@ New Bab I Edit Fix.doc

  • Uploaded by: dwi gusti
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View @ New Bab I Edit Fix.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 1,155
  • Pages: 7
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Sudoyo, 2013). Prevalensi diabetes Mellitus telah dikatagorikan sebagai penyakit global oleh Word Health Organization (WHO) dengan sejumlah penderita di dunia mencapai 2018 juta jiwa pada tahun 2015.

Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh DiabCare tahun 2015 pada 12 negara di Asia menunjukkan bahwa jumlah penderita DM tipe 2 dengan pengendalian glukosa darah yang buruk mencapai 68%. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin

(Soegondo,

2011).

World

Health

Organization

(WHO)

mengklasifikasikan penderita DM dalam lima golongan klinis, yaitu DM

1

2

tergantung insulin (DM tipe 1) DM tidak tergantung insulin (DM tipe 2), DM berkaitan dengan malnutrisi (MRDM), DM karena toleransi glukosa terganggu (IGT), dan DM karena kehamilan (GDM) (Sudoyo, 2013). WHO memprediksi kenaikan jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, sedangkan Badan Federasi Diabetes Internasional (FDI) pada tahun 2009 memperkirakan kenaikan jumlah penderita diabetes melitus dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030 (Persi, 2012). Indonesia kini telah menduduki urutan jumlah penderita diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penderita diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada 2030 ada 20,1 juta penderita diabetes dengan tingkat prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan 7,2 persen di rural (Persi, 2011). Menurut laporan Riskesdas tahun 2015, Provinsi Lampung merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan prevalensi penderita DM sebesar 2,1% (Kemenkes RI, 2015). Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang masih menjadi topik penelitian. Sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa obesitas, khususnya obesitas sentral/abdominal memiliki sifat meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif pada seseorang, salah satunya adalah penyakit diabetes melitu tipe 2 (DM 2) (Nabila, 2018).

3

Obesitas menjadi risiko terhadap peningkatan kejadian DM 2 pada seseorang. Itulah sebabnya, peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi di dunia sangat berkaitan erat dengan semakin meningkatnya prevalensi DM tipe 2. Selain itu, faktor usia juga turut berperan dalam menyumbang terjadinya DM 2 pada seseorang. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin tinggi untuk berisiko terkena penyakit–penyakit degeneratif seperti DM tipe 2 (Nabila, 2018). Asupan kalori yang melebihi pengeluaran energi, akan meningkatkan hasil mitokondria NADH (mNADH) dan Reactive Oxygen Species (ROS). Pembentukan ROS dapat dikurangi dengan melakukan pencegahan penumpukan NADH dengan menghambat rangsangan insulin dan mencegah masuknya substrat ke dalam mitokondria, sehingga resistensi insulin dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi yang melindungi sel-sel terhadap serapan asam lemak dan kerusakan oksidatif. Resistensi insulin ini belum menyebabkan diabetes klinis, dimana sel β pankreas masih dapat mengompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia dengan kadar glukosa darah masih normal atau sedikit meningkat. Bila sudah terjadi kelelahan sel β pankreas, baru timbul DM klinis yang ditandai dengan kadar gula darah yang meningkat. Dalimunthe pada tahun 2008, dalam Justitia (2012) menyebutkan 70% kejadian Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) akan menjadi penderita DM dalam jangka 6-10 tahun kemudian (Aulia, 2016).

4

Efek jangka panjang dari penyakit DM 2 apabila tidak dimonitoring dengan baik dapat menyebabkan timbulnya penyakit penyerta lainnya, seperti jantung, hipertensi, gagal ginjal, dan stroke. Terdapat beberapa cara untuk mengetahui kondisi DM 2 pada seseorang, salah satunya adalah melalui pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri dapat dijadikan sebagai parameter dalam mendeteksi penyakit karena sensitif terhadap perubahan fisik yang berkaitan dengan penyakit tertentu, salah satunya DM 2. Salah satu pengukuran antropometri yang dapat dilakukan untuk memberikan diagnosa DM 2 adalah pengukuran lingkar pergelangan tangan. Lingkar pergelangan tangan merupakan jenis pengukuran antropometri baru yang sederhana, mudah dilakukan, dan objektif dalam menunjukkan ukuran skeletal frame size tanpa dipengaruhi oleh jumlah lemak tubuh.4,8 (Arif, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria et al., lingkar pergelangan tangan diyakini sebagai pengukuran antropometri yang menggambarkan risiko kardiometabolik seperti resistensi insulin dan diabetes. Selain pengukuran antropometri, terdapat pengukuran lain yang dapat memperkuat diagnosis DM 2, yaitu dengan melakukan pengukuran Glukosa Darah Puasa (GDP). Resistensi insulin yang terjadi pada kelompok obesitas kemudian mengakibatkan penurunan kerja insulin pada jaringan sasaran sehingga menyebabkan glukosa sulit memasuki sel. Keadaan ini berakhir kepada peningkatan kadar glukosa dalam darah. Berdasarkan teori yang ada dapat

5

diketahui bahwa adanya suatu hubungan antara tingkat penumpukan lemak tubuh yang terjadi pada individu obesitas dengan kadar gula darah puasanya (Corwin, 2010), Hasil penelitian Andi Fadilah Yusran Putri (2015) menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat obese di Kelurahan Batung Taba dan Kelurahan Korong Gadang adalah berjenis kelamin perempuan dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Sebagian besar masyarakat memiliki berat badan dengan kriteria obese I dan kadar gula darah puasa dengan kriteria DM ≥100 mg/dl. Data Poliklinik Penyakit Dalam di RS Bintang Amin Bandar Lampung menunjukkan bahwa jumlah rata-rata penderita DM rawat jalan yang mengontrol gula darahnya setiap bulan sekitar 50 penderita. Banyaknya penderita DM yang mengontrol gula darahnya di RS Bintang Amin Bandar Lampung, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini (Poliklinik Penyakit Dalam RS Bintang Amin Bandar Lampung, 2018). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Hubungan Obsesitas Dengan Kadar gula darah puasa pada pasien diabetes Mellitus Tipe 2 di RS Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2018.

6

1.2

Rumusan Masalah Apakah ada hubungan obsesitas dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes Mellitus tipe 2 di RS Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2018?

1.3

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan obsesitas dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes Mellitus tipe 2 di RS Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2018. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui karakteristik responden di RS Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2018. b) Untuk mengetahui distribusi obsesitas pada pasien diabetes Mellitus tipe 2 di RS Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2018. c) Untuk mengetahui distribusi kadar gula darah puasa pada pasien diabetes Mellitus tipe 2 di RS Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2018. d) Untuk mengetahui distribusi hubungan obesitas dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RS Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan pengetahuan tentang adanya hubungan obsesitas dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes Mellitus tipe 2.

7

2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan penderita untuk mengenal diabetes Mellitus dan kadar darah puasa. b. Memberikan tambahan manfaat bagi klinisi dalam mendiagnosis serta pencegahan dini terjadinya komplikasi pada penderita diabetes Mellitus. c. Dapat meningkatkan wawasan bagi peneliti mengenai hubungan obsesitas dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes Mellitus tipe 2 serta menambah pengetahuan tentang metodologi penelitian dan aplikasinya di lapangan.

Related Documents

@ New Bab I Edit Fix.doc
December 2019 29
Bab I Edit Fix.docx
November 2019 35
Bab I - Edit Wis.docx
May 2020 15
New Edit
October 2019 25
Bab I New Pur.docx
May 2020 16

More Documents from "teguh cahyono"