Niar Acne.docx

  • Uploaded by: nhiar dwi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Niar Acne.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,968
  • Pages: 12
DACHNIAR DWI ASTUTI 10542018110 LAPORAN KASUS (MINI)

IDENTITAS PASIEN Nama

: MN

Umur

: 19 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Gowa

ANAMNESIS Keluhan Utama : Jerawat di wajah dan punggung Anamnesis Terpimpin : Pasien Laki-laki umur 19 tahun datang berobat ke poli kulit di Balai Kesehatan Kulit, Kelamin dan Kosmetik dengan keluhan adanya jerawat yang timbul pada bagian wajah dan punggung yang dirasakan sejak setahun belakangan ini. Gejala tidak disertai dengan rasa gatal dan rasa nyeri. Jerawat tersebut muncul diawali pada bagian muka, kemudian setelah itu muncul juga di bagian punggung. Pasien kegiatan sehari-harinya adalah rutin berenang hamper setiap hari. Riwayat pengobatan (-), riwayat keluarga (-), riwayat demam (-), riwayat di gigit serangga (-), riwayat alergi (-), riwayat obat (-), riwayat penyakit sebelumnya (-). STATUS DERMATOLOGIS : Lokasi : 

Bagian wajah dan punggung

Effloresensi : 

Pada bagian wajah: papul, tampak komedo tertutup



Pada bagian punggung : Papul

DIAGNOSIS : Acne vulgaris

PENATALAKSANAAN : Tracne 0,05 Desolex

AKNE VULGARIS Definisi Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. 1 Akne pada pada dasarnya merupakan penyakit pada remaja, dengan 85% terjadi pada remaja dengan beberapa derajat keparahan. Dimana didapatkan frekuensi yang lebih besar pada usia antara 15-18 tahun pada kedua jenis kelamin. Pada umumnya, involusi penyakit terjadi sebelum usia 25 tahun.2 Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang pasti belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan, antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis, pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.3

Epidemiologi Akne vulgaris pertama kali dipublikasikan pada tahun 1931 oleh Bloch. Pada saat itu dinyatakan bahwa insiden terjadinya akne vulgaris lebih banyak pada anak perempuan dibanding anak laki-laki dengan usia sekitar 13% pada anak usia 6 tahun dan 32% pada anak usia 7 tahun. Sejak saat itu tidak ada evolusi yang signifikan mengenai usia timbulnya jerawat. Menurut studi yang berbeda dari literatur berbagai negara, usia awal rata-rata 11 tahun pada anak perempuan dan 12 tahun pada anak laki-laki.4

Etiopatogenesis Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks, dipengaruhi banyak faktor dan kadang-kadang masih kontroversial. Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne, yakni peningkatan sekresi sebum, adanya keratinisasi folikel, bakteri, dan peradangan (inflamasi).2

1. Peningkatan sekresi sebum Faktor pertama yang berperan dalam patogenesis akne ialah peningkatan produksi sebum oleh glandula sebacea. Pasien dengan akne akan memproduksi lebih banyak sebum dibanding yang tidak terkena akne meskipun kualitas sebum pada kedua kelompok tersebut adalah sama. Salah satu komponen dari sebum yaitu trigliserida mungkin berperan dalam patogenesis akne. Trigliserida dipecah menjadi asam lemak bebas oleh P.aknes, flora normal yang terdapat pada unit pilosebacea. Asam lemak bebas ini kemudian menyebabkan kolonisasi P.aknes, mendorong terjadinya inflamasi dan dapat menjadi komedogenik.1,2

P a

b

c

d

Gambar. 1. Patogenesis Akne: a) Hiperkeratosis primer b) Komedo c) Inflamasi papul (pustul) d) Nodul (Diambil dari kepustakaan 2 )

2. Keratinisasi folikel Hiperproliferasi epidermis follikular menyebabkan pembentukan lesi primer akne yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut paling atas, yaitu infundibulum menjadi hiperkeratosis dengan meningkatnya kohesi dari keratinosit. Kelebihan sel dan kekuatan kohesinya menyebabkan pembentukan

plug

pada

ostium

follikular.

Plug

ini

kemudian

menyebabkan konsentrasi keratin, sebum, dan bakteri terakumulasi di dalam folikel. Hal tersebut kemudian menyebabkan pelebaran folikel

rambut bagian atas, yang kemudian membentuk mikrokomedo. Stimulus terhadap proliferasi keratinosit dan peningkatan daya adhesi masih belum diketahui. Namun terdapat beberapa faktor yang diduga menyebabkan hiperproliferasi keratinosit yaitu stimulasi androgen, penurunan asam linoleat, dan peningkatan aktifitas interleukin (IL)-1α.2 3. Bakteri Faktor ketiga yakni bakteri. Propionibacterium aknes juga memiliki peranan aktif dalam proses inflamasi yang terjadi. P.aknes merupakan bakteri gram-positif, anaerobik, dan mikroaerobik yang terdapat pada folikel sebacea. Remaja dengan akne memiliki konsentrasi P.aknes yang lebih tinggi dibanding orang yang normal. Bagaimanapun tidak terdapat korelasi antara jumlah P.aknes yang terdapat pada glandula sebacea dan beratnya penyakit yang diderita.2 4. Inflamasi Pada awalnya telah diduga bahwa inflamasi mengikuti proses pembentukan komedo, namun terdapat bukti baru bahwa inflamasi dermal sesungguhnya mendahului pembentukan komedo. Biopsi yang diambil pada kulit yang tidak memiliki komedo dan cenderung menjadi akne menunjukkan peningkatan inflamasi dermal dibandingkan dengan kulit normal. Biopsi kulit dari komedo yang baru terbentuk menunjukkan aktifitas inflamasi yang jauh lebih hebat.2

Gejala Klinis Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas, dan glutea kadang-kadang terkena. 1 Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik dari folikel pilosebacea yang memiliki karakteristik komedo, papul, pustul, dan nodul. Komedo merupakan lesi primer dari akne. 1

Klasifikasi Tidak terdapat sistem grading yang seragam dan terstandarisasi untuk beratnya akne yang diderita. Akne pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan tipe (komedoal/papular, pustular/noduokisitk) dan/atau beratnya penyakit ( ringan/sedang/sedang-berat/ berat). Lesi kulit dapat digambarkan sebagai inflamasi dan non-inflamasi.5 Klasifikasi sederhana: Akne ringan ( Mild akne ) : Komedo merupakan lesi utama. Papul dan pusutl mungkin ada tetapi memiliki ukuran yang kecil serta jumlah yang sedikit ( umumnya < 10 ).5 Akne sedang (Moderate akne ): Jumlah papul dan pustul yang cukup banyak (10-40). Jumlah komedo yang cukup banyak (10-40) juga ada. Kadangkadang disertai penyakit yang ringan pada badan.5 Akne sedang berat (Moderately severe akne ): Jumlah papul dan pustul yang sangat banyak kadang-kadang

( 40-100), biasanya dengan banyak komedo (40-100) dan

terdapat lesi nodular dalam

yang besar dan terinflamasi (

mencapai 5 ). Area yang luas biasanya melibatkan wajah, dada, dan punggung.5 Akne sangat berat (Very severe akne ) : Akne nodulokistik dan akne konglobata dengan lesi yang parah; banyak lesi nodular/pustular yan besar dan nyeri bersama dengan banyak komdeon, papul, pustul, dan komedo yang lebih kecil.5 FDA global grade Grade 0 : Kulit yang bersih tanpa lesi inflamasi atau non-inflamasi Grade 1 : Hampir bersih dengan lesi inflamasi atau non-inflamasi Grade 2 : Ringan, grade 1 ditambah dengan beberapa lesi non-inflamasi dengan sangat sedikit lesi inflamasi yang ada ( papul/pustul, tidak ada lesi nodular ) Grade 3 :Sedang, grade 2 ditambah dengan banyak lesi non-inflamasi dan mungkin terdapat beberapa lesi inflamasi, tetapi tidak lebih dari satu lesi nodular Grade 4 : Berat, grade 3 ditambah dengan banyak lesi non-inflamasi dan inflamasi, dengna sedikit lesi nodular.

Gambar.2 Akne vulgaris grade 1

Gambar.4 Akne vulgaris grade 3

Gambar.3 Akne vulgaris grade 2

Gambar.5 Akne konglobata

Diagnosis Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis, dan tes laboratorium. 1,2,5 Berdasarkan anamnesis, akne vulgaris biasanya terjadi pada saat pubertas, tetapi gejala klinis yang muncul sangatlah bervariasi. Perempuan mungkin memperhatikan bentuk yang berfluktuasi berdasarkan siklus mensturasinya. Akne fulminan merupakan subtipe akne yang jarang dan terjadi pada berbagai manifestasi sistemik, termasuk demam, arthralgia, myalgia, hepatosplenomegaly, dan lesi tulang osteolitik.5 Pada pemeriksaan fisis akne non-inflamasi tampak sebagai komedo terbuka dan tertutup. Lesi inflamasi dimulai dengan adanya mikrokomedo tetapi dapat berkembang menjadi papul, pustul, nodul, atau kista. Kedua tipe lesi ditemukan pada area dengan glandula sebacea yang banyak.5

Diagnosis banding 1.

Erupsi akneiformis Erupsi akneiformis merupakan akne yang disebabkan oleh induksi obat, seperti kortikosteroid, Isoniazid, barbiturat, bromida, iodida,

difenilhidantoin, dan ACTH. Klinis erupsi berupa papul di berbagai tempat tanpa komedo, timbul mendadak tanpa disertai demam.2 2.

Rosasea Rosasea adalah penyakit kronik yang etiologinya belum diketahui secara pasti, dengan karakteristik adanya eritema pada sentral wajah dan leher.2

3.

Dermatitis perioral Perioral dermatitis adalah penyakit kulit dengan karakteristik papul dan pustul kecil yang terdistribusi pada daerah perioral, dengan predominan di sekitar mulut. Dermatitis perioral biasanya pada wanita muda, sering ditemukan di sekitar mulut, namun dapat pula di sekitar hidung dan mata. 2

Penatalaksanaan Terapi akne vulgaris terdiri atas terapi sistemik, topikal, fisik, operasi dan diet.2 1. Terapi Sistemik a. Antibiotik oral Antibiotik oral diindikasikan untuk pasien dengan akne yang mansih meradang. Antibiotik yang diberikan adalah Tetrasiklin (tetrasiklin, doksisiklin,minosiklin) eritromisin, kotrimoksasole, dan klindamisin. Antibiotik ini mengurangi peradangan akne dengan menghambat pertumbuhan dari P.Aknes.2 Alternatif lain, tetrasiklin generasi kedua (doksisiklin) diberikan 100mg-200mg/ hari dan 50 mg/hari sebagai maintainance dose, (minosiklin) biasanya diberikan 100mg/hari.2 Eritromisin

1g/hari

dapat

diberikan

sebagai

regimen

alternative. Obat ini sama efektifnya dengan tetrasiklin, tapi menimbulkan resistensi yang tinggi terhadap P.aknes dan sering dikaitkan dengan kegagalan terapi. 2

b. Isotretionoin oral Isotretinoin oral merupakan obat sebosupressive paling efektif dan diberikan untuk akne yang berat. Seperti retinoid lainnya, isotretinoin

mngurangi

komedogenesis,

mengecilkan

ukuran

glandula sabaseus hingga 90% . 2 c. Hormonal Terapi hormonal diindikasikan pada wanita yang tidak mempunyai respon terhadap terapi konvensional. Mekanisme kerja obat-obat hormonal ini secara sistemik mengurangi kadar testosteron dan dehidroepiandrosterone, yang pada akhirnya dapat mengurangi produksi sebum dan mengurangi terbentuknya komedo.2 2. Topikal Penggunaan obat-obatan sebagai terapi topikal merupakan satu cara yang banyak dipilih dalam mengatasi penyakit akne vulgaris. Tujuan diberikan terapi ini adalah untuk mengurangi jumlah akne yang telah ada,

mencegah terbentuknya spot yang baru dan mencegah

terbentuknya scar (bekas jerawat). 3 Ada berbagai macam obat-obatan yang dipakai secara topikal, yaitu: a. Retinoid topical. b. Tretinoin c. Isotretinoin d. Adapalene e. Tazarotene f. Antibiotik Topikal g. Asam Salisilat h. Anti-androgen 3. Terapi Fisik3 Selain terapi topikal dan terapi oral, terdapat beberapa terapi tambahan dengan menggunakan alat ataupun agen fisik, diantaranya adalah:

a. Ekstraksi komedo Pengangkatan komedo dengan menekan daerah sekitar lesi dengan menggunakan alat ekstraktor dapat berguna dalam mengatasi akne. b. Kortikosteroid Intralesi Akne cysts dapat diterapi dengan triamsinolon intralesi atau krioterapi. Nodul-nodul yang mengalami inflamasi menunjukkan perubahan yang baik Dalam kurun waktu 48 jam setelah disuntikkan dengan steroid. c. Liquid Nitrogen Cara

lain

untuk

terapi

akne

cysts

adalah

dengan

mengaplikasikan nitrogen cair selama 20 detik, aplikasi kedua diberikan

2

menit

berikutnya.

Terapi

ini

bekerja

dengan

mendinginkan dinding fibrotik dari akne cysts sehingga akan terjadi kerusakan pada dinding tersebut. d. Radiasi Ultraviolet Radiasi UV mempunyai efek untuk menghambat inflamasi dengan menghambat aksi dari sitokin. 4. Diet Beberapa artikel menyarankan pengaturan diet untuk penderita akne vulgaris. Implikasi dari penelitian tentang diet coklat, susu, dan makanan berlemak dan hubungannya dengan akne masih diteliti. Hingga saat ini belum ada evidence base yang mendukung bahwa eliminasi makanan akan berdampak pada akne, akan tetapi beberapa pasien akan mengalami kemunculan akne setelah mengkonsumsi makanan tersebut. 5 Prognosis Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu di rawat inap di rumah sakit.1

Diskusi Dari hasil anamnesis pasien didapatkan bahwa pasien seorang lakilaki dengan umur 19 tahun dengan keluhan timbul bintil di wajah dan punggung sejak setahun terakhir. Diagnosis akne vulgaris pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis dijumpai keluhan utama berupa bintil pada wajah dan punggung. Dari hasil anamnesis juga didapatkan bahwa pasien hamper tiap hari berenang sehingga dapat disimpulkan paparan sinar matahari yang bisa mengakibatkan timbulnya acne vulgaris. Selain itu pasien berumur 19 tahun, yang dimana akne umumnya muncul pada saat pubertas dan seringkali merupakan tanda awal dari produksi hormon seks yang meningkat. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan adanya papul-papul dan komedo tertutup pada daerah facialis dan papul-papul pada daerah punggung. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustule dan kista pada tempat predileksinya. Lokalisasinya di daerah facialis dan daerah punggung belakang. Hal ini sesuai kepustakaan yang menyatakan bahwa tempat predileksi akne vulgaris adalah wajah, bahu, leher, dada, punggung dan lengan atas bagian luar.

DAFTAR PUSTAKA 1. Adhi Djuanda, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7 Cetakan 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015. 2. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions. In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffell D, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2007. p: 690-703. 3. Hunter John, Savin John, Dahl Mark. Clinical Dermatology 3rd ed. Massachusetts: Blackwell Science,Inc.;2002. p:148-156. 4. Dreno B, Poli F. Epidemiology of Acne. Dermatology, Acne Symposium at the World Congres of Dermatology Paris July 2002. p:7-9. 2003 5. Anonim. Acne Vulgaris. Cited on 02 June 2011. Available from: http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/basics/classification.html

Related Documents


More Documents from "brainleague"

Nilai.docx
May 2020 6
Simak.pdf
May 2020 10
Gas Bertekanan.docx
May 2020 9
Niar Acne.docx
November 2019 10