NKB- KMK disertai BBLR dengan RDS Ery lione 102014052
Skenario 10 Seorang
ibu hamil 33 minggu (G1P0A0) berusia 30 tahun datang dengan keluhan perdarahan per vaginam. Ibu telah diketahui menderita plasenta previa totalis. Bayi dilahirkan via SC dengan berat 1200 gr dan ketuban jernih.
Istilah yang tidak diketahui Plasenta
Previa : Plasenta menutupi pembukaan pada leher rahim ibu.
Mind map
Satu jam setelah lahir,bayi menangis lemah dengan badan tampak kebiruan,(+) mendengkur dengan sedikit retraksi dada
anamnesis 1. 2. 3. 4.
5. 6.
Identitas pasien Keluhan utama Keluhan penyerta RPS RPD Keadaan lingkungan, sosial
keluarga,
dan
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum , kesadaran pasien, ttv, suhu, frekuensi nadi, frekuensi napas.
Apgar : Bayi meringis dengan ekstremitas sedikit flexi dan tampak biru,denyut jantung 130 x/menit dengan nafas irregular. Setelah distimulasi,bayi menangis kuat dan aktif. Satu jam setelah lahir,bayi menangis lemah dengan badan tampak kebiruan, (+) mendengkur dengan sedikit retraksi dada sehingga bayi harus dirawat.
SKOR APGAR
Merupakan metode praktis yang secara sistematis digunakan untuk menilai bayi baru lahir segera sesudah lahir, untuk membantu mengidentifikasi bayi yang memerlukan resusitasi akibat asidosis hipoksik.
BB= 1200 gram -lahir meringis(1) - ekstremitas sedikit fleksi(1) -tampak biru(0) -denyut jantung 130 x/menit(2) -nafas irreguler(1) SKOR APGAR= 5
Faktor-faktor yang mempengaruhi skor APGAR .
Positif Palsu
Negatif Palsu
Imaturitas
Ibu mengalami asidosis
Analgetik, narkotik, sedatif
Kadar katekolamin janin tinggi
Magnesium sulfat
Beberapa bayi cukup bulan
Trauma serebral akut Persalinan yang sangat cepat Neuropati kongenital Anomali SSP Miopai kongenital Trauma medula spinalis Anomali paru Obstruksi jalan napas Pneumonia kongenital Episode sebelum asfiksia janin
Skor Ballard- Dubowitz
Memiliki ketepatan hingga kelahiran 2 minggu dimana skala tersebut menilai keadaan neurologi dan juga organ-organ tubuh secara keseluruhan.
Skala kramer
Deraj at ikterus
Penilaian kadar bilirubin yang menimbulkan ikterus. Daerah ikterus
Perkiraan kadar bilirubin
I
Kepala dan leher
5,0 mg%
II
Sampai badan atas (di atas umbilikus)
9,0 mg%
III
Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga tungkai atas (di atas lutut)
11,4 mg/dl
IV
Sampai lengan, tungkai bawah lutut
12,4 mg/dl
V
Sampai telapak tangan dan kaki
16,0 mg/dl
Pemeriksaan Penunjang USG Rontgen Amniosentesis Pemeriksaan
darah Analisa gas darah (AGD),elektrolit
Working diagnosis Neonatus
Kurang Bulan Kecil untuk Masa Kehamilan dengan BBLR disertai Respiratory Distress Syndrome.
Berdasarkan usia kehamilan neonatus baru lahir dapat dibedakan menjadi 3, yaitu: Cukup bulan. Dikatakan cukup bulan apabila masa kehamilan berlangsung selama 37-42 minggu Kurang bulan jika sebelum 37 minggu bayi sudah dilahirkan. Lebih bulan jika usia kehamilan mencapai lebih dari 42 minggu Berdasarkan berat badan dan usia kehamilan, neonatus dibedakan menjadi: Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan Neonatus cukup bulan besar untuk usia kehamilan Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan Neonatus kurang bulan kecil untuk masa kehamilan Neonatus kurang bulan besar untuk masa kehamilan Neonatus lebih bulan sesuai masa kehamilan Neonatus lebih bulan kecil masa untuk masa kehamilan Neonatus lebih bulan besar untuk masa kehamilan.
Kurva Lub-Chenko bayi dengan usia kehamilan 33 minggu dan berat 1200 gram merupakan keadaan dimana neonatus mengalami berat badan rendah dan kecil untuk usia kehamilan 33 minggu. Pada umumnya bayi dengan berat badan lahir rendah merupakan bayi yang terlahir secara prematur.
Respiratory Distress Syndrome Dikenal juga sebagai penyakit membran hialin. Merupakan penyakit yang paling sering menyertai bayi prematur dan bersifat sangat serius.
Faktor risiko yang dominan: Prematuritas, karena surfaktan hanya dihasilkan pada akhir trimester kedua dan awal timester ketiga Faktor risiko lainnya: Diabetes melitus maternal Sepsis Hipoksemia dan asidemia Hipotermia
Differential Diagnosis Takipnea sementara bayi baru lahir (TSBBL) / Transient Takipnea in Newborn (TTN)
Merupakan keadaan yang sembuh sendiri yang ditandai dengan takipnea, retraksi ringan, dan kadang-kadang mendengkur, biasanya tanpa tanda-tanda distress pernapasan berat. Bila ada sianosis, biasanya memerlukan O2 tidak lebih dari 30-40%.
TSBBL biasanya ditemukan pada bayi cukup bulan yang dilahirkan dengan sc tanpa proses persalinan sebelumnya. Bayi dari ibu DM dan bayi dengan keinginan napas buruk akibat obat-obatan analgesik yang melewati plasenta juga berisiko.
Roentgenogram dada menunjukkan corak pembuluh darah sentral menonjol, adanya cairan dalam fissura paru, aerasi berlebihan, dan kadang-kadang sedikit efusi pleura. Bronkogram udara dan pola retikulogrnular tidak ditemukan pada TSBBL, dan jika ada memberi kesan paru lain seperti RDS atau pneumonia.
TSBBL dapat disebabkan oleh cairan paru yang tertahan atau penyerapan cairan paru yang lambat.
Patofisiologi
etiologi Hipertensi Perkembangan Solutio
janin terhambat
plasenta Plasenta previa Kelainan rhesus Diabetes Kelainan kontraksi uterus Ketuban pecah dini Serviks inkompeten Kehamilan ganda
epidemiologi
Angka kematian neonatus dengan BBLR sekitar 40 kali bayi dengan berat badan normal yang lahir cukup bulan. Bayi kurang bulan yang mengalami serebral palsy 10 kali lebih tinggi dan defisiensi mental 5 kali lebih tinggi dibanding cukup bulan. Neonatus yang mengalami penyakit membran hialin terjadi 60%-80% terjadi pada bayi yang usia kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15%-30% pada bayi 32-36 minggu, dan sekitar 5% pada bayi cukup bulan. Insiden tertinggi pada bayi preterm laki-laki atau kulit putih.
Gejala Klinis
Penderita sindrom distress pernafasan memiliki beberapa gejala, antara lain takipnu (>60 kali /menit), retraksi interkostal , retraksi subkostal,grunting,nafas cuping hidung,sianosis. Gejala khas yang sering ditemukan, antara lain takipnea, mendengkur jelas, retraksi interkostal dan subkostal, pelebaran dan kehitaman pada cuping hidung, penambahan sianosis relatif sering tidak responsif dengan pemberian oksigen, suara bisa normal atau berkurang dengan kualitas tubuler yang kasar, pada inspirasi dalam terdengar ronki halus terutama pada dasar paru posterior.
Gambaran radiologi Rontgen dada (setelah usia 4 jam) pada RDS menunjukkan: Tampilan paru yang granular uniformis dan difus (ground glass) akibat atelektasis Bronkogram udara- garis batas jalan napas besar yang terisi udara pada paru yang opak Berkurangnya volume paru Batas jantung yang tidak tegas karena lapangan paru yang opak (white out) Selang trakea terpasang
Penatalaksanaan
Deksametason ataupun betametason secara IM pada 48-72 jam sebelum persalinan dengan umur kehamilan 32 minggu atau kurang Surfaktan eksogen (berasal dari paru sapi yang dicincang halus dengan ekstraksi lipid dan diperkaya dengan fosfatidilkolin, asam palmitat, dan trigliserida). Surfaktan lain yang dapat digunakan adalah eksosurf yang mengandung dipalmitoilfosfatidilkolin, heksadekanol, dan tiloksapol. Observasi, perlakuan (handling), suhu lingkungan, cairan dan elektrolit parenteral, terapi oksigen, kateterisasi vena dan arteri umbilikus.
Komplikasi Kerusakan
paru
Retinopati Perdarahan Iskemi
otak
otak Displasia bronkopulmonal Gagal jantung Asfiksia
Pencegahan
Mencegah terjadinya kelahiran prematur. Pemeriksaan lingkar kepala janin dengan USG dan penentuan kadar lesitin dapat mengurangi kemungkinan persalinan prematur. Pemantauan intrauteri pada masa antenatal dan pemantauan intrapartum serupa dapat menurunkan risiko asfiksia janin yang dihubungkan dengan peningkatan insiden dan keparahan penyakit membran hialin.
Prognosis
Penyediaan awal pengamatan intensif dan perawatan bayi baru lahir yang memiliki risiko tinggi dapat secara bermakna mengurangi morbiditas dan mortalitas. Akan tetapi hasil yang baik bergantung dengan fasilitas perawatan rumah sakit, dan tidak adanya komplikasi seperti asfiksia janin atau asfiksia lahir berat, perdarahan intrakranium atau malformasi kongenital yang tidak dapat diperbaiki. Terapi surfaktan dapat mengurangi mortalitas RDS hingga 40%. Secara jangka panjang, penderita RDS yang dapat tercapai fungsi paru yang normal dapat bertahan hidup, namun dapat mengalami gangguan paru dan perkembangan saraf.
Kesimpulan
Surfaktan merupakan zat yang dibutuhkan untuk menajaga alveolus baru terbentuk ketika usia kehamilan 35 minggu. Kehamilan preterm memiliki resiko untuk terkena berbagai macam penyakit, yang paling sering adalah respiratory distress syndrome atau penyakit membran hialin yang jika tidak ditangani akan menimbulkan dilatasi bronkopulmonal. Ibu hamil 33 minggu usia 30 tahun mengalami perdarahan pervagina karena placenta previa, bayi lahir 1200 gram SC meringis, ekstremitas sedikit fleksi dan tampak biru, nafas ireguler dengan retraksi dada memiliki skor APGAR 5 dan mengalami respiratory distress syndrome et causa neonatus kurang bulan kecil masa kehamilan.