Niken Tri W_keputusan Inovasi1.docx

  • Uploaded by: Niken Tri Widayati
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Niken Tri W_keputusan Inovasi1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,177
  • Pages: 11
PAPER Proses Keputusan Inovasi

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Fisika

Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. Sarwi, M.Si 2. Dr. Suharto Linuwih, M.Si

Oleh: Niken Tri Widayati

0403518004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

PROSES KEPUTUSAN INOVASI

I. Pendahuluan Inovasi merupakan hal yang sangat penting untuk konteks keiindonesiaan. Stagnannya kualitas pendidikan Nasional dibandingkan dengan berkembang atau Negara yang ada di dalam kawasan Asia ditengarai karena susahnya para pelaku-pelaku pendidikan Nasional untuk dapat melakukan inovasi baru dalam dunia pendidikan. Keputusan untuk melaksanakan inovasi adalah proses awal untuk dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya. Para pengelola pendidikan sebagai manager yang mempunyai wewenang pengambilan keputusan secaara manajerial dan para guru yang mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan inovasi, terkhusus pengelola dan guru dalam memberikan contoh yang baik dalam melakukan pengambilan keputusan dalam berinovasi. Ciri pokok keputusan inovasi yang membedakan dengan tipe keputusan yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidaktahuan tentang sesuatu (inovasi). Keputusan inovasi masih terbuka berbagai alternative, ada berbagai macam kemungkinan yang terjadi, walau mengandung bahaya, sehingga informasi sangat penting bagi seseorang sebelum mengambil keputusan inovasi. Melalui inovasi manusia menjadi karakteristik modern dimana proses perubahan social dan masyarakat tradisional ke masyarakat yang lebih maju. Tanda masyarakat yang lebih maju diantaranya bidang ekonomi yang makmur, bidang politik yang stabil dan terpenuhi layanan kebutuhan pendidikan, kesehatan masyarakat. Inovasi dapat diterima ketika individu tersebut mengetahui adanya inovasi kemudian yang dilanjutkan dengan pesetujuan dari individu. Individu akan menerima inovasi jika tergantung atau sesuai dengan nilai-nilai warga masyarakat .proses tersebut memerlukan jangka waktu yang tidak relatif singkat sehingga individu dapat menilai gagasan baru itu sebagai pertimbangan diterimanya atau penolakan inovasi dalam penerapannya. Ciri pokok keputusan inovasi yang membedakan dengan tipe keputusan yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidaktahuan tentang sesuatu (inovasi). Keputusan inovasi masih terbuka berbagai alternative, ada berbagai macam kemungkinan yang terjadi, walau mengandung bahaya, sehingga informasi sangat penting bagi seseorang sebelum mengambil keputusan inovasi.

II. Permasalahan a. Karakteristik Permasalahan 1. Tuntutan inovasi dalam dunia pendidikan menjadikan guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan yang diharuskan memiliki ide atau mengadopsi ise yang digunakan dalam pemecahan masalah pendidikan. 2. Penguasaan materi sangat diharapkan dapat disampaikan kepada siswa secara runtut dan menyeluruh agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. (Subadi, 2011) 3. Hasil pemikiran dan olah teknologi yang dapat memberikan dampak pemecahan masalah pada kontribusi inovasi dan hambatannya dalam adopsi inovasi pendidikan. b. Kelebihan dan Kekurangan Permasalahan 1. Kelebihan permasalahan a) Meningkatkan system pendidikan terutama dalam hal perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi, penelitian dan pengolahan pendidikan. b) Meningkatkan sarana serta fasilitas yang menunjang kemajuan system pendidikan. c) Melakukan perubahan terhadap masyarakat sesuai dengan tuntutan zaman. d) Mencari sumber yang mendukung terlaksananya pendidikan secara efektif dan efisien. e) Menyesuaikan keadaan kebutuhan pendidikan sesuai dengan perkembangan IPTEK yang ada pada saat ini. 2. Kekurangan permasalahan a) Pelaksanaan inovasi pendidikan terkadang tidak sesuai dengan perkiraan yang direncanakan, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor seperti kurangnya hubungan antar angora kelompok pelaksana inovasi dan adanya ketidaksamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai. b) Lemahnya berbagai factor penunjang inovasi, hal yang berkaitan dengan tersebut adalah kurang adanya pertukaran inovasi, tidak mengetahui potensi alam, kurang perhatiannya pemerintah dan system pendidikan yang kurang sesuai dengan kebutuhan.

III. Pembahasan a. Pengertian Proses Keputusan Inovasi Proses keputusan inovasi pendidikan (Ibrahim, 1988:87) adalah proses yang dilalui atau dialami oleh individu atau unit pengambilan keputusan lain, mulai dari pertama kali mengetahui

adanya

inovasi

pendidikan

hingga

mengimplementasikan

dan

mengkonfirmasikan terhadap keputusan inovasi dalam bidang pendidikan telah diambil. Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui individu mulai pertama mengetahui adanya inovasi, kemudian dapat dilanjutkan dengan keputusan untuk mengadopsi atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang diambilnya. Proses ini terdiri dari serangkaian tindakan dan pemulihan yang dilakukan seseoang atau organisasi untuk menilai suatu gagasan baru atau inovasi dan memutuskan apakah akan memasukannan ide baru tersebut kedalam kegiatan yang sedang atau sudah berlangsung. Tindakan ini berkenaan dengan ketidakpastian yang mau tidak mau ada dalam keputusan suatu alternative baru. Proses keputusan inovasi (Sa’ud: 2010) ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengembil keputusan), mulai dari tahap mengetahui informasi adanya inovasi, kemudian keputusan setuju terhadap inovasi, ketetapan diterima atau tidaknya inovasi tersebut, implementasi inovasi dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang dapat diambil. Proses keputusan dalam organisasi adalah serangkaian aktifitas yang dilakukan seseorang mulai dari mengenal inovasi sampai dengan menerapkan inovasi.Definisi proses keputusan inovasi menurut Hanafi : Proses mental sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya dan kemudian mengukuhkannya. Berdasarkan dari pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses keputusan inovasi merupakan penerimaan atau penolakan suatu inovasi yang dibuat oleh seseorang.

b. Tipe Keputusan Inovasi Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan).

Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi : 1. Keputusan otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi. Para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pengambil keputusan. 2. Keputusan Individual, yaitu keputusan di mana individu yang bersangkutan ambil peran dalam pembuatan suatu keputusan inovasi. Keputusan individual dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu : a) Keputusan opsional, yaitu keputusan yang dibuat oleh seseorang terlepas darikeputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota system. Meskipun dalam hal individu mengambil keputuan itu berdasarkan norma system sosial atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota system social yang lain b) Keputusan kolektif, yaitu keputusan yang dibuat oleh suatu individu-individu yang ada dalam system social melalui consensus. Semua anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dinuatnya. Ketiga tipe keputusan inovasi tersebut merupakan rentangan dari keputusan opsional (individu dengan penuh tanggung jawab secara mandiri mengambil keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif (individu memperoleh sebagian sebagian wewenang untuk mengambil keputusan), dan yang terakhir keputusan otoritas (individu sama sekali tidak mempunyai hak untuk mengambil alih keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak digunakan dalam organisasi formal, seperti perusahaan, sekolah, perguruan tinggi, organisasi pemerintahan, dan sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering digunakan dalam penyebaran inovasi kepada petani, konsumen, atau inovasiyang sasarannya anggota masyarakat sebagai individu bukan sebagai anggota organisasi tertentu. Biasanya yang paling cepat diterimanya inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi masih juga tergantung bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat

kesepakatan dalam musyawarah antara anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Cepat lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai faktor. Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga berubah dalam waktu tertentu. Rogers memberi contoh inovasi penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil (auto mobil seat belts). Pada mulanya pemasangan seatbelt di mobil diserahkan kepada pemilik kendaraan yang mampu membiayai pemasangannya. Jadi menggunakan keputusan opsional. Kemudian pada tahun berikutnya peraturan pemerintah mempersyaratkan semua mobil baru harus dilengkapi dengan tali pengaman. Jadi keputusan inovasi pemasangan tali pengaman dibuat secara kolektif. Kemudian banyak reaksi terhadap peraturan ini sehingga pemerintah kembali kepada peraturan lama keputusan menggunakan tali pengaman diserahkan kepda tiap individu (tipe keputusan opsional). 3. Keputusan Inovasi Kontingensi (contingent) , yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. c. Model Proses Keputusan Inovasi Everett Rogers dan Floyd Shoemaker menyusun model proses keputusan inovasi menjadi 5 tahapan, yaitu tahap pengetahuan, tajapan bujukan, tahapan keputusan, tahap implementasi dan tahap konfirmasi. 1. Pengenalan, yang terjadi ketika seseorang (atau unit untuk membuat keputusan lainnya) dihadapkan pada keberadaan suatu inovasi dan memahami bagaimana inovasi itu berfungsi. Terdapat tiga tipe pengetahuan dalam tahap pengenalan : a) Kesadaran (awareness knowledge), merupakan pengetahuan akan keberadaan suatu inovasi. Pengenalan ini akan memotivasi individu untuk belajar lebih banyak tentang inovasi dan kemudian mengadopsinya. Rogers menyatakan bahwa untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan melalui media massa seperti radio, televisi, koran,atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih cepat mengetahui akan keberadaan suatu inovasi. b) Pengetahuan teknis (how to use), merupakan informasi yang diperlukan mengenai cara pemakaian atau penggunaaan inovasi. Rogers meandang pengetahuan jenis ini sangat penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih meningkatkan peluang

pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini dengan memadai berkenaan dengan penggunaan inovasi. c) Pengetahuan prinsip (principles knowledge) merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip berfungsinya suatu inovasi. Seseorang bisa saja mengadopsi atau menggunakan inovasi tanoa memiliki pengetahuan prinsip. Namun kemampuan seseorang untuk meramal kegunaan inovasi dalam jangka panjang lebih mudah jika pengadopsian itu dilengkapi dengan pengetahuan prinsip. 2. Persuasi, terjadi ketika seseorang membentuk sikap suka atau tidak terhadap inovasi. Jika aktifitas mental pada tahap pengenalan terutama adalah berlangsungnya fungsi kognitif, maka aktifitas mental pada tahap persuasi yang utama adalah afektif (perasaan), sehingga seseorang. Pada tahap persuasi inilah persepsi umum terhadap inovasi dibentuk sifatsifat inovasi tersebut berdasarkan pengamatan penerima. a) Keuntungan relatif (relative advantage) adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap sebagai sesuatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. b) Kompatabilitas (compatibility) adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. c) Kompleksitas (complexity) adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relative sulit untuk dimengerti dan digunakan. Sebuah inovasi dapat lebih mudah dipahami oleh penerima tertentu sedangkan orang lainnya tidak. d) Triabilitas (triability) adalah suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dahulu. e) Observabilitas (observability) adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari uatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau kelompok orang yang mengadopsinya. (B.Aubrey, 1986). 3. Keputusan, terjadi ketika seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada suatu penentuan untuk menerima atau menolak inovasi. Menerima atau adopsi berarti nahwa inovasi tersebut akan digunakan secara penuh, sedangkan menolak berarti tidak menerima suatu inovasi. Jika inovasi dapat dicobakan secara parsial, maka inovasi ini akan lebih cepat diterima karena karena biasanya individu tersebut pertama-tama ingin

mencoba inovasi terlebih dahulu pada keadannya setelah itu memutuskan untuk menerima inovasi tersebut. Terdapat dua jenis penolakan, yaitu active rejection dan passive rejection. a) Active rejection, terjadi ketika individu mencoba inovasi dan berfikir akan mengadopsi inovasi tersebut namun pada akhirnya dia menolak inovasi tersebut. b) Passive rejection, individu terebut sama sekali tidak berfikir untuk mengadopsi inovasi. Diskontinuansi adalah keputusan seseorang untuk menghentikan penggunaan inovasi setelah sebelumnya mengadopsi. Macam-macam diskontinuansi adalah : a) Diskontinuansi karena mengganti inovasi, itu disebabkan karena seseorang menerima ide baru yang lebih baik menurut pandangannya. b) Diskontinuansi karena kecewa, keputusan menghentikan sebagaai akibat dari kedakpuasan terhadap inovasi. Ketidakpuasan ini bisa muncul karena inovasi itu relative tidak memberikan keuntungan. 4. Pelaksanaan, yang terjadi apabila seseorang menggunakan inovasi tersebut. Dalam tahap implementasi ini berlang sung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputuisan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktik. Pada umumnya implementasi tentu mengikuti hasil keputussan inovasi. Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti imlementasi. Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf imlpementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak merupakan hal yang baru lagi. 5. Konfirmasi, terjadi ketika seseorang mencari penguat terhadap keputusan inovasi yang telah dibuat sebekumnya, tetapi bisa jadi ia merubah keputusannya apabila dihadapkan pada pesan-pesan yang bertentangan. Jadi, dalam tahap ini sikap menjadi hal yang lebih krusial. Berikut adalah factor-faktor yang mempengaruhi konfirmasi : a) Efek komunikasi massa, teori difiusi inovasi sangat penting dihubungkan dengan penelitian efek komunikasi. Dalam hal penekanannya adalah efek komunikasi yaitu kemampuan media dan opinion leader unyuk menciptakan pengetahuan, ide dan

penemuan baru dan membujuk sasaran untuk mengadopsi inovasi tersebut (Jalaudin Rakhmat, 2000) b) Komunikasi interpersonal, proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara 2 orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik atau feed back. Meskipun ada yang bependapat bahwa sebagain besar informasi yang beraal dari media massa, tetapi informasi dari media massa tersebut sering dibicarakan dan diinternalisasi melalui interaksi antar pribadi. Namun demikian, pada kenyatannya, nilai keyakinan, sikap dan perilaku kita banyak dipengaruhi oleh komunikasi antar pribadi dibandingkan dengan media massa dan pendidikan formal

IV. Kesimpulan a. Pengertian keputusan inovasi pendidikan adalah merupakan penerimaan atau penolakan suatu inovasi yang dibuat oleh seseorang. b. Tipe keputusan inovasi yaitu terdiri keputusan otoritas dan keputusan individual. Keputusan individual terdiri oleh dua tipe yaitu keputusan opsional dan keputusan kolektif.

c. Model proses keputusan inovasi terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengenalan, persuasi, keputusan, pelaksanaan, serta konfirmasi.

V. Daftar Pustaka Aubrey B Fisher. 1989. Teori-teori Komunikasi. Bandung Bandung: CV. Remaja Karya. Dacholfany, M.Ikhsan. 2016. Peranan Pengambilan Keputusan Dalam Rangka Menciptakan Inovasi di Bidang Pendidikan. Jurnal Dewantara. No.1(I). 16 Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Rahmat Jalaluddin, 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rogers, E.M. Shoemaker, F.F., 1971, Communication of Innovations, The Free Press, London Sa’ud, Udin Syaefudin. 2010.Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta Subadi, Tjipto. 2011. Inovasi Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press

Related Documents

Tri
October 2019 65
Tri Go No Me Tri
June 2020 22
Quan Tri
May 2020 42

More Documents from "nhulai"