Organ Pada Sistem Imun Manusia.docx

  • Uploaded by: intan yunanda
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Organ Pada Sistem Imun Manusia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,581
  • Pages: 9
ORGAN PADA SISTEM IMUN MANUSIA

1. Tonsil

Amandel atau bahasa medisnya tonsil atau tonsila palatina adalah kelenjar limfoid/getah bening yang terdapat dalam rongga mulut/faring. Organ ini termasuk dalam sistem imun/pertahanan tubuh. Tonsil bersama dengan adenoid/tonsila faringeal dan tonsil lingual sering disebut cincin Waldeyer. Karena terhubung satu sama lain, maka apabila salah satu tonsil mengalami infeksi atau peradangan umumnya akan diikuti peradangan tonsil yang lain. Peradangan/infeksi pada amandel disebut tonsilitis. Amandel berfungsi untuk menjebak bakteri dan antigen yang memungkinkan tubuh untuk memproduksi antibodi. Menurut artikel tentang “Imunitas Kesehatan: Fungsi Amandel dan kelenjar limfatik Sub-epitel berfungsi memberikan kekebalan lokal”. Amandel menangkap virus, bakteri

dan kontaminan menular lainnya. Amandel menghasilkan antibodi yang dapat menetralisir infeksi pernapasan (seperti pneumonia, bronkitis, infeksi telinga, radang tenggorokan, sinusitis dan rhinitis) yang masuk melalui tenggorokan, mulut atau hidung. Antibodi adalah protein yang ditemukan dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Antibodi diproduksi oleh berbagai komponen dari sistem kekebalan tubuh dan memberikan perlindungan terhadap bahan kimia, virus, parasit, jamur dan bakteri. Sel palatina amandel dapat menghasilkan lima kelas antibodi. Mereka menghasilkan antibodi spesifik terhadap staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, streptococcus pneumoniae, virus polio dan diptheria toksoid.

2. Adenoid

Adenoid adalah suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel (tonsil) yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Seperti halnya amandel, adenoid membantu menjaga kesehatan tubuh dengan cara menangkap bakteri-bakteri dan virus-virus berbahaya. Adenoid juga mengandung sel-sel yang membuat antibodi untuk melawan infeksi. Namun terkadang adenoid maupun tonsil mengalami pembesaran baik pada anak maupun dewasa, hal ini terjadi sebagai respons dari virus, bakteri, makanan, maupun alergen (pemicu alergi). Adenoid merupakan organ tubuh satu paket dengan tonsil sehingga sering kali disebut sebagai tonsil adenoid. Adenoid dan tonsil adalah istilah untuk kelenjar limfa (getah bening) yang ada di tenggorokan dan yang

membedakan keduanya hanya letaknya saja.Bila amandel letaknya di ujung mulut, adenoid berada di ujung terdalam dari hidung, yang merupakan titik pertemuan antara mulut dengan hidung. Adenoid tidak memiliki kriptus (ruang antara kelompok melebar). Ukurannya pun bervariasi pada setiap anak dan akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun, kemudian akan mengalami regresi (kemunduran). Selain itu, sistem kekebalan dari tonsil dan adenoid sangat unik. Keduanya terlibat pada sistem imunitas lokal (sel T dan B). Keduanya juga terlibat dalam memproses antigen yang masuk ke dalam tubuh.

3. Lymph Nodes (Kelenjar Getah Bening)

Kelenjar getah bening adalah sebuah jaringan berbentuk oval di dalam tubuh yang bertindak sebagai penghasil dan penyaring cairan yang disebut sebagai getah bening (limfosit). Getah bening ini berfungsi dalam pengeluaran sel-sel mati, dan yang paling utama adalah sebagai alat pertahanan terhadap infeksi. Sebenarnya, kelenjar getah bening merupakan kumpulan sel-sel yang kecil. Akan tetapi, karena dibungkus oleh selubung kapsul, sel-sel tersebut membentuk bulatan-bulatan kecil. Bagian terbesar dari kelenjar getah bening biasa kita sebut sebagai limpa.Kelenjar getah bening termasuk ke dalam sistem peredaran getah bening (lymphatic system) yang secara keseluruhan mengatur kinerja sistem kekebalan tubuh.

Kelenjar getah bening terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Kelenjar getah bening tersebar di berbagai tempat di dalam tubuh manusia, seperti di ketiak, lipatan paha, leher, panggul, dan perut. Di area-area tersebut, beberapa kelenjar getah bening bisa teraba seperti kacang atau kacang kecil.

4. Lymphatic Vessels (Pembuluh Limfa)

Struktur pembuluh limfa serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup sehingga pembuluh limfat tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih. Pembuluh limfa yang terkecil atau kapiler limfa lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis endotelium. Pembuluh limfa bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfa di dalam jaringan berbagai organ. Pembuluh limfa khusus di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak (kilomikron), disebut lacteal villi. Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan untuk kembali ke peredaran darah. Limfa sebenarnya merupakan cairan plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem peredaran darah dan kemudian menjadi cairan intersisial ruang antarsel pada jaringan. Pembuluh limfa dibedakan menjadi: 

Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster)

Pembuluh limfa kanan terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari daerah kepala dan leher bagian kanan, dada kanan, lengan kanan, jantung dan paru-paru yang terkumpul dalam pembuluh limfa. Pembuluh limfa kanan bermuara di pembuluh balik (vena) di bawah selangka kanan. 

Pembuluh limfa kiri (duktus limfatikus toraksikus) Pembuluh limfa kiri disebut juga pembuluh dada. Pembuluh limfa kiri

terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari kepala dan leher bagian kiri dan dada kiri, lengan kiri, dan tubuh bagian bawah. Pembuluh limfa ini bermuara di vena bagian bawah selangka kiri. Peredaran limfa merupakan peredaran yang terbuka. Peredaran ini dimulai dari jaringan tubuh dalam bentuk cairan jaringan. Cairan jaringan ini selanjutnya akan masuk ke dalam kapiler limfa. Kemudian kapiler limfa akan bergabung dengan kapiler limfa yang membentuk pembuluh limfa yang lebih besar dan akhirnya bergabung menjadi pembuluh limfa besar yaitu pembuluh limfa kanan dan kiri. Kurang lebih 100 mil cairan limfa akan dialirkan oleh pembuluh limfa menuju vena dan dikembalikan ke dalam darah.

5. Thymus (Kelenjar Timus)

Kelenjar timus merupakan kelenjar yang bertanggungjawab dalam pertumbuhan manusia. Kelenjar timus bahkan sangat berpengaruh pada saat usia pertumbuhan. Bila kekurangan kelenjar timus akan menderita kretinisme (kekerdilan) dan bila kelebihan menimbulkan gigantisme (raksasa).

Kelenjar timus terletak di dalam mediastinum di belakang os sternum, dan di dalam torak kira-kira setinggi bifurkasi trakea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri dari 2 lobus. Kelenjar timus hanya dijumpai pada anak dibawah 18 tahun. Karakteristik kelenjar timus: 

Terletak di sepanjang rongga trachea di rongga dada bagian atas.



Timus membesar sewaktu pubertas dan mengecil setelah dewasa.



Kelenjar ini merupakan kelenjar penimbunan hormon somatotrof atau hormon pertumbuhan dan setelah dewasa tidak berfungsi lagi.



Kelenjar timus berperan dalam sistem pertahanan tubuh dengan menghasilkan hormon Thymosin, Thymic humoral factor, Thymic factor dan Thymopoietin. Fungsi kelenjar timus adalah:



Mengaktifkan pertumbuhan badan.



Mengurangi aktivitas kelenjar kelamin.



Menghasilkan timosin yang berfungsi untuk merangsang limfosit.

6. Spleen (Limpa)

Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang dihasilkan dari limpa berwarna ungu tua. Limpa terletak di belakang lambung. Limpa pada manusia adalah organ lunak, dan berukuran sebesar kepalan dengan panjang 12 cm, dan tebal statistik rata-rata organ ini adalah 4-7 cm. Berat limpa bisa mencapai 100-205 g, tergantung pada usia dan kesehatan

orang dewasa. Meskipun limpa tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia, ketiadaan akan membuat kita lebih rentan terhadap infeksi. Fungsi limpa dalam sistem kekebalan tubuh tidak lengkap dengan dua komponen yang berbeda tersebut; pulpa merah dan pulpa putih. Yang merah mencakup hampir 76-79% organ, sedangkan sisanya terdiri dari pulp putih. Pulpa merah bertanggung jawab untuk fungsi filtrasi limpa dan bertindak sebagai reservoir untuk darah. Proses filtrasi pulpa merah melibatkan pengangkatan sel darah merah yang tua atau rusak dari peredaran. Sel-sel darah yang rusak dihancurkan dengan bantuan makrofag. Karena proses filtrasi nya, pulpa merah juga bertindak sebagai reservoir yang memasok darah jika keadaan darurat yang dapat menyebabkan kehilangan darah yang parah. Fungsi imunologi limpa dalam tubuh manusia tampak setelah oleh pulp putih yang terdiri dari agregat jaringan limfoid. Pulp putih memainkan perannya dengan mengidentifikasi antigen dan memproduksi antibodi. Pulp putih juga diberi tugas membuat dan mematangkan sel kekebalan dan sel-sel darah. Tujuan utamanya adalah untuk me-mount respon imunologi terhadap antigen dalam darah, dan memainkan peran penting dalam memerangi infeksi. Limpa memiliki fungsi penting lain dan itu adalah untuk menghasilkan sel darah merah dan sel darah putih. Namun, limpa membuat sel darah merah untuk jangka waktu sementara yaitu selama awal perkembangan rahim. Tetapi karena pendekatan kelahiran, organ ini secara bertahap Mundur dari pekerjaan ini, dan produksi sel darah merah pada akhirnya diambil alih oleh sumsum tulang. Selama sisa hidup, organ membuat sel-sel darah putih untuk melawan infeksi sebagai bagian dari sistem limfatik.

7. Appendix (Umbai Cacing)

Appendix berperan sebagai tempat perlindungan bagi bakteri-bakteri menguntungkan yang ada di dalam tubuh kita. Bakteri-bakteri tersebut sangat berperan dalam membantu tubuh kita untuk memerangi berbagai penyakit yang datang menyerang. Mereka membantu tubuh kita dalam meningkatkan fungsi kekebalan atau imunitasnya, serta dapat menyingkirkan mikroorganisme patogen berbahaya yang masuk ke dalam tubuh kita. Tempat perlindungan tersebut maksudnya adalah ketika ada kondisi dimana bakteri-bakteri patogen (jahat) berkembang sangat pesat dalam saluran pencernaan, maka bakteri-bakteri baik akan menarik diri menuju usus buntu untuk berlindung, dan ketika sistem kekebalan tubuh berhasil mengatasi bakteri-bakteri jahat tersebut maka bakteri-bakteri baik akan mengkolonisasi kembali dalam saluran pencernaan kita seperti sebelumnya. Pada Appendix ditemukan banyak sel-sel limfatik, sehingga diduga appendix berperan penting pada sistem imun dan mengakibatkan tubuh membentuk antigen yang menghasilkan antibodi. 8. Peyer’s Patches (Bercak Peyer) Lempeng peyer merupakan kumpulan limfosit atau sel pertahanan pada usus. Fungsi pertahanan lempeng Peyer/Peyer’s patch melalui proliferasi limfosit-T adalah untuk meningkatkan panjang dan lebar vili usus serta menjaga integritas vili usus yang artinya dapat meningkatkan area penyerapan nutrisi sehingga penyerapan pakan lebih optimal (konversi pakan lebih baik). Selain itu, lempeng peyer berfungsi untuk meningkatkan imunitas dengan cara mengaktivasi makrofag dan natural killer (sel yang berperan

dalam sistem kekebalan), mengaktivasi jalur komplemen alternatif (salah satu proses kekebalan dalam tubuh), menstimulasi retikulo-endotelial sistem (limfosit-T), serta meningkatkan produksi antibodi.

9. Bone Marrow (Sumsum Tulang)

Sumsum tulang adalah merupakan jaringan lemak yang mengisi rongga tulang dimana sumsum tulang tersebut terdiri dari dua tipe yaitu sumsum kuning dan merah. Sumsum yang berwarna kuning mengisi rongga yang besar dari tulang yang besar dan terdiri dari sebagian besar sel lemak dan beberapa sel darah yang muda. Sumsum yang berwarna merah adalah jaringan haematopoietik tempat dimana sel darah merah dan leukosit granula diproduksi. Ada dua jenis limposit yang penting yaitu sel B yang tumbuh dan matang dalam sumsum tulang dan sel T yang diproduksi dalam sumsum tulang dan matang dalam kelenjar thimus.

Related Documents


More Documents from "Framita Rahman"