KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokaatuh Pertama-tama, marilah senantiasa kita memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt, karena atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita masih diberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk masih dapat bekerja demi dunia dan akhirat kita. Tak lupa pula kita menyampaikan sholawat dan salam kepada Rosulullah Saw, beserta sahabat dan keluarganya sekalian, yang sang Murobbi tebaik kita di dunia dan akhirat. Pembahasan makalah ini mengenai hal-hal seputar Ilmu Sosial Budaya Dasar, yang membahas tentang Makalah ini bersumber dari berbagai referensi berupa buku. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca.Terima kasih. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.
Penulis
DAFTAR ISI Halaman Sampul....................................................................................................................... Kata Pengantar........................................................................................................... Daftar Isi.................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang................................................................................................ B. Rusan masalah.......................................................................................... C. Tujuan penulisan............................................................................................ D. Manfaat penulisan.......................................................................................... BAB II PEMBAHASAN A. Konsep dasar proses keperawatan jiwa........................................................ B. Tahapan proses keperawatan pada gangguan jiwa……………………........ C. Proses asuhan keperawatan jiwa pada gangguan dengan diagnose: 1.
Halusinasi………………………………………………………………
2.
Waham…………………………………………………………………
3.
HDR……………………………………………………………………
4.
Isolasi social……………………………………………………………
5.
Deficit perawatan diri………………………………………………….
6.
Perilaku kekerasan……………………………………………………..
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................................... B. Saran............................................................................................................... Daftar Pustaka
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan pada pasien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis, dan teratur (Depkes, 1998; Keliat, 1999). Proses ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.(Yusuf, Ah : 2015) Pelaksanaan proses keperawatan jiwa bersifat unik, karena sering kali pasien memperlihatkan gejala yang berbeda untuk kejadian yang sama, masalah pasien tidak dapat dilihat secara langsung, dan penyebabnya bervariasi.
Pasien
banyak
yang
mengalami
kesulitan
menceritakan
permasalah yang dihadapi, sehingga tidak jarang pasien menceritakan hal yang sama sekali berbeda dengan yang dialaminya. Perawat jiwa dituntut memiliki kejelian yang dalam saat melakukan asuhan keperawatan.Proses keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian (termasuk analisis data dan pembuatan pohon masalah), perumusan diagnosis, pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.(Yusuf, Ah : 2015) B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana konsep dasar proses keperawatan jiwa ?
2.
Bagaimana tahapan proses keperawatan pada gangguan jiwa?
3.
Bagaimana proses asuhan keperawatan jiwa pada gangguan dengan diagnose :
x
a.
Halusinasi
b.
Waham
c.
HDR
d.
Isolasi social
e.
Deficit perawatan diri
f.
Perilaku kekerasan
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut. 1.
Untuk menjelaskan konsep dasar proseskeperawatan jiwa.
2.
Untuk menjelaskan tahapan dari proses keperawatan jiwa.
3.
Untuk memberikan gambaran tentang proses keperawatan jiwa pada gangguan dengan diagnose : Halusinasi, waham, HDR, isolasi social, deficit perawatan diri, perlaku kekerasan.
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.
Untuk menambah konsep pengetahuan mengenai proses keperawatan jiwa.
2.
Sebagai bahan referensi dalam proses pembelajaran.
3.
Sebagai penilaian dosen mata kuliah.
x
BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Proses Keperawatan Jiwa Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam peraktik keperawatan. Standar praktik professional proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Muhith, Abdul : 2015) Asuhan keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional atau ners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif, baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lain, dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan,
termasuk
praktik
keperawatan
individu
dan
berkelompok.(Muhith, Abdul : 2015) Praktik keperawatan professional dengan ciri praktik yang didasari dengan keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dapat dilaksanakan dengan menerapkan suatu metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan untuk praktik professional tersebut adalah proses keperawatan, suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi. (Muhith, Abdul : 2015) Metode pemberian asuhan keperawatan yang terorganisasi dan sistematik berfokus pada respon yang unik dari individu atau kelompok individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan berpotensi. Suatu aktivitas yang dinamik dan berkelanjutan yang meliputi interaksi perawat klien dan proses pemecahan masalah. Salah satu pilar praktik professional keperawatan adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan patient care delivery system di MPKP tertentu.patient care delivery system yang diterapkan di MPKP adalah
x
asuhan keperawatan dengan menerapaknproses keperawatan. Berdasarkan survey masalah yang dilakukan dibeberapa rumah sakit jiwa , ditemukan ada 7 masalah keperawatan utama pasien yang dirawat meliputi : 1) Resiko perilaku kekerasan, 2) gangguan respon persepsi : halusinasi, 3) isolasi social, 4) gangguan proses fikir : Waham, 5)resiko bunuh diri, 6) deficit perawatan diri, 7) Gangguan konsep diri : HDR.(Muhith, Abdul : 2015) B. Tahapan Proses Keperawatan Pada Gangguan Jiwa Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yang dilakukan secara sistematis untuk memecahkan masalah keperawatan. Manfaat penggunaan proses keperawatan bagi perawat yaitu meningkatkan otonomi, peningkatan percaya diri dalam pemberian asuhan keperawatan, sebagai sarana diseminasi ilmu pengetahuan keperawatan, dan dan pengembangan karier melalui pola pikir penelitian. Sedangkan bagi klien, penggunaaan
proses
keperawatan
yaitu
asuhan
keperawatan
dapat
dipertanggungjawabkan sehingga terhindar dari malpraktik dan partisipasi klien meningkat dalam keperawatan mandiri (Sysnah).
Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan pada pasien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis, dan teratur.Proses ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.Pelaksanaan proses keperawatan jiwa bersifat unik, karena sering kali pasien memperlihatkan gejala yang berbeda untuk kejadian yang sama, masalah pasien tidak dapat dilihat secara langsung, dan penyebabnya bervariasi. Pasien banyak yang mengalami kesulitan menceritakan permasalah yang dihadapi, sehingga tidak jarang pasien menceritakan hal yang sama sekali berbeda dengan yang dialaminya. Perawat jiwa dituntut memiliki kejelian yang dalam saat melakukan asuhan keperawatan. Proses keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian (termasuk analisis data dan
x
pembuatan pohon masalah), perumusan diagnosis, pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi, dan evaluasi . Beberapa 5 dalam proses keperawatan jiwa sebagai berikut : 1.
Pengkajian Pengkajian
sebagai
tahap
awal
proses
keperawatan
meliputi
pengumpulan data, analisis data, dan perumusan masalah pasien. Data yang dikumpulkan adalah data pasien secara holistik, meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.Seorang perawat jiwa diharapkan memiliki kesadaran atau kemampuan tilik diri (self awareness), kemampuan mengobservasi dengan akurat, berkomunikasi secara terapeutik, dan kemampuan berespons secara efektif (Stuart dan Sundeen, 2002) karena hal tersebut menjadi kunci utama dalam menumbuhkan hubungan saling percaya dengan pasien. Hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien akan memudahkan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Oleh karenanya,
dapat
membantu
pasien
menyelesaikan
masalah
sesuai
kemampuan yang dimilikinya. (Yusuf, Ah: 2015) Stuart dan Sundeen (2002) menyebutkan bahwa faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki pasien adalah aspek yang harus digali selama proses pengkajian.(Yusuf, Ah : 2015) Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal berikut : Identitas pasien a.
Keluhan utama/alasan masuk
b.
Faktor predisposisi
c.
Aspek fisik/biologis
d.
Aspek psikososial
e.
Status mental
x
f.
Kebutuhan persiapan pulang
g.
Mekanisme koping
h.
Masalah psikososial dan lingkungan
i.
Pengetahuan
j.
Aspek medis Format pengkajian dan petunjuk teknis pengisian format pengkajian
terlampir pada bagian akhir pokok bahasan ini. Data tersebut dapat dikelompokkan menjadi data objektif dan data subjektif.Data objektif adalah data yang didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan secara langsung oleh perawat.Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh pasien dan/atau keluarga sebagai hasil wawancara perawat. Jenis data yang diperoleh dapat sebagai data primer bila didapat langsung oleh perawat, sedangkan data sekunder bila data didapat dari hasil pengkajian perawat yang lain atau catatan tim kesehatan lain. Setelah data terkumpul dan didokumentasikan dalam format pengkajian kesehatan jiwa, maka seorang perawat harus mampu melakukan analisis data dan menetapkan suatu kesimpulan terhadap masalah yang dialami pasien.Kesimpulan itu mungkin adalah sebagai berikut.(Yusuf, Ah : 2015) 1) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan. a) Pasien memerlukan pemeliharaan kesehatan dengan follow up secara periodik, karena tidak ada masalah serta pasien telah memiliki pengetahuan untuk antisipasi masalah. b) Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah. 2) Ada masalah dengan kemungkinan.
x
a) Risiko terjadinya masalah, karena sudah ada faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah. b) Aktual terjadi masalah dengan disertai data pendukung. Hasil kesimpulan tersebut kemudian dirumuskan menjadi masalah keperawatan.Dalam merumuskan masalah sebaiknya mengacu pada rumusan pada tabel di bawah ini.
Pernyataan
Tujuan
Diagnostik
Keperawatan
Aktual
Perubahan
dalam Mengurangi
perilaku
pasien menghilangkan masalah.
(beralih
Fokus Intervensi
ke
atau
arah
resolusi diagnosis atau perbaikan status). Risiko tinggi
Pemeliharaan kondisi Mengurangi yang ada.
faktor
faktor-
risiko
mencegah
untuk
terjadinya
masalah aktual. Mungkin
Tidak kecuali
ditentukan Mengumpulkan
data
masalah tambahan
divalidasi.
untuk
menguatkan menetapkan
atau tan
dan
gejala atau faktor risiko. Masalah kolaboratif
Tujuan keperawatan.
Menentukan awitan atau status
masalah
penatalaksanaan perubahan status.
x
Pasien biasanya memiliki lebih dari satu masalah keperawatan. Sejumlah masalah pasien akan saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah (FASID, 1983; INJF, 1996). Untuk membuat pohon masalah, minimal harus ada tiga masalah yang berkedudukan sebagai penyebab (causa), masalah utama (core problem), dan akibat (effect).Meskipun demikian, sebaiknya pohon masalah merupakan sintesis dari semua masalah keperawatan yang ditemukan dari pasien.Dengan demikian, pohon masalah merupakan rangkat urutan peristiwa yang menggambarkan urutan kejadian masalah pada pasien sehingga dapat mencerminkan psikodimika terjadinya gangguan jiwa.(Yusuf, Ah : 2015) 1.
Masalah utama adalah prioritas masalah dari beberapa masalah yang ada pada pasien. Masalah utama bisa didapatkan dari alasan masuk atau keluhan utama saat itu (saat pengkajian).
2.
Penyebab adalah sal satu dari beberapa masalah yang merupakan penyebab masalah utama, masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya.
3.
Akibat adalah salah satu dari beberapa akibat dari masalah utama. Efek ini dapat menyebabkan efek yang lain dan demikian selanjutnya.
Contoh pohon masalah ini menggambarkan proses terjadinya masalah risiko mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Pada penerapan di kasus nyata, semua daftar masalah yang ditemukan saat pengkajian keperawatan harus diidentifikasi dan disusun berdasar urutan peristiwa sehingga menggambarkan psikodinamika yang komprehensif.(Yusuf, Ah : 2015)
x
2.
Diagnosa Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu Permasalahan (P) berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah.Perumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon masalah yang sudah dibuat.Misalnya pada pohon masalah di atas, maka dapat dirumuskan diagnosis sebagai berikut.(Yusuf, Ah : 2015) a.
Sebagai diagnosis utama, yakni masalah utama menjadi etiologi, yaitu risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
b.
Perubahan
sensori
persepsi:
halusinasi
pendengaran
berhubungan dengan menarik diri. c.
Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
Pada rumusan diagnosis keperawatan yang menggunakan typology single diagnosis, maka rumusan diagnosis adalah menggunakan etiologi saja.Berdasarkan pohon masalah di atas maka rumusan diagnosis sebagai berikut.
3.
a.
Perubahan sensori persepsi: halusinasi.
b.
Isolasi sosial: menarik diri.
c.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.
Intervensi Rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat komponen, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan rasional.Tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah (P).Tujuan
x
ini dapat dicapai jika tujuan khusus yang ditetapkan telah tercapai.Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E).Tujuan ini merupakan rumusan kemampuan pasien yang harus dicapai.Pada umumnya kemampuan ini terdiri atas tiga aspek, yaitu sebagai berikut.(Yusuf, Ah : 2015) a.
Kemampuan kognitif diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosis keperawatan.
b.
Kemampuan psikomotor diperlukan agar etiologi dapat selesai.
c.
Kemampuan afektif perlu dimiliki agar pasien percaya akan kemampuan menyelesaikan masalah.
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat dilaksanakan untuk mencapai setiap tujuan khusus.Sementara rasional adalah alasan ilmiah mengapa tindakan diberikan.Alasan ini bisa didapatkan
dari
literatur,
hasil
penelitian,
dan
pengalaman
praktik.Rencana tindakan yang digunakan di tatanan kesehatan kesehatan jiwa
disesuaikan
dengan
standar
asuhan
keperawatan
jiwa
Indonesia.Standar keperawatan Amerika menyatakan terdapat empat macam tindakan keperawatan, yaitu (1) asuhan mandiri, (2) kolaboratif, (3) pendidikan kesehatan, dan (4) observasi lanjutan.(Yusuf, Ah : 2015) Tindakan keperawatan harus menggambarkan tindakan keperawatan yang mandiri, serta kerja sama dengan pasien, keluarga, kelompok, dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa yang lain. Fase orientasi menggambarkan situasi pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, kontrak waktu dan tujuan pertemuan yang diharapkan. Fase kerja berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk pengkajian lanjut, pengkajian tambahan, penemuan masalah bersama, dan/atau penyelesaian tindakan. Fase terminasi merupakan saat untuk
x
evaluasi tindakan yang telah dilakukan, menilai keberhasilan atau kegagalan, dan merencanakan untuk
kontrak waktu
pertemuan
berikutnya. Dengan menyusun LPSP, mahasiswa diharapkan tidak mengalami kesulitan saat wawancara atau melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Hal ini terjadi karena semua pertanyaan yang akan diajukan sudah dirancang, serta tujuan pertemuan dan program antisipasi telah dibuat jika tindakan atau wawancara tidak berhasil. (Yusuf, Ah : 2015) 4.
Implementasi Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini (here and now). Perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa diimplementasikan. Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat harus membuat kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta pasien yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan.(Yusuf, Ah : 2015)
5.
Evaluasi Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu (1) evaluasi proses atau evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai
x
melaksanakan tindakan, dan (2) evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan respons pasien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut. S : Respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. O :respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. A :analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi terhadap masalah yang ada. P :tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien. Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut. a.
Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah).
b.
Rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua tindakan tetapi hasil belum memuaskan).
c.
Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada).
d.
Rencana
selesai
jika
tujuan
sudah
tercapai
dan
perlu
mempertahankan keadaan baru.(Yusuf, Ah : 2015) C. Proses asuhan keperawatan jiwa pada gangguan dengan diagnose : 1.
Halusinasi a.
Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal didalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga.Tanda dan gejala gangguan sensori persepsi
x
halusinasi dapat ditemukan denganwawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut : 1) Dari pengamatan saya sejak tadi, bapak/ibu tampakseperti bercakapcakap sendiriapa yang sedang bapak/ibu dengar/lihat? 2) Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan? 3) Apakah ibu/bapak mencium bau tertentu yang menjijikkan? 4) Apakah ibu/bapak meraskan sesuatu yang menjalar ditubuhnya? 5) Apakah ibu/bapak merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan? 6) Seberapa sering bapak//ibu mendengar suara-suara atau melihat bayangan tersebut? 7) Kapan bapak/ ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang? 8) Pada situasi apa bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayangbayang? 9) Bagaimana perasaaan bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayangan tersebut? 10) Apa yang sudah bapak/ibu lakukan, ketika mendengar suara dan melihat bayangantersebut? Tanda dan gejala halusinasi yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai berikut: 1) Pasien tampak bicara atau tertawa sendiri 2) Marah-marah tanpa sebab 3) Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau menutup telinga. 4) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu 5) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas 6) Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
x
7) Menutup hidung. 8) Sering meludah 9) Muntah 10) Menggaruk permukaan kulit. (Nurhalima : 2016) b.
Diagnosis Keperawatan Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menetapkan
diagnosis keperawatanyang dirumuskan berdasarkan tAnda dan gejala gangguan sensori persepsi : halusinasi yangditemukan.Data hasil observasi
dan
wawancara
dilanjutkan
dengan
menetapkan
diagnosiskeperawatan. Bagan dibawah ini merupakan contoh: Analisa data dan rumusan masalah. (Nurhalima : 2016) No
Data
Masalah Keperawatan
Data Objektif :
Halusinasi 1. 1
Bicara atau tertawa sendiri
Marah marah tanpa sebab
Mengarahkan telinga ke posisi tertentu.
Menutup telinga
Data Subjektif :
Mendengar suara-suara atau kegaduhan
Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu
yang berbahaya
x
Berdasarkan hasil pengkajian pasien menunjukkan tAnda dan gejala gangguan sensoripersepsi : halusinasi, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah:Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Langkah selanjutnya setelah Andamampu membuat analisa serta rumusan
masalah,Anda
dapat
membuat
pohon
masalah.Berikut
ditampilkan contoh bagan pohon masalah,tentunya Anda diharapkan dapat menntukan pengelompokkan masalah sehingga dapatditentukan penyebab, masalah utama dan efek dari masalah utama. Gambar dibawah inimerupakan contoh pohon masalah untuk gangguan sensori persepsi halusinasi :
Pohon Masalah Efek : Resiko perilaku kekerasan
Gangguan persepsi sensorik : Halusinasi
Penyebab : Isolasi social c.
Tindakan Keperawatan. Setelah menetapkan diagnose keperawatan lakukanlah tindakan keperawatan
padapasien
dengan
gangguan
sensori
persepsi:
halusinasi. Tindakan keperawatan harus ditujukanjuga untuk keluarga karena keluarga memegang peranan penting didalam merawat pasiendirumah setelah pasien pulang dari rumah sakit..Saat melakukan asuhan keperawatan baikdi Puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelummenemui pasien.
x
Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah,, perawat menemuikeluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawatmengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat menemuipasien untuk melakukan pengkajian, mengevaluasi dan melatih satu cara lagi untukmengatasi masalah yang dialami pasien. Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka(obat), maka hal pertama yang harus dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minumobat. Setelah perawat selesai melatih pasien, perawat menemui keluarga untuk
melatihcara
merawat
pasien.
Selanjutnya
perawat
menyampaikan hasil tindakan yang telahdilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh perawat.(Nurhalima : 2016) 1) Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi. Tujuan: Pasien mampu: a) Membina hubungan saling percaya b) Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik c) Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat d) Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap e) Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas seharihari Tindakan Keperawatan a) Membina Hubungan Saling Percaya dengan cara:
x
i.
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien dan
ii.
Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yangperawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukaipasien
iii.
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
iv.
Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien,berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhankeperawatan.
v.
Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untukkepentingan terapi
vi.
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
vii.
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b) Membantu pasien menyadari ganguan sensori persepsi halusinasi : i.
Tanyakan pendapat pasien tentang halusinasi yang dialaminya:
tanpamendukung,
dan
menyangkal
halusinasinya. ii.
Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan,respon dan upaya yang sudah dilakukan pasien untuk menghilangkan ataumengontrol halusinasi.
c) Melatih Pasien cara mengontrol halusinasi: Secara rinci tahapan melatih pasien mengontrol halusinasi dapat dilakukansebagai berikut: i.
Jelaskan
cara
mengontrol
halusinasi
dengan
menghardik, 6(enam) benarminum obat, bercakap-
x
cakap
dan
melakukan
kegiatan
dirumah
sepertimembereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju. ii.
Berikan contoh cara menghardik, 6(enam) benar minum obat, bercakapcakapdan melakukan kegiatan dirumah
seperti
membereskan
kamar,merapihkan
tempat tidur serta mencuci baju. iii.
Berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara menghardik, 6(enam)benar minum obat, bercakapcakap
dan
melakukan
kegiatan
dirumahseperti
membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci bajuyang dilakukan di hadapan Perawat iv.
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan olehpasien.
v.
Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah melakukan tindakankeperawatan untuk mengontrol halusinasi.
Mungkin
keberhasilan
atau
pasien
akanmengungkapkan
kegagalannya.
Beri
dorongan
terusmenerus agar pasien tetap semangat meningkatkan latihannya. d.
Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah di lakukan untuk pasiengangguan sensori persepsi halusinasi adalah sebagai berikut(Nurhalima : 2016) 1) Pasien mampu: a)
Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
b)
Menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami.
x
c)
Menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi
d)
Menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
e)
Menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi: i.
Menghardik halusinasi
ii.
Mematuhi program pengobatan
iii.
Bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul halusinasi
iv.
Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau tidurpada malam hari selama 7 hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwaltersebut secara mandiri
f)
Menilai
manfaat
cara
mengontrol
halusinasi
dalam
mengendalikan halusinasi 2) Keluarga mampu: a) Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien b) Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi melalui empat cara
mengontrolhalusinasi
yaitu
menghardik,
minum
obat,cakap-cakap dan melakukan aktifitas dirumah c) Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi d) Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalahpasien e) Menilai dan melaporkan keberhasilannnya merawat pasien 2
Waham a.
Pengkajian Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien
menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta pasien menyatakan perasaan
x
dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang. Selain itu, pasien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah. (Muhith, Abdul : 2015) Menurut Kaplan dan Sadock (1997) beberapa hal yang harus dikaji antara lain sebagai berikut. 1) Status mental a) Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas. b) Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya. c) Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga. d) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal. e) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas depresi ringan. f) Pasien
dengan
waham
tidak
memiliki
halusinasi
yang
menonjol/menetap kecuali pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar. 2) Sensorium dan kognisi (Kaplan dan Sadock, 1997) a) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
x
b) Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact). c) Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang jelek. d) Pasien
dapat
dipercaya
informasinya,
kecuali
jika
membahayakan dirinya, keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang, dan yang direncanakan. Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut : 1) Kognitif a) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata. b) Individu sangat percaya pada keyakinannya. c) Sulit berpikir realita. d) Tidak mampu mengambil keputusan. 2) Afektif a) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan. b) Afek tumpul. 3) Perilaku dan hubungan social a) Hipersensitif b) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal c) Depresif d) Ragu-ragu e) Mengancam secara verbal f)
Aktivitas tidak tepat
g) Streotif h) Impulsif i)
Curiga
4) Fisik
x
a) Kebersihan kurang b) Muka pucat c) Sering menguap d) Berat badan menurun e) Nafsu makan berkurang dan sulit tidur b.
Diagnosa Keperawatan Pohon Masalah Risiko kerusakan komunikasi verbal
Perubahan proses pikir: waham
Gangguan konsep diri:harga diri rendah: kronis
Diagnosa 1) Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham. 2) Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah. (Muhith, Abdul : 2015) c.
Rencana Keperawatan Tindakan Keperawatan untuk Pasien 1) Tujuan a) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap. b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar. c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
x
d) Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar. 2) Tindakan a) Bina hubungan saling percaya. i.
Mengucapkan salam terapeutik.
ii.
Berjabat tangan.
iii.
Menjelaskan tujuan interaksi.
iv.
Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b) Bantu orientasi realitas. i.
Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
ii.
Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
iii.
Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas seharihari.
iv.
Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan
tanpa
memberikan
dukungan
atau
menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya. v.
Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
c) Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. i.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien.
ii.
Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
iii.
Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
iv.
Berdiskusi tentang obat yang diminum.
v.
Melatih minum obat yang benar.
x
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga 1) Tujuan a) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien. b) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya. c) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal. 2) Tindakan a) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien. b) Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut. i.
Cara merawat pasien waham di rumah.
ii.
Follow up dan keteraturan pengobatan.
iii.
Lingkungan yang tepat untuk pasien.
c) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat). d) Diskusikan
dengan
keluarga
kondisi
pasien
yang
memerlukan konsultasi segera. d.
Evaluasi 1) Pasien mampu melakukan hal berikut. a) Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan. b) Berkomunikasi sesuai kenyataan. c) Menggunakan obat dengan benar dan patuh. 2) Keluarga mampu melakukan hal berikut. a) Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan.
x
b) Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pasien. c) Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.(Muhith, Abdul : 2015) 3
HDR a.
Pengkajian Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
pasiendankeluarga(pelaku rawat).Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan melaluiwawancara dengan pertanyaan sebagai berikut: 1)
Bagaimana penilaian Anda tentang diri sendiri?
2)
Coba ceritakan apakah penilaian Anda terhadap diri sendiri mempengaruhi hubungan Anda dengan orang lain?
3)
Apa yang menjadi harapan Anda?
4)
Apa saja harapan yang telah Anda capai?
5)
Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?
6)
Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?
b.
Tanda dan Gejala Ungkapan negatif tentang diri sendiri merupakan salah satu tanda
dan gejala harga diri rendah.Selain itu tanda dan gejala harga diri rendah didapatkan dari data subyektif dan obyektif, seperti tertera dibawah ini.(Nurhalima : 2016) Data Subjektif : Pasien mengungkapkan tentang 1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain 2)
Perasaan tidak mampu
3)
Pandangan hidup yang pesimis
4) Penolakan terhadap kemampuan diri
x
5) Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi Data Objektif: 1) Penurunan produktivitas 2) Tidak berani menatap lawan bicara 3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi 4) Bicara lambat dengan nada suara lemah 5)
Bimbang, perilaku yang non asertif
6) Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna c.
Diagnosa Keperawatan Harga Diri Rendah Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
harga diri rendahyang ditemukan. Pada pasiengangguan jiwa, diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah: Pohon masalah Berdasarkan hasil pengkajian dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut: Isolasi social
Harga diri rendah
Mekanisme koping keluarga & individu tidak efektif Diagnosa Keperawatan Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: gangguan Konsep Diri: Harga diri rendahmerupakan core problem (masalah utama). Apabila harga diri rendah pasien tidak diintervensi akan mengakibatkan isolasi sosial. Penyebab harga diri rendah pasien dikarenakan pasien memiliki mekanisme koping yang
x
inefektif dan dapat pula dikarenakan mekanisme koping keluarga yang inefektif.(Nurhalima : 2016) d.
Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan harga diri rendah dilakukan terhadap pasiendan keluarga/pelaku yang merawat klien.Saat melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa, Puskesmasatau kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui klien.Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang dialami
pasiendan
keluarga.Setelah
itu,
perawat
menemui
pasienuntuk melakukan pengkajian dan melatih carauntuk mengatasi harga diri rendah yang dialami klien. Setelah perawat selesai melatihpasienmaka perawat kembali menemui dan melatih keluarga untuk merawat klien, sertamenyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasiendan tugas yang perlukeluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasienmelatih kegiatan yang telah diajarkan olehperawat untuk mengatasi harga diri rendah.Tindakan keperawatan untuk pasiendan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasiendan keluarga mampumengatasi harga diri rendah. (Nurhalima : 2016) 1) Tindakan Keperawatan untuk PasienHarga Diri Rendah Tujuan: Pasienmampu: a) Membina hubungan saling percaya b) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki c) Menilai kemampuan yang dapat digunakan d) Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan e) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
x
f)
Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya
Tindakan Keperawatan: a) Membina hubungan saling percaya, dengan cara: i.
Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.
ii.
Perkenalkan diri dengan klien: perkenalkan nama dan nama panggilan yangPerawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasienyang disukai.
iii.
Tanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini.
iv.
Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama
klien,
berapa
lamaakan
dikerjakan,
dan
tempatnya dimana. v.
Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untukkepentingan terapi.
vi.
Tunjukkan sikap empati terhadap klien.
vii.
Penuhi kebutuhan dasar pasienbila memungkinkan.
b) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah : i.
Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien(buat daftarkegiatan)
ii.
Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif setiapkali bertemu dengan klien.
c) Membantu pasiendapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
x
i.
Bantu pasienmenilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftarkegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
ii.
Bantu pasienmenyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuandiri yang diungkapkan klien.
d) Membantu
pasiendapat
memilih/menetapkan
kegiatan
berdasarkan daftar kegiatanyang dapat dilakukan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah : i.
Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
ii.
Bantu pasienmemberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.
iii.
Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya).
iv.
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari.
v.
Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan klien.
e) Membantu
pasiendapat
merencanakan
kegiatan
sesuai
kemampuannya dan menyusunrencana kegiatan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah : i.
Berikesempatan pada pasienuntuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
ii.
Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasiensetiap hari.
iii.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiapaktivitas.
x
iv.
Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasiendan keluarga.
v.
Beri
kesempatan
pasienuntuk
mengungkapkan
perasaannya setelah pelaksanaankegiatan. vi.
Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan klien.
2) Tindakan Keperawatan untuk Keluarga dengan PasienHarga Diri Rendah. Keluarga diharapkan dapat merawat pasienharga diri rendah di rumah dan menjadisistem pendukung yang efektif bagi klien. Tujuan: Keluarga mampu: a) Mengenal masalah harga diri rendah b) Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah c) Merawat harga diri rendah d) Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien e) Menilai perkembangan perubahan kemampuan klien f)
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Tindakan Keperawatan: a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah c) dan mengambil keputusan merawat klien d) Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah e) Membimbing keluarga merawat harga diri rendah f)
Melatih
keluarga
menciptakan
suasana
keluarga
lingkungan yang mendukungmeningkatkan harga diri klien
x
dan
g) Mendiskusikan
tanda
dan
gejala
kekambuhan
yang
memerlukan rujukan segerake fasilitas pelayanan kesehatan h) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur. e.
Evaluasi 1) Keberhasilan
pemberian
asuhan
keperawatan
apabila
pasiendapat: a) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki b) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan c) Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan d) Membuat jadwal kegiatan harian e) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian f)
Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga dirirendah
2) Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan apabila keluarga dapat: a) Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien(pengertian, tanda dan gejala,dan proses terjadinya harga diri rendah) b) Mengambil keputusan merawat harga diri rendah c) Merawat harga diri rendah d) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasienuntukmeningkatkan harga dirinya e) Memantau peningkatan kemampuan pasiendalam mengatasi harga diri rendah f)
Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan melakukanrujukan.
x
4.
Isolasi social a.
Pengkajian
Pengkajian pasienisolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada pasiendan keluarga.Tanda dan gejala isolasi sosial dapat ditemukan dengan wawancara, melelui bentuk pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana perasaan Anda saat berinteraksi dengan orang lain? b. Bagaimana perasaan Anda ketika berhubungan dengan orang lain? Apa yang Anda rasakan? Apakah Anda merasa nyaman ? c. Bagaimana penilaian Anda terhadap orang-orang di sekeliling Anda (keluarga atau tetangga)? d. Apakah Anda mempunyai anggota keluarga atau teman terdekat? Bila punya siapa anggota keluarga dan teman dekatnya itu? e. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan Anda? Bila punya siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu? f. Apa yang membuat Anda tidak dekat dengan orang tersebut? Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai berikut: a. Pasienbanyak diam dan tidak mau bicara b. Pasienmenyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat c. Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal d. Kontak mata kurang Data hasil wawancara dan observasi didokumentasikan pada kartu berobat pasiendi puskesmas. Contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut: Data : Pasien tampak menyendiri, tidak ada kontak mata, ekspresi datar, mengatakan malas berbicara dengan orang lain.
x
2. Diagnosis Keperawatan Isolasi Sosial Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala Isolasi sosial yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala isolasi sosial, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah:
ISOLASI SOSIAL
Pohon Masalah Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Efek
Isolasi Sosial Core Problem
Harga Diri Rendah
Causa
Berdasarkan Gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Masalah utama (CoreProblem)pada gambar diatas adalahisolasi sosial. Penyebab pasien mengalami isolasi social dikarenakan pasien memiliki harga diri rendah. Apabila pasien isolasi sosial tidak diberikan asuhan keperawatan akan mengakibatkan gangguan sensori persepsi halusinasi.
x
3. Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial Tindakan keperawatan pada isolasi social, dilakukan terhadap pasiendan keluarga.Saat melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa di Puskesmas atau kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasiendan keluarga. Setelah itu, perawat menemui pasienuntuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi isolasi sosial yang dialami klien. Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui keluarga dan melatih keluarga untuk merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasiendan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasienmelatih kemampuan mengatasi isolasi sosial yang telah diajarkan oleh perawat. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Isolasi Sosial Tujuan : Pasienmampu: a. Membina hubungan saling percaya b. Menyadari isolasi sosial yang dialaminya c. Berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya d. Berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dankegiatan social Tindakan Keperawatan: a. Membina hubungan saling percayadengan cara: 1. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien 2. Berkenalan dengan klien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien 3. Menanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini
x
4. Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana 5. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk terapi 6. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien 7. Penuhi kebutuhan dasar pasienbila memungkinkan b.Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial 1. Tanyakan pendapat pasiententang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain 2.
Tanyakan apa yang menyebabkan pasientidak ingin berinteraksi dengan orang Lain
3. Diskusikan keuntungan bila pasienmemiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka 4. Diskusikan kerugian bila pasienhanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain 5. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien c. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap 1. Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain 2. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain 3. Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan Perawat 4. Bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga 5. Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua tiga, empat orang dan seterusnya 6. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukanm oleh klien
x
7. Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan kegiatan harian dan kegiatan rumahtangga 8. Latih pasien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan social misalnya : berbelanja,kekantor pos, kebank dan lain-lain 9. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin
pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan
terus menerus agar
pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
4. Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga
a. Evaluasi kemampuan pasienisolasi sosial berhasil apabila pasien dapat: 1. Menjelaskankebiasaan keluarga berinteraksi dengan klien. 2. Menjelaskanpenyebabpasientidak mau berinteraksi dengan orang lain. 3. Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain. 4. Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain. 5. Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain,dengan perawat, keluarga, 6. Berkomunikasi dengan keluarga saat melakukan kegiatan seharihari 7. Berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial 8. Menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang tua. 9. Mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain. 10. Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi social b. Evaluasi kemampuan keluarga dengan pasien isolasi sosial berhasil apabila keluarga dapat:
x
1. Mengenal Isolasi sosial (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya isolasi sosial) dan mengambil keputusan untuk merawat klien 2. Membantu pasienberinteraksi dengan orang lain 3. Mendampingi pasiensaat melakukan aktivitas rumah tangga dan kegiatan social sambil berkomunikasi 4. Melibatkan pasienmelakukan kegiatan harian di rumah dan kegiatan sosialisasi di lingkungan 5. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien untuk meningkatkan interaksi sosial 6. Memantau peningkatan kemampuan pasiendalam mengatasi Isolasi sosial 7. Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan melakukan Rujukan
5. Dokumentasi
Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga. Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan isolasi sosial pada kunjungan kedua.Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan
pertemuan
dengan
pasiendan
keluarga.
Berikut
contoh
pendokumentasian asuhan keperawatan isolasi social pada kunjungan kedua IMPLEMENTASI
EVALUASI
x
Tgl….bulan….tahun…jam…
S: Klien
Data pasiendan kemampuan :
Pasien mengatakan senang dapat
Pasienmengatakan masih malu bercakap- berbicara dengan anaknya saat masak cakap dengan orang lain. Sudah mencoba dan
mencuci
piring
Pasien
latihan bercakap-cakap dengan adiknya mengatakan senang kenal dengan 2 saat adiknya datang kerumahnya. Sudah orang kader kesehatan kenalan dengan satu orang tetangga baru.
S Keluarga
Data keluarga dan kemampuan
Keluarga
mentakan
Keluarga mengatakan sudah lebih faham mendampingi dengan masalah ibunya yang sulit bergaul mencuci
senang
pasien
piring,
memasak,
dan
berkenalan
dengan orang lain, sudah mendampingi dengan kader orang tuanya bercakapcakap dengan tamu O:klien dan tetangga.
Pasien mampu berkenalan dengan 2
DK:
orang kader dengan sikap tubuh dan
Isolasi Sosial
verbal yang sesuai.Pasien mampu
Intervensi:
bertanya dan menjawab pertanyaan
Tindakan pada klien:
anaknya saat memasak dan mencuci
1)
Melatih
pasien
berbicara
saat piring
melakukan kegiatan memasak dan cuci O : Keluarga piring bersama .
Keluarga
2) Melatih pasien berkenalan dengan 2 pasien
mampu
saat
mendampingi
melakukan
orang kader kesehatan jiwa
tampak
semangat,
Tindakan pada keluarga:
stimulus
pada
kegiatan,
memberikan pasien
a. Menjelaskan kegiatan rumah yang berinteraksi. dapat dilakukan pasien sambil bercakap- A: Isolasi Sosial mulai teratasi cakap, melatih keluarga membimbing P: pasien berbicara, memberikan pujian
Klien
x
saat
RTL:
Latihan berkenalan dengan 2 orang
Klien:
tetangga yang belum dikenal
Melatih
berbicara
saat
melakukan Melakukan percakapan saat memasak
kegiatan harian
dan cuci piring setiap hari
lain (2 kegiatan) Melatih pasien berbicara Keluarga: dengan
Mendampingi
4- 5 orang
dengan 2 tetangga lain
Keluarga:
Terus mendampingi pasien dalam
Menjelaskan cara melatih klien bercakap- melakukan
pasien
kegiatan
berkenalan
memasak,
cakap dan melakukan kegiatan sosial mencuci sambil berkomunikasi berbelanja,
dan
melatih
keluarga
mendampingi pasien berbelanja
5.
Deficit perawatan diri
Pengkajian defisit perawatan diri
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga.Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan dengan wawancara,melalui pertanyaan sebagai berikut: a. Coba ceritakan kebiasaan/ cara pasien dalam membersihkan diri? b. Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigI dan,menggunting kuku? c. Bagaimana pendapat pasisen tentang penampilan dirinya? Apakah pasien puas dengan penampilan sehari-hari pasien? d. Berapa kali sehari pasien menyisir rambut , berdAndan, bercukur (untuk laki-laki)secara teratur?
x
e.
Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan
f. Coba ceritakan bagaimana kebiasaaan pasien mandi sehari-hari ? peeralatan mandi apa saja yang digunakan pasien ? g. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien ? h. Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan fungsinya ? i. Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketikan selesai BAB atau BAK ? j. Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK? k. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri yang benar
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai berikut : a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor. b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan. c. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil
makan
dan
minum
sendiri,
makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya d. Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditAndai dengan BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB dan BAK.
x
Data hasil observasi dan wawancara didokumentasikan pada kartu status pasien di Contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut: Data : Pasien mengatakan belum mandi, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau,kuku panjang dan kotor.Rambut acak-acakan,tidak disisir, pakaian kotor dan tidak rapi,pakaian tidak sesuai, makan dan minum diambilkan oleh keluarga, makan berceceran, dan tidak pada tempatnya. Tidak menyiram dan membersihkan diri setelah BAB dan BAK .
2. Diagnosis Keperawatan Defisit Perawatan Diri Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tAnda dan gejala defisit perawatan diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tAnda dan gejala defisit perawatan diri, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah Defisit perawatan diri : Kebersihan diri,berdAndan, makan dan minum, BAB dan BAK
3. Tindakan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Tindakan keperawatan defisit perawatan diri dilakukan terhadap pasien dan keluarga.Saat memberikan pelayanan di rumah sakit (bila ada pasien dikunjungi atau didampingi keluarga), puskesmas atau kunjungan rumah, maka perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi defisit perawatan diri yang dialami pasien. Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga dan melatih keluargauntuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil
x
tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri yang telah diajarkan oleh perawat. Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,minimal empat kali pertemuan hingga pasien dan keluarga mampu mengatasi deficit perawatan diri. a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Defisit Perawatan Diri Tujuan: Pasien mampu: 1) Membina hubungan saling percaya 2) Melakukan kebersihan diri secara mandiri 3) Melakukan berhias/berdAndan secara baik 4) Melakukan makan dengan baik 5) Melakukan BAB/BAK secara mandiri b. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Defisit Perawatan Diri 1) Membina hubungan saling percaya dengan cara:
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
Buat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya di mana.
Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
x
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri , perawat dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
3) Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :Berpakaian, Menyisir rambut dan Bercukur
Untuk pasien
wanita,
latihannya meliputi
:Berpakaian,
Menyisir rambut dan Berhias 4) Melatih pasien makan dan minum secara mandiri Untuk melatih makan dan minum pasien, perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
Menjelaskan kebutuhan (kebutuhan makan perhari dewasa 2000-2200 kalori (untuk perempuan) dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kalori setiap hari makan minum 8 gelas (2500 ml setiap hari) dan cara makan dan minum
Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib.
Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan dan minum setelah makan dan minum
Mempraktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
5) Mengajarkan pasien melakukan BAB dan BAK secara mandiri
x
Perawat dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut:
Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Mempraktikkan BAB dan BAK dengan baik
c. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Pasien Defisit Perawatan Diri Keluarga diharapkan dapat merawat pasien defisit perawatan diri di rumah dan menjadi system pendukung yang efektif bagi pasien Tujuan: Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami deficit perawatan diri Tindakan keperawatan 1) Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien defisit perawatan diri 2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya deficit perawatan diri dan mengambil keputusan merawat pasien 3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien. 4) Latih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdAndan,makan dan minum, BAB dan BAK pasien 5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung perawatan diri pasien 6) Mendiskusikan tAnda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan. 7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
x
4. Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga Dalam Defisit Perawatan Diri a. Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan ditandai dengan peningkatan kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti 1) Klien mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan menggunting kuku dengan benar dan bersih 2) Mengganti pakaian dengan pakaian bersih 3) Membereskan pakaian kotor 4) Berdandan dengan benar 5) Mempersiapkan makanan 6) Mengambil makanan dan minuman dengan rapi 7) Menggunakan alat makan dan minum dengan benar 8) BAB dan BAK pada tempatnya 9) BAB dan BAK air kecil dengan bersih.
b. Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil apabila keluarga dapat : 1) Mengenal masalah yg dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri ) 2) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien 3) Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri : kebersihan diri ,berdandan (wanita), bercukur (pria), makan dan minum, BAB dan BAK. 4) Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.
5. Dokumentasi
x
Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga (pelaku rawat). Berikut ini contoh pendokumentasian asuhan keperawatan deficit perawatan diri pada kunjungan keempat
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Data:
S :Pasien
Data pasien dan kemampuan
· Pasien mengatakan sudah melakukan
Pasien tampak bersih, badan danrambut mandi sehari 2 kali, , sikat gigi (2 kali bersih dan tidak bau, rambut sudah per hari), cuci rambut (2 kali per disisir rapi , wajah menggunakan minggu),potong kuku (satu kali per bedak, kuku pendek dan bersih, gigi minggu), bersih dan tidak bau. Pakaian bersih Berdandan dan mengganti pakaian dua dan sesuai,
kali
dapat mengambil makan sendiri, makan Sehari sehabis mandi pagi dan sore, pada tempatnya Kemampuan pasien makan 3 kali sehari dan minum 6-8 Mandi 2x sehari,
gelas sehari. BAB dan BAK dikamar
gosok gigi 2x sehari, keramas sudah 1x, mandi gunting kuku 1x seminggu,berdAndan S : keluarga dan berpakaian, makan dan minum 1. Keluarga mengatakan anaknya dapat (semua
kegiatandilakukan
secara melakukan kegiatan sesuai jadwal
mandiri )
2. Keluarga mengatakan senang dapat
Pasien mengatakan kadang masih suka membimbing
anaknya
untuk
BAK sembarangan.
melakukankebersihan diri.
Data keluarga dan kemampuan
3. Keluarga mengatakan akan terus
Keluarga
mengatakan
mengetahui
apa
itu
sudah memotivasi anaknya untuk melakukan kebersihan sesuai jadwal
x
diri,kurang perawatan diri, tanda dan 4. Keluarga mengatakan akan berobat gejala serta proses terjadinya masalah. rutin ke puskesmas dan mencegah agar Keluarga
mampu
melatih
dan anaknya tidak kambuh lagi
membimbing pasien cara melakukan O: Pasien perawatan diri, berdandan,berpakaian
1. Pasien tampak bersih, badan dan
makan/minum .
rambut bersih dan tidak bau, rambut
DK:
sudah disisir rapi , wajah menggunakan
Defisit perawatan diri
bedak, kuku pendek dan bersih, gigi
Intervensi:
bersih dan tidak bau. Pakaian bersih
Tindakan ke pasien
dan sesuai, dapat mengambil makan
Evaluasi
kegiatan
kebersihan
diri, sendiri, makan pada tempatnya, BAB
berdandan, makan dan minum. Beri dan pujian Jelaskan cara BAB dan BAK
BAK
dikamar
mandi,
membersihkan diri setelah BAB dan
yang baik, melatih BAB dan BAK yang BAK dan menyiram WC setelah BAB baik
,
memasukkan
pada
jadwal dan BAK.
kegiatan untuk latihan
2. pasien Mandi 2x sehari ,dilakukan
kebersihan diri, berdandan, makan dan sendiri , gosok gigi 2x sehari( mandiri), minum dan BAB dan BAK
keramas sudah 1x (mandiri) gunting
Tindakan ke keluarga
kuku
Evaluasi
kegiatan
keluarga
1x
seminggu
(mandiri)
dalam ,berdandan (mandiri) dan berpakaian
merawat/melatih pasien kebersihan diri, (mandiri), makan dan minum (mandiri berdandan, makan dan minum. Beri ), BAB dan BAK (mandiri) pujian, membimbing keluarga BAB dan O: Keluarga BAK pasien. jelaskan follow up ke 1. PKM,
tanda
kambuh,
Keluarga
tampak
melatih
dan
rujukan, membimbing cara merawat kebersihan
Anjurkan membantu pasien sesuai
diri dan berdandan dan makan dan
jadwal dan memberikan pujian
minum , BAB dan BAK terhadap
x
RTL:
anaknya
Pasien
2. Keluarga kooperatif
Melakukan
kebersihan
diri
sesuai 3.
Keluarga
mengerti
tanda-tanda
jadwal
kekambuhan dan control teratur ke
Keluarga
puskesmas
Memotivasi dan membimbing untuk A: melakukan
kebersihan
diri
sesuai Pasien mampu melakukan kebersihan
jadwal. Follow up ke puskesmas dan diri, berdandan dan berpakaian, makan pencegahan kekambuhan
dan minum, BAB dab BAK. P: P untuk pasien Pasien mandi sehari 2 kali, , sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut (2 kali per minggu), potong kuku (satu kali per minggu), Berdandan dan mengganti pakaian dua kali sehari sehabismandi pagi dan sore, makan 3 kali sekali dan minum 8 gelas sehari. BAB dan BAK ditempatnya. P . Keluarga Memotivasi dan membimbing pasien sesuaidengan jadwal : mandi sehari 2 kali, , sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut (2 kali perminggu), potong kuku (satu kali per minggu),Berdandan dan mengganti pakaian dua kali sehari sehabis mandi pagi dan sore , makan 3x
x
sehari dan minum 8 gelas perhari, BAB dan
BAK
membawa
ditempatnya anaknya
ke
,
Berobat
puskesmas
secara teratur. Merujuk ke puskesmas bila ada tanda-tanda kekambuhan
6.
Perilaku kekerasan a.
Pengkajian
1. Pengkajian Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat ditemukan dengan wawancara melalui pertanyaan sebagai berikut: a. Coba ceritakan ada kejadian apa/apa yang menyebabkan Anda marah? b. Coba Anda ceritakan apa yang Anda rasakan ketika marah? c. Perasaan apa yang Anda rasakan ketika marah? d. Sikap atau perilaku atau tindakan apa yang dilakukan saat Anda marah? e. Apa akibat dari cara marah yang Anda lakukan? f. Apakah dengan cara yang digunakan penyebab marah Anda hilang? g. Menurut Anda apakah ada cara lain untuk mengungkapkan kemarahan Anda
Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai berikut: a. Wajah memerah dan tegang
x
b. Pandangan tajam c. Mengatupkan rahang dengan kuat d. Mengepalkan tangan e. Bicara kasar f. Mondar mandir g. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak h. Melempar atau memukul benda/orang lain
Data hasil observasi dan wawancara didokumentasikan pada status. 2. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian rumuskan diagnosis keperawatan. Mencederai diri sendiri,orang lain,dan efek
EFEK
Perilaku Kekerasan
Core Problem
Gangguan Konsep Diri : HDR
Penyebab
4. Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan, dilakukan terhadap pasien dan keluarga. Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah,perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga,perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat menemui pasien untuk melakukan pengkajian, mengevaluasi dan melatih satu cara lagi untuk mengatasi
x
masalah yang dialami pasien. Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka (obat), maka hal pertama yang harus dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah perawat selesai melatih pasien, perawat menemui keluarga untuk melatih cara merawat pasien. Selanjutnya perawat menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh perawat. a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Risiko Perilaku Kekerasan Tujuan: Pasien mampu: 1) Membina hubungan saling percaya 2) Menjelaskan penyebab marah 3) Menjelaskan perasaan saat penyebab marah/perilaku kekerasan 4) Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah 5) Menyebutkan cara mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan 6) Melakukan kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan 7) Memakan obat secara teratur 8) Berbicara yang baik saat marah 9) Melakukan kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah Tindakan Keperawatan 1. Membina hubungan saling percaya Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya a. Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien b. Perkenalkan diri : nama, nama panggilan yang Perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien yang disukai c. Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini d. Buat kontrak asuhan : apa yang Perawat akan lakukan bersama pasien,berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana
x
e. Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi f. Tunjukkan sikap empati g. Penuhi kebutuhan dasar pasien 2. Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah/perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu. 3. Diskusikan tanda-tanda pada pasien jika terjadi perilaku kekerasan a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual e. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual 4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara: Verbal a. terhadap orang lain b. terhadap diri sendiri c. terhadap lingkungan 5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya 6. Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara: a. Patuh minum obat b. Fisik:tarik nafas dalam, pukul kasur dan batal. c. Sosial/verbal: bicara yang baik: mengungkapkan, menolak dan meminta rasa marahnya d.
Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasienasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
e. Tindakan keperawatan terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat kali
x
f. pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat g. mengontrol/mengendalikan perilaku kekerasan.
Tindakan keperawatan terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat mengontrol/mengendalikan perilaku kekerasan.
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien risiko perilaku kekerasan Tujuan: Keluarga mampu: 1) Mengenal masalah risiko perilaku kekerasan 2) Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan 3) Merawat pasien risiko perilaku kekerasan dengan mengajarkan dan mendampingi pasien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan social 4) Memodifikasi lingkungan yang konsusif agar pasien mampuberinteraksi dengan lingkungan sekitar 5) Mengenal tanda kekambubuhan, dan mencari pelayanan kesehatan 6) Keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien risiko perilaku kekerasan mengatasi masalahnya dapat meningkat. Tindakan keperawatan kepada keluarga : 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien. 2) Menjelaskan pengertian, tAnda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan/ risiko perilaku kekerasan. 3) Melatih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan.
x
4) Membimbing keluarga merawat risiko perilaku kekerasan. 5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien untuk mengontrol emosinya. 6) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan 7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
5. Evaluasi a. Evaluasi kemampuan pasien mengatasi risiko perilaku kekerasan berhasil apabila pasien dapat: 1) Menyebutkan penyebab, tAnda dan gejalaperilaku kekerasan, perilaku kekerasan Yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan. 2) Mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal:
secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur
secara sosial/verbal: meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan dengan cara baik
secara spiritual
terapi psikofarmaka
3) Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam mencegah perilaku kekerasan b. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) risiko perilaku kekerasan berhasil apabila keluarga dapat: 1) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan) 2) Mencegah terjadinya perilaku kekerasan 3) Menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien 4) Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perasaan marah
x
5) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien mengontrol perasaan marah 6) Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah perilaku kekerasan pasien 7) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tAnda kambuh dan melakukan rujukan.
6. Dokumentasi Hasil Asuhan Keperawatan Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga. Berikut adalah contoh dokumentasi asuhan keperawatan risiko perilaku kekerasan pada kunjungan pertama
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Hari……….. Tgl……… pukul…
S Pasien :
Data Pasien:
· Pasien mengatakan senang dapat satu
· Pasien mengatakan kadang-kadang lagi cara mengontrol rasa marahnya masih muncul perasaan kesal.
· Akan melakukan kegiatan ibadah
· Sudah minum obat sesuai jadwal
sesuai jadwal yang sudah dibuat
· Jika waktu minum obat pukul 7 pagi S Keluarga : harus
diingatkan
istrinya
karena Keluarga
menurut pasien suka jadi ngantuk
mengatakan
akan
tetap
membantu pasien mengontrol perasaan
· Latihan nafas dalam lebih dipilih marahnya dengan cara mengingatkan pasien
pasien berlatih sesuai jadwal.
· Cara verbal sudah dilakukan pasien O Pasien : yaitu meminta dengan baik
· Pasien menyebutkan cara ibadah yang
Data Keluarga:
biasanya dilakukan dan waktunya
x
· Keluarga telah mengingatkan pasien · Pasien mampu mengatakan kegiatan untuk berlatih sesuai jadwal ketika ibadah yang akan dilakukannya pasien lupa
· Pasien mampu memasukkan kegiatan
· Telah memberikan pujian ketika ibadah
kedalam
jadwal
kegiatan
pasien berlatih sesuai jadwal
hariannya
Diagnosis Keperawatan :
O Keluarga:
Risiko perilaku kekerasan
·
Tindakan Keperawatan :
mendampingi ketika perawat melatih
Pasien:
pasien cara mengontrol perasaan marah
Keluarga
kooperatif
dan
turut
· Melatih pasien cara mengontrol marah dengan cara spiritual dan memberi dengan kegiatan ibadah
pujian pada pasien
· Kegiatan ibadah dimasukkan kedalam A : jadwal harian pasien
Pasien dan keluarga mengenal cara
Keluarga:
mengontrol perilaku kekerasan dengan
· Melatih cara merawat dengan cara cara spiritual spiritual
P:
·Mendiskusikan
dengan
keluarga P Pasien:
tentang kondisi pasien yang perlu segera · Mengontrol perasaan marahdengan dibawa ke fasilitas layanan
beribadah sesuai waktu ibadah
kesehatan
· Patuh minum obat
· Menjelaskan tentang proses rujukan
· Melakukan cara nafas dalam, pukul
RTL :
kasur dan bantal, serta bicara yang baik
Pasien:evaluasi kemampuan pasien
sesuai dengan
Keluarga:
evaluasi
kemampuan apa yang sudah dilatihkAndan sesuai
keluarga
jadwal
membantu pasien mengontrol perilaku
P Keluarga:
kekerasan
· Memotivasi dan mengingatkan pasien
x
Tgl......pukul........
berlatih mengontrol perasaan marah sesuai jadwal dan menerapkan ketika marah,bantu minum obat Perawat · Melakukan kunjungan rumah tgl....... jam........
x
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam peraktik keperawatan. Standar praktik professional proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan pada pasien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis, dan teratur (Depkes, 1998; Keliat, 1999). Proses ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. B. Saran 1.
Bagi institusi agar lebih banyak menyediakan literatur dalam bentuk buku diperpustakaan
2.
Bagi dosen untuk selalu memberikan bimbingan dan mengarahkan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
x
x
DAFTAR PUSTAKA Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori & Aplikasi).Yogyakarta : CV Andi Offset Nurhalima. 2016. Modul Keperawatan Jiwa. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Yusuf, Dkk. 2015.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika
x