berikut : a. Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep : penulisan resep, indikasi, ketepatan obat, dosis, rute pemberian b. Penulisan obat menggunakan huruf kapital semua serta mencantumkan dengan jelas dosis dan satuan obat, c. Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika sangat terpaksa diperbolehkan dalam keadaan emergensi yang diatur sesuai dengan pedoman komunikasi efektif d. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima resep, harus melakukan konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak sesuai (nama obat/sediaan, satuan, dll)

Penulisan instruksi terapi oleh dokter dan perawat di rekam medis pasien (catatan terintegrasi) juga sesuai dengan penulisan resep, yaitu : a. Ditulis dengan huruf capital b. Satuan tertentu harus ditulis lengkap c. Dosis dan rute pemberian harus ditulis jelas d. Pemberian elektrolit konsentrat hendaknya memberikan penjelasan untuk mengingatkan perawat tentang dosis dan cara pemberiannya e. Satuan obat yang harus ditulis lengkap Misalnya : IU HARUS DITULIS International Unit B. Penyimpanan Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada di logistik farmasi dan pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi tinggi terdapat juga di unit pelayanan, yaitu ICU dan kamar bersalin (VK) dalam jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan perbekalan farmasi, utamanya dengan memperhatikan jenis sediaan obat (rak/kotak penyimpanan, lemari pendingin), sistem FIFO dan FEFO serta ditempatkan sesuai ketentuan obat “High Alert”. Hal yang perlu diperhatikan yaitu : a. Asisten apoteker (logistik farmasi / pelayanan farmasi) yang menerima obat segera memisahkan obat yang termasuk kelompok obat yang “High Alert” sesuai Daftar Obat High Alert b. Tempelkan stiker merah bertuliskan “High Alert” pada setiap kemasan obat high alert c. Berikan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat high alert yang terpisah dari obat lain C. Pengenceran Cara Pengenceran Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert) di Ruang Perawatan 1. KCl 7.46% injeksi (Konsentrasi sediaan yang ada adalah 1mEq = 1 mL) harus diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1mL KCL : 10mL pelarut (WFI/NaCl 0.9%). Konsentrasi dalam larutan maksimum adalah 10 mEQ/100mL. Pemberian KCl melalui perifer diberikan secara perlahan-lahan dengan kecepatan infuse 10mEQ/Jam (atau 10mEqKCl dalam 100mL pelarut/jam) Pemberian obat KCL melalui central line (vena sentral) konsentrasi maksimum adalah 20mEq/100mL, kecepatan infuse maksimum 20mEq KCl dalam 100mL pelarut/jam) 2. NaCl 3 % injeksi intravena diberikan melalui vena sentral dengan kecepatan infuse tidak lebih dari 100mL/jam 3. Natrium Bicarbonat (Meylon vial 8.4%) injeksi, harus diencerkan sebelum digunakan. Untuk penggunaan bolus, diencerkan dengan perbandingan 1 mL Na. Bicarbonat : 1 mL pelarut WFI, untuk pemberian bolus dengan kecepatan maksimum 10 mEq/Menit. Untuk penggunaan infuse drip, diencerkan dengan perbandingan 0.5 mL Na. Bicarbonat

: 1 mL Dextrose 5%, pemberian drip infuse dilakukan dengan kecepatan maksimum 1 mEq/kg BB/jam. D. Penyerahan elektrolit konsentrat kepada pasien Setiap penyerahan obat kepada pasien dilakukan verifikasi 7 (tujuh) benar untuk mencapai medication safety : 1. Benar obat 2. Benar waktu dan frekuensi pemberian 3. Benar dosis 4. Benar rute pemberian 5. Benar identitas pasien a. Kebenaran nama pasien b. Kebenaran nomor rekam medis pasien c. Kebenaran umur/tanggal lahir pasien d. Kebenaran alamat rumah pasien 6. Benar informasi 7. Benar dokumentasi E. Hal – hal yang pelru diperhatikan 1. Setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat elektrolit konsentrat 2. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk obat elektrolit konsentrat 3. Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dilakukan mulai dari peresepan, penyimpanan, penyiapan di farmasi dan ruang perawatan dan pemberian obat 4. Obat elektrolit konsentrat disimpan ditempat terpisah, akses terbatas, diberi label High alert 5. Pengecekan dengan 2 (dua) orang petugas yang berbeda untuk menjamin kebenaran obat elektrolit konsentrat yang digunakan 6. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa pengawasan

III.

Referensi

A. Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), 2 edn, Bakti Husada, Jakarta. B. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011, Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 8 Agustus 2011, Jakarta. C. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014, Tentang Standar Kefarmasian di Rumag Sakit, 18 Agustus 2014, Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1223, Jakarta. D. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009, Tentang Pekerjaan Kefarmasian, 1 September 2009, Lembar Negara Republik Indinesia Nomor 5044, Jakarta.

PANDUAN PENYIMPANAN PRODUK NUTRISI PARENTERAL BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dukungan nutrisi merupakan suatu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari manajeman holistik terutama untuk pasien yang sakit kritis oleh karena tindakan bedah atau non bedah. Pada banyak kasus keadaan pasien memburuk atau bisa meninggal yang bukan disebabkan oleh penyakit utama namun sebagai komplikasi sekunder dari malnutrisi. Hal ini penting bagi para klinisi untuk memahami perubahan metabolisme tubuh yang terjadi pada proses tersebut. Hal penting lain yang tidak bisa dilupakan adalah bagaimana mendukung pasien dengan nutrisi yang baik. Nutisi enteral merupakan pilihan pertama untuk pasien, namun jika ada kontraindikasi, harus selalu dipertimbangkan untuyk menggunakan nutrisi parenteral. Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh tubuh. Penderita yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapat masukan nutrisi melalui cara enteral (pipa nasohastrik) atau cara parenteral (intravena). Nutrisi parenteral tidak menggantikan fungsi alamiah usus, karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus berfungsi normal kembali. TUJUAN Adapun maksud dan tujuan penyimpanan nutrisi parenteral adalah 1. Membantu penjaminan kualitas sediaan farmasi khususnya sediaan nutrisi parenteral dalam rangka peningkatan pelayanan instalasi farmasi 2. Menjaga sterilitas dan stabilitas produk nutrisi selama dalam penyimpanan agar aman digunakan oleh pasien. DEFINISI Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh. Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh. Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi,penderita dan

keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver. Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi hormon usus seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin mempunyai efek tropik pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat mempertahankan integritas usus,mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri, memelihara gut-associated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas mukosa usus Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi Manfaat pedoman penyimpanan nutrisi parenteral adalah sebagai berikut: 1. Terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan farmasi 2. Tertatanya perbekalan farmasi 3. Kemudahan akses dalam pengendalian dan pengawasan

BAB II RUANG LINGKUP Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada kondisi-kondisi klinis sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h.

Pasien-pasien yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi. Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat Pankreatitis akut ringan Kolitis akut AIDS Penyakit Paru yang mengalami eksaserbasi Luka Bakar Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SELAMA PEMBERIAN Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian paling cepat 24 jam pascatrauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl. pada penderita non diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai. JENIS- JENIS NUTRISI PARENTERAL a. Lemak Lipid diberikan sebagai larutan isotonis yang dapat diberikan melalui vena perifer . Lipid diberikan untuk mencegah dan mengoreksi defisiensi asam lemak. Sebagian besar berasal dari minyak kacang kedelai, yang komponen utamanya adalah linoleic, oleic, palmitic, linolenic,dan stearic acids. Ketika menggunakan sediaan nutrisi jenis ini Jangan menambah sesuatu ke dalam larutan emulsi lemak. Lalu periksa botol terhadap emulsi yang terpisah menjadi lapisan lapisan atau berbuih, jika ditemukan, jangan digunakan, dan kembalikan ke farmasi, jangan menggunakan IV filter karena partikel di emulsi lemak terlalu besar untuk mampu melewati filter. Tetapi filter 1.2 μm atau lebih besar digunakan untuk memungkinkan emulsi lemak lewat melalui filter. b. Karbohidrat Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan perbedaan jalur metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitokl, maltose, xylitol. Tidak seperti glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol untuk menembus dinding sel tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak memerlukan insulin untuk masuk sel , tetapi

proses intraselluler mutlak masih memerlukannya sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses intrasel. Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat kurang baik. c. Protein/ Asam Amino Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih memerlukanasam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein. Pemberian protein / asam amino tidak untuk menjadi sumber energi Karena itu pemberian protein / asam amino harus dilindungi kalori yang cukup, agar asam amino yang diberikan ini tidak dibakar menjadi energi ( glukoneogenesis). Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi. d. Mikronutrien dan Immunonutrien Pemberian calsium, magnesium & fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari, masing-masing: 1) Calcium : 0,2 – 0,3 meq/ kg BB/ hari 2) Magnesium : 0,35 – 0,45 meq/ kg BB/ hari 3) Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari 4) Zink : 3 – 10 mg/ hari Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam immunonutrient adalah: 1) Amino acids (arginine, glutamin, glycin ) 2) Fatty acid. 3) Nucleotide.

CONTOH SEDIAAN a. Nutrisi Parenteral Total 1. Clinimix N9G15E Larutan steril, non pirogenik untuk infus intravena. Dikemas dalam satu kantong dengan dua bagian: satu berisi larutan asam amino dengan elektrolit, bagian yang lain berisi glukosa dengan kalsium. Tersedia dalam ukuran 1 liter

Composition: Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal) 410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30 Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat (mmol) 50 Klorida (mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6 Osmolaritas (mOsm/l) 845 2. Minofusin Paed larutan asam amino 5% bebas karbohidrat, mengandung elektrolit dan vitamin, terutama untuk anak-anak dan bayi. Bagian dari larutan nutrisi parenteral pada prematur dan bayi. Memberi protein pembangun, elektrolit, vitamin dan air pada kasus di mana pemberian peroral tidak cukup atau tidak memungkinkan, kasus di mana kebutuhan protein meningkat, defisiensi protein atau katabolisme protein. Komposisi: Tiap 1000 ml mengandung:

L-Isoleusin

2.511 g

L-Leusin

2.790 g

L-Lisin

2.092 g

L-Metionin

0.976 g

L-Fenilalanin

1.813 g

L-Treonin

1.743 g

L-Triptofan

0.558 g

L-Valin

2.092 g

L-Arginin

3.487 g

L-Histidin

0.698 g

L-Alanin

9.254 g

L-Aspartic acid

4.045 g

N-Acetyl-L-cysteine

0.160 g

L-Glutamic acid

9.500 g

Glisin

3.845 g

L-Prolin

4.185 g

N-Acetyl-L-tyrosine

0.344 g

Nicotinamide

0.060 g

Piridoksin hidroklorida

0.040 g

Riboflavin-5′-phosphate sodium salt

0.0025 g

Kalium hidroksida

1.403 g

Natrium hidroksida

1.200 g

Kalsium klorida

0.735 g

b. Nutrisi Parenteral parsial 1. Cernevit adalah preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak (kecuali vitamin K) dikombinasi dengan mixed micelles (glycocholic acid dan lecithin). Mengingat kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin berkurang karena berbagai situasi stress (trauma, bedah, luka bakar, infeksi) yang dapat memperlambat proses penyembuhan. Composition Setiap vial mengandung: Retinol Palmitat Amount corresponding to retinol 3.500 IU, Cholecalciferol 220 IU, DL alphatocopherol 10.200 mg ,Amount corresponding to alphatocopherol 11.200 IU,Asam Askorbat 125.000 mg, Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg ,Amount corresponding to thiamine 3.510 mg ,Riboflavine sodium phosphate dihydrate 5.670 mg ,Amount corresponding to riboflavine 4.140 mg, Pyridoxine Hydrochloride 5.500 mg ,Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg, Cyanocobalamine 0.006 mg, Asam Folat 0.414 mg ,Dexpanthenol 16.150 mg, Amount corresponding to Pantothenic Acid 17.250 mg ,Biotin 0.069 mg, Nicotinamide 46.000 mg, Glisin 250.000 mg ,Glycoholic Acid 140.000 mg Soya Lecithin 112.500 mg, Sodium hydroxide q.s. pH=5.9.

METODE PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL 1. Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui enteral. Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino 2. Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika kebutuhan nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E1000, cairan yang mengandung asam amino seperti PanAmin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti Intralipid 3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui vena antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena jugularis interna dan eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat dilakukan pada sebagian vena di daerah tangan dan kaki. KONDISI PENYIMPANAN SEDIAAN NUTRISI PARENTERAL a. Nutrisi parenteral dan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat nutrisi parenteral harus disimpan pada suhu dan kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuat sebelum diracik ataupun digunakan. Setelah peracikan maupun penambahan bahan lain, sediaan nutrisi parenteral harus disimpan dalam lemari es hingga nantinya digunakan pasien (simpan pada suhu 2 - 8° C) sediaan yang mengandung lipid tidak boleh membeku karena dapat membahayakan pasien, sebelum digunakan nutrisi parentereal harus sudah dikeluarkan dalam lemari es 1 – 2 jam sebelumnya b. Terhindar dari cahaya matahari. Cahaya dan peningkatan suhu dapat mempengaruhi stabilitas secara kimia contohnya vitamin A dan E yang sensitif akan cahaya. Lemak dapat mengalami oksidasi ketika terkena cahaya matahari. Nutisi parenteral harus terlindung dari sinar matahari menggunakan cover pelindung yang disediakan produsen. Sediaan yang sudah dibuka maksimal penyimpanan 24 jam, khusus sediaan lipid hanya 12 jam.

BAB III TATA LAKSANA Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fifik dan kimia yang dapat merusak mutu obat Cara penyimpanan Produk Nutrisi Parenteral antara lain : 1. Melakukan pengecekan/monitoring terhadap produk nutrisi parentral yaitu : a. Segera dibuatkan laporan obat rusak atau kadaluarsa untuk di retur atau dikembalikan ke distributor, apabila ditemukan produk nutrisi parentral rusak atau kadaluarsa b. cek suhu ruang penyimpanan: yaitu pada suhu kamar, dibawah 25oC. c. Mengontrol kondisi Pallet alas karton sediaan nutrisi parentral. d. Mengontrol kondisi lemari penyimpanan 2. Mencatat hasil pengecekan/monitoring, dengan melakukan kegiatan: a. Mencatat stok produk nutrisi parentral di depo farmasi yang habis untuk di suplai kembali dari gudang. b. Mencatat stok produk nutrisi parentral di gudang medis yang habis untuk di order kembali ke distributor. c. Mencatat semua kerusakan tempat penyimpanan, untuk dibuatkan laporan perbaikan. 3. Menyimpan perbekalan farmasi dengan memperhatikan kondisi berikut: a. Simpan produk nutrisi parenteral pada suhu 13 – 24 °C. Paparan yang terlalu lama pada suhu dibawah 0°C atau diatas 35°C dapat mempengaruhi konsistensi fisik dari produk. b. Produk disimpan pada kelembapan ruangan 70 – 73% c. Hindarkan produk dari sinar matahari langsung, d. Simpan produk nutrisi parentral dilakukan dalam kondisi kardus/box produk. Untuk melindungi produk dari intesitas cahaya yang berlebihan. e. Letakkan Kardus/Box produk diatas pallet dengan jarak ± 30 (tiga puluh) cm dari lantai, 15 (lima belas) cm dari dinding dan tersusun berdasarkan aturan penyimpanan masingmasing nutrisi parenteral. f. Jauhkan dari bahan-bahan berbahaya dan beracun.

PEDOMAN PENYIMPANAN PRODUK NUTRISI, RADIOAKTIF DAN OBAT SAMPLE

A. PENYIMPANAN BAHAN RADIOAKTIF Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan. Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan Berbahaya Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial. Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para konsumen dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat penting. Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan. Lambang yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya adalah sebagai berikut:

.Gambar 2 Tanda bahaya dari bahan kimia Keterangan : E

= Dapat Meledak

T = Beracun

F+ = Sangat Mudah Terbakar

C = Korosif

F

Xi = Iritasi

= Mudah Terbakar

O = Pengoksidasi

Xn = Berbahaya Jika Tertelan

T+ = Sangat Beracun

N = Berbahaya Untuk Lingkungan

B. PENYIMPANAN PRODUK NUTRISI Produk Nutrisi adalah produk nutrisi parenteral yang sudah melalui proses pencampuran atau pengemasan ulang oleh petugas yangmempunyai keterampilan dan diberi kewenangan untuk melakukan pencampuran obat aseptis.Total Parenteral Nutrition adalah pemberian nutrisi melalui intravena untuk mempertahankan kebutuhan nutrisi pasien yang terkaitdengan status klinisnya. Penyimpanan produk nutrisiadalah proses penyimpanan produk nutrisi sesuai dengan kondisi yang tepat agar menjaga mutu produk, menjamin sterilitas dan stabilitas produk. Tujuan penyimpanan produk nutrisi adalah sebagai berikut: 1. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang tidak dapat menerima makanan secara oral (yaitu pemberian nutrisi secara intravena atau disebut total parental nutrition). 2. Menjaga agar nutrisi pasien tercukupi walau pun dalam keadaan sakit sehingga mempercepat proses penyernbuhan. 3. Menjaga stabilitas produk nutrisi selama dalam penyimpanan agar aman digunakan oleh pasien Standar penyimpanan produk nutrisi 

Hasil pencampuran atau hasil produk nutrisi yang telah disiapkan, disimpan dalam wadah asli/kemasan primer sediaan nutrisi dan diberi label (terlampir)



Simpan wadah khusus nutrisi di dalam lemari pendingin pada suhu 2 - 8°C.



Simpan selama 1 x 24 jam.



Apabila tidak digunakan lebih dan 1 x 24 jam, sediaan tidak dapat digunakan dan harus dimusnahkan

C. PENGGUNAAN OBAT SAMPLE/DONASI Perbekalan donasi adalah perbekalan farmasi yang diberikan dengan secara cuma-cuma atau gratis dari perusahaan farmasi untuk digunakan di rumah sakit tanpa imbalan apapun. Perbekalan donasi ini dapat dijadikan aset rumah sakit Tujuan: 1. Sebagai acuan penggunaan obat sampel/obat donasi. 2. Memastikan efektifitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obatsampel/donasi.

Prosedurpenyimpananobat sample 1. Obat sampel/donasi yang akan diberikan untuk pasien, harus diperiksa terlebih dahulu (indikasi, kandungan dan hasil penelitian), apakah telah memperoleh pengesahan dari KFT/komite medik atau belum 2. Apabila obat sampel/donasi belum mendapat pengesahan, maka obat tersebut belum dapat digunakan sampai keluarnya pengesahan. 3. Obat sampel/donasi yang akan diberikan harus dibuatkan catatan pemberian obat yang digunakan, sebelum menyiapkan oabt untuk pasien. Pemberian obat untuk pasien rawat jalan per 3-5 hari setelah itu pasien kembali ke dokter untuk kontrol. Sedangkan untuk pasien rawat inap pemberian obat hanya peraturan pakai, setelah itu dijelaskan efek samping obat kepada pasien. Apabila terjadi efek samping, maka pasien segera memberitahu dokter 4. Obat donasi diberikan kepada pasien dengan keadaan tertentu (terinfeksi HIV/AIDS, TB, flu burung atau terkena bencana alam didaerah tersebut). Sedangkan obat sampel diberikan kepada pasien berdasarkan instruksi dari user (dokter).

PEDOMAN PENARIKAN KEMBALI DAN PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI A. DEFINISI 1. Penarikan obat Tindakan yang dilakukan bilamana terjadi penarikan obat-obat yang hampir Expire Date. Tindakan yang dilakukan oleh distributor obat untuk menarik obat yang hampir kadaluarsa atau obat yang bermasalah. Penarikan obat adalah pengembalian obat-obat yang telah ditarik dari peredaran oleh produsen dikarenakan alasan-alasan tertentu seperti terjadinya efek klinis yang tidak diharapkan. Penarikan obat merupakan suatu proses penilaian kembali (re-evaluasi) terhadap obat jadi yang telah terdaftar dan beredar di masyarakat,terutama terhadap obat-obat yang mempunyai resiko tinggi, komposisi dianggap tidak rasional, indikasi tidak tepat dan pemborosan karena efek terapi yang tidak bermakna untuk menjamin bahwa obat yang diberikan oleh instalasi adalah obat yang efektif, aman, dan aseptabel Tujuan penarikan obat adalah : a. Untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan pasien. b. Melindungi konsumen dari penyalagunaan obat- obatan dan penggunaan sediaan farmasi yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan. c. Sebagai acuan penerapan langkah langkah penarikan obat untuk memastikan obat yang sudah ditarik ijin edarnya tidak lagi digunakan di instalasi rawat inap maupun rawat jalan.

2. Pengelolaan obat kadaluarsa Perbekalan farmasi yang kadaluarsa adalah perbekalan farmasi yang telah lewat batas akhir yang ditetapkan oleh pabrik pembuatnya dimana obat sudah tidak dijamin lagi khasiat dan keamanananya. Perbekalan farmasi yang rusak adalah perbekalan farmasi yang telah mengalami perubahan fisik, kimia maupun biologi sehingga tidak memenuhi spesifikasinya.

Obat-obatan yang mendekati kadalursa dan yang sudah kadaluarsa perlu penanganan khusus. Obat-obatan yang mendekati kadaluarsa baik di ruang perawatan maksimal 2 bulan sebelum kadaluarsa harus segera diserahkan ke Unit Farmasi dan dibuatkan berita acara. Sedangkan untuk obat yang sudah kadaluarsa baik di ruang

perawatan, harus dilaporkan ke Unit Farmasi dan dibuatkan berita acara untuk diserahkan ke Unit Farmasi. Setelah itu dilakukan serah terima dengan bagian logistic farmasi untuk disimpan di gudang obat kadaluarsa (dikarantinakan) dan ditindaklanjuti 3. Pemusnahan obat Pemusnahan obat adalah kegiatan penyelesaian terhadap obat-obatan yang tidak terpakai terhadap obat-obatan yan g tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak. atau mutunya sudah tidak memenuhi standar. Merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar yang berlaku dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan dari pemusnahan ini adalah : a. Melindungi masyarakat dari bahaya yang di sebabkan oleh penggunaan obat atau perbekalan kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan b. Menghindari pembiayaan seperti biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan atas obat atau perbekalan kesehatan lainnya yang sudah tidak layak pakai c. Untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat dikelolah sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi resiko resiko terjadi penggunaan obat yang sub standar.

B. RUANG LINGKUP 1. Penarikan obat Unit pelayanan resep rawat jalan, unit pelayanan resep rawat inap, unit pelayanan depo Kamar Operasi, unit pelayanan depo IGD. 2. Pengelolaan obat kadaluarsa Unit pelayanan resep rawat jalan, unit pelayanan resep rawat inap, unit pelayanan depo Kamar Operasi, unit pelayanan depo IGD. 3. Pemusnahan obat Instalasi Farmasi meliputi setiap depo/satelit/unit, Balai Pengawasan Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan, Unit penanganan Limbah di Rumah Sakit

C. TATA LAKSANA 1. Penarikan obat a. Prosedural penarikan obat di depo/satelit/unit (temuan sendiri/Instalasi) 1) Catat nama dan nomer batch/lot produk. 2) Telusuri nomer barcode produk. 3) Telusuri histori mutasi stok keluar. 4) Catat lokasi stok disimpan atau nama pasien yang telah dilayani. 5) Kirimkan memo pemberitahuan penarikan ke depo/satelit/unit dimana produk disimpan. 6) Beritahukan pada pasien akan penarikan produk, bila diperlukan proses penarikan hingga ke tangan pasien. Ambil produk dari lokasi penyimpanan (depo dan pasien). 7) Lakukan proses “karantina” produk dengan memberi label “JANGAN DIGUNAKAN” sampai produk diambil oleh distributor/pabrik. 8) Setelah dilakukan pendataan daftar obat yang ingin ditarik selanjutnya : a) mencari nomor faktur pembelian dikomputer. b) mengambil faktur pembelian barang. c) menghubungi PBF yang terkait perihal penarikan obat-obat rusak tersebut. 9) Dokumentasikan nama, nomer batch / Lot obat yang ditarik, tindakan yang diambil dan hasil penarikan produk. Dokumen disertai dengan lampiran form pemberitahuan penarikan dari distributor serta dokumen serah terima barang dengan distributor / pabrik. b. Jika ada supplier/pabrik farmasi memberikan surat edaran tentang penarikan obat kepada instalasi farmasi (temuan dari distributor/pabrik), maka : 1) Berikan surat edaran penarikan obat tersebut kepada instalasi rawat inap dan rawat jalan . 2) Tarik obat yang dimaksud dari tiap-tiap instalasi dan pastikan bahwa obat tersebut sudah tidak ada di ruangan; a) Catat jenis obat, dosis, no batch, dan merk yang ditarik b) Catat jumlah obat dan tanggal kadaluwarsa yang ditarik c) Tanda tangani kolom nama yang menyerahkan

dan yang menerima perbekalan

farmasi yang ditarik. 3) Kumpulkan dan serahkan kepada bagian pengadaan untuk kemudian dikembalikan ke supplier

2. Pengelolaan obat kadaluarsa a. Pemeriksaan tanggal kedaluwarsa : 1) Lakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa secara berkala (1, 2 atau 3 bulan sekali) 2) Lakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa melalui 2 (dua) cara yaitu a) Pemeriksaan secara berkala untuk masing-masing sediaan farmasi-alat kesehatan b) Lakukan pemeriksaan pada saat pengambilan obat pada tahapan penyiapan sediaan farmasi-alat kesehatan

b. Pengelolaan obat yang mendekati kadaluarsa Langkah-langkah yang dilakukan terhadap pbat-obat yang mendekati kadaluarsa : 1) Unit Farmasi akan selalu membuat pelaporan obat-obat yang akan kadaluarsa maksimal 2 bulan sebelum kadaluarsa 2) Pelaporan tersebut akan diberikan kepada dokter-dokter dan meminta kepada para dokter untuk dapat membantu memakai obat-obat tersebut 3) Pelaporan tersebut juga dilaporkan ke manajemen 4) Bagian Purchasing farmasi akan melaporkan obat-obat yang mendekati kadaluarsa tersebut kepada distributor masing-masing obat sesuai dengan kebijakan distributor tersebut dalam menerima retur obat-obat mendekati kadaluarsa 5) Apabila telah disepakati maka obat-obat mendekati kadaluarsa akan diretur ke distributor obat tersebut dan akan diberikan pengganti obat yang masa kadaluarsanya lebih panjang. c. Pengelolaan Obat yang telah Kadaluarsa Beberapa jenis obat kadaluarsa tidak dapat diretur seprti langkah diatas dikarenakan oleh beberapa sebab antara lain obat tersebut merupakan jenis obat life saving yang harus selalu ada dank arena proses pengadaannya harus diimport (beli putus), selain itu juga obat-obat dari daftar BPJS yang memang dlaam kebijakannya tidak bisa diretur. Langkah-langkah yang dilakukan terhadap obat-obatan yang kadaluarsa : 1) Unit farmasi tetap akan berusaha melaporkan kepada distributor untuk dicarikan jalan keluar yang baik

2) Apabila tidak berhasil maka akan dibuatkan berita acara mengenai obat-obat yang kadaluarsa tersebut 3) Kemudian obat-obatan tersebut akan diserahkan kepada tim K3RS untuk dimusnahkan dan dibuatkan berita acara pemusnahannya 3. Pemusnahan obat a. Melakukan inventarisasi terhadap sediaan obat yang akan dimusnahkan (daftar terlampir) Barang-barang yang rusak atau kadaluarsa di masing-masing tempat dipisahkan, dikeluarkan, dicatat pengeluarannya pada kartu stock, disimpan dalam wadah sendiri dan dikirim ke gudang farmasi. Pada wadah di beri keterangan : 1) Nama barang 2) Spesifikasi barang 3) Jumlah barang 4) Tanggal kadaluarsa 5) Atau jenis kerusakan Petugas gudang farmasi akan membuat laporan barang yang rusak kepada Kepala Instalasi Farmasi yang berisi : 1) Nama Barang 2) Spesifikasi barang 3) Tanggal kadaluarsa 4) Atau jenis kerusakan 5) Jumlah barang b. Menyiapkan administrasi yaitu laporan dan berita pemusnahan c. Mengkordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait yaitu dinas kesehatan dan balai pengawasan obat dan makanan d. Menyiapkan tempat pemusnahan e. Melakukan pemusnahan di sesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan Berdasarkan jenis dan spesifikasi barang, kepala instalasi melakukan pemusnahan perbekalan farmasi f.

Membuat laporan pemusnahan Kepala instalasi farmasi membuat berita acara pemusnahan perbekalan farmasi.

Related Documents


More Documents from "EsterOscar Novalia"