Osk Geografi.docx

  • Uploaded by: Anonymous vO3rMSvt8
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Osk Geografi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 14,908
  • Pages: 37
HIDROLOGI Siklus hidrologi, yaitu gerakan dari laut ke atmosfer, dari atmosfer ke tanah, dan dari tanah kembali ke laut. Air naik ke udara dari permukaan laut atau dari daerah melalui penguapan. Siklus air dibedakan menjadi tiga macam, yaitu siklus kecil, sedang, dan panjang. 1. Siklus Kecil Karena pemanasan matahari, terjadi penguapan air laut yang berkumpul menjadi awan. Pada ketinggian tertentu karena kondensasi terjadi titiktitik air yang berkumpul semakin lama semakin besar volumnya, kemudian jatuh sebagai hujan. Selanjutnya air kembali ke laut. 2. Siklus Sedang Mula-mula terjadi penguapan air laut sehingga terbentuk awan. Awan terbawa oleh angin ke daratan dan terjadi kondensasi. Karena kondensasi akhirnya awan jatuh sebagai hujan. Sebelum kembali ke laut, air hujan tersebut masuk ke dalam tanah, selokan-selokan, terus mengalir ke sungaisungai, dan kembali ke laut. 3. Siklus Panjang Prosesnya sama dengan siklus sedang. Hanya setelah terjadi kondensasi, titik-titik air terbawa angin ke tempat yang lebih tinggi sehingga menjadi kristal-kristal es. Kristal-kristal es tersebut masih terbawa angin ke puncak gunung kemudian jatuh sebagai salju, terjadi gletser, mengalir ke sungai, dan akhirnya kembali ke laut. Terjadinya siklus hidrologi didukung proses-proses sebagai berikut. Evaporasi, yaitu penguapan dari benda-benda abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan di bumi paling besar berasal dari penguapan air laut. Transpirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh-tumbuhan melalui mulut daun dan batangnya. Evapotranspirasi, yaitu proses evaporasi dan transpirasi secara bersama-sama. Kondensasi, yaitu proses perubahan wujud dari uap air menjadi titiktitik air yang disebabkan pendinginan. Adveksi, yaitu transportasi air pada pergerakan horizontal seperti dalam transportasi panas dan uap air dari satu tempat ke tempat lain. Presipitasi, yaitu segala bentuk curahan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan, hujan es, dan hujan salju. Presipitasi yang langsung jatuh ke laut sekitar 77% dari seluruh presipitasi. Daerah yang banyak mengalami presipitasi, yaitu sepanjang ekuator yang sering mengalami Daerah Konvergensi Antar-Tropik (DKAT). Presipitasi yang jatuh ke tanah sebagian dialirkan melalui sungai dan diserap oleh tanah. Run off, yaitu pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui aliran selokan, kanal, sungai, dan anak sungainya. Infiltrasi, yaitu perembesan dan pergerakan air ke dalam tanah.

PARIWISATA A.

Devinisi Pariwisata Pada saat ini, terutama di negara maju, melakukan perjalanan wisata bukan lagi merupakan barang mewah. Berwisata dan rekreasi sudah menjadi bagian kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Pengertian Pariwisata : 1. E. Huntington Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan bertambahnya pegaulan berbagai bangsa dan masyarakat sebagai hasil dari pada perkembangan niaga, industri perdagangan dan angkutan. 2. Oka A. Yoety Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. 3. Jadi pengertian secara singkat yaitu Pariwisata adalah “perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan bersenang-senang dan tamasya, dilakukan untuk sementara waktu walaupun perjalanan wisata itu bukan tujuan utama”. Dalam devinisi pariwisata tersebut, terdapat hal yang sama yaitu: perjalanan dilakukan untuk sementara waktu, perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat (origin) ke tempat lainnya (destination), perjalanan harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi, orang yan melakukan perjalanan tidak mencari nakah di daerah yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut. Menurut Saleh Wahab (1989), dalam kegiatan pariwisata terdiri dari tiga unsur yaitu manusia, tempat dan waktu. Manusia yaitu yang melakukan kegiatan pariwisata, ruang/tempat kegiatan pariwisata berlangsung dan waktu yaitu unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan dan selama berdiam di daerah tujuan wisata, dalam kegiatan pariwisata. B.

Alasan Berwisata Mengapa manusia melakukan perjalanan (Why do people travel): 1. Alasan pendidikan dan kebudayaan 2. Alasan santai, kesenangan dan petualangan 3. Alasan kesehatan, olah raga dan rekreasi 4. Alasan keluarga, Negeri asal dan tempat bermukim 5. Alasan Bussiness, sosial politik dan konferensi 6. Alasan hadiah Pariwisata mempunyai peranan dalam memanfaatkan sumber ekonomi nasional, membuka lapangan kerja, menumbuhkan semangat wiraswasta, menambah devisa negara, meningkatkan produk domestik, mengembangkan wilayah dan transportasi. Melihat banyaknya manfaat pariwisata maka presiden memberi petunjuk tentang kebijaksanaan yang berhubungan dengan kepariwisataan : a. Pengembangan pariwisata harus diartikan dalam rangka meningkatkan ekonomi nasional sebagai salah satu industri penghasil devisa. b. Dalam pembangunan pariwisata harus pula diarahkan supaya pariwisata dapat menampung dan meningkatkan tenaga kerja dan dapat dimanfaatkan industri-industri lain seperti handicraff, agriculture dsb.

c. Pemerintah harus membantu pengembangan pariwisata agar dari semula diusahakan peraturan-peraturan yang membatasi hal-hal yang negatif terhadap tata kehidupan masyarakat, adat istiadat dan susila masyarakat atas membanjirnya wisatawan asing. d. Kepada aparatur keamanan diperintahkan untuk mengambil tindakan tegas dan konkrit atas pelanggaran terhadap peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah. C.

Beberapa Istilah Pokok dalam Pariwisata Agar tidak terjadi salah pengertian dalam kepariwisataan, maka ada beberapa istilah pokok : 1. Pariwisata : Secara Etymologis, pari berarti banyak, berkali-kali, sedangkan wisata berarti perjalanan, bepergian atau travel. Jadi pariwisata artinya perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain. Oka A. Yoety berpendapat bahwa “ pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi kegiatan yang beraneka ragam. 2. Wisatawan. Ada dua pengertian tentang wisatawan : · Wisatawan Internasional, wisatawan mancanegera (Wisman), Foreign Tourist, yaitu pengunjung sementara, yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di negara yang dikunjungi dengan alasan apapun selain untuk mencari nafkah. · Wisatawan Nusantara/Domestic Tourist yaitu penduduk yang melakukan perjalanan ke tempat lain selain tempat menetap kurang dari 24 jam dengan tujuan tidak untuk mencari nafkah dan perjalanannya dilakukan dalam batas negara. 3. Atraksi Wisata Yaitu segala sesuatu yang memiliki daya tarik berupa benda fisik maupun non fisik. Atraksi wisata dibedakan dalam jenis, yaitu : · Atraksi pariwisata tidak tetap, yaitu atraksi yang bisa dinikmati hanya saat tertentu saja atau tidak setiap saat bisa dilihat, seperti gerhana matahari, festival –festival, upacara adat, keagamaan, perayaan-perayaan, tari-tarian dll. · Atraksi yang bersifat tetap, atraksi yang bisa dilihat setiap waktu,mis pemandangan alam, flora dan fauna, gunung, pantai, laut, taman, bangunan tua, monumen, danau, peninggalan sejarah, sungai dll. 4. Rekreasi Yaitu pemanfaatan waktu luang untuk istirahat, santai dan menikmati atraksi wisata, guna mengembalikan dan meningkatkan kesegaran dan kesehatan jasmani rohani sebagai akibat kesibukan sehari-hari. Jadi rekreasi mempunyai fungsi : · Istirahat dan santai untuk mengembalikan kesegaran fisik dan mental sebagai akibat kesibukan kerja · Menghilangkan kebosanan dari pekerjaan yang bersifat monoton dan rutin. · Pengembangan personalitiy dan pengungkapan sifat fisik dan mental 5. Daerah Tujuan Wisata (Tour Destination Area) Adalah suatu wilayah dalam ruang lingkup suatu regional, negara atau daerah tertentu yang telah menjadi sasaran kunjungan wisatawan, karena memiliki sarana, prasarana, fasilitas dan atraksi wisata. 6. Kawasan Wisata (Tour Resort) Adalah wilayah yang diusahakan secara komersiil dengan menyediakan sarana, prasarana, atraksi wisata dan tempat rekreasi, Misalnya kawasan wisata Nusa Dua di Bali. Daerah ini sengaja

dikelola secara komersiil, di mana kawasan ini dibangun jalan, fasilitas air, listrik, hotel, atraksi wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. 7. Sarana Wisata Adalah sarana ekonomi yang langsung diperlukan atau digunakan oleh wisatawan seperti transportasi, akomodasi, restorant, toko souvenir, Biro perjalanan dan Agen perjalanan. Barang dan jasa yang diberikan oleh sarana ini langsung digunakan atau dinikmati wisatawan. 8. Prasarana Wisata Adalah sarana yang secara tidak langsung diperlukan oleh wisatawan seperti jalan, pelabuhan udara, laut terminal, air, telkom, listrik dll. Prasarana tersebut walaupun tidak digunakan secara langsung oleh wisatawan, namun harus ada. Kalau tidak tersedia prasarana tersebut maka wisatawan tidak dapat melakukan perjalanan secara lancar. 9. Produk Wisata Adalah sebagai keseluruhan barang dan jasa yang diperlukan oleh wisatawan dari mulai ia meninggalkan tempat tinggalnya, selama perjalanannya sampai kembali ke tempat tinggalnya semula. 10. Paket Wisata Adalah suatu rencana atau perjalanan wisata yang tersusun secara tetap dengan harga tertentu, mencakup biaya transportasi, akomodasi, darmawisata/Sightseeing di kota, tour ke obyek wisata, serta fasilitas lain yang telah tercantum dalam paket/acara tersebut. . D. Jenis Dan Macam Pariwisata 1. Menurut letak Geografis : a. Pariwisata Lokal (Local Toursm) Adalah pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup yang relatif sempit dan terbatas dalam tempat tertentu saja, misalnya Narmada, Senggigi, Ancol, Bromo, Danau Kelimutu.. b. Pariwisata Regional (Regional Toursm) Ialah kegiatan kepariwisataan yang berkembang disuatu daerah yang agak luas mis. Bali, Yogyakarta, Lombok, Kupang dsb. c. Pariwisata Nasional (Nasional Toursm) Istilah ini sinonim dengan Domestic Tourism atau wisnu, di mana titik beratnya orang yang melakukan perjalanan wisata adalah warga negara sendiri dan orang asing yang berdomisili di negara tersebut. d. Regional International Toursm Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di wilayah internasional yang terbatas tetapi melewati batas dari dua Negara, Asean. e. International Toursm Pengertian ini sama dengan World Toursm yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang diseluruh negara, termasuk semua di atas. 2. Menurut pengaruh terhadap Neraca Pembayaran : a. Pariwisata Aktif (In Toursm) Yaitu kegiatan pariwisata yang ditandai dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu. Disebut sebagai pariwisata aktif karena masuknya wisatawan asing, berarti pemasukan devisa bagi negara yang dikunjungi. b. Pariwisata Pasif (Out Going Toursm) Yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan gejala keluarnya warga negara sendiri ke luar negeri sebagai wisatawan. Ini disebut pasif karena uangnya dibelanjakan di luar negeri. Uang yang seharusnya berada di Indonesia, tapi dipindahkan ke luar negeri. 3. Menurut Obyeknya : a. Pariwisata Kebubadayaan (Cultural Toursm)

Yaitu jenis pariwisata, di mana motivasi orang melakukan perjalanan karena adanya daya tarik dari segi budaya (hasil ciptaan manusia). Jadi obyek kunjungannya adalah warisan nenek moyang, benda kuno. b. Pariwisata Kesehatan (Recupational Toursm) Yaitu tujuan orang mengadakan wisata karena untuk menyembuhkan penyakit, seperti mandi air panas, mandi lumpur dan mandi kopi di Jepang yang khasiatnya agar awet muda. c. Pariwisata Perdagangan (Comercial Toursm) Disebut demikian karena perjalanan wisata dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional maupun internasional, misalnya exposition fair, exhibition dll. d. Pariwisata Olah Raga (Sport Toursm) Ialah perjalanan wisata kesuatu negara karena menyaksikan pesta olah raga di negara tertentu mis. Olimpiade, All England, Tinju di Last Vegas, sepak bola atau orang yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. e. Pariwisata Politik (Political Toursm) Yaitu perjalanan yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan negara, misalnya Hari ABRI, sepuluh Oktober di Rusia. f. Pariwisata Sosial (Social Toursm) Peristiwa yang penyelenggaraannya untuk kegiatan sosial, misalnya studi tour, piknik, youth toursm (pariwisata Remaja), bakti sosial mahasiswa, bakti sosial KNPI dsb. g. Religion Toursm (Wisata Agama) Orang mengadakan perjalanan wisata untuk melihat atau menyaksikan upacara keagamaan misalnya kunjungan ke Muntilan Pusat Pengembangan Agama Kristen di Jateng, Umroh bagi umat Islam, Hindu di Sekenan Bali. E. W I S A T A W A N Wisatawan adalah orang yang berpergian dari satu tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dan menikmati perjalannya untuk bersenang-senang. Ciri-ciri Wisatawan : a. Perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam b. Orang yang melakukan perjalanan tidak mencari nafkah di tempat tersebut c. Perjalanan itu dilakukan hanya sementara waktu Macam-macam Wisatawan : a. Wisatawan Asing (Foreign Tourist) Adalah orang-orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang memasuki negara lain. Golongan ini bisa ditandai dengan status kewarga negaraannya, dokumen perjalanan, jenis mata uang yang dimiliki tidak sama dengan mata uang negara yang dikunjungi. b. Domestic Foreign Tourist Adalah orang asing yang berdiam di negara tersebut karena tugasnya atau kedudukannya, dengan memperoleh penghasilan dengan mata uang negara aslinya dan dapat dibelanjakan di negara di mana dia berada, misalnya para tenaga ahli dari Amerika yang bekerja di Indonesia, Duta Besar, utusan dari negara lain yang mengadakan perjalanan wisata di Indonesia. c. Wisatawan Nusantara (Domestic Tourist) Adalah wisatawan dalam negeri yang melakukan perjalanan wisata dalam batas-batas wilayah negaranya sendiri. d. Indigeneus Foreign Tourist Adalah warga negara tertentu yang karena tugasnya dia berada di luar negeri lalu pulang. Di tanah airnya dia mengadakan perjalanan wisata, misalnya mahasiswa Jawa yang kuliah di luar negeri, liburan pulang lalu berwisata ke Bali atau Danau Toba. e. Transit Tourist

Adalah wisatawan yang mengadakan perjalanan ke satu tempat, menumpang kapal atau pesawat tetapi tidak bisa langsung. Jadi transit dulu (singgah sebentar) kemudian meneruskan perjalanan. Dalam singgahnya itu dimanfaatkan untuk berwisata. f. Bussiness Tourist Yaitu orang yang melakukan perjalanan (baik wisatawan asing maupun wisatawan nusantara) dengan tujuan bukan untuk wisata. Tetapi perjalanan wisata diadakan sebelum atau sesudah tujuan utama dikerjakan. Misalnya konferensi PATA yang datang dari berbagai negara, biasanya perjalanan wisata diadakan “ Pre Conference Tour ” dan “ Post Conference Tour “, sebelum mereka pulang ke negaranya. F. Industri Pariwisata. Menurut Saleh Wahab (1992), pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, tarap hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Pariwisata merupakan sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan cinderamata. Industri pariwisata merupakan gabungan dari berbagai produk jasa yang dihasilkan oleh berbagai fihak dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan. Karakteristik pariwisata sebagai industri jasa berbeda dengan produk industri atau jasa lainnya. Karakteristik tersebut sebagai berikut : 1. Intangible (tan wujud), yaitu orang tidak dapat melihat bentuk jasa pariwisata. Indonesia seperti apa?, sebelum wisatawan merasakan atau membelinya, atau datang sendiri ke daerah tujuan pariwisata. 2.Sulit diatur standar kualitasnya, dalam jasa terjadi hubungan langsung antara pembeli dan pengguna jasa. (berhubungan dengan perasaan suka dan tidak suka). Simultan atara proses antara produksi dan konsumsi, jasa baru diproduksi apabila sudah dibeli oleh pengguna jasa. Terjadi proses yang bersamaan antara proses produksi dan konsumsi. Tidak dapat disimpan sebagai persediaan. misalnya kamar hotel yang kosong seminggu yang lalu akan hilang dan tidak dapat dijual pada hari ini atau hari berikutnya. Tidak dapat dimiliki, karena tidak berwujud, maka tidak ada suatu yang kemudian dimiliki oleh seorang yang telah membeli jasa tersebut. Untuk mewujudkan jasa tersebut wisatawan membeli cinderamata sebagai kenang-kenangan kalau ia pernah pergi atau terkesan dengan daerah tujuan wisata tersebut. Maka kebijaksanaan yang dianjurkan dalam pengembangan pariwisata yaitu bagaimana membuat jasa tersebut menjadi “ terlihat atau terwujud “ sehingga mudah dievaluasi. Sarana fisik yang berkaitan dengan jasa yang diberikan akan disampaikan sebagai bahan bagi pengguna jasa untuk mengevaluasi kualitas jasa. Jadi semakin baik sarana fisik, akan dihubungkan dengan kualitas pelayanan yang baik. Dalam pengembangan pariwisata peningkatan prasarana dan sarana fisik mutlak dibutuhkan yang kemudian diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan jasa. Peningkatan sumberdaya manusia yang berkaitan dengan pariwisata perlu ditingkatkan kualitasnya. Kualitas yang memberikan jasa, diterima oleh pengguna jasa sebagai kualitas jasa itu sendiri. Misalnya keluhan mengenai buruknya tingkah laku pelayan hotel, pemandu wisata atau oknum penduduk di daerah tujuan wisata, sudah tentu akan dihubungkan dengan buruknya kualitas jasa pariwisata. Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan dan peningkatan kualitas pemberi jasa merupakan salah satu faktor bagi keberhasilan dalam memasarkan jasa pariwisata. salah satu usaha yang dilakukan adalah peningkatan sumberdaya manusia dalam bidang pariwisata melalui pendidikan formal dan non formal. Kegiatan pariwisata adalah kegiatan “ menjual Indonesia “. Hal ini berarti mempertaruhkan citra dan harga diri serta martabat bangsa. Misalnya

ketidak puasan wisatawan terhadap pelayanan hotel, maka akan dikaitkan dengan kualitas semua aspek hotel di Indonesia, kesalahan dari salah satu aspek kecil, dapat mengakibatkan seluruh pelayanan dianggap kurang baik, dan seterusnya. GEOGRAFI PARIWISATA Salah satu sifat manusia adanya rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi dalam berbagai hal. Dari sekian banyak keingintahuan manusia adalah ingin tahu tentang wilayah diwilayah lainnya. Dari penjelajahan tersebut, mereka sadar akan adanya perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Adanya perbedaan berbagai tempat di permukaan bumi. A.

Devinisi Geografi Pariwisata Pendekatan geografi dalam menganalisis gejala dan permasalahan yang menyangkut aspek fisik dan manusia, yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologi dan pendekatan wilayah (Nursid, 1981). Pendekatan geografi dipakai dalam mengkaji permasalahan dengan tetap memegang prinsip geografi yaitu prinsip penyebaran secara keruangan, interrelasi, deskripsi (korologi). Kegiatan pariwisata merupakan suatu perwujudan geografis, yaitu hasil adaptasi dan aktivitas manusia dalam kehidupannya. Konsep esensial geografi yang relevan dengan pembahasan pariwisata yaitu konsep letak, jarak, persebaran, keterjangkuan, interaksi, diferensiasi keruangan, nilai penting dan keterpaduan atau sintesis. Berbagai konsep geografi dikemukakan dalam pembahasan pariwisata, agar pembahasannya tetap pada “bingkai” geografi. Hal ini sekaligus untuk menunjukkan jati diri geografi serta membedakan geografi dengan ilmu lain, walaupun pada pembahasan materi yang sama. Bila melihat pengertian pariwisata, dan manfaat pariwisata maka perlu mengetahui pengertian dari geografi pariwisata sendiri. 1. IAN M. MATLEY dari Michigan University mengatakan bahwa “Geografi pariwisata merupakan cabang dari geografi ekonomi yang mempelajari mengenai faktor-faktor wilayah yang dapat mempengaruhi pergerakan wisatawan, baik wisatawan yang melakukan perjalanan dalam jarak dekat (short haul) maupun perjalanan jarak jauh (long haul)”. 2. Geografi pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan bersenang-senang untuk melihat atraksi wisata ditinjau dari lingkungan (alam/fisik dan budaya) dan unsur-unsur geografi mis : tanah, iklim, batu-batuan dsb. Dalam menganalisa mengenai geografi pariwisata ini masing-masing mempunyai penekanan sendiri-sendiri. Michail Peter dalam bukunya International Tour lebih menekankan pada faktor atraksi budaya yang mempengaruhi kunjungan wisatawan. Sedangkan/Gustaf S. dalam bukunya “Foreign Toursm”, lebih menekankan/memperhatikan lingkungan fisik.

B. Pendekatan Geografi Pariwisata Ditinjau dari geografi, kegiatan pariwisata merupakan interaksi keruangan, baik tingkat lokal, regional, nasional. Regional kawasan tertentu maupun internasional, Adanya interaksi keruangan didasarkan pada (1) proses untuk saling melengkapi antar wilayah (regional complementery), (2) adanya kesempatan ‘antara’ (interveining opportunity) dan (3) kemudahan pemindahan secara keruangan ( spatial transferability), yang diukur dengan satuan jarak, biaya dan waktu ( Abler, et, el, 1971) . Interaksi wilayah akan semakin berkembang karena pada dasarnya wilayah berbeda kondisi fisiografis dan sosiografisnya (areal differentiation). Tolok ukur adanya interaksi antar wilayah tersebut yaitu adanya aliran (Flow) barang, orang, ide cerita, prasarana dan sarananya antar wilayah. Interaksi wilayah diawali dengan proses penawaran (supply), sumberdaya dan permintaan (demand).

Faktor yang diperhatikan dalam analisis persediaan (supply) dalam pengembangan kepariwisataan yaitu obyek wisata sebagai daya tarik dan faktor pendukung obyek pariwisata, yaitu transportasi, komodasi, infrastruktur dan fasilitas penunjang lainnya, sebaran keruangannya. Semua informasi obyek digunakan untuk menyusun model kepariwisataan. Informasi tentang obyek wisata dilengkapi dengan informasi jaringan transportasi sebagai penghubung antar obyek wisata, antara obyek dan fasilitas penunjang. Informasi meliputi : jenis dan keadaan sarana transportasi, jarak, biaya, tempat transit ( terminal, pelabuhan, stasiun kereta api dan lainnya ). Informasi transportasi dilengkapi juga dengan informasi mengenai infrakstruktur, seperti jenis dan keadaan jalan, terminal, pelabuhan, stasiun kereta api, bandara dan lainnya Informasi tentang akomodasi meliputi : berbagai jenis penginapan/akomodasi (hotel. pondok wisata, dll), restoran, tempat rekreasi dan olah raga, tempat dan lainnya. Data yang dikumpulkan meliputi : lokasi, jarak, aksebilitas, jenis, peringkat, dan berbagai fasilitas yang dimilikinya. Informasi akomodasi dilengkapi pula dengan fasilitas pelayanan lainnya, seperti bank, tempat penukaran uang (money changer), kantor pos (post office), telepon, apotek, pusat perbelanjaan, artshop, gallery, dan lainnya. Penyajian informasi dalam bentuk peta atau matrik sehingga dapat disusun peringkat obyek dan fasilitas penunjangnya, peringkat tersebut antara lain obyek wisata. Untuk wisatawan domestik (lokal, regional dan nasional) dan internasional ( regional dan internasional ) dari peringkat ini membantu dalam penyusunan skala prioritas pengembangannya. Prakiraan dampak yang akan ditimbulkan dalam pengembangan pariwisata dapat dimasukkan dalam matrik sehingga dapat dilakukan inventerisasi dampak secara bersamaan dengan perencanaan pengembangannya. Analisis permintaan dapat dilakukan melalui penelitian tentang minat dan keinginan para wisatawan, baik secara langsung pada calon wisatawan maupun pada biro-biro atau agen yang mengatur perjalanan wisata. Informasi mengenai latar belakang sosial, ekonomi, demografi, dan psikologis (motivasi) dapat dipakai untuk menganalisis permintaan wisata, dari hal ini dapat diketahui tentang kecenderungan trend pariwisata. Pangsa pasar pariwisata dapat dikelompokkan dalam wisata internasional ( mancanegara) dan wisata domestik atau nusantara (nasional dan lokal). Dua kelompok wisatawan ini tentu mempunyai trend yang berbeda dalam berwisata. Analisis permintaan kebanyakan berdasarkan pangsa pasar internasional (mancanegara), sedangkan analisis terhadap pasar domestik sering terlupakan. Pada sisi lain wisatawan domestik merupakan potensi wisata yang besar pada masa mendatang. Dalam rancangan seharusnya potensi pasar wisata domestik perlu dipertimbangkan. Dari profil wisatawan yang ada, baik domestik maupun mancanegara dapat ditentukan model kepariwisataan yang dikembangkan. Sebagai contoh yaitu berkebangnya wisatawan olahraga arung jeram (rafting), berdasarkan keinginan/minat dari wisatawan kelompok yang menyukai olahraga dan petualangan. Analisis penawaran dan analisis permintaan pariwisata, terkait erat dengan tujuan dan kriteria kebijakan yang dikembangkan dalam pembangunan wilayah, Pembangunan pariwisata merupakan bagian pembangunan wilayah secara keseluruhan. Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan pariwisata adalah tata ruang. Tataruang wilayah sesuai dengan keadaan geografisnya terutama aspek fisiografisnya. Dalam pengembangan atau pembangunan kepariwisataan aspek lingkungan menjadi pertimbangan yang sangat penting. Hal ini menyangkut daya dukung lingkungan terhadap perkembangan pariwisata tersebut untuk saat sekarang dan masa mendatang. C. Pariwisata dan Masalah Lingkungan Pada dasarnya kegiatan pariwisata adalah kegiatan “menjual lingkungan”. Orang yang bepergian dari suatu daerah ke daerah tujuan wisata adalah ingin menikmati lingkungan, seperti pemandangan alam, atraksi budaya, arsitektur, makanan dan minuman, benda seni, dan lainnya yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Sektor wisata sebagai industri jasa merupakan sektor yang sangat peka terhadap lingkungan. Kerusakan lingkungan seperti : pencemaran limbah domestik, kumuh daerah , adanya gangguan kesemerawutan lalu-lintas, kriminalitas, dll, akan dapat mengurangi jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah wisata. Oleh karena itu pengembangan pariwisata harus menjaga ‘kualitas lingkungan’. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembalian dan kepariwisataan, berkaitan dengan aspek lingkungan yaitu : 1.Daya dukung lingkungan Setiap daerah tujuan wisata mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menerima jumlah wisatawan. Kemampuan ini yang disebut sebagai daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan dinyatakan dalam jumlah wisatawan pesatuan luas daerah tujuan wisata ( lokasi ), persatuan waktu. Daya dukungan lingkungan tersebut berbeda-beda, sesuai dengan faktor psikologis tujuan kegiatan pariwisata. Misalnya orang yang pergi ke Plaza, merasa senang untuk berdesak-desakan : kalau tidak bersenggolan, sepertnya tidak merasa ke Plaza. Sebaliknya orang yang pergi ke Museum atau pantai yang romantis, tidak menginginkan jumlah orang banyak, ramai dan bising. Antara Plaza, Pasar Malam, Pantai dan Museum, mempunyai tujuan yang terkait dengan faktor psikologis, sehingga daya dukungnya berbeda. Faktor lain yang menentukan daya dukung lingkungan yaitu lingkungan biofisik , yang bisa menentukan kuat atau rapuhnya suatu ekosistem. Ekosistem yang kuat mempunyai daya dukung lingkungan yang tinggi, akan lebih banyak dapat menerima sejumlah wisatawan. Daya dukung lingkungan yang kuat, tidak akan mudah rusak karena gangguan wisatawan. Jikalaupun rusak, maka pengembalian atau pemulihannya lebih cepat. Ekosistem puncak gunung atau kawah, misalnya gunung Bromo, dengan suhu yang rendah, tanah yang asam kurang subur, adanya gas beracun seperti uap belerang, merupakan ekosistem yang rapuh. Jika terjadi kerusakan, seperti pengambilan edelweis yang berlebihan, maka untuk “ pulih kembali” memerlukan waktu yang cukup lama. Sebaliknya Plaza atau Mall atau tempat tujuan wisata buatan, seperti taman dan pemandian, mempunyai lingkungan biofisik yang kuat. Artinya dapat menampung lebih banyak wisatawan. Kerusakan ekosistem dengan mudah untuk dapat dikembalikan lagi (kalau rusak gedungnya maka akan mudah untuk dibangun kembali). Daerah tujuan wisata atau tempat wisata mempunyai daya dukung lingkungan yang rendah, haruslah hati-hati dalam pengembangannya. Jumlah wisatawan yang masuk harus dibatasi, serta diawasi dengan baik/ketat. Hal ini untuk mengurangi resiko kerusakan lingkungan, antara lain pembuangan sampah, sebab sampah lambat membusuk pada daerah yang dingin, terlebih sampah plasik yang tidak dapat didaur ulang oleh alam. Salah satu contoh daerah tujuan wisata yang memperhatikan daya dukung lingkungan yaitu Tanah Lot. Jumlah wisatawan yang boleh masuk sampai bagian luar dan tengah ( bagian utama tidak untuk wisatawan). Jumlah wisawan yang masuk, sejumlah selendang yang tersedia, karena setiap wisatawan yang masuk diharuskan memakainya. Wisatawan lain boleh masuk apabila selendang sudah dikembalikan, artinya ada wisatawan yang sudah keluar. 2.Keanekargaman. Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata dengan minat, tujuan, umur, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi dan budaya yang beranekaragam. Dalam pengembangan kepariwisataan harus diusahakan adanya suatu keanekaragaman/macam-macam obyek sebagai daya tarik wisata serta faktor penunjangnya. Usaha penganekaragaman didasarkan pada faktor tujuan, umur, dan mode wisatawan. Misalnya pada obyek wisata Candi peninggalan sejarah penganekaragaman, disesuaikan dengan kelompok umur wisatawan yang akan menikmati atraksi atau penggunakan fasilitas penunjangnya. Penganekaragaman disesuaikan dengan mode kepariwisataan yang sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi dan budaya saat ini. Contoh mode wisata sambil berolah raga daerah tujuan wisata, kegiatan pariwisata yang dikaitkan dengan daerah tujuan wisata sebagai tempat

dilangsungkan suatu pertemuan atau konferensi, baik tingkat nasional, regional maupun internasional. 3 .Keindahan Alam Keindahan bentang alam harus tetap dijaga keasliannya, sebab merupakan aset kepariwisataan yang tinggi. Dalam pembangunan pariwisata sering diubah bentang alam (natural landscpae) dengan alasan untuk tujuan wisata. Contoh (1) jalan berkelok di pegunungan dengan lembah yang indah, ditutup oleh papan reklame yang sangat besar, warung-warung di pinggir jalan yang tidak teratur dan kumuh, (2) danau atau telaga yang alami pada pinggirnya dibuat atau dibangun rumah peristiratan, restoran dan hotel yang dekat dengan danau, sehingga danau berubah menjadi kolam tercemar oleh limbah cair dari berbagai aktivitas dari bangunan yang ada disekitarnya. 4.Vandalisme Grafiti Vandalisme adalah kegiatan yang merusak, vandalisme obyek-obyek wisata, seperti candi, tebing, tanda lalulintas, tembok bangunan, telepon umum dan lainnya. Vandalisme dalam bentuk yang lain yaitu merusak benda-benda tertentu atau memotong pohon pada saat berkemah, memetik bunga mengambil tanaman dan lainnya. Kegiatan yang merusak/vandalisme ini, aktivitasnya semakin meningkat, terlihat dari banyaknya benda-benda yang dirusak. Hal ini terutama dilakukan oleh wisatawan domestik remaja, serta berkaitan masa libur sekolah. Vandalisme sangat merugikan pariwisata, seperti perusakan dan coretan dengan cat pada candi. Hal ini pernah diungkapkan oleh Menparpostel( Jove Ave) pada Konferensi Nasional Pusat Studi Lingkungan di Denpasar pada oktober 1996. Semakin berkembangannya kegiatan pariwisata, maka vandalisme ini harus dicegah sedini mungkin dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui jalur pendidikan di sekolah atau luar sekolah. 5. Pencemaran Pencemaran merupakan musuh utama industri pariwisata. Pada sisi lain kegiatan pariwisata merupakan pencemaran yang besar pula. Semakin sukses kepariwisataan pada suatu daerah, semakin besar pula pencemarannya. Salah satu pencemaran adalah limbah padat berupa sampah yang dihasilkan oleh kegiatan wisatawan maupun limbah padat dan cair dari hotel-hotel. Masalah pencemaran ini terjadi akibat kurang sadarnya wisatawan, terutama domestik dalam membuang limbah dari hasil kegiatannya selama berwisata. Umumnya wisatawan domestik yang melakukan perjalanan dengan keluarga atau rombongan, melakukan kegiatan “ pindah makan dan minum “. Masalah pencemaran menjadi lebih meningkat, apabila tempat wisata tidak ada atau kurang sekali penyediaan tempat sampah. Jika tersedia tempat sampah, maka penempatannya yang sering kurang representatif. 6. Dampak Sosial Budaya Adanya wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata, maka telah terjadi antara wisatawan dan penduduk setempat. Wisatawan yang datang punya latar belakang geogrfis, sosial, ekonomi, budaya yang berbeda dengan penduduk setempat, penduduk setempat akan menyerap budaya wisatawan, sebaliknya wisatawan menyerap budaya lokal. Dampak interaksi terebut ada yang positif dan ada yang negatif. Wisatawan terutama manca negara/internasional untuk kalangan menengah dan atas, memerlukan fasilitas sesuai dengan standarnya. Hal ini kemudian merupakan suatu “enklave “ atau pulau di tengah masyarakat yang masih terbelakang dengan kondisi ekonomi yang sangat berbeda. Perkembangan kegiatan kepariwisataan semakin meningkat, maka perlu diantipasi dampak negatif yang ditimbulkan yang akan merugikan kelangsungan pariwisata dan penduduk setempat/lokal. 7. Mintakat ( Zona ) Dalam pembangunan kepariwisataan timbul berbagai konflik berkaitan dengan tata ruang. Pada satu sisi ingin satu hal yang bersifat alami, tetapi sisi lain menghendaki membangun fasilitas atau hotel dekat pantai. Wisatawan tertarik dengan pantai yang indah, tetapi jumlah wisatawan yang banyak justru bisa menyebabkan kawasan pantai menjadi rusak. Konflik kepentingan dapat dikurangi atau diatasi dengan perencanaan tata ruang yang disesuaikan dengan potensi sumberdaya yang ada. Hal

ini kemudian akan menimbulkan peningkatan dalam keruangan (Zonasi). Masing-masing mintakat (zona) diberi ijin pariwisata berdasarkan potensi geografis, sehingga fungsi utama obyek wisata dan penunjangnya tidak tumpang tindih dan berbagai kepentingan umum tidak terganggu atau dikorbankan hanya semata-mata untuk kepentingan pariwisata saja.

BENCANA DAN MANAJEMEN KEBENCANAAN A.PENGERTIAN Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24 tahun 2007). Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk hukum di bawahnya antara lain Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan Kepala Kepala Badan, serta peraturan daerah. Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal.Secara formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point lembaga pemerintah di tingkat pusat.Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di Indonesia.Di tingkat nasional, terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri unsur masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga internasional.Pada tingkat lokal, kita mengenal Forum PRB Yogyakarta dan Forum PRB Nusa Tenggara Timur. Dana DIPA (APBN/APBD) a. Dana Kontijensi b. Dana On-call c. Dana Bantual Sosial Berpola Hibah d. Dana yang bersumber dari masyarakat e. Dana dukungan komunitas internasional Besaran bencana merupakan akumulasi berbagai ancaman bahaya dengan rangkaian kerentanan yang ada di masyarakat Bencana dibagi menjadi 3: alam, nonalam dana social Sedikit membahas tentang bencana kita akan mmbahas tentang resiko, ini berawal dari kerentanan yang nantinya menjadi resiko bencana dan ada pemicu sehingga menjadi bencana.bisa dikatakan ini kondisi bahaya (hazard) • Faktornya Geologi – Gempabumi, tsunami, longsor, gerakan tanah,letusan gunung berapi • Hidro-meteorologi – Banjir, topan, banjir bandang,kekeringan • Teknologi – Kecelakaan transportasi, industri • Lingkungan – Kebakaran,kebakaran hutan, penggundulan hutan, pencemaran lingkungan (air, udara, tanah), eksploitasi sumber daya alam, alih fungsi lahan di kawasan lindung, penerapan teknologi yang keliru, dan munculnya wabah penyakit • Sosial – Konflik, terrorisme kehancuran budaya, budaya tidak peduli, KKN, politik tidak memihak rakyat, perpindahan penduduk, kesenjangan sosial ekonomi budaya, konflik dan kerusuhan

• –

Biologi Epidemi, penyakit tanaman, hewan

bahaya, berdasar penyebabnya dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu bencana geologi, bencana iklim, bencana lingkungan, dan bencana sosial Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. . (UU 24/2007 Manajemen bencana menurut (University of Wisconsin) sebagai serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang renta bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut Manajemen bencana menurut (Universitas British Columbia) ialah proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun akual. Mekanisme manajemen bencana terdiri dari : 1. Mekanisme internal atau informal, yaitu unsur-unsur masyarakat di lokasi bencana yang secara umum melaksanakan fungsi pertama dan utama dalam manajemen bencana dan kerapkali disebut mekanisme manajemen bencana alamiah, terdiri dari keluarga, organisasi sosial informal (pengajian, pelayanan kematian, kegiatan kegotong royongan, arisan dan sebagainya) serta masyarakat lokal. 2. Mekanisme eksternal atau formal, yaitu organisasi yang sengaja dibentuk untuk tujuan manajemen bencana, contoh untuk Indonesia adalah BAKORNAS PB, SATKORLAK PB dan SATLAK PB. Pada awalnya ada tiga hal yang ada dalam manajemen kebencanaan ini, yaitu kesiapsiagaan, respon dan pemulihan untuk mengurangi dampak dari bencana.Pada perkembangannya, dalam tahap kesiapan ini secara garis besar dibagi menjadi mitigasi, pengurangan resiko dan pencegahan. Tahapan bencana Dibagi menjadi 3 periode menurut data diatas: Pra Bencana : pencegahan , kesiapsagaan, peringatan dini, mitigasi Bencana: tangap darurat, bantuan darurat Pasca Bencana: pemulihan, rehabilitasi,rekonstruksi United Nation Development Program (UNDP) membagi manajemen bencana menjadi empat tahapan besar.Tahap pertama kesiapsiagaan (perencanaan siaga, peringatan dini), tahap kedua tanggap darurat (kajian darurat, rencana operasional, bantuan darurat), tahap ketiga pasca darurat (pemulihan, rehabilitasi, penuntasan, pembangunan kembali), tahap keempat pencegahan dan mitigasi atau penjinakan. Kegiatan-kegiatan manajemen bencana : Pencegahan (prevention) Mitigasi (mitigation) Kesiapan (preparedness) Peringatan Dini (early warning) Tanggap Darurat (response) Bantuan Darurat (relief) Pemulihan (recovery)

Rehablitasi (rehabilitation) Rekonstruksi (reconstruction) Pencegahan (prevention) Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya : -Melarang pembakaran hutan dalam perladangan -Melarang penambangan batu di daerah yang curam -Melarang membuang sampah sembarangan Mitigasi Bencana (Mitigation) Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007) atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Bentuk mitigasi : • Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah tahan gempa, dll.) • Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.) Kesiapsiagaan (Preparedness) Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007) Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan bencana. Peringatan Dini (Early Warning) · Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus : • Menjangkau masyarakat (accesible) • Segera (immediate) • Tegas tidak membingungkan (coherent) • Bersifat resmi (official) Tanggap Darurat (response) Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi danpengungsianLembaga yang terlibat dalam penanganan bencana ini yaitu Pemerintah, NGO;Dinas/ institusi seperti; Dinas Sosial, Dinas Kesehatan (Brigade tanggap darurat), Dinas Pekerjaan Umum/ BMCK, Basarnas, BAPENAS/ BAPEDA, TNI/Polri, PDAM , PLN , BULOG, BMKG , Dishubkomintel dll serta NGO lokal maupun Internasional Bantuan Darurat (relief) · Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa : 1. Pangan 2. Sandang 3. Tempat tinggal sementara 4. kesehatan, sanitasi dan air bersih Pemulihan (recovery) • Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. • Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar puskesmas, dll).

Rehabilitasi (rehabilitation) Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.Pemulihan pelayanan dibidang keagamaan Rekonstruksi (reconstruction) · Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya. Untuk daerah-daerah yang kerap tertimpa bencana entah itu yang dibuat manusia (banjir, longsor, luapan lumpur, dll.) ataupun yang tak terduga secara awam (gempa tektonik, vulkanik, angin puting beliung, dll.), sebaiknya menerapkan tahapan-tahapan kerja yang lebih mendetail. Setiap tahapan itu adalah sebagai berikut: 1. Riset: pelajari fenomena alam yang akan terjadi secara umum atau khusus di satu daerah. Kontur tanah hingga letak geografis suatu daerah menjadi pengaruh utama penanganan ke depan. Jika yang terjadi adalah peristiwa kebakaran hutan, riset tentang lokasi dan pendataan masyarakat di dalam ataupun sekitar hutan mengawali paket penanganan bencana. Jika kebakaran seperti terjadi di beberapa pasar, tentulah pendataan kelayakan pasar tersebut akan membantu akar permasalahan bencana kebakaran tersebut. 2. Analisis Kerawanan dan Kajian Risiko (Vulnerabilities Analysis and Risk Assessment): ada beberapa variabel yang bisa menyebabkan bencana ataupun keadaan darurat terjadi di satu daerah. Matriks atas variabel ini patut didaftar untuk kemudian dikaji risiko atau dampaknya jika satu variabel atau paduan beberapa variabel terjadi. 3. Sosialisasi dan Kesiapan Masyarakat: pengetahuan atas fenomena alam hingga tindakan antisipatif setiap anggota masyarakat menjadi suatu hal mutlak dilakukan oleh Pemerintah ataupun kalangan akademisi yang telah melakukan kajian-kajian dan pemantauan atas fenomena alam di daerahnya. 4. Mitigasi atau persiapan mendekati terjadinya bencana atau keadaan darurat. Persiapan menghadapi banjir di komplek perumahan saya, misalnya, dilakukan dengan membersihkan saluran got dan membangun daerah-daerah penyerapan air ke tanah. Setiap minggu ada pemuda Karang Taruna berkeliling meneriakkan “3M”. 5. Warning atau peringatan bencana: di saat hari ini Gunung Kelud sudah “batuk” cukup parah, sosialisasi bahaya letusan yang lebih besar selayaknya juga dilakukan tak hanya dengan upaya persuasif. Tindakan memaksa selayaknya juga diterapkan, tentu ada sosialisasi tindakan ini harus diambil, jauh sebelum bencana ini terdeteksi.Teriakan melalui pengeras suara masjid ataupun kentongan hingga SMS Blast ke setiap pemilik telepon selular di daerah tersebut bisa menjadi alternatif peringatan bagi warga masyarakat. 6. Tindakan Penyelamatan: jika yang terjadi adalah angin puting beliung, tentulah tempat paling aman berada di bawah tanah dengan kedalaman dan persiapan logistik yang memadai. Jika yang terjadi adalah banjir, penyelamatan barang pribadi ke tempat lebih tinggi menjadi kewajiban selain logistik dan perahu karet jika diperlukan. 7. Komunikasi: faktor komunikasi tetap harus terjaga, yang bisa dilakukan dengan sistem telepon satelit (lihat www.psn.co.id untuk alat komunikasi langsung ke satelit), agar bala-bantuan hingga kepastian keadaan sesaat setelah terjadi bencana bisa terdeteksi dariJakarta ataupun pusat pemerintah provinsi. 8. Penanganan Darurat: jika ada anggota masyarakat yang memerlukan perawatan medis ataupun ada anggota masyarakat yang dinyatakan hilang, kesiapan regu penyelamat harus terkoordinasi dengan baik. 9. Keberlangsungan Penanganan: jika banjir tidak surut dalam waktu satu-dua hari ataupun lokasi bencana tak memiliki jalur transportasi yang memadai, upaya yang berkelanjutan adalah kewajiban pemerintah daerah ataupun pusat dengan selalu berkoordinasi di lapangan.

10. Upaya Perbaikan: tahapan pasca-bencana ataupun pasca-keadaan darurat adalah “proses pengobatan” yang memakan waktu lama. Jika peristiwa Tsunami Aceh memakan korban jiwa dan harta yang sangat besar, merancang perbaikan harus dilakukan secara seksama mengingat biaya yang besar yang dikumpulkan dari masyarakat, bahkan masyarakat internasional.Jika peristiwa banjir yang tiap tahun melanda pinggiran Kali Ciliwung, tentunya lebih baik dilakukan tindakan antisipatif yang lebih komprehensif dalam kerangka perbaikan di masa mendatang. 11. Pelatihan dan Pendidikan: untuk mendapatkan hasil terbaik untuk mengantisipasi hingga mengupayakan perbaika pasca-bencana, setiap daerah harus memiliki petugas-petugas yang cakap dan berpengetahuan. Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang selalu sejalan dengan penemuan teknologi penanganan bencana termutakhir. 12. Simulasi: setelah memiliki petugas yang cakap dan berpengetahuan, setiap daerah harus melaksanakan simulasi penanganan bencana atapun keadaan darurat agar setiap anggota masyarakat bisa mengantisipasi hingga menyelamatkan diri dan Bahaya (hazard) adalah suatu kondisi, secara alaimiah maupun ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia.Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, namun tidak semua bahaya menjadi bencana. Kerentanan (vulnerability) adalah sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.Misalnya penebangan hutan, penambangan batu, membakar hutan. Kemampuan (capability) adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, dan siap siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana. Resiko (risk) adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan, dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Pihak pemerintah yang juga meliputi Dinas Sosial melakukan penyiapan dan perencanaan kebutuhan logistic Dinas Kesehatan melakukan pelatihan evekuasi bencana dibidang kesehatan. Dinas Pekerjaan Umum/ BMCK membuat perencanaan bangunan (building codes), relokasi , perencanaan dan penyediaan shealter B.PENYEBAB Lembaga/Institusi (Pemerintah dan non-pemerintah, NGO) yang aktif dalam PB dan pada Fase mana perannya yang paling menonjol. Hal yang perlu dipersiapkan, diperhatikan dan dilakukan bersama-sama oleh pemerintahan, swasta maupun masyarakat dalam mitigasi bencana, antara lain: 1. Kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan kebencanaan atau mendukung usaha preventif kebencanaan seperti kebijakan tataguna tanah agar tidak membangun di lokasi yang rawan bencana; 2. Kelembagaan pemerintah yang menangani kebencanaan, yang kegiatannya mulai dari identifikasi daerah rawan bencana, penghitungan perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh bencana, perencanaan penanggulangan bencana, hingga penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya preventif kebencanaan; 3. Indentifikasi lembaga-lembaga yang muncul dari inisiatif masyarakat yang sifatnya menangani kebencanaan, agar dapat terwujud koordinasi kerja yang baik; 4. Pelaksanaan program atau tindakan ril dari pemerintah yang merupakan pelaksanaan dari kebijakan yang ada, yang bersifat preventif kebencanaan; 5. Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang ciri-ciri alam setempat yang memberikan indikasi akan adanya ancaman bencana.

Sementara itu upaya untuk memperkuat pemerintah daerah dalam kegiatan sebelum/pra bencana dapat dilakukan melalui perkuatan unit/lembaga yang telah ada dan pelatihan kepada aparatnya serta melakukan koordinasi dengan lembaga antar daerah maupun dengan tingkat nasional, mengingat bencana tidak mengenal wilayah administrasi, sehingga setiap daerah memiliki rencana penanggulangan bencana yang potensial di wilayahnya. Contoh lembaga/Institusi (Pemerintah dan non-pemerintah, NGO) yang aktif dalam PB antara lain adalah : a. Dinas Sosial Dinas Sosial terlibat di semua fase. Namun pada saat ini sendiri sangat menonjol dalam fase response. Pada saat fase response yang dilakukan oleh Dinas Sosial adalah : 1. Mengerahkan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) untuk sesegera mungkin mencari informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk tahap penyaluran bantuan. 2. Dari data dan informasi yang diterima, Dinas Sosial mengeluarkan bantuan sesuai dengan bencana yang terjadi. Diutamakan prinsip tepat waktu, tepat sasaran dan tepat jumlah. 3. Bantuan kemudian disaluran sesegera mungkin dengan kerjasama bersama Dinas Sosial Kab./Kota dan Tagana setempat. 4. Untuk pengungsi, segera diarahkan menuju titik-titik pengungsian dan segera dibangun tendatenda atau shelter. b. T N I Keterlibatan TNI sesuai Pasal 25 ayat 1 “Pada saat keadaan darurat bencana, kepala BNPB dan kepala BPBD berwenang mengerahkan sumber daya manusia, peralatan dan logistik dan instansi lembaga dan masyarakat untuk melakukan tanggap darurat” Keterlibatan TNI lebih menonjol pada fase respon dan recovery. Seperti melakukan evakuasi, pencarian mayat, pendirian shelter-shelter, jembatan bailey, menembus daerah isolasi, manajemen logistik pada saat tanggap darurat. 3. PERAN MASYARAKAT (INDIVIDU/LEMBAGA) PADA SETIAP FASE SMB Untuk mengurangi, mencegah dan menanggulangi bencana yang mungkin terjadi atau berulang, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana perlu melakukan pengurangan resiko bencana atau manajemen resiko. Pengurangan Resiko Bencana dimaknai sebagai sebuah proses pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok masyarakat, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Tujuan agar komunitas mampu mengelola resiko, mengurangi, maupun memulihkan diri dari dampak bencana tampa ketergantungan dari pihak luar. a. Mitigasi - Masyarakat berperan aktif menciptakan lingkungan yang aman dari bencana. Contohnya ; o Membangun rumah yang sesuai standar ketahan gempa; o Adanya kesadaran masyarakat untuk tidak tinggal di daerah yang rawan bencana. o Masyarakat memahami dengan baik safety rule yang sudah diprogram oleh pemerintah b. Preparedness - Mengikuti kegiatan drill dan pelatihan-pelatihan penguatan kapasitas kebencanaan. - Terlibat aktif dalam pembuatan jalur evakuasi. c. Response - Masyarakat sebagai relawan donatur, penyumbang tenaga dan keahlian serta penyedia fasilitas yang diperlukan dalam penanggulangan bencana. - Sebagai pemimpin dalam penanganan bencana. - Sebagai manajer logistik. - Menggerakkan elemen lokal dalam penanggulangan bencana. d. Recovery - Terlibat langsung dalam rehab rekon.

- Mendukung program pemerintah dalam rehab rekon. 4. PERAN PROGRAM S2 KEBENCANAAN DALAM SETIAP FASE SMB a. Mitigasi - Ikut memberi sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat mengenai pengurangan resiko bencana. - Melakukan penelitian dan riset terkait kebencanaan dan karakteristiknya di daerah yang berbeda. - Membuat pemetaan untuk daerah-daerah rawan bencana. - Mengidentifikasi kelompok-kelompok rentan di daerah rawan bencana. - Belajar yang rajin. b. Preparedness - Sebagai fasilitator dalam pelatihan penanggulangan bencana berbasis masyarakat, berbasis sekolah, dan lain-lain, contohnya; o Gempa dan Tsunami drill - Melakukan kerjasama dengan pemerintah ataupun dengan lembaga-lembaga lainnya. - Terlibat aktif dalam pembuatan jalur evakuasi. c. Response - Terjun langsung sebagai relawan, baik sebagai pelaksana, pimpinan, maupun pembuat kebijakan. - Menjadi penghubung antara instansi atau lembaga pemerintahan dengan masyarakat. d. Recovery - Berperan sebagai fasilitator - Melakukan kegiatan-kegiatan psikososial.

C. DAMPAK Menurut Warfield, manajemen bencana mempunyai tujuan: (1) Mengurangi, atau mencegah, kerugian karena bencana, (2) menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai terhadap korban bencana, dan (3) mencapai pemulihan yang cepat dan efektif. Dengan demikian, siklus manajemen bencana memberikan gambaran bagaimana rencana dibuat untuk mengurangi atau mencegah kerugian karena bencana, bagaimana reaksi dilakukan selama dan segera setelah bencana berlangsung dan bagaimana langkah-langkah diambil untuk pemulihan setelah bencana terjadi. Secara umum, manajemen bencana bertujuan untuk : Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan lingkungan hidup Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang terkena bencana. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan Adapula tujuan lainya adalah sebgai berikut: 1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat dan Negara melalui tindakan dini. Tindakan ini merupakan pencegahan, tindakan ini efektif sebelum bencana itu terjadi.Tindakan penghindaran biasanya dikaitkan dengan beberapa upaya.Pertama penghilangan kemungkinan sebab.Kalau bencana itu bisa disebabkan oleh kesalahan manusia, tindakan penghilangan sebab tentunya bisa

dilakukan. Tentunya hal ini akan sulit bila penyebabnya adalah alam yang memiliki energi di luar kemampuan manusia untuk melakukannya. Pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan gempa bumi tektonik, misalnya, merupakan sebab yang sampai saat ini belum diatasi manusia.Oleh karena itu tindakan penghindaran bencana alam lebih diarahkan pada menghilangkan, atau mengurangi kondisi yang dapat menimbulkan bencana.Kondisi dimaksud dalah struktur bangunan yang sesuai untuk kondisi gempa yang dapat bangunan tahan terhadap goncangan, sehingga dapat menghidari kerugian fisik, ekonomi, dan lingkungan. 2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan Negara berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi. Tetapi perlu diingat, piranti tindakan meminimalisasi kerugian itu telah dilakukan jauh sebelum bencana itu terjadi. Contoh bencana alam dengan cepat akan menimbulkan masalah pada kesehatan akibat luka parah, bahkan meninggal, maka tindakan minimalisasi yang harus dilakukan sejak dini adalah penyebaran pusat-pusat medis ke berbagai wilayah, paling tidak sampai tingkat kecamatan. 3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana. Ada juga yang menyebut tindakan ini sebagai pengentasan. Tujuan utamanya adalah membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami. Bantuan tenda, pembangunan kembali perumahan yang hancur, memberi subsidi, termasuk kedalam kategori ini.Pemberian pemulihan kondisi psikis individu dan masyarakat yang terkena bencana juga perlu karena bertujuan untuk mengembalikan optimisme dan kepercayaan diri. 4. Untuk memperbaiki kondisi sehingga indivudu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat bencana. Perbaikan kondisi terutama diarahkan kepada perbaikan infrastruktur seperti jalan, jembatan, listrik, penyedian air bersih, sarana komunikasi, dan sebagainya.

D. SOLUSI . Dan yang terpenting dari manajemen bencana ini adalah adanya suatu langkah konkrit dalam mengendalikan bencana sehingga korban yang tidak kita harapan dapat terselamatkan dengan cepat dan tepat dan upaya untuk pemulihan pasca bencana dapat dilakukan dengan secepatnya. Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis masyarakat dan pemerintah atas masalah bencana alam, menciptakan proses perbaikan total atas pengelolaan bencana, penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada kearifan lokal yang berbentuk peraturan nagari dan peraturan daerah atas menejemen bencana. Yang tak kalah pentingnya dalam manajemen bencana ini adalah sosialisasi kehatian-hatian terutama pada daerah rawan bencana.

GEOGRAFI PERTANIAN Etimologis istilah "geografi pertanian" memiliki akar Yunani dan Latin. Kata 'geografi' berasal dari kata Yunani 'Geographia' yang berasal dari dua kata, nama 'geografis' yang berarti bumi dan 'Graphia' makna untuk menjelaskan. Kata "pertanian" berasal dari istilah Latin 'Agercultura' yang mempunyai asal dalam kata-kata 'mengubah' yang berarti ladang dan 'culturd' makna budaya atau memupuk. Pertanian dalam arti sempit berkaitan dengan usaha bercocok tanam, sedangkan dalam atian luas sebagai kajian ilmiah. Pertanian merupakan sumber kehidupan manusia melalui penggunaan lahan untuk bercocok tanam dan menghasilkan bahan pangan lainnya. Geografi pertanian adalah cabang geografi yang berhubungan dengan bidang budidaya tanah dan pengaruh budidaya seperti pada lanskap fisik.Geografi pertanian Studi pola spasial dalam kegiatan pertanian. tema utama termasuk variasi dalam kegiatan pertanian dalam biomes utama, penetapan batas wilayah pertanian, studi pertanian sebagai suatu sistem, dan klasifikasi sistem pertanian,

biasanya dengan mengacu pada istilah: intensif / ekstensif; komersial / subsisten; pergeseran / menetap dan pastoral / subur / campuran. Geografi pertanian merupakan kegiatan yang mengkaji pertanian di berbagai belahan bumi sebagai hasil interaksi manusia dengan alam dan juga mengkaji pola-pola dari kegiatan pertanian yang bervariasi dari tempat-tempat, meliputi segala kegiatan pertanian pada ruang dan waktu pertanian. Dengan demikian, definisi geografi pertanian dapat dinyatakan sebagai bagian studi geografi yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena pertanian dengan mengunakan hampiran ekologi dan regional dalam kontek keruangan.menurut Brian W (1985) dalam Sriartha (2000) ada lima karakteristik pertanian yaitu : 1). Setiap wilayah pertanian dijumpai banyaknya unit-unit pertanian yang banyak dan memiliki luas yang berbeda-beda. 2). Pada sebidang lahan pertanian dapat diproduksi berbagai hasil pertanian. 3) proses prudksi pertanian berlangsung secara biologis melalui tumbuhan dan hewan. 4). Penentuan lokasi tidak banyak bisa ditentukan oleh petani. 5).kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan pasar. 6.1.2 Cakupan dan Tinjauan Geografi Pertanian Adapun objek atau tujuan geografi pertanian menurut Singh dan Dhilon ( 1984 ) yaitu : 1. Perbedaan macam-macam pertanian yang tersebar di muka bumi dan fungsinya dalam spasial 2. Tipe-tipe pertanian yang dikembangkan di daerah tertentu, persamaan dan perbedaan dengan daerah lain. 3. Menganalisa pelaksanaan sistem pertanian dan proses perubahannya 4. Arah dan isi perubahan dalam pertanian. 5. Batas wilayah-wilayah produksi hasil panen dan kombinasi hasil panen atau perusahaan pertanian 6. Menghitung dan menguji tingkat perbedaan antara wilayah 7. Identifikasi wilayah yang produktivitas pertaniannya lemah; dan 8. Mengungkap wilayah pertanian yang stagnasi, transisi, dan dinamis. 6.1.3 Pendekatan Studi Geografi Pertanian Dua pendekatan geografi pertanian adalah : 1) Pendekatan Empiris Memberikan pandangan bahwa pendekatan deskripsi apa yang dikemukakan (apa adanya) tentang bentang lahan pertanian Pendekatan tentang pola dengan metode induktif dan generalisasi sebagai dasar dari hasil-hasil studi yang berbeda-beda 2) Pendekatan Normatif Difokuskan pada landscape pertanian yang ada, dengan memberikan asumsi-asumsi dengan menggunakan hipotesa dengan teori-teori yang ada tentang produksi pertanian. Pendekatan tentang adanya perbedaan spasial 1) Geographical determinism model Diasumsikan bahwa lingkungan fisikal sebagai determinan dalam proses pengambilan keputusan dalam determinism model Diasumsikan bahwa faktor ekonomi seperti pemasaran, produksi, dan biaya transport dianggap homogen sebagai penentu dalam proses pengambilan keputusan. 2) Socio-personal determinsm model Diasumsikan bahwa serangkaian faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk pertanian adalah nilai-nilai petani, tujuan, motivasi, dan sikap

3) Radical model Diasumsikan bahwa dengan teknologi tinggi dan munculnya agribisnis sebagai kemajuan dalam pertanian

6.2 Sejarah dan Faktor yang Mempengaruhi Pertanian 6.2.1 Sejarah Pertanian Perkembangan Sistem Pertanian di Indonesia Pertanian merupakan aktivitas ekonomi yang utama dan terbesar di Indonesia. Penerapan sistem pertanian pada masa orde baru dilakukan dengan pencanangan Revolusi Hijau. Adanya dampak negatif dari penerapan revolusi Hijau tersebut, maka para ahli/pakar mulai memikirkan solusi lain untuk mengganti Sistem Pertanian Revolusi Hijau tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya konsep pembangunan berkelanjutan. Salah satu konsep pembangunan berkelanjutan dalam bidang pertanian yaitu adanya ‘Agenda 21 Indonesia’. Yang memuat tentang Pengembangan Pertanian dan Pedesaan Berkelanjutan. Sehingga kemudian berkembang sistem pertanian organik yang dikembangkan oleh sebagian petani.’ Bentuk-bentuk pertanian di Indonesia : 1. Sawah Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut. 2. Tegalan Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian. 3. Pekarangan Perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan / digunakan untuk ditanami tanaman pertanian. 4. Ladang Berpindah Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami, maka tanah sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah lama tidak digarap. 6.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertanian Faktor fisik a. Iklim : temperatur dan curah hujan b. Topografi : relief, batuan c. Tanah : kandungan kimia dan sifat fisik tanah d. Air : potensi air, kedalaman Faktor Non Fisik (Unsur Manusia) a. Kultur dan sejarah Tenaga kerja, tingkat keterampilan dan teknologi petani Adanya kemampuan jumlah tenaga kerja Kondisi teknologitntang jalan (fasilitas jalan) dan sarana transport maupun prasarananya) b. Faktor ekonomi Modal : pemilikan kemampuan modal peralatan, tempat, dan uang Supply produksi pertanian, dalam kaitannya dengan permintaan pasar Harga : harga-harga sarana produksi dan harga produksi pertanian c. Faktor politik

partisipasi petani dalam praktek dan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan pertanian, seperti harga, pajak, penilaian ekspor impor larangan untuk menanam suatu jenis tanaman, misal : ganja bantuan pemerintah berupa modal, bibit, pupuk, dan sabagainya

6.2.3 Tipe Pertanian 1) Pertanian intensif · Tujuan utama usahatani adalah mendapatkan keuntungan maksimum · Produksi per ha tinggi dan sedikit potensi lahan yang terbuang · Jenis tanaman yang diusahakan yang secara ekonomis menguntungkan · Pertanian intensif dijumpai di negara yang padat penduduknya dan di negara maju yang langka lahan Pertanian intensif memperhatikan/melaksanakan : · Crop rotation (pergiliran tanaman) · Dihindarkan saat kerja/kosong · Penggunaan bibit, pupuk, dan pengelolaan terencana dengan teknologi tepat guna · Pembuatan teras (pengelolaan lingkungan fisik yang maksimum) · Menggunakan/ dengan sistem tanaman campuran (mixed croping) 2) Pertanian subsisten a. Orientasi produksi untuk kebutuhan konsumsi keluarga b. Jika produksi surplus bukan merupakan tujuan utama, dan jika surplus produksi dijual padapasar lokal c. Tenaga kerja keluarga d. Tanah merupakan sebagian besar input e. Modal lebih kecil f. Input yang berupa bibit dan pupuk merupakan hasil usahatani sendiri 3) a. b. c. d. e. f. g. h. i.

Pertanian ekstensif Lahan yang diusahakan relatif luas Efisiensi kurang, banyak lahan yang terbuang karena tidak diusahakan semestinya Produksi per hektar rendah Teknologi terbatas Tidak begitu mengharapkan return Keuntungantidak menentu Tanaman yang diusahakan bervariasi Tenaga kerja keluarga Terdapat di wilayah yang belum maju (aksesibilitasnya rendah)

4) Pertanian perkebunan Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. 5) Peternakan Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternakuntuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan.

Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci 6.3. Persebaran Hasil Pertanian di Indonesia 6.3.1 Persebaran Hasil Pertanian Hasil pertanian negara kita antara lain padi (beras), jagung, ubi kayu, kedelai, dan kacang tanah. Di mana saja persebaran hasil pertanian ini? Padi (beras) Daerah penghasil padi (beras) antara lain Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat. Jagung Daerah penghasil jagung antara lain Jawa Tengah (Wonosobo, Semarang, Jepara, dan Rembang); Jawa Timur (Besuki, Madura); serta Sulawesi (Minahasa dan sekitar danau Tempe). Ubi kayu (singkong) Daerah penghasil singkong adalah Sumatera Selatan, Lampung, Madura, Jawa Tengah (Wonogiri), dan Yogyakarta (Wonosari). Kedelai Daerah penghasil kedelai adalah Jawa Tengah (Kedu, Surakarta, Pekalongan, Tegal, Jepara, Rembang), D.I. Yogyakarta, Jawa Timur (Jember). Kacang tanah Daerah penghasil kacang tanah ialah Sumatera Timur, Sumatera Barat, Jawa Tengah (Surakarta, Semarang, Jepara, Rembang, Pati), Jawa Barat (Cirebon, Priangan), Bali, dan Nusa Tenggara Barat (Lombok). 6.3.2 Persebaran Hasil Perkebunan Hasil perkebunan negara kita antara lain tebu, tembakau, teh, kopi, karet, kelapa (kopra), kelapa sawit, cokelat, pala, cengkeh, lada, dan vanili. Di mana saja persebaran hasil perkebunan tersebut? Mari kita lihat satu per satu. Tebu Daerah penghasil tebu, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sumatera (Nangroe Aceh Darussalam). Tembakau Daerah penghasil tembakau ialah Sumatera Utara (Deli), Sumatera Barat (Payakumbuh), Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Tengah (Surakarta, Klaten, Dieng, Kedu, Temanggung, Parakan, Wonosobo), dan Jawa Timur (Bojonegoro, Besuki).

Teh Daerah penghasil teh, yaitu Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Garut), Jawa Tengah (Pegunungan Dieng, Wonosobo, Temanggung, Pekalongan), Sumatera Utara (Pematang Siantar), dan Sumatera Barat. Kopi Daerah penghasil kopi, yaitu Jawa Barat (Bogor, Priangan), Jawa Timur (Kediri, Besuki), Sumatera Selatan (Palembang), Bengkulu (Bukit Barisan), Sumatera Utara (Deli, Tapanuli), Lampung (Liwa), Sulawesi (Pegunungan Verbeek), Flores (Manggarai). Karet Daerah penghasil karet, yaitu D.I. Aceh (Tanah gayo, Alas), Sumatera Utara (Kisaran, Deli, Serdang), Bengkulu (Rejang Lebong), Jawa Barat (Sukabumi, Priangan), Jawa Tengah (Banyumas, Batang), Jawa Timur (Kawi, Kelud), dan Kalimantan Selatan ( pegunungan Meratus).

Kelapa (kopra) Daerah penghasil kelapa, yaitu Jawa Barat (Banten, Priangan), Jawa Tengah (Banyumas), D.I. Yogyakarta, Jawa Timur (Kediri), Sulawesi Utara (Minahasa, Sangihe, Talaud, Gorontalo), dan Kalimantan Selatan (pegunungan Meratus). Kelapa Sawit Daerah penghasil kelapa sawit ialah D.I. Aceh (Pulau Simelue), Sumatera Utara (Pulau Nias, Pulau Prayan,Medan, Pematang Siantar). Cokelat Daerah penghasil cokelat ialah Jawa Tengah (Salatiga) dan Sulawesi Tenggara. Pala Daerah penghasil pala ialah Jawa Barat dan Maluku. Cengkeh Daerah penghasil cengkeh ialah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara (Tapanuli), Jawa Barat (Banten, Priangan), Jawa Tengah (Banyumas), Sulawesi Utara (Minahasa), dan Maluku. Lada Daerah penghasil lada ialah Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang, Pulau Bangka), dan Kalimantan Barat. Vanili

Dihasilkan di daerah Flores (Manggarai, Bajawa), Papua, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. 6.3.3 Persebaran Hasil Kehutanan Hasil kehutanan negara kita antara lain kayu dan rotan. Jenis kayu yang dihasilkan antara lain keruing, meranti, agathis, jati, cendana, akasia, dan rasamala. Di mana saja persebaran hasil kehutanan ini? Kayu keruing, kayu meranti, dan kayu agathis terutama dihasilkan di daerah-daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Kayu jati dihasilkan di daerah Jawa Tengah. Kayu cendana banyak dihasilkan di Nusa Tenggara Timur. Akasia dan rasamala dihasilkan di daerah Jawa Barat. Rotan dihasilkan dari daerah Kalimantan, Sumatera Barat, Sumatera Utara.

6.3.4 Persebaran Hasil Peternakan Hasil peternakan negara kita antara lain sapi, kerbau, kuda, dan babi. Berikut ini pesebaran hasil peternakan di Indonesia. Ternak sapi. Daerah penghasil ternak sapi adalah Sumatera (Aceh), Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat (Lombok dan Sumbawa). Ternak kerbau. Daerah penghasil kerbau adalah Aceh, Sulawesi, dan Jawa. Ternak kuda. Daerah penghasil kuda adalah Nusa Tenggara Timur (Pulau Sumba) dan Sumatera Barat. Ternak babi. Daerah penghasil ternak babi adalah Bali, Maluku, Sulawesi Utara (Minahasa), Sumatera Utara (Tapanuli), Jawa Barat (Karawang)

6.3.5

Persebaran Hasil Perikanan

Budi daya udang dan bandeng, terdapat di pantai utara Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Daerah penangkapan ikan (nelayan tradisional dan modern) antara lain Sumatera Timur (Bagan Siapi-api), Bengkalis untuk jenis ikan terubuk. Sedangkan ikan tenggiri, cumi-cumi, udang, rumput laut, dan ikan layang-layang ditangkap dari daerah Laut Jawa, Selat Sunda, Pantai Selatan (Cilacap), Selat Bali, Selat Flores, dan Selat Makasar. Kepulauan Maluku (Ambon) menghasilkan tiram, mutiara, dan tongkol. Budidaya ikan di darat. Budidaya ikan di darat itu ada bermacam- macam, antara lain di tambak/empang, waduk/bendungan, sawah (minapadi), sungai (sistem keramba), dan di danau.

6.4 Metode-metode pertanian a. Metode Weaver dan metode Thomas John C Weaver, J,T Coppock, dan D. Thomas, analisa variansi penyebaran keruangan terutama di terapkan pada bidang agrikultur untuk mengkaji penggunaan lahan pertanian. Analisa ini didasarkan atas pendekatan faktor tunggal dengan dominan (single-factor dominance) dan pendekatan faktor yang jamak (multifactor approach) dengan menerapkan model matematik statistik varian.

J.T Coppock mengembangkan metode Weaver untuk keseluruhan spektrum aktifitas pertanian dengan mengubah ternak dan tanaman ke dalam unit dan pembedaan secara umum berdasarkan pembobotan yang baku (standard).

b.Metode Von Thunen Anggapan yang dikemukakan oleh Von Thunen adalah tanah dasar semuanya. Intensitas setiap tanaman tertentu. Berdasarkan anggapan ini, maka bentuk pemanfaatan tanah itu konsentris melingkari kota yang merupakan pasar, sehingga yang penting di sini adalah menyusun daerah tanaman secara ekonomis. Tanah yang paling dekat dari kota hendaknya dimanfaatkan untuk kehutanan. Tanah diluarnya dimanfaatkan untuk ladang gandum dan tanah di luarnya lagi digunakan untuk peternakan. Tanah yang digunakan untuk peternakan merupakan tanah terluar yang memiliki nilai, sehingga setelah tanah peternakan tidak memiliki nilai apapun. Daerah pembuangan sampah adalah tanah yang tidak memiliki nilai karena terletak di luar dari tanah peternakan. Von Thunen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan. Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. 6.5 Upaya Peningkatan Produksi Pertanian Usaha yang dilakukan pemerintah bersama-sama dengan masyarakat untuk meningkatkan produksi pertanian antara lain melalui program intensifikasi, ekstensifikasi, mekanisasi, diversifikasi, dan rehabilitasi lahan pertanian. Intensifikasi merupakan upaya peningkatan produksi pertanian tanpa menambah luas lahan yang ada, tetapi mengupayakan lahan seoptimal mungkin, misalnya melalui program Sapta Usaha Tani, yang meliputi: 1) pengolahan tanah yang baik; 2) pemilihan bibit unggul 3) pengairan (irigasi); 4) pemupukan; 5) pemberantasan hama dan penyakit secara terpadu; 6) pengolahan pasca panen; dan 7) pemasaran hasil. Ekstensifikasi merupakan upaya peningkatan produksi pertanian dengan menambah luas lahan yang telah ada, misalnya melalui pembukaan lahan hutan, semak belukar atau mengeringkan lahan rawa untuk dijadikan tanah pertanian. Upaya ini banyak dilakukan di wilayah-wilayah yang masih luas, seperti Kalimantan dan Papua. Adapunmekanisasipertanian merupakan upaya peningkatan produksi pertanian dengan mengaplikasikan teknologi pertanian berupa mesin-mesin pertanian yang modern dan tepat guna.Selain intensifikasi, ekstensifikasi dan mekanisasi, upaya peningkatan produksi juga dilakukan melalui program diversifikasi, yaitu peragaman jenis tanaman baik melalui sistem tumpang sari maupun tumpang gilir. Tumpang sari dapat diartikan sebagai peragaman jenis tanaman pada sebidang lahan pada periode waktu yang sama, misalnya tanaman tomat ditumpangsarikan dengan sayuran. Adapun tumpang giliradalah sistem peragaman jenis tanaman pertanian dengan sistem rotasi, misalnya padi-palawija-padi.Rehabilitasi merupakan upaya pengembalian tingkat kesuburan tanah yang sudah kurang produktif

6.5.1 Irigasi Irigasi merupakan suatu proses pengaliran air dari sumber air ke sistem pertanian. Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas tanah bagi pertumbuhan tanaman. Irigasi

adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan tambak (PP 20/2006). Tindakan intervensi manusia untuk mengubah agihan air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengelola sebagian atau seluruh jumlah tersebut untuk menaikkan produksi tanaman (Israelsen dan Hansen, 1980). Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan dibuang kesaluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu bidang pembinaan atas air dari sumber-sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang terkandung didalamnya, baik yang alamiah maupun yang diusahakan manusia. Metode pendistribusian air irigasi dapat dibagi ke dalam : 1) Irigasi Permukaan; 2) Irigasi Lapisan Bawah; 3) Sprinkler; 4) Drip atau Trickle (Hakim, dkk., 1986). 1. Sistem Irigasi Permukaan (Surface Irrigation System) Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam hal ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan sungai yang mempunyai permukaan datar. Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol. Keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan cara ini (pemberian air di permukaan) : - Efisiensi penggunaan air yang cukup tinggi - Air pengairan dapat dihemat - Pemberian air dapat dilakukan secara teratur dan merata - Dapat memperbaiki aerasi tanah pada zona perakaran - Terjadinya penambahan unsur-unsur hara dalam tanah yang mudah diserap oleh akar tanaman demi pertumbuhan dan perkembangannya. Kekurangan irigasi permukaan yaitu : - Diperlukan biaya yang lebih besar bagi pengaturan air yang intensif serta penggunaan lebih banyak tenaga - penekanan terhadap pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu) kurang efektif (Kartasapoetra, dkk, 2002). 2. Sistem Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation System) Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah di bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman. 3. Sistem irigasi dengan pancaran (sprinkle irrigation) Prinsip yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan pada air dalam pipa dan memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan tanah. Cara pemancaran dapat dilakukan dengan berbagai variasi, antara lain dengan menggunakan pipa porus ataupun menggunakan alat pancar yang bisa berputar. Untuk dapat memberikan siraman yang merata sering digunakan alat pancar yang diletakkan di atas kereta dan dapat berpindah-pindah. Keuntungan irigasi curah : - Pengukuran air lebih mudah

- Tidak mengganggu pekerjaan dan hemat lahan - Efisiensi air tinggi - Investasai dengan mempertimbangkan kebutuhan - Jaringan distribusi luwes dan memungkinkan otomasi sehingga D & P lebih murah. (Anonimoush , 2009). Beberapa kelemahan dari system irigasi curah adalah : 1. memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yangcukup tinggi, antara lain untuk operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang terampil 2. Memerlukan rancangan dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang cukup terliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi (Susanto, dkk, 2006). 4. Sistem irigasi tetes (trickle irrigation atau drip irrigation) Sistem irigasi tetes sering disebut dengan trickle irrigation atau kadang-kadang drip irrigation. Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan pada tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke tanah. Perbedaan dengan sistem pancaran adalah besarnya tekanan pada pipa yang tidak begitu besar. Keuntungan irigasi tetes : - Efisiensi sangat tinggi (evaporasi rendah, tidak ada gerakan air di udara, tidak ada pemabasahan daun, run off rendah, pengairan dibatasi disekitar tanaman pokok) - Respon lebih baik (produksi, kualitas, keseragaman) terhadap tanaman - Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsur hara, tekanan rendah, tidak mengganggu keseimbangan kadar lengas - Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan jamur - Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada isolasi lokasi - Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman, dll - Meningkatkan drainase permukaan Sistem irigasi tetes memiliki beberapa kelemahan, terutama jika akan diterapkan secara luas di Indonesia, antara lain : 1. Investasi yang dikeluarkan cukup tinggi dan dibutuhkan teknik yang relatif tinggi dalam desain, instalasi dan pengoperasian sistem 2. Penyumbatan emiter yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia dan biologi air yang dapat mengurangi efisiensi dan kinerja sistem 3. Pada daerah yang tidak terbasahi berpotensi terjadi pemupukan garam Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu : a. Irigasi Sistem Gravitasi Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama. dikenal dan diterapkan dalam kegiatan usashatani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dah danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif. b. Irigasi Sistem Pompa Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya Setasiun Pompa Gambarsari dan Pesangrahan (sebelum ada Bendung Gerak Serayu). c. Irigasi Pasang-surut

Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan akan dibuang pada saat air laut surut. Jaringan Irigasi Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya. Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya.

Klasifikasi Jaringan Irigasi Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (1) jaringan irigasi sederhana, (2) jaringanirigasi semi teknis dan (3) jaringan irigasi teknis. 1. Jaringan Irigasi Sederhana Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air. Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan-kelemahan serius yakni : a. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur. b. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. c. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka umumya pendek 2. Jaringan Irigasi Semi Teknis Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada daerah layanan jaringan sederhana. 3. Jaringan Irigasi Teknis Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuang/pematus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawahsawah ke saluran pembuang. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 - 100 ha kadangkadang sampai 150 ha. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter

dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktuwaktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air apda satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebihmurah. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.

6.5.2 Pupuk Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen tambahan. Pupuk mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormontumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen 1. Pupuk Organik Pupuk organik adalah semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan yang mempunyai kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik tersedia setelah zat tersebut mengalami proses pembusukan oleh mikro organisme. Selain pupuk anorganik, pupuk organik juga harus dberikan pada tanaman. Macam-macam pupuk organik adalah sebagi berikut: a. Kompos Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat dengan cara membusukkan sisa-sisa tanaman. Pupuk jenis ini berfungsi sebagai pemberi unsur-unsur hara yang berguna untuk perbaikan struktur tanah. b. Pupuk Hijau Pupuk hijau adalah bagian tumbuhan hijau yang mati dan tertimbun dalam tanah. Pupuk organik jenis ini mempunyai perimbangan C/N rendah, sehingga dapat terurai dan cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk hijau sebagai sumber nitrogen cukup baik di daerah tropis, yaitu sebagai pupuk organik sebagi penambah unsur mikro dan perbaikan struktur tanah. c. Pupuk kandang pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Kandungan hara dalam puouk kandang rata-rata sekitar 55% N, 25% P2O5, dan 5% K2O (tergantung dari jenis hewan dan bahan makanannya). Makin lama pupuk kandang mengalamai proses pembusukan, makin rendah perimbangan C/N-nya. 2. Pupuk Anorganik Pupuk anorganik atau pupuk buatan (dari senyawa anorganik) adalah pupuk yang sengaja dibuat oleh manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara tertentu dalam kadar tinggi. Pupuk anorganik digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral murni dari alam yang diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar. Puuk anorganik dapat menghasilkan bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Berdasarkan kandungan unsur-unsurnya, pupuk anorganik digolongkan sebagai berikut : 6.6 Pupuk Tunggal Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsur hara sebagai penambah kesuburan. Contoh pupuk tunggal yaitu pupuk N, P, dan K. a. Pupuk Nitrogen Fungsi nitrogen (N) bagi tumbuhan adalah: · Mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman, dan merangsang pertunasan.

· ·

Memperbaiki kualitas, terutama kandungan proteinnya. Menyediakan bahan makanan bagi mikroba (jasad renik)

Nitrogen diserap dalam tanah berbentuk ion nitrat atau ammonium. Kemudian, didalam tumbuhan bereaksi dengan karbon membentuk asam amino, selanjutnya berubah menjadi protein. Nitrogen termasuk unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman karena 16-18% protein terdiri dari nitrogen. Pupuk yang paling banyak mengandung unsur nitrogen adalah pupuk urea. Macam-macam pupuk nitrogen sebagai berikut. · pupuk urea(CO(NH2)2) yang mengandung 47% nitrogen (paling tinggi dibandingkan dengan pupuk nitrogen jeni lain). · -pupuk ZA (Zwavel Ammonium) atau ammonium sulfat ((NH4)2SO4) yang mengandung 21% nitrogen. · Pupuk ammonium klorida (salmiak) atau NH4Cl, mengandung 20% nitrogen. · Pupuk ASN (ammonium Sulfat Nitrat) atau [(NH4)3(SO4)(NO3)], mengandung 23-26% nitrogen. · Pupuk natrium nitrat atau sodium nitrat (NaNO3), mengandung 15% nitrogen. b. Pupuk Fosforus Fosforus (P) bagi tanaman berperan dalam proses: · respirasi dan fotosintesis · penyusunan asam nukleat · pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah. · Perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, dan, · Mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan waktu panen. Unsur fosfor diperlukan diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daripada unsur nitrogen. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk apatit kalsium fosfat, FePO4, dan AlPO4. Macam-macam pupuk fosfor sebagai berikut : · pupuk superfosfat (Ca(H2PO4)2) yang sangat mudah larut dalam air sehingga mudah diserap oleh akar tanaman. Contoh: Engkel superfosfat (ES) yang mengandung sekitar 15% P2O5, Double superfosfat (DS) yang mengandung sekitar 30% P2O5, dan Tripel Superfosfat (TSP) yang mengandung sekitar 45%P2O5. · Pupuk FMP (Fused Magnesium Phosphate) atau Mg3(PO4)2 yang baik digunakan pada tanah yang banyak mengandung besi dan aluminium. · Pupuk aluminium fosfat (AlPO4) · Pupuk besi (III) fosfat (FePO4) c. Pupuk Kalium Fungsi kalium bagi tanaman adalah · Mempengaruhi susunan dan mengedarkan karbohidrat di dalam tanaman. · Mempercepat metabolisme unsur nitrogen, · Mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur. Macam-macam pupuk kalium sebagai berikut: · pupuk kalium klorida atau potassium klorida (KCl). Ada 2 macam pupuk KCl yang beredar di pasaran, yaitu KCl 80 (mengandung 50% K2O) dan KCl 90 (mengandung 53% K2O). · Pupuk ZK (Zwavel Kalium) atau kalium sulfat (K2SO4) yang baik digunakan pada tanaman yang tidak tahan te rhadap konsentrasi ion klorida tinggi. Ada 2 macam pupuk ZK yang beredar di pasaran, yaitu ZK 90 (mengandung 50% K2O) dan ZK 96 (mengandung 53% K2O).

2. Pupuk Majemuk Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCL). Kadar unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti bahwa dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5)dan 15% kalium (sebagai K2O). Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan perbandingan N, P, dan K tertentu. Di Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam. Nilai suatu pupuk ditentukan oleh hal-hal berikut : a. Kadar unsur, makin tinggi kadar unsur, akin tinggi nilai pupuk. b. Higroskopisitas, pupuk buatan mulai menarik air pada kelembaban 51-99%. Pupuk yang mudah menarik air, misalnya urea mengalami masalah pada penympanan, sifat higroskopis secara langsung tidak mempengaruhi nilai pupuk sebagai penambah kesuburan tanah. c. Kelarutan, mempengaruhi mudah tidaknya unsur-unsur yang terkandung diambil oleh tanaman. d. Cara kerja, bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan hingga pupuk tersebut dapat dihisap oleh tanaman dan memperlihatkan pengaruhnya. Bekerjanya pupuk sangat mempengaruhi waktu dan cara penggunaan pupuk. e. Keasaman, beberapa jenis pupuk dapat dipakai untuk meningkatkan, mempetahankan, atau mengurai keasaman tanah. Pengaruh negatif penggunaan pupuk a. Pengaruh negatif pupuk urea · tanah akan bersifat agak asam · penggunaan urea berlebihan dalam kurun waktu yang berdekatan akan mengurangi proses tumbuhnya kecambah dari suatu bibit dan mengurangi daya serap akar. b. Pengaruh negatif pupuk superfosfat · Jika kelebihan superfosfat, tanah akan kelebihan asam. Hal ini dikarenakan superfosfat dapat meningkatkan konsentrasi hydrogen dalam tanah. · Dapat bersifat racun bagi tanaman jika diberikan pada tanaman yang tumbuh pada tanah yang mengandung banyak unsur aluminium. Hal ini dikarenakan superfosfat dapat mempercepat pembentukan racun aluminium, atau toxic aluminium. c. Pengaruh negatif pupuk ammonium sulfat · Dapat bersifat racun bagi tanah jika diberikan pada tanah tanpa disertai kapur. Tanpa adanya batuan kapur, ammonium sulfat akan bebas bereaksi dengan besi, aluminium, dan mangan membentuk racun besi, aluminium, dan mangan. · Kelebihan pupuk ammonium sulfat mengakibatkan tanah besifat asam. Dengan demikian, pupuk ini harus diberikan pada tanah yang bersifat basa.

6.5.3 Bioteknologi Bioteknologi adalah suatu teknik modern untuk mengubah bahan mentah melalui transformasi biologi sehingga menjadi produk yang berguna. Supriatna (1992 ) memberi batasan tentang arti bioteknologi secara lebih lengkap, yakni: pemanfaatan prinsip–prinsip ilmiah dan kerekayasaan terhadap organisme, sistem atau proses biologis untuk menghasilkan dan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia.

6.5.4 Revolusi hijau Pengertian revolusi hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian yang tadinya menggunakan teknologi tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih maju atau modern. Revolusi hijau muncul berkaitan erat dengan adanya masalah pangan bagi umat manusia.Timbulnya masalah pangan bagi umat manusia disebabkan oleh beberapa faktor : 1. Kebutuhan pangan semakin meningkat 2. Lahan pertanian semakin berkurang 3. Banyak lahan pertanian rusak akibat perang 4. Adanya lahan tidur yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya 5. Adanya lahan yang rusak akibat tercemar oleh limbah atau terkena radiasi Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting yaitu 1. penyediaan air melalui sistem irigasi, 2. pemakaian pupuk kimia secara optimal, 3. penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan 4. penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadilah peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada tempattempat tertentu Di negara kita Indonesia revolusi industri diterapkan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi dengan perluasan areal. Terbatasnya areal, menyebabkan pengembangan lebih banyak pada intensifikasi. Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani, (lima usaha tani), yaitu : 1. Teknik pengolahan lahan pertanian 2. Pengaturan irigasi 3. Pemupukan 4. Pemberantasan hama 5. Penggunaan bibit unggul Untuk meningkatkan produksi pangan dan produksi pertanian umumnya dilakukan dengan empat usaha pokok, yaitu sebagai berikut. a. Intensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan pancausaha tani. b. Ekstensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak. c. Diversifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman usaha tani. d. Rehabilitasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis. Dampak positif 1. Penggunaan mesin traktor untuk pengolahan sawah dan tanah 2. Teknologi hujan buatan 3. Penggunaan mesin untuk memanen gandum atau padi 4. Ditemukannya mesin penggiling padi dan gandum 5. Intensifikasi dalam dunia pertanian 6. Ditemukannya bibit unggul

7. Berdirinya IPTN ( Industri Pesawat Terbang Nusantara) 8. Pembangunan pabrik di berbagai tempat, missal pabrik semen (Krakatau Steel) 9. Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh pertanian. 10. Daerah yang tadinya hanya dapat memproduksi secara terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal masyarakatnya dapat menikmati hasil yang lebih baik karena revolusi hijau. 11. Kekurangan bahan pangan dapat teratasi. 12. Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia terutama terlihat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga orang beralih usaha ke sektor agrobisnis. 13. Meningkatkan produktivitas tanaman pangan.. 14. Peningkatan produksi pangan menyebabkan kebutuhan primer masyarakat industri menjadi terpenuhi. 15. Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. 16. Kualitas tanaman pangan semakin meningkat. Dampak negatif 1. System bagi hasil mengalami perubahan 2. System panen bersama berubah menjadi system upah 3. Kesempatan kerja di pedesaan berkurang karena diganti menjadi mesin 4. Timbul urbanisasi karena di desa tidak ada pekerjaan 5. System ekonomi desa makin luas 6. Ketergantungan pada pupuk kimia makin besar 7. Biaya produksi dan perawatan makin mahal 8. Polusi tanah dan kematian berbagai jenis hewan karena obat hama 9. Penanaman tidak memperhatikan siklus akan mengakibatkan kebalnya hama 10. Timbul kerusakan hutan karena tebang kayu dengan mesin 11. Penggunaan pupuk buatan dan pwstisida secara berlebihan akan mengakibatkan lahan pertanian menjadi tidak subur lagi. 12. Berkurangnya keanekaragaman genetic jenis tanaman tertentu yang disebabkan oleh penyeragaman jenis tanaman tertentu yang dikembangkan. 13. Adanya mekanisme pertanian mengakibatkan cara bertani tradisional menjadi terpinggirkan. 14. Rasa kegotongroyongan semakin menurun. 15. Hasil panen dari beberapa kawasan Revolusi Hijau mengalami penurunan. 16. Muncullah komersialisasi produksi pertanian 17. Muncul sikap individualis dalam hal penguasaan tanah 18. Terjadi perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola hubungan antarlapisan petani di desa dimana hubungan antar lapisan terpisah dan menjadi satuan sosial yang berlawanan kepentingan. 19. Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang awalnya menjadi pengikat hubungan antar lapisan. 20. Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik atas tanah melalui jual beli. 21. Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan ekonomi petani lapisan bawah sehingga petani kaya mempunyai peluang sangat besar untuk menambah luas tanah. 22. Menyebabkan tingkat pendapatanpun akan berbeda. 23. Muncul kesenjangan yang terlihat dari perbedaan gaya bangunan maupun gaya berpakaian penduduk yang menjadi lambang identitas suatu lapisan sosial. 24. Mulai ada upaya para petani untuk beralih pekerjaan ke jenis yang lain seiring perkembagan teknologi. 6.6 Pangan dan Ketahanan Pangan 6.6.1 Pengertian Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk

bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Sistem pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan, dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi pangan dan peredaran pangan sampai dengan siap dikonsumsi manusia Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia 6.6.2 Ketahanan Pangan Dalam undang undang No : 7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dari pengertian tersebut, tersirat bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus lebih dipahami sebagai pemenuhan kondisi kondisi : (1) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan pengertian ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan dan memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral serta turunan, yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. (2) Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari pencemaran biologis, kimia, dan benda lain yang lain dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman untuk kaidah agama. (3) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan bahwa distribusi pangan harus mendukung tersedianya pangan pada setiap saat dan merata di seluruh tanah air. (4) Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Secara umum, ketahanan pangan mencakup 4 aspek, yaitu kecukupan (sufficiency), akses (access), keterjaminan (security), dan waktu (time).Dengan adanya aspek tersebut maka ketahanan pangan dipandang menjadi suatu sistem, yang merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas pangan (food availability dan stability), kemudahan memperoleh pangan (food accessibility) dan pemanfaatan pangan. Rawan Pangan Rawan pangan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan berakvitas dengan baik. Rawan pangan dapat dibedakan 2 jenis yaitu : (a) rawan pangan kronis, yaitu ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan yang dibutuhkan melalui pembelian di pasar atau melalui produksi sendiri. Kondisi ini berakar pada kemiskinan dan (b) rawan pangan transien/ transistori, yaitu penurunan akses terhadap pangan yang dibutuhkan rumah tangga secara kontemporer 6.6.3 Permasalahan Pangan Dunia a. Bencana kelaparan Disebabkan karena kenaikan harga pangan duniadan bergantinya iklim yang tidak teratur dapat mengakibatkan tanaman yang ditanam atau padi tidak dapat berkembang dengan sempurna atau tidak dapat hidup menghasilkan nasi untuk makanan manusia sehari-hari. Jumlah orang yang kelaparan setiap harinya mencapai angka tertinggi dalam sejarah sebanyak 1 milyar, atau tepatnya 1,02 milyar, menurut data World Food Program PBB. Jutaan orang yang berada di tepi jurang kelaparan saat ini masuk dalam kategori ini akibat krisis ekonomi global yang menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan dan banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, pada tahun 2012 terdapat tambahan sekitar 100 juta orang yang

mengalami kelaparan dan kemiskinan kronis dibandingkan tahun lalu. Sementara jumlah orang yang sangat membutuhkan makanan bertambah, agen-agen bantuan juga melaporkan rendahnya jumlah bantuan yang diberikan serta pemangkasan anggaran

b. Sejarah bencana kelaparan dunia Wabah Kelaparan Besar (bahasa Inggris: The Great Famine mengacu pada kejadian meluasnya kelaparan di Eropa pada rentang waktu antara tahun 1845-1852. Walaupun melanda banyak negara Eropa saat itu, dampak terparah terjadi di Irlandia dan Skotlandia. Dalam sejarah Irlandia bahkan wabah kelaparan ini berdampak luas berupa berkurangnya penduduk wilayah ini sebesar 20% sampai 25%, yang awalnya berjumlah lima juta penduduk turun menjadi 3 juta akibat tingginya tingkat kematian dan emigrasi. Penyebab awal kelaparan ini adalah beruntunnya kegagalan panen kentangakibat hampir semua umbi kentang tidak dapat dikonsumsi karena terserang hama kentang. Pada waktu itu, di Irlandia sekitar sepertiga penduduk tergantung sepenuhnya pada kentang untuk penghidupannya. Akibatnya, dampak terparah mengenai negara itu. Diperkirakan satu juta orang meninggal dunia dan satu juta lainnya meninggalkan Irlandia. Wabah kelaparan ini di Irlandia kemudian berdampak luas secara politik, sosial dan ekonomi; dan sampai sekarang masih diperdebatkan makna sejarahnya. Setelah kasus di Irlandia, menyusul lah kasus di Ukraina yang disebut Holdomor.Holodomor adalah peristiwa pembunuhan dan kelaparan beramai-ramai pada 1932-1933 di Ukraina. Hampir 7 juta mati kelaparan akibat tirani Uni Soviet yang mengamalkan dasar Josef Stalin dengan tujuan menghapus semangat kebangsaan rakyat Ukraina. Sebanyak 25.000 penduduk kampung meninggal setiap hari atau pada harga 1.000 orang per jam atau 17 orang per menit. Rata-rata umur penduduk Ukraina pada 1933 adalah 7.3 tahun untuk pria dan 10.9 tahun untuk wanita, sedangkan dalam kalangan anak, satu dari setiap tiga orang, meninggal dunia.Kasus ini oleh sebagian warga dunia dianggap sebagai persamaan dengan kasus Holocaust oleh Hitler. Kelaparan di Ukraina terjadi karena sistem denda yg diberlakukan stalin dimana denda tersebut berupa gandum dan bahan makanan lain dari kampung yang tidak mematuhi kuota akuisisi sereal dan produk pertanian yang sengaja dikenakan dengan sangat tinggi. Dilanjutkan pada tahun 1943, adalah kasus Kelaparan di Benggala 1943, yaitu peristiwa kelaparan yang menimpa Benggala (yang saat itu dijajah oleh Britania). Diperkirakan sekitar 3 juta orang tewas akibat kelaparan dan gizi buruk. Pemerintah Benggala bereaksi dengan malas-malasan dan tidak kompeten, menolak untuk menghentikan ekspor makanan dari Benggala. Britania Raya mengalami kekalahan di Singapura pad tahun 1942. Burma selanjutnya diduduki oleh Jepang. Burma merupakan pengekspor beras terbesar di dunia pada periode antar perang. Pada tahun 1940, sekitar 15% dari beras India berasal dari Burma. Sementara itu, beras terus diekspor dari India untuk memberi makan tentara perang. Hal ini diperparah dengan tibanya siklon pada 16 Oktober 1942 di Benggala danOrissa. Banyak daerah penanaman beras yang banjir, sehingga terjadi gagal panen. Akibatnya, petani harus memakan hasil surplus mereka, dan bibit yang seharusnya ditanam pada musim dingin 1942-1943 telah dimakan pada saat cuaca panas tiba pada Mei 1943. c. Solusi bencana kelaparan Pemenuhan pangan melalui produksi lokal yang dikenal dengan Kedaulatan Pangan. Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Artinya, kedaulatan pangan sangat menjunjung tinggi prinsip diversifikasi pangan sesuai dengan budaya lokal yang ada. Kedaulatan pangan juga merupakan pemenuhan hak manusia untuk menentukan sistem pertanian dan pangannya sendiri yang lebih menekankan pada pertanian berbasiskan keluarga—yang berdasarkan pada prinsip solidaritas–bukan pertanian berbasiskan agribisnis—yang berdasarkan pada profit semata

d. Diversifikasi pangan dan perkembangannya Diversifikasi pangan adalah suatu proses perkembangan dalam pemanfaatan dan penyediaan pangan ke arah yang semakin beragam. Manfaat diversifikasi pada sisi konsumsi adalah semakin beragamnya asupan zat gizi, baik makro maupun mikro, untuk menunjang pertumbuhan, daya tahan, dan produktivitas fisik masyarakat. Kasryno et al. (1993) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat, yang mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Sementara Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi pangan, diversifikasi ketersediaan pangan, dan diversifikasi produksi pangan. Diversifikasi konsumsi pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas.Dalam aspek makro, peranan diversifikasi pangan dapat dijadikan sebagai instrumen kebijakan untuk mengurangi ketergantungan pada beras sehingga mampu meningkatkan ketahanan pangan nasional, serta dapat dijadikan instrumen peningkatan produktifitas kerja melalui perbaikan gizi masyarakat. Beberapa hasil kajian menunjukkan persediaan pangan yang cukup secara nasional terbukti tidak menjamin adanya kketahanan pangan tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau individu. Manfaat Diversifikasi Pangan 1. Semakin beragamnya alternatif jenis pangan yang dapat ditawarkan 2. Kelangkaan suatu jenis pangan tidak memicu kenaikan harga secara signifikan karena kebutuhan pangan masih dapat dicukupi dengan adanya jenis pangan yang lain 3. Kelangkaan suatu pangan pokok seperti beras, dapat diisi atau digantikan oleh umbi-umbian sehingga tidak menimbulkan keresahan sosial Perkembangan Diversifikasi Pangan diversifikasi telah dilaksanakan sejak awal tahun 1960-an. Pada saat pemerintah mengkhawatirkan pertumbuhan produksi beras yang tidak seimbang dengan pertambahan penduduk, mulai dilancarkan penyuluhan gizi, termasuk pengetahuan bahwa beras dapat diganti dengan bahan pangan lain dengan nilai gizi yang sama. Pemerintah melakukan kampanye "bukan hanya beras" yang disertai dengan introduksi beras ketela, kedelai, jagung Pada akhir dekade 60-an mulai dicanangkan program perbaikan gizi keluarga, bekerja sama dengan lembaga asing, seperti organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization of the United Nations, FAO), organisasi kesehatan dunia (Wolrd Health Organization, WHO), dan organisasi untuk kesejahteraan anak (United Nation Children's Fund, UNICEF). Program ini mencakup peningkatan kesadaran gizi dan pemanfaatan pekarangan untuk menghasilkan pangan hasil ternak, ikan, sayuran dan buah. Hingga saat ini program-program peningkatan kesadaran gizi dan pemasyarakatan pola makan dengan gizi seimbang tersebut masih terus dilanjutkan, dengan bentuk dan intensitas yang bervariasi dari waktu ke waktu. Di samping itu dilancarkan pula pengembangan produk-produk pangan, terutama sumber karbohidrat khas daerah, agar semakin diterima sebagai alternatif bahan pangan pilihan. Namun setelah program diversifikasi pangan berjalan lebih dari empat puluh tahun, keberagaman pangan yang kita inginkan belum kunjung tercapai. Apabila dinilai menurut standar Pola Pangan Harapan (PPH) dengan nilai ideal 100, maka : · Keragaman penyediaan pangan nasional tahun 2001 mencapai nilai sekitar 73 · Dalam hal konsumsi (berdasarkan Susenas 1999) baru sekitar 63. · Pola konsumsi pangan kita sekitar 40 persen diwarnai oleh padi-padian yangsebagian besar beras; 26 persen sayur dan buah; 13 persen pangan hewani terutama ikan, daging unggas dan telur; 8 persen kacang-kacangan seperti kedelai, kacang hijau dan kacang tanah; dan 6 persen minyak dan lemak terutama bahan nabati.

Dengan proporsi ideal padi-padian dan pangan hewani sebesar 25 dan 24 persen, pola konsumsi kita masih terlalu tinggi pada padi-padian dan terlalu rendah pada pangan hewani. Aspek yang Memicu Diversifikasi Pangan Tiga aspek penting yang harus digarap untuk memacu diversifikasi pangan secara efektif, yaitu: 1. daya tarik ekonomi dan citra pangan yang ditawarkan; 2. kemampuan ekonomi masyarakat; dan 3. kesadaran masyarakat terhadap pangan bergizi dan kesehatan. Tantangan Diversifikasi Pangan 1. Kebijakan pengembangan pangan yang terfokus pada beras 2. Upaya penggalian dan pemanfaatan sumber sumber pangan karbohidrat lokal masih kurang 3. Pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam 4. Kemampuan memproduksi pangan lokal masih rendah, terutama musim paceklik 5. Penerapan teknologi produksi dan teknologi pengolahan pangan lokal di masyarakat tidak mampu mengimbangi pangan olahan asal impor yang membanjiri pasar.

Related Documents

Osk Geografi.docx
November 2019 12
Soal Osk Geografi 2017
September 2019 42
Soal Osk Astronomi 2019
October 2019 55
Osk Foreign Trade
May 2020 3
Osk Astro Jakbar 2009
April 2020 11
Pemenang Osk 2009
May 2020 1

More Documents from "Primagama Gatsu Denpasar"