Oby Hubungan Susu Formula Dg Asma.doc

  • Uploaded by: Bimo Bagoes Wicaksono
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Oby Hubungan Susu Formula Dg Asma.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 3,690
  • Pages: 22
BAB I PENDAHULUAN Asma

merupakan

suatu

penyakit

kronik

tidak

menular

yang

menyerang jalur pernapasan. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa batuk kronik, mengi, napas yang pendek, dan atau sesak pada dada yang dapat menyebabkan gangguan dalam hidup penderita, dengan tingkat keparajhan dan frekuensi kekambuhan yang berbeda tiap individu. Asma merupakan penyakit kronik yang mempunyai dampak serius pada anak. Penyakit asma pada anak berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada beberapa anak penyakit ini dapat menyebabkan keterbatasan aktivititas. Asma merupakan diagnosis yang paling sering ditemukan di rumah sakit anak dan mengakibatkan kehilangan 5- 7 hari sekolah secara nasional/tahun/anak. Sebanyak 10-15 % anak laki laki dan 7-10 % anak perempuan dapat menderita asma pada suatu waktu selama masa kanak-kanak. Asma adapat timbul pada semua umur : 30% penderi mulai merasakan gejala peratama kali sebelum usia 4-5 tahun.$msakz gejala -ada uan tahu dan 80-90% anak. Penelitian menunjukkan bahwa terjadinya asma merupakan interaksi dua faktor yaitu faktor genetik dan lingkungan. risiko terjadinya asma pada anggota keluarga generasi pertama dari individu yang menyandang asma adalah 2 sampai 6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu pada populasi normal. Beberapa penelitian melaporkan bahwa lamanya pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara bermakna menurunkan risiko kejadian asma dan penyakit alergi lain pada anak, meskipun hasilnya masih tidak konsisten pada penelitian lain. Peningkatan pemberian Pengganti Air Susu Ibu dalam hal ini susu formula yang berbasis susu sapi atau protein asing lain dari makanan padat yang diperkenalkan pada bulan pertama kehidupan dapat meningkatkan kejadian atopi atau asma.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 ASMA A. Definisi Asma

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala dan tanda episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan . 1 Global Intiative for Asthma (GINA) mengkhususkan definisi asma untuk anak usia dibawah 5 tahun dikarenakan mengi sering timbul pada anak dengan infeksi saluran pernapasan, sehingga sulit untuk dibedakan. Asma pada anak dibawah 5 tahun didefinisikan sebagai mengi dengan riwayat batuk atau mengi saat olahraga, tertawa, memnagis tanpa infeksi saluran pernapasan, riwayat penyakit alergi lain (eksema dan rhinitis alergi) pada keluarga dan perbaikan klinis dalam 2-3 bulan pengobatan kontrol dan memperburuk ketika pengobatan dihentikan.2 B. Klasifikasi Klinis Asma Anak GINA membagi klasifikasi asma menjadi 4. yaitu asma intenniten, asma persisten ringan, asma persisten sedang, asma peristen berat yang didasari oleh gambaran klinis, faal paru, dan obat yang dibutuhkan untuk pengendalian penyakit. Konsensus Imemasional III membagi asma berdasarkan keadaan klinis dan kebutuhan obat menjadi 3 yaitu, asma episodik jarang (asma ringan) yang meliputi 75% populasi anak asma, asma episodik sering (asma sedang) meliputi 20% populasi, dan asma persislen (asma berat) meliputi 5% populasi. Konsensus Nasional juga membagi asma

2

anak menjadi 3 derajat penyakit, tapi dengan kriteria yang lebih lengkap seperti tersaji dalam tabel berikut :

2

3

C. Faktor Risiko Asma 1) Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penting dalam diagnosis asma. Dari beberapa penelitian yang dilaporkan diketahui bahwa prevalensi asma pada anak lakilaki samapi usia 10 tahun adalah 1,5 sampai 2 kali lipat dari anak perempuan. Sedangkan pada usia 30 tahun perbandingan tersebut menjadi sebanding antara lakilaki dan perempuan. 3 Pada usia anak anak, anak laki laki ditemukan memiliki risiko yang lebih besar dalam menderita asma. Namun berbalik pada usia remaja. Hal itu dikarenakan perbedaan penumbuhan dan perubahan hormon pada pubertas. 3 2) Usia Pada umumnya, gejala seperti asma muncul pertama kali pada beberapa tahun pertama dari awal kehidupan. Penelitian yang dilakukan di Australia melaporkan bahwa 25% anak dengan mengi persisten mendapat serangan mengi < 6 bulan, dan 75% sebelum 3 tahun. 3 3) Riwayat atopi Atopi merupakan respon imun terhadap antigen lingkungan yang dimediasi oleh ig E. Atopi memiliki dasar genetik yang kuat. Atopi adalah kecenderungan personal dan / atau familial, biasanya pada masa anak atau remaja, untuk tersensitasi dan menghasilkan IgE sebagai respon terhadap pajanan alergen, biasanya protein. Istilah atopi tidak dapat digunakan sebelum adanya bukti sensitisasi IgE yang ditandai dengan radio allergy sorbent testing 9 (RAST) atau uji tusuk kulit (UTK) positif. 2

4

Pada individu yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat atopi maka individu tersebut akan lebih mudah terkena penyakit asma bronkial jika terpajan dengan faktor pencetus. Orang tua dengan asma memiliki risiko 3x lebih tinggi untuk mempunyai anak dengan asma, jika riwayat keluarga dengan asma disertai dengan salah satu atopi. 2 4) Lingkungan Risiko penyakit asma menigkat dengan adanya allergen di lingkungan hidup anak. Beberapa allergen di lingkungan hidup anak. Beberapa alergen yang umumnya menyebabkan timbulnya penyakit asma antara lain ialah serpihan kulit dari binatang peliharaan. tungau debu rumah. jamur, dan kecoa.

3

Reaksi yang timbul akibat

paparan bahan yang umumnya tidak berbahaya dan banyak terdapat pada lingkungan disebut alergen.

4

Paparan yang berulang oleh alergen spesifik akan menimbulkan

reaksi silang terhadap sel mast. Diketahui bahwa sel mast memiliki ikatan afinitas yang kuat dengan IgE. Kemudian sel mast akan teraktivasi dan melepaskan mediator seperti histamin lalu menuju target organ, yang kemudian menimbulkan gejala klinis. Berbagai cara masuk seperti inhalasi, kontak langsung, saluran cema, atau suntikan, menjadi jalan masuk bagi alergen ke dalam tubuh. 5 5) Ras Berdasarkan laporan dari Amerika Serikat, didapatkan bahwa prevalensi asma serta kejadian serangan asma pada ras kulit hitam lebih tinggi daripada kulit putih. Selain itu, kematian anak karena asma pada kulit hitam juga lebih tinggi dibandingkan pada anak kulit putih. Kematian anak akibat asma pada ras kulit hitam juga lebih tinggi. 3,6

6) Asap rokok

5

Anak yang terpajan dengan asap rokok memiliki prevalensi yang lebih tinggi untuk menderita asma dibandingan dengan anak yang tidak terpajan asap rokok. Risiko tersebut sudah dimulai sejak janin berada dalam kandungan dan berlanjut setelah anak dilahirkan, dan menyebabkan peningkatan risiko. Anak yang mendapatkan pajanan asap rokok lebih sering mengalami eksaserbasi, tidak masuk sekolah, dan memiliki penurunan fungsi paru. 3 7) Infeksi Infeksi virus pada saluran napas atas merupakan faktor pencetus tersering. Pada anak yang memi|iki masalah terhadap musim dingin, infeksi dapat menjadi hal yang penting. 3 8) Polusi udara Penduduk yang bertempat tinggal dipinggir jalan yang banyak dilalui kendaraan bermotor berpengarruh terhadap kesehatan saluran napas. Pada beberapa penelitian dilaporkan bahwa terdapat hubungan antara konsentrasi dari polusi udara yang berasal dari emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dengan asma maupun gejala asma. 3 9) Aktivitas berlebih Ketika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat maka sebagian besar dari penderita asma akan mendapat serangan asma. Yang paling mudah menimbulkan serangan asma yaitu lari cepat. 3

10) Perubahan Cuaca

6

Cuaca yang lembah dan hawa pegunungan yang dingin sering memengaruhi asma. Salah satu faktor pemicu terjadinya asma antara lain adalah atmosfer yang mendadak dingin. 3

D. Patogenesis Asma selama 30 tahun terakhir, konsep inflamasi kronis berperan penting dalam pathogenesis asma.

3

Global Intiative for Asthma (GINA) menggambarkan konsep

inflamasi kronis, dengan proses inflamasi yang khas, yang menunjukkan aktivasi eosinovil, sel mast, makrofag, sel limfosit pada mukosa dan lumen saluran napas. Proses ini sejalan dengan perlukaan epitel bronkus merangsang proses perbaikan yang menghasilkan perubahan structural dan fungsional yang dikenal dengan istilah remodeling saluran respiratori (airway remodeling; AR). 2 Respon imun pertama adalah aktivasi limfosit t oleh antigen, dengan melibatkan Major Histammpabiliry Complex (MHC). Sel dendritik merupakan APC yang bermigrasi dari saluran respiratori menuju sel limfoid dan menjadi matang. Sel dendritik juga mendorong sel t naive Th0 menuju Th2 yang mengkoordinasi sekresi sitokin. 3 Ditemukan banyak kasus, terutama pada anak dan dewasa muda, asma dihubungkan dengan manifestasi atopi melalui mekanisme IgE dependent. Limfosit subtipe CD4+ memproduksi sitokin. Th1 memproduksi IL-2.IF-γ, dan TNF-β, sedangkan Th2 memproduksi IL4,IL-5,IL-9,IL-13,IL-16. 3

E. Patofisiologi Asma

7

Manifestasi penyumbatan jalan napas yang dialami oleh penderita asma tanpa komplikasi terdiri dari spasme otot polos, edema mukosa dan infiltrasi sel-sel radang yang menetap dan hipersekresi mucus yang kental. Respon bronkokonstriksi dan radang dicetuskan melalui berbagai ransangan alergi dan ransangan non spesifik yang berinteraksi dengan adanya jalan napas yang hipereaktif. Rangsangan tersebut meliputi aleregen yang dihirup, infeksi virus, asap rokok, polutan udara, obat-obatan. Udara dingin, dan olahraga. 7

II.2 SUSU FORMULA A. Definisi Susu Formula Susu formula menurut WHO (2010) yaitu susu yang diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu formula kebanyakan tersedia dalam bentuk bubuk. Perlu dipahami susu cair steril sedangkan susu formula tidak steril. 6 Pemberian susu formula diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan ASI atau sebagai tambahan jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Penggunaan susu formula ini sebaiknya meminta nasehat kepada petugas kesehatan agar penggunaannya tepat. 8 Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi susu sapi sangat baik hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh karena itu, sebelum dipergunakan untuk makanan bayi, susunan nutrisi susu formula harus diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi yang ideal sehingga perubahan yang dilakukan pada komposisi nutrisi susu sapi harus sedemikian rupa hingga mendekati susunan nutrisi ASI . 9 B. Jenis Susu Formula Ada beberapa jenis susu formula yaitu : 9 8

1) Susu Formula Adaptasi atau Pemula Susu formula adaptasi (adapted) atau pemula adalah susu formula yang biasa digunakan sebagai pengganti ASI oleh bayi baru lahir sampai umur 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya . 10 Susu formula adaptasi ini disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi. Komposisinya hampir mendekati komposisis ASI sehingga cocok diberikan kepada bayi yang baru lahir hingga berusia 4 bulan. 11 Untuk bayi yang lahir dengan pertimbangan khusus untuk fisiologisnya dengan syarat rendah mineral, digunakan lemak tumbuhan sebagai sumber energi dan susunan zat gizi yang mendekati ASI. Susu jenis ini merupakan jenis yang paling banyak mengalami penyesuaian dan banyak beredar di pasaran. 10

9

2) Susu Formula Awal Lengkap Formula awal lengkap (complete starting formula) yaitu susunan zat gizinya lengkap dan dapat diberikan setelah bayi lahir. Keuntungan dari formula bayi ini terletak pada harganya. Pembuatannya sangat mudah maka ongkos pembuatan juga lebih murah hingga dapat dipasarkan dengan harga lebih rendah. Susu formula ini dibuat dengan bahan dasar susu sapi dan komposisi zat gizinya dibuat mendekati komposisi ASI.

8

Komposisi zat gizi yang dikandung sangat lengkap, sehingga

diberikan kepada bayi sebagai formula permulaan .

11

3) Susu Formula Follow-Up (lanjutan) Susu formula lanjutan yaitu susu formula yang menggantikan kedua susu formula yang digunakan sebelumnya dan untuk bayi yang berusia 6 bulan ke atas, sehingga disebut susu formula lanjutan . 11 Susu formula ini dibuat dari susu sapi yang sedikit dimodifikasi dan telah ditambah vitamin D dan zat besi. Susu formula ini dibuat untuk bayi yang berumur sampai 1 tahun meskipun ada juga yang menyebutkan sampai umur 3 tahun. 12 4) Susu Formula Prematur Bayi yang lahir prematur atau belum cukup bulan belum tumbuh dengan sempurna. Menjelang dilahirkan cukup bulan, bayi mengalami pertumbuhan fisik yang pesat. Sehingga dibuat susu formula prematur untuk mengejar tertinggalnya berat badan prematurnya. 13

10

Susu formula ini harus dengan petunjuk dokter karena fungsi saluran cerna bayi belum sempurna, maka susu formula ini dibuat dengan merubah bentuk karbohidrat, protein dan lemak sehingga mudah dicerna oleh bayi . 8 5) Susu Hipoalergenik (Hidrolisat) Susu formula hidrolisat digunakan apabila tidak memungkinkan ibu menyusui bayinya karena mengalami gangguan pencernaan protein. Susu formula ini dirancang untuk mengatasi alergi dan ada beberapa yang disusun untuk mencegah alergi. Susu formula ini hanya diberikan berdasarkan resep dari dokter. 12

6) Susu Soya (kedelai) Department of Health merekomendasikan agar susu soya hanya diberikan jika bayi tidak toleran terhadap susu sapi atau laktosa karena terdapat kekhawatiran tentang kemungkinan efek senyawa yang diproduksi oleh kacang kedelai dan tingkat mangan sera alumunium yang tidak dapat diterima dalam formula tersebut. 12 Bayi yang terganggu penyerapan protein maupun gula susunya membutuhkan susu yang terbuat dari kacang kedelai. Gangguan metabolisme protein juga sering bersamaan dengan gangguan penyerapan gula susu. 13 7) Susu Rendah Laktosa atau Tanpa Laktosa Apabila usus bayi tidak memproduksi lactase gula susu akan utuh tidak dipecah menjadi glukosa dan galaktosa sehingga menyebabkan bayi mencret, kembung, mulas dan pertumbuhan bayi tidak optimal. Selama mengalami gangguan pencernaan gula

11

susu, bayi perlu diberikan formula rendah laktosa (LLM) agar pertumbuhannya optimal. 13 8) Susu Formula dengan Asam Lemak MCT ( Lemak Rantai Sedang) yang Tinggi Susu formula dengan lemak MCT tinggi untuk bayi yang menderita kesulitan dalam menyerap lemak. Sehingga, lemak yang diberikaan harus banyak mengandung MCT (Lemak Rantai Sedang) tinggi agar mudah dicerna dan diserap oleh tubuhnya . 9 9) Susu Formula Semierlementer Untuk bayi yang mengalami gangguan pencernaan yakni gula susu, protein dan lemak sehingga membutuhkan formula khusus yang dapat ditoleransi oleh ususnya. 13

12

Keterangan: Susu formula yang dimaksud dalam tabel adalah susu formula selain yang berbahan dasar susu sapi, terdiri dari susu formula berbahan dasar kedelai dan susu formula hidrolisa.

13

C. Kandungan Susu Formula Susu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan diubah kandungan komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama dengan ASI tetapi tidak 100% sama. Proses pembuatan susu formula, kandungan karbohidrat, protein dan mineral dari susu sapi telah diubah kemudian ditambah vitamin serta mineral sehingga mengikuti komposisi yang dibutuhkan sesuai untuk bayi berdasarkan usianya. 9 Beberapa kandungan gizi dalam susu formula yaitu, lemak disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml, protein berkisar antara 1,2-1,9 g tiap 100 ml dan karbohidrat berkisar antara 5,4-8,2 g tiap 100 ml. 9

D. Kelemahan Susu Formula Praptiani (2012) menjelaskan telah teridentifikasi adanya kerugian berikut ini untuk bayi yang diberikan susu formula yaitu : 12 1) Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa nutrien. 2) Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari berbagi jenis patogen. 3) Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus ( misalnya IgA, IgG, IgM dan laktoferin). 4) Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon tiroid). 5) Enzim dan prostaglandin. Susu formula mempunyai beberapa kelemahan, antara lain; kurang praktis karena harus dipersiapkan terlebih dahulu, tidak dapat bertahan lama, mahal dan tidak selalu tersedia, cara penyajian harus tepat dapat menyebabkan alergi.

14

Susu formula banyak kelemahannya karena terbuat dari susu sapi sehingga dijelaskan antara lain; kandungan susu formula tidak selengkap ASI, pengenceran yang salah, kontaminasi mikroorganisme, menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan sering muntah, menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau kegemukan, pemborosan, kekurangan zat besi dan vitamin, mengandung banyak garam. 9

E. Efek atau Dampak Negatif Pemberian Susu Formula Berbagai dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain :

14

1) Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare) Anak yang diberi susu formula lebih sering muntah/gumoh, kembung, “cegukan”, sering buang angin, sering rewel, susah tidur terutama malam hari. Saluran pencernaan bayi dapat terganggu akibat dari pengenceran susu formula yang kurang tepat, sedangkan susu yang terlalu kental dapat membuat usus bayi susah mencerna, sehingga sebelum susu dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare. 9,15 2) Infeksi saluran pernapasan Gangguan saluran pencernaan yang terjadi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi terutama ISPA. 15 Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibiotik sebagai perlindungan tubuh dari infeksi. Proses penyiapan susu formula yang kurang steril dapat menyebabkan bakteri mudah masuk. 9

15

3) Meningkatkan resiko serangan asma ASI dapat melindungi bayi dari penyakit langka botulism, penyakit ini merusak fungsi saraf, menimbulkan berbagai penyakit pernapasan dan kelumpuhan otot. Peneliti sudah mengevaluasi efek perlindungan dari pemberian ASI, bahwa pemberian ASI melindungi terhadap asma dan penyakit alergi lain. Sebaliknya, pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko tersebut. 14 4) Meningkatkan kejadian karies gigi susu Kebiasaan bayi minum susu formula dengan botol saat menjelang tidur dapat menyebabkan karies gigi. ASI mengurangi penyakit gigi berlubang pada anak (tidak berlaku pada ASI dengan botol), karena menyusui lewat payudara ada seperti keran, jika bayi berhenti menghisap, otomatis ASI juga akan berhenti dan tidak seperti susu botol. Sehingga ASI tidak akan mengumpul pada gigi dan menyebabkan karies gigi.16 5) Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif Susu formula mengandung glutamate (MSG-Asam amino) yang merusak fungsi hypothalamus pada otak – glutamate adalah salah satu zat yang dicurigai menjadi penyebab autis. 16 Bayi yang tidak diberi ASI mempunyai nilai lebih rendah dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal dan kemampuan visual motorik dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI. 14 6) Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas) Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapatkan susu formula diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi lemak tubuh yang berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI . 9

16

7) Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah ASI membantu tubuh bayi untuk mendapat kolesterol baik, artinya melindungi bayi dari penyakit jantung pada saat sudah dewasa. ASI mengandung kolesterol tinggi (fatty acid) yang bermanfaat untuk bayi dalam membangun jaringan-jaringan saraf dan otak. Susu yang berasal dari sapi tidak mengandung kolesterol ini. 16 8) Meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang tercemar Pembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen. Penelitian menunjukkan bahwa banyak susu formula yang terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen. Kasus wabah Enterobacteri zakazakii di Amerika Serikat, dilaporkan kematian bayi berusia 20 hari yang mengalami demam, takikardia, menurunnya aliran darah dan kejang pada usia 11 hari. 14 9) Meningkatkan kurang gizi Pemberian susu formula yang encer untuk menghemat pengeluaran dapat mengakibatkan kekurangan gizi karena asupan kurang pada bayi secara tidak langsung. Kurang gizi juga akan terjadi jika anak sering sakit, terutama diare dan radang pernafasan. 14 10) Meningkatkan resiko kematian Bayi yang tidak pernah diberi ASI berisiko meninggal 25% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang mendapat ASI. Pemberian ASI yang lebih lama akan menurunkan resiko kematian bayi. 14

Menyusui adalah tindakan terbaik karena memberikan susu melalui botol dapat meningkatkan resiko kesehatan yang berhubungan dengan pemberian susu formula 17

diantaranya yaitu ; Peningkatan infeksi lambung, infeksi otitis media, infeksi perkemihan, resiko penyakit atopik pada keluarga yang mengalami riwayat penyakit ini, resiko kematian bayi secara mendadak, resiko diabetes melitus bergantung insulin, Penyakit kanker dimasa kanak-kanak. 12

II.3 SUSU FORMULA TERKAIT ASMA PADA ANAK Pemberian susu formula pada anak, terutama pada bayi yang belum cukup umur, tentunya memberikan kerugian dalam hal tidak didapatkannya kandungan dalam ASI. Begitu dilahirkan, bayi harus beradaptasi dalam segala hal termasuk makan. Keterbatasan kemampuan oromotor, imaturitas organ organ tubuhnya temasuk sistem pencernaan, sistem imunitas dan ginjal menyebabkan makanan yang diberikan kepada bayi harus khusus.

14

Telah diketahui sebelumnya bahwa ASI memiliki kandungan sitokin. Salah satu sitokin yang terkandung dalam ASI adalah Transforming Growth Factor Beta (TGFβ). ASI mengandung TGF-β1 dan TGF-β2, yang didominasi oleh TGF-β2 (95%). Faktor imunoaktif ini mempengaruhi perkembangan dan pematangan imunitas mukosa dari bayi, dengan meningkatkan kadar igA untuk menginduksi toleransi oral.14 TGF-β muncul untuk menjalankan regulasi imunitas yang menjadi target autoimun, defisiensi imun, dan imunitas patologis lainnya. Sebagai contoh dalam kejadian bayi dengan alergi terhadap susu formula. Tingginya kadar TGF-β dalam ASI sangat bermanfaat dengan meningkatkan reaksi antara antibody IgG-IgA dan menurunkan produksi antibody IgE dan reaksi sel terkait susu sapi. Selain itu efek imunitas yang dimediasi oleh CD4+ Limfosit t, yang dimediasi oleh sinyal dari TGF-β pada t-cell, dapat menginduksi imunitas oral dan meningkatkan proteksi saluran pernapasan dari alergi pada saluran pernapasan, seperti asma. 14

18

Penelitian menyebutkan bahwa, imunitas ini terjadi tanpa peran dari imunoglobulin yang di transfer dari ibu kepada anaknya selama masa menyusui. melainkan terbentuk sendiri oleh silokin TGF-β yang terdapat pada ASI. 17 Penelitian menyebutkan bahwa hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti riwayat alergi atopi pada ibu. Disebutkan bahwa pada ibu dengan riwayat atopi. memiliki kadar TGF-β2 yang lebih rendah, sebaliknya ibu tanpa riwayat atopi memiliki kadar TGFβ2 yang cenderung lebih tinggi dan stabil. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan mengenai kosumsi susu formula dengan kejadian asma pada anak, melainkan dipengaruhi oleh faktor lain seperti riwayat atopi. 14,17

BAB III KESIMPULAN

19

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala dan tanda episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Susu formula yaitu susu yang diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu formula kebanyakan tersedia dalam bentuk bubuk. Perlu dipahami susu cair steril sedangkan susu formula tidak steril. ASI memiliki kandungan sitokin. Salah satu sitokin yang terkandung dalam ASI adalah Transforming Growth Factor Beta (TGF-β). ASI mengandung TGF-β1 dan TGF-β2, yang didominasi oleh TGF-β2 (95%). Tingginya kadar TGF-β dalam ASI sangat bermanfaat dengan meningkatkan reaksi antara antibody IgG-IgA dan menurunkan produksi antibody IgE dan reaksi sel terkait susu sapi. Pada ibu dengan riwayat atopi. memiliki kadar TGF-β2 yang lebih rendah, sebaliknya ibu tanpa riwayat atopi memiliki kadar TGF-β2 yang cenderung lebih tinggi dan stabil. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan mengenai kosumsi susu formula dengan kejadian asma pada anak, melainkan dipengaruhi oleh faktor lain seperti riwayat atopi

DAFTAR PUSTAKA

20

1.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Depertemen Kesehatan RI, Jakarta.

2.

GINA (Global Initiative for Astma). 2015. Pocket Guide For Asthma Management and Prevention.

3.

Makmuri. 2013. Patofisiologi Asma Anak. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

4.

Baratawidjaja K, Rengganis I. 2009. Imunologi Dasar, Edisi Kedelapan. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.

5.

Wistiani & Notoatmojo H. 2011. Hubungan Pajanan Alergen Terhadap Kejadian Alergi pada Anak, Sari Pediatri, vol. 13.

6. World Health Organization. 2010. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2010 revision, WHO, Geneva 7. Arvin, Kliegman Behrman. 2012. Nelson Ilmu Keperawatan Anak ed. 15, alih bahasa Indonesia, A.Samik Wahab.Jakarta: EGC. 8.

Nasar, dkk. 2005. Makanan Bayi dan Ibu Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cetakan I.

9. Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula ya?.Jogjakarta: flashbooks. 10. Kodrat, Laksono. 2010. Dahsyatnya ASI & Laktasi. Yogyakarta: Media Baca. 11. Bambang. 2011. Super Baby Directory. Jogjakarta: Flashbook. Cetakan I. 12. Praptiani, Wuri. 2012. Kebidanan Oxford: Dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 13. Nadesul, H. 2008. Membesarkan Bayi Jadi Anak Pintar. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

21

14. Amiruddin dan Rostia. 2006. Promosi Susu Formula menghambat pemberian ASI Ekslusif pada bayi 6-11 bulan di Kelurahan Pa’Baeng– Baeng Makasar. Makasar, (UNHAS). 15. Judarwanto, Widodo. 2008. Enterobacter sakazakii, Bakteri Pencemar Susu. RS Bunda Jakarta & Picky Eaters Clinic. 16. Nasir. 2011. Hasil Penelitian Mengenai Manfaat ASI dan Perbandingannya dengan Susu Formula. http://dokternasir.web.id/2011. Diakses tanggal 25 Juni 2013. 17. Verhasselt, V. 2010. Neonatal Tolerance under Breastfeeding Influence: The Presence of Allergen and Transforming Growth Factor-beta in Breast Milk Protects the Progeny from Allergic Asthma. The Journal of Pediatrics; Vol. 156,

22

Related Documents


More Documents from "lp3y.org"