BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Berdasarkan bentuk pelayanannya, Rumah Sakit dapat dibedakan menjadi Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) tergolong rumah sakit khusus. RSGM adalah sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medik. Sedangkan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan adalah RSGM yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang juga digunakan sebagai sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya, dan terikat melalui kerjasama dengan fakultas kedokteran gigi. Untuk memperoleh keberhasilan dan kelancaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan sangat bergantung pada manajemen praktik yang benar. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut G. Terry manajemen kesehatan meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan pelaksanaan (actuating), pengawasan dan pengendalian (controlling).
1
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado ialah salah satu Rumah Sakit Pendidikan di Manado. Pengadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan diperlukan sebagai sarana belajar bagi Sarjana Kedokteran Gigi agar mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya sesuai standar kompetensi dokter gigi Indonesia. 4 Bagian Konservasi Gigi adalah salah satu bagian yang menunjang pelayanan kesehatan di RSGM UNSRAT. Oleh karena itu dalam makalah ini kami membahas mengenai aspek penting dalam penerapan manajemen praktik gigi.
B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana manajemen praktik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado bagian Konservasi Gigi?
C. TUJUAN Mengetahui manajemen praktik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado bagian Konservasi Gigi.
D. MANFAAT 1.
Bagi institusi pendidikan, Sebagai sumber referensi tambahan bagi proses kegiatan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut dan dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 2. Bagi penulis,
2
Sebagai kesempatan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang manajemen praktik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
E. WAKTU dan LOKASI Observasi lapangan telah dilaksanakan mulai dari tanggal 16 Agustus sampai 25 Agustus 2017 bertempat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK UNSRAT.
F. METODE 1.
Studi Pustaka
2.
Observasi pengamatan
3.
Wawancara
G. ALAT dan BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan observasi ini antara lain: 1. Buku dan Pulpen 2. Lembaran chek list 3. Kamera
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Standard Precautions Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard Precautions dikembangkan dari universal precautions dengan menggabungkan dan menambah tahapan pencegahan yang dirancang untuk melindungi petugas kesehatan gigi dan pasien dari patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh yang lain. Standar ini harus dilakukan untuk semua pasien ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit dengan luka terbuka dan mukosa. Standard Precaution merupakan langkah-langkah yang perlu diikuti ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh dan sekrsesi, ekskresi (kecuali keringat), kulit dengan luka terbuka dan mukosa. Prosedur standard precaution bertujuan untuk melindungi dokter gigi, pasien dan staf dari paparan objek yang infeksius selama prosedur perawatan berlangsung. Pencegahan yang dilakukan adalah evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi instrumen, desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai dan penanganan sampah medis (Center for Disease Control and Prevention, 2003).
1.
Evaluasi Pasien Harus diketahui riwayat kesehatan yang lengkap dari setiap pasien dan
diperbaharui pada setiap kunjungan yaitu nama, usia, jenis kelamin, suku, status perkawinan, pekerjaan, alamat dan nomor telepon. Riwayat penyakit yang pernah
4
diderita maupun yang sedang diderita, adanya penyakit keturunan harus dicatat, demikian pula keadaan sosial ekonominya, pendidikannya, apakah ia pengguna narkoba atau peminum minuman keras, semua hal-hal tersebut harus diketahui. Hal ini karena dari data tersebut dapat juga diperoleh informasi bahwa pasien tersebut merupakan orang yang beresiko tinggi terkena penyakit infeksi, seperti orang yang bekerja dibidang kesehatan. 2.
Perlindungan Diri Perlindungan diri adalah mencuci tangan, pemakaian baju praktek, penggunaan
sarung tangan, penggunaan kaca mata pelindung, penggunaan masker, penggunaan rubber dam dan imunisasi. a.
Cuci Tangan Sarana cuci tangan adalah ketersediaan air mengalir dengan saluran pembuangan
atau bak penampungan yang memadai. Dengan guyuran air mengalir tersebut diharapkan mikroorganisme akan terlepas ditambah gesekan mekanisme atau kimiawi saat mencuci tangan mikroorganisme akan terhalau dan tidak menempel lagi di permukaan kulit (Nursalam, 2007). Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Tujuan mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi mikroba. Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan pemeriksaan terhadap pasien (Nursalam, 2007). Adapun langkah-langkah mencuci tangan yang benar dan efektif dalam mengurangi infeksi sebagai berikut: 1) Gunakan wastafel yang mudah digapai dengan air mengalir yang hangat, sabun biasa atau sabun antimicrobial, lap tangan kertas atau pengering,
5
2) Lepaskan lap tangan dan gulung lengan panjang keatas pergelangan tangan. Hindari memakai cincin, lepaskan selama mencuci tangan. 3) Jaga supaya kuku tetap pendek dan datar, 4) Inspeksi permukaan tangan dan jari akan adanya luka atau sayatan pada kulit dan kutikula, 5) Berdiri didepan wastapel. Jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh wastapel, 6) Alirkan air. Tekan pedal dengan kaki untuk mengatur aliran dan suhu atau dorong pedal lutut secara lateral untuk mengatur aliran dan suhu. 7) Hindari percikan air mengenai seragam, 8) Atur aliran air sehinnga suhu hangat, 9) Basahi tangan dan lengan bawah dan seksama sebelum mengalirkan air hangat. Pertahankan supaya tangan dan lengan bawah lebih rendah dari pada siku selama mencuci tangan, 10) Taruh sedikit atau sabun antimicrobial cair pada tangan, sabuni dengan seksama. 11) Gosok kedua tangan dengan cepat paling sedikit 10 – 15 detik. Jalin jari-jari tangan dan gosok telapak dan bagian punggung tangan dengan gerakan sirkuler paling sedikit masing-masing lima kali. Pertahankan supaya ujung jari berada dibawah untuk memungkinkan pemusnahan mikroorganisme 12) Jika daerah dibawah kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang satunya, dan tambah sabun atau stik orangewood yang bersih, 13) Bilas tangan dan pergelangan tangan dengan seksama, pertahankan supaya letak tangan dibawah siku. 14) Ulangi langkah 10 sampai 12 namun tambah periode mencuci tangannya 1,2, 3 detik,
6
15) Keringkan tangan dengan seksama dan jari tangan ke pergelangan tangan dan lengan bawah dengan handuk kertas (tisu) atau pengering, 16) Tutup air dengan kaki dan pedal lutut. (Swearingen, 2000) b.
Pemakaian Jas Praktek Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang bersih dan sudah dicuci. Jas
tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih klorin, bahkan jas yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu. c.
Penggunaan Sarung Tangan Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil sekali
pakai. Hal ini untuk melindungi dokter gigi, staf dan pasien. Tujuan penggunaan sarung tangan adalah untuk mencegah bersentuhan langsung dengan darah, saliva, mukosa, cairan tubuh, atau sekresi tubuh lainnya dari penderita. Sarung tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks. Sarung tangan harus diganti setiap selesai perawatan pada setiap pasien. Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam bidang kedokteran gigi, diantaranya 1) Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan. 2) Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan. 3) Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat, permukaan kerja atau saat menggunakan bahan kimia.
7
d.
Penggunaan Masker Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan pada
saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas penyaringan dari masker tergantung pada bahan yang dipakai (masker polipropilen lebih baik dari masker kertas) dan lama pemakaian (efektif 30 – 60 menit). Sebaiknya menggunakan satu masker untuk satu pasien. e.
Penggunaan Kacamata Pelindung Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya untuk melindungi mata
dari debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece dan pembersihan karang gigi baik secara manual maupun ultrasonik. Perlindungan mata dari saliva, mikroorganisme, aerosol dan debris sangat diperlukan untuk dokter gigi maupun staf. f.
Penggunaan Rubber Dam Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya aerosol
karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber dam. Selain untuk mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, rubber dam juga berguna untuk mengurangi terjadinya luka dan perdarahan. g.
Imunisasi Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan sebagai
sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya heptavax-B untuk perlindungan terhadap hepatitis B. Imunisasi hepatitis B terdiri atas tiga tahap, pertama pada hari yang ditentukan, tahap kedua pada satu bulan kemudian, dan tahap ketiga pada enam bulan kemudian. CDC sangat menganjurkan agar personil gigi diimunisasi hepatitis B. Imunisasi lain yang juga dianjurkan antara lain adalah imunisasi
8
terhadap penyakit mumps, measles dan rubella (MMR), difteri, pertusis, dan tetanus (DPT), infuenza, poliomyelitis dan TBC (BCG). 3.
Sterilisasi Instrumen Sterilisasi adalah setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk
hidup terutama mikroorganisme termasuk virus dan spora bakteri. Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap, yaitu : a.
Pembersihan sebelum Sterilisasi Sebelum disterilkan, alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris organik,
darah dan saliva. Dalam kedokteran gigi, pembersihan dapat dilakukan dengan cara pembersihan manual atau pembersihan dengan ultarsonik. Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan deterjen lebih aman, efisien dan efektif dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang ditutup selama 10 menit. Setelah dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah aliran air dan dikeringkan dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat. b.
Pembungkusan Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur klinik
yang baik. Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan menggunakan nampan terbuka yang ditutup dengan kantung sterilisasi yang tembus pandang, nampan yang berlubang dengan penutup yang dibungkus dengan kertas sterilisasi, atau dibungkus secara individu dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli. c.
Proses Sterilisasi
Sterilisasi dapat dicapai melalui metode berikut:
9
1) Pemanasan basah dengan Tekanan Tinggi (Autoclave) Cara kerja autoclave sama dengan Pressure cooker. Uap jenuh lebih efisien membunuh mikroorganisme dibandingkan dengan maupun pemanasan kering. Instrumen tersebut dapat dibungkus dengan kain muslin, kertas, nilon, aluminium foil, atau plastik yang dapat menyalurkan uap. 2) Pemanasan Kering (Oven) Penetrasi pada pemanasan kering kurang baik dan kurang efektif dibandingkan dengan pemanasan basah dengan tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur 0
0
yang lebih tinggi 160 C atau 170 C dan waktu yang lebih lama (2 atau 1 jam) untuk 0
proses sterilisasi. Menurut Nisengard dan Newman suhu yang dipakai adalah 1700 C, 0
selama 60 menit, untuk alat yang dapat menyalutkan panas adalah 1900 C, sedangkan untuk instrumen yang tidak dibungkus 6 menit. 3) Uap Bahan Kimia (Chemiclave) Kombinasi dari formaldehid, alkohol, aseton, keton, dan uap pada 138 kPa merupakan cara sterilisasi yang efektif. Kerusakan mikroorganisme diperoleh dari bahan yang toksik dan suhu tinggi. Sterilisasi dengan uap bahan kimia bekerja lebih lambat dari autoclave yaitu 138-176 kPa selama 30 menit setelah tercapai suhu yang dikehendaki. Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang dapat dirusak oleh bahan kimia tersebut maupun oleh suhu yang tinggi. Umumnya tidak terjadi karatan apabila instrumen telah benar-benar kering sebelum disterilkan karena kelembaban yang rendah pada proses ini sekitar 7-8%. Keuntungan sterilisasi dengan uap bahan kimia adalah lebih cepat dibandingkan dengan pemanasan kering, tidak menyebabkan karat pada instrumen atau bur dan setelah sterilisasi diperoleh instrumen yang kering. Namun instrumen harus diangin-anginkan untuk mengeluarkan uap sisa bahan kimia.
10
4) Sterilisasi Handpiece Handpiece merupakan alat kedokteran gigi yang cukup rumit dalam sterilisasinya. Proses atau tata cara sterilisasi handpiece perlu untuk memperhatikan merk handpiece yang digunakan, karena setiap produsen memiliki tata cara dan ketentuan yang sedikit berbeda satu sama lain. Namun, pada dasarnya proses sterilisasi handpiece adalah sebagai berikut : a) Bersihkan dengan mengelap debris yang terlihat dari handpiece dan nyalakan selama 20-30 detik untuk membilas atau membersihkan saluran udara dan air. b) Selanjutnya, keluarkan bur dari handpiece dan lepaskan handpiece. Bersihkan handpiece dengan menggunakan sikat dan sabun yang direkomendasikan oleh pabrik atau detergent, kemudian bilas dan keringkan. Jangan merendam handpiece kecuali direkomendasikan oleh pabrik. Selain itu, jangan menggunakan pembersih ultrasonik kecuali diperbolehkan oleh pabrik. c) Selanjutnya, bersihkan dan lakukan lubrikasi bagian dalam handpiece hanya jika handpiece tersebut harus dilakukan lubrikasi sebelum proses sterilisasi (beberapa produsen tidak merekomndasikan). d) Kemudian keluarkan sisa lubrikasi dengan alat yang ada. Jika hal ini tidak dilakukan dengan benar maka dapat menyebabkan menurunnya kecepatan putaran atau bahkan handpiece tidak dapat berputar karena adanya penumpukkan sisa lubrikasi. e) Masukkan handpiece ke dalam kemassan khusus dan lakukan sterilisasi. Sterilisasi yang digunakan sesuai dengan anjuran dari pabrik. Umumnya, sterilisasi yang dianjurkan adalah dengan menggunakan autoclave, namun ada juga yang dapat menggunakan metode dry heat. d.
Penyimpanan yang Aseptik
11
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas tergantung pada tempat dimana instrumen itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan terlindung dengan aliran udara yang minimal seperti lemari atau laci merupakan tempat penyimpanan yang baik. Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu satu bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang. 4.
Disinfeksi Permukaan Disinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman)
dengan cara fisik atau kimia yang di lakukan terhadap benda mati. Desinfeksi dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi. Desinfeksi permukaan dilakukan pada dental unit, kabinet, tuba dan pipa, serta handpiece dan instrumen tangan. Desinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan disenfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung
dari
toksisitasnya.
Sebelum
dilakukan
disinfeksi,
penting
untuk
membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. Macam-macam desinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, antara lain adalah: a.
Alkohol Larutan etil alkohol atau propil alkohol digunakan untuk mendesinfeksi kulit.
Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk
12
mendesinfeksi permukaan, tetapi American Dental Association (ADA) tidak menganjurkan pemakaian alkohol untuk mendisinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa. b.
Aldehid Aldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer dan kuat, baik dalam bentuk
tunggal maupun kombinasi. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alatalat yang tidak dapat disterilkan. Alat yang selesai didisinfeksi, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan aquades karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit atau mukosa. Operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. c.
Biguanid Klorheksidin termasuk biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrol plak. Misalnya, 0,4% larutan pada deterjen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi yaitu 2% digunakan sebagai disinfeksi gigi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-). d.
Senyawa Halogen Hipoklorit dan povidon iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halida seperti
chloros, domestos dan betadine. Walaupun murah dan efektif zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik. e.
Fenol Fenol merupakan larutan jernih, tidak mengiritasi kulit, dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat
13
ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun, karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium. f.
Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik seperti Dettol. Aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan. 5.
Penggunaan Alat Sekali Pakai / Disposible Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan dengan menggunakan alat –alat sekali
pakai/ disposible . Yang paling penting adalah penggunaan jarum suntik yang digunakan untuk anestesi lokal atau bahan lain. Jarum tersebut terbungkus sendirisendiri dan disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya. Selain jarum suntik, benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk sekali pakai. Bilah skalpel dan kombinasi bilah tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali pemakaian. Disamping itu, cara terbaik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit antar pasien adalah menggunakan alat sekali pakai/disposible seperti sarung tangan, masker, kain alas dada, ujung saliva ejektor dan lain-lain. 6.
Penanganan Sampah Medis Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas,
dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda tersebut. Jarum, suntik dan pisau sekali pakai harus di hancurkan dipotong atau dibuat tidak bisa dipakai dan dibuang ke dalam kotak dimana akan
14
menghindari luka selama
dibuang. Bahan-bahan tajam meliputi jarum dan pisau dan jarum suntik harus ditempatkan pada kotak tahan tusukan dimana harus diberi seal. Semua ini bersama-sama dengan sampah medis harus dibuang memakai kantong merah, dan terkunci. Kantong plastik merah harus diambil oleh pelayanan khusus klinik dan rumah sakit. Anestesi local, cairan intra vena obat yang ada dalam suntikan yang tidak terpakai dan beberapa porsi obat yang tidk terpakai harus kita buang untuk mencegah penggunaan yang tidak hati-hati pada pasien lain. Sampah cair harus dituangkan secara hati-hati ke pembuangan dan disiram dengan air, percikan dan cemplungan harus dihindari. 7.
Alasan Kewaspadaan Universal Sering Diabaikan
Ada banyak alasan mengapa kewaspadaan universal tidak diterapkan, termasuk: a.
Petugas layanan kesehatan kurang pengetahuan.
b.
Kurang dana untuk menyediakan pasokan yang dibutuhkan, misalnya sarung tangan dan masker.
c.
Penyediaan pasokan tersebut kurang.
d.
Petugas layanan kesehatan ‘terlalu sibuk’.
e.
Dianggap Odha harus ‘mengaku’ bahwa dirinya HIV-positif agar kewaspadaan dapat dilakukan.
f.
Rumah sakit swasta enggan membebani semua pasien dengan ongkos kewaspadaan yang pasien anggap tidak dibutuhkan. Kewaspadaan universal diciptakan untuk melindungi terhadap kecelakaan yang
dapat terjadi. Kecelakaan yang paling umum adalah tertusuk jarum suntik, yaitu jarum suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit seorang petugas layanan kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa risiko penularan rata-rata dalam kasus pasien yang
15
bersangkutan terinfeksi HIV adalah kurang lebih 0,3%, dibandingkan dengan 3% untuk hepatitis C dan lebih dari 30% untuk hepatitis B. Jika darah dari pasien yang terinfeksi mengenai selaput mukosa (misalnya masuk mata) petugas layanan kesehatan, risiko penularan HIV adalah kurang lebih 0,1%. Walaupun belum ada data tentang kejadian serupa dengan darah yang dicemar hepatitis B, risiko jelas jauh lebih tinggi (Pusat Informasi Penyakit Infeksi Nosocomial, 2009). B. Four Handed dentistry Four handed dalam kedokteran gigi sangat diperlukan, operator membutuhkan asisten untuk membantu dalam pertukaran peralatan, evakuasi cairan pada pasien, dan persiapan peralatan. a.
Prinsip four- handed:
1) peralatan harus bersifat ergonomis dan didesain untuk mengurangi pergerakan 2) tim dan pasien harus duduk secara nyaman 3) pergerakan praktis 4) menggunakan baki alat yang dekat dengan operator dan asisten b.
Klasifikasi pergerakan:
1) klas 1: pergerakan hanya pada jari-jari 2) klas 2: jari dan pergelangan tangan 3) klas 3: jari, pergelangan tangan, dan siku 4) klas 4: seluruh bahu 5) klas 5: seluruh lengen dan putaran badan Dalam praktik kedokteran gigi pergerakan operator hanya pada klas 1, 2, dan 3 bersama dengan asisten operator. sedangkan klas 4 dan 5 adalah posisi yang paling melelahkan dapat menyebapkan kram dan sakit pada leher, pundak, bahkan kepala.
16
c.
Berikut zona aktivitas dari 4 handed dentistry untuk operator tangan kanan
1) jam 7-12 (zona operator) 2) jam 12-2 (zona statis) 3) jam 2-4 (zona asisten) 4) jam 4-7 (zona pertukaran)
Gambar.1 posisi operator dan asisten sesuai arah jarum jam
d.
Desain dental unit bagi tim adalah:
1) tipe transitorak/ transitorax delivery desain yang mempertemukan kebutuhan waktu pengerjaan dan pergerakan dimana dental unit diposisikan dekat dengan bagian toraks pasien atau kursi unit posisikan sejajar dada pasien, memungkinkan perpindahan alat dengan mudah antara ass dengan opt. meja peralatan dekat dengan assiten operator. 2) tipe sisi/ side delivery
17
pasien dibaringkan pada dental unit sama dengan tipe transitorak namun meja peralatan terdapat pada operator dan asisten dengan mobile cabinet yang berdekatan atau memiliki dua meja peralatan yang berada pada sisi sisi pasien. 3) tipe lebar/ rear delivery sesuai namanya tipe lebar tidak memiliki kedekatan meja peralatan pada asisten dan operator, sehingga tipe lebar lebih dapat dikhusus kan pada six handed. meja dan peralatan nya terletak dibelakang dental unit atau berjauhan namun tetap terjangkau oleh asisten. 4) splint unit/ cabinet meja peralatan dekat dengan operator dan asisten namun meja peralatan asisten tidak menyatu dengan dental unit. C. TRASFER ALAT Transfer alat pada four handed mempunyai tujuan dapat mempercepat kerja perawatan (ergonomy). Pada waktu pertukaran alat antara operator dan asisten dilakukan pada ’zone transfer’. Transfer alat dilakukan melewati diatas dada pasien. Seorang asisten harus mempunyai respon yang cepat terhadap suatu kebutuhan alat atau bahan dari operator. Oleh sebab itu seorang asisten harus banyak-banyak berlatih cara transfer alat ini. a.
Metode Tranfer alat
1) Transfer satu tangan ( one handed transfer) Metode ini sering dipakai. Biasanya metode ini dipakai pada perawatan penambalan, misalnya antara sonde dengan excavator, pistol amalgam dengan amalgam stopper.
18
Gambar 2. Transfer satu tangan
2)
Transfer dua tangan (Two Handed Transfer)
Gambar 3. Transfer dua tangan
D. Desain Tata Ruang dan Penempatan (Dental Unit) Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yangdigunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keter batasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsur ergonomis seperti desain warna, pencahayaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan, serta desain peralatan yang digunakan. Ruang periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi dokter gigi, perawat berserta pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal Ruang Perawatan untuk satu dental unit adalah 2,5 x 3,5 meter, dalam ruangan ini dapat
19
dimasukan satu buah dental unit, mobile cabinet, serta dua buah dental stool. Unsur penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang dirawat. Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap dental unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi rebah panjang dental unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di belakakang dental unit diperlukan ruang sebesar 1 meter untuk (operator zone's) dan static zone. Oleh karena itu, jarak ideal antara ujung bawah dental unit atau dental cabinet yang diletakkan di belakang adalah 3 meter; sementara jarak antara ujung bawah dental unit. Sementara jarak ujung bawah dental unit dengan dinding depan minimal 0,5meter. Dental
unit umumnya
memiliki
lebar
0,9
meter,
bila tray dalam
kondisi
terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 cm. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8
meter operator
zone's dan assistent
zone. Mobile
cabinet
sebagai
tempat
menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat perawatan diletakan di (static zone). Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak diantara operator zone's dan assistent zone sehingga baik dokter gigi maupun perawat gigi akan dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan. Bila mobile cabinet lebih dari satu, maka mobile cabinet kedua diletakan di operator zone's. Alat besar terakhir yang berada di ruang perawatan adalah dental cabinet. Sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk bufet setengah badan seperti kitchen cabinet dengan ketebalan 0,6 - 0,8 meter.
Bila
hanya
satu
sisi, lemari
ini
ditempatkan
di static
zone.
sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di static zone. dan assistant zone.
20
Keberadaan dental cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan untuk menempatkannya.
Gambar 4. Tata ruang dental unit
21
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi merupakan rumah sakit yang berada di Jl. Dr. Sutomo no.3 Kota Manado dan letaknya cukup strategis karena berada di pusat Kota Manado. Rumah Sakit ini berdiri secara resmi pada tahun 2010 dengan kondisi fisik bangunan yang terdiri dari empat lantai dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan seperti Sintesa Peninsula Hotel, Griya Sintesa Hotel, Orion Hotel dan Bank BRI. Kedudukan Rumah Sakit Gigi dan Mulut ini berada di bawah naungan Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dan merupakan sebuah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi
22
dan mulut yang digunakan sebagai sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi profesi kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya. Rumah Sakit Gigi dan Mulut ini merupakan tempat bagi mahasiswa pendidikan Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) atau mahasiswa preklinik untuk melanjutkan pendidikan ke tahap profesi atau tahap klinik demi tercapainya gelar Dokter Gigi. Adapun daftar sumber daya manusia di Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG Unsrat dapat dilihat pada Tabel 2. No. 1. Dokter gigi
Jenis tenaga Dokter gigi spesialis
Dokter gigi umum
2. 3. 4.
Keperawatan Keteknisian Non kesehatan
Departemen Ortodonsia Konservasi gigi Pedodonsia Periodonsia Penyakit mulut Konservasi gigi Pedodonsia Ortodonsia Prostodonsia IKGM Bedah mulut
Perawat gigi Teknisi Administrasi Petugas rekam medik Petugas sterilisasi Petugas bahan Akademik Satpam Kebersihan
Jumlah 3 1 1 5 2 5 5 3 5 7 4 5 2 4 1 1 1 1 4 2
B. Penatalaksanaan Praktik Serta Tatalaksana Kerja Praktik Dalam Kedokteran Gigi 1.
Tatalaksana Alur kerja di RSGM PSPDG FK UNSRAT Pelayanan kesehatan di RSGM PSPDG FK UNSRAT dimulai dari pendaftaran
pasien diloket yang dibuka, mulai pukul 08.00 hingga 11.00 WITA. Pasien diberikan nomor antrian dan menunggu untuk dipanggil oleh petugas loket. Loket pendaftaran pasien terbagi 2, yaitu loket A untuk pasien yang belum pernah melakukan perawatan
23
dan loket B untuk pasien yang sudah melakukan perawatan sebelumnya. Pasien yang baru pertama kali melakukan perawatan harus mengisi data berupa nama, usia, jenis kelamin, alamat, nomor telepon dan jenis perawatan yang akan diterima. Petugas loket kemudian memberikan kartu berobat kepada pasien dimana kartu berobat harus dibawa setiap kali pasien ingin melakukan perawatan. Pasien diminta untuk menunggu di ruang tunggu sampai namanya di panggil oleh coass di bagian pengisian rekam medik sebelum dirujuk ke bagian. Pasien yang sudah pernah melakukan perawatan melakukan pendaftaran di loket B dengan menunjukkan tanda pengenal dan kartu berobat. Pasien kemudian diminta petugas untuk menunggu kembali di ruang tunggu sampai di panggil oleh coass yang akan melakukan perawatan untuk kemudian bersama-sama menuju ke bagian dimana pasien akan menerima perawatan. Pada bagian Konservasi Gigi, perawat gigi memberikan nomor dental unit dan rekam medik pasien kepada dokter gigi muda yang bertugas. Kemudian dokter gigi muda mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental unit dan akan dirawat sesuai dengan standar prosedur perawatan. Dokter gigi muda kemudian melapor pada instruktur bagian yang bertugas pada hari tersebut. Setelah instruktur memberi ijin untuk melakukan tindakan coass bagian kemudian kembali ke pasien untuk melakukan anamnesa dan mengisi kartu status bagian. Setelah anamnesa dan rencana perawatan ditentukan olah coass bagian coass tersebut kembali melapor pada instrukur. Instruktur bagian kemudian kembali memeriksa pasien apakah sudah sesuai dengan data yang ditulis oleh coass ataukah belum, jika data yang ada sesuai maka coass dapat melanjutkan ke tahap perawatan sesuai dengan rencana kerja yang ditentukan. Tiap tahap yang dikerjakan coass dilaporkan kepada dokter gigi bagian.
24
Untuk pengambilan bahan dan alat untuk perawatan yang akan digunakan dalam perawatan coass harus mengisi form permintaan alat dan bahan yang kemudian akan di tandatangani oleh instrukstur. Form permintaan alat dan bahan yang telah ditandatangani oleh instruktur kemudian di bawa ke ruang perawat agar perawat bagian dapat menghitung biaya perawatan dan memberikan alat dan bahan yang di perlukan. Setelah perawatan selesai coass kembali melapor pada instruktur bagian. Instruktur kemudian memeriksa pasien dan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh coass. Coass kemudian memberikan DHE sebelum mempersilahkan pasien pulang. Coass membersihkan dental unit dan mencuci alat yang digunakan kemudian mensterilkan alat yang di ruang steril.
Gambar 5. Tempat penyimpanan rekam medik
Gambar 7. Ruang tunggu Pasien
Gambar 6. Ruang tunggu Pasien
Gambar 8. Dokter Gigi muda sedang menangani Pasien
25
Gambar 9. Kegiatan di bagian konservasi
C. Standar Prosedur Perawatan Pasien
JUMLAH RESPONDEN
STANDAR PROSEDUR PERAWATAN PASIEN BAGIAN KONSERVASI GIGI 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Dokter gigi Dokter gigi Dokter gigi Dokter gigi Dokter gigi Dokter gigi muda Dokter gigi muda muda muda muda muda mempersi muda mempersil membuat menentuk menerima melakukan apkan alat menuliska ahkan diagnosa an rencana pasien anamnesa untuk n resep pasien klinis perawatan tindakan pulang
YA
43
40
30
33
43
0
40
TIDAK
0
3
13
10
0
43
3
Diagram 1. Standar Prosedur Perawatan Pasien bagian Konservasi Gigi
Pada diagram standar prosedur perawatan pasien bagian konservasi gigi dari 43 sampel, didapatkan hasil dokter gigi yang menerima pasien sebanyak 43 orang, dokter gigi muda yang melakukan anamnesa sebanyak 40 orang, dokter gigi muda yang membuat diagnosa klinis sebanyak 30 orang, dokter gigi muda yang menentukan
26
rencana perawatan sebanyak 33 orang, dokter gigi muda yang memepersiapkan alat untuk tindakan sebanyak 43 orang, dokter gigi muda yang menuliskan resep tidak ada, dan dokter gigi muda yang mempersilahkan pasien pulang sebanyak 40 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dokter gigi muda sudah memahami standar prosedur perawatan pasien di bagian Konservasi Gigi.
1.
Penggunaan Perlengkapan Perlindungan Diri
PENATAAN PRAKTIK SERTA TATALAKSANA KERJA PRAKTIK KEDOKTERAN GIGI BAGIAN KONSERVASI GIGI JUMLAH RESPONDEN
1. PENGGUNAAN PERLENGKAPAN PERLINDUNGAN DIRI 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 a. Sarung tangan
b. Masker
c. Kaca mata pelindung
d. Isolator karet (rubber dam)
e. Pakaian pelindung
f. Pelindung permukaan
YA
43
43
0
0
43
43
TIDAK
0
0
43
43
0
0
Diagram 2. Penggunaan perlengkapan perlindungan diri
Pada diagram penggunaan perlengkapan perlindungan diri didapatkan hasil sampel yang menggunakan sarung tangan sebanyak 43 orang, masker sebanyak 43 orang, kaca mata pelindung tidak ada yang menggunakan, isolator karet (rubber dam) tidak ada yang menggunakan, pakaian pelindung sebanyak 43 orang, dan yang menggunakan pelindung permukaan sebanyak 43 orang. Hal ini menunjukkan bahwa dokter gigi muda bagian Konservasi Gigi sudah memahami penggunaan perlengkapan diri yang benar
27
namun tidak tersedianya kaca mata pelindung dan isolator karet menyebabkan tindakan proteksi diri tidak maksimal. hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena merupakan bentuk perlindungan bagi pasien maupun dokter itu sendiri.
2.
Melakukan Prosedur Sterilisasi Alat
PENATAAN PRAKTIK SERTA TATALAKSANA KERJA PRAKTIK KEDOKTERAN GIGI BAGIAN KONSERVASI GIGI JUMLAH RESPONDEN
2. MELAKUKAN PROSEDUR STERILISASI ALAT 50 40 30 20 10 0
a. Dekontaminasi alat menggunakan larutan klorin 0,5%
b. Pembersihan alat menggunakan sabun cair dan air mengalir
c. Pengeringan alat menggunakan kain bersih (steril)
d. Mensterilkan alat pada alat sterilisator yang tersedia
YA
9
43
32
43
TIDAK
43
0
11
0
Diagram 3. Melakukan prosedur sterilisasi alat
Pada diagram yang melakukan prosedur sterilisasi alat didapatkan hasil dekontaminasi alat menggunakan larutan klorin 0,5% sebanyak 9 orang, sampel yang melakukan pembersihan alat menggunakan sabun cair dan air mengalir sebanyak 43 orang, yang melakukan pengeringan alat menggunakan kain bersih (steril) sebanyak 32 orang dan yang mensterilkan alat pada alat sterilisator sebanyak 43 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua dokter gigi muda melakukan prosedur sterilisasi alat sesuai SOP.
28
Gambar 10. Sterilisator
Gambar 11. Tempat mencuci alat
3. Melakukan Desinfeksi Permukaan Kerja
PENATAAN PRAKTIK SERTA TATALAKSANA KERJA PRAKTIK KEDOKTERAN GIGI BAGIAN KONSERVASI GIGI JUMLAH RESPONDEN
3. MELAKUKAN DESINFEKSI PERMUKAAN KERJA 50 40 30 20 10 0
a. Desinfeksi sebelum menangani pasien pertama
b. Desinfeksi setiap pergantian pasien
c. Desinfeksi setelah selesai praktik
d. Desinfeksi mingguan
YA
20
21
18
0
TIDAK
23
22
25
43
Diagram 4. Desinfeksi permukaan kerja
Pada diagram sampel yang melakukan desinfeksi permukaan kerja didapatkan hasil sebagai berikut, desinfeksi sebelum menangani pasien pertama sebanyak 20 orang, desinfeksi setiap pergantian pasien sebanyak 21 orang, desinfeksi setelah selesai praktik sebanyak 18 orang, dan yang melakukan desinfeksi mingguan tidak ada.
29
4.
Melakukan Desinfeksi Permukaan Kerja pada Bagian yang Sering Tersentuh
PENATAAN PRAKTIK SERTA TATALAKSANA KERJA PRAKTIK KEDOKTERAN GIGI BAGIAN KONSERVASI GIGI
JUMLAG RESPONDEN
3.e MELAKUKAN DESINFEKSI PERMUKAAN KERJA PADA BAGIAN YANG SERING TERSENTUH 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Meja Sandaran bracket/in kepala strumen
Pegangan lampu
Unit control
Tombol kursi
YA
22
23
16
19
TIDAK
21
20
27
24
Tangkai henpis
Selang henpis
Kontrol semprit udara
16
3
0
7
27
38
43
36
Diagram 5. Desinfeksi permukaan kerja pada bagian yang sering tersentuh
Pada diagram melakukan desinfeksi permukaan kerja pada bagian yang sering tersentuh, didapatkan hasil yang melakukan desinfeksi pada pegangan lampu sebanyak 22 orang, unit control sebanyak 23 orang, tombol kursi sebanyak 16 orang, meja bracket/instrumen sebanyak 19 orang, sandaran kepala sebanyak 16 orang, tangkai henpis sebanyak 3 orang, selang henpis tidak ada yang melakukan desinfeksi dan yang melakukan desinfeksi pada kontrol semprit udara hanya 1 orang.
30
5. Melakukan Desinfeksi Permukaan Kerja pada Bagian yang Jarang Tersentuh
PENATAAN PRAKTIK SERTA TATALAKSANA KERJA PRAKTIK KEDOKTERAN GIGI BAGIAN KONSERVASI GIGI
JUMLAH RESPONDEN
3.F MELAKUKAN DESINFEKSI PERMUKAAN KERJA PADA BAGIAN YANG JARANG TERSENTUH 35 30 25 20 15 10 5 0
Kabinet penyimpanan alat
Meja kerja
Wastafel
Kursi kerja
Permukaan lantai
YA
26
26
31
29
31
TIDAK
17
17
12
14
12
Diagram 6. Desinfeksi permukaan kerja pada bagian yang jarang tersentuh
Pada diagram melakukan desinfeksi permukaan kerja pada bagian yang jarang tersentuh didapatkan hasil 26 orang melakukan desinfeksi pada kabinet penyimpanan alat, sebanyak 26 orang melakukan desinfeksi pada meja kerja, sebanyak 31 orang melakukan deinfensi pada wastafel, sebanyak 29 orang melakukan desinfeksi pada kursi kerja dan sebanyak 31 orang melakukan desinfeksi pada permukaan lantai. Diagram 4, 5 dan 6, membahas tentang prosedur desinfeksi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dokter gigi muda tidak melakukan desinfeksi sesuai SOP.
6.
Penanganan Limbah Sampah Praktik
No. a.
PENANGANAN LIMBAH SAMPAH PRAKTIK Tersedianya tempat pembuangan sampah tidak terkontaminasi (non-medis) di ruang praktik
b.
Tersedianya tempat pembuangan akhir sampah tidak
31
Keterangan ADA TIDAK
TIDAK ADA ADA
terkontaminasi (non-medis) c.
ADA
Tersedianya tempat pembuangan sampah medis padat terkontaminasi di ruang praktik
d.
Tersedianya tempat pembuangan akhir limbah sampah padat terkontaminasi
e.
Tersedianya tempat pembuangan akhir limbah sampah
TIDAK ADA
Tersedianya tempat pembuangan benda-benda tajam di ruang praktik
g.
TIDAK ADA
cair terkontaminasi
f.
ADA
Tersedianya tempat pembuangan akhir benda-benda tajam
ADA TIDAK ADA
TIDAK ADA ADA
ADA TIDAK ADA ADA
Tabel 2. Penanganan Limbah Sampah Praktik
Pada tabel ketersediaan tempat pembuangan limbah sampah praktik didapatkan hasil bahwa tersedia tempat pembuangan sampah tidak terkontaminasi (non-medis), tidak tersedia tempat pembuangan akhir sampah tidak terkontaminasi (non-medis), tersedianya tempat pembuangan sampah medis padat terkontaminasi, tidak tersedianya tempat pembuangan akhir limbah sampah padat terkontaminasi, tidak tersedianya tempat pembuangan akhir limbah sampah cair terkontaminasi, tersedianya tempat pembuangan benda-benda tajam, tidak tersedianya tempat pembuangan akhir benda-benda tajam. Tempat pembuangan akhir limbah padat belum tersedia di RSGM PSPDG FK UNSRAT namun pihak rumah sakit telah melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Manado untuk pengelolaan limbah. Tapi untuk pembuangan akhir limbah cair masih dalam proses pembuatan.
32
7.
Prosedur Kontrol Pencegahan Infeksi Bagian Konservasi Gigi
JUMLAH RESPONDEN
PROSEDUR KONTROL PENCEGAHAN INFEKSI BAGIAN KONSERVASI GIGI 50 40 30 20 10 0 Dokter gigi muda melakukan vaksinasi sebelum melakukan praktik
Dokter gigi muda mengetahui penanganan yang harus dilakukan apabila secara tidak sengaja terpajan benda tajam
Dokter gigi muda mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan perawatan
Dokter gigi muda dan perawat gigi mempersiapkan alat sebelum melakukan tindakan
Dokter gigi muda menggunakan alat yang steril
YA
19
21
22
43
43
TIDAK
24
22
14
0
0
Diagram 7. Prosedur kontrol pencegahan infeksi
Pada diagram prosedur kontrol pencegahan infeksi bagian konservasi gigi didapatkan hasil 19 orang dokter gigi muda sudah melakukan vaksinasi sebelum melakukan perawatan, kemudian sebanyak 21 orang dokter gigi muda sudah mengetahui penanganan yang harus dilakukan apabila secara tidak sengaja terpajan benda tajam, sebanyak 22 orang dokter gigi muda mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan perawatan, sebanyak 43 orang dokter gigi muda dan asisten mempersiapkan alat sebelum melakukan tindakan, dan sebanyak 43 orang yang menggunakan alat yang steril. Vaksinasi merupakan cara melindungi diri yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan dokter gigi muda. CDC sangat menganjurkan agar personil gigi divaksinasi hepatitis B. Vaksinasi lain yang juga dianjurkan antara lain adalah vaksinasi terhadap penyakit mumps, measles dan rubella (MMR), difteri, pertusis, dan tetanus (DPT), infuenza, poliomyelitis dan TBC (BCG).
33
8.
Four Handed Dentistry
PENATAAN LINGKUNGAN KERJA KEDOKTERAN GIGI SECARA ERGONOMIC DAN PRINSIP KESELAMATAN KERJA BAGIAN KONSERVASI GIGI JUMLAH RESPONDEN
A. FOUR HANDED 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Dokter gigi Melakukan Pengorganis Semua muda pengerjaan asian yang Menyederha peralatan bekerjasama dalam posisi tepat dari nakan didesain dengan duduk yang bagianperawatan secara asisten nyaman baik bagian yang yang ergonomic operator dokter gigi berbeda direncanaka untuk selama muda dan dalam n meminimalis perawatan asisten… praktik asi…
Melakukan motion economy
Melakukan penataan yang rapi pada tray
Perawatan pasien direncanaka n dengan perawatan yang logis
YA
22
25
25
20
24
19
22
43
TIDAK
21
18
18
23
19
24
21
0
Diagram 8. Four Handed Dentistry
Pada diagram four handed dentistry didapatkan hasil sebanyak 22 orang dokter gigi muda bekerjasama dengan asisten operator selama perawatan, sebanyak 25 orang melakukan pengerjaan dalam posisi duduk yang nyaman baik dokter gigi muda dan asisten, sebanyak 25 orang yang melakukan pengorganisasian yang tepat dari bagianbagian yang berbeda dalam perawatan, sebanyak 20 orang menyederhanakan perawatan yang direncanakan, sebanyak 24 orang melakukan desain peralatan secara ergonomis untuk meminimalisasi pergerakan yang tidak perlu, sebanyak 19 orang melakukan motion economy, sebanyak 22 orang melakukan penataan yang rapi pada tray, dan sebanyak 43 orang perawatan pasien direncanakan dengan perawatan yang logis. Four handed dalam kedokteran gigi sangat diperlukan, operator membutuhkan asisten untuk membantu dalam pertukaran peralatan, evakuasi cairan pada pasien, dan persiapan 34
peralatan. Motion economy mengacu pada sikap dimana energi manusia dapat dibatasi/dipelihara ketika melakukan suatu aktivitas. Tujuannya ialah menghemat pergerakan terutama pergerakan yang membutuhkan banyak waktu dan melelahkan serta mengurangi jumlah gerakan berlebih yang berbahaya.
9. Zona Aktivitas
PENATAAN LINGKUNGAN KERJA KEDOKTERAN GIGI SECARA ERGONOMIC DAN PRINSIP KESELAMATAN KERJA BAGIAN KONSERVASI GIGI Axis Title
B. ZONA AKTIVI 30 25 20 15 10 5 0
Dokter gigi muda dan asisten operator berada pada zona aktivitas yang benar…
Asisten operator mengetahui prosedur yang akan dilakukan untuk…
Dokter gigi Asisten Dokter gigi muda menyusun muda dan membuat instrumen asisten finger rest dalam tray operator pada tangan sesuai dengan mengobserva yang sedang urutan si pergerakan bekerja di… pengerjaan pasien
Asisten operator melakukan transfer instrumen dengan urutan yang…
YA
23
21
21
18
25
22
TIDAK
20
22
22
25
18
21
Diagram 9. Zona aktivitas
Pada diagram zona aktivitas didapatkan hasil sebanyak 23 orang dokter gigi muda dan asisten operator berada pada zona aktivitas yang benar sesuai perawatan, sebanyak 21 orang asisten operator mengetahui prosedur yang akan dilakukan untuk mengantisipasi urutan instrumen dan material apa yang akan digunakan, sebanyak 21 orang dokter gigi muda membuat finger rest pada tangan yang sedang bekerja di kavitas
35
oral dalam pergantian untuk membantu anggota tim melokasikan titik dari transfer instrumen, sebanyak 18 orang asisten menyususn instrumen dalam tray sesuai dengan urutan pengerjaan, sebanyak 25 orang dokter gigi muda dan asisten operator mengobservasi pergerakan pasien, dan sebanyak 22 orang asisten operator melakukan transfer instrumen dengan urutan yang benar. Zona aktivitas (Zones of Activity) adalah area kerja dokter gigi dan asisten di sekitar pasien. Area kerja sekitar pasien dibagi menjadi 4 zona aktivitas. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, dokter gigi muda sudah memahami tentang zona aktivitas yang benar saat perawatan dilakukan.
10. Prinsip Ergonomis Dalam Praktik
PENATAAN LINGKUNGAN KERJA KEDOKTERAN GIGI SECARA ERGONOMIC DAN PRINSIP KESELAMATAN KERJA BAGIAN KONSERVASI GIGI JUMLAH RESPONDED
C. PRINSIP ERGO 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Kursi dokter gigi muda sesuai standar operasional
Jarak posisi operator dan jarak instrumen 22-26 inci, tidak setinggi bahu atau di bawah tinggi pinggang
Sumber berada pada midsagital plane dari posisi pasien (sedikit membelakangi kavitas rongga mulut, 5º di depan kepala operator dengan posisi arah jam 12)
YA
43
28
32
TIDAK
0
15
11
Diagram 10.Prinsip Ergonomis
36
Pada diagram prinsip ergonomis dalamperawatan didaparkan hasil sebanyak 43 orang dokter gigi muda menyatakan bahwa dental unit yang digunakan sudah sesuai standar operasional, kemudian 28 orang memiliki jarak posisi operator dan jarak instrumen 22-26 inci, tidak setinggi bahu atau dibawah tinggi pinggang, dan sebanyak 32 orang sumber berada pada mid-sagital plane dari posisi pasien (sedikit membelakangi kabitas rongga mulut, 50 di depan kepala operator dengan posisi arah jam 12). Ergonomik dalam praktik kedokteran gigi meliputi bagaimana posisi tempat duduk dokter gigi dan pasien, bagaimana dokter gigi menggunakan instrumentasi, bagaimana desain area kerja, pencahayaan, penggunaan sarung tangan (gloves) dan bagaimana semua ini berdampak pada kesehatan dokter gigi untuk memastikan keseimbangan yang tepat antara persyaratan kerja dan kemampuan dokter gigi. Dari hasil observasi ini dapat disimpulkan bahwa dokter gigi muda sudah menggunakan prinsip ergonomis sesuai standar.
37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Bagian Konservasi Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado sudah menerapkan manajemen praktik yang benar, namun masih banyak hal yang perlu dibenahi, seperti pengadaan alat perlindungan diri berupa kacamata pelindung. Dokter gigi muda yang bertugas di bagian konservasi gigi sebagian besar sudah memahami standar operasional prosedur yang benar, namun pelaksanaannya belum maksimal.
B. SARAN 1.
Bagi institusi pendidikan Sebagai masukan untuk pengadaan sarana dan prasarana yang masih kurang berupa, pengadaan pembuangan akhir limbah medis dan non medis.
2.
Bagi dokter gigi muda Dokter
gigi
muda diharapkan dapat
meningkatkan kepedulian
terhadap
perlindungan diri dalam perawatan. Dokter gigi muda diwajibkan untuk melakukan vaksinasi sebelum memulai masa pendidikan profesi. Kepedulian tentang desinfeksi area kerja dan lingkungan sekitar juga penting sehingga terhindar dari resiko infeksi silang.
38
DAFTAR PUSTAKA
1.
PerMenKes Nomor 159b/MEN.KES/PER/II/1988,
2.
Center for Disease Control and Prevention. 2003. Guideline for Infection Control in Dental Health-Care Settings MMWR. P. 168. 23-69.
3.
Dari http://manajemenrumahsakit.net/wp-content/uploads/2012/08/PMK-No.1173-ttg-Rumah-Sakit-Gigi-Dan-Mulut.pdf diakses pada Agustus 2017. Menurut PerMenKes Nomor 1173/MENKES/PER/2004 pada pasal 1
4.
Dari Dame Manajemen kesehatan
5.
Portal PSKG Visi Misi
6.
https://fendyalice.files.wordpress.com/2012/08/microsoft-word-bab-iv-v-vifhd.pdf
7.
http://e-journal.uajy.ac.id/3344/3/2TA12638.pdf (rsgm)
8.
dinus.ac.id/repository/docs/ajar/MANAJEMEN_RUMAH_SAKIT.ppt
9.
https://www.poltekkeskupang.ac.id/informasi/download/category/11-mkjkg.html manajemen
10.
http://www.kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/4b-MANAJEMEN%20YANKES%20na2.html
manajemen hal 3 11.
https://www.academia.edu/29340098/Pelayanan_Kesehatan_Four_Six_Handed_Dentist ry_dan_Prinsip_Ergonomis_dalam_Pelayanan_Kedokteran_Gigi four handed
12.
Azrul A. Pengantar Administrasi Kesehatan. 3rd ed. Jakarta: Binarupa Aksara; 1996. 1346 p.
13.
Masters P. Types of Medical Practices [Internet]. American College of Physicians. 2016 [cited 2016 Oct 11]. Available from: https://www.acponline.org/about-acp/aboutinternal-medicine/career-paths/residency-career-counseling/types-of-medical-practices
14.
The New England Journal of Medicine. Differentiating Among Medical Practice 39
[Internet]. NEJM Career Center. 2000 [cited 2016 Oct 11]. Available from: http://www.nejmcareercenter.org/article/differentiating-among-medical-practicesettings/ 15.
Singh N, Jain A, Sinha N, Chauhan A, Rehman R. Application of four-handed dentistry in clinical practice: a review. Int J Dent Med Res. 2014;1(1):8–13.
16.
Finkbeiner BL. Continuing Education Four-Handed Dentistry, Part 1 : An Overview Concept. United States: American Dental Association; 2010. p. 1–13.
17.
Chitre A. Manual of Local Anesthesia in Dentistry. 3rd ed. Nepal: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2016. 116-127 p.
18.
Gupta A, Bhat M, Mohammed T, Bansal N, Gupta G. Ergonomics in dentistry. Int J Clin Pediatr Dent [Internet]. 2014;7(1):30–4. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=4144062&tool=pmcentrez& rendertype=
19.
Finkbeiner BL. Increasing Productivity by Effective Utilization of Four‑Handed Dentistry – Part 2: Equipment Selection [Internet]. Dental Care. 2016 [cited 2016 Oct 13]. Available from: http://www.dentalcare.com/en-US/dental-education/continuingeducation/ce429/ce429.aspx?ModuleName=coursecontent&PartID=3&SectionID=-1
20.
Wolfson E. Four-Handed Dentistry For Dentist and Assistants. United States: Mosby Company; 1974. 27-45 p.
40