Ormon Denohipofisis: Yeni Paken (

  • Uploaded by: Hendrik Subiyantoro
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ormon Denohipofisis: Yeni Paken ( as PDF for free.

More details

  • Words: 806
  • Pages: 13
HORMON ADENOHIPOFISIS Yeni Paken

(

DEFINISI DAN FUNGSI Hormon adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh sebuah sel atau sekelompok sel dan disekresikan dalam pembuluh darah serta dapat mempengaruhi pengaturan fisiologi sel-sel tubuh lain.

Hormon adenohipofisis (hormon anterior) merupakan hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior berperan utama dalam pengaturan fungsi metabolisme di seluruh tubuh Hormon hipofisis anterior mengatur sintesis dan sekresi hormon dan zat-zat kimia di sel target. Hormon hipofisis anterior sangat esensial untuk pengaturan pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, metabolisme, dan respons terhadap stres

KLASIFIKASI 

1.

2.

3.

Hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: Hormon somatropik yang meliputi hormon pertumbuhan (GH = somatropin), prolaktin (PRL), dan laktogen plasenta (PL) Hormon glikoprotein, yaitu tirotropin (tiroid stimulating hormon, TSH), luteinizing hormon (LH), hormon pemacu folikel (folicle stimulating hormon, FSH), dan gonadotropin plasenta manusia (human chorionic gonadotropin, HCG). Kortikotropin (adenokorticotropin hormon, ACTH), melanotropin (melanocyte stimulating hormon, MSH), lipotropin (LPH), dan hormon-hormon lain.

HORMON SOMATROPIN

DEFINISI 

Somatropin adalah hormon pertumbuhan (GH) berupa polipeptida dengan berat molekul besar, yaitu 22.000. Hormon ini merupakan 10% dari berat kelenjar hipofisis kering.

FAAL 



Efek Terhadap Pertumbuhan. Defisiensi hormon ini menyebabkan kekerdilan, sedangkan kelebihan hormon ini menyebabkan gigantisme pada anak dan akromegali pada orang dewasa. Efek Terhadap Metabolisme. GH terutama mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan lemak. GH memperlihatkan efek antiinsulin, yaitu meninggikan kadar gula darah, tetapi juga berefekseperti insulin, yaitu menghambat pelepasan asam lemak dan merangsang ambilan asam amino oleh sel. Pada pasien non-DM, GH dapat diberikan dalam dosis besar tanpa menyebabkan hiperglikemia, bahkan sebaliknya dapat menyebabkan hipoglikemia pada pemberian akut karena mempermudah glikogenesis.

PENGATURAN 





Pada orang dewasa kadar GH meningkat terutama hanya waktu tidur, sedangkan pada remaja juga meningkat pada waktu bangun. Kadar pada anak remaja lebih tinggi dibanding kadar pada dewasa dan kadar puncak terjadi pada saat remaja. Pada anak, hipoglikemia merupakan perangsang yang kuat sehingga menyebabkan kadar GH meningkat. Kerja fisik, stres dan rangsangan emosi merupakan perangsangan (stimulus) fisiologis untuk meningkatkan sekresi hormon ini. Sekresi GH yang berlebihan dapat ditekan dengan pemberian agonis dopamin. Bromokriptin, suatu agonis dopamin derivat ergot, dipakai untuk menekan sekresi GH pada pasien tumor hipofisis.

INDIKASI Indikasi GH untuk mengatasi kekerdilan akibat hipopituitarisme.  Hormon pertumbuhan perlu diberikan 3 kali seminggu selama masa pertumbuhan. Pada saat pubertas perlu ditambahkan pemberian hormon kelamin yang sejalan dengan pertumbuhan tubuh. Evaluasi terapi dilakukan setelah 6 bulan pengobatan. Terapi dinyatakan berhasil jika terlihat pertambahan tinggi minimal 5 cm.  Resistensi yang sangat jarang terjadi, biasanya disebabkan oleh timbulnya antibodi terhadap GH. Hal ini dapat diatasi dengan menaikkan dosis 

SEDIAAN a.

Somatrem Diindikasikan untuk defisiensi GH pada anak. Suntikan lepas lambat yang melepas obat perlahan-lahan dapat diberikan subkutan sebulan sekali. Ada pula preparat yang diberikan 3-6 kali per minggu. Kadar puncak dicapai dalam 2-4 jam dan kadar terapi bertahan 36 jam. Bila terapi tak berhasil, setelah 6 bulan obat harus dihentikan. Dosisnya harus disesuaikan kebutuhan perorangan, dan diberikan oleh spesialis. Dosis total seminggu dapat juga dibagi dalam 6-7 kali pemberian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa respons lebih baik bila obat diberikan setiap hari. Pengobatan diteruskan sampai terjadinya penutupan epifisis atau bila tak ada lagi respons. Efek samping berupa Hiperglikemia dan ketosis (diabetogenik) bisa terjadi pada pasien dengan riwayat diabetes melitus (DM). contoh: Protropin

SEDIAAN b.

c.

Somatropin Kegunaan klinik sama dengan somatrem Efek samping dan interaksi obat. Pembentukan antibodi hanya pada 2% pasien, antibodi ini juga tidak menghambat efek perangsangan pertumbuhan. Glukokortikoid diduga dapat menghambat perangsangan pertumbuhan oleh GH. Cara pemberian. IM dan SC, seperti somatrem, begitu pula lama pengobatan. Dosis maksimum dibagi 3 kali pemberian dalam seminggu atau 6-7 kali pemberian dalam seminggu. Penyuntikan pada malam hari kurang memengaruhi metabolisme (lipid intermediate, serum alanin, laktat) dibandingkan pada pagi hari. contoh: Kamtropin Somatomedin Somatomedin ialah sekelompok mediator faktor pertumbuhan, dibuat terutama di hepar, selain itu juga di ginjal dan otot.

TOKSISTAS DAN KONTRA INDIKASI 



Anak-anak mempunyai toleransi yang tinggi terhadap terapi dengan GH. Perlu pemeriksaan tiroid karena pada pengobatan GH dapat muncul hipotiroidisme, pancreatitis, dan ginekomastia. Pasien dewasa lebih sering menderita gejala-gejala efek samping atau toksisitas misal edema perifer, mialgia, atralgia tangan dan pergelangan yang hilang dengan pengurangan dosis. Sitokrom P450 meningkat aktivitasnya sehingga kadar obat yang dimetabolisme oleh enzim ini menurun. Suntikan somatropin lepas lambat yang bekerja long-acting menimbulkan nodul di tempat suntikan yang bertahan 5-7 hari, edema, atralgia, transient fatique, mual, dan sakit kepala.

DAFTAR PUTAKA Ascobat P, Suherman SK. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh Irawati Setiawan dkk. ed 9. Jakarta: EGC. http://www.ukmi.nhs.uk/NewMaterial/html/docs/cetrore l.pdf, diakses tanggal 8-7-11. Katzung BG. 1995. Farmakologi Dasar dan Klinik ed VI. Jakarta: EGC. Lullmann H, et al. 2000. Color Atlas of Pharmacology. 2nd ed. Georg Thieme Verlag. Stuttgart. Tan HT, Rahardja K. 2007. Obat-obat penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: Elex Media Komputindo.

TERIMA KASIH

Related Documents

Yeni
November 2019 19
Agirlikmerk Yeni
November 2019 22
Yeni Kayit
October 2019 22
Yeni 2
November 2019 15
Yeni Analiz Yedekleri
November 2019 5

More Documents from ""