Nervous Nando.docx

  • Uploaded by: NeSt Ilmi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Nervous Nando.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,909
  • Pages: 14
MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI Tentang

“NERVOUS SYSTEM” Dosen Pengampu: Ns. Gani Apriningtyas B., S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:

1. Karnando R.I

Kelas

D/KP/1

:

(04.18.4732)

PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATAN STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA Tahun Akademik 2018/2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem saraf merupakan suatu struktur yang paling sempurna yang dimiliki oleh manusia. Sistem saraf dapat diibaratkan seperti halnya jalan darat yang ada di suatu kota. Dimulai dari jalan utama, jalan-jalan kecil, dan jalan-jalan layang, serta jembatan penyebrangan yang merupakan pengubung antara jalan-jalan ini, keseluruhan ini membentuk suatu sistem yang rumit ditambah lagi dengan kemacetan yang padat. Kendatipun semua kerumitan tersebut memiliki titik awal dan akhir yang mengarah ke suatu tujuan. Demikian pula struktur saraf utama kita yang terdiri dari triliunan sel saraf (neuron) yang saling berhubungan. Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan serta mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sistem-sistem lainnya di dalam tubuh, sehingga terjalinlah komunikasi antar berbagai sistem tubuh sehingga tubuh dapat berfungsi sebagai unit yang harmonis. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1.

Apa pengertian dari sistem saraf?

2.

Apa saja struktur yang menyusun sistem saraf, fungsi dan klasifikasi sistem saraf?

3.

Bagaimanakah aktivitas sistem saraf dalam memproses informasi?

4.

Apa saja penyakit/ kelainan pada sistem saraf ?

1.3 Tujuan Adapun tujuan yang melatarbelakangi penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1.

Untuk memenuhi tugas pada matakuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia.

2.

Untuk mengetahui pengertian sistem saraf.

3.

Untuk mengetahui apa saja struktur yang menyusun sistem saraf, pengertian, dan klasifikasi sistem saraf.

4.

Untuk menjelaskan kerumitan kinerja dari sistem saraf.

5.

Untuk mengetahui berbagai macam penyakit/ kelainan yang dapat menyerang sistem saraf.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Saraf Tubuh manusia dilengkapi dengan dua perangkat pengatur seluruh kegiatan tubuh. Kedua perangkat ini sering dikenal dengan sistem koordinasi. Sistem koordinasi ini terdiri dari sistem saraf, sistem indra dan sistem hormon. Berbeda dengan sistem hormon yang bekerja lebih lambat, sistem saraf bekerja dengan cepat dalam menanggapi perubahan lingkungannya, selain itu pengaturannya dilakukan oleh benang-benang saraf (Pratiwi, 2004:158). Menurut Campbell (2004:201) “sistem saraf merupakan suatu kombinasi-kombinasi sinyal listrik dan kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf (neuron) mampu berkomunikasi antara satu sama lain” (Campbell, 2004:201). Jadi, sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang berfungsi untuk menyampaikan rangsangan secara cepat dari reseptor yang akan dideteksi dan direspon oleh tubuh. 2.2 Struktur Saraf Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron. Neuron dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan atau tanggapan. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson.

Gambar 1. Neuron Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar. Didalamnya terdapat nukleus dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi membangkitkan energi untuk membawa rangsangan. Dendrit ialah serabut-serabut saraf yang pendek, biasanya bercabang-cabang seperti pohon dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Dendrit berfungsi untuk menerima impuls (rangsang) yang datang dari ujung akson neuron lain. Kemudian impuls dibawa ke badan sel saraf.

Akson atau neurit merupakan serabut yang panjang dan umumnya tidak bercabang. Akson berfungsi meneruskan rangsangan yang berasal dari badan sel saraf ke kelenjar dan serabutserabut otot. Jumlah akson biasanya hanya satu pada setiap neuron. Di dalamnya terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Di bagian ujung yang jauh dari badan sel saraf terdapat cabang-cabang yang berhubungan dengan dendrit dari sel saraf

yang

lain. Akson terbungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung lemak. Selaput mielin disusun oleh Sel Schwann. Lapisan mielin yang paling luar disebut neurilema. Lapisan tersebut berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan. Sel Schwann membentuk jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk neurit dan membantu regenerasi neurit. Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan diantara dua segmen disebut nodus ranvier. Nodus ranvier berfungsi mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus ranvier memungkinkan saraf untuk meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain, sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan. 2.3 Jenis-jenis Neuron Berdasarkan fungsi dan arah transmisinya, neuron terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut: 1) Neuron sensorik, disebut juga sel saraf indra, karena berfungsi meneruskan rangsang dari penerima (indra) ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Badan sel saraf pusat ini bergerombol membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya panjang. 2) Neuron Motorik (sel saraf penggerak), berfungsi membawa impuls dari pusat saraf (otak) dan sumsum tulang belakang ke otot (efektor). Sel saraf ini mempunyai dendrit yang pendek dan akson yang panjang. 3) Neuron Intermediet atau sel saraf penghubung, banyak terdapat di dalam otak dan sumsum tulang belakang, berfungsi menerima rangsangan dari neuron sensori atau intermediet yang lain. Sel saraf ini memiliki dendrit yang pendek dan aksonnya ada yang pendek dan panjang.

Gambar 2 jenis-jenis neuron Sedangkan berdasarkan bentuk neuron terbagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Neuron Unipolar, hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu cabang sentral yang berfungsi sebagi salah satu akson dan satu cabang perifer yang berguna sebagai satu dendrit. Jenis neuron ini merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer (misalnya sel-sel ganglion cerebrospinalis). 2) Neuron bipolar, mempunyai dua serabut, satu dendrit dan satu akson. Jenis ini banyak dijumpai pada epitel olfaktori dalam retina mata dan di dalam telinga. 3) Neuron multipolar, mempunyai banyak dendrit dan satu akson. Jenis neuron ini merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf sentral (sel saraf motoris pada cornu anterior dan lateralis medula spinalis, sel-sel ganglion otonom). 2.4 Fungsi sistem saraf Secara umum, sistem saraf memiliki 3 fungsi pokok yang saling tumpang tindih, yaitu input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input ialah penghantaran atau konduksi sinyal dari reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya di mata, ke pusat integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon yang sesuai. Output motorik adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu Sistem Saraf Pusat ke sel-sel efektor, sel-sel otot, atau sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut (Campbell, 2004:201).

Gambar 3. input sensoris, integrasi, dan output motoris Selain ketiga fungsi diatas berikut ini merupakan fungsi lainnya dari sistem saraf: 1. Menerima berbagai sensasi dari dari dalam dan luar tubuh. 2. Bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya secara otomatis atau merasakan dan memikirkannya.

3. Menyimpan memori atau melepaskannya bila dibutuhkan. 4. Mengekspresikan emosi. 5. Mengirimkan pesan untuk otot, kelenjar endokrin dan organ lainnya. 6. Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan, menghindari atau menghadapi bahaya, dan meningkatkan aktivitas yang menyenangkan. 2.5 Klasifikasi Saraf Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat (SSP atau Central Nervous System, CNS) dan sistem saraf tepi (SST atau Peripheral Nervous System, PNS). Sistem saraf pusat (SPP) meliputi otak dan sumsum tulang belakang. 1.

Sistem Saraf Pusat

a. Otak

Gambar 4. Otak dilihat dari samping Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak di dalam tulang tengkorak dan diselubungi oleh jaringan yang disebutselaput meninges. Selaput meninges dibedakan menjadi tiga, yaitu lapisan keluar yang melekat pada tulang (duramater), lapisan tengah yang berbentuk saraf laba-laba (arachnoid), dan lapisan dalam yang melekat pada permukaan otak (piamater). Diantara arachnoid dan piamater terdapat ruang yang cairan yang merupakan pelindung otak jika terjadi benturan. Otak merupakan ujung snterior

tabung neural yang membesar. Pada manusia besaran itu begitu besar sehingga persamaannya dengan sumsum tulang belakang tidak jelas. Pada embrio yang muda terdapat 3 pembesaran yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang. Tetapi otak depan dan otak belakang kemudian terbagi lagi hingga pada orang dewasa terlihat 5 bagian. Otak depan, terbagi menjadi telensefalon dan diensefalon. Otak belakang terbagi menjadi metensefalon yang bagian dorsalnya membentuk serebelum, dan mielensefalon yang menjadi medula oblongata. Serebrum (otak besar) memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan mengandung ratusan juta neuron. Korteks (bagian luar) serebrum berwarna abu-abu disebut substansi grissea, dan medulla (bagian dalam) berwarna putih disebut subtansi alba.

Gambar 5. Perkembangan Embrionik Otak 1) Otak depan (Prosensefalon) Derivat utama dari otak depan adalah hemisfer serebrum, talamus, hipotalamus, dan kelenjar pituitari. Hemisfer serebrummerupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia,

dan

memiliki

empat

lobus

(frontalis,

pariental,

oksipital,

dan

temporal). Hemisfer serebrum berfungsi mengontrol prilaku yang telah dipelajari, pusat kesadaran, kecerdasan, ingatan, dan interprestasi kesan. Talamus ialah bagian yang memproses seluruh rangsangan sebelum disampaikan kebagian otak. Talamus mengontrol ordinasi manifestasi luar dari emosi. Misalnya dengan merangsang talamus pada seekor kucing dapat menimbulkan gejala kemarahan, bulu berdiri, cakar menjulur keluar, punggung membungkuk, dan lain sebagainya. Sedangkan hipotalamus berperan penting dalam mengontrol sejumlah fungsi autonom, seperti mengendalikan suhu tubuh, selera makan, lapar, haus, keseimbangan metabolisme karbohidrat dan lemak, tekanan darah, tingkah laku, tidur. Selain itu ia juga mengontrol fungsi tertentu kelenjar pituitari/ kelenjar hipofisis dengan menghasilkan faktor pelepas. Kelenjar pituitari merupakan kelenjar endokrin yang terletak dilekuk kecil pada dasar tengkorak.

2) Otak Tengah (Mesensefalon) Otak tengah manusia cukup kecil dan tidak mencolok, bagian-bagiannya berupa lobus optik (kolikulus superior) sebagai pusat pengatur gerak bola mata, refleks pupil dan refleks akomodasi dan bagian kolikulus inferior yang merupakan pusat dari auditori (pendengaran). Selain itu otak tengah juga mengandung sekelompok sel saraf yang mengatur tonus otot dan postur tubuh. 3) Otak belakang (rombensefalon) Otak belakang terdiri dari serebelum dan medula oblongata. Serebelum berkembang dari bagian dorsal metensefalon dan menjadi pusat keseimbangan dan koordinasi/ gerakan. Serebelum menerima informasi dari otot dan telinga, memntau orientasi tubuh dalam ruang, derajat kontraksi otot rangka, dan memantau kedudukan posisi tubuh. Sedangkan medula oblongata terletak dibagian antara sumsum tulang belakang dengan bagian otak lainnya, fungsinya mengatur denyut jantung, tekanan darah, gerakan pernafasan, sekresi ludah, menelan, gerak peristaltik, batuk, ataupun bersin. b. Sumsum tulang belakang Sumsum tulang belakang memiliki 2 fungsi utama, yaitu sebagai penghubung impuls yang berasal dari otak serta sebagai pusat gerak refleks. Sumsum tulang belakang menempati rongga tulang belakang dan berbentuk memanjang. Selaput pembungkusnya sama seperti otak, terdiri dari durameter, arachnoid, dan piameter.

Gambar 6. Penampang melintang sumsum tulang belakang 2.

Sistem Saraf Tepi (SST) Menurut asal dan hubunganya, sistem saraf tepi dibedakan menjadi saraf

otak dan saraf sumsum tulang belakang. Saraf otakadalah saraf yang keluar dari otak menuju alat-alat indra, misalnya mata, telinga, hidung, atau menuju otot-otot dan kelenjar

tertentu. Saraf otak terdiri atas 12 pasang. Saraf sumsum tulang belakang adalah saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang menuju alat-alat gerak tubuh, seperti lengan dan kaki, serta otot tubuh lain seperti otot dada dan leher. Saraf ini terdiri atas 31 pasang. Selain kedua saraf tersebut, pada sistem saraf tepi juga terdapat saraf tak sadar (saraf otonom) yang berfungsi mengatur kegitan organ tubuh yang bekerja diluar kesadaran. Saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Sistem kerja keduanya saling berlawanan. 2.6 Neuroglia Neuroglia (berasal dari kata “nerve glue”) yang pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Virchow pada tahun 1854. Neuroglia tersusun atas berbagai macam sel yang secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan berperan sebagai sumber nutrisi bagi sel saraf (Neuron), baik pada susunan saraf pusat (SSP) maupun pada susunan saraf tepi (SST). Sel-sel glia memegang peranan penting dalam menunjang aktivitas neuron. Sel ini sangat penting bagi integritas struktur sistem saraf dan bagi fungsi normal neuron. Neuroglia ialah sel penyokong bagi neuron-neuron SSP,sedangkan sel schwann menjalankan fungsi tersebut pada SST. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medula spinalis. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Berbeda dengan neuron, sel glia tidak membentuk atau mengeluarkan impuls saraf. Sel ini berkomunikasi dengan neuron dan diantara mereka sendiri melalui sinyal kimiawi. Sel glia berfungsi sebagi jaringan ikat SSP dan karenanya membantu menunjang neuron baik secara fisik maupun metabolik. Sel-sel ini secara homeostatis mempertahankan komposisi lingkungan ekstra sel khusus yang mengelilingi neuron di dalam batas-batas sempit yang optimal bagi fungsi neuron (Muttaqin, 2008:7). Menurut Muttaqin (2008: 7-8) ada 2 jenis neuroglia, yaituNueroglia SPP dan Neuroglia SST. Berikut ini penjelasan tentang neuroglia: 1.

Nueroglia SPP Ada 4 macam neuroglia SPP yang berhasil diidentifikasi yaitu: Astrosit,

oligodendrosi, mikroglia, dan sel ependim. a. Astrosit Astroglia atau astrosit (astro-bintang) merupakan sel glia terbesar dan terbanyak yang berbentuk seperti bintang (astro-bintang). Sel ini memiliki fungsi penting diantaranya: 

Sebagai barier darah otak. Kandungan dalam sirkulasi tidak bisa masuk ke dalam cairan interstisial dari SSP. Jaringan neural harus terisolasi dari sirkulasi

umum karena hormon dan beberapa zat kimia dalam darah akan menghambat fungsi dari neuron. 

Sebagi perekat utama SSP, astrosit menyatukan neuron-neuron dalam hubungan ruang yang benar.



Sebagai perancah untuk menuntun neuron ke tujuan akhir selama perkembangan otak masa janin.



Penting dalam perbaikan cedera otak dan dalam pembentukan jaringan parut saraf. Didalam SSP kerusakan dari jaringan neuron akan merusak fisiologi dari neuron. Astrosit akan memperbaiki atau mencegah kerusakan lebih lanjut dari neuron.



Meningkatkan pembentukan sinaps dan memodifikasi transmisi sinaps.

b. Oligodendroglia Oligodendroglia/ oligodendrosit berbentuk lebih kecil daripada astrosit dengan cabang sitoplasmanya lebih pendek dan jumlah cabang sedikit. Intinya kecil, dan sitoplasma disekitar inti sedikit. Mengandung ribosom, kompleks golgi, mikrotubulus dan nuerofilamen. Oligodendroglia bertanggung jawab dalam pembentukan mielin dalam SSP. Setiap oligodendroglia mengelilingi beberapa neuron dan membran plasmanya membungkus tonjolan neuron sehingga membentuk selubung mielin. Sedangkan mielin pada SST di bentuk oleh sel-sel schwann. c.

Mikroglia Merupakan sel pertahanan imun SSP. Sel ini sejenis dengan sel darah putih yang

meninggalkan darah dan membentuk lini pertama pertahanan di berbagai jaringan di seluruh tubuh. Mikroglia berasal dari jaringan sumsum tulang yang sama dengan yang menghasilkan monosit.

d. Sel Ependim Berfungsi melapisi bagian dalam rongga otak dan medula spinalis, ikut membentuk cairan serebrospinal, berfungsi sebagai sel punca neuron dengan potensi membentuk neuron dan glia baru. 2.

Neuroglia Sistem Saraf Perifer

Sel Schawann adalah sejenis sel glia yang disebut menurut nama seorang ilmuan jerman, Theodor Schwann. Pada akson sistem saraf tepi, sel schawann memungkinkan terjadinya transduksi sinyal elektrik dari dendrit menuju terminal akson, dengan melilitkan membran plasmanya secara konsentrik sepanjang akson yang dikenal sebagi selubung mielin. Pada sistem saraf pusat, selubung mielin terbentuk oleh oligodendosit. Sel schawann sebagi neuron unipolar, sebagaimana oligodendosit membentuk mielin dan neurolemma pada SST. Neurolemaadalah membran sitoplasma halus yang dibentuk oleh sel-sel schawann yang membungkus serabut neuron dalam SST, baik yang bermielin maupun tidak. 2.7 Gerak Biasa dan Gerak Refleks a. Gerak biasa

Gambar 7. gerak biasa Gerak biasa merupakan gerak yang terjadi karena adanya perintah dari otak. Berikut ikhtisar gerak biasa:

b. Gerak reflex Gerak reflek terjadi dengan cepat sebagai reaksi otomatis terhadap rangsangan lingkungan. Berikut ikhtisar gerak refleks:

Pada umumnya, gerak refleks merupakan upaya tubuh untuk menghindari bahaya. Suatu saat tatkala impuls telah mencapai sumsum tulang belakang, neuron asosiasi mengirim impuls lain ke otak. Ketika impuls tersebut samapi ke otak, kamu baru menyadari bahwa kamu telah mengangkat kaki karena merasa sakit.

Gambar 8. Alur refleks Menurut pusat terjadinya refleks, gerak refleks dibedakan menjadi 2, yaitu refleks otak dan refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak misalnya refleks mata. Refleks tulang belakang, misalnya refleks lutut. 2.8 Aktivitas Sinaptik Sinapsis merupakan persambungan unik yang mengontrol komunikasi antara satu neuron dengan sel-sel yang lain. Sinapsis ditemukan diantara dua neuron, antara reseptor sensoris dan neuron sensoris, antara neuron motoris dan sel otot yang dikontrolnya, dan antara neuron dengan sel kelenjar. Sinapsis antar neuron menghantarkan sinyal dari terminal sinaptik akson ke dendrit (badan sel) berikutnya dalam suatu jalur neuron. Sel yang menghantarkan sinyal tersebut ialah sel prasinaptik (presynaptic cell), dan sel yang menerima disebut dengan sel pascasinaptik (Postsynaptic cell). Sinapsis terdiri atas 2 jenis, yaitu sinapsis listrik dan sinapsis kimia (Campbell, 2004:210). a.

Sinaps Listrik

Sinaps listrik memungkinkan potensial aksi merambat secara langsung dari satu sel prasinaptik ke sel pascasinaptik. Sel-sel itu dihubungkan oleh persambungan longgar, yaitu saluran antar sel yang mengalirkan ion potensial aksi lokal agar mengalir antar neuron. Sinaps listrik pada sistem saraf vertebrata menyelaraskan aktivitas neuron yang bertanggung jawab atas sejumlah pergerakan cepat dan khas. Contoh, sinaps listrik pada otak yang membuat beberapa jenis katak mampu mengibaskan ekornya dengan sangat cepat ketika melarikan diri dari pemangsa. b.

Sinaps Kimia Pada sinaps kimia, sebuah celah sempit, atau celah sinaptik memisahkan sel

prasinaptik dari sel pascasinaptik. Adanya celah tersebut menyebabkan sel-sel tidak dapat dikopel secara elektrik, dan potensial aksi yang terjadi pada sel prasinaptik tidak dapat dirambatkan secara langsung ke membran sel pascasinaptik.

Gambar. 9. Aktivitas sinaps 2.9 Penyakit/ Kelainan pada Sistem Saraf 1.

Penyakit epilepsi, merupakan suatu kondisi otak yang menjadikan penderita sensitif

terhadap kejang-kejang yang berulang.

2.

Meningitis, adalah peradangan pada selaput pembungkus otak dan sumsum tulang

belakang akibat infeksi bakteri.

3.

Polio, merupakan penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami

kelumpuhan karena kehilangan refleks dan mengecilnya otot. Penyebabnya adalah infeksi virus polio pada sumsum tulang belakang.

4.

Penyakit Alzhaimer (Demensia persinelis), adalah kondisi yang ditandai dengan

berkurangnya kemampuan untuk mengingat.

5.

Neuritis, adalah iritasi pada neuron yang disebabkan oleh infeksi kekurangan

vitamin atau keracunan yang disebabkan CO, logam berat, ataupun obat-obatan.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan serta mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sistem-sistem lainnya di dalam tubuh, sehingga terjalinlah komunikasi antar berbagai sistem tubuh sehingga tubuh dapat berfungsi sebagai unit yang harmonis. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron. Neuron dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan atau tanggapan. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson. 3.2 Saran 1.

Agar dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa Biologi secara

khususnya, dan bagi pembaca lainnya. 2.

Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penyusunan makalah ini, diharapkan

kepada pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA Campbell, dkk. 2004. Biologi. Ed. 5 Jil. 3. Jakarta: Erlangga. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika Pratiwi, D.A. 2004. Buku Penuntun Biologi. Jakarta: Erlangga.

Related Documents

Nervous
June 2020 8
Nervous System
June 2020 20
Nervous System1
November 2019 16
Nervous System
July 2020 17
Nervous Review
July 2020 16

More Documents from "Huy"

Nervous Nando.docx
November 2019 27
1 Fito Ilmi New.docx
May 2020 22
Makalah Fito 3.docx
May 2020 24
Kimia Klinik
October 2019 45
Pcq Non Flor
October 2019 36
Resume 10.docx
November 2019 35