Nowida.docx

  • Uploaded by: widhy prawira
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Nowida.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,007
  • Pages: 19
MAKALAH FIQH THOHAROH

DISUSUN OLEH : WIDAYULIANA

NIM: 1811310053

M. NOPRI ARDIANSYAH

NIM: 1811310072

DOSEN PEMBIMBING : Drs.H.Hendri Kusmidi,M.H.I

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN DAKWAH FAKULTAS UNSHULUDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN AJARAN 2018 / 2019

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Swt Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat yang sudah memberikan karuniaNya pada kelompok kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah FIQIH yang berjudul “THOHAROH” dengan baik. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah FIQIH yang diberi oleh pak Drs.H.Hendri Kusmidi,M.H.I. Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memberi masukan dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai pada waktunya. Meski telah disusun secara maksimal, namun kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karenanya kami meminta maaf apabila terjadi kesalahan kata dalam pembuatan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bengkulu, Oktober 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI COVER ......................................................................................................................i KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Thoharoh ................................................................................. 3 B. Dasar Hukum Thoharo ............................................................................... 4 C. Alat yang digunakan .................................................................................. 7 D. Istinja’, cara dan alat yang digunakan ...................................................... 8 E. Najis dan Hadist, cara membersihkannya ................................................ 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................ 14 B. Saran ...................................................................................................... .14 DAFTAR PUSTAKA

iii

B AB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya manusia harus terlebih dahulu

bersuci dan disucikan. Allah mencintai sesuatu yang suci dan bersih. Dalam hukum islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk sebagian dari ilmu dan amalan yang penting karena diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat menjalankan ibadah. Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai muslim harus dan wajib mengatahui cara-cara bersuci karna bersuci adalah dasar ibadah bagi ummat Islam, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal-hal yang kotor sehingga sebelum memulai aktifitas kita menghadap tuhan atau beribadah haruslah dimulai dengan bersuci baik dengan cara berwudhu, mandi maupun bertayammum. kalau kita melihat dan membaca dengan teliti hampir seluruh kitab-kitab fiqih akan diawali dengan bab thaharah ini menunjukan kan kepada kita betapa thaharah menjadi hal yang mendasar dan menjukkan kepada kita betapa pentingnya masalah thaharah ini. Namun, walaupun menjadi hal yang mendasar bagi umat Islam namun masih banyak dari umat Islam yang tidak faham tentang thaharah, najis-najis dan jenis-jenis air yang di gunakan untuk bersuci.

1

makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih ibadah sekaligus mudah-mudahan dapat membuat teman-teman Perbandingan Mazhab paham masalah yang mendasar ini dan media belajar dan mempelajari masalah-masalah thaharah.

C. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian thoharoh ? 2. Apa dasar hukum thoharoh ? 3. Apa saja macam-macam dari thoharoh ? 4. Alat apa yang digunakan dalam thoharoh ? 5. Apa pengertian istinja’,cara dan alat yang digunakan ? 6. Apa pengertian najis dan hadast ? 7. Bagaimana cara membersihkan najis dan hadast ? C.

Tujuan Penulisan 1.

Untuk mengetahui pengertian thoharoh.

2.

Untuk mengetahui hukum dalam thoharoh.

3.

Untuk mengetahui macam-macam toharoh

4.

Untuk mengetahui alat yang digunakan dalam thoharoh.

5.

Untuk mengetahui cara bersuci dari hadas dan najis.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Thoharoh Menurut bahasa (etimologi) ath-thaharah berarti bersih dan jauh dari kotoran-kotoran1 baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata seperti aib dan dosa2seperti kemaksiatan3. Sedangkan ath thaharah menurut terminology syara’ adalah bersih atau suci dari najis baik najis factual semisal istinja maupun secara hukmi, yaitu hadats4. Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian. Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut: a.

Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.

b.

Kaifiat (cara) bersuci.

c.

Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.

d.

Benda yang wajib disucikan.

e.

Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Artinya:

Imam An-Nawawi, Majmu’ Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009, hlm 234 Saifuddin Mujtaba’, 2003:1 3 Prof. Dr .Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Gema Insani,Depok,2010, hlm 202 1 2

4

Abdul Aziz Muhammad SAW SAWd Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh Ibadah. Jakarta . Amzah : 2013

3

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilahmereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Q.S.Al-Baqarah :222).

Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah: a.

Menghilangkan najis.

b.

Berwudlu.

c.

Mandi.

d.

Tayammum.

Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air. Thoharoh menurut bahasa artinya “bersih” sedangkan menurut syara’ berarti bersih dari hadast dan najis. Bersuci karena hadast hanya di bagian badan saja. Hadast ada dua,yaitu : hadast besar dan hadast kecil. Menghilangkan hadast besar dengan mandi atau tayammum dan menghilangkan hadast kecil dengan wudlu’ atau tayammum. Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian dan tempat. Cara menghilangkannya harus dicuci dengan air suci dan mensucikan. B. Dasar Hukum Thoharoh H. Abdul Khaliq Hasan mengemukakan salah satu landasan hukum thaharah adalah surah Al Furqan Ayat 11 Artinya :

4

Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, dekat sebelum kedatangan rahmatnya(hujan) dan kami turunkan air dari langit air yang bersih(QS.Al-Furqan:48) Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, maksud ayat ini adalah Allah menurunkan air yang suci sebagai alat bersuci baik untuk tubuh, pakaian, maupun yang lain sebab kata thahur berarti sesuatu yang digunakan untuk thaharah(bersuci), sebagaimana kata wudhu yang di gunakan untuk berwudhu5. Dan perhatikanlah surah al mudatsir ayat 3 dan 4 yang berbunyi sebagai berikut : َ َ‫الرجزَ فَاه ُجر َوثِيَا َبكَ ف‬ ‫ط ِهر‬ ُّ ‫َو‬ Artinya : dan pakaian mu bersihkanlah dan seluruh kotoran termasuk berhala jauhilah (QS.Al-Muddatsir : 4 ) Allah SWT menyuruh manusia untuk membersihkan pakaian dan segala kotoran yang termasuk berhala. Membersihkan pakaian dapat di artikan dengan membersihak pakaian lahir6 Yang dimaksud dengan membersihkan pakaian lahir adalah membersihkan diri dari hadast dan najis dengan berwudhu dan mandi.

dan pakaian

batin7. Jadi dengan ayat diatas, Allah megatakan bahwa

kebersihkan dari lahir dan batin itu harus dipadukan, sebab diantara keduanya harus di padukan dan saling berhubungan.

Dan perhatikan lah hadits nabi )‫تنظفوالكل مااستطعتم فاان هلل تعلى بنى السالم على النظافةواليدخل الجنة االنطيف(رواه الطبرانى‬

5]

H. Abd. Kholiq Hasan, Tafsir Ibadah, Pustaka Pesantren,Yogyakarta, 2008, hlm 15

6

Yang dimaksud dengan membersihkan pakaian lahir adalah membersihkan diri dari hadast dan najis dengan berwudhu dan mandi. 7

Yang dimaksud dengan membersihkan pakaian batin adalah membersihkan dari kesyirikan dan lainlain

5

Artinya : janganlah selalu kebersihan sedapat mungkin, karna Allah swt membangun Islam di atas kebersihan, dan tidak akan masuk surge kecuali orangorang yang bersih (H.R Athabrany)8

Kebersihan atau bersuci menjadi media utama mendekatkan diri kepada Allah karena Allah mencintai orang-orang yang mensucikan dirinya, perhatikan lah surah Al-Baqorah ayat 222 َ َ ‫إِ َّن ّللا َ ي ُِحبُّ الت َّ َّوابِينَ َوي ُِحبُّ ال ُمت‬ ‫ط ِه ِري َن‬ Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri (QS.Al-Baqarah:222). 9. Adapun dalil- dalil yang di kemukakan oleh Wahbah Az Zuhaily adalah nabi Muhammad SAW bersabda : ‫مفتح الصالة الطهوروتحريمهاالتكبيرويحليلها التسليم‬ Artinya : kunci sholat ialah suci, yang menyebabkan haram melakukan perkara – perkara yang yang di halalkan sebelum sholat adalah takbiratul ihram dan yang menghalalkan melakukan perkara yang diharamkan sewaktu sholat ialah salam

Rasulullah saw juga bersabda : ‫الطهور شطر االيمان‬ Artinya : kesucian adalah sebahagian dari iman

8

Ibid Drs.Babudin.S.Ag dan Tim Penyusun Kementrian Agama Republik Indonesia, Fiqih Untuk X madrasah aliyah, intimedia ciptanusantara, Jakarta, 2005, hlm 4 9

6

Prof. Dr. Zakiah Daradjad dalam bukunya mengemukakan dalil- dalil tentang thaharah sebagai berikut ‫وان كنتم جنبا فاطهروا‬ Artinya : dan jika kamu junub maka bersucilah(mandi)

C. Alat yang digunakan untuk Thoharoh 1. Benda Padat Benda padat yang dapat dipergunakan untuk bersuci adalah debu, batu, pecahan genting, bata merah, kertas, daun dan kayu yang dalam keadaan bersih dan tidak terpakai. Syarat benda padat yang dapat dipergunakan bersuci adalah : 1) Kasar/dapat membersihkan 2) Suci. 2. Benda Cair Benda cair yang dapat dipergunakan untuk bersuci adalah air mutlak, yaitu air yang tidak tercampuri oleh najis seperti air sumur, air sungai, air laut dan air salju (es). Menurut hukum Islam, air dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: 1) Air Suci dan Mensucikan, yaitu air yang halal diminum dan dapat dipergunakan untuk bersuci, yaitu : a) air hujan b) air laut c) air salju/es d) air embun e) air sungai f) air mata air 2) Air suci tetapi tidak mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tetapi tidak dapat dipergunakan untuk bersuci, misalnya: air kelapa, air teh, air kopi dan air yang dikeluarkan dari pepohonan. 3) Air muntanajis (air yang terkena najis). Air ini tidak halal untuk diminum dan tidak dapat dipergunakan untuk bersuci, seperti air yang sudah berubah warna, bau dan rasanya karena terkena najis, maupun air yang sudah berubah warna, bau dan rasanya karena tidak terkena najis tetapi dalam jumlah sedikit.

7

4) Air makruh dipakai bersuci seperti air yang terkena panas matahari dalam bejana.

D. Istinja, Cara dan Alat yang digunakan

1. Pengertian Istinja 10Istinja

adalah membersihkan apa-apa yang telah keluar dari suatu jalan

(di antara dua jalan : qubul atau dubur) dengan menggunakan air atau dengan batu atau yang sejenisnya (benda yang bersih dan suci [1]). Adapun hukumnya adalah wajib berdasarkan sebuah hadits dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Apabila salah seorang di antara kamu pergi ke tempat buang hajat besar, maka bersihkanlah dengan menggunakan tiga batu karena sesungguhnya dengan tiga batu itu bisa membersihkannya” [Hadits Riwayat Ahmad VI/108, Nasa’i no. 44, dan Abu Dawud no 40. Dan asal perintah menggunakan tiga batu ada dalam riwayat Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu hadits no. 155] Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu dia berkata. “Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke tempat buang hajat lalu saya dan seorang pemuda sebaya saya membawakan satu bejana dari air dan satu tombak kecil lalu beliau beristinja (bersuci) dengan air itu” [Hadits Shahih Riwayat Bukhari no. 151 dan Muslim no. 271].

10

Syaikh Abdul Aziz Muhammad As-Salman

8

11

Istinja dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara yaitu :

1). Membasuh tempat keluarnya najis dengan air sampai bersih. 2). Membersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu atau dengan tiga tepi dari sebuah batu. Jika tidak ada batu dapat digunakan benda-benda yang lain asal kesat/keras. 3). Dibersihkan terlebih dahulu dengan batu, kemudian baru dibasuh dengan air.

2. Syarat-syarat istinja’ dengan batu atau benda yang keras : 1. Batu atau benda itu keras dan harus suci serta dapat untuk membuang/membersihkan najis. 2. Batu atau benda itu tidak bernilai (dihormati, misalnya bukan bahan makanan dan bukan batu masjid. 3. Sekurang-kurangnya dengan tiga kali sapuan dan sampai bersih. 4. Nais yang akan dibersihkan belum kering. 5. Najis itu tidak pindah dari tempat keluarnya, misalnya pindah ke kaki dan sebagainya. 6. Najis itu belum bercampur dengan benda lain,walaupun benda itu suci,misalnya tidak terpecik oleh air padanya. 3. Cara dan Alat untuk Istinja’ 12

Yang paling baik adalah dengan menggunakan bahan yang keras dan

juga air sekaligus. Yaitu, dengan mendahulukan menggunakan kertas dan 11

Drs.H.Moh.Rifa’I,Fiqh Islam,hlm 49-50

9

yang semacamnya, kemudian diikuti dengan menggunakan air, karena benda najis itu akan hilang dengan kertas ataupun batu, dan bekasnya akan hilang dengan menggunakan air.

Menggunakan air saja adalah lebih baik daripada menggunakan batu saja atau yang seumpamanya. Karena, air mampu menghilangkan zat najis dan juga bekasnya. Berbeda dengan batu, benda kertas, dan yang seumpamanya. Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa ketika ayat ke-108 surah atTaubah turun, yaitu,

"... di dalamnya ada orang-orang yang inign membersihkan diri..." (at-taubah: 108 ) Rasulullah saw. bersabda,

"Wahai kaum Anshar! Sesungguhnya Allah SWT telah memuji kalian berkaitan dengan masalah bersuci. Apakah (jenis-jenis) bersuci yang telah kamu lakukan?" Mereka menjawab, "Kami berwudhu untuk shalat, mandi karena jinabah, dan ber-istinja` dengan air." Rasul berkata, "Pahalanya adalah untuk kalian, maka hendaklah kalian mengamalkannya." 12

Al-Lubab. Jilid I, hlm. 57 dan sesudahnya; Muraqi al-Falah, hlm. 7; al-Qawanin alFiqhiyuyh. hlm. 36 - 37, asy-Syarhush Shaghir, Jilid 1, hlm. 92,100, Mughnil Muhtaj, Jilid 1, hlm. 13: al-Mughni, Jilid I, hlm. 151 dan seterusnya; Kasysyaful Qina`, Jilid I, hlm. 72, 75; al- Muhadzdab, Jilid I, hlm. 27 dan seterusnya.

10

E. Najis dan Hadast

1. Pengertian Najis 13

Najis menurut bahasa adalah kotor. Sedangkan najis menurut

istilah agama islam adalah kotoran yang wajib dihindari dan dibersihkan oleh setiap manusia apabila terkena najis.

Pembahasan najis dalam agama islam merupakan salah satu pembahasan yang sangat dikarenakan ada keterkaitan dengan masalah ibadah seperti sholat. Sholat seorang muslim tidak akan sah apabila muslim tersebut pada waktu melaksanakannya menempel atau terkena najis. 2. Pembagian Najis dan Cara Mensucikannya

Najis dalam agama islam terbagi menjadi 3 bagian adalah sebagai berikut:

1. Najis mugholadhoh: Najis ini adalah najis yang berat mensucikannya. Contoh dari najis ini adalah najis anjing dan babi.

Cara mensucikan najis mugholadhoh yaitu dengan cara membasuh badan yang terkena najisnya dengan air sebanyak 7x dan salah satunya harus memakai tanah.

2. Najis Mukhoffafah: Najis ini adalah najis yang mudah dalam mensucikannya. Contoh najis ini adalah air kencing bayi laki-laki yang berusia 2 tahun ke bawah dan belum mengkonsumsi minuman yang lain kecuali air susu ibunya.

13

Drs.H.Moh.Rifa’I,fiqh islam,hlm.47-48

11

Cara mensucikannya najis mukhoffafah ini dengan cara memercikkan air secra merata ke tempat yang terkena najisnya.

3. Najis Mutawasithoh: Najis ini adalah najis yang sedang dalam mensucikannya (tidak susah dan tidak mudah). Contoh dari najis ini cukup banyak yaitu

➜ Air kencing: Maksud dengan air kencing yang masuk dalam najis mutawasithoh adalah air kencing bayi perempuan yang baru lahir, air kencing anak laki-laki yang sudah mencapai umur 2 tahun, air kencing bayi lakilaki yang belum mencapai 2 tahun tapi telah mengkonsumsi selain ASI, dan air kencing mau laki-laki atau perempuan yang telah mencapai masa baligh. ➜Tinja: Tinja adalah kotoran manusia atau kotoran binatang. ➜ Darah: Maksud darah disini adalah darah umum mau yang berasal dari darah manusia atau darah hewan. ➜ Nanah: Nanah adalah cairan yang keluar sebab luka atau seba luka yang telah membusuk. ➜ Muntah: Muntah adalah makanan yang keluar lewat mulut manusia dan makanan itu sebelumnya sudah masuk pada bagian lambung. ➜Bangkai: Bangkai adalah keseluruhan tubuh hewan yang mati, karena dalam waktu disembelihnya tanpa memakai aturan syara'. kecuali bangkai ikan dan belalang.

Cara mensucikan najis mutawasithoh adalah dengan cara membasuh tempat yang terkena najisnya dengan air cukup sekali asalakan warna, bau, rasa najisnya hilamg. Apabila kita masih ragu jalan yang terbaik membasuhnya dengan 3x basuhan.

12 2). Pengertian Hadast Hadas adalah keadaan seseorang yang tidak bisa melaksanakan ibadah shalat dikarenakan ada sebab-sebab tertentu.

3). Pembagian hadas dan cara mensucikannya

1. Hadas Kecil adalah keadaan seseorang yang tidak mempunyai wudhu sehingga dia tidak bisa melaksanakan shalat. Cara agar terlepas dari hadas kecil yaitu dengan cara melakukan wudhu kembali.

2. Hadas Besar adalah keadaan seseorang yang tidak bisa melakukan shalat disebabkan keluar air mani, bersetubuh dengan lawan jenis, meninggal dunia, dan datangnya darah haid atau nifas khusus untuk perempuan. Cara mensucikan dari hadast besar yaitu dengan cara mandi dengan niat yang telah ditentukan karena hal yang telah menyebabkan kita punya hadast besar.

13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Arti taharah menurut bahasa artinya “ bersih”, sedangkan menurut syara’ berarti bersih dari hadast dan najis. Selain itu, arti taharah ialah memperbuat barang yang mengharuskan sembahyang dan sebagainya seperti berwudhu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis. Pembagian thaharah ada dua, Thaharah secara hakiki maksudnya adalah halhal yang terkait dengan kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Thaharah Hukmi adalah seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran tetapi ia wajib berthaharah ulang, dengan cara berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan lainya. B. Saran Setelah penulis mencoba sedikit menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan thaharah maka dengan itu penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini para pembaca yang budiman selalu diberikan hidayah oleh Allah SWT. Karena pada dasarnya hidayah tidak akan pernah diberikan oleh Allah SWT. Kepada hambnya jika hambanya tidak mau memiliki sifat kesadaran. Melalui kesadaran itulah seseorang akan diberikan hidayah oleh Allah SWT. Semoga para pembaca juga sadar akan pentingnya thaharah. Sehingga jika umat islam sudah sadar akan pentingnya thaharah sudah barang tentu mereka semua akan hidup sehat. Serta tidak asal-asalan dalam thaharah. Karena jika penulis lihat di zaman ini masih banyak orang yang berwudu’ namun masih belum benar cara mereka mengerjakannya. Masih ada yang berwudu’ seperti capung mandi. Dalam artian dalam berwudu’ mereka asal bagian anggota wudu’nya terkena air saja tanpa memperhatikan apakah wudu’nya sudah sah atau belum menurut kaca mata islam.

14 DAFTAR PUSTAKA Rifa’i. Moh, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978. Sarani.M, Mabadi Ilmu Fiqih, Banjarmasin:TB. Murni, 1373. Muqarrabin, Fiqih Awam, Demak: Media Ilmu, 1997. Al-Gazzi. Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar Al-Fikr, 2005. Al-Banjari.Muhammad Arsyad, Sabilal Muhtadin, Surabaya: Bina Ilmu juz 1. Sabiq. Said, Fiqh Sunnah 1, Bandung:Alma’arif, 1937. Abu Bakar.Iman Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar, Surabaya:Bina Imam, 2003. Mughniyah. Muhammad Jawad, Fiqih Imam Ja’far Shadiq. Jakarta:Dar al- Jawad, 1984. Dainuri. Muhammad, Kajian Kitab Kuning Terhadap Ajaran Islam, Magelang: Sinar Jaya. T.Tahun Az zuhaili,Prof .Dr. Wahbah.2010.Fiqih Imam Syafi’I. Jakarta. Almahira Darajat, Prof. Dr. Zakiyah.1995. Ilmu Fiqih. Jakarta. dana bakti wakaf. Drs.Babudin.S.Ag dan Tim Penyusun Kementrian Agama Republik Indonesia. 2005.Fiqih Untuk X madrasah aliyah, Jakarta. intimedia ciptanusantara H.Abd.Kholiq Hasan. 2008. Tafsir Ibadah. Yogyakarta. Pustaka Pesantren. Imam An-Nawawi, Majmu’ Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009 Rifa’I .Moh. 2001. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang. PT.Karya Toha Putra. Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam Dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2010. Fiqh Ibadah. Jakarta. Amzah

More Documents from "widhy prawira"