BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayati (biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat dan Evans,1985). Laut seperti halnya daratan dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2001). Seperti halnya bentuk muka bumi di daratan yang beraneka ragam bentuk muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka bumi di lautan tidak seruncing dan sekasar di daratan. Keadan ini akibat dari erosi dan penguapan dari air laut (Gentur, 2011). Ilmu yang mempelajari laut atau lautan disebut Oceanografi. Objek yang dipelajarinya adalah mengenai keadaan fisik air laut tersebut, arus, gelombang, kedalaman, serta pasang naik dan pasang surut. Samudra adalah bentangan air asin yang menutupi cekungan yang sangat luas, sedangkan laut adalah merupakan bagian dari samudra. Permukaan bumi yang ditutupi oleh air samudra meliputi sekitar 70%. Penyebarannya tidak merata di antara belahan bumi utara dan selatan. Belahan bumi utara 60% terdiri atas air permukaan dan 40% daratan, sedangkan belahan bumi selatan 83% terdiri atas air permukaan dan 17% terdiri atas daratan. Di Indonesia perbandingan antara lautan dan daratan adalah 6 : 4, jadi lebih luas lautan dibandingkan daratan (Hartono,2007). 1.2.Tujuan a. Mengetahui kecepatan Arus dan kecepatan angina di daerah muara Sungai Serut Kota Bengkulu
b. Mengetahui kondisi ekosistem muara Sungai Serut 1.3.Manfaat a. Dapat mengetahui hubungan antara kecepatan arus, kecepatan angin, suhu dengan waktu di daerah muara sungai Serut Kota Bengkulu b. Dapat mengetahui kondisi ekosistem di daerah muara sungai Serut Kota Bengkuu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perairan Laut Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zonazona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto, 2001). Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benarbenar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah 140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat, 1985). 2.2 Parameter Fisika 2.2.1 Suhu Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan diri organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika banyak dijumpai berbagai macam jenis hewan di dunia. Sebagai contoh binatang karang dimana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan subtropik. Faktor yang mempengaruhi perbedaan pemanasan adalah sinar matahari yang merambat melalui dan perbedaan sudut datang sinar matahari ketika atmosfir mencapai permukaan bumi (Hutabarat dan evans, 2008). Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme
organisme biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40° C. Semua organisme laut, kecuali burung-burung dan mamalia laut bersifat poikilotermik atau ektotermik, artinya suhu tubuhya dipengaruhi oleh suhu massa air di sekitarnya. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan, dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim sedangpanas, dan beriklim sedang dingin (Nybakken, 1985).
2.2.2 Kecepatan arus Secara umum yang dimaksud dengan arus laut adalah gerakan massa air laut ke arah horizontal dalam skala besar. Walaupun ada arus vertical, namun ulasan ini hanya membahas arus horizontal saja. Tidak sperti pada arus sungai yang searah dengan aliran sungai yang menuju ke arah hilir, dimana kecepatan arus sungai bisa diukur secara sederhana. Arus di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya arus yakni tiupan angin musim dan suhu permukaan laut yang berubah – ubah (Wibisono, 2005). Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping).Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan.Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral ekman (ilmukelautan, 2012). Arus air laut juga dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu air baik secara vertikal maupun horizontal, tinggi permukaan laut, dan pasang-surut. Adanya perbedaan suhu masa air dan terjadinya pembuyaran arus permukaan (divergensi) menyebabkan terjadinya upwelling dan sebaliknya, convergensi atau pemusatan arus permukaan menyebabkan terjadinya downwelling atau bisa dikatakan tenggelamnya masa air permukaan (Nybakken, 1992).
2.2.3 Kecerahan 2.2.3.1 Sifat Optis Air Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Semakin besar sudut datang matahari maka semakin besar sifat optis air yang dimiliki bahkan intensitas matahari yang semakin lama maka sifat optis air akan bervariasi (Nybakken,1985). Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam permukaan air dan daya perambatan cahaya di dalam air. Masuknya cahaya matahari ke dalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity) (Gusrina, 2008). 2.2.3.2 Kekeruhan Kekeruhan merupakan banyaknya zat yang tersuspensi pada suatu perairan. Hal ini menyebabkan hamburan dan absorbsi cahaya yang datang sehingga kekeruhan menyebabkan terhalangnya cahaya yang menembus air. Kekeruhan menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam perairan (Gusrina, 2008). Besarnya jumlah partikel tersuspensi menyebabkan pada waktu-waktu tertentu terutama pada saat musim penghujan dimana volume air tawar meningkat dan membawa material akibat erosi menyebabkan kekeruhan meningkat, demikian juga aktivitas pasang air laut. Kekeruhan biasanya minimum pada mulut muara dan semakin meningkat kea rah hulu sungai. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitankton dan tumbuhan bentik (Boyd, 1990).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Waktu Penelitian : Selasa, 7 Desember 2018 Tempat Penelitian : Muara Sungai Serut, Kota Bengkulu 3.2. Alat yang digunakan 1. Current meter di gunakan untuk mengukur kecepatan arus.
2. Gps digunakan untuk mengetahui posisi koordinat . 4. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil penelitian. 3.3. Langkah Penelitian 3.3.1. Mengukur Arus Laut a. Alat current meter seperti gambar diatas, kemudian di letakan di dalam air laut. b. Posisi koordinat tiap titik di ukur. c. Data kecepatan arus dicatat setiap 2 menit. 3.3.2. Mengukur Kecepatan Angin a. Alat current meter seperti gambar diatas, b. Posisi koordinat tiap titik di ukur. c. Data kecepatan arus dicatat setiap 2 menit.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Pengamatan 4.1.1. Data Pengamatan kecepatan angin, kecepatan arus dan suhu S = 03ᵒ45’35,4” E = 120ᵒ15’41,5” a. Tabel Kecepatan angina dan suhu udara No
Kecepatan Angin (km/h)
Suhu (ᵒC)
1
0,3
30,9
2
0
30,9
3
0
30,9
4
1,9
30,9
5
2
30,9
b. Tabel Kecepatan Arus dan suhu No
Kecepatan Angin (km/h)
Suhu (ᵒC)
1
1,9
26,7
2
2,1
26,7
3
2,1
26,7
4
3,1
26,7
5
2,8
26,7
4.1.2. Data Pengukuran Massa Jenis Air Sungai Volume air = 200 ml = 0,0002 m3 Massa air = 162,6 gr = 0,163 kg Massa jenis ρ = 815 kg/m3
4.1.3. Tumbuhan di Sekitar Muara Sungai Serut No
1
2
3
Tumbuhan
4.2. Pembahasan Dari data yang ditampilkan diatas dapat diketahui bahwa, kecepatan angina rata-rata di daerah muara sungai serut adalah 0.85 km/h dengan kecepatan tertinggi yaitu 2 km/h serta suhu udara mencapai 30,9ᵒC. kemudian kecepatan arus rata-rata yaitu 2,4 km/h dengan kecepatan tertinggi yaitu 2,8 km/h. suhu air mencapai 26,7ᵒC. massa jenis air pada muara sungai serut yaitu 815 kg/m3. Adapun vegetasi yang hidup pada daerah muara sungai serut yaitu tumbuhan semak, bakau, cemara, dan kelapa. Binatang yang hidup di daerah yaitu berupa binatang dari jenis serangga seperti, kupu-kupu, capung, dan kumbang.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Penyebab air sungai berwarna kecoklatan karena adanya partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metalalam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air mengalami penyurutan pada siang hari. 2. Warna pasir pantai yang hitam disebabkan batuan banyak mengandung tanah alluvial. 5.2. Saran Sebaiknya sebelum melakukan pengukuran dilakukan pengecekan alat terlebih dahulu karena jika alatnya rusak akan mengganggu proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama Agricultural Experiment station. Auburn University, Auburn. Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler. 1982. Water Quality Management in Pond Fish Culture. Auburn University, Auburn. Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Brown. E. E and J. B. Gratzek. 1980. Fish Farming Handbook. AVI Publishing Company INC, New York. Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. NorthHolland Publishing Company. Amsterdam. Gusrina, 2008.Budidaya Ikan Jilid I. PT Macananjayacemerlang, Jakarta. Ghufron. M, dan H. Kordi. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi. Universitas indonesia, Jakarta. Ilmukelautan. 2012 Irawan. 2009. Faktor-faktor penting dalam proses pembesaran ikan di Fasilitas Nursery dan Pembesaran.http://www.sith.ieb.ac.id. LIPI. 2007. Status Ekosistem Wilayah Pesisir Teluk Kupang dan Sekitarnya. Sam Wouthuzen(ed). Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi LIPI, Ambon. Murtidjo, B. Agus. 2002. Budidaya dan pembenihan bandeng. Kasinius, Yogyakarta. Nybakken, James w. 1985. Biologi laut. Erlangga, Jakarta. Nybakken, J.W., 1992. Marine Biology An Ecological Apprach. 3 rd edition. AddisonWesley Educational Publishers Inc, USA. Ongkosongo, Otto S.R dan Suyarso.1989.Asean-Australia Cooperative programs on marione science. Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI, Jakarta. Rayitno, Pramudji, Imam Supangat, Sunarto. 2003. Pesisir dan Pantai Indonesia IX. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta. Wibisono M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. http://www.anneahira.com/pasang-surut-laut.htm Gentur. 2011. Bwww.gentur.bentuk muka bumi. Diakses pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 12.00 WIB Hartono.2007. Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Citra Praya : Bandung Hutabarat dan Stewart . M. Evans. 1985. Pengantar Oceanography. UI Press. Indonesia Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut . Jakarta : Djambatan