BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Osteoatritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoatritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan (Koentjoro, 2010). Osteoatritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya. Tulang rawan (Kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu dengan yang lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan pembatasan gerak pada sendi (Nur, 2009). Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri merupakan gejala khas pada sendi yang mengalami osteoatritis. Rasa nyeri semakin berat bila melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri semakin ringan dengan istirahat (Sunyal, 2012). Kejadian osteoatritis banyak pada orang yang berusia diatas 45 tahun. Laki-laki dibawah umur 55 tahun lebih sering menderita penyakit ini dibandingkan dengan wanita pada umur yang sama. Namun, setelah umur 55 tahun prevelansi osteoatritis lebih banyak wanita dibandingkan pria. Hal ini diduga karena bentuk pinggul wanita yang lebar dapat menyebabkan tekanan yang menahun pada sendi lutut. Osteoatritis juga sering ditemukan pada orang yang kelebihan berat badan dan mereka pekerjaannya mengakibatkan tekanan yang berlebihan pada sendi-sendi tubuh (Nur, 2009).
B.
C.
Tujuan Penulisan 1.
Mengetahui manajemen konsep medis pada pasien gangguan Osteoatritis.
2.
Mengetahui manajemen Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan Osteoatritis.
3.
Mengetahui EBN dalam membuktikan intervensi pada pasien Osteoatritis.
Manfaat Penulisan 1.
Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien aritmia.
2.
Mahasiwa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan pengkajian keperawatan dan membuat Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan aritmia. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Konsep Dasar Penyakit Osteoatritis 1.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal Sistem muskuloskeletal terdiri atas rangka tulang dan tiga tipe otot: (1) rangka, (2) jantung, dan (3) polos. Jenis-jenis otot dibedakan berdasarkan adanya lurik, sumber saraf, dan mekanisme kontraksi. Secara fisiologi, sistem muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada pergerakan dan posisi. Rangka tulang memberikan dukungan, proteksi, dan pergerakan rangka. Kontraksi otot rangka menghasilkan pergerakan pada rangka ini. Rangka tubuh memberikan tempat penyimpanan bagi kalsium dan ion-ion lainnya. Otot rangka, yang merupakan 40% hingga 50% berat badan, memegang peranan utama dalam metabolisme dan regulasi temperatur.
Gambar 2.1. Perbedaan Osteoatritis normal dan tidak normal yang mempengaruhi fungsi tulang (sumber: belajarilmukomputerdaninternet.com)
2.
Struktur Sistem Muskuloskeletal a)
Otot Rangka Otot rangka melekat pada tulang atau rangka tubuh. Otot rangka dinamakan demikian karena beberapa hal yaitu: (1) pergerakan (misalnya, fleksi, ekstensi dengan pergerakan pada tulang rangka), (2) bentuk (misalnya kuadrilateral, memanjang), (3) letak (yaitu perlekatan otot pada rangka), (4) insersi (yaitu perlekatan yang dapat bergerak pada otot), (5) jumlah divisi, (6) lokasi, atau (7) arah serat (misalnya transversal). 2
Kontraksi otot rangka mengerahkan kekuatan pada tulang atau kulit dan menggerakan mereka. Sebagian besar otot rangka berada di bawah kontrol volunter pada sistem saraf, namun sebagian lainnya dikontrol oleh divisi somatik pada sistem saraf perifer, seperti yang digunakan untuk menjaga keseimbangan. Otot rangka terdiri atas banyak sel-sel individu yang di sebut dengan serat otot. Serat-serat ini di ikat oleh lapisan tipis dari jaringan penghubung fibrosa (fasia). Fasia juga memasuki otot, memisahkannya dari bunlel (fasikulus). Otot rangka melekat pada tulang rangka menggunakan perpanjangan fasia yang sangat tipis atau oleh tendon. Tendon (serat fibrosa) memberikan perlekatan yang lebih kuat pada tulang dibandingkan fasia. Pada uji mikroskopik, banyak nuklei dari sel-sel otot banyak dan dikelompokkan ke dalam miofibril
yang
menyerupai
benang.
Pengamatan
yang
lebih
dekat
akan
niofibril
memperlihatkan corak terang dan gelap yang bergantian (lurik). Sel-sel otot dapat dibagi ke dalam segmen yang lebih kecil di sebut sarkomer, digambarkan oleh pita Z. Sarkomer adalah struktur pada otot dimana kontraksi yang sebenarnya terjadi. Dua miofilamen primer aktin yang tipis. Filamen adalah protein yang menempel secara singkat dan menembus atau bergerak antara satu dengan yang lainnya untuk menyebabkan otot berkontraksi. b)
Otot Jantung Otot jantung (miokardium) bersifat involunter dan hanya terdapat pada jantung. Otot ini terdiri atas sel-sel otot yang bercabang dan berlurik yang di hubungkan oleh taut imbas (gap
junction). Gap junction adalah hubungan antara sel-sel yang memungkinkan terjadinya komunikasi secara listrik dan kimia. Otot jantung di kontrol oleh faktor intrinsik (seperti jumlah darah dari vena yang kembali ke atrium kanan), hormon, dan sinyal dari sistem saraf otonom. c)
Otot Polos Otot polos tidak memiliki lurik yang terlihat. Berkosentrasi secara involunter dan terdapat pada dinding-dinding rongga organ (misalnya saluran pencernaan, pembuluh darah, kandung kemih) dan area lain (misalnya, mata). Otot ini dikontrol oleh sistem saraf otonomik, hormon, dan faktor intrinsikdari organ (misalnya, peregangan disebabkan oleh adanya makanan di usus halus). Gap junction antara sel-sel otot polos menghasilkan koordinasi gerak.
d)
Sistem Skeletal Manusia memiliki endoskeleton yang berada di dalam jaringan lunak pada tubuh. Endoskeleton ini terdiri atas jaringan hidup yang mampu untuk tumbuh, beradaptasi, dan memperbaiki diri. Tubuh manusia dewasa memiliki 206 tulang, yang terdiri ke dalam 2 kategori mayor berdasarkan posisi: aksial dan apendikular. Tulang aksial (80 tulang) terdiri atas tenggkorak, kolumna vertebral, dan tulang dada. Tulang apendikular (126 tulang) termasuk tulang-tulang pada ekstremitas, bahu, dan pelvis. Tulang juga dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk mereka. 3
1)
Tulang panjang lebih panjang daripada lebarnya dan ditemukan di ekstermitas atas dan bawah. Humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, metatarsal, metakarpal, dan falangs adalah tulang panjang.
2)
Tulang pendek (misalnya, karpal, tarsal) tidak memiliki axis yang panjang berbentuk kubus.
3)
Tulang pipih (misalnya rusuk, kranium, skapula, dan beberapa bagian dari pelvis girdle) melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan permukaan yang luas untuk melekatnya otot.
4)
Tulang iregular memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel telinga, tulang wajah, dan pelvis. Tulang ireguler mirip dengan tulang lain dalam struktur dan komposisi.
e)
Anatomi Kasar Tulang Tulang panjang yang umum memiliki poros (diafisis) dan dua pangkal (epifisis proksimal dan distal). Diafisis adalah celah silinder dari tulang kompak yang mengitari celah medular (sumsum). Berjajar di bagian dalam dengan lapisan jaringan penghubung yang tipis yang disebut endosteum. Pada anak-anak dan dewasa awal, epifisis terpisah dari diafisis oleh lempeng atau kartilago epifisium, dimana tulang tumbuh lebih panjang. Ketika pertumbuhan tulang lengkap, kartilago epifisium digantikan oleh tulang, yang menghubungkannya dengan diafisis. Fraktur pada lempeng epifisium pada anak-anak dapat menyebabkan pertumbuhan tulang yang lambat atau pemendekan tungkai. Tulang di lapisi oleh lapisan jaringan penghubung yang disebut periosteum. Lapisan luar (fibrosa) dari perioustreum memiliki banyak pembuluh darah dan saraf, beberapa di antaranya memasuki tulang melalui kanal Volkmann. Lapisan ini sangat kokoh dan dapat menahan fragmen fraktur tidaak bergeser (nondisplaced) tetap pada tempatnya. Lapisan dalam (osteogenik) melekat langsungpada tulang dengan kolagen (serabut Sharpey). Tidak terdapat periosteum pada permukaan artikular pada tulang panjang; area ini dilapisi oleh kartilago artikular.
4
Gambar 2.2. Tulang pada manusia (sumber: infopendidikandanbiologi.com)
f)
Anatomi Mikroskopis Tulang Ketika dilihat dari mikroskop, tulang padat (compact bone) sangat teratur dan solid. Tulang ini teratur sampai ke unit struktual yang disebut dengan osteon atau sistem haversian. Osteon pada dasarnya merupakan silinder tulang. Tiap osteon mengandung (1) pembuluh di kanal pusat (kanal haversiani), (2) lapisan konsentrik matriks tulang (lamela); (3) celah kecil di antara lamela (lakuna) yang mengandung osetosit; dan (4) kanal kecil (kanalikuli). Pembuluh darah memberikan nutrien pada tulang dan membawa sampah dari tulang.
Tulang spons (berongga) tidak memiliki struktur yang teratur seperti itu. Lamela tidak diatur dalam lingkaran yang konsentris namun diarahkan berkaitan dengan garis tekanan mksimum pada tulang. Tulang berongga memiliki osteosit yang menempel pada lakuna, dan lakuna saling berhubungan melalui kanalikuli. Darah mecapai osteosis dengan melalui celah pada sumsum tulang. Komposisi Tulang Kerangka kerja organik tulang dibentuk dari protein kompleks dan serat, terutama kolagen (mirip dengan kolagen yang ditemukan di jaringan penghubung lainnya).
Kolagen memberikan tulang kekuatan yang kuat sehingga dapat menahan regangan dan puntiran. Garam inorganik (kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal, di istilahkan hidriksiapatit) membuat tulang mampu menahan kompresi. Kombinasi kolagen dan garam membuat tulang sangat kuat tanpa mengalami kerapuhan. Komposisi tulang dianalogikan seperti beton dengan inti besi, dimana batang besi (kolagen) memberikan kekuatan tarikan; sedangkan semen, pasir dan kerikil (garam-garam) memberikan kekuatan kompresi. 5
Tulang mengandung tipe-tipe sel yang memberikan keseimbangan dan fungsi. Osteoblas adalah sel pembentuk tulang; mereka menghasilkan tulang baru dengan mengkatalis reaksi yang membawa kalsium dan fosfat dari darah dan membentuknya menjadi matriks tulang dalam jaringan kolagen. Osteosit merupakan osteoblas yang sudah maturyang ditemukan pada matriks tulang. Osteosit adalah sel-sel yang menyerap (menghilangkan) kerusakan atau sel-sel pada tulang yang lama selama periode pertumbuhan atau perbaikan. Mereka juga penting dalam mengembalikan garam-garam inorganik dari tulang ke dalam aliran darah. Sel-sel tulang ini membuat tulang mampu untuk tumbuh, memperbaiki diri, dan mengubah bentuk. Bahkan tulang yang matur secara teratur mengalami perubahan, dengan sel-sel baru yang dibentuk dan sel-sel baru yang dibentuk dan sel-sel lama dihancurkan. g)
Artikulasi
Artikulasi (sendi) adalah tempat bertemunya dua atau lebih tulang. Tidak semua sendi dapat melakukan pergerakan. Sendi dapat bersifat sinocial, fibrosa, atau kartilago. 1)
Sendi Sinovial Sebagian besar sendi dalam tubuh adalah sendi sinovial. Mereka dapat bergerak bebas, memungkinkan terjadinya perubahan posisi dan gerak. Sendi sinovial mampu untuk berbagai jenis pergerakan, bergantung pada tipe sendi. Sendi sinovial memiliki empat karakteristik. (a)
Tipe sendi dilapisi oleh kapsul artikular, mengakibatkan adanya celah sendi
(b) Membran sinovial menghasilkan cairan sinovial , yang mengisi celah untuk lubrikasi dan pemberiaan nutrisi pada kartilago (c)
Permukaan tulang pada sendi dilapisi oleh kartilago hialin (kartilaago artikular)
(d) Sendi sinovial memiliki karakteristik pendukung tambahan. Ligamen dan tendon menguatkan kapsul dan membantu membatasi pergerakan. Lempeng artikular berlokasi di antara tulang-tulang pada beberapa sendi sinovial untuk menahan benturan keras 2)
Sendi Fibrosa Sendi
fibrosa merupakan artikulasi dimana tulang disatukan oleh jaringn
penghubung fibrosa. Hanya sedikit material yang memisahkan pangkal tulang, dan pergerakan yang minimal mungkin dilakukan. 3)
Sendi Sutura Sendi sutura termasuk tulang pada tengkorak dan terkadang sutura di antara ilium iskium, dan pubis. Pada saat lahir tulang-tulang pada tengkorak terpisah untuk memfasilitasi proses kelahiran. Tulang tulang biasanya menyatu pada saat anak berusia 2 tahun. Ujung-ujung tulang ini memiliki lekukan (interdigitasi) yang pas satu dengan yang lainnya dan terlihat seperti jahitan. 6
4)
Sendi Sindesmosis Sendi sindemosis (ligamentus) digabungkan oleh ligamen (pita-pita jaringan fibrosa) atau membran. Sendi sindesmosis memungkinkan terjadinya gerakan elastis dimana tulang dapat merenggang dan kembali ke bentuk semula. Persendian pada ujung distal dari tibia dan fibula adalah contoh sendi sindesmosis.
5)
Sendi Kartilago Tulang disatukan oleh kartilago (jaringan penghubung yang padat) pergerakan yang terbatas memungkinkan di lakukan di persendian ini. Terdapat dua tipe persendian: sinkondrosis dan simfisis.
6)
Sinkondrisis Sinkondrisis disatukan oleh kartilago hialin. Persendian di antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang digantikan oleh tulang (osifikasi) pada saat maturitas. Pada tulang rusuk, bentuk kartilago ini juga bersifat sementara dan pada akhirnya akan digantikan oleh tulang. Pada kartilago kostal, sinkondrosis di antara tulang rusuk dan sternum biasanya tidak digantikan oleh tulang.
7)
Simfisis Simfisis adalah permukaan artikular yang memiliki bantalan atau lempeng fibrokartilago yang menghubungkan sambungan tulang. Pergerakan yang terbatas dapat dilakukan. Pada sendi, permukaan berperan sebagai penyerap gesekan. Tulang belakang dan pubis dipisahkan oleh simfisis.
h)
Struktur penahan dan pendukung 1)
Sarung Bursae dan Tendon Bursae adalah kantong kecil yang sejajar dengan membran sinovial. Mereka berperan sebagai bantalan antar struktur terutama dimana otot dan tendon melintas di antara tulang-tulang. Tubuh memiliki ratusan bursae. Beberapa diantaranya bersifat subkutan, berada di antara tulang dan kulit (misalnya, b bursae di antara porses olekranon pada siku dan kulit).
Sarung tendon merupakan struktur sinovial silinder yang mirip dengan bursae. Mereka ditemukan di mana tendon bersilangan dengan sendi dan mungkin menyebabkan terjadinya gesekan yang konstan, seperti pada terowongan karpal (carpal tunnel). Sarung tersebut melapisi di sekeliling tendon, membentuk bantalan berisi cairan dimana tendon dapat melintas. 2)
Ligamen Ligamen adalah ikatan dari jaringan fibrosa yang menghubungkan tulang pada sendi dan memberikan stabilitas selama pergerakan. Beberapa ligamen yang sering kali
7
mengalami cedera adalah ligamen korakohumeral dan glenohumeral, yang mendukung lutut. 3)
Kartilago
Kartilago adalah tipe jaringan penghubung yang padat (kolagen tipe II) yang terdapat di semua bagian sistem muskuloskeletal. Kartilago dapat menahan tekanan dan kompresi dengan ketahanan yang besar. Berwarna semi-opaque (putih kebiruan atau abu-abu dan memiliki suplai saraf dan darah yang terbatas. Sebagian besar dari rangka pada embrio adalah kartilago yang kemudian secara bertahap menjadi tulang (osifikasi). Tiga tipe kartilago yang ditemukan di dalam tubuh: (a)
Kartilago hialin, di temukan di saluran pernafasan, tulang yang berkembang, ujung dari tulang penyambung
(b) Fibrokartilago, ditemukan pada ligamen dan lempeng intervertebral (c)
Kartilago elastin, ditemukan di telinga bagian luar
Gambar 2.3. Sendi dan bagiannya (sumber: pelajaran.id)
3.
Fungsi Sistem Muskuloskeletal a.
Otot Pergerakan Kontraksi otot rangka terjadi ketika stimulus memicu serat otot pada individu. Stimulus, suatu implus saraf, kemudian melepaskan asetilkolin (ACh) dari ujung neuron motorik pada sinaps. Ach melintasi perlintasan neuronmuskular dan menyebabkan potensial aksi dengan mengikat reseptor pada membran sel otot (misalny, implus elektrik stimulatori. Potensial aksi memicu kontraksi sarkomer dengan melepaskan kalsium di dalam sel. Serat-serat saraf dapat mensuplai lebih dari 100 sel-sel otot rangka individual, namun sel otot individual dikontrol 8
hanya oleh satu sel saraf. Rancangan ini memberikan kontrol pada neural untuk melakukan pergerakan yang tepat. Aliran stimulus yang kontinu mempertahankan tonus otot (menjaga otot berkontraksi secara parsial dalam kondisi siap untuk melakukan pergerakan). b.
Unit Motorik dan Somasi Unit motorik didefinisikan sebagai neuron mototrik dan semua serat otot yang disuplainya. Jumlah serat otot yang terlibat dalam tiap unit motorik merefleksikan derajat kontrol. Unit motorik yang kecil mengatur kontrol halus, seperti pada
otot – otot jari tangan. Unit motorik
yang besar mengoordinasikan dari otot - otot yang besar, seperti pada tubuh. Kekuatan kontraksi ditingkatkan oleh somasi temporal atau spasial. Somasi temporal meningkatkan laju aktivitas unit motorik individual. Somasi spasial meingkatkan jumlah unit motorik yang diaktifkan. Baik somasi spasial maupun temporal dapat menyebabkan tetani, suatu kontraksi menetap pada otot rangka. c.
Propulsi Otot polos ditemukan didinding rongga konduit didalam tubuh, dan kontraksinya menyebabkan adanya tekanan yang dapat menyatukan, memisahkan, atau mendorong pergerakan substansi. Sebagai contoh, otot polos pada saluran gastrointestinal (GI) mendorong makanan melalui saluran selama proses digesti. Otot polos di arterial merigulsi aliran darah arterial dengan menyebabkan vasodilatasi dan vaskonstriksi. Otot polos diuterus berkontraksi selama melahirkan, dan otot polos djalan nafas dapat berkontriksi (bronkospasme) atau berdilatasi untuk mengubah pergerakan udara.
c.
Produksi panas Aktivitas otot rangka menghasilkan panas, beberapa diantaranya dapat digunakan untuk menjaga temperatur tubuh. Selama olahraga, kelebihan panas dilepaskan melalui keringat dan vasodilatasi. Ketika tubuh dingin, panas dihasilkan dengan cara menggigil.
d.
Sistem Skeletal Tulang memberikan bentuk pada tubuh : mereka mendukung berbagai jenis jaringan dan organ dan membuat pergerakan dengan memberikan perlekatan bagi tendon dan otot. Rangka juga bersifat melindungi. Rongga iga dan tengkorak, contohnya, melidungi paru-paru dan otak serta organ – organ pengindra khusus lainnnya.
e.
Fungsi Hematopoietik Tulang merupakan rumah bagi jaringan hematopoietik, yang menghasilkan sel-sel darah. Pada individu dewasa, sel-sel darah dibentuk dirogga sumsum pada tengkorak, tulang belakang, rusuk, strernum, bahu, pelvis. Dua tipe sumsum tulang adalah kuning dan merah. Beberapa peneliti telah mencatat adanya tipe ketiga dari sumsum tulang: cokelat. Sumsum cokelat secara umum ditemukan pada individu lansia; strukturnya mirip dengan sumsum berwarna kuning yang tidak aktif dan kekurangan jaringan adiposa. Sumsum kuning (jaringan 9
penghubung yang dibentuk oleh sel-sel lemak) ditemukan di batang tulang panjang dan memanjang hingga sistem haversian. Sumsum kuning tidak menghasilkan sel-sel darah kecuali saat diperlukan peningkatan sel darah. Sumsum merah memiliki fungsi hematopoietik; memproduksi sel-sel darah merah dan putih serta platelet. Berlokasi di celah kanselus tulang, ditemukan di tulang pipih. f.
Peran Tulang dalam Hemeostasis Tulang juga berperan penting dalam keseimbangan mineral; mereka menyimpan kalsium, fosfor, sodium, kalium dan mineral lainnya
dan melepaskan mereka untuk metabolisme
selular dan untuk digunakan oleh sistem tubuh lainnya. Ketika sadar kalsium dalam darah menurun, kelenjar paratiroid mendeteksi penurunan tersebut dan melepaskan hormon
paratiroid (PTH). PTH meningkatkan pergerakan kalsium dari tulang ke dalam cairan ekstraseluler dengan menstimulasi osteoklas untuk memecah tulang dan melepas kalsium. PTH juga menurunkan eksresi kalsium di ginjal, meningkatkan ekskresi fosfat, dan meningkatkan transformasi
metabolik vitaamin D3 ke bentuk aktifnya untuk meningkatkan absoprsi kalsium
dari usus halus. g.
Remodeling Tulang Selama hidup, massa tulang secara terus-menerus menjalani proses yang formasi tulang dan resorpsi tulang yang berregulasi dengan baik. Proses pergantian tulang di sebut
remodeling dan proses inimerupakan salah satu mekanisme mayor untuk mempertahankan keseimbangan kalsium dalam tubuh. Setidaknya 15% dari total massa tulang biasanya mengalami pergantian tiap tahunnya melalui tiga fase proses: 1)
Fase 1. Siklus dimulai ketika stimulus (seperti hormon, obat, atau stresor) mengaktivasi prekursol sel tulang untuk menjadi osteoklas.
2)
Fase 2. Osteoklas secara bertahap menyerap tulang. Mereka menyisakan celah yang memanjang (celah resorpso), yang sesuai dengan struktur umum dari sistem haversian atau trabekulae.
3)
Fase 3. Tulang baru diproduksi oleh osteoblas. Osteoblas mengikuti alur dari osteoklas untuk membentuk sistem haversan dan trabekulae yang baru. Keseluruhan proses ini berlangsung selama kira-kira 4 bulan. Pembentukan kembali tulang membutuhkan konsentrasi kalsium dan fosfat yang normal dalam plasma dan sangat bergantung pada vitamin D.
h.
Perbaikan Tulang Proses remodeling memungkinkan perbaikan pada cedera tulang-tulang kecil, namun patah tulang (fraktur) dan perlukaan pada tulang lainnya sembuh dengan cara yang berbeda. Awalnya, tulang sembuh dengan membentuk hematoma. Fibrin dari hematoma membentuk jaring, yang merupakan kerangka awal untuk penyembuhan. Jaringan granulasi (pro-kalus) 10
diproduksi, dan kalus fibrokartilago dibentuk sebelum endapan tulang ( oseous) berkembang. Osteoblas menghasilkan rumpun matriks tulang (kalus) yang tidak beraturan. Trabekulae dan sistem haversian mengikuti setelahnya. Akhirnya, ujung-ujung tulang dibuat ulang hingga ke ukuran dan bentuk tulang sebelum cedera. Kalus dibentuk dilokasi fraktur dan dapat dilihat pada x-ray, mengindikasikan fraktur yang telah sembuh atau “lama”. i.
Efek Penuaan Penuaan memengaruhi tulang, otot, dan tendon. Jaringan tulang hilang karena kapasitas untuk tumbuh kurang dari laju hilangnya kepadatan tulang. Sistem haversian pada tulang kompak secara bertahap mengalami gangguan. Lakuna membesar, dan tulang sangat dikaitkan dengan penuaan, menyebabkan melemah dan mengeroposnya tulang dan meningkatkan resiko fraktur. Lama kelamaan kartilago menjadi kaku dan rapuh dan massa otot berkurang. Seiring dengan berkurangnya masa otot, begitu pula dengan kekuatan maksimal, yang dapat menunrunkan higga 50% antara usia 20 hingga 50 tahun. Beberapa teori dikemukakan untuk menjelaskan perubahan ini, termasuk perubahan dalam aktivitas, berkurangnya sirkulasi, gangguan kardiovaskuler, dan masalah nutrisi.
B.
Konsep Medik Penyakit Osteoartritis 1.
Definisi Osteoatritis Gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik berjalan progresif lambat , tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Osteoatritis bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah pasien artritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan dari laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun.
Gambar 2.4. Tulang normal dan tulang penderita osteoartritis (sumber: muskuloskeletal.com)
11
2.
Patofisiologi Kartilago yang melapisi sendi memberi permukaan yang halus sehingga tulang didalam sendi bergerak dengan luas satu sama lain tanpa persi, dan mendistribusikan beban dari satu tulang ketulang lain, menghilangkan tekanan mekanik yang terjadi dengan beban sendi. kartilago ini normalnya mengandung lebih dari 70% air. Lebih dari 90% berat kering merupakan kolagen, yang memberi kekuatan, dan proteoglikan, yang memberi elastisitas dan kelakuan terhadap kompresi sel kartilago, kontrol ship, bersarang dalam jaring kolagen dan proteoglikan ini. kontrol ship secara teratur mengurai kartilago sendi yang robek dan mensintesis komponen menggantikannya. Kartilago artikular normal mengeluarkan beberapa air saat kompresi, memberi rublikasi untuk permukaan sendi. Air ini direapsopsi selama relaksasi sendi pada OA, proteoglikan dan kolagen hilang dari kartilago akibat degradasi enzimatik. Kandungan air kartilago meningkat karna matriks kolagen hancur. Dengan kehilangan proteoglikan dan serabut kolagen,kartilago menjadi warna kuning atau abu-abu kehijauan serta kehilangan kekuatan meregang. terjadi ulserrasi permukaan, dan pisura terjadi dalam lapisan kartilago yang lebih dalam. pada akhirnya,area kartilago arti kular yang lebih besar hilang, dan tulang menyertai terpajar. mengurangi kemampuan. Mengapsopsi energi pada beban sendi. kista juga dapat terjadi dalam tulang karena cairan sinovial bocor melalui kartilago yang rusak. Osteofit yang dilapisi kartilago (pertumbuhan tulang berlebihan sering kali disebut ’joint mice) mengubah anatomi sendi. karena cabang atau pembesaran penonjolan, potongan kecil dapat terpotong, menyebabkan sinovitis ringan (inflamasi membran sinovial).
3.
Etiologi dan Faktor Resiko Ostoartritis diklasifikasikan menjadi idiopatik (primer) atau sekunder. Osteoartritis idiopatik menganai individu yang tidak dimiliki riwayat kerusakan sendi, penyakit sendi, atau penyakit sistematik yang berhubungan dengan berkembangnya osteoartritis. Penyakit sendi paling sering ditemukan pada orang dewasa berusia 65 tahun atau lebih, osteoartritis idiopatik lebih sering ditemukan pada wanita wanita dari pada pria. Hal ini tidak menimbulkan ketidakmampuan sebagai efek yang ditimbulkan pada sendi-sendi besar penunjang berat dan tulang belakang. Meskipun osteoartritis pada awalnya tidak dikategorrikan sebagai penyakit genetik, terdapat predesposisi genetik yang berkaitan dengan berkembangnya penyakit idiopatik. Kasus osteoatritis yang terestimasi sebesar 10-6-% ternyata berkaitan dengan genetik, dengan variasi pada sendi yang terlibat. Bukti yang ditemukan saat ini diperkirakan adanya gen autosomal resesif yang berperan pada awal dari kerusakan sendi. Selain itu, hormon seks dan faktor hormonal lainnya juga di yakini memiliki peran dalam berkembangnya progresifitas osteoartritis. 12
Osteoartritis sekunder lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita. Hal ini diakibatkan oleh trauma, penyakit sendi yang lain, nekrosis avaskulas atau kelainan inflamasi neuropatik seperti penyakit Legg-celve-perthes. Artritis traumatis dapat terjadi setelah fraktur, atau kerusakan sendi terbuka. Hal ini dapat pula terjadi akibat kerusakan berulang yang berhubungan dengan pekerjaan individu atau olahraga tertentu misalnya (artritis pergelangan tangan pada pemain kayboard, manifestasi kelainan bahu pada pemukul bola baseball). Oleh karena osteoartritis merupakan penyakit kronis, dan tidak dapat disembuhkan, para penyedia layanan kesehatan lebih fokus pada faktor resiko yang dapat dimodifikasi untuk mengurangi dampak penyakit. Sebagai contoh berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang mengalami obesitas lebih beresiko tinggi mengalami obesitas pada panggul, hubungan ini tidak sekuat dan tidak sekonsisnten seperti pada osteoartritis lutut. Variasi resiko ini berkaitan dengan jumlah tekanan yang berbeda yang diberikan pada lutut, sedangkan hanya tiga kali berat badan yang diberikan pada panggul. Penguranggan berat badan atau pemeliharaan penting untuk meminimalisasi efek osteoartritis. Klien dengan osteoartritis juga didorong untuk melakukan serangkaian olahraga teratur, yang lebih memberikan keuntungan pada berbagai cara berikut. a.
Latihan mengangkat beban akan meningkatkan mobilitas sendi dan menguatkan otot yang menunjang sendi, tendon, ligamen.
b.
Latihan yang menstimulasi pertumbuhan kartilago dengan menggerakan cairan sinovial melalui matriks. Oleh karna kartilago artikular kekurangan pembuluh darah, proses mekanik kekurangan pembuluh darah, proses mekanikal dari pergerakan sendi penting untuk regenerasi kartilago dan mobilitas sendi secara kontinu.
c.
4.
Latihan fisik memproteksi sendi secara tidak langsung dengan menambah kontrol berat.
Manifestasi Klinis Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan (Soeroso J. Et all, 2007). Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA yang ditimbulkan oleh kelainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi. Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 fase: a.
Fase Nyeri Akut. Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang dengan istirahat.
b.
Fase Nyeri kronis 13
Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur (tertariknya) sendi dan menyebabkan terbatasnya gerakan. Penderita akan merasakan gerakan sendi tidak licin disertai bunyi gemeretak (krepitus). Sendi terasa lebih kaku setelah istrahat. Perlahan-lahan sendi akan bertambah kaku.
Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: a.
Nyeri sendi Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain (Soeroso, 2006). Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini. Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (Soeroso, 2006). Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago. Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum tulang. Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri. Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).
b. Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri (Soeroso, 2006). c.
Kaku pagi Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari (Soeroso, 2006).
d. Krepitasi Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006). e.
Pembengkakan sendi yang asimetris
14
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso, 2006).
5.
Pemeriksaan Penunjang a.
Pemeriksaan Radiologi Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan gambaran radiologis. Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA, ialah: 1)
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada daerah yang menanggung beban)
2)
Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
3)
Kista tulang
4)
Osteofit pada pinggir sendi
5)
Perubahan struktur anatomi sendi Berdasarkan perubahan-perubahan radiologis diatas, secara radiografi OA dapat digradasi
menjadi ringan sampai berat; yaitu menurut Kellgren dan Lawrence. Harus diingat bahwa pada awal penyakit, seringkali radiografi sendi masih normal (Milne dkk, 2007). b.
Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA, biasanya tidak banyak berguna. Pemeriksaan laboratorium akan membantu dalam mengidentifikasi penyebab pokok pada OA sekunder. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan dengan arthritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rhematoid dan komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein (Soeroso, 2009).
c.
Pemeriksaan Marker Destruksi rawan sendi pada OA melibatkan proses degradasi matriks molekul yang akan dilepaskan kedalam cairan tubuh, seperti dalam cairan sendi, darah, dan urin. Beberapa marker molekuler dari rawan sendi dapat digunakan dalam diagnosis, prognostik dan monitor penyakit sendi seperti RA dan OA dan dapat digunakan pula mengidentifikasi mekanisme penyakit pada tingkat molekuler. Marker yang dapat digunakan sebagai uji diagnostik pada OA antara lain: Keratan sulfat, Konsentrasi fragmen agrekan, fragmen COMP (cartilage alogometric matrix protein), metaloproteinase matriks dan inhibitornya dalam cairan sendi. Keratan sulfat dalam serum dapat digunakan untuk uji diagnostik pada OA generalisata. Marker sering pula digunakan untuk menentukan beratnya penyakit, yaitu dalam menentukan derajat penyakit. 15
Selain sebagai uji diagnostik marker dapat digunakan pula sebagai marker prognostik untuk membuat prediksi kemungkinan memburuknya penyakit. Pada OA maka hialuronan serum dapat digunakan untuk membuat prediksi pada pasien OA lutut akan terjadinya progresivitas OA dalam 5 tahun. Peningkatan COMP serum dapat membuat prediksi terhadap progresivitas penggunaan untuk petanda lainnya maka marker untuk prognostik ini masih diteliti lagi secara prospektif dan longitudinal dengan jumlah pasien yang lebih besar. Marker dapat digunakan pula untuk membuat prediksi terhadap respons pengobatan. Pada OA maka analisa dari fragmen matriks rawan sendi yang dilepaskan dan yang masih tertinggal dalam rawan sendi mungkin dapat memberikan informasi penting dari perangai proses metabolik atau peranan dari protease. Sebagai contoh maka fragmen agrekan yang dilepaskan dalam cairan tubuh dan yang masih tertinggal dalam matriks, sangatlah konsisten dengan aktivitas 2 enzim proteolitik yang berbeda fungsinya terhadap matriks rawan sendi pada OA. Enzim tersebut ialah strolielisin dan agrekanase. Penelitian penggunaan marker ini sedang dikembangkan.
6.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan osteoatritis haruslah bersifat multifokal dan individual. Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mencegah atau menahan kerusakan yang lebih lanjut pada sendi tersebut, dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahankan mobilitas. Tujuan manajemen medis osteoartritis adalah: (1) Managemen nyeri dengan perbaikan atau pemeliharaan mobilitas, (2) kemandirian fungsional, dan pemeliharaan kualitas hidup. Hampir semua klien dengan osteoatritis dapat diterapi secara sukses dengan pendekatan konservatif yang melibatkan penggunaan bersama beberapa modalitas. Klien akan mengalami perbaikan klinis dengan adanya keseimbangan anatara istirahat dan olahraga. Pola hidup yang pasif (sedikit bergerak) dapat mengakibatkan kenaikan berat badan, yang akan mengeksaserbasi manifestasi artritis. Dampak kecil dari latihan fisik aerobik, seperti jalan cepat, tidak akan memperburuk kerusakan sendi yang telah ada. Sebaliknya dengan berjalan akan meringankan nyeri dan meningkatkan mobilitas sendi. Hal ini juga akan meningkatkan tonus muskular dan stabilitas sendi. Latihan fisik juga akan menurunkan berat badan, yang harus dianjurkan pada klien dengan obesitas karena klien dengan obesitas akan mengalami kerusakan sendi lebih cepat pada ekstremitas bawah. Apabila sesi latihan singkat juga menambah rasa nyeri pada kien dengan OA, terapi pergerakan seperti Tai Chi dapat disarankan sebagai alternatif dampak kecil untuk meningkatkan sehatan dan fleksibilitas sesuai batas klien sendiri. Dari pada mendorong sendi pada titik pekerjaan yang terlalu berat, klien akan belajar mempertimbangkan efek internal keseimbangan dan pengurangan stres adalah lebih penting dari pada hanya latihan fisik. Hal ini disebabkan karena secara bertahap akan 16
meningkatkan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot tanpa adanya sendi yang menahan beban, dokter saat ini merekomendasikan Tai Chi pada klien-klien dengan berbagai kondisi muskuloskeletal. Klien dengan osteoartritis hendaknya mengerti pentingnya istirahat apabila sendi yang terkena sedang nyeri. Penggunaan tongkat pada tangan kontralateral dapat mengurangi nyeri sendi pada episedo nyeri berat di panggul atau lutut. Ban leher, andukan, ataupun korset dapat bermanfaat pada kasus di leher, bahu, atau punggung, namun bagaimanapun juga, imobilisasi harus dibatasi hingga satu minggu untuk menghindari kekakuan sendi yang berlanjut. Beberapa klien juga mengalami perbikan nyeri dengan mengaplikasikan panas pada sendi yang terkena atau dengan pergantian kompres panas dan dingin (mandi yang kontradiktif). Kompres panas membantu mengurangi kekakuan dengan meningkatkan elastisitas kolagen dan fleksibilitas. Kompres dingin lebih jarang digunakan dari pada panas namun dapat memberikan keuntungan saat inflamasi akut, segera setelah latihan, atau untuk mengurangi spasme otot. Gelang pergelangan tangan terionisasi biasanya dianjurkan pada pengurangan nyeri, namun, seperti yang akan dijelaskan secara detail pada fitur Terapi Komplementer dan Alternatif berikut, penelitian menunjukan bahwa bentuk terapi ini tidak memberikan perbaikan klinis bermakna pada nyeri muskuloskeletal dibandingkan plasebo. Sejumlah klien dengan osteoartritis melaporkan bahwa terjadi perbaikan dengan aplikasi krim kapsaikin pada sendi yang terkena selama beberapa kali dalam sehari. Krim ini tersedia bebas dan dapat diresepkan pada konsentrasi yang cukup tinggi. Obat ini dapat diberikan secara tunggal ataupun sebagai terapi tambahan dengan terapi oral. Kapsaikin terutama efektif untuk osteoartritis pada lutut dan tangan. Sekitar 50% pengguna kapsaikin melaporkan adanya rasa terbakar pad kulit, namun reaksi ini umumnya berkurang dengan penggunaan yang kontinu. a.
Obat farmakologis Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) sebelumnya dikatakan merupakan obat farmakologis utama penanganan osteoartritis. Oleh karena osteoartritis hanya sedikit melibatkan komponen inflamasi, maka NSAID seharusnya bukan menjadi pilihan utama dalam terapi. Lebih lanjut, penelitian menunjukan bahwa NSAID akan mendisrupsi metabolisme kartilago artikular. Tingginya kematian pada lansia setiap tahunnya juga berhubungan dengan penggunaan NSAID setiap tahunnya, biasanya disebabkan karena perdarahan gastrointestinal. Asetaminofen merupakan obat pilihan pertama bagi merekaa yang menderita osteoartritis pada sendi atau lutut karena efektivitas, keamanan, dan biaya yang murah. Kemungkinannya merusak gastrointestinal, hati, dan ginjal lebih kecil dibandingkat dengan NSAID. Dosis maksimum yang direkomendasikan untuk penggunaan asetaminofen adalah 1 g setiap 6 jam, tidak lebih dari 4 g dalam 24 jam.
17
Berdasarkan panduan ACR, individu dengan osteoartritis seharusnya diganti terapinya menjadi NSAID jika nyeri tersebut memberat dan menetap walaupun telah diberi asetaminofen dosis maksimal. Penggunaan asetaminofen biasanya berlanjut menjadi jika diperlukan (prn) sebagai tambahan NSAID, sebaiknya mulai diberikan sebagai obat tanpa resep (over the
counter). meningkatkan dosis pada resep hanya dilakukan apabila manifestasi klinis memberat. Untuk meminimalisasi efek gastrointestinal, NSAID dapat diresepkan dengan prostaglandin sintesis seperti misoprostol (cytotec). klien dengan riwayat penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau tukan peptik dapat menggunakan obat selektif anti-inflamasi siklooksigenase-2 (COX-2). Namun hasil penggunaan dan keamanan penggunaan jangka panjang selekoksib atau
celecoxid long term artritis safety study (CLASS) telah diminta oleh FDA untuk memenuhi perubahan label obat termasuk informasi terkait resiko efek gastrointestinal dan renal pada lansia yang mengonsumsi. (Untuk informasi lebih lanjut mengenai obat-obatan osteoartritis, lihat Farmakologis Terintrgrasi). Suplementasi visco merupakan pilihan terapi unik untuk osteoartritis pada lutut. Hialuronan, sebuah polisakarida yang merupakan komponen mayor dari cairan sendi, dapat diberikan melalui injeksi intra-artikular kedalam lutut. Setelah injeksi, lutut dapat memproduksi hialuronan normal dan cairan sinovial secara mandiri selama beberapa bulan. Hal ini membantunya untuk mengembalikan elastoviskositas cairan sinovial, selain itu hailuronan juga mengurangi nyeri pada artritis. Berbagai suplemen diet juga menjadi terapi alternatif popular untuk terapi OA. Glukosamin dilaporkan memberi bangunan pad tubuh untuk membuat dan memperbaiki kartilago, dan kondroitin dipercaya telah berkontribusi pada elastisitas kartilago. Klien yang ingin mengkonsumsi glukosamin dan kondroitin harusnya bersabar untuk mendapatkan hasilnya karena memerlukan waktu beberapa minggu untuk mencapai hasilyang diinginkan suplemen ini tidak memberikan hasil yang sama untuk setiap klien, sehingga apabila klien telah mengkonsumsinya secara konsisten selama 2 hingga 3 bulan, namun tidak mendapatkan hasil yang signifikasn, tidak akan mendapatkan keuntungan apabila tetap meneruskan terapi tersebut.
SAM-e (S-adenosylmehionine) merupakan suplemen dari Eropayang popular yang memasuki pasaran Amerika pada tahun 1999. SAM-e, secara alami terdapat pada semua sel hidup dan berkontribusi pada produksi proteoglika untuk perbaikan kartilago. Tubuh manusia umumnya memproduksi kebutuhan SAM-e yang diperlukannya, namun suplemen tersebut tidak memberi hasil yang secara signifikan bermakna apabia dibandingkan dengan terapi NSAID tunggal. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan efek jangka panjang dari suplemen ini. Produk herbal umumnya dikonsumsi oleh klien dengan artritis untuk menerapi penyakitnya atau membantu dalam memori atau memperbaiki energi. Banyak dariproduk 18
herbal popular mengurangi aktivitas agregrasi trombosit dan mengakibatkan perpanjangan waktu perdarahan. Produk herbal juga banyak berinteraksi denga obat-obatan yang diresepkan. Data mengenai penggunaan produk herbal adalah penting, terutama apabila akan dilakukan pembedahan. Klien harus diinginkan untuk menghentikan produk herbalnya sebelum prosedur pembedahan karena risiko perubahan denyut jantung, tekanan darah, dan hemostasis. b. Manajemen Keperawatan pada Klien Medis Tujuan penanganan perawat adalah promosi kesehatan, adaptasi positif klien dengan osteoartritis. Edukasi adalah kunci bagi suksesnya terapi penyakit, dan para perwawat memegang peran penting sebagai pemberi edukasi bagi klien. Klien dan keluarga membutuhkan informasi yang akurat mengenai penyakit dan strategi untk mengurangi dampak buruknya. Edukasi yang efektif dapat mengubah perilaku, dan mendorong klien untuk melakukan perubahan positif terkait status kesehatannya. Hal yang penting terkait edukasi klien adalah (1) penanganan nyeri, (2) keseimbangan antara istirahat dan aktivitas, (3) nutrisi dan pengurangan berat badan, dan (4) strategi mengurus diri. Mengedukasi klien mengenai obat-obatan juga merupakan bagian penting bagi seorang perawat demi sukseskanny penanganan nyeri jangka panjang. Sebagai diedukasi mengenai manifestasi perdarahan gastrointestinal, seperti nyeri abdomen, tinja yang berwarna kehitaman, dan hermatemesis. Memperkuat kebutuhan klien untuk segera mencari pertolongan dokter apabila terjadi hal tersebut di atas. Juga mendorong klien untuk menyimpan referensi untuk membantu fokus pada manisfestasi dan mengidentifikasi pendekatan yang mengarah pada kebutuhan
untuk istirahat atau aktivitas.
Menganjurkan strategi penanganan nyeri
nonfarmakologis (seperti teknik relaksasi, imajinasi terpimpin) untuk
mengurangi perasaan
atau kecemasan ataupun rasa ketidak mampuan yang terjadi dalam progresivitas penyakit. Modalitas yang lain seperti panas atau dingin, dapat juga dipikirkan untuk mengurangi nyeri. Klien yang memilih suplemen diet juga membutuhkan informasi mengenai risiko dan keuntungan serta berbagai interaksi dengan terapi yang telah ditetapkan. Walaupun suplemen memiliki peran dalam terapi penanganan artritis, klien harus mengerti implikasi penundaan obat-obatan ataupun pemilihan pengobatan yang lain, yang belum dibuktikan dari pada yang telah terbukti. Untuk membantu kurangnya kemampuan mengurus diri sendiri pada osteoartritis, kerja sama dengan terapis okupasi dalam memberikan alat yang dapat membantu klien melakukan perawatan mandiri dalam berpakaian dan membersihkan diri. Kancing yang menutup sendiri dengan mudah (valcro), penarik resleting, ataupun tali sepatu elastis dapat membantu pekerjaan berpakaian menjadi lebih mudah. Sisir yang panjang pegangannya ataupun sikat gigi yang larasnya tebal dapat pula membantu klien dengan tugas mengurus diri sehari-hari. Klien
19
osteoartritis dapat belajar untuk menjaga agar sendi yang terkena tetap pada posisi netral saat istirahat untuk mencegah kontraktur fleksi yang akan mempengaruhi kemampuan fungsional. Juga mengenali kemungkinan pengaruh osteoartritis pada fungsi seksual klien. Nyeri dan kekakuan, sejalan dengan keterbatasan ROM, akan mengakibatkan terjadinya masalah pada ekspresi seksual. Kerusakan sendi dapat memengaruhi jati diri menjadi buruk, mengakibatkan menurunnya libido dan depresi. Memberi informasi kepada klien mengenai posisi seksual alternatif (misalnya sisi dengan sisi) yang dapat memberikan rasa nyaman saat berhubungan seksual, dan mendorong klien agar menggunakan analgesik atau mandi air hangat untuk mengurangi nyeri dan kekakuan sebelum melakukan aktivitas seksual. c.
Manajemen Bedah pada Osteoartritis Panggul 1.
Osteotomi Osteotomi merupakan pemotongan melintasi tulang dengan reseksi fragmen tulanguntuk memperbaiki deformitas ataupun mengubah tekan pada sendi. Pada osteoartritis panggul stadium dini, ketika masih ada kesesuaian sendi dan pergerakan masih relatif normal, osteotomi femoral dapat dilakukan. Iritasi tulang dipindahkan dari lokasi trokanter yang lebih kecil untuk mengatur kembali sudut leher femoral dan batangnya. Penahan beban parsial diperlukan paling sedikit 3 bulan setelah pembedahan untuk proses penyembuhan lokasi osteotomi. Oleh karena manifestasi osteoartritis pada umunya mengalami progresivitas walaupun telah dilakukan pada klien pada usia 40-an, terutama mereka dengan asetabulum sempit dan abnormal, dengan harapan penuh bahwa penggantian sendi total akan diperlukan setelah 10 hingga 20 tahun setelahnya.
2.
Artrodesis Pada prosedur artrodesis (fusi sendi), permukaan sendi artikular, yang memegang ujung tulang, dihilangkan sehingga ujung-ujungnya dapat menyatu seperti pada fraktur. Fiksasi inisial dapat dilakukan dengan pin, kawat, atau gips. Artrodesis diindikasikan pada kerusakan sendi yang tidak dapat digantikan atau tidak stabil. Prosedur ini menghasilkan suara, anggota tubuh yang tidak nyeri, namun dapat menghasilkan menurunnya pergerakan dan dapat merupakan kerugian pada sendi besar seperti panggul. Atrodesis panggul tetap merupakan pilihan operasi bagi klien aktif kurang dari usia 55 tahun dengan osteoartritis unilateral tingkat lanjut, artritis berat pascatrauma, atau atritis sepsis. Fusi panggul dapat terjadi pemendekan pada ekstremitas yang terlibat sekitar 1 hingga 1,5 inci; dan klien biasanya membutuhkan pengangkatan sepatu untuk memelihara postur berjalan normal. Nyeri tulang belakang dan nyeri pada lutut sebelahnya akan terjadi karena perubahan gaya berjalan . Melindungi sendi dari trauma tambahan penting untuk memperlambat perjalanan penyakit ini. Evaluasi pola bekerja dan aktivitas sehari-hari membantu untuk 20
menghilangkan segala kegiatan yang meningkatkan tegangan berat badan pada sendi yang sakit. Tongkat atau alat pembantu berjalan dapat mengirangi berat badan yang harus ditanggung oleh sendi lutut dan panggul secara cukup berarti. Mengurangi berat badan bila pasien memiliki badan yang gemuk dapat sangat menurunkan beban yang harus dipikul oleh sendi lutut dan sendi panggul. Fisioterapi penting untuk menghilangkan nyeri dan menghilangkan nyeri dan mempertahankan kekuatan otot dan ROM. Pemakaian es atau panas pada sendi yang sakit dapat menghilangkan nyeri untuk sementara. Latihan ROM juga dapat membantu mempertahankan ROM pada sendi yang terlibat. Latihan-latihan isometrik membantu membentuk otot-otot yang mendukung sendi tersebut. Latihan-latihan isotonoik sebaiknya tidak dilakukan dengan tahanan , sebab hal ini dapat memberikan tekanan yang memberatkan sendi. Obat-obat antireumatik yang dapat mengubah penyakit tidak dipakai untuk mengobati osteoatritis,sebab penyakit ini bukanlah penyakit sistemik. Kortikosteroid oral biasanya merupakan kontaindikasi. Obat-obatan ini biasanya tidak efektif dalam memperbaiki gejala-gejala yang timbul, dan potensi toksiknya membuat pemakaian obat-obat
ini
mengundang
risiko.
Suntikan
kedalam
sendi
dapat
membantu
menghilangakan sinovitis. Bila dipakai terlalu sering, obat-obat ini dapat menekan substansi dasar cartilago dan dengan demikian meningkatkan progresivitas artritis. Penatalaksanaan osteoartritis dengan cara operasi dirancang untuk mambuang badan-badan yang lepas, memperbaiki jaringan penyokong yang rusak, atau untuk menggantikan seluruh sendi. Bedah artroskopi memungkinkan pelaksanaan berbagai macam prosedur operasi dengan morbiditas yang lebih kecil dari pada operasi biasa. Partikel-pertikel cartilago dapat juga dibuang dengan efisiensi yang sama bila dibandingkan dengan cara operasi biasa. Bentuk operasi lain yang dipakai untuk mengatasi osteoartritis adalah osteotomi. Hal ini dipakai untuk mengobati osteoatritis lutut yang hanya mempengaruhi satu komplementer kompartemen saja. Nyeri sendi dapat dihilangkan dengan memperbaiki deformitas varus atau valgus dengan cara menyambungkan satu bagian rawan sendi yang sehat dengan rawan sendi lain yang juga masih sehat. Penggantian sendi panggul dan lutut secara total telah berhasil mempertahankan fungsi sendi sehingga mendekati fungsi normal, pada banyak orang yang menderita osteoatritis. Osteoatritis, adalah bentuk hipertrofik dan atritis, yang berarti bahwa tulang yang berdekatan dengan sendi buatan itu masih kuat, membentuk suatu dasar yang sangat baik untuk melekat. Ada beberapa komplikasi penggantian sendi yang dapat terjadi, dan hal ini perlu dipertimbangkan, walaupun terdapat keuntungan yang bisa
21
dicapai. Evaluasi jangka panjang sendi buatan pada jari dan sendi-sendi lain masih sedang berlangsung. Fungsi tulang-tulang pada sendi mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri pada kasus-kasus osteoatritis yang berat. Tulang leher adalah daerah tempat fusi sendi yang dapat menghilangkan nyeri secara dramatis.
C.
Manajemen Asuhan Keperawatan 1.
Pengkajian a.
Aktivitas/Istirahat 1) Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise. 2) Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
a.
Kardiovaskuler 1) Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
b.
Integritas Ego 1) Faktor-faktor
stress
akut/kronis
(misalnya
finansial
pekerjaan,
ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan. 2) Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). 3) Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain. c.
Makanan / Cairan 1) Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia. 2) Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
d.
Hygiene 1) Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.
e.
Neurosensori 1) Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
f.
Nyeri/kenyamanan 1) Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
g.
Keamanan 1) Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus 22
2) Lesi kulit, ulkas kaki 3) Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga 4) Demam ringan menetap 5) Kekeringan pada mata dan membran mukosa h.
Interaksi Sosial 1) Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
i.
Penyuluhan/Pembelajaran 1) Riwayat rematik pada keluarga 2) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian 3) Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
2.
Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa yang kami angkat adalah sebagai berikut: a.
Nyeri kronis
berhubungan dengan agens pencedera
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan. Domain 12. Kenyamanan Kelas 1. Kenyamanan Fisik Batasan karakteristik: 1) Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa 2) Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis) 3) Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas Faktor yang berhubungan: 1) Agens pencedera
b.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas, nyeri, dan keengganan memulai pergerakan Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Domain 4. Aktivitas/Istirahat Kelas 2. Aktivitas/Olahraga Batasan karakteristik: 23
1)
Gangguan sikap berjalan
2)
Penurunan keterampilan motorik kasar
3)
Kesulitan membolak-balik posisi
4)
Ketidaknyamanan
5)
Gerakan lambat
Faktor berhubungan:
c.
1)
Intoleransi aktivitas
2)
Nyeri
3)
Keengganan memulai pergerakan
Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan kurangnya sumber pengetahuan Definisi: Ketiadaan atau defisien informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu, atau kemahiran. Domain 5. Persepsi/Kognisi Kelas 4. Kognisi Batasan karakteristik: 1) Perilaku tidak tepat 2) Kurang pengetahuan Faktor berhubungan: 1) Kurang informasi 2) Kurang sumber pengetahuan
3.
Nursing Care Plan
Perencanaan
Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri
kronis
dibuktikan
b.d, dengan
batasan karakteristik:
NOC
NIC
1. Kontrol Nyeri
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan pribadi
Definisi: Pengurangan atau reduksi nyeri
untuk mengontrol nyeri.
sampai pada tingkat kenyamanan yang
a. Bukti nyeri dengan menggunakan standar
daftar
periksa
Setelah dilakukan tindakan
Aktivitas-aktivitas:
keperawatan diharapkan
a. Lakukan
pasien:
b. Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya,
tampak
kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada
dapat diterima oleh pasien.
satu
fokus,
pengkajian
nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi,
a. Mengenali
kapan
nyeri
terjadi [4]
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
b. Menggambarkan
faktor
penyebab [4] c. Menggunakan pencegahan [4]
24
dan faktor pencetus b. Gunakan
tindakan
teraupetik
strategi
komunikasi
untuk
mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan
meringis) c. Laporan
d. Melaporkan tentang
terhadap gejala nyeri pada
perilaku nyeri/perubahan
perubahan
penerimaan pasien terhadap nyeri c. Gali pengetahuan dan kepercayaan
profesional kesehatan [4] e. Melaporkan
aktivitas
pasien mengenai nyeri
gejala
d. Tentukan akibat dari pengalaman
yangbtidak terkontrol pada
nyeri terhadap kualitas hidup pasien
profesional kesehatan [4]
(misalnya,
tidur,
pengertian, Keterangan skala indikator:
makan,
hubungan,
performa kerja dan tangguang jawab
1=Tidak pernah menunjukkan
nafsu
perasaan,
peran) e. Evaluasi pengalaman nyeri dimasa
2= Jarang menunjukkan
lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik
3=Kadang-kadang
individu atau keluarga atau nyeri yang
menunjukkan
menyebabkan
4= Sering menunjukkan
disability/ketidakmampuan/kecatatan
5= Secara konsisten menunjukkan
, dengan tepat f.
Bantu keluarga dalam
mencari dan
menyediakan dukungan 2. Tingkat Nyeri
g. Gunakan
metode
penilaian
dengan
yang
Definisi: Keparahan dari nyeri
sesuai
tahapan
yang di amati atau di laporkan.
perkembangan yang memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri
Setelah dilakukan tindakan
dan
keperawatan diharapkan
mengidentifikasi
pasien:
aktual
a. Nyeri yang di laporkan [4]
Catatan
b. Panjangnya episode nyeri
harian)
[4]
dan
dapat
membantu
faktor
pencetus
potensial
(misalnya.
perkembanga,
catatran
h. Berikan informasi mengenai nyeri,
c. Megerang dan menangis
seperti penyebab nyeri, berapa lama
[4]
nyeri akan dirasakan, dan antisipasi
d. Ekspresi nyeri wajah [4]
dan
e. Tidak bisa istirahat [4] f.
akan
Mengerinyit [4]
ketidaknyamanan
akibat
prosedur i.
g. Mengeluarkan keringat [4]
Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang
dapat
mencetuskan
meningkatkan Keterangan skala indikator:
ketakutan,
1= Berat
nyeri kelelahan,
atau
(misalnya, keadaan
monoton dan kurang pengetahuan)
2= Cukup berat
j.
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
3= Sedang
nyeri
4= Ringan
k. Dorong
5= Tidak ada
nyeri
pasien dan
untuk
menangani
memonitor nyerinya
dengan tepat 2. Terapi Relaksasi Definisi: Penggunaan teknik-teknik untuk mendorong dan memperoleh relaksasi demi tujuan mengurangi tanda dan gejala yang tidak diinginkan seperti nyeri, kaku otot dan ansietas. Aktivitas-aktivitas: a. Gambaran
rasionalisasi dan manfaat
relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya, musik, meditasi,
25
bernafas
dengan
ritme,
relaksasi
rahang dan relaksasi otot progresif) b. Pertimbangkan untuk
keinginan
berpartisifasi,
individu
kemampuan
berpartisipasi, pilihan, pengalaman masa lalu dan kontraindikasi sebelum memilih strategi relaksasi tertentu c. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan d. Dorong klien untuk mengambil posisi yang
nyaman
dengan
pakaian
longgar dan mata tertutup e. Dapatkan prilaku yang menunjukan terjadinya relaksasi, misalnya bernafas dalam, menguap, pernapasan perut, atau bayangan yang menenangkan f.
Minta
klien
untuk
rileks
dan
merasakan sensasi yang terjadi g. Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk setiap kata h. Dorong praktik
klien
untuk
teknik
mengulang
relaksasi,
jika
memuungkinkan i.
Dorong
kontrol
sendiri
ketika
relaksasi dilakukan j.
Gunakan relaksasi sebagai strategi tambahan
dengan
obat-obatan
(penggunaan)
nyeri
atau
sejalan
dengan terapi lainnya dengan tepat k. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi 2. Hambatan fisik
mobilitas
b.d
Efek
yang
3. Manajemen Nyeri
Mengganggu
Definisi: Pengurangan atau reduksi nyeri
Definisi: Keparahan efek
sampai pada tingkat kenyamanan yang
keengganan memulai
gangguan yang diamati atau
dapat diterima oleh pasien.
pergerakan, dibuktikan
dilaporkan dari kelelahan
Aktivitas-aktivitas:
dengan
kronis terhadap fungsi
a. Lakukan
aktivitas,
intoleransi
1. Kelelahan:
nyeri,
dan
batasan
karakteristik: a. b.
c.
pengkajian
nyeri
sehari-hari.
komprehensif yang meliputi lokasi,
Setelah melakukan tindakan
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
berjalan
asuhan keperawatan, pasien
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
Penurunan
diharapkan:
dan faktor pencetus
keterampilan
a.
Letargi [4]
motorik kasar
b.
Penurunan energi [4]
teraupetik
Kesulitan
c.
Gangguan
pengalaman nyeri dan sampaikan
Gangguan
sikap
membolak-balik posisi d.
Ketidaknyamanan
e.
Gerakan lambat
b. Gunakan dengan
aktivitas sehari-hari [4] d.
Gangguan pada rutinitas [4]
e.
strategi
komunikasi
untuk
mengetahui
penerimaan pasien terhadap nyeri c. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
Gangguan aktivitas fisik [4]
d. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (misalnya,
26
tidur,
nafsu
makan,
Keterangan skala indikator:
pengertian,
perasaan,
hubungan,
1= Berat
performa kerja dan tangguang jawab
2= Cukup berat
peran)
3= Sedang
e. Evaluasi pengalaman nyeri dimasa
4= Ringan
lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik
5= Tidak ada
individu atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan
2.
Toleransi Terhadap Aktivitas
disability/ketidakmampuan/kecatatan
Definisi: Respon fisiologis terhadap pergerakan yang
, dengan tepat f.
memerlukan energi dalam aktivitas sehari-hari.
Bantu keluarga dalam
mencari dan
menyediakan dukungan g. Gunakan
metode
penilaian
Setelah melakukan tindakan
sesuai
asuhan keperawatan, pasien
perkembangan yang memungkinkan
diharapkan:
untuk memonitor perubahan nyeri
a.
Saturasi oksigen ketika
dan
beraktivitas [4]
mengidentifikasi
b.
Frekuensi
nadi
ketika
beraktivitas [4] c. d.
Frekuensi
akan
dapat faktor
tahapan
membantu pencetus
aktual dan potensial. h. Berikan informasi mengenai nyeri,
pernapasan
seperti penyebab nyeri, berapa lama
ketika beraktivitas [4]
nyeri akan dirasakan, dan antisipasi
Kemudahan
dan
bernapas
ketika beraktivitas [4] e.
dengan
yang
Toleransi
dalam
ketidaknyamanan
akibat
prosedur i.
beraktivitas [4]
Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang
dapat
mencetuskan
meningkatkan
nyeri
atau
(misalnya,
Keterangan skala indikator:
ketakutan,
1= Sangat terganggu
monoton dan kurang pengetahuan)
2= Banyak terganggu
j.
kelelahan,
keadaan
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
3= Cukup terganggu
nyeri
4= Sedikit terganggu
k. Dorong
5= Tidak terganggu
nyeri
pasien dan
untuk
memonitor
menangani
nyerinya
dengan tepat 2. Peningkatan Latihan Peregangan Definisi: fasilitasi latihan otot pelan-regang tahan (slo-stretch-hold) yang sistematis untuk menimbulkan relaksasi, mempersiapkan otot/sendi-sendi untuk latihan yang lebih berat, atau untuk meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas tubuh. Aktivitas-aktivitas: a. Dapatkan izin medis untuk melakukan rencana latihan peregangan, sesuai dengan kebutuhan b. Bantu pasien untuk mengeksplorasi keyakinannya sendiri, motivasi, dan tingkat
kebugaran
neuromuskuloskeletal 3. Defisien b.d
pengetahuan kurangnya
1. Nafsu Makan
1. Manajemen Nutrisi
Definisi: Keinginan untuk
27
Definisi: Menyediakan dan meningkatkan
informasi kurangnya
dan sumber
pengetahuan, dibuktikan
dengan
batasan karakteristik:
makan.
intake nutrisi yang seimbang.
Setelah melakukan tindakan
Aktivitas-aktivitas:
asuhan keperawatan, pasien
a. Tentukan status
diharapkan: a.
a. Perilaku tidak tepat b. Kurang pengetahuan
gizi pasien dan
kemampuan
Hasrat/keinginan
untuk
makan [4]
(pasien)
untuk
memenuhi kebutuhan gizi b. Identifikasi
(adanya)
alergi
atau
b.
Mencari makan [4]
intoleransi makanan yang dimiliki
c.
Energi untuk makan [4]
pasien
d. f.
Intake makanan [4] Intake nutrisi [4] Intake cairan [4]
g.
Rangsangan
e.
c. Intruksikan
pasien
mengenai
kebutuhan nutrisi (yaitu: membahas pedoman untuk
makan [4]
diet
dan
piramida
makanan) d. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
Keterangan skala indikator:
yang
dibutuhkan
untuk
memenuhi persyaratan gizi
1= Sangat terganggu
e. Lakukan atau bantu pasien terkait
2= Banyak terganggu
dengan perawatan mulut sebelum
3= Cukup terganggu 4= Sedikit terganggu
makan f.
5= Tidak terganggu
Anjurkan
pasien
kebutuhan
terkait
dengan
makanan
tertentu
berdasarkan perkembangan atau usia 2. Status Nutrisi: Asupan Nutrisi
(misalnya,
peningkatan
kalsium,
Definisi: Asupan gizi untuk
protein, cairan, dan kalori untuk
memenuhi
wanita
menyusui;
kebutuhan-kebutuhan
asupan
serat
metabolik.
konstipasi pada orang dewasa yang
Setelah melakukan tindakan
peningkatan
untuk
mencegah
lebih tua)
asuhan keperawatan, pasien
g. Monitor kalori atau asupan makanan
diharapkan:
h. Monitor kecenderungan terjadinya
a.
Asupan kalori [4]
penurunan dan kenaikan berat badan
b.
Asupan protein [4]
c.
Asupan lemak [4]
kalori
d.
Asupan karbohidrat [4]
(misalnya, buku harian makanan
e.
Asupan mineral [4]
i.
Anjurkan pasien untuk memantau
intake
dan
makanan
2. Bantuan Peningkatan Berat Badan Definisi: Memfasilitasi peningkatan berat
Keterangan skala indikator:
badan.
1= Tidak adekuat
Aktivitas-aktivitas:
2= Sedikit adekuat
a. Jika diperlukan lakukan pemeriksaan
3= Cukup adekuat
diagnostik
4= Sebagian besar adekuat 5= Sepenuhnya adekuat
untuk
mengetahui
penyebab penurunan berat badan b. Monitor mual muntah c. Monitor asupan kalori tiap hari d. Monitor nilai albumin, limosit, dan nilai elektrolit e. Dukung peningkatan asupan kalori f.
Lakukan perawatan mulut sebelum makan
g. Berikan istirahat yang cukup h. Diskusikn
dengan
pasien
dan
keluarga faktor bahwa faktor sosial ekonomi mempengaruhi nutrisi yang tidak adekuat
28
i.
Diskusikan
dengan
pasien
dan
keluarga mengenai persepsi
atau
faktor penghambat kemampuan atau keinginan untuk makan j.
Intruksikan
pasien
dan
keluarga
mengenai target yang realistis terkait penyakit
dan
peningkatan
berat
badannya k. Sediakan suplemen makanan jika diperlukan l.
Dorong
kehadiran
komunitas pendukung
29
pasien
dalam
ESSAI Hubungan tentang EBN Osteoartritis dengan Beberapa Pemeriksaan Penunjang
Dalam makalah yang kami tulis terdapat beberapa pemeriksaan penunjang Osteoarthritis yang telah dibuktikan dengan EBN yang kami dapat yaitu, Radiografi teknik yang
paling sering digunakan untuk
pencitraan OA. Ini memungkinkan deteksi fitur tulang terkait OA, seperti osteofit, sklerosis subkondral, dan kista. Radiografi juga dapat menentukan lebar ruang sendi (JSW), yang merupakan penanda pengganti untuk ketebalan kartilago dan integritas meniscal pada lutut, tetapi langsung visualisasi struktur artikular ini tidak mungkin menggunakan teknik radiografi. Meskipun keterbatasan ini, memperlambat penyempitan ruang sendi yang dideteksi secara radiografi (JSN) tetap menjadi satu-satunya titik akhir struktural yang saat ini disetujui oleh Food and Drug Administratio n AS untuk menunjukkan kemanjuran obat-penyakit OA yang dimodifikasi penyakit dalam uji klinis fase. Manifestasi radiografi OA. (A) radiografi AP dari lutut menunjukkan osteophytes marjinal besar dari medial (panah putih) dan lateral (hitam panah) tibiofemoral kompartemen. JSN merupakan tambahan dari kompartemen medial. Teknik lain berdasarkan radiografi Tomosynthesis dan analisis tekstur tulang adalah teknik berbasis radiografi yang dapat diterapkan untuk pencitraan OA. Tomosintesis menghasilkan sejumlah gambar cross-sectional dari satu laluan tabung x-ray. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa tomosintesis lebih sensitif daripada radiografi dalam mendeteksi osteofit dan kista subkondral, menggunakan pencitraan MR 3-T sebagai referensi yang menjamin eksplorasi lebih lanjut dari teknik ini dalam studi OA. Dengan menggunakan pencitraan MR, sendi dapat dievaluasi sebagai seluruh organ dan banyak perubahan jaringan dapat dipantau secara bersamaan; perubahan patologis dari OA preradiografi dapat dideteksi, dan perubahan biokimia dalam jaringan sendi seperti kartilago dapat dinilai sebelum perubahan morfologis menjadi jelas. Ulasan terperinci mengenai topik ini dan peran potensinya dalam penelitian OA telah diterbitkan baru-baru ini.63,64 Pencitraan MR komposisional dari perubahan matriks tulang dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pencitraan MR yang canggih seperti pencitraan MR pencitraan MR yang disempurnakan oleh gadolinium (dGEMRIC) , T1 rho, dan pemetaan T2. Teknik pencitraan MR komposisional saat ini dianggap sebagai alat penelitian bahwa, selain teknik pemetaan T2 yang merupakan bagian dari rutin pada kebanyakan sistem pencitraan MR klinis, hanya tersedia pada sejumlah lembaga terbatas, tetapi mereka telah diterapkan dalam uji klinis dan penelitian observasional. Pada OA, keuntungan utama dari ultrasound terhadap radiografi adalah kemampuan mendeteksi kelainan sinovial. Teknologi ultrasound generasi saat ini dapat mendeteksi hipertrofi sinovial, peningkatan vaskularisasi, dan adanya cairan sinovial pada sendi yang terkena OA. Sistem penilaian ultrasound awal untuk OA tangan diterbitkan pada tahun 2008-7-6 dan termasuk evaluasi sinovitis skala-abu dan sinyal Doppler daya dalam 15 sendi tangan. Fitur-fitur ini dinilai untuk ada / tidaknya mereka, dan jika ada, diberi skor semikuantitatif dengan menggunakan skala 1 sampai 3. Penilaian jaringan lunak dalam sendi dengan perangkat keras logam artroplasti terganggu menggunakan pencitraan MR, dan FDG-PET adalah alternatif 30
yang valid dalam kasus ini. Pencitraan MR adalah metode pencitraan yang lebih disukai untuk menisci, yang memiliki banyak fungsi di lutut, termasuk bantalan beban, absorpsi kejut, peningkatan stabilitas, dan pelumasan. Lesi meniscal degeneratif, seperti pembelahan horizontal, robekan oblik atau kompleks, dapat diapresiasi pada pencitraan MR karena hiperintensitas T2 linier atau kompleks yang mencapai permukaan sendi berhubungan dengan usia tua. Hal ini dapat dievaluasi menggunakan radiografi dan biasanya hadir di OA lutut lanjutan, meskipun mungkin juga muncul pada lutut dengan OA ringan tanpa JSN. Patogenesis yang tepat dari fitur OA ini tidak diketahui, tetapi fraktur mikro subkondral dan remodelling karena perubahan pemuatan mekanis dapat menjelaskan perkembangan atrisi tulang pada OA.
31
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan Gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik berjalan progresif lambat , tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Osteoatritis bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah pasien artritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan dari laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun. Oleh karena osteoartritis merupakan penyakit kronis, dan tidak dapat disembuhkan, para penyedia layanan kesehatan lebih fokus pada faktor resiko yang dapat dimodifikasi untuk mengurangi dampak penyakit. Sebagai contoh berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang mengalami obesitas lebih beresiko tinggi mengalami obesitas pada panggul, hubungan ini tidak sekuat dan tidak sekonsisnten seperti pada osteoartritis lutut. Tujuan manajemen medis osteoartritis adalah: (1) Managemen nyeri dengan perbaikan atau pemeliharaan mobilitas, (2) kemandirian fungsional, dan pemeliharaan kualitas hidup. Hampir semua klien dengan osteoatritis dapat diterapi secara sukses dengan pendekatan konservatif yang melibatkan penggunaan bersama beberapa modalitas.
B.
Saran Diharapkan mahasiswa keperawatan maupun pembaca sebaiknya mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada pasien gangguan osteoartritis. Mahasiswa keperawatan juga diharapkan mampu mengimplementasikan bagaimana cara melakukan pendidikan kesehatan terkait masalah tersebut, memahami asuhan keperawatannya, dan melakukan penanganan terhadap osteoartritis pada pasien-pasien terkait.
32
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., Butcher, H., Dochterman, J.M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi Indonesia Keenam. Yogyakarta: CV. Mocomedia. Doenges
E
Marilyn.
1999.
Rencana
Asuhan
Keperawatan:
Pedoman
untuk
Perencanaan
dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3. Jakarta: EGC. Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340. Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh Nurjannah, I., Tumanggor, R. D. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Edisi kelima. CV. Mocomedia NANDA International. (2015). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi Edisi 10, 2015-2017. Jakarta : EGC. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Sudoyo, A.,dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing, Jakarta. Susan Martin Tucker.1998. Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta:EGC. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia; dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC Smeltzer C Suzanne.2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed 8. Vol.1, Jakarta:EGC. Santosa J. 2018. Osteoartritis. Denpasar: Fakultas Kedoketar Universitas Udayana. [Pengalaman Belajar Lapangan] R. Berne, dkk. 2004. Physiology. Edisi ke-5. St. Louis: Mosby. R.G. Carroll.2007. Elsevier’s intergrated physiology Philadelphia: Saunders. A.L Kierszenbaum. 2007. Histology and cell biology: An introduction to pathology. Edisi ke-2. St. Louis: Mosby. A. Guyton, J. Hall. 2006. Textbook of medical physiology. Edisi ke-10. Philadelphia: Saunders. D. Silvertom. 2006. Human physiology. Edisi ke-4. San Francisco, Calif: Pearson Benjamin Cummings. G. Thibodeau, K. Patton. 2003. Anatomy and physiology. Edisi ke-5. St. Louis. Mobsy.
33