Obat PPOK pada lansia A. Terapi Farmakologis a. Bronkodilator 1. Secara inhalasi (MDI), kecuali preparat tak tersedia / tak terjangkau 2. Rutin (bila gejala menetap) atau hanya bila diperlukan (gejala intermitten) 3. Dibagi menjadi3 golongan : -
Agonis b-2:
fenopterol,
salbutamol,
albuterol,
terbutalin,
formoterol,
salmeterol - Antikolinergik: ipratropium bromid, oksitroprium bromid - Metilxantin: teofilin lepas lambat, bila kombinasi b-2 dan steroid belum memuaskan 4. Dianjurkan
bronkodilator
kombinasi
daripada
meningkatkan
dosis
bronkodilator monoterapi
b. Steroid 1. PPOK yang menunjukkan respon pada uji steroid 2. PPOK dengan VEP1 < 50% prediksi (derajat III dan IV) 3. Eksaserbasi akut
c. Obat-obat tambahan lain 1. Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator) : ambroksol, karbosistein, gliserol iodida 2. Antioksidan : N-Asetil-sistein 3. Imunoregulator (imunostimulator, imunomodulator): tidak rutin 4. Antitusif : tidak rutin
5. Vaksinasi : influenza, pneumokokus
B. Terapi Non-Farmakologis a. Rehabilitasi : latihan fisik, latihan endurance, latihan pernapasan, rehabilitasi psikososial b. Terapi oksigen jangka panjang (>15 jam sehari): pada PPOK derajat IV, AGD= 1. PaO2 < 55 mmHg, atau SO2 < 88% dengan atau tanpa hiperkapnia 2. PaO2 55-60 mmHg, atau SaO2 < 88% disertai hipertensi pulmonal, edema perifer karena gagal jantung, polisitemia
Pada pasien PPOK, harus di ingat, bahwa pemberian oksigen harus dipantau secara ketat. Oleh karena, pada pasien PPOK terjadi hiperkapnia kronik yang menyebabkan adaptasi kemoreseptor-kemoreseptor central yang dalam keadaan normal berespons terhadap karbon dioksida. Maka yang menyebabkan pasien terus bernapas adalah rendahnya konsentrasi oksigen di dalam darah arteri yang terus merangsang kemoreseptor-kemoreseptor perifer yang relatif kurang peka. Kemoreseptor perifer ini hanya aktif melepaskan muatan apabila PO2 lebih dari 50 mmHg, maka dorongan untuk bernapas yang tersisa ini akan hilang. Pengidap PPOK biasanya memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dan tidak dapat diberi terapi dengan oksigen tinggi. Hal ini sangat mempengaruhi koalitas hidup. Ventimask adalah cara paling efektif untuk memberikan oksigen pada pasien PPOK.
c. Nutrisi d. Pembedahan: pada PPOK berat, (bila dapat memperbaiki fungís paru atau gerakan mekanik paru)
·
Penatalaksanaan menurut derajat PPOK1
DERAJAT
KARAKTERISTIK
REKOMENDASI PENGOBATAN
Semua derajat Derajat
I VEP1 / KVP < 70 %
(PPOK
VEP1 ³ 80% Prediksi
·
Hindari faktor pencetus
·
Vaksinasi influenza
a.
Bronkodilator
kerja
singkat
(SABA,
antikolinergik kerja pendek) bila perlu
Ringan)
b.
Pemberian antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
Derajat II
VEP1 / KVP < 70 %
1.
(PPOK
50% £ VEP1 £ 80%
sedang)
Prediksi dengan atau tanpa a.
bronkodilator:
gejala
VEP1 /
(PPOK Berat)
30% £VEP1 £ 50%
KVP
<
Antikolinergik kerja lama steroid positif
b.
LABA
c.
Simptomatik
2.
Rehabilitasi
70%; 1. a.
Dengan atau tanpa gejala
KVP
<
Pengobatan reguler dengan Kortikosteroid 1 atau lebih bronkodilator:
prediksi
VEP1 /
inhalasi bila uji
sebagai terapi pemeliharaan
Derajat III
Derajat IV
Pengobatan reguler dengan Kortikosteroid
inhalasi bila uji
Antikolinergik kerja lama steroid sebagai terapi pemeliharaan
b.
LABA
c.
Simptomatik
2.
Rehabilitasi
70%; 1.
Pengobatan
positif
atau eksaserbasi berulang
reguler
dengan
1
atau
lebih
(PPOK sangat VEP1 < 30% prediksi atau bronkodilator: berat)
gagal nafas atau gagal a. jantung kanan
Antikolinergik
kerja
lama
sebagai
terapi
pemeliharaan b.
LABA
c.
Pengobatan komplikasi
d.
Kortikosteroid inhalasi bila memberikan respons klinis atau eksaserbasi berulang
2.
Rehabilitasi
3.
Terapi oksigen jangka panjang bila gagal nafas pertimbangkan terapi bedah
Klinik, H. F. (2015, April 26). Belajar Farmakoterapi dan Farmakologi. Retrieved from BELAJAR BERSAMA ILMU FARMASI KLINIS: http://coretanhendera.blogspot.co.id/2015/04/copd.html