MODUL BLOK KGK V UNTUK MAHASISWA
KEDOKTERAN GIGI KLINIK V Penyusun : TIM KEDOKTERAN GIGI KLINIK V
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2018
I. PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM BLOK Blok KGK V ini dilaksanakan pada semester 6 tahun ke 3. Blok ini akan mempelajari tentang prosedur diagnosa dan perawatan gigi tiruan lengkap prostodonsia, prosedur diagnosa dan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan prostodonsia, prosedur diagnosa dan perawatan penyakit periodontal serta prosedur diagnosa dan rencana perawatan maloklusi pada anak-anak. Sistem pembelajaran blok ini dengan menggunakan metode Problem Base Learning, melalui diskusi tutorial, kuliah pakar dan tugas mandiri. 1.2 AREA KOMPETENSI Area Kompetensi (domain ) dari standart kompetensi Dokter Gigi yang akan dicapai pada blok ini yaitu : a. Domain : Penguasaan Ilmu Kedokteran dan Kedokteran Gigi b. Kompetensi Utama : mamahami Ilmu Kedokteran Dasar dan Klinik, Kedoteran Gigi Dasar dan Klinik yang eleven sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran gigi 1.3 PRASYARAT Blok kedokteran gigi klinik V ditujukan bagi mahasiswa Kedokteran Gigi tahun ke 3, semester 6 yang telah menempuh blok kedokteran gigi klinik II dengan minimal skor C. 1.4 MATA KULIAH TERINTEGRASI a. Prostodonsia b. Periodonsia c. Ortodonsia d. Biomaterial e. Dental anatomy 1.5 TUJUAN UMUM BLOK (learning outcome) . Mampu menjelaskan keluhan utama pasien GTSL akrilik dan GTSL kerangka logam. 2. Mampu menjelaskan riwayat kesehatan umum. 3. Mampu menjelaskan riwayat kesehatan gigi mulut. 4. Mampu menjelaskan riwayat pemakain gigi tiruan 5. Mampu menjelaskan pemeriksaan ekstra oral. 6. Mampu menjelaskan pemeriksaan sendi (TMJ). 7. Mampu menjelaskan pemeriksaan intra oral. 8. Mampu menjelaskan analisis radiografi, meliputi: foto panoramik. 9. Mampu menjelaskan prosedur diagnosa dan menentukan diagnosa GTSL. 10. Mampu menjelaskan indikasi dan kontraindikasi GTSL akrilik dan GTSL kerangka logam. 11. Mampu menjelaskan prinsip cara mencetak. 12. Mampu menjelaskan survey dan block out. 13. Mampu menjelaskan cara pembuatan lempeng dan galangan gigit serta cara penetapan gigit.
14. Mampu menjelaskan macam-macam komponen GTSL akrilik. 15. Mampu menjelaskan klasifiksi GTSL menurut kennedy 16. Mampu menjelaskan prinsip desain GTSL akrilik dan GTSL kerangka logam. 17. Mampu menjelaskan pemilihan desain sesuai dengan kasus. 18. Mampu menjelaskan pemilihan desain alternatif. 19. Mampu menjelaskan after care GTSL akrilik dan GTSL kerangka logam. 20. Mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan saat kontrol GTSL akrilik dan GTSL kerangka logam. 21. Mampu menjelaskan prosedur diagnosa dan menentukan diagnosa di bidang periodonsia. 22. Mampu menjelaskan hubungan penyakit sistemik dengan penyakit periodontal. 23. Mampu menentukan cara pengelolaan penyakit periodontal pada pubertas, menstruasi, kehamilan, pemakai kontrasepsi, dan menopouse. 24. Mampu menjelaskan perawatan penderita penyakit periodontal yang disertai penyakit sistemik. 25. Mampu menjelaskan prosedur perawatan DHE, scalling, dan rootplanning 26. Mampu menjelaskan tentang trauma from occlusion 27. Mampu menjelaskan prosedur koronoplasti 28. Mahasiswa mampu melakukan prosedur diagnosa dan menentukan diagnosa di bidang ortodonti. 29. Mampu menjelaskan etiologi maloklusi. 30. Mampu menjelaskan macam-macam rencana perawatan di bidang ortodonti 31. Mampu menjelaskan macam pergerakan gigi. 32. Mampu menjelaskan macam dan fungsi piranti ortodonti lepasan. 33. Mampu menggambarkan desain piranti ortodonti. 34. Mampu menjelaskan cara inseri piranti ortodonti lepasan. 35. Mampu menjelaskan cara aktivasi piranti ortodonti lepasan.
SKENARIO SKENARIO 1 Pasien laki- laki usia 9 tahun, datang ke RSGM bersama dengan orang tuanya untuk memerksakan giginya. Pasien merasa malu karena gigi depan atasnya maju. Kondisi tersebut terjadi sejak kecil dan semakin bertambah parah sejak gigi tetapnya tumbuh. Pasien mempunyai kelainan amandel dan sering kambuh saat kondisi kecapekan. Pasien sudah melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis THT dan disarankan untuk operasi, tapi pasien masih takut untuk dilakukan operasi. Dokter melakukan pemeriksaan dan pencetakan menggunakan alginat, kemudian melakukan poto panoramik dan sefalometri lalu menginstruksikan untuk datang kembali satu minggu kemudian. Dari hasil analisa model didapatkan kekurangan tempat pada rahang atas sebesar 5mm dan rahang bawaj sebesar 2mm. Protusif pada gigi anterior RA dan RB, palatum sempit dan dalam, gigitan silang posterior bilateral, jarak gigit bertambah dan gigitan terbuka anterior. Dari hasil pemeriksaan ekstra oral didapatkan bentuk muka yang panjang, profil cembung, wajah simetris, bibir inkompeten. Kemudian dokter melakukan analisa pada pasien tersebut, menentukan macam dan rencana perawatan, serta membuat desain peranti pada kasus tersebut. Seminggu kemudian dokter memasangkan peranti lepasan ortodonti rahang atas dan rahang bawah. Instruksi untuk datang setiap dua minggu sekali untuk mengaktifkan peranti yang dipakai serta melakukan evaluasi pada kasus pasien tersebut. SKENARIO 2 Seorang pasien wanita usia 35 tahun datang ke klinik dokter gigi dengan keluhan gigi kanan bawah belakangnya sudah banyak yang hilang sehingga tidak nyaman untuk digunakan makan. Pada pemeriksaan ekstraoral sendi temporomandibular, hidung, mata, dan bibir normal. Pada pemeriksaan intraoral didapatkan : Gigi 18,17,25,33,35,43,45: Periodontitis apikalis kronis e.c gangren radix, Gigi 16 : Periodontitis apikalis kronis e.c gangren pulpa, Gigi 24 : Karies media, Gigi 37,38,47,48: Edentulous ridge, dan Gigi anterior rahang bawah berdesakan disertai gingivitis marginalis kronis. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan yang harganya ekonomis dan mudah dibersihkan. SKENARIO 3 Seorang penderita wanita berusia 25 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigi depan bawah terasa goyang dan banyak karang gigi. Keluhan tersebut berlangsung sejak 6 bulan yang lalu. Gigi 46 dan 36 telah dicabut 3 bulan yang lalu karena goyang. Penderita belum pernah membersihkan karang gigi. Skor OHI menunjukkan 2.5. Pada pemeriksaan klinis pada gigi 43 42 41 31 32 33 didapatkan kemerahan (+), BOP (+), kegoyangan derajat 2 pada gigi 33 dikarenakan adanya mahkota tiruan berbahan porselen yang oklusinya buruk dan ditandai dengan spot tebal pada saat cek oklusi, poket sedalam 4 mm. pada pemeriksaan radiografik tampak adanya penurunan puncak alveolar crest, terputusnya lamina dura dan pelebaran periodontal space pada regio tersebut. Pemeriksaan darah lengkap dan gula darah acak menunjukkan nilai normal. Dokter gigi yang merawat menetapkan fase perawatan periodontalnya sesuai dengan kelainan yang terjadi.
SKENARIO 4
Seorang penderita wanita berusia 55 tahun datang ke RSGM dengan keluhan seluruh gusinya membesar. Penderita mengaku memiliki riwayat penyakit hipertensi dan secara rutin minum obat amlodipine sejak 1 tahun yang lalu. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan normal. Penderita merasakan gusinya membesar sejak menderita hipertensi dan mengkonsumsi obat tersebut. Pada pemeriksaan klinis tampak adanya warna gingiva yang normal pada attached gingiva dan sedikit kemerahan pada margin gingiva, tampak adanya kalkulus sub gingiva, pembesaran gingiva pada semua regio dengan kedalaman poket 5 mm. pada pemeriksaan penunjang foto panoramik tidak tampak adanya kerusakan tulang alveolar. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan normal, pemeriksaan gula darah acak menunjukkan normal. Dokter gigi yang merawat menetapkan fase perawatan periodontal sesuai dengan kelainan yang terjadi.
MATERI ORTODONSIA Etiologi Maloklusi 1. Faktor Ekstrinsik a. Keturunan (herediter) b. Kelainan bawaan (kongenital) Pengaruh lingkungan c. Predisposisi ganguan metabolisme dan penyakit d. Kekurangan nutrisi atau gisi e. Kebiasaan jelek (bad habit) dan kelainan atau penyimpangan fungsi. f. Posture tubuh g. Trauma dan kecelakaan 2. Faktor Intrinsik : a. Kelainan jumlah gigi (supernumerary teeth, anodonsia, hipodonsia) b. Kelainan ukuran gigi (macrodonsia, microdonsia) c. Kelainan bentuk (fusi, germinasi, dll) d. Kelainan frenulum labii e. Tanggal prematur gigi sulung f. Kelambatan erupsi gigi permanen g. Kelainan jalannya erupsi gigi Ankilosis h. Karies gigi i. Restorasi gigi yang tidak baik Macam-macam rencana perawatan di bidang orthodonsia Gigi yang berdesakan digolongkan dalam tiga kategori, yaitu berdesakan ringan bila koreksi berdesakan dibutuhkan kurang dari 4 mm, berdesakan sedang antara 4 – 8 mm dan berdesakan parah bila dibutuhkan ruangan lebih besar daripada 8 mm. Penyedian tempat untuk koreksi letak gigi gigi yang berdesakan dapat diperoleh dari enamel stripping/slicing, ekspansi lengkung geligi, distalisasi molar, memproklinasikan insisivus dan pencabutan gigi permanen. 1. Tindakan Non ekstraksi a. Enamel stripping b. Ekspansi c. Distalisasi Gigi Molar atas 2. Tindakan Ekstraksi Pencabutan gigi permanen perlu dilakukan apabila diskrepansi total menunjukan kekurangan tempat lebih dari 8 mm. Diskrepansi total terdiri atas diskrepansi model, diskrepansi sefalometrik, kedalaman kurva spee dan perkiraan banyaknya keholangan penjangkaran. Untuk mendatarkan kurva spee yang kedalamannya kurang dari 3 mm diperlukan tempat 1 mm, bila lebih besar daripada 5 mmdiperlukan tempat 2 mm. Sebelum
dilakukan pencabutan gigi permaen pada masa geligi pergantian perlu diperhatikan bahwa gigi permanen yang lain ada meskipun saat itu masih belum erupsi. Pemilihan gigi yang akan dicabut membutuhkan pertimbangan yang kompleks yang menyangkut semua aspek perawatan ortodontik. Pergerakan Gigi Bila kekuatan dikenakan pada gigi, maka akan timbul daerah yang tertekan (diresopsi) dan daerah yang tertarik (diaposisi). Daerah yang tertekan akan terjadi sesuai dengan arah kekuatan yang dikenakan, kekuatan akan menekan gigi ke dinding tulang alveolus dan membrana periodontalis akan terjepit diantara gigi dan dinding alveolus, dalam waktu singkat akan terjadi resorpsi tulang di daerah itu. Daerah yang berlawanan, gigi akan menjauhi dinding alveolus. Melebarnya ruang membrana periodontalis akan menimbulkan tarikan di daerah itu dan terjadi aposisi tulang. Proses remodeling tulang dirangsang oleh pemberian kekuatan pada gigi, menyebabkan gigi bergerak dan integritas tulang alveolus tetap terpelihara. Gigi akan bergerak dalam dua tahap : 1. Segera setelah pemberian kekuatan, gigi akan bergerak baik oleh karena penekanan pada membrana periodontalis maupun oleh karena elastisitas tulang yang akan membengkok sedikit oleh tekanan. 2. Setelah periode diam, selanjutnya gigi akan bergerak searah pemberian tekanan oleh karena adanya resorpsi tulang alveolus. Burstone membagi fase-fase pergerakan gigi menjadi 3 tahap, yaitu : a. Fase Inisial. Selama fase ini, pergerakan gigi terjadi pada jarak yang pendek yang kemudian berhenti. Pergerakan ini mengakibatkan pergerakan gigi di dalam ruang membrane periodontal dan memungkinkan membelokkan tulang alveolar pada suatu jarak yang luas. Baik gaya ringan dan gaya berat dapat memindahkan gigi pada taraf yang sama. b. Fase Lag. Selama fase ini, tidak ada pergerakan gigi, jika ada hanya dalam jarak yang kecil, Fase ini dikarakteristikkan dengan pembentukan jaringan hyaline dalam ligament periodontal yang akan diresorbsi sebelum terjadi pergerakan gigi lebih lanjut. Durasi fase ini tergantung pada tekanan yang diberikan untuk menggerakkan gigi. Ika gayanya ringan, maka area hyalinisasinya kecil dan terjadi resorpsi frontal. Jika gayanya besar, maka area hyalinisasinya juga besar dan resorpsi undermining terjadi. Lama periode fase lag bergantung pada pengeliminasian jaringan hyalin. Fase ini biasanya terjadi 2-3 minggu tapi bisa mencapai 10 minggu. Durasi fase ini bergantung pada faktor densitas tulang, umur pasien, dan luas jaringan hyalin. c. Fase Post Lag. Setelah fase lag, pergerakan gigi terjadi secara cepat setelah daerah hyalin telah dihilangkan dan tulang mulai mengalami resorpsi. Selama fase ini osteoklas akan ditemukan pada daerah permukaan yang menghasilkan langsung resorpsi pada permukaan tulang yang menghadang ligamen periodontal.
Dalam proses untuk mendapatkan tujuan ini, gigi akan mengalami berbagai pergerakan dalam 3 bidang; sagital, coronal, dan transversal. Pergerakan gigi dalam rongga mulut adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g.
Tipping. Bodily movement. Intrusion. Extrusion. Rotation. Torquing. Uprighting.
PIRANTI LEPASAN ORTODONTI KOMPONEN ALAT LEPASAN 1. Komponen aktif Komponen aktif piranti lepasan terdiri atas bermacam pegas, bermacam bsusur labial, sekrup ekspansi dan elastic. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain pegas 1. Dimensi kawat 2. Kekuatan 3. Defleksi 4. Arah pergerakan 5. Mudah diinsersi dan nyaman untuk pasien Saat insersi yang perlu diperhatikan • Tidak menganggu kenyamanan pasien • Tidak mudah menimbulkan ulserasi traumatik • Penempatan pegas benar 2. Komponen retentif Merupakan tahanan terhadap perubahan posisi alat lepasan Retensi didapatkan pada undercut gigi Dikatakan : komponen retentif utama pada alat lepasan modern adalah cangkolan adams Retensi yang cukup merupakan kebutuhan pokok alat lepasan Macam-macam retensi : a. Cangkolan adams b. Cangkolan ball ended c. Cangkolan duyzings d. Cangkolan adams modifikasi e. Cangkolan shouthend f. Cangkolan c g. Cangkolan jackson
3. Plat akrilik 4. Penjangkaran Berikut ini keuntungan dan kerugian pemakaian alat ortodonti lepasan : 1. Keuntungan : a. Dapat memperbaiki kelainan posisi gigi ringan dengan hasil yang memuaskan. Beratringannya kelainan tersebut ditentukan oleh dokter gigi yang merawatnya. b. Alat-alatnya sederhana dan pemasangannya dapat dilakukan oleh dokter gigi praktek umum, bukan oleh dokter gigi spesialis ortodonti. c. Biayanya relatif murah. d. Jika seseorang menggunakan alat ini, hanya tampak beberapa kawat stainlees steel di permukaan gigi bagian depan. e. Dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien sehingga pasien dapat membersihkannya sambil membersihkan gigi-giginya. f. Pasien bisa memilih waktu pemakaiannya sehingga aktivitas tidak terganggu g. Jika rusak/ patah dapat dilepas oleh pasien, tetapi pasien harus segera membawanya ke dokter gigi. 2. Kerugian : a. Alat ortodonti lepasan tidak dapat digunakan untuk merawat kelainan posisi gigi yang sulit. b. Keberhasilan perawatan dengan alat ini sangat tergantung dari sikap kooperatif pasien. Apabila pasien malah memakainya , waktu perawatan akan menjadi lama atau bahkan tidak berhasil. c. Proses mencapai posisi gigi yang baik lebih lama disbanding dengan menggunakan alat cekat. d. Timbul perasaan tidak nyaman pada saat-saat awal pemakaian karena langit-langit dan dasar mulut tertutup oleh pelat dasar yang merupakan benda asing bagi mulut. Mulut akan terasa penuh karena produksi air liur/ ludah berlebihan. Selain itu pasien akan merasa kesulitan dalam berbicara. Namun, perasaan itu akan hilang setelah beberapa hari pemakaian karena rongga mulut pasien sudah dapat menyesuaikan diri (1-2 hari pemakaian)
PROSTODONSIA GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN 1. Definisi GTSL Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dipasang dalam mulut dan dikeluarkan sendiri oleh
pemakainya. Penggunaan gigi tiruan ini dimaksudkan untuk mencegah perubahan degeneratif yang timbul sebagai akibat hilangnya gigi dan karenanya kesehatan mulut yang optimal termasuk fungsi geliginya dapat dipertahankan 2. Indikasi GTSL a. Pasien Kooperatif b. Adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih mempunyai beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak mungkin diperbaiki c. Keadaan processus alveolaris masih baik d. Kondisi mulut pasien baik e. Keadaan umum pasien baik f. Pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap 3. Kontraindikasi GTSL a. Ada Alternatif perawatan lain b. Kelainan mental/fisikal yang menyebabkan gangguan kemampuan pasien untuk kooperatif selama pembuatan gigi tiruan dan selama penggunaan gigi tiruan c. Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan 4. Komponen GTSL 4.1 Basis 4.2 Sadel Fungsi saddle/basis: a) Support: b) Retention: c) Bracing: 4.2.1 Macam – macam saddle/basis: a) Bounded saddle b) Free end saddle 4.2.2 Saddle outline: a) Pada kasus free end harus seluas mungkin b) Pada kasus bounded saddle hanya menutup defek c) Bebas dari gingival margin d) Kontak dengan bagian proksimal gigi dengan merelief gingival margin atau/dan block out e) Untuk rahang atas hingga tubermaksilla f) Untuk rahang bawah hingga retromolar pad g) Untuk gigi anterior atas dapat dibuat tanpa sayap 4.3 Anasir Gigi Tiruan Bagian dari gigi tiruan yang merupakan bantuk gigi tiruan dari gigi asli yang hilang.
4.4 Konektor 4.4.1 Konektor Mayor Bagian GTSL yang menghubungkan sadel yang satu dengan sadel atau bagian yang lain. Perbedaan sifat pendukung GTSL (tooth/mucosa/kombinasi) akan mempengaruhi disain konektor mayor. 4.4.2 Konektor Minor Bagian GTSL yang menghubungkan direct/indirect retainer dengan bagian yang lain 4.5 Retainer 4.5.1 Direct Retainer
Direct retainer merupakan bagian dari GTSL yang melingkari gigi penyangga yang memberikan retensi atau bracing sehingga mencegah terlepasnya GTSL. Direct retainer harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Support b. Bracing c. Retention Macam direct retainer dapat berupa: a. Intracoronal direct retainer : Precisional attachment b. Extracoronal direct retainer - Klamer tuang 1. Klamer Akers (Akers’ clasp) 2. Klamer cincin terbuka ( Ring clasp) 3. Klamer cincin terbuka untuk caninus 4. Klamer Back-Action 5. Klamer Half and Half - Klamer kawat Tooth Borne :Klammer Half Jackson dan Klammer 3 Jari Mucosa Borne : Klammer Gillet dan Klamer 2 jari Tooth mucosa borne : Klammer 2 Jari Rest mesial 4.5.2 Indirect Retainer Merupakan bagian dari GTSL yang terletak pada rest seat sejauh mungkin dari free end saddle dan berlawanan dari garis fulcrum. Berfungsi untuk mencegah ungkitan dan rotasi pada free end saddle. Macam indirect retainer tergantung dari letaknya. Beberapa contoh dari indirect retainer yaitu : occlusal rest, mesial rest, cingulum rest, cummer arm, continuous clasp, dan peninggian plat sampai diatas cingulum (Rodney et al, 2003). Cara meletakkan: tegak lurus garis fulcrum dan sejauh mungkin dari saddle
5 Macam Desain GTSL 5.1 Berdasarkan Konstruksinya Kennedy mengklasifikasikan desain GTSL berdasarkan letak sadel dan free end. Klasifikasi Kennedy memiliki syarat sebagi berikut: 1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut 2. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam klasifikasi. 3. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti, gigi ini dimasukkan klasifikasi 4. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang.
5. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam klasifikasi. 6. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya. 7. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak bergigi. 8. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV. 5.1.1 Pembagian klasifikasi menurut Kennedy : a. Klasifikasi Kennedy Klas 1 b. Klasifikasi Kennedy Klas 2 c. Klasifikasi Kennedy Klas 3 d. Klasifikasi Kennedy Klas 4 5.1.2 Prinsip Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan 1. Klasifikasi Kennedy Klas I (Dengan/Tanpa Modifikasi) a. Mengurangi beban: b. Membagi beban antara gigi dan ridge c. Membagi beban seluas-luasnya: 2. Klasifikasi Kennedy Klas II (Dengan/Tanpa Modifikasi) Dasar terapi sama dengan klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan kennedy klas I Retainer indirect diletakkan di sisi yang bukan free-end Saddle panjang harus menggunakan cetakan mukokompresi 3. Klasifikasi Kennedy Klas III (Dengan/Tanpa Modifikasi) a) Unilateral denture b) Bilateral denture 4. Klasifikasi Kennedy Klas IV Kasus kehilangan gigi-gigi anterior (edentulous area dibatasi sisi mesial gigi) Tanpa modifikasi Membutuhkan retainer indirect Daerah edentulous a. Short span (1-4 gigi) b. Long span (lebih dari 4 gigi) Macam desain gigi tiruan sebagian lepasan Kennedy Klas IV a. Horse shoe tanpa sayap labial/open face design: bila defek kecil b. Horse shoe dengan sayap labial c. Skeleton denture d. Spoon denture/bifid spoon denture e. Every denture 6 Prosedur Klini Pembuatan GTSL 6.4 Mencetak model anatomis a. Pemilihan sendok cetak b. Posisi penderita dan pasien saat mencetak 6.5 Mengisi Informed concent 6.6 Mencetak Fungsional Ada 2 macam cetakan untuk model kerja: a. Cetakan non fungsional (kasus klas II dan IV, free end pendek). Bahan yang digunakan alginate dengan menggunakan sendok cetak (stock tray) b. Cetakan fungsional (klas I dan II, saddle panjang), bahan yang digunakan mukokompresi dengan menggunakan sendok cetak individual tray yang telah dilakukan border moulding.
6.7 Survei dan Block Out pada Model Kerja 6.7.1 Survey GTSL Tujuan survey secara umum: a) Menentukan arah pasang gigi tiruan b) Menentukan kesejajaran c) Menentukan kontur terbesar gigi d) Menentukan desain klamer Tahapan survey dibagi menjadi dua, yaitu: a) Survey pendahuluan: pada model pembahasan/model studi b) Survey akhir: pada model kerja Penentuan arah pasang: a. Bidang bimbing (guidance plane): permukaan gigi asli/restorasi yang dibuat di atas gigi tersebut dibentuk menjadi datar dan sejajar dengan arah pemasangan GTSL. Fungsinya untuk mempermudah pemasangan dan pengeluaran GTSL tanpa paksa Permukaan ideal bidang bimbing: 2-4 mm b. Daerah retensi: dapat menahan GTSL tidak lepas dari kedudukan, lengan klamer dapat mudah melewati keliling terbesar, tidak menyebabkan perubahan bentuk klamer c. Hambatan: gigi yang malposisi atau tonjolan tulang d. Estetik Usahakan setiap gigi yang disurvey mempunyai undercut, bila tidak didapatkan undercut, miringkan model ke arah anterior, posterior, lateral kiri dan kanan, blla masih belum tercapai maka perlu dilakukan rekontur gigi 6.8 Pembuatan Lempeng dan Galengan Gigit 6.8.1 Pembuatan lempeng gigit a. Pembuatan lempeng galengan gigit diawali dengan melunakkan malam merah diatas api spiritus b. Malam merah yang telah dilunakkan, ditekan diatas residual ridge. Kemudian dilakukan pemotongan pada malam merah sesuai dengan denture outline. 6.8.2 Pembuatan galengan gigit a. Pembuatan galengan gigit dilakukan dengan melunakkan malam merah dan digulung b. G ulungan malam diletakkan dan dilekatkan pada lempeng gigit diatas residual ridge. Galangan gigit bagian labial, bukal, palatinal dan lingual dibentuk dengan pisau malam sesuai dengan lebar insisal/oklusal gigi asli yang ada dan posisi ditengah puncak ridge. 6.9 Penetapan Gigit 6.10 Pemasangan Model Kerja pada Artikulator a. Pemasangan galangan gigit dan model kerja pada artikulator harus memenuhi persyaratan: - Garis median model kerja sejajar dengan garis median articulator / pin vertikal - Bidang oklusal dari galangan gigit harus sejajar dengan garis oklusal artikulator dengan bantuan karet gelang - Pin horizontal menyentuh titik potong antara garis median dan insisal insisive rahang bawah b. Pemberian bahan separator (vaselin) pada bagian dasar model kerja rahang atas dan bawah. Pemasangan galengan gigit dan model kerja pada artikulator sesuai persyaratan. Dibawah model kerja rahang bawah diberi malam mainan. c. Melakukan pengecekan pada garis median model kerja rahang atas dan bawah harus sejajar dengan pin vertikal articulator atau garis median articulator pin horizontal menyentuh titik potong garis median galengan gigit dan insisal insisive RB . Melakukan pengecekan pada bidang oklusal galengan gigit dan model kerja rahang atas sejajar dengan bidang oklusal artikulator dengan bantuan karet gelang d. Menuangkan adonan gips putih / gips tipe II diatas model kerja rahang atas dan
setelah setting dilanjutkan pemberian adonan gips lunak pada rahang bawah. 6.11 Penyusunan Gigi 6.12 Pasang Coba Gigi Malam pada Penderita 6.13 Kontur Akhir Kontur gingiva sama seperti kontur gingiva gigi sebelahnya. Hal-hal yang harus diperhatikan pada pembuatan kontur gingiva adalah: 1. Root prominenc 2. Mc calls feston 3. Stippling 4. Gingival resecion 5. Batas outline bagian palatal/lingual 6.14 Processing Akrilik dan Pemulasan Awal Yang harus diperhatikan: a. Basis akrilik tidakporus b. Akrilik denture base yang digunakan standart atau high impact c. Pemulasan halus dan mengkilat d. Tidak ada buble pada bagian gigi tiruan yang menghadap mukosa e. Permukaan gigi tiruan harus bersih dan mengkilat 6.15 Pasang Coba Gigi Akrilik pada Penderita Yang harus diperhatikan: a. Oklusal rest berada pada seat-nya b. Lengan retentive klammer pada bagian undercut gigi penyangga dan menempel pada dinding aksial permukaan gigi c. Basis tidak overextended d. Cek artikulasi 6.16 Selective Grinding dalam Mulut Penderita a. Pada kasus “toothborne” selective grinding di dalam mulut b. Pada kasus “free-end” selective grinding di luar mulut 6.17 Insersi GTSL Tahapan insersi: a. Bila penderita telah menggunakan GTSL, instruksikan untuk tidak memakainya minimal 24 jam agar pengaruh tekanan basal seat dapat dihilangkan. b. Instruksikan pasien untuk berkumur sebelum insersi GTSL c. Ajarkan penderita untuk dapat memasang dan melepasGTSL nya sendiri d. Instruksi pada penderita: - GTSL tidakboleh dilepas kecualipada saat makan - GTSL dilepas dan dibersihkan menggunakan sikat yang lembut/spons dan sabun cair - Instruksikan penderita untuk kontrol 1 hari sesudah insersi 6.18 Instruksi pasca Insersi 6.20.1 After Care a. Kontrol 1 b. Kontrol 2 c. Kontrol 3 6.20.2 Penyelesaian masalah waktu kontrol a. RASA SAKIT b. RASA MAU MUNTAH c. GT MUDAH LEPAS d. KESULITAN BICARA e. GT BERBUNYI (“HORSE SOUND”) f. GT TERANGKAT SATU SISI PD WAKTU MAKAN g. ESTETIK Kurang memuaskan h. KURANG MAMPU MENGUNYAH i. Setelah pemakaian lama terjadi :
PERIODONSIA RENCANA PERAWATAN FASE EMERGENSI
FASE I
FASE IV FASE II
FASE III
PROGNOSA Prediksi tentang sumber, durasi dan hasil suatu penyakit berdasarkan patogenesis dan keberadaan faktor resiko. Dipengaruhi juga oleh pengalaman sebelumnya tentang hasil perawatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. OVERALL CLINICAL FACTORS a. Usia: level perlekatan klinis dan sisa tulang alveolar yang ada sama : tua > muda b. Keparahan penyakit: poket depth, level perlekatan, derajat kehilangan tulang, tipe kerusakan tulang c. Kontrol plak: kontrol plak setiap hari penting untuk keberhasilan perawatan dan prognosis d. Kooperative: sikap, keinginan, kemauan dan kemampuan px 2. SYSTEMIC / ENVIRONMENTAL FACTORS a. Merokok Periodontitis ringan – moderate : fair - poor prognosis Periodontitis parah : poor – hopeless b. Penyakit sistemik Tergantung kepedulian pasien terhadap kondisi sistemik dan dentalnya c. Faktor genetik d. Stress 3. LOCAL FACTORS a. Plak dan Kalkulus b. Restorasi subgingiva : gigi dengan restorasi subgingiva yang tidak sesuai prognosis lebih jelek c. Kegoyangan gigi d. Faktor anatomis Akar pendek, pipih, mahkota besar: prognosis jelek Root concavities: meningkatkan daerah perlekatan dan lebih resisten terhadap daya tetapi sulit dijangkau (developmental grooves, root proximity dan furcation involvement sulit dijangkau sehingga prognosis lebih jelek) 4. PROSTHETIC & RESTORATIVE FACTORS a. Overall prognosis membutuhkan pertimbangan level tulang dan perlekatan
b. Overall prognosis tumpang tindih dg individual c. Gigi karies, non vital dan resorbsi akar – Perlu dipertimbangkan sebelum melakukan perawatan perio – Resorbsi akar membahayakan stabilitas gigi dan mengganggu respon terhadap perawatan perio – Prognosis gigi vital tidak berbeda dg gigi non Macam prognosa periodonsia: GOOD PROGNOSIS FAIR PROGNOSIS POOR PROGNOSIS QUISTIONABLE PROGNOSIS HOPELESS PROGNOSIS PERAWATAN JARINGAN PERIODONTAL PADA PASIEN WANITA A. PUBERTAS PENATALAKSANAAN : Perawatan preventif, oral hygiene Gingivitis ringan : Scaling,rootplanning dan penguatan OH Beberapa kasus gingivitis berat perlu : Kultur mikroba Obat kumur antimikroba Tx. Antibiotik B. MENSTRUASI PENATALAKSANAAN Bila ada masalah periodontal kontrol periodik interval 3-4 bulan Terapi periodontal : kontrol plak, skaling, rootplanning dan obat kumur Antimikroba sebelum menstruasi C. MASA KEHAMILAN PENATALAKSANAAN OH kontrol plak Skaling, polishing dan rootplanning Obat kumur non alkohol Nutrisi yg baik Semua perawatan sebaiknya dilakukan pada waktu trimester ke-2 Bedah periodontal pasca melahirkan Perawatan gigi TIDAK PADA Trimester I dan akhir pertengahan trimester III Trimester II periode aman utk perawatan gigi rutin Radiografi dihindari trimester I hrs menggunakan appron Obat-obatan bertentangan krn berpengaruh pd janin melalui plasenta hrs sesuai petunjuk dokter D. KONTRASEPSI ORAL PENATALAKSANAAN ANAMNESA : Efek Kontrasepsi Oral pada mulut dan jaringan periodontal Kontrol plak dan eliminir faktor predisposisi lokal Skaling dan rootplanning tdk berhasil Bedah Periodontal Tx Antibiotik jangka panjang ttg penggunaan dosis tinggi Kontrasepsi Oral E. MENOPAUSE PENATALAKSANAAN - Anamnesa :
-
Riwayat HRT (Hormon Replacement Therapy) dan ERT (Estrogen Replacement Therapy) (riwayat kesehatan px dg menjaga kerahasiaan informasi) Gingiva dan mukosa tipis sikat gigi ekstra soft dan bhn abrasif yg minimal Obat kumur Konst. Alkohol rendah Px rentan osteoporosis supplemen Ca dan Vit. D