PERANCANGAN PERKERASAN JALAN POKOK BAHASAN: KONSEP DAN ANALISIS PERANCANGAN LAPIS TAMBAH (OVERLAY)
LAYOUT
Pendahuluan Konsep dan Analisis Perancangan Lapis Tambah (Overlay) Pd T-01-2002-B Pd T-05-2005-B
1
NOW WE GO TO…
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pekerjaan lapis tambah (overlay) adalah bagian dari pekerjaan rehabilitasi jalan dengan cara menambah satu lapisan beraspal di atas lapisan beraspal eksisting.
overlay surface layer base / subbase layer
Existing pavement
2
PENDAHULUAN Mengapa harus dilakukan pekerjaan overlay? SC0 = kapasitas struktural dari perkerasan baru (dinyatakan dengan SN) SCeff = kapasitas struktural pada saat evaluasi akan perlunya overlay dilakukan (dinyatakan sebagai SNeff) SCf = kapasitas struktural yang diharapkan pada waktu mendatang Kurva kinerja jalan s/d akhir umur rencana
SCol = kapasitas struktural yang harus ditambahkan dengan overlay pada perkerasan eksisting
PENDAHULUAN
Kapasitas struktural jalan terkait dengan kemampuan struktur jalan dalam menahan beban lalu lintas. Contoh jenis kerusakan jalan yang bersifat struktural adalah retak (cracking). Selain kerusakan yang bersifat struktural, terdapat pula kerusakan yang bersifat fungsional, yaitu kerusakan yang dapat mengganggu kenyamanan dan keselamatan dalan berkendara. Contoh jenis kerusakan ini adalah lubang (potholes) dan gelombang (corrugation)
3
INTRODUCTION
Kerusakan struktural: Cracking/retak
Kerusakan fungsional: Corrugation/gelombang
PENDAHULUAN
Lapisan overlay akan mengatasi kerusakan yang bersifat struktural dengan cara meningkatkan kemampuan struktur perkerasan dalam menahan beban lalu lintas. Lapisan overlay akan mengatasi kerusakan yang bersifat fungsional dengan cara menghilangkan ketidakrataan permukaan levelling.
4
NOW WE GO TO… ANALISIS PERANCANGAN OVERLAY DENGAN PEDOMAN PD T-1-2002-B
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 1: Inventarisasi konstruksi dan desain perkerasan eksisting
Tebal dan jenis material masing-masing lapisan perkerasan jalan (D1, D2, D3, a1, a2 dan a3) Informasi mengenai kondisi eksisting dari subgrade (bisa diperoleh dari data pra-konstruksi, hasil penyelidikan tanah, dsb.)
5
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 2: Analisis volume lalu lintas
Nilai kumulatif ekivalensi sumbu standard 18-kip (ESAL) pada lajur rencana (Np), untuk digunakan dalam penentuan nilai kapasitas struktural eksisting (SNeff). Prediksi nilai kumulatif ekivalensi sumbu standard 18-kip (ESAL) untuk tahun mendatang pada lajur rencana (Nf) untuk penentuan nilai kapasitas struktural yang diharapkan pada tahun mendatang (SNf).
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 3: Survei kondisi perkerasan jalan Survei kondisi perkerasan jalan dilakukan untuk mengetahui jenis kerusakan jalan yang terdapat pada jalan yang akan di-overlay. Jenisjenis kerusakan jalan yang akan diinventaris pada survei kondisi perkerasan jalan untuk penentuan koefisien kekuatan material (a) eksisting adalah: Persentase luas permukaan dari retak kulit buaya (alligator cracking). Jumlah retak melintang (tranverse cracking) per mil atau per km. Rata-rata kedalaman alur. Adanya efek pumping pada retak dan sudut-sudut perkerasan jalan
6
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif (SNeff)
Penentuan modulus resilien dari subgrade: umumnya dilakukan menggunakan pengujian yang tidak merusak (non-destructive testing, NDT) dengan mengukur lendutan, hasil pengujian laboratorium dari sampel tanah (ASTM T292-91), hasil pengujian lain (R value, CBR, dsb.). Sampel dari lapisan permukaan (pemeriksaan visual untuk mengetahui adanya pengelupasan permukaan, degradasi material, dsb.). Sampel dari lapisan pondasi yang bersifat granular (pemeriksaan visual dan analisis saringan untuk mengetahui degradasi ukuran butiran dan adanya material halus yang naik dari subgrade). Tebal seluruh lapisan.
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif (SNeff) pengukuran lendutan
Lendutan diukur untuk setiap interval 100 - 1,000 ft pada daerah yang tidak ditemukan kerusakan jalan dengan menggunakan alat Falling Weight Deflectometer (dengan beban 9,000 lbs) Lendutan sebaiknya diukur minimum pada dua titik: titik tengah dari beban dan pada jarak tertentu dari beban.
7
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif (SNeff) penentuan modulus resilien
Pada jarak yang cukup besar dari beban, lendutan yang terukur umumnya dikontribusikan oleh lendutan pada subgrade. Nilai MR dari subgrade bisa dihitung dengan persamaan berikut. MR = 0.24 P / (dr r) MR = modulus resilien tanah dasar (subgrade), psi P = beban, lbs dr = lendutan pada jarak r dari pusat beban, inch r = jarak dari pusat beban, inch r 0.7 ae (prasyarat agar nilai MR di atas dapat diterima) { apakah yang dimaksud dengan ae ? }
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif (SNeff) penentuan modulus resilien ae = [ a2 + { D (Ep/MR)1/3 }2 ]1/2 a = jari-jari pelat beban, inch MR = modulus resilien tanah dasar (subgrade), psi D = tebal seluruh lapisan perkerasan jalan dari subgrade, inch Ep = modulus elastisitas efektif ( composite modulus) dari seluruh lapisan di atas subgrade, psi { bagaimana cara menentukan Ep ? }
8
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif (SNeff) penentuan modulus resilien d0 = lendutan pada pusat beban diukur pada suhu 68 F, inch p = tekanan pelat beban, psi a = radius pelat beban, inch D = tebal keseluruhan lapisan di atas subgrade, inch MR = modulus resilien subgrade, psi Ep = modulus elastisitas efektif dari seluruh lapisan di atas subgrade, psi
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif (SNeff) penentuan modulus resilien Nilai d0 mempunyai faktor koreksi
9
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif (SNeff) penentuan modulus resilien
faktor koreksi d0 apabila lapisan perkerasan dengan lapisan pondasi granular (pada suhu 68 F atau 20 C)
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif (SNeff) penentuan modulus resilien
faktor koreksi d0 apabila lapisan perkerasan dengan lapisan pondasi distabilisasi dengan aspal atau pozzolan (pada suhu 68 F atau 20 C)
10
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif dari perkerasan eksisting (SNeff) terdapat 3 metode. Pilih nilai SNeff berdasarkan hasil perhitungan + intuisi/pengalaman engineering.
SNeff dari metode NDT kapasitas struktural = fungsi dari (total tebal, modulus elastisitas keseluruhan) SNeff = 0.0045 D (Ep)1/3
Ep diperoleh dengan cara perhitungan balik (lihat tahap 4).
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif dari perkerasan eksisting (SNeff)
SNeff dari hasil survei kondisi permukaan jalan dari hasil survei kondisi permukaan jalan, akan diperoleh nilai kekuatan relatif material dari setiap lapisan untuk kemudian digunakan pada persamaan SNeff sebagai berikut. SNeff = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3
11
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif dari perkerasan eksisting (SNeff)
SNeff dari hasil survei kondisi permukaan jalan
Quality of drainage
Percentage of time pavement structure is exposed to moisture levels approaching saturation *) < 1%
1 – 5%
5 – 25%
> 25%
Excellent
1.40 – 1.35
1.35 – 1.30
1.30 – 1.20
1.20
Good
1.35 – 1.25
1.25 – 1.15
1.15 – 1.00
1.00
Fair
1.25 – 1.15
1.15 – 1.05
1.00 – 0.80
0.80
Poor
1.15 – 1.05
1.05 – 0.80
0.80 – 0.60
0.60
Very poor
1.05 – 0.95
0.95 – 0.75
0.75 – 0.40
0.40
a1
DESIGN STEP
a2
a2 or a3
12
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif dari perkerasan eksisting (SNeff)
SNeff dari hasil survei kondisi permukaan jalan Keterangan tabel: Semua kerusakan jalan adalah hasil pengamatan pada permukaan jalan Sebagai bukti adanya efek pumping pada lapisan pondasi, sampel dari material pondasi sebaiknya diperoleh dan diperiksa untuk mengetahui adanya degradasi ukuran material dan penyusupan material halus dari tanah dasar. Persentase retak melintang = (panjang retak (ft.)/luas permukaan yang disurvei (ft2.)) * 100
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif dari perkerasan eksisting (SNeff)
SNeff dari konsep umur sisa dari perkerasan jalan RL = 100 { 1 – ( Np / N1.5 ) } RL = umur sisa (%) Np = total volume lalu lintas eksisting, ESALs (dari hasil survei) N1.5 = total volume lalu liintas sampai perkerasan runtuh, ESALs (N1.5 diperoleh dengan perhitungan perkerasan baru dengan asumsi: P2 = 1.5, R = 50%)
13
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif dari perkerasan eksisting (SNeff)
SNeff dari konsep umur sisa dari perkerasan jalan
Ilustrasi dari Np dan N1.5
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 4: Penentuan kapasitas struktural efektif dari perkerasan eksisting (SNeff)
SNeff dari konsep umur sisa dari perkerasan jalan Umur sisa digunakan untuk menentukan faktor kondisi (CF), menggunakan grafik RL vs CF. Kemudian, SNeff = CF * SN0 SN0 = kapasitas struktural dari perkerasan jalan baru
14
PROSEDUR PERANCANGAN
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 5: Penentuan kapasitas struktural yang diperlukan untuk lalu lintas pada tahun mendatang (SNf)
Nilai MR efektif, ditentukan dengan cara: Pengujian laboratorium Perkiraan menggunakan hubungan dengan paramter lain (misalnya CBR, dsb.) Dari dua cara di atas MR yang diperoleh sudah merupakan MR untuk keperluan desain Perhitungan balik dari data lendutan. Faktor koreksi (C) diperlukan untuk penyesuaian nilai MR desain yang diperoleh dari perhitungan balik. Nilai C = 0.33 direkomendasikan, atau C < 0.33 jika terdapat lapisan keras di bawah subgrade. MR desain = C { 0.24 P / (dr r) }
15
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 5: Penentuan kapasitas struktural yang diperlukan untuk lalu lintas pada tahun mendatang (SNf)
PSI = P1 – P2 P1 = PSI setelah overlay (P1 = 4.2) P2 = PSI pada saat diperlukan rehabilitasi berikutnya (P2 = 2.5) Reliabilitas dari lapisan overlay, R (%) Functional Classification
Recommended Level of Reliability, R (%) Urban
Rural
85 – 99.9
80 – 99.9
Arterial road
80 – 99
75 – 95
Collector road
80 – 95
75 - 95
Local road
50 – 80
50 - 80
Toll road
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 5: Penentuan kapasitas struktural yang diperlukan untuk lalu lintas pada tahun mendatang (SNf)
Nilai deviasi normal standard (ZR) yang sesuai dengan nilai R
Reliabilitas (%)
Deviasi Normal (Zr)
Reliabilitas (%)
Deviasi Nornal (Zr)
50
-0.000
90
-1.282
60
-0.253
95
-1.645
70
-0.524
98
-2.054
75
-0.674
99
-2.327
80
-0.841
99.9
-3.090
85
-1.037
99.99
-3.750
16
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 5: Penentuan kapasitas struktural yang diperlukan untuk lalu lintas pada tahun mendatang (SNf)
Simpangan baku keseluruhan, S0 Perkiraan nilai simpangan baku keseluruhan untuk contoh kasus dimana terdapat variasi pada lalu lintas pada tahun mendatang adalah sebesar 0.49 (untuk flexible pavement). Hitung nilai SNf persamaan design untuk flexible pavement atau bisa juga menggunakan nomograph.
PROSEDUR PERANCANGAN
R
Tahap 5: Penentuan kapasitas struktural yang diperlukan untuk lalu lintas pada tahun mendatang (SNf)
So
MR W18
PSI SN
17
PROSEDUR PERANCANGAN
Tahap 6: Penentuan tebal overlay Dol = SNol / aol = (SNf – SNeff) / aol SNol = kapasitas struktural yang dibutuhkan dari lapisan overlay aol = koefisien kekuatan relatif untuk AC Dol = tebal lapisan overlay, inch SNf = kapasitas struktural yang diperoleh dari Tahap 5 SNeff = kekuatan struktural efektif dari perkerasan eksisting (Tahap 4)
CONTOH PERHITUNGAN
Konsep dan analisis perancangan overlay Konversi ke mili in. (mils) Konversi ke in. Konversi ke psi. Konversi ke in.
18
CONTOH PERHITUNGAN
CONTOH PERHITUNGAN 6
terbesar
Mr = 0.24 x P / (dr x r) P = 580/(3.14 x 0.152) = 41 kN ~ 9217 lbs First trial, r = 60 in., dr = 38 micron = 1.5 mils Mr = 0.24 x 9217 / (0.0015x 60) = 24,579 psi
D = 3 + 5 + 12 = 20 in. Mr x d0 / P = 24,579 x 16.5 x 0.83 / 9217 = 36 Ep/Mr = 3 Ep ~ 75,000 psi
19
CONTOH PERHITUNGAN Cek: ae = (a2 + {D x (Ep/Mr)0.33}2)1/2 = 29 in. r = 60 in. > 0.7 x 29 ~ 21 in. (ok)
CONTOH PERHITUNGAN Apabila diasumsikan data yang diberikan benar….
… menggunakan Excel atau gunakan grafik (Mr d0 / P) vs D
20
CONTOH PERHITUNGAN
Bagaimana mendapatkan lalu lintas = 5 juta? W 18 w18 diperoleh dari hasil survel lalu lintas
4.9
3.8
0.4
CONTOH PERHITUNGAN Tidak ada panduan detail mengenai penentuan nilai a
Tebal tetap, tetapi kualitas material (a) menurun
21
a1
DESIGN STEP
a2
a2 or a3
NOW WE GO TO… KONSEP DAN ANALISIS PERANCANGAN OVERLAY DENGAN PEDOMAN PD T-5-2005-B
22
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung repetisi beban lalu lintas rencana (CESA) dalam ESA (1/4) – persamaan umum CESA = m x 365 x E x C x N m = jumlah masing-masing kendaraan E = ekivalen beban sumbu C = koefisien distribusi kendaraan N = faktor hubungan umur rencana yang disesuaikan dengan perkembangan lalu lintas
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung repetisi beban lalu lintas rencana (CESA) dalam ESA (2/4) – Ekivalen beban sumbu (E) Sumbu Tunggal Roda Tunggal
Sumbu Tunggal Roda Ganda Sumbu Tandem Roda Ganda Sumbu Tridem Roda Ganda
23
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung repetisi beban lalu lintas rencana (CESA) dalam ESA (3/4) – koefisien distribusi kendaraan (C)
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung repetisi beban lalu lintas rencana (CESA) dalam ESA (4/4) – faktor hubungan umur rencana yang disesuaikan dengan perkembangan lalu lintas (N)
r = tingkat pertumbuhan lalu lintas n = tahun tinjauan
24
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung lendutan hasil pengujian dengan alat FWD atau BB (1/5)
Lendutan dengan FWD – lendutan yang dipakai adalah lendutan langsung (dL) berdasarkan lendutan di bawah pusat beban (df1)
Ft = faktor koreksi terhadap suhu standar 35 C = 4,184 x TL-0,4025 … jika tebal beraspal (HL) < 10 cm = 14,785 x TL-0,7573 … jika tebal beraspal (HL) > 10 cm TL = suhu lapis beraspal = 1/3 (Tp + Tt + Tb) Tp, Tt dan Tb = suhu permukaan, tengah dan bawah lapis beraspal
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung lendutan hasil pengujian dengan alat FWD atau BB (2/5)
Suhu udara
Lendutan dengan FWD – lendutan yang dipakai adalah lendutan langsung (dL) berdasarkan lendutan di bawah pusat beban (df1) Suhu permukaan
25
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung lendutan hasil pengujian dengan alat FWD atau BB (3/5)
Lendutan dengan FWD – lendutan yang dipakai adalah lendutan langsung (dL) berdasarkan lendutan di bawah pusat beban (df1)
Ca = faktor koreksi muka air tanah (1,2 saat musim kemarau/ muka air tanah rendah; 0,9 saat musim hujan) FKB-FWD = faktor koreksi beban FWD (jika beban 4,08 ton) = 4,08 x (beban uji dalam ton)-1
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung lendutan hasil pengujian dengan alat FWD atau BB (4/5)
Lendutan dengan BB – lendutan yang dipakai adalah lendutan balik (dB)
d1 dan d3 = lendutan berjarak 0 dan 6 m dari beban (dalam mm) Ft dan Ca = idem Ft dan Ca pada lendutan dengan FWD FKB-BB = faktor koreksi beban BB (jika beban 8,16 ton) = 77,343 x (beban uji dalam ton)-2,0715
26
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung lendutan hasil pengujian dengan alat FWD atau BB (5/5)
Lendutan dengan BB – lendutan yang dipakai adalah lendutan balik (dB)
PROSEDUR PERANCANGAN
Tentukan keseragaman segmen jalan yang ditinjau (1/2) Untuk mengetahui keseragaman lendutan pada satu segmen jalan. Apabila dalam satu segmen jalan terdapat perbedaan lendutan, maka segmen tersebut harus dibagi menjadi beberapa sub-segmen berdasarkan keseragaman lendutannya.
Faktor keseragaman lendutan di suatu segmen harus berada dalam rentang faktor keseragaman ijin. Kriteria: 0% - 10% (keseragaman sangat baik), 11% - 20% (keseragaman baik), 21% - 30% (keseragaman cukup baik)
27
PROSEDUR PERANCANGAN
Tentukan keseragaman segmen jalan yang ditinjau (2/2)
Lendutan rata-rata
Standard deviasi
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung lendutan wakil (Dwakil) untuk masing-masing segmen jalan (dalam satuan mm) Untuk jalan arteri/tol (tingkat kepercayaan 98%) Untuk jalan kolektor (tingkat kepercayaan 95%) Untuk jalan lokal (tingkat kepercayaan 90%)
28
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung lendutan rencana/ijin (Drencana) untuk masingmasing segmen jalan (dalam satuan mm) (untuk lendutan dengan alat FWD) (untuk lendutan dengan alat BB)
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung tebal lapisan tambah/overlay (Ho)
Dsbl ov = lendutan sebelum overlay = lendutan wakil (Dwakil, dalam mm) Dstl ov = lendutan setelah overlay = lendutan rencana (Drencana, dalam mm)
29
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung tebal lapisan tambah/overlay terkoreksi (Ht) (1/2) Tebal lapisan tambah yang telah dihitung adalah berdasarkan suhu standard 35 C, sehingga untuk setiap daerah, tebal lapis tambahnya perlu dikoreksi dengan suatu faktor (Fo) karena memiliki temperatur rata-rata tahunan (TPRT) yang berbeda-beda.
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung tebal lapisan tambah/overlay terkoreksi (Ht) (2/2)
30
PROSEDUR PERANCANGAN
Hitung tebal lapisan tambah/overlay terkoreksi (Ht) apabila jenis perkerasannya berbeda Ht = Ht x FKTBL (MR dalam MPa)
CONTOH PERHITUNGAN
31
CONTOH PERHITUNGAN
CONTOH PERHITUNGAN
32
CONTOH PERHITUNGAN
CONTOH PERHITUNGAN
33
CONTOH PERHITUNGAN (untuk jalan arteri)
(TPRT untuk ruas Purwakarta – Plered = 35,4 C)
CONTOH PERHITUNGAN
(Misalkan jenis campuran beraspalnya diganti menjadi Laston modifikasi, maka perlu dikalikan dengan FKTBL = 0,87)
34
CONTOH PERHITUNGAN
CONTOH PERHITUNGAN
35
CONTOH PERHITUNGAN (untuk jalan arteri)
(TPRT untuk ruas Purwakarta – Plered = 35,4 C)
CONTOH PERHITUNGAN
(Misalkan jenis campuran beraspalnya diganti menjadi Laston modifikasi, maka perlu dikalikan dengan FKTBL = 0,87)
36
END OF PRESENTATION
Thank you for your attention.
37