ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA MAMAE
Oleh : Kelompok 1
Ainal Mardhiah Faris Augus Tirtana Intan Putri Bahagia Laisa Liza Mulyati Putri Rahayu Siska Safitri Sri Maulida Yulia Yuni Ellyana
1612101010074 1612101010083 1612101010103 1612101010086 1612101010099 1612101010105 1612101010098 1612101010090 1612101010113 1612101010119
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2017
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ca Mamae adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan di payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulus) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010). Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada ca mamae bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada usia 45-66 tahun. Keperawatan paliatif adalah adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yangberkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan. Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya (WHO, 2017). Keperawatan
keluarga adalah suatu tindakan keperawatan yang
diberikan pada kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya. Johnson’s (1992). Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, ca mamae, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, ca mamae, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Ca mamae merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat ca mamae mencapai 5 juta pada wanita. Ca mamae merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu
sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat ca mamae pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO). Dari data di RSUP DR.M. DJAMIL Padang tercatan angkakejadian penderita kanker payudara meningkat 3 tahun terakhir. Yaitu pada tahun 2011 wanita yang mengidap kanker payudara yaitu 234 orang diantaranya 14 orang meninggal dunia. Pada tahun 2012 terhitung sebanyak 272 orang orang wanita mengidap kanker payudara diantaranya 13 orang meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2013 terhitung 312 orang wanita terkena kanker payudara diantaranya 11 orang meninggal dunia (academia.edu, 2017). Belum dapat diketahui penyebab spesifik dari ca mamae, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca mamae (Brunner dan Sudart, 2001). Akibat dari ca mamae dapat menjadi pukulan yang hebat terhadap rasa percaya diri wanita karena wanitayang telah mengalami mastectomy merasa kurang menarik, kurang seksual dan kurang puas dengan penampilan fisik mereka. Menangani ca mammae bukan hanya sekedar menyelamatkan nyawa atau sebuah mammae, melainkan usaha pencapaian kualitas hidup terbaik (Lincoln and Wilensky, 2007). Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara yaitu melalui upaya promotif, prepentif, kuratif dan rehabilitasi. Upaya promotif meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang
penyakit
mencegah infeksi pada
kanker luka
payudara, post op
upaya
dengan
preventif
cara perawatan
yaitu luka
dengan teknik aseptik dan antiseptik. Upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan penganjuran klien untuk mematuhi terapi, serta upaya rehabilitasi meliputi perawatan luka di rumah dan menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah diberikan. Sedangkan peran perawat dalam
aspek psikologis dapat dengan memberikan informasi dan dukungan positif kepada klien tentang proses pengobatan yang akan di jalani.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu : 1. Apa Definisi dari ca mamae ? 2. Apa klasifikasi dari ca mamae ? 3. Apa etiologi dari ca mamae ? 4. Bagaimana patofisiologi ca mamae ? 5. Apa manifestasi klinis dari ca mamae ? 6. Apa pemeriksaan penunjang ca mamae ? 7. Bagaimana penatalaksanaan ca mamae ? 8. Bagaimanakah Askep paada pasien ca mammae ?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Ca mamae merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2001). Ca mamae adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2001). Ca mamae adalah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit, bukan penyakit tunggal (Tucker dkk, 1998). Ca mamae adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005).
B. Klasifikasi Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu: 1. Stadium 1 Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada fixasi / infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%. 2. Stadium II Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan
diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%. 3. Staium III A Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data Depkes, 87% ca mamae ditemukan pada stadium ini. 4. Stadium III B Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada. 5. Stadium IV Tumor seperti pada stadium I, II, III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative bukan lagi kuratif (menyembuhkan).
C. Etiologi Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca mamae. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting
dalam ca mamae. Dua hormon ovarium utama estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca mamae (Brunner dan Suddarth, 2001). Faktor resiko munculnya ca mamae terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu : 1. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable) a. Umur Semakin bertambahnya umur meningkat resiko ca mamae. Wanita paling sering terserang ca mamae adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang ca mamae, namun resikonya lebih rendah dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun. b. Menarche usia dini Resiko terjadinya ca mamae meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. c. Menoupause usia lanjut Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25% ca mamae terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis. d. Riwayat keluarga Terdapat peningkatan resiko menderita ca mamae pada wanita yang keluarganya menderita ca mamae tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2), yaitu suatu kerentanan terhadap ca mamae, untuk terjadi ca mamae sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% ca mamae bersifat familiar. Pada studi genetik ditemukan bahwa ca mamae berhubungan dengan gen probabilitas.
e.
Riwayat penyakit payudara jinak Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko untuk mengalami ca mamae. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami ca mamae 4,0 kali lebih besar untuk terkena ca mamae (RR=4,0).
2. Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable) : a. Riwayat kehamilan Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami ca mamae. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena ca mamae (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena ca mamae (RR=4,0) b. Obesitas dan konsumsi lemak tinggi Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan ca mamae pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya ca mamae. c. Penggunaan hormone dan kontrasepsi oral Hormone berhubungan dengan terjadinya ca mamae. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami ca mamae. Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami ca mamae sebelum menopause. d. Konsumsi rokok Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae daripada waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun
2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena ca mamae 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36). e. Riwayat Keterpaparan Radiasi Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian ca mamae. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko ca mamae.
D. Patofisiologi Ca mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Price, Sylvia. A., & Wilson, Lorraine. M., 1995). Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi: a. Fase Inisiasi Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen). b. Fase Promosi Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen). Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarja, 2000).
E. Manifestasi Klinis Gejala-gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013) Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak seperti: 1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan; 2. Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena terbentuk penebalan pada kulit payudara; 3. Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi pembengkakan;
4. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak; 5. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan; 6. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita
yang
tidak sedang hamil; 7. Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati; 8. Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
F. Pemeriksaan penunjang Ada beberapa pemeriksaan penunjang. Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasive dan invasive : 1. Non Invasive a. Mammografi Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang diradiasikan
pada
payudara.
Kelebihan
mammografi
adalah
kemampuan mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar antara 83%-95%. b. Ultrasound Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan
massa
pada
jaringan
lemak
payudara
sulit
Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
dievaluasi.
c. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan. 2. Invasiv a. Sitologi Aspirasi Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah dikembangkan
namun
masih
belum
merata
keberadaanya
dilaboratorium patologi anatomi. b. Core Needle Biopsy (CNB) Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi. c. Biopsy Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Terdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
1) Biopsy Eksisi Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone. 2) Biopsi Insisi Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien poli. 3) Needle-Guided Biopsy (GNB) Skrinning
mammografi
bisa
digunakan
untuk
melihat
lesi
mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf. 4) Ultrasound-Guided Biopsy (UGB) Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound. 5) Nipple Discharge Smear (NDS) Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat
untuk dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil tersebut. 6) Nipple Biopsy Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal.
G. Pencegahan Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker payudara. 1. Pencegahan Primodial Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat. 2. Pencegahan Primer Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan: a. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi; b. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga; c. Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya;
d. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feces. e. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker. f. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian. Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada oleh dokter. Karena itu, wanita harus mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada payudara. Untuk mampu menjelaskan
perubahan-perubahan
tersebut
dilakukan
pemeriksaan
sederhana yang disebut pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan melakukan SADARI setiap bulan.. SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua tangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-
otot dada menegang. Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit; b. Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua tangan di belakang kepal dan tekan ke depan; c. Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati- hati dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap ganjalan yang tidak biasa atau di bawah kulit; d. Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar. Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan; e. Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di tempat dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang kepala dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi menyebabkan payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara kiri. 3. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan pemberian pengobatan.
H. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Medis Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan
kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi yaitu: a. Pembedahan/operasi Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit). Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: 1) Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian terapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. 2) Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak. 3) Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak. b. Radioterapi Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
c. Kemoterapi Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. d. Terapi hormonal Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen, oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara.
I.
Komplikasi 1. Limpedema Limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner & Suddarth, 2001). 2.
Sidroma hiperkalsemik Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.
J. Aspek Bio Psikososial pada Penyakit Kanker Stadium Lanjut Kanker stadium empat termasuk kelompok penyakit terminal, yaitu kanker yang sudah dalam tahap stadium lanjut dengan kata lain kondisi fisiknya sudah sangat buruk. Faktor-faktor psikososial dapat mempengaruhi kanker dalam sejumlah cara, seperti peranan stres dan kepribadian penderita pada awal didiagnosa terkena kanker terhadap perkembangan kanker. Sebagian penderita beranggapan bahwa penyakit kanker membuat krisis hidup, seperti pada penderita kanker payudara seringkali mengalami tekanan karena penyakitnya tersebut menimbulkan rasa sakit, ketergantungan pada orang lain, ketidakmampuan dan ketidak berdayaan dan hilangnya fungsi tubuh. Kondisi depresi ini menyebabkan harapan negatif mengenai situasi kesakitan yang lebih cepat pada penderita kanker, terlebih pasien yang belum dapat menerima kenyataan tesebut dengan lapang hati. Jadi berbagai reaksi psikologis seperti situasi stres dan sugesti penderita dapat memberikan dampak pada perkembangan kanker ke stadium yang lebih lanjut. Banyak penderita kanker menerima dukungan emosional dari keluarga dan teman-temannya, serta motivasi. Dukungan sosial ini dapat menimbulkan masalah yang utama, jika pasien kanker menutup hubungan dengan orang lain atau sebaliknya akan menimbulkan kondisi tertekan atau depresi bagi pasien kanker. Kondisi ini akan berbeda jika pasien kanker memiliki motivasi atau semangat hidup yang tinggi. Mereka akan mengisi sisa hidupnya dengan lebih religious dan melakukan berbagai kegiatan. Mereka cenderung memanfaatkan kesempatan selama mereka masih bisa hidup. Oleh karena itu dukungan sosial dan emosional dapat meningkatkan kesejahteraan pasien kanker. Masalah diantara penderita kanker usia muda, yaitu anak kecil lebih umum terjadi dibanding pasien dewasa, sebab mereka lebih menunjukan rasa takut dan cemas. Sedangkan pada pasien remaja mereka akan menemukan cara lain yaitu dengan cara memberontak. Pada pasien dewasa mereka merasa takut untuk memulai dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, mereka cenderung untuk menutup diri dan menghindar. Reaksi psikologis terhadap kanker yang merugikan juga dapat menjadi parah ketika terapi yang diberikan salah atau jika pasien memiliki pemahaman
yang salah tentang penyakit kanker dan terapi pengobatan tersebut, contonya pasien kanker payudara beberapa kali menunjukan gejala trauma atau stres yang berlebihan ketika menjalani terapi atau kemoterapi. Pada pasien kanker stadium lanjut pengobatan yang diberikan berbeda dibandingkan pada pasien stadium awal. Perbedaan ini menurunkan rasa percaya diri mereka sebab, terjadi perubahan pada tubuhnya seperti rambut rontok, kulit kering dan terjadi perubahan berat badan. Perasaan cemas pada pasien kanker stadium lanjut karena mereka takut akan dampak yang terjadi, misalnya perubahan body image dan kematian. Cemas akan kematian bisa berakibat terganggunya proses pengobatan. Dalam hal ini pasien yang menjalani kemoterapi dan berobat di rumah sakit membutuhkan metode perawatan dan pengobatana yang lebih khusus. Pendekatan yang baik dan terapeutik dari dokter dan perawat akan memperkuat koping pasien. Koping dibutuhkan pasien sebagai upaya untuk mengatasi cemas. Dalam aspek kognitif mereka berfikir akan mati dalam waktu dekat, tidak berguna, selalu merepotkan orang lain. Hal ini akan mempengaruhi aspek afektif yaitu timbul perasaan cemas, schok, tidak tentram, bingung, gelisah, kacau, dan putus asa. Kondisi psikologis tersebut akhirnya berdampak pada perilaku mereka seperti tidak percaya diri, menutup diri, dan pendiam. Namun akan berbeda jika mereka diberikan coping dan pendekatan, perilaku mereka akan mengarah kearah positif yaitu lebih giat beribadah, sabar dan ikhlas.
WOC Faktor Reproduksi : menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, kehamilan pertama pada umur tua
Terpapar lebih lama dengan hormon estrogen
Penggunaan hormon esterogen : penggunaan obat antikoseptiva oral jangka panjang
Penyakit Fibrokistik : papiloma, hiperplasia atipik
Makanan dan berat badan : berat badan >>, hormon
estrogen >>, gangguan poliferasi sel (Hiperplasia)
Radiasi : merangsang pertumbuhan sel abnormal/ tumor
Riwayat keluarga dan faktor genetik
Gangguan poliferasi sel
Hiperplasia pada sel mamae
Suplai nutrisi ke jaringan ca
Suplai nutrisi ke jaringan lain
Mendesak jaringan sekitar
Konsistensi mamae
Mendesak sel saraf
Pembedahan MRM (modified radical mastectomy
Ukuran mamae mengecil
MK : ANSIETAS
Penekanan pada sel saraf
Mendesak Pembuluh darah
Aliran darah ke jaringan terhambat
BB menurun
MK: Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Odem pada mamae
Massa tumor mendesak jaringan luar
Perfusi jaringan
ulkus
MK: Kerusakan Integritas kulit
MK: Gangguan Body Image
MK: Nyeri
Hipoksia jaringan
Nekrotik jaringan
Bakteri patogen
MK: Resiko Infeksi