Naskah Riwayat Hari Jadi Lamongan

  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Naskah Riwayat Hari Jadi Lamongan as PDF for free.

More details

  • Words: 13,571
  • Pages: 32
NASKAH RIWAYAT HARI JADI LAMONGAN

LAMONGAN 1883

RENCANA ISI NASKAH RIWAYAT KABUPATEN LAMONGAN ========================================= BAB I PENDAHULUAN 1. Masyarakat Kabupaten Lamongan beserta segenap Instansi dan Lembaga Pendidikan yang ada, sangat mendambakan dapatnya disusun secara tertulis "Sejarah" atau "Riwayat" Kabupaten Lamongan, dengan maksud agar dimasa sekarang dan dimasa mendatang dapat mengetahui, mengerti dan bila perlu mengkoreksi Sejarah atau Riwayat tersebut. 2. Penulis menemui kesulitan yang cukup banyak dalam menyusun Naskah ini, karena langkanya kepustakaan yang memuat riwayat atau sejarah daerah kita, Lamongan ini. Memang sudah diketemukan puluhan batu prasasti di daerah ini, namun batu prasasti tersebut hampir semuanya sudah dalam keadaan rusak berat, karena sejak dulu tidak pernah dipelihara, sedang batunya bukan dari batu kali melainkan batu gunun, sehingga huruf – hurufnya menjadi aus karena hujan, terik matahari dan pengaruh alam lainya. 3. Dalam kenyataan yang demikian itu, maka sumber data yang dapat ditimba oleh penulis kemudian "diolah" dan disusun menjadi naskah ini. Adalah tokoh – tokoh tua penduduk Kabupaten Lamongan, yang secara temurun menerima ungkapan riwayat atau sejarah Lamongan ini secara lesan dari leuhurnya atau dari tokoh – tokoh tua pada jamanya. 4. Oleh sebab itu semua, kiranya tidak mengherankan bila isi Naskah ini hanya disebut Riwayat atau Cerita Rakyat, karena dinilai bobotnya hanya setara itu. Tetapi oleh karena sejauh ini Riwayat Lamongan atau Cerita Rakyat yang ada di daerah Lamongan ini belum pernah disusun secara tertulis, maka penulis igin menyumbangkan karya tulis ini kepada siapa saja yang menganggap perlu. 5. Sudah barang tentu dalam naskah ini termasuk dirangkum sejarah Hari Jadi Kabupaten Lamongan berikut perkembanganya sampai sekarang dan bahwa naskah ini dimulai dengan peristiwa – peristiwa yang dialami kerajaan Majapahit yang menyebabkan terjadinya peristiwa – peristiwa yang terjadi di daerah Lamongan sebelum Hari Jadi Lamongan. Di bawah ini penulis menyusun peristiwa – peristiwa tersebut dalam BAB – BAB secara berurutan.

BAB II RAJA PERTAMA KERAJAAN MAJAPAHIT ( 1293 – 1309 M) Pada jamanya Raja Pertama Kerajaan Majapahit, ialah Raden Wijaya yang bergelar Kartarajasa Jayawardana, sudah terdapat jalan purbakala yang menghubungkan pusat Kerajaan tersebut dengan Bandar Tuban di pantai utara, yang wawaktu itu bernama Kambang Putih. Jalan purbakala tersebut melintasi wilayah Kabupaten Lamonga (yang sekarang), yaitu di bagian selatan dan barat mulai desa Pamotan di batas selatan dan desa Babat di batas utara. Jalan ini cukup vital dan cukup ramai dilalui para pedagang , para pungawa praja,para prajurit dan umum lainya. Akibat daripada itu , maka kehidupan bermasyarakat dan berpemeritahan di sepanjang jalan purbakala ini dan daerah-daerah sekitarnya, sudah lebih dahulu ada dan sudah lebih teratur di banding dengan kehidupan bermasyarakat dan berpemeritahan di wilayah Lamongan bagian timur. Kehidupan bermasyarakat yang sudah teratur ini yang dapat dibuktikan dengan banyaknya batu prasasti (± 40 buah) yang padah akhir-akhir ini dapat kita temukan di tempat-tempat sepanjang tepi jalan purbakala tersebut, jugak beberapa petilasan-petilasan kuno. BAB III RAJA KEDUA KERAJAAN MAJAPAIT (1309-1328 M.) Raja kduah kerajahan Majapait yang lahir dari ibuyang berasal dari Negeri Campa itu, bernama Raden Kalagemet bergelar prabu Jayanegara. Selama tahta Majapahit dipegang oleh prabu Jayanegara, kerajahan terus-menerus dirudung pemberotakan. Suatu ketika keraton Majapait dikuasai oleh pemberotak dan Raja sempat mengungsi kesuatu daerah yang disebut Badender dan yang kemudian berpinda tempat pengngusiannya ke suatu tempat yang kini disebut Grujugurit ,wilayah kecamatan Ngimbang , kabupaten Lamongan. Di tempat baru inilah Raja menemukan seorang anak mudah bernama Joko Modo , yang oleh Raja laluh yang diakat menjadi perajurit dan yang akhirnya berhasil menupas pemberotak yang menguasai istana Majapait. Perajurit Modo yang gaga berani dan amat setia inilah yang dikemudian hari menjadi mapati kerajaan Majapait dengan di anugrahi gelar G BAB IV JOKO MODO (1300-1363 M.) Joko Modo sebenarnya adalah putera Raden Wijaya, Raja petama kerajaan Majapait ,tetapi yang lahir dari seorang istri ampean atau selir. Waktu masi dalam kandungan telah yang diramalkan seorang pandito sakti , bawah sang bayi di kelak kemudiannya akan menjadi seoarang kesatria yang gaga perkasa dan tokoh kerajaan Majapahit yang tiada tolak bandingnya. Waktu itu Raden Wijaya mempuyai putera laki-laki yang sudah diakat dan diumumkan sebagai pangeranpati , calon pengganti Raja bernama Raden Kalagemet yang waktu itu berhusia 6 tahun. Karenanya tidak mengherankan bila Prabu Kartarajasa menaruk rasa khwatir terhadap sang bayi yang dikandung oleh garwo ampean tersebut. Raja memutuskan , garwo ampean tersebut yang konon bernama Dewi Andongsari , harus dibuang ke tempat yang jauh yaitu di alas njendung, kini

wilayah Kecamatan Ngimbang ,Kabubupaten Lamongan , dan sewaktu-waktu sang bayi lahir , harus seketika itu juga dibunuh. Ternyata setelah lahir bayi itu tetap selamat , walauh ibuny menigal dunia. Bayi itulah yang kemudian diberi nama joko Modo .

BAB V RONGGO GRAMA (Abad XIV M.) Dalam tahun 1973 , di Dusu Grama , Desa Sambangrejo , Kecamatan Modo , Kabupaten Lamongan , penduduk setempat yang sudah beramai-ramai berpadat karya menggali tanah untuk membangun sebuah waduk desa ,menemukan banyak tulang-berlulang yang sudah termasuk fosil dan sejumlah perhiasan terbuat dari emas murni dan ratusan butir manik-manik berwarna-warni yang terbuat dari tanah liat. Benda-benda temukan tersebut dikirim ke bidang P.S.K. Kanwil Dep Dikbud Jawa Timur dan setelah diperiksa secara Laboratoris ternyata benda-benda tersebut merupakan benda-benda peningalan purbakala. Dalam tahun 1973 itu pula lokasi atauh situstersebut ditinjauh oleh sejumlah ahli sejarah dan ahli kepurbakalaan, antara lain Bapak Drg. Eddi Sukadana, Bapak Drs Istiyadi dan Bapak Drs Prayogo dari Jawa Timur. Peristiwa tersebut merangsang penulis untuk mengali, sejara atau riwayat apayang pernah terjadi di situs tersebut pada jamannya. Ternyata diceritakan, bawah dilokasi tersebut bekas setlemen atau tempat kedudukan seorang Rangga (setingkat Wedana), yang karena tidak lagi diketahui siapa namanya, disebutlah Rangga Grama (menurut nama dusun itu ). Kedudukan Rangga Grama suatu ketika digempur oleh laskar Rangga Seligi, dimana Rangga Grama dan seluruh keluarganya terbunuh sertah tempat tinggal dan kotanya habis dibakar. Penulis menemukan bekas-bekas pemandian dan tiga buah kuburan kuno yang letaknya malang melintang di tengah hutan jati di lereng bukit Dusun Grama. BAB VI EMPU SURO ( Abad XV M.) Dalam daerah Lamongan terdapat sebuah Desa yang cukup terkenal dan bernama Desa Sendang, kini termasuk wilaya Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Kisah yang terjadi di tempat itu pada jaman Temengung Wilantikta menjabat Bupati Tuban ( 1460-1500 M.). Sang Bupati mempunyai dua orang anak, seorang anak laki-laki yang bernama Raden Said, yang kelak kemudian hari majadi Sunan Kalijaga dan seorang anak puteri yang bernama Dewi Rasawulan, yang kemudian hari menjadi istri Empu tersohor dari kerajahan Majapahit. Empu Supo mempunnyai istri kedua yang berasal dari Blabangan, di tempatkan di Desa Sendang, di suatu lereng bukit dekat pantai utara di sebela timur Tuban. Dari istri kedua lahirlah Joko Suro, yang kelak di kemudian hari menjadi seorang Empu yang melebihi kesaktiannya ayahnya. Ia diangkat menjadi Empu di kerajahan Majapahit dan oleh Raja ia dihadiai Desa Sendang sebagai Desa perdikan milik Empuh Suro. BAB VII SUNAN DRAJAD (Abad XV M.) Sunan Drajad, nama kecil Raden Mohammad Syarifuddin, putera Sunan Ampel dan kakak beradik dengan Sunan Bonang. Beliau termasuk salah seorang dari Wali Sanga, yang mengebangkan agama islam di pantai utara daerah Kabupaten Lamongan sekarang. Sepanjang riwayatnya beliau bermukim dan setela wafat jugak dimakamkan di sesuatu tempat di lereng bukit yang kini termasuk Desa Drajad, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Beliau mendalami ilmu tasawuf sehingga memeliki keahlian kanoragan yang luar biasa. Makam beliau di Desa Drajad sampai sekarang terpelihara baik, oleh pemeritah

tempat itu telah menjadikan sebuah Wisata Budaya yang bayak didatangi pejiarah, termasuk utama pada waktu-waktu yang tertentu.

BAB VIII SUNAN NURNRAHMAT DI SENDANGDUWUR (Abad XV ) Dusun Sendangduwur merupakan bagia atas dari Desa Sendagagung, wilayah Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Di atas bukit Dusu Sendangduwur inilah dimakamkan Sunan Nur Rahmat, yang wafat pada tahun 1561 M. dan diatas bukit ini pula dibangun masjid kuno yang bertarih 1585M. Bangunan makam inklusif masjid ini telah beberapa kali mengalami pemugaran, terdapat bagian-bagian bangunan yang tidak berbentuk kuno namun keseluruhan masih napak kekunoannya. Atap masjid berbentuk meru bertikat ( tupang ) yang merupakan ciri kekunoannya, sedang bangunan gapura dan pagar-pagar batunya menujukkan arsitektur masa peralihan antara arsitektur Hindu dan Islam. Kompelek makam Sunan Nur Rahmat ini oleh pemeritah telahpula dinyatakan menjadi Wisata Budaya. Sunan Nur Rahmat tidak termasuk Wali Saga, gelar Sunannya diberikan oleh Sultan Demak I, Raden Patah. Beliau juga seorang Sunan yang ahli kanuragan, tidak mau kalah saktinya dengan Sunan Drajad. BAB IX PANGERAN DEKET DAN MBAH ALUN (Abad XVI ) Kurang lebih tiga kilometer disebelah timur Kota Lamongan terletak Desa Deket yang menjadi ibukoto Kecamatan Deket sekarang. Kata ''Deket'' bukan dari asal kata ''Deket'' oleh karena Desa Deket terletak di dekat Kota Lamongan. Tetapi kata ''Deket'' berasal dari seorang pangeran Deket. Beliau adalah seorang pelahut yang berpengalaman, yang perna turut dalam kesatuan armanda laut kerajaan Demak di bawah Laksamana pati unus menyerang benteng portugis di malaka tahun 1513M. Setelah Sunan Giri IV meningalkan wilayah Lamongan menjadi sebuah kadipaten dan memisuda Temenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama dalam tahun 1569M. ,maka Sunan Giri IV mengakat pangeran Deket menjadi paranpara ( penasehat ) Temenggung Surajaya. Beliau dating di Lamongan disertahi seorang pelahut yang sangat berpengalaman pula mengenei pertahan pantei. Penduduk Lamongan menganggap orang tersebut berasal dari ombak samodera, karenanya rakyat menyebut ia sebagai Mbah Alun. Pangeran Deket setelah wafat dimakamkan di Desa Deket kulon dan Mbah Alun dimakamkan di Desa Balon. BAB X PUSAKA KERIS ''MBAH JIMAT'' DAN IKAN LELE BERTUA (Abad XVI ) Suatu ketika Sunan Giri III mengadakan penijauan daerah dengan baik naik perahu menulusuri bengawan Solo masuk ke desa-desa. Pada malam hari yang terang bulan sampailah Sunan Giri di Desa Barang, yang kini masuk wilayah Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan. Dalam malam yang sudah agak itu beliua masih melihat adanya lampu godog yang menyalah, maka beliau hampiri gubug tersebut. Beliua bertemu dengan seorang wanita yang sedang mengati benang. Beliua sempat berbincang-bincang dengan wanita tersebut, sampai larut malam. Sewaktu beliua pamit meningalkan gubug Mbok Rondo tersebut, beliua

lupa mengabil keris pusakanya yang semulanya diletakkan di bale-bale. Beliau ingat setelah tibah kembalih Giri. Beliua segera mengutus Ki Bayapati mengabil kembali keris pusaka itu tersebut. Walaupun Ki Bayapati sewaktu berusaha mengambil keris pusaka itu degan secara sembunyi-sembunyi dan mengunakan ilmu sirepnya, namun akhirnya pengambil keris tersebut diketahui pula oleh Mbok Rondo dan dengan mendadak sontak dan dengan sekuat suaranya ia berseru ada maling. Tetangganya segera bangun dan mengejar Bayapati. Karena paniknya Bayapati menerjunkan dirinya dalam suatu kolam (jublang) utuk menghidari dari kejaran masa. Syukur Tuhan melindunginya dengan mengeluarkan banyak ikan berenang berapung-apung di permukahan air kolam dengan santainya seakan-akan tidak terjadi sesuatu apa. Orang-orang yang megejar kembali ke kampung karena tidak mengira kalau si pencuri berlidung di dalam kolam itu. Bayapati selamat dan berhasil mengebalikan keris pusaka kepada Sunan Giri. Atas jasatnya itu Sunan Giri menghadiahkan keris kepada Bayapati. Keris hadiah Sunan Giri inilah yang kemudian sampai sampek sekarang disebut ''Mbah Jimat'', tersimpan dengan baik dalam suatu bangunan di Dusun Rangge, dalam Lamongan. Sedang penduduk Lamongan asli sampek sekarang pantang makan ikan lele, karena menganggap ikan lele itu bertua dan pernah berjasa melindungi Bayapati. BAB XI TUMENGGUNG SURAJAYA, ADIPATI LAMONGAN YANG PERTAMA(15691607) Nama aselinya Hadi, kelahiran Dusun cacing, kini termasuk Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan. Menjadi santri kinasih di Giri sejak Sunan Giri III ia ditugaskan mengembangkan agama Islam ke wilayah sebelah barat Giri dan diberi pangkat Rangga. Rangga Hadi berhasil mengebankan agama Islam di wilayah ini dengan baiknya dan berhasil mengatur kehidupan masyarakat menjadi lebih majuh. Ia sangat dicintai dan ditaati oleh masyarakatnya karena pande ngemong ( mengasuh dan melayani ) masyarakat. Karena itu lama kelamaan masyarakat menyebut Mbah Lamong. Dengan kedatangan orang-orang Portegis di Nusantara yang bermaksut menguasai dan menjajah pulau jawa, terutama pantei utarahnya, wilayah Lamongan dipandang Suna Giri sebagai wilayah yang strategis dan rawan karena dilalui Kali Solo hilir yang mampu dilayari oleh kapal dagang maupun kapal perang. Dengan pertimbangan yang matang,maka dalam tahun Masehi 1569 Sunan Giri IV ( Sunan Prapen ) mengumumkan wilayah Keranggan Lamongan ditingkatkan menjadi Kadipaten. Dalam 1569 Masehi itu jugak, jatuh pada hari Kamis Pahing tanggal 26 Mei atau bertepatan dengan tanggal 10 Zulhijah tahun 976 Hijriyah, dengan bertepatan di puti Kasunan Giri, Ranga Hadi diwisuda menjadi Adipati Lamongan yang pertama dengan diberigelar Tumenggung Surajaya BAB XII TELAGA SUPENA ( Awal Abad XVII Di dalam Kota Lamongan dan di daerah Kabupaten Lamongan pada umumnya, kususnya daerah Kabupaten Lamongan bagean timur laut, air suber yang ada di dalam tanah berasa asin, sedangkan di musim kemarau tidak ada sungai yang mengalir, kecuali bengawan Solo. Hal dan keadaan seperti itu telah terjadi sejak jaman dahulu kala. Oleh karenanya sejak dahulu setiap kampung dan desa, bahkan juga sementara keluarga, mempunyai kolam penapungan air hujan, gunah keperluhan segalah hajad hidup dimusim tidak ada hujan, kolam tersebut bila kecil disebut jublang, bila cukup besar disebut telaga ( walau tidak ada

sumber airnya,) Demikianlah pada jamajnnya Ronggo Hadi memegang pemerintahan di Kranggan Lamongan, dalam kota Lamongan terdapat beberapa telaga milikn kampung seperti telaga Supeno, Telaga Mas, Telaga nDapur, Telaga Bandung, dan lain-lain. Ketika Tumenggung Surajaya terluka dalam usahanya meng-Islamkan daerah perbatasan selatan, maka sahabat karipnya yaitu Adipati Pandangan, dengan cepat lari ke Giri untuk mencari obat. Obot diperolehnya, namun sampek tibah di Lamongan teryata Tumenggung Surajaya telah keburu wafat (tahun 1607M.) Karena kesalnya , obat dari Giri tersebut dibuang ke Telaga Supeno. Akibatnya air dalam Telaga Supeno menjadi bertuah, dapat dipergunakan utuk menyupah narapidana jika ia mengikiri perbuatannya salahnya. Hal yang demikian itu terjadi berkesinabungan sampei menjelang Indonesia Merdeka.

BAB XIII KI NAMENG ( Abad XVII M. ) Pada waktu itu Tumenggung Surajaya wafat ( 1607 M.), Kerajaan Pajang ( 1568-1582 ) telah tiada. Pusat Kerajahan telah beralih ke Maram. Sultan Mataram yang pertama, Panebahan Sanapati Ing Ngalaga (1586-1601 M.) jugak sudah wafat, diganti oleh puteranya bernama Raden Mas Jolang yang kemudian disebut sebagai Sultan Seda Krapyak ( 1601-1613 M.) Kadipati Lamongan waktu itu menjadi wilayah Kasultanan Mataram. Sebagai penganti Adipati Tumenggung Surajaya, maka Sultan Mataram mengakat Adipati dari Keling ( kini daerah Kabupaten Jepara) menjadi Adipati Lamongan. Nama aselinya tidak begitu dikenal oleh masyarakat Lamongan, rakyat hanyak mengenal beliau berasal dari Keling, maka rakyat menyebut Raden Panji Keling. Beliau mempuyai isteri yang masih muda dan cantik. Sayangnya sang isteri kurang setia kepada suaminya. Suatu ketika Adipati Panji Keling sedang melakukan tugas lang-lang daerah yang memakan waktu beberapa hari, sang isteri yang kurang setia itu bermain asmara dengan seorang pengawal /petugas keamanan rumah tempat tinggal sang Adipati, yang masih muda cukup tampan dan rupawan. Namun pengawan setia dan berdisiplin kuat ini tidak mau dan menolak mentah-mentah ajakan bermain asmara oleh isteri Adipati. Karena kesal maksud jahatnya tidak tercapai, sang isteri Adipati berbalik dan menjerit-jerit dan merotak-rontak mengaku kalau mau diperkosa oleh sang pengawal setia. Kepala keamanan rumah tangga Adipati segera menakap pengawal rupawan dan menyekapnya ke dalam kerangkeng, menungu kedatangan sang Adipati. Ketika Adipati Panji Keling datang, segera sang isteri melapor bawah ia akan diperkosa oleh pengawal rupawan. Adipati masih baru datang dari turnamen, mitak pengwal rupawan dihadapkan kepadanya dan tampak urus panjang sang pengwal rupawan dibunuh seketika dengan tusukan keris sang Adipati. Jenazah pengawal atas perintah Adipati di makamkan ditepi jalan besar, dengan maksut agar menjadi tempat palupi barang siapa melangar '' pager ayu '' harus dihukum berat. Namun lambat atau cepat kecurangan oleh laku seorang dari seseorang ahkirnya pasti ketahuan dan terukap oleh umum kemudian berbalik, mengapa sang pengawal yang jujur dan berdisiplin,sebaliknya umum mengutuk isteri Adipati sebagai wanita cabul yang jahat dan kejam. Sang pengawal dipandang sebagai korban hawa napsu,sebagai '' temeng '' kesucian hati. Di kelak kemudian dan selanjutnya masyarakat Lamongan menyebut sang pahlawan kesucian hati sebagai '' Ki Nameng '', Kelurahan Sidokupul, Kota Lamongan. BAB XIV

RADEN PAJI LARAS DA RADEN PANJI LIRIS (Abad XVII ) Raden Panji Keling menjabat Adipati Lamongan mulai tahun 1607 sampei 1640 M. Beliau diganti oleh seorang Adipati baru berasal dari Kartosuro, bernama Raden Panji Puspokusumo. Beliau menjabat Adipati di Lamongan sejak tahun 1640 sampai 1665 M. Beliau adalah putera Raden Tumenggung Pusponegoro Adipati Gresik dan masi kepernah cucudari Pangeran Tjakraningrat dari Madura dan keturunan ke 12 dari Prabu Hayam Wuruk dari Majapahit. Beliau diambil menantu Sinuhun Pakubuwono ke 2 dari Kartosuro. Karena letak Lamongan berada di sebelah utara atau tempat timur laut Kartosuro, maka orang Kartosuro menyebutnya '' Brang Lor ''. karena pengaru itu, akhirnya Raden Panji Puspokusumo juga mendapat sebutan sebagai '' Raden Panji Dewo Kaloran ''. Adipati Dewo Kaloran mempunyai dua seorang putera yang cantik-cantik parasnya, bernama Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris. Dasar keduanya adalah trahing kusumo rembesing madu dan serba kecukupan bondo-bondu, maka kedua remaja tersebut setelah cukup memperoleh pendidikan agama Islam, keperajaan dan keprajuritan , maka diperintakan oleh ayahanda agar mereka mengadakan wisata ke lain-lain daerah untuk memperluas dan memperdalam pengetahuannya. Suatu ketika, sewktu kedua putera Adipati Lamongan tersebut berwisata ke Kediri, bertemunya kedua puteri Ki Ageng Sobo dari Kediri yang bernama Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi. Kedua remaja puteri ini napak elok dan cantik parasnya. Pada saat itu jugak Raden Paji Laras dan Raden Panji Liris amat tertarik hatinya dan jatuh kasmaran tehadap kedua puteri Ki Ageng Sobo tersebut. Setibanya kembali di Lamongan kedua putera Panji DewoKaloran tersebut melapor kepada ayahanda dan mohon ayahada melamar kedua puteri Sobo tersebut. Ayahada menyetujui, lamaran dilakukan dengan iringan pasukan laskar dan bayak dan bermacam-macam cenderamata yang dibawahnya. Lamaran diterima dan penetapan hari kujungan balasan dari fihak calon tematen puteripun telah disepakati oleh kedua belah fihak. Menjelang hari yang telah ditetepkaan, calon tematen puteri keluarganya denga diiring pasukan laskar dan membawah cendera mata yang berupa batu besar berbentuk kipas dimaksut untuk dipergunakan batu prasasti yang akan di abadikan di Lamongan, berangkat menuju Lamongan. Sampai di seberang Desa Babatan, kini wilaya Kecamatan Matup, Kecamatan Lamongan, iring-iringan dari Kediri di jemput oleh rombongan Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris, yang sangat gembira karena rombongan calon tematen dari Kediri menepati janji. Untuk memasuki daerah Lamongan, rombongan Kediri harus menyeberangi Kali Lamong yang tidak terlalu lebar dan waktu itu airnya tidak dalam. Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris segera masuk sungai menjemput Dewi Andansari dan Dewi Andongwangi. Namun betapa terkejutnya Kedua putera Adipati Lamongan tersebut serta melihat dengan mata kepala sendiri,bawah sewaktu kedua dewi cantik itu menyeberangi sungai dengan menjijing kainnya ke atas, napak seluru kakinya ke atas penuh dengan rambut yang lebat. Seketika itu juga kedua putera Adipati Lamongan itu menjerit dan lari kembali ke utara dan berseru bahwa perkawinan batal. Singkatnya, terjadilah peperangan antara laskar Kediri dan laskar Lamongan. Laskar Kediri dapat dikalahkan , Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi bunuh diri, tetapi Raden Panji Laras dan Raden Panji Lirispun gugur dalam peperangan tersebut. Jenazah Dewi Adansari dimakamkan didusu bandung sedang Jenazah Dewi Andanwangi di kampung Jetiskidul, keduanya dalam Kota Lamongan. Jenasa Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris dimakamkan di komplek makam Kadipaten di Kelurahan Tumenggungan, Kota Lamongan. Adapun kedua batu besar yang rencananya untuk batu prasasti tersebut, ahkirnya ditanam orang dihalaman muka masjid Jami' Kota Lamongan. Penelitihan tersebut sampai sekarang masih ada. BAB XV

BUPATI – BUPATI YANG PERNA MEMIMPIN PEMERITAHAN KABUPATEN LAMONGAN Diawali tahun Masehi 1569, sampei dengan Naskah ini ditulis pada akhir tahun 1985, nama-nama Bupati yang perna memengang tampuk pipinan pemeritahan Kabupaten Lamongan adalah sebagai tersebut di bawah ini

Nomo r 1 2

Nama

Tahun jabatan

Tumenggung Surajaya

15691607

Raden Kanjeng Keling 1607R.P.Puspokusumo/Dewa 1640

3

Lamany Asal dari / a pindahan jabatan 38

Lamongan

33

Jepara

25

Kartosuro

9

Surabaya

8

Kartosuro

8

Gresik

7

Tangkeban

16

Sedayu

22

Gersik

11

Jepara

15

Jepara

15

Surabaya

22

Surabaya

17

Gersik

Kaloran 4 R.P. Surengrono

16401665

5 6

R.P. Puspokusumo/Dewa 1665Kaloran 1674

7

Tumenggun Tojoyo

8

Tumenggung Onggoboyo

9

Tumenggung Kertonegoro

10

Wongsorejo

11

Tumenggung Citrosomo

16741682 16821690 16901697 16971713

12

Tumenggung Joyodiro

13

Adipati Sosronegoro

14

Adipati Harjonegoro

15

Tumenggung Harjodinegoro

17351746

19

Gersik

16

Tumenggung Mangudinegoro

1746-

18

Pamekasa

17131735

1761 17 18

Adipati Cokrowinoto

n 1

Tumenggung Mangundihajo

17611776

…………. 15 ………….

19 Cokropurbonegoro

Tumenggung 17761798

3 Surabaya

20

7 Tumenggung 17981815

21

Kromojodinegoro

22

Tumenggung 1815Kromojoyodinegoro 1834

Surabaya 30 Surabaya

23

30 Surabaya 5

Tumenggung Joyodirono

18341852

24

Surabaya 2

Adipati Aryo Joyodinegoro 25

Surakarta 18521853

R.P.Murid Cokronegoro 26

3 Pilihan 1

Tumenggung Cokrosudirjo

18531868

Lamongan

R. Sukaji R.P.A. Suryoseputro

Abdul

1868Hami 1871 18711878 18781908 19081938 19381943 19431945 19451948 19481949

Nomo r

Nama

27

R. Waskito

28

R. Supardan

Tahun jabatan

Lamany Asal dari / a Pindahan jabatan

19491949

-

Federal

1

Gerilya

1949-

29

R.P.A. Suryoseputra

Abdul

Hamit 1950

30 R. Ismail

19501958

31 H. Ali Affandi 32

19581960

8

Lamongan

2

Bupati Ur.

2 9

KDH. Deswati II. Blitar

5

Lamongan

5

Lamongan

5

Surabaya

5

Sumenep

10

Trenggalek

10

Lamongan

R. Suparngadi Sosrowardoyo 33 Letkol Inf. Chasinul

19581960

34 Kolonel Inf. Chasinul 35

19601969

Kolonel Inf. Sutrisno Sudirjo 36 Drs. Mohammad Safi'I Ashari

19691974

37 R. Moch. Faried SH. 38

19741979

H. Masfuk SH. 19791984 19841989 19891999 19992009 Keterangan: Nama-nama ditulis menurut ejaan baru 16. BAB XVI PERKEMBANGAN KABUPATEN LAMONGAN DI MASA LAMPAU 1. SEMASA BUPATI R.T. JOYODIRONO (1878-1908) Beliau adalah putera dari R.T. Kromojoyodinegoro, Bupati Lamongan yang ke 19 (1869-1871) berasal dari Surabaya. Semasa jabatannya hal-hal yang penting dapat dicatat antara lain sebagai berikut: = Rumah Kabupaten Lamongan yang dibangun kira-kira pada pertengahan pertama abad keXIX Masehi dan yang terletak di sebelah Aloon-aloon Lamongan ( kini menjadi Kantor pos, bekas Kantor Kejaksaan lama dan SDN Aloon-alon 1), pada suatu waktu telah terbakar. Oleh karena itu Bupati R.T. Joyodirono lalu membangun rumah Kabupaten baru terletak di Kampung Bandung ( kini menjadi lokasi bangunan bekas Kantor Pengadilan Negeri Lamongan ) dan menjadi milik pribadinya. Beliau memang terkenal kaya-raya, meiliki persil kopi yang luas di daerah Bayuwangi. Gedung rumah Kabupaten ini baruh selesei dibangun dalam tahun 1879. -Pada waktu bangunan rumah Kabupaten tersebut terbakar, turut terbakar habis pula bangunan sekolah angka II ( Tweede InIandse Schol ), yang merupakan sekolah dasar yang pertama kali ada di Kota Lamongan ini ada satu-satunya pula untuk Kabupaten Lamongan, dibangun pada tahun 1869. Matri Guru atau

Kepala Sekolahnya yang pertama adalah Ngabei, lulusan Sekolah Guru Jawa di Surakarta. Salah seorang bekas muritnya adalah R.A.A. Joyodinegoro, putera R.T. Joyodirono, dan dan yang kemudian menjadi Bupati Lamongan yang ke 22. Ngabei Masribi wafat di Lamongan dan dimakamkan di Pagerwojo, Koto Lamongan. - Di atas tanah bekas bangunan rumah Kabupaten dan Sekolah Angka II yang terbakar itu, kemudian didirikan bangunan Sekolah Angka II baru dan bangunan Kantor Pos. Setelah Pemerintaha Hindia Belanda mencetuskan ''Ethische Politik '' dalam tahun 1901, maka di Lamongan didirikan sebuah Sekolah Angka I atau Hollands InIandse School ( HIS ), yang hanyak menerima murid anak-anak Belanda dan anak Astiten Wedana ke atas atau anak penjabat pribumi yang martabatnya dipersamakan dengan itu. Orang pribumi yang menjadi Guru di HIS ini seorang diantaranya bernama R. Joyoamisastro, yang namanya sangat terkenal diantara para pejabat,khusunya para pendidik di Lamongan dan perna dalam tahu 1939 menulis dengan tangan '' Babad Lamongan ''yang naskah tersebut sekarang tidak dapat ditemukan lagi. -Setelah mendirikan Sekolah Angka I di Kota Lamongan, Pemerintahan Hindia Belanda lalu mendirikan secara berturut-turut Sekolah Angkat II di Sukodadi, Kedungpring, disusul di Kembangbahu, Ngibang, Babat, Sumlaran, Paciran dan Brodong. Tiga buah bangunan Sekolah yang dibangun pertama dibuat berlindung tembok, tetapi yang belakangan dibuat dengan diding dari sesek bambu yang diplester luluh. Untuk seluru Kabupaten Lamongan waktu itu hanyak terdapat seorang Schoolopziener atau penilik Sekolah Dasar. - Di sebelah selatan Aloon-aloon Lamongan terdapat bangunan rumah besar dan lazim disebut '' Ioji ''. Itulah rumah dinas Asisten Residen. ( kini menjadi lokasi bangunan Kantor pembangunan Desa dan Kantar Irigatie ( Pengairan ), Kantor Pos, Kantor Colecteur ( kas Negara ) dan Gevangenis ( penjara ). Komplek ini sekarang menjadi bangunan Kantor Pemda Tingkat II dan Kantor Deppen Kabupaten Lamongan. Disebela barat Aloon-aloon berdiri masjid besar, Gudang dan tempat penjualan garam dan Pasar. Di sebelah barat Aloon-aloon terdapat bangunan Colecteur, kampung pencina dan toko-toko. -Sebelum Pengadaian dikuasai oleh pemerintah, dahulu Pengadilan ini bersifat usaha pantikelir dan dikuasakan oleh Cina. Lokasi pengadian pantikelir ini di kampung Dapur, yang kini menjadi lokasi bekas Kantor dan Asrama Kores Kepolisian Lamongan. Di sebelah pertingan Dapur terdapat bangunan '' brak '' tinggalan jaman Daendels, yaitu tempat pemberhentian kereta Pos untuk penggantian kuda penarik kereta Pos, atau perngantian kuda yang dinaiki pejabat Pemerintah. Waktu itu bangun '' brak '' lainnya masih terdapat di Kruwul, Pucuk dan Babat. - Dalam tahu 1882 Lamongan mulai diterjang jalan kereta api N.I.S. ( Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij ) dan di Kota Lamongan sebelah utara didirikan sebuah setasiun kereta api. Di sekitar tahun 1900 Pemeritah mendirikan Rumah Pegadaian Negeri di Lamongan, Babat, Kedungpring, Karanggeneng dan Paciran. -Pada masa itu Kabupaten Lamongan bernama Afdeling Lamongan dan merupakan bagian dari Residensi Surabaya, sedang Propinsi Jawa Timur belum ada. Rumah Dinas Pangeran Praja dan banguna penting lainya yang terdapat di masa itu antara lain: Rumah berada di kampung Nngaglik ( kini lokasi bangunan B.R.I. Cabang ). Kantor dan rumah Dinas Astiten Wedana Lamongan terdapat kampung Sawahan, terhadap-hadapan Rumah Dinas Pati. Opium Regie ( tempat penjualan candu terletak Kampung Tumenggungnata ( kini lokasi R.K.P.Kab.). Sebuah Tangsi Militer Belanda terletak di Kampung Karangasem, berupa bangunan besar berbentuk persegi berdiding bambu tinggi. Setelah Tangsi Militer Belanda di Kota Lamongan di hapus, bangunan bekas Tangsi tersebut ditempati oleh H.I.S. Baru dalam tahun 1930 bangunan tersebut dibongkar lalu didirakan bangunan baru untuk Sekolah H.I.S., berlantai panggung berdiding

kayu dan yang sampek sekarang bangunan tersebut masih baik dan ditempati oleh SMP Negeri 1. Dalam tahun 1908 Bupati R.T. Joyodirono telah habis masa jabatanya beliau diberhentikan dengan baik pengsiun yang selajutnya pulang dari Banyuwangi. Beliau digantikan oleh puteranya, yaitu:

2. BUPATI RADEN TUMENGGUNG JOYODINEGORO ( 1908-1939 ) Hal-hal penting yang terjadi sesame jabatan beliau dapat dicatat antarah lain dibawahini. - Dalam tahun 1916 Pemeritah mendirikan 20 buah Sekolah Dasar 3 tahun di seruruh Kabupaten Lamongan, dengan sebuah Volkschool. Guru-gurunya berasal dari lulusan premie Opleiding ( Sekolah Angka IIditambah pendidikan khusus ) dan lulusan Cursus voor Volks Onderwijzer ( CVO ). Gajih Guru-guru dibebankan kepada Regentschap Lamongan ( Pemda Tk II Lamongan ). - Dalam tahun 1922 R.T. Joyodinegoro mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Hindia Belanda berupa gelar Adipati. Pemberian gelar tersebut di terimakan sendiri oleh Gouverneur Generaal Mr. de Pack yang datang ke Lamongan dari Batavia. Selanjutnya dalam tahun 1933 R. Adipati Joyodinegoro dianugerai gelar tambahan Pemerintah ilalah gelar Aria, sehinggah gelar lengkapnya menjadi Raden Adipati Aria Joyodinegoro. - Dalam tahun 1924 Pemerintah melakukan penataan kembali wilayahwilayahnya administratifnya, dengan melakukan '' blngket '' atau penyantuan, penggeseran atau penghapusan sesuatu wilayah administratife pemerintahan, seperti Desa, Kecamatan dan Kawedanan. Dengan kebijaksanaan itu maka Kawedanan Kedungpring dipindahkan ke Babat dan Kedungpring menjadi Kecamatan ; Kewedanan Karanggeneng dipindakan ke Sukodadi dan Karanggeneng menjadi Kecamatan ; sedang Kawedanan Kembangbahu di pelang dihapus dijadikan Asistenan Kembangbahu. Dalam tahun 1930 Kabupaten Gresik dihapus dan dijadikan Kawedanan, sedang Kawedanan Karangbinangun yang duluhnya masuk wilayah Kabupaten Gresik dimasukan ke dalam Kabupaten Lamongan. - Dalam tahun 1924 itu juga di Lamongan didirikan perusahaan Air Minum Kabupaten Lamongan dengan airnya dialirkan dari sumber air jernih di Mantup. Dalam tahun 1930-an di sepanjang jalan Daendels di pantei utara masih terdapat beberapa bangunan '' brak '' kereta pos, antara lain di Bungah, Panceng, Genting, Brondong dan Lohgung. Dalam tahun-tahun berikutnya bangunan '' brak '' ini dibongkar karena memang sudah tidak ada gunanya yang penting lagi, kecuali yang ada di Bungah yang sampei sekarang masi ada. - Dalam tahun 1932 untuk pertama kalinya Pemerintah Kabupaten Lamongan memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten atau yang waktu itu disebut Regentschaps, yang anggota-anggotanya terbatas pada para pejabat Pemerintah dan orang-orang yang ditunjuk dan disetujui oleh Pemeritah Hindia Belanda. Dalam tahun 1932 itu pulah Kota Lamongan didirikan perusahaan Listrik Kabupaten Lamongan atau waktu itu disebut Regentschaps Electriciteit Bedrijf Lamongan ( R.E.L.) yang mengunakan mesin disel yang diletakan dalam bangunan khusus di sudu barat-laut Lamongan. - Sampai dengan tahun 1938 Kabupaten Lamongan belum mempuyai Rumah Sakit Umum. Yang ada malah Rumah Sakit Kusta yang terletak di Kampung Pagerwaja, yang kini bangunan tersebut masih digunakan untuk perawatan dan pengobatan orang sakit kusta sebagian digunakan untuk Sekolah Perawat Kesehatan ( SPK ). Di R.S.Kusta di tepatkan seorang Dokter ( DR. Paes ) yang juga melayani kesehatan umum penduduk Kabupaten Lamongan. Daerah pantei utara Lamongan, pelayanan kesehatan untuk rakyat dibantu oleh Dokter yang

ada di Tuban. Keadaan kesehatan penduduk Kabupaten Lamongan pada umumnya sangat meyedikan. Di seluruh daerah waktu itu masih merajalela penyakit Malaria, TBC dan Kusta. - Dalam tahun 1936 terjadila peristiwa yang bersejara, yaitu tengelamnya kapal Van Der Wijck di kawasan Tanjung Awar-awar, sebelah barat laut Kota Kecamatan Brondong. Para nelayan dari Brondong dan Blibing diataranya mereka terdapat nelayan bernama Pak Tibin dari Brondong, telah banyak memberikan pertolongan dan penyelamatan secara sukarela dan sepontan terhadap para penupang dan awak kapal yang tertipa bencana itu. Sebagai tanda penghargaan dan terima kasih, para nelayan tersebut memperoleh tanda jasa dari Pemerintah Hindia Belanda dan dari perusahaan Perkapalan Belanda K.P.M.( Koninklijke Paketvaar Maatschappij ). Di dalam memberi pertolongan penyelamatan tersebut, para nelayan rela membuang muatan yang sudah ada dalam perahu mereka, baik yang berupa ika maupun berupa barang, dapat menampung para korban bencana tersebut dengan tanpa pandang bulu. Para korban yang luka-luka dibawah ke Rumah Sakit di Tuban dan di Surabaya. Banyak diantara keluarga para korban ( kebanyakan orang-orang Belanda ) yang mintak tanda kenang-kenangan dari para nelayan yang telah menolong sanak keluarga mereka. Ada yang mintak sarung tinggi ( sarong nelayan yang kummel ), topi puyuk, celana dalam, bajuh dan lain-lain, yang lalu mereka tukar dengan pakaian baru dan uang. - Dalam tahun 1937 terjadi peristiwa perkawinan Puteri Makota Kerajaan Belanda, Prinses Juliana dengan Prin Bernhard dari Jerman, dimana diseluruh Hindia Belanda diselenggarakan perayaan besar-besaran. Dalam tahun 1938 di pantai Brondong ( kini dalam kamplek bekas pasar Ikan Brondong ) oleh Pemerintah Hindia Belanda didirikan sebuah Tugu Peringatan tegelamnya Kapal Van Der Vijck tersebut. Tugu tersebut sekarang masih ada, sayang sekali semakin rusak karena tidak terpelihara sama sekali. - Dalam tahun 1938 itu pulah wafat seorang Pahlawan Perintis Kemerdekaan Indonesia, iyalah Dr. Soetomo, di Surabaya dalam usia 50 tahun. Beliau termasuk pendiri Budi Utomo dalam tahun 1908, Pengurus Besa Parindra ( Parntai Indonesia Raya ), pendiri Gedung Nasional Indonesia ( GNI ) di Surabaya, sosiawan dan ahli pidato yang menggetarkan hati Rakyat untuk memperjuangkan Indonesia Merdeka. - Dalam tahun 1938 itu pula Sinuhun Paku Buwono X Surakarta wafat. Dalam tahun itu pula Pemewrintah Hindia Belanda mengambil kebijaksanaan merubah Sekolah Angka II menjadi Vervolgschool yang hanyak menampung murid kelas IV dan kelas V, sedangkan murid I,II dan III-nya ditampung ke dalam Sekolah Dasar atau Volschool. Keduanya menepati satu gedung tetapi Kepala Sekolahnya sendiri-sendiri. Guru Volschool adalah lulusan C.V.O. sedangkan Guru Vervolgschool adalah lulusan Normaalschool. - Dalam tahun 1938 itu berakhirlah masa jabata Bupati Lamongan Raden Adipati Aria Joyoadinegoro. Beliau menjabat Bupati Lamongan selama 30 tahun dengan mendapat predikat baik. Beliau diberhentikan dengan hak pensiun dan pulang ke Banyuwangi. Rumah Kabupaten Lamongan dengan seluruh tanah pekarangannya yang didirikan ayahanda Raden Tumenggung Joyodironodalam tahun 1879, oleh karena tidak ditinggali lagi dan karena tingginya ongkos pemeliharaan, maka bangunan tesebut oleh R.A.A. Joyoadinegoro dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dengan harga 72.000 gulden. 3. BUPATI RADEN PANJI MURID COKRONEGORO (1938-1943) Bupati R.A.A. Joyo Adinegoro diganti oleh R.P.Murid Cokronegoro yang berasal dari Surabaya. Hal-hal yang penting yang terjadi semasa Jabatannya yang dapat dicatat, antara lain seperti dibawah ini.

-Dalam tahun 1939,beberapa waktu menjelang pecah perang Dunia II di Eropa, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Rumah Sakit Darurat (Nood Hospitaal) di kota Lamongan , dengan diberi nama ''WISMA YUWANA'', menempati tanah lapang bekas kazer-ne militer Belanda. Peresmiannya dilakukan sendiri Gubernur Jawa Timur Van Der Plas. Perlu diketahui., bahwa selama itu Kabupaten Lamongan belum pernah mempunyai Rumah Sakit. Yang ada hanya Poliklinik atau tempat pengobatan, itu saja atas usaha Dokter yang sedang bertugas di kota ini. Karenanya tempat Klinik ini tidak menentu, mengikuti di mana rumah tempat tinggal Dokter yang bersangkutan , yang berupa emperan atau Ga-rade mobil . keadaannya sangat sederhana , dengan peralatan yang sangat minim, selalu berpindah –pindah setiap ada pergantian Dokter. Pernah menempati bekas rumah Kepati-han di Ngaglik, pernah di emper gudang padi Yan Peng, pernah di bekas rumah Belanda di Jetis (Kini ditempati Kores Kepolisian , pernah di rumah orang kampung di Kranggan (Kini ditempati bangunan kantor Cabang Dinas Sosial). - Tahun 1939 merupakan ramai-ramainya dan semakin meningkatnya Pergerakan Kebangsaan Indonesia memperjuangkan Kemerdekaan Tanah Air , dengan tuntutan '''Indonesia Berparlemen''. Pada waktu itu suhu politik sudah sangat panas, Perang Dunia II sudah pe-cah, bahkan pada tanggal 30 Mei 1940 Negeri Belanda seluruhnya telah diduduki oleh Tentara Nazi Jerman, dengan serbuan kilat yang hanya memerlukan waktu tiga hari saja. Ratu Wilhelmina dengan keluarganya sempat mengungsi ke Inggris.Hindia Belanda sepenuhnya diserahkan kepada Gubernur Jenderal Mr.Dr.A.W.L.Tjarda VanStarkenbourg Stacckhouwer, dan pimpinan pertahanan dipercakan kepada Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda Letanan Jenderal Ter Poorten. -Pada tanggal 7 Desember 1941 disusul pecahnya perang Pasifik yang di awali oleh serangan Jepang terhadap pertahanan Amerika di Teluk Mutiara di Kepulauan Hawaii. Dengan cepat balatentara Jepang menyerbu dan melindas Asia Timur dan selatan. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 setelah mengadakan perlawanan yang kurang berarti Pucuk pimpinan pemerintah dan panglima Angkatan Perang Hindia Belanda telah tanpa syarat kepada balatentara Jepang bertempat di lapangan terbang Kali Jati,Purwakarta, Jawa Barat. Semenjak itu habislah riwayat penjajahan Belanda selama tiga setenga abad atas Tanah Air Indonesia tercinta .Pertahanan Hindi elanda yang terdiri dari K.L. (Koninklijke Leger) dan KNIL (Koninklijke Nederland Indische Leger), maupun pasukan Milisi dan Wacht (semacam hansip yang dipersenjatai ) di daerah Lamongan ini sudah diatur untuk menjadi cukup kuat, terutama di sepanjang pantai Utara Paciran, dengan pemasangan ranjau-ranjau laut maupun darat, tonggak-tonggak rintangan pendaratan pantai, pagar kawat berduri, kubu-kubu beton untuk mitrakyur, perlindungan dibawah tanah, lobang-lobang perangkap tank ( Tankvallen ) dan lain sebagainya.Namun dalam kenyataan balatentara Jepang tidak mendarat di pantai Paciran, melainkan dengan mudah mendarat di pantai Glondong,daerah Tuban. Dengan mendapat perlawanan yang tidak berarti, balatentara Jepang dengan cepat telah menduduki dan menguasai Tuban,Bojonegoro dan Lamongan. Serdadu-serdadu Belanda dan Australia melarikan diri secara kocarkacir dengan meninggalkan segala persenjataanya. Dengan cepat pula balatentara Jepang menyusun pemerintahan, membuka kembali kantor-kantor dan Sekolah-sekolah tetapi bahasa Belanda dilarang, diganti dengan bahasa Indonesia dan Nippon Go (bahasa Jepang). Jabatan Asisten Wedana diganti dengan sebutan Son-Co, Menteri Polisi dengan Fuku Son-Co, Bupati dengan sebutan Ken-Co. - Bupati R.P.Murid Cokronegoro yang rupanya kurang disenangi oleh penguasa Jepang, karena tidak semua perintah Jepang dipenuhi, diberhentikan dari jabatan Ken-Co Lamongan dalam tahun 1943. pada waktu itu penghidupan rakyat sudah terasa sangat berat dan semakin lama semakin bertambah berat.

Hampir semua hasil pertanian yang berjenis pangan, dikuasai tentara Jepang dengan dalih untuk kemenangan Asia Raya. Harta benda milik rakyat bahkan tenaganya yang masi kuat dikuasai oleh Jepang ( romusha ) untuk kepentingan perangnya. Rakyat sangat tertindas dan menjadi sangat menderita. Bupati Murit mengerti benar dan turut merasakan penderitahan rakyat ini. Kemudian Jepang mengakat penggatinya: 4. RADEN TUMENGGUNG COKROSUDIRJO ( 1943 -1945 ) - Beliau berasal dari Surakarta, masih kerabat dekat dengan H.O.S. Cokroaminoto. Di dalam masa jabatannya hal-hal yang penting dan dapat dicatat antara lain. - Bulan Maret 1942 balatentara Jepang memasuki Lamongan. Pada awalnya mereka bersikap sangat ramah. Sewaktu mereka tibah di Kota Lamongan, banyak diantaranya mereka yang begitu saja mengabili barang-barang, terutama minum keras dari toko-toko, terutama toko Tionghwa. Nanpaknya seperti memberi conto ke pada penduduk pribumi, oleh mengabili barang-barang dari toko semaunya. Ternuata betul, tidak lamah kemudian penduduk pribumi dalam kota maupun datang dari luar Kota Lamongan, beramai-ramai mengabili barangbarang dari dalam toko, tidak pandang toko apa saja. Peristiwa tersebut disebut orang sebagai '' krayahan ''. sudah barang tentu, dengan peristiwa liar tersebut hampir semua toko mengalami kerugian dan kerusakan. Tetapi beberapa hari kemudian ada pengumuman balatentara pendudukan Jepang. Bawah semua penduduk tidak boleh menyipan barang-barang hasil '' karyahan '' dan barang siapa yang memiliki harus menyerahkan barang-barang tersebut kepada belantara Jepang. Nah, mulailah nanpak loreknya. - Semakin lama sikap penguasa Jepang semakin keji, menindak penduduk yang diangap keliru dengan sangat semena-mena, merampas harta milik penduduk dengan sakmaunya sendiri, mengekang hak kebebasan penduduk secara ketat dan kejam, memperlakukan dan menggunakan tenaga penduduk dengan keras dan tidak kenal keadaan demi untuk kepentingan tentara Jepang, gadisgadispun mulai tidak aman dari ganguan dan pemerkosaan tentara Jepang. Rakyat semakin lama semakin serbah kekurangan dan sangat menderita. - Namun sekalipun banyak segi yang sangat merugikan rakyat Indonesia, tetapi kehadiran tentara Jepang mengusir kekuasaan Belanda ini juga ada hikmah positip yang kita ambil, diantara lain : bahwa pemuda-pemuda Indonesia oleh tentara Jepang dilatih kemiliteran dan digembleng mental dan fisiknya. Mereka dilatih kemiliteran dalam bentuk seinendan dan keibodan ( semacam Hansip ), tetapi sedikit pula tidak dipanggil menjadi Heiho ( tentara kesatuan Jepang yang terdiri dari orang Indonesia ). - Dalamtahun 1943 penguasa Jepang membentuk tentara pembela tanah air yang disingkat tentara Peta. Gerakan ini kesatuan militer yang berada dibawa komando tentara Jepang, tetapi prajurit sampai perwiranya terdiri dari orangorang pribumi. Ribuan pemuda Indonesia yang masuk Peta. Diantara mereka itu termasuk Jendral Soeharto ( kini Prisiden R.I. ) dan Kolonel Chasinu ( bekas Bupati KDH Lamongan tahun 1969-1979 ), dan ternyata tentara Peta ini kemudian harinya menjadi tenaga inti dalam pembentukan B.K.R., T.K.R., T.R.I kemudian T.N.I. - pada tahun 1943, setela memperoleh kemenangan-menangan secara optimal di Asia Timur, Asia Tenggara dan Asia Timur, tentara Jepang memulai mengalami kekalahan-kekalahan di medan perang dan sejak itu terus terpukul mudur sampei menyerah kalah. Satu demi satu pulau, kepulauan dan wilayah yang telah mereka rebut dan mereka duduki, direbut kembali oleh tentara sekutu. Akibat dari kemuduran tentara Jepang itu, maka tentara pendudukan Jepang di Jawa, termasuk yang menduduki Lamongan, semakin keji dan kejam. Rakyat Lamongan semakin menderita dan nestapa.

- Dalam Karesidenan Bojonegoro ini Jepang mendirikan tiga Daidan (setingat Batalyon) Tentara PETA, yaitu yang ditetapkan dikota Bojonegoro dengan Daidanchoo Soederman, di kota Tuban dengan Daidanchoo Masri dan di dekat Babat dengan Daidanchoo Kyai Maskur. Perna terjadi peristiwa heroin di Dandan Babat, dimana seorang prajurit PETA karena tidak tahan lagi mengadapi sikap opsir Jepang, pergi bertapa disuatu tempat yang dianggap keramat, Puncakwangi. Desa puncakwangi terletak kira-kira 3½ km disebelah selatan Babat, yang menurut cerita kuno adalah bekas siraman Ronggopati Singolaut Ronggowe Raja Ranjegwesi yang pusat pemerintahannya di Baluluk (Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan yang sekarang). Dalam pertapa atau nepisnya itu perajurit PETA tersebut menemukan sebuah '' panah '' di fcelahcelah batu. Sekembalinya ia di Daidan, mendadak menjadi kalap dan menyerang opsir Jepang yang ada dalam Daidan itu. Perajurit tersebut dihukum berat sedang seluruh pewira dan perajurit dari Daidan itu berada langsung dibawah pengawasan yang ketat oleh opsir-opsir Jepang. Kebetulan bahwa peristiwa Daidan Babat itu saatnya hampir bersamaan dengan peristiwanya pemberontakan PETA di Blitar. Maka kemudian banyak pewira PETA yang dikirim ke Bogor. Peristiwa itu terjadi dalam bulan Pebruari 1945. - Keadaan perang pasifik semakin menggenting, pesawat-pesawat udara sekutu semakin sering tiba di atas pulau Jawa dan membomi tempat-tempat yang diangap penting dan strategis. Pada tanggal 6 Agustus 1945 dijatukanlah Boom atom Amerika yang pertama di kota Hisoshima, Jepang, yang menyebabkan Jepang menyerah terhadap sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. - Tiga hari kemudian, tanggal 17 Agustus 1945, terjadilah peristiwa yang maha penting bagi Bangsa Indonesia, proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan cepat pemuda-pemuda dan patriot-patriot Lamongan bertindak mengikuti rekanrekanya di Surabaya, yaitu melucuti tentara Jepang. Oleh karena Bupati Lamongan, Raden Tumenggung Cokrosudirjo, dipandang oleh rakyat Lamongan kurang semangat mengikuti perkembangan dan perjuangan massa, maka massa rakyat mengehendaki dan digantinya Bupati kurang semangat dan kurang mengerti tentang perjuangan rakyat tersebut, dan Komiten Nasional Indonesia ( K.N.I ) Kabupaten Lamongan memilih dan mengakat Bupati baru: 5. RADEN SOEKADJI, yang menjabat Bupati Lamongan akhir tahun 19451948. Beliau berasal dari Kediri. Jaman Belanda menjabat Guru H.I.S. di Lamongan, kemudiaan Guru Sekolah Rakyat. Dipilihnya R.Soekardji menjadi Bupati Lamongan dengan serangkaian pula dengan diangkatnya Raden Panji Suryo, bekas Syuchookang dan Residen Bojonegoro ( R.I. ) menjadi Gubenur Jawa Timur dan Mr. Hendromartono menjadi Residen Bojonegoro. - Daerah Lamongan yang letaknya tidak jauh dari Surabaya yang heroik itu, maka tidak ayal lagi bila pemuda-pemuda dan patrit-patriot Lamongan hayut pula dalam arus dan gelombang perjuangan arek-arek Suroboyo. Mempuncaknya semangat perjuangan pemuda-pemuda ini karena dikeluarkannya acaman Gunseikanbu dengan maklumatnya tanggal 19 September1945, yang isinya melarang segala tindakan ambil alih pemerintah Jepang di Jawa Timur, dan acaman Sychookan ( Residen Jepang ) akan membombardir Kota Surabaya. Namun acaman Gunseikabu maupun Syuchookan tersebut bocordan segera diketahui oleh massa rakyat berkat kelincahan ketua K.N.I. Dul Armono dan pemuda Jarot Subiantoro, yang pada waktu itu juga sudah mulai menyusun kekuatan. Suasana dengan cepat beralih marah gerakan massa mengambil alih pemerintah dari pemerintah Jepang beralih tangan menjadi pemerintah Republik Indonesia. Gerakan ini merata di seluruh Jawa Timur, termasuk Lamongan, dan sekitar selesei selurunya sekitar tiga minggu. Gerakan massa selanjutnya meningkat kea rah pelucutan senjata tentara Jepang. Gerakan ini dilakukan oleh

segenap lapisan rakyat secara serentak non stop diseluruh Jawa Timur, dan selesei dalam waktu hanyak lima hari saja. - Senjata-senjata hasil lucutan dari tentara Jepang tersebut kemudian dibagi-bagi kepada satuan-satuan B.K.R., Laskar-laskar dan pimpinan gerakan pemuda yang ada di waktu itu guna memperkuat perjuangan. Adapun pendiri dan peletak batu pertama penyusunan Batalion T.K.R. di Lamongan ini adalah Mayor Mardanus pada awal tahun 1946 dan diolah Komadan Batalion T.K.R. yang pertama di Lamongan. Tetapi tidak lama kemudian, sehubungan dengan reformasi T.R.I., Mardanus ditarik ke Komandan Divisi V TRI Ronggolawe dan pangkatnya turun dari Mayor ke kapten. Setelah dihapusnya Divisi TRI Ronggolawe dalam tahun 1948, Mardanus ditempatkan di Staf Pertahanan Jawa Timur ( SPDT ) di Madiun. - Pengganti Mayor Mardanus adalah Kapten Sukarsono, yang dengan dihapuskannya Batalion TRI di Lamongan ia menjabat wakil Komadan Sektor palagan Surabaya Barat-Utara termasuk Lamongan. Tahun 1948 sampai masa gerilnya ia dikenal Komandan Distik Militer ( KDM ) Lamongan yang sekaligus bertanggung jawab atas pembinahan perang wilayah di daerah ini. Ia terpaksa harus kerjasama dengan lain-lain Batalion yang juga melakukan perang totoldi daerah ini. - Setelah mundurnya pertahanan R.I. keluar dari kota Surabanya akhir Desember 1945, pratis wilayah Lamongan menjadi garis pertahanan ke satu, juga menjadi daerah pengungsian dan daerah pengunduran pasukan-pasukan dan kesatuan-kesatuan yang berasal dari Kota Surabaya. Adapun nama-nama pasukan dan kesatuan yang berada di wilayah Kabupaten Lamongan di waktu itu dan yang dapat dicatat, adalah: - Batalion TRI Gresik dari Resimen Jobang, di pimpin Mayor Munaryadi. - Batalion TRI H.V.A. dari Resimen Surabaya pimpinan Mayor Sukrno. - Batalion Jarot dari Resimen Jobang pimpinan Mayor Jarot Subiyantoro. - Kesatuan P.R.I./ Persido Surabaya. - Kesatuan P.B.R.I. dari Surabaya pimpinan Sukur Selamet. - Kesatuaan Laskar Kereta Api pimpinan Rachmat. - Pasukan TRI Laut pimpinan Kapten O.B.Hustapea. - Satuaan Pos penyelidik dari Surabaya pimpinan Lettu Risbanten. Disamping itu semua, masi terdapat bala bantuan berupa kesatuan-kesatuan yang datang dari lain daerah, antara lain: - Batalyon I TRI Blitar dari Resimen Kediri pimpinan Mayor Rislan Suryatmojo, yang pernah mengalami korban banyak dalam pertempuran. - Batalyon TRI Ngawi dari Resimen Madiun pimpinan Mayor Suyoto. - Batalyon Rukminto Hendraningrat dari Resimen Madiun. - Batalyon TRI Rembang dari Resimen Pati pimpinan Mayor Munadi. - Batalyon TRI Purwodadi dari Resimen Pati pimpinan Mayor Agus Siswadi. - Kesatuan Brimob Polisi dari Surabaya Pimpinan Inspektur Sucipto Danu kusuma - Dan banyak sekali Tentara pelajar , baik T.P.,TRIP maupun T.G.P. --Sebagaimana diketahui, dalam bulan Juli 1947 Belanda melancarkan Aksi Militernya ke I (clash I) dan dalam Desember 1948 melancarkan Aksi militernya yang ke 2 (clash II) Tentara Belanda yang mendarat di pantai Tuban, awal Januari 1949 telah menduduki kota Lamongan . Pada waktu itu Bupati R.Sukaji tidak dapat melakukan tugasnya, maka patih Lamongan diangkat menjadi Bupati darurat: 6. BUPATI DARURAT R.P.A.ABDUL HAMID SURYOSEPUTRO ( 1949 )

Beliau aselih dari Kediri, terhahir menjabat Patih Lamongan. Beliau menjabat Bupati sementara Lamongan sejak akhir 1948 sampai pertengahan tahun1949. Hal-hal penting -yang terjadi semasa jabatanya, antara lain: - Tanggal 19 Desember 1948 jam 08.00 Dr.Beel selaku Wakil tinggi Mahkota Belanda mengumumkan dimuka corong Radio Jakarta, bawah mulai saat itu Belanda membatalkan perjanjian Renville dan gecatan senjata. Hal itu berhati bawah mulai saat itu Belanda bebas dan leluasa menyerbu Republik Indonesia. Maka pecahlah agersi Belanda ke II yang dimulai tanggal 19 Desember 1948 jam 17.00 sore. Pada tanggal 19 Desember 1948 jam 02.00 dinihari, pasukanpasukan Belanda mendarat di pantai Glondong, Tuban. Dari pantai Glondong pasukan Belanda dibangi menjadi dua, kejurusan Tuban dan Jatirogo. Yang kejujuran Jatirogo terus ke Wonosari, Cepu dan Ngawi, yang hanyak menghadapi perlawanan ringan dari tentara kita, terutama terutama hanyak penghancuran jalan dan jembatan-jembatan. Tetapi yang menuju kejurusan Tuban mendapat perlawanan yang cukup sengit tetapi berhasil pula sampek Babat tanggal 20 Desember 1948. - Pada tanggal 2 Januari 1949 tentara Belanda menyerbu Kedungpring, terus ke Ngimbang, Bluluk dan mantup. Tanggal 17 Januari 1949 Tikung dan Kembangbahu diduduki Belanda, terus menghujani motir Kota Lamongan, dan pada tanggal 18 Januari 1949 Kota Lamongan diserbu Belanda dari Tikung dan diduduki.pasukan penyerbu Lamongan ini dibawah pimpinan Kapten Van Der Hoefen. Setelah kota-kota yang diangap penting setelah mereka duduki, tentara Belanda baru melakukan suiveringsactie atau aksu pembersihan ke Kecamatankecamatan dan Desa-desa. - Walau segalanya telah diatur sebelumnya, tetapi ternyata Belanda salah hitung. Tak mampu mereka menghadapi system pertahanan rakyat semesta kita. Ditambah dengan factor-faktor politiek dan opini dunia, maka Belanda terpaksa harus mengalami terugtocht politiek dan militer. Walau alat mereka serbah lengkap dan modern, siasatnya telah begitu diatur dan sangat berhati-hati, namun mereka gagal dan segala tindakannya itu harus mereka bayar dengan sangat mahal, baik berupa matrial, financial maupun berupa tenaga manusia. Sebagai contoh, sewaktu tentara Belanda menyerbu Paciran pada tanggal 20 Mei 1949, setelah gelagat gecatan senjata antara Belanda dan R.I. akan dicapai. Dalam serbuannya itu Belanda terpaksa harus mengerakan segenap kekuatannya dari angkatan dara, laut dan udaranya. Kapal perangnya berlabuh di dekat Paciran, sekoci-sekocinya untuk mendaratkan pasukan dan peralatannya. Guna pengamanan pasukan yang mendarat itu, B3elanda mendatangkan bala bantuan dai Tuban ( barat ), sedayu ( timur ) dan dari Sukodadi ( selatan ), sementara pesawat-pesawat terbangnya melayang-layang di atas Paciran dengan rendahnya. Walau demikian mereka tidak dapat menemukan seorangpu diantara pasukan gerilnya kita. Sebaliknya balabantuan mereka datangkan dari Tuban tidak dapat sampei di Paciran karena dihadang dan diserang oleh gerilnya kita di Lohgung dalam pertempuran yang cukup seru. Sedang balabantuan yang mereka datangkan dari Sukodadi, kembalinya terpaksa berkurang jumlanya dan mengakut kawannya yang luka-luka akibat penghadangan gerilnya kitadi Karanggeneng Parengan. - Pada tanggal 2 April 1949 Bupati Darurat R. Abdul Hamit Suryoseputro telah ditangkap oleh Belanda. Karena beliau menolak untuk diangkat menjadi Bupati Belanda di Lamongan, maka beliau ditawan oleh Belanda dan ditempatkan di penjara kalisosok, Surabaya. Sehubungan dengan peristiwa tersebut, maka ditunjuk R. Supardan Bupati Gerilya. 7. R. SUPARDAN, BUPATI GERILYA ( 1949-1950 ). Sebelumya beliau menjabat kepala D.P.U./ Pengairan Lamongan. Setelah Lamongan diduduki Belanda, beliau bergerilya pertama-tama di Kruwul,

kemudian di Sungegeneng, di Karanggeneng kemudian di Pengangsalan. Halhal penting dan yang dapat dicatat selama masa jabatannya antara lain: - Walaupun pada awalnya dalam keadaan kacau balau, namun dengan dasar kesadaran '' berjuang sebagai Negara '', maka setapak demi setapak Pemerintahan Kabupaten Lamongan disusun kembali, dalam Pemerintahan Militer. Di tingkat Kabupaten sampai Kecamata-kecamatan segera dibentuk Pemerintahan Militer. Bagi Kecamatan yang Camatnya lowong karena gugur atau menyerah kepada Belanda atau mengngusi dan belum diketahui tempat beradanya. Segera diusahakan Camat baru dan bagi Camat yang sakit dicarikan wakilnya. Waktu itu susunan Pemerintahan Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: 1. Kepala Pemerintahan Militer : Kapten Sukarsono. 2. Kepala Staf : Letnan Satu Suwignyo. 3. Bupati/Kepala Bagian Sipil : R. Supardan. 4. Kepala Bagian Perekonomian : Letnan Satu a.r Projosayogo. 5. Wakil Ka Bag. Perekonomian : Harjosujono. 6. Kepala Bagaian Kemasyarakatan : Letnan Satu a.r. Imam Suhadak. 7. Wakil Ka Bag Kemasyarakatan : R. Hurmat Ckrosudarmo. 8. Kepala Bagian Pertahanan : Letnan Dua Suyono. 9. Bag. Pertahanan Urusan Penyiaran dan Dokumentasi : S. Hadisubroto. Dengan ditangkapnya R.Palih Wedana Paciran oleh Belanda pada tanggal 30 Maret 1949, maka Adiman Wedana Babat dipindah ke Paciran, sedang Kawedanan Lamongan untuk sementara dipipin oleh Gedelegeerde KDM masing-masing. Kawedanan Ngibang yang sulit mengadakan hubungan dengan Pemerintahan Kabupaten, diupayakan untuk diaktivir dan dilancarkan perhubungannya, untuk itu diangkatlah Sdr Sujono, Camat Sugio, menjadi Wedana Ngimbang dan Wedana Ngimbang lama Sdr R. Pratikto dipindah menjadi Wedana Sukodadi. Wedana Sukodadi lama Sdr. R.Murdiman kemudian ditempatkan sebagai Wedana Lamongan dan Sdr Kasiran, Camat Kalitengah menjadi Wedana Karangbinangun. Dalam pada itu pulah disusu Kepolisian dan Kehakiman Militer. Karena jabatannya, para Wedana ditunjuk sebagai Hakim Distrik dan untuk itu diangkat Jaksa Distrik. - Dengan pipinan pemerintahan militer yang sudah agak teratur dan dengan semangat rakyat yang telah mulai kembalimeluap, maka akhir bulan Maret 1949, tepatnya pada hari Senin Kliwon malem Selasa Legi tanggal 28 malem 29 Maret 1949 mulai jam 24.00 terjadilah titik perjuangan rakyat Lamongan, dari ''pasief defensief'' menjadi ''actief defensief'', yaitu dengan wujud seragam umum terhadap Kota Lamongan. Seragam umum tersebut dilakukan oleh pasukan Tamtomo, pasukan condobirowo, satuan-satuan O.D.M. dan rakyat Dalam artian gerakan serentak dan serangan umum ini tidak terlalu besar artinya, namun bagi Belanda merupakan tamparan moral dan Psikologis yang sangat berat, sedang bagi rakyat lamongan adalah bagaikan angin peniup api semangat sehingga menjadi Makantar Makantar. Ditambah pula dengan terjadinya peristiwa Gumantuk yang sangat heroic,dimana regu kadet Suwoko dari pasukan Tamtomo yang terdiri dari 7 orang dengan 3 senjata api, Pada tanggal 3 April 1949 menyerang satu peleton tentara Belanda (Kira-kira 25 orang) Pada siang bolong, pertempuran ini berkesudahan dengan gugurnya 4 orang prajurit kita, termasuk Kadet Suwoko, sedang di pihak tentara Belanda 11 orang terbunuh dan 2orang luka-luka. Empat prajurit kita gugur itu adalah Suwoko ,Widodo,Sumargo dan Sukaeri. - Semenjak serangan Umum terhadap kota Lamongan itu, maka seranganserangan malam, Penghadangan-penghadangan dan pemasangan Ranjauranjau di jalan umum dan jalan kereta Api, menjadi lebih sering dilakukan Gerilya kita. Kemudian untuk memperkokoh pertahanan rakyat semesta dan melindungi keamanan desa, mulai tanggal 20 Mei 1949 dibentuklah apa yang disebut

Pasukan Pagar Desa, masing-masing desa satu regu,terdiri dari Pemudapemuda Desa, yang kemudian sejak tanggal 14 Juli 1949 Pasukan Pagar Desa ini diberi sebutan '' Pasukan Cadangan ''. - Ceasefire atau gencatan senjata antara Tentara Belanda dengan Tentara RI. di lamongan berlaku sejak tanggal 10 Juni 1949 yang diikuti secara taat oleh pasukan-pasukan kita. Begitu jugak rakyat Lamongan, seolah gecatatn sejata ini tidak menjadi masalah, semua taat terhadap ketetapan dan kebijaksanaan Pemerintah atasan. Jugak pada ketika terjadi Indonesia dan Batalyon 41/I dengan pasukan Tomtomo, dimana pasukan Tamtomo akhirnya diperintahnkan untuk menyingkir secara serentak ke daerah selatan, pun diikuti engan taatnya untuk memnghidari pertumpahan dara di antara sesame teman seperjuangan. Pasukan Batalyon 41/I datang di Lamongan dalam pertengahan bulan Juli 1949 atas peritah Komando Militer Daerah Surabaya Bagian Utara. Dengan menyingkirnya pasukan Tomtomo keselatan ini, terjadilah kekosongan pimpinan pemerintahan di sementarakan Kecamatan, disebabkan beberapa Komandan O.D.M. dan Camat terpaksah meniggalkan daerahnya. Tetapi sementara peristiwa itu berjalan, fihak Milliter atasan tidak tinggal diam. Dengan surat perintah harian Gebenur Milliter/Panglima Divisi I Kolonel Sungkono tanggal 30 Agustus 1949 Nomor 163/dar.1949/PH dan tanggal 3 September 1949 Nomor 166/dar/49/PH, maka: 1. Semenjak 30 Agustus 1949 K.D.M. Lamongan taktis diserahkan kembali kepada Komandan Milliter Daerah Karesidenan Bojonegoro 2. Batalyon 41/I diperintahkan mencabut kembali/membatalkan pengumumannya Nomor 2/Co.Mil. tanggal 31Juli 1949. 3. menghapuskan susunan Komando Milliter Surabaya Bagian Utara. - Dalam rangka pelaksanaan Perintah Hariaan tersebut di atas, maka pada tanggal 7 September 1949 Letnan Kolonel Sudirman dan rombongannya datang di Lamongan dari Bojonegoro, yang segera mengadakan pembicaraan dengan kedua belah fihak. Akhirnya pada tanggal 14 September 1949 tercapailah penyelesaian poko berupa: 1. K.D.M. Lamongan mengembalikan senjata-senjata yang dipinjam dari Batalyon 41/I. 2. Batalyon 41/I mengembalikan barang/pasukan yang dirampas/dilucuti olehnya kepada K.D.M. Lamongan. 3. Batalyon 41/I dengan pasukanya meninggalkan daerah Lamongan. 4. Daerah Kawedanan Sedayu diserahkan kekuasaan teritoriumnya kepada Batalyon 41/I. - Demikian September-affaire yang menyedihkan itu selesai. Masing-masing fihak menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut. Dengan terjadinya peristiwa ini menyebabkan kelabatan pasukan Tomtomo dalam usaha-usaha pemerintahan, terutama dalam menghadapi perundingan dengan fihak Belanda. Pertemuan antara K.D.M. dengan Belanda baru dapat diadakan pada tanggal 19 September 1949 di Sukodadi dan kemudian pada tanggal 21 september1949 di lamongan. Sebelum dan sesudah itu di adakan juga pertemuan-pertemuan antara Komandan-komandan TNI setempat dengan pos-pos Belanda. -Semua pertemuan dengan fihak Belanda itu hanya menghasilkan kontak biasa saja, karena setiap bertukar fikiran mengenai pelaksanaan gencatan senjata selalu kandas pada tuntutan-tuntutan fihak belanda mengenai luasnya daerah patroli dan soal kekuasaan militer dan sipil dalam daerah itu. Karenanya sejak tanggal 21 Oktober 1949 untuk daerah Lamongan, Paciran dan Babat dibentuk Sup panitia L.J.C.,walaupun begitu dalam kenyataannya pekerjaan Sub- sub L.J.C., itu berjalan seret bahkan ada yang macet sama sekali. Dalam pada itu, Bupati Gerilnya Lamongan R . supardan yang semula merangkap sebagai

penasehat urusan Sipil dalam L.J.C., 12 Bojonegoro, pada tanggal 20 September 1949 di ganti oleh patih Bojonegoro, R.Kusno Danu seputro. -Sejak awal Desember 1949 sudah mulai terdengar berita-berita mengenai perundingan K.M.B.(Konperensi Meja Bundar).Namun berita-berita tersebut diikuti oleh rakyat Lamongan dengan tidak memberikan reaksi yang negatip.Akibatdari hasil-hasil perundingan KMB tersebut,maka pemerintah Militer Kabupaten Lamongan sejak dini sudah sibuk mengatur persiapan untuk menerima penyerahan daerah-daerah yang semula di kuasai Belanda kepada pemerintah R.I.penerangan-penerangan secara lesan dan tulisan di upayakan secara meluas,agar tidak timbul kegelisahan di kalangan penduduk kota dan daerah penduduk lainnya,teristimewa bagi pegawai-pegawai federal,berhubung akan kembalinya Pemerintah R.I. Demikian pula menjaga agar pelaksanaan penyerahan daerah-daerah tersebut dapat berlangsung dengan tertip dan aman tampak ada gangguan apapun pulah. - Tanggal 18 Desember 1949 berlangsunglah penyerahan pemerintahan sipil Kota Lamongan. Dan pada tanggal 19 Desember 1949 adalah tanggal yang bersejara bagi Kabupaten Lamongan, karena pada hari itu jam 08.00 pagi terjadilah penyerahan kekuasaan milliter dan sipil dari tangan Belanda kepada Pemerintah Republik Idonesia. Dan pada hari itu jugak seluru tentara Belanda ditarik mundur dari daerah Kabupaten Lamongan. - sebelas bulan satu hari, Pemerintah Ripublik Indonesia Kabupaten Lamongan memenuhi kewajibannya mempertahankan dekfactor Republik Indonesia di luar Kota, dan pada tanggal 19 Desember 1949 itu dengan selamat sdan setau kembali di tempat kedudukan dan kekuasaannya semula secara penuh. Pada hari itu jam 08.00 pagi di turunkanlah bendera Tiga Warna Belanda dan naiklah bendera Sang Dwi Warna dengan megahnya di Angkasa Lamongan. Segera di adakan rapat-rapat umum serentak pada tanggal 20 Desember 1949 di Lamongan, Babat, Sukodadi dan Paciran, sebagai penyambutan kembalinya Pemeritah Republik Idonesia secara penu dan berdaulat. - kabupaten lamongan berhasil memenuhi kewajibanya. Perjuangan Gerilya berhenti. Perjuangan membangun mulai……! - Masa jabatan perjuangan R.Supardan sebagai Bupati Gerilya Kabupaten Lamongan telah selesai pada awal tahun 1950. Beliau diberhetikan dengan hormat dengan penu penghargaan dan diakat menjadi Pati Lamongan. 8. BUPATI R.P.A. ABDUL HAMID SURYOSEPUTRO ( 1950 – 1958 ). Beliau pada awal tahun 1950 dikeluarkan dari tahanan penjara Kalisosok akibat sikapnya yang tetap republikein dan menolak cubu rayu Belanda untuk mau menjadi Bupati Belanda untuk Kabupaten Lamongan. Atas sikap dan pendiriannya yang terpuji tersebut, maka oleh Pemeritah Republik Indonesia beliau diangkat kembali menjadi Bupati Kabupaten Lamongan sejak 3 Maret 1950. Hal-hal penting dan yang dapat dicatat selama masa jabatan beliau antara lain seperti di bawah ini. Dalam tahun 1950 dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara Kabupaten Lamongan ( DPRDS sebagai badan Legislatip ) dan Dewan Pemerintah Daerah Sementara Kabupaten Lamongan ( DPDS sebagai badan eksekutip ). Pada waktu itu partai politik yang ada dan bertingkat cabang di Kabupaten Lamongan adalah Partai MASYUMI, Partai Nasional Indonesia ( I.N.I.) Dan Partai Komunis Indonesia ( P.K.I.). Baru kemudian lahir Partai Nahdlatul Ulama ( P.N.U.). Oleh Partai-partai lainnyatidak mau duduk dalam DPRDS maupun dalam DPDS itu, maka kursi-kursi dalam kedua Badan tersebut hanyak diduduki satu Partai Politik, yaitu Partai MASYUMI. - Sebagai ketua DPRDS telah dipilih Sdr. Sasmitoharjo, sebagai Wakil Ketua dipilih Sdr. Somowiharjo. Jumlah Anggota DPRDS sebanyak 35 orang, dibentuk atas dasar Undang Undang No. 12 tahun 1950 dan Peraturan Pemerintah No. 39

tahun 1950. DPRDS Kabupaten Lamongan dilantik pada tanggal 31 Oktober 1950. dan sidang Pleno DPRDS yang pertama kali pada hari itu juga disamping memilih Ketua dan Wakil Ketua DPRDS, jugak memilih Anggota-anggota Dewan Perintah Daerah Sementara ( DPRDS), YANG terdiri dari: 1. Ketua DPD : Sdr. R. Abdul Hamit Suryoseputro, Bupati KDM. 2. Wakil Ketua : Sdr. R. Hurmat Cokrosudarmo. 3. Anggota : Sdr. H. Ali Affandi. 4. Anggota : Sdr. R. Mulyadi. 5. Anggota : Sdr. Syamsuri. 6. Anggota : Sdr. Mukri Dahlan. Adapun para pejabat teras pada Kantor Kabupaten Lamongan di waktu itu antara lain: Patih – Sdr. R.Supardan, Sekretaris – Sdr. M.Sutarjo, Kontorlin – Sdr. M.Suwaji, Ka Bag Tata Usaha – R. Sucipto, Ka Bag Keuangan – Sdr. Swito, Ka Din Puk – Sdr. Setyohaji, Ka Din Kesehatan – Sdr. Dr. Umar Saleh, Ka Perusahaan Listrik – Sdr. M.Abdul Mukti, Ka Perusahaan Air Minum – Sdr. Marjoko. - Rumah Dinas Bupati KDM terletak disebelah utara Aloon-aloon yang kini di jadikan rumah dinas Sekwilda Tinggat II Lamongan. Gedung DPRDS terletak di halaman muka sebelah kiri rumah dinas Bupati KDM, kini bekas Kantor P.K.K., sedang Kantor Kabupaten berada di sebelah timur Aloon-Aloon yang kini dijadikan Kantor Dina PUK. Karena hebatnya gerakan pembumihangusan sewaktu Aksi Belada ke II di Lamongan, maka mulai tahun 1950 sampai dengan tahun 1954 di Kota Lamongan banyak terlihat adanya puing-puing dan tanah kosong tidak teplihara dari bekas-bekas gedung-gedung Kantor atau gedunggedung penting lainya, seperti puing-puing dan tanah kosong bekas rumah Beliau pada awal tahun 1950 dikeluarkan dari tahanan dari penjara kalisosok Surabaya dikarenakan sikapnya tetap republikein dan menolak cumbu rayu Belanda untuk mau diangkat menjadi Belanda di Lamongan. Dikerenakan sikap dan pendiriannya yang terpuji itulah maka oleh Pemerintah Republik Indonesia beliau diangkat kembali menjadi Bupati Lamongan sejak tanggal 3 Maret 1950, sedang R.Supardan yang dalam masa Gerliya menjabat Bupati Sementara Lamongan, diangkat menjadi Patih Lamongan. Adapun hal-hal penting yang dapat dicatat semasa jabatan Beliau antara lain: Dengan dasa Udang-udang Nomor 12 Tahun 1950 dan Peraturan Pemrintah Nomor 39 Tahun 1950, maka dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara ( DPRDS ) sebagai Badan Legislatif dan Dewan Pemerintah Daerah Sementara ( DPRDS ) sebagai Badan Eksekutif di Kabupaten Lamongan. Pada waktu itu partai politik yang ada dan bertingkat Cabang adalah Partai MASYUMI, Partai Nasianal Indonesia ( PNI ) DAN Partai Sosialis Indonesia yang kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia ( PKI ). Nahdlatul Ulam waktu itu belum menjadi Partai Politik. Oleh karena bakal-bakal calon dari PNI dan PKI mengudurkan diri dari pencalonan anggota DPRDS dan DPDS, 35 kursi untuk DPRDS dan 5 kursi untuk DPDS hanyak diduduki oleh Partai MASYUMI. DPRDS dilantik pada tanggal 31Oktober 1950 dan sidang Pleno DPRDS yang pertama kali pada hari itu juga telah memilih sebagai Ketuanya Sdr. Sasmitoharjo dan sebagai Wakil Ketua Sdr. Somowiharjo. DPRDS itu berhasil memilih dan menyusun DPDS yang terdiri dari: 1. Ketua : R. Abdul Hamit Suryoseputro, Bupati Kepala Daerah 2. Wakil Ketua : R. Hurmat Tjokrosudamo 3. Anggota : H. Alih Affandi ; 4. Anggota : R. Mulyadi. 5. Anggota : Syamsuri. 6. Anggota : Mukri Dahlan.

Adapun para Pejabat teras pada Kontor Kabupaten Lamongan waktu itu antara lain: 1. Patih : R. Supardan, kemudian diganti R. Sampurno. 2. Sekretaris : M. Sutarjo. 3. Kontrolir : M. Suwaji. 4. Ka Bag T.U. : R. Sucipto, sebagai pengganti R. Prosojo. 5. Ka Bag Keungan : Swito. 6. Ka Din Puk : Setiohaji. 7. Ka Din Kesehatan : Dr. Umar Saleh. 8. Ka Perusahan Listrik : M. Abdul Mukti. 9. Ka Perusahan Air Minum : Marjoko. Rumah dinas Bupati terletak di sebelah utara Aloon-aloon yang sekarang dijadikan rumah dinas Sekretaris Wilaya Daerah Tingkat II Lamongan. Gedung DPRDS terletak di halaman muka rumah dinas Bupati yang sebelah kiri, yang kini bekas kantor PKK Kabupaten. Sedang Kantor Kabupaten terletak di sebelah timur Aloon-aloon yang sekarang dijadikan Kantor Dinas PUK. Karena hebatnya aksi pembumihangusan sewaktu tentara Belanda masuk Kota Lamongan pada awal 1949, maka pada tahun 1950 sampai sekitar tahun 1954 di Kota Lamongan banyak terlihat adanya puing-puing dantanah kosong yang tidak terplihara dari bekas-bekas gedung kantor atau gedunggedung penting lainya, antara lain puing-puing dan tanah kosong bekas lokasi rumah dinas Bupati di perempatan kampung Bandung sebela selatan, kini menjadi lokasi bekas kantor Pengadilan Negeri dan Gedung Bioskop '' Garuda ''; puing-puing dan tanah kosong bekas lokasi Pengadilan Negeri di perempatan Kampung Bandung sebelah utara, yang kini telah didirikan Gedung Pengadilan Negeri baru; puing-puing dan tanah kosong yang luas disebelah selatan Aloonaloon yang bekas rumah dinas Asisten Residen dan bekas Kantor-kantor dan penjara, yang sekarang menjadi lokasi Kantor Pembangunan Daerah, PPD-II, Kantor Pemerintah Daerah Tinggkat II, Gedung DPRD, Kantor Departemen Penerangan Kabupaten dan sebagian dari Terminal Bus yang sekarang; puingpuing dan tanah kosong sebelah timur Aloon-aloon bekas lokasi Kantor Pos yang sekarang sudah didirikan Kantor Pos baru. Sedang di luar Kota Lamongan terdapat banyak sekali jembatan-jembatan yang rusak bekas bumi hangus dan jalan-jalan Kabupaten yang rusak berat bekas lobang-lobang jebakan tenk ( tankvallen ) dan puing-puing rumah penduduk yang perna dibakar oleh tentara Belanda. Dalam tahun 1952 Kota Lamongan perna dilanda banjir yang cukup besar akibat tangkis Waduk Joto, yang terletak kurang lebih 6 Km di sebelah selatan Kota Lamongan jebol karena hujan lebat beberapa hari berturut-turut, air dalam waduk meluap menyebabkan tangkis bagian utara dan barat jebol. Tinggi air di Aloon-aloon sampai 40-50 cm sehingga banyak anak-anak yang bermainmain dengan rakit batang pisang di atas Aloon-aloon. Keadaan penerangan listrik dalam tahun 1953 dan aseterusnya dalam Kota Lamongan amay buruk. Status perusahan milik Daerah Kabupaten, hanyak memiliki satu mesin diesel kecil peninggalan jaman Jepang, yang ditempakan dibangunan kecil di sudut pasar Lamongan bagian barat-laut. Kapasitas mesin sangat terbatas, voltasenya menjadi sangat rendah. Penerangan jalan hampir langka, penerangan listrik rumah-rumah terutama dikampung Demangan nyalanya seperti api ''upet''. Di malam hari di Aloon-aloon keadanya gelap gulita. Stroom listrik yang ada di rumah-rumah penduduk seperti menjadi milik penghuni rumah, yang hanyak rata-rata 45 wat, yang dapat dijual belikan manakala penghuninya pindah rumah. Keadan air minum di Kota Lamongan sama buruknya dengan keadaan penerangan listriknya. Air bersih yang berhasal dari sumber air di Mantupkurang lebih 20 Km di sebelah selatan Kota Lamongan debitnya hanyak tinggal beberapa liter saja per detik, sangat tidak mencukupi kebutuhan pelanggan. Air

tidak dapat dinaikan keatas tanah, karena terpasa harus di galih semacam sumur, itupun hanyak mengalir selama 2 jam kemudian tinggal 1jam per hari, dengan aliran yang kecil. Oleh sebab itu maka jblang dan telaga milik perorangan dan milik Kampung dalam Kota berfungsi sangat penting guna keperluan serba guna. Pada pertengahan tahun 1953 Kantor Kabupaten Lamongan yang baru mulai di bangun dengan biayah dari Pemerintah Pusat. Pipinan pekerjaan di percayakan kepada R.Suharjipto Kepala DPU/Pengairan Seksi Lamongan di bantu oleh Sdr. Setiohaji Kepala Dinas PUK Lamongan. Pada pertengahan tahun 1954 bangunan Kantor Kabupaten selesai dibangun dan diresmikan yang diramaikan dengan pertujukan wayang purwo dalam wanita dari Jawa Tengah dengan lakon '' mbangun Taman Maerokoco ''. Menjelang tahun 1955 masyaraka disibukkan dengan persiapan pemilihan yang pertama setela Kemerdekaan. Partai Politik yang hidup dan berada di Lamongan waktu itu adalah MASYUMI, PNU, PNI, PKI ( istilahnya 4 besar ) dan PSII dan PSI yang keadaannya kecil. Di samping itu masih terdapat kontestan-kontestan Pemilu bukan berstasus Partai Politik. Tanda gambar dalam Pemiluyang harus dipilih jumlahnya banyak sekali, sampai 48 tanda gambar. Adapun hasil Pemilu 1955 di Kabupaten Lamongan bagi 4 Partai besar adalah: MASYUMI 166.951 suara, PKI 86.925 suara, PNU 69.891 suara dan PNI 49.572 suara. Anehnya semua tanda gambar ( 48 buah ) yang terdapat dalam daftar tanda gambar Pemilu memperoleh suara walaupun kecil-kecil. Dengan perolehan suara dalam Pemilu 1955 itu, dan perlandaskan pada Udang-udang No 14 tahun 1956, dan peraturan Mentri Dalam Negeri No 4 tahun 1956, di Lamongan dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Peralihan ( DPRDP ) dan Dewan Pemerintah Daerah Peralihan ( DPDP ). Jumlah DPRDP ada 35 Orang dengan Ketuanya H. Alih Affandi dan Wakil ketua Sularso, masing-masing dari MASYUMI dan PNU Babat. Adapun DPDP-nya terdiri dari: 1. Ketua : R. Abdul Hamit Suryoseputro, Bupati Kepala Daerah; 2. Wk Ketua : Ilham Soedijono, dari PNI; 3. Anggota : R.H. Mulyadi, dari Masyumi; 4. Anggota : Abdul manap Zahri, dari MASYUMI; 5. Anggota : Imam Mucharom, dari PKI; 6. Anggota : Abdul Iskandar, dari PNU; Sunun DPDP Kabupaten Lamongan ini disahkan dengan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Jawa Timur tanggal 14 Desember Nomor 0/Des.24b/584/1013. Adapun komposisi DPRDP waktu itu adalah: MASYUMI 18 anggota, PKI 7 anggota, PNU 6 anggota dan PNI 4 anggota. Rusang sidang DPRDP sudah menepati ruang sidang di Kantor Kabupaten yang baru, yang kini dijadikan ruang pertemuan Pemda Tingkat II Lamongan . Dalam tahun 1955 di Kota Lamongan terdapat apa yang disebut Yayasan Kas Pembangunan, disingkat Y.K.P., yang bertujuan membangun perumahan rakyat dengan menerima uang simpanan dari yang berminat. Perumahan rakyat pertama di Kota Lamongan yang berhasil dibangun oleh Y.K.P.ini adalah sederetan rumah-rumah yang terletak kini di Jalan Choirul Huda dan sebagaian di Jalan Kyai Amin. Dalam tahun 1957 DPRDP mulai memperjuangkan perluasan listrik Kota Lamongan dengan membentuk satu delegasi yang terdiri dari wakil fraksi, untuk menghadap Pemerintah Pusat guna memperoleh bantuan dana untuk membeli sebuah mesin diesel tambahan. Delegasi ini dipimpin oleh H.Alih Affandi, Ketua DPRDP. Namun delegasi dan delegasi-delegasi selanjutnya dari tiap periode DPRD Lamongan dalam maksud yang sama, tidak perna berhasil. DPRDperalian ini tidak berusia panjang, hanyak berusia kurang 2 tahun. Dengan landasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 maka pada akhir tahun 1957 disusulah DPRD Swatantra Kabupaten Lamongan, yang terdiri dari 35 orang dengan komposisi yang sama dengan DPRD Peralihan, dan dilantik

pada tanggal 16 Januari 1958. Ketua dan Wakil Ketua DPRD ini tetap H.Alih Affandi dan Suroso. Sedang dengan Surat Keputusan DPRD Swatantra Kabupaten Lamongan tanggal 6 Pebruari 1958 No.22/DPR/58 disusunlah Dewan Pemerintah Daerah ( DPD ) yang komposisi dan personalianya sama dengan DPD Peralian. Tidak lama kemudian dengan landasan dalam rangka kebijaksanaan Pemerintah tentang desentralisasi pemerintahan, maka dalam 1958 itu juga pemerintahan di Kabupaten Lamongan dipecah menjadi dua, yaitu Pemerintah Kabupaten Lamongan Urusan Pusat dan Pemerintah daerah Swatantra Tingkat II Lamongan Urusan Pusat dan Daerah Otonom. R.Abdulhamit Suryoseputro ditunjuk sebagai Bupati Urusan Pusat, sedang sebagai Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Lamongan terpilih H.Ali Affandi, yang semula menjadi Ketua DPRD Swatantra Kabupaten Lamongan. Dengan terpilih dan diangkatnya H.Ali Affandi menjadi Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Lamongan, maka kursi Ketua DPRD menjadi kosong. Dengan kesepakatan semua fraksi, maka dalam sidang pleno DPRD Swatantra Tingkat II Lamongan tanggal…….. terpilihlah Abdulah Iskandar menjadi Ketua DPRD, sedang kedudukannya semula sebagai anggota DPD diganti oleh Sdr. Maksum Irfan. Dalam pada itu dalam bulan September 1958 R. Abdul Hamit Suryoseputro diberintakan dengan hormat sebagai Bupati Lamongan dengan hak pensiun. Sebagai penggantinya diangkat M.Ismail yang pernah menjabat Wedana di Babat, sebagai Bupati Lamongan Urusan Pusat. Sedang Sekretarisnya tetap satu, yaitu Sekretaris Kabupaten merangkap Sekretaris Daerah, yang di jabat oleh M. Mutoyo. Namun tidak lama kemudian Sekretarisnyapun menjadi dua. Sebagai Sekretaris Daerah Swantantra dengan kesepakatan 4 fraksi di DPRD terpilihla Ramelan dari PNI, yang semula menjabat Camat Sukodadi. 9. BUPATI M.ISMAIL DAN KEPALA DAERAH H.ALLI AFFANDI ( 1958-1960 ) Bupati Ismail berasal dari Pasuruan. Sejak awal berkerja beliau selaluh berkecimpung di Pamong Praja dan pernah cukup lama menjabat Wedana Babat. Setelah pensiun dalam tahun 1960-an beliau kembali pulang ke Pasuruan dan wafat sekitar tahun 1962. Kepada Daerah H.Ali Affandi adalah seorang putera Lamongan aseli. Beliau berasal dari Desa Keben, Kecamatan Turi, perna berkerjah sebagai pegawai negeri di likungan Kementerian Agama, namun kemudian keluar dan selanjunya berwiraswasta serta giat sebagai toko politik MASYUMI yang cukup terkenal namanya di kawasan Jawa Timur. Dalam kedudukannya sebagai Kepala Daerah, beliau merangkap menjabat Ketua Dewan Pemerinta Daerah ( DPD ), sehingah susunan personalianya mnjadi: 1. Ketua : H.Ali Affandi, Kepala Daerah; 2. Wakil Ketua : Ilham Soedijono, dari PNI; 3. Anggota : R.H.Mulyadi, dari MASYUMI; 4. Anggota : Abdul Manap Zahri, dari PKI; 5. Anggota : Imam Mucharom, dari PNU; 6. Anggota : Maksum Irfan, dari PNU; Waktu itu yang menjabat Patih adalah R. Hasan Wiryokusumo, terhakir menjabat Wedana Asembagus, Jember, sedang Sekretaris Daerah adalah M. Ramelan, terahkir Camat Sukodadi. Selama masa jabatan H.Ali Affandi menjadi Kepala Daerah ini cukup banyak hal-hal penting yang diperjuangkan dengan cara mengerim delegasi ke Pemerintah Pusat di Jakarta antara lain perjuangan tentang listrik Kota Lamongan dan pembangunan Waduk Godang. Sekalipu selama masa jabatan beliau yang tidak lebih dari 2 tahun itu perjuangan ini belum berhasil, namun

setidak-tidak hal itu merupakan landasan bagi perjuangan selanjutnya dan keberhasilan yang kelak akhirnya tercapai juga. Sebagaimana diketahui, pemilihan umum untuk memilih anggota Konstituante di selangarakan pada tanggal 15 Desember 1955. kalau pelantikan anggota DPR yang berjumlah 272 orang itu di laksanakan pada tanggal 20 Maret 1956, maka pelantikan anggota kontituante yang berjumklah 542 orang itu terjadi pada tanggal 10 Nopember 1956. dari kota lamongan terpilih seorang untuk anggota konstituate, yaitu H. Syokran, tokoh PNU lamongan. Badan konstituate ini bertugas menyusun undang-undang dasar baru penganti undang dasar sementara tahun 1950. Konstituante yang mulai bersidang pada tanggal 10 nopember 1956 itu dalam keadaan negara yang di liputi awan gelap, yang di timbulakan oleh pergolakan-pergolakan di daerah seperti Dewan Banteng di Sumatera Selatan,Dewan Manguni di Sulawesi Utara dan Di/TII yang masih melanjut di jawa Barat pergolakan-pergolakan daerah ini akhirnya pecah menjadi pemberontakan terbuka dalam bulan pebruari 1958 yang di kenal dengan sebutan pemberontakan''PRRI-PERMESTA''.Hal itu terjadi sekalipun pada tanggal 17 Desember 1957 Presiden telah menyatakan seluruh Wilayah Republik Indonesia dalam keadaan perang.PRRI singkatan dari ''Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia'' diproklamirkan oleh Letnan Kolonel Achmad Husein di padang pada tanggal 15 Pebruari 1958 dan mengangkat Mr Syafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Negeri. Dua hari kemudian disusul dengan pembelotan Sulawesi yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Somba dengan sebutan Gerakan Piagam Perjuangan Semesta, disingkat "PERMESTA". Pemerintah bertekat menyelesaikan semua pemberontakan di daerah itu dengan kekuatan senjata. Pergolakan daerah tersebut tercemin pula dalam sidang-sidang Dewan Konstituante di Jakarta dan Bandung. Anggota-anggota Dewan Konstituante yang terdiri dari wakil-wakil berpuluh-puluh Partai dan Organisasi serta perorang itu terpecah-pecah dalam berbagi ideologi yang sulit sekali untuk di pertemukan. Karena itu setelah Dewan ini bersidang tua tahun belum juga dapat menhasilkan undang –udang dasar baru. Pada Tanggal 30 Mei 1959 dan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959 Dewan Konstituante telah dua kali mengadakan pemungutan suara untuk menetapkan undang-undang Dasar 1945 sebagai UUD RI, tetapi sekalipun suara yang setuju kembali ke UUD 1945 lebih besar jumlahnya, namun tetap gagal sebab jumlah suara yang setuju tidak mencapai dua pertiga jumlah suara yang di butuhkan menurut ketentuan dalam UUD 1950. Pada tanggal 3 juni 1959 pengusaha perang pusat mengeluarkan larangan kegiatan politik dengan peraturan nomor PRT/PEPERPU/040/1959, maka pada hari ini itu juga dewan konstituante mengadakan reses dengan waktu yang tidak terbatas. Bahkan berbagai fraksi dalam konstituante menyatakan tidak akan menhadiri sidang konstituante lagi. Kegagalan konstituante untuk menetapkan UUD ini serta panasnya situasi persidangan sebelumnya, menyebabkan situasi politik dalam negeri yang telah bergolak karena adanya pemberontakan- pemberontakan daerah dan gangguan keamanan umum terjadi semakin gawat. Situasi politik yang semakin mengawat tersebut, yang menempatkan negara kesatuan Republik indonesia di tebing jurang kehancuran, maka untuk menyelamatkan proklamasi kemerdekaan 1945 presiden Soekarno menepatkan berlakunya kembali undang-undang Dasar 1945 dengan suatu dekril pada tanggal 5 juli 11959. Teryata Makamah Agung RI membenarkan Dekril presiden tersebut, KSAD mengeluarkan perintah harian agar seluruh anggota TNI melaksanakan dan mengamankan Dekril tersebut, sedangkan DPR RI hasil pemilu 1955 dalam sidang tanggal 22 juli 1959 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk bekerja terus berdasarkan UUD 1945.

Seluruh pergolakan daerah dan situasi politik sebagai mana diungkapkan di atas, dampaknya juga terasa benar di kalangan masyarakat luas dalam kabupaten lamogan. Tetapi dengan naluri masyarakat kabupaten lamongan yang selalu taat dan patuh terhadap pemerintahan Republik Indonesia. Dampak tersebut tidak sampai mewujutkan pergolakan politik yang meruncing di antara segenap Partai Politik yang ada di daerah ini. Dekril Presiden 5 Juli 1959 pun di terimanya dan segala kewajaraan. Dengan Dekrilnya Presiden kembali ke UUD 1945 tersebut, maka struktur Pemerinta di daerahpun mengalami perubahan atau pembaharuan. Dengan di keluarkanya Penetapan Presiden ( PENPRES ) Nomor 6 tahun 1959 dan Istruksi Menteri dalam Negeri dan Otonomi Daerah tanggal 29 September 1959 Nomor I / P.D.,maka sidang Pleno DPRD dengan Swatantra Tingkat II Lamongan telah memutuskan menyatakan pengalian status keanggotaan DPRD Swantantra Tingkat II Lamongan yang di bentuk menurut U.U. Nomor 1 tahun 1957 menjadi DPRD Swatantra Tingkat II Lamongan menurut penempatan Presiden Nomor 6 tahun 1959. Demikian pula struktur Pemerintahan kembar Tingkat II, yaitu Bupati Urusan Pusat dan Kepala daerah Urusan Otonomi Daerah, dihapuskan,di kembalikan menjadi pemerintahan kembar dibawah Seorang Bupati Kepala Daerah. Berhubungan dengan itu, maka DPRD Swatantra Tingkat II Lamongan bersama Eksekutifnya mengadakan persiapan untuk Pemilihan Bupati Kepala Daerah yang baru. Tiga kali DPRD Swatantra Tingkat II Lamongan telah memilih dan menetapkan masing- masing 3 orang bakal calon yang diajukan Kepala Pemerintah Pusat untuk ditetapkanya, namun tiga kali itu pula bakal calon yang di ajukan DPRD Lamongan itu di tolak oleh Pemerintah Pusat. Oleh karena kewenangan DPRD untuk mengajukan bakal calon Bupati Kepala Daerahnya sebanyak-bayaknya tiga kali, maka habislah hak DPRD Swastantra Tingkat II Lamongan untuk mengajukan bakal calon lagi. Akhirnya dengan Surat Kawat Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah tanggal 16 Juli 1960 Nomor U.P.6/6/47 telah ditetapkan R.Suparngadi Sosro Wardoyo, terakhir Ahli Praja Tingkat I Walikotamadya Blitar diangkat sebagai Kepala Daerah Tingkat II Lamongan dengan memakai gelar Bupati. Dengan telah diangkatnya Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lamongan yang baru seperti tersebut di atas, maka dengan Surat Keputusannya tanggal 3 Agustus 1960 Nomor 19/DPR/60, DPRD Tingkat II Lamongan memutuskan : Pertama : Membubarkan DPD Swatantra Tingkat II Lamongan yang dibentuk Dengan Surat Keputusan DPRD Swatantra Tingkat II Lamongan tanggal 1958 Nomer 22/DPR/58 dan tanggal 12 Maret 1958 Nomor 29/DPR/58. Kedua : Memperhentikan anggota-anggota DPD Swatantra Tingkat II Lamongan . Ketig : Memperhentikan H.Ali Affandi sebagai Kepala Daerah/Ketua DPD Swatantra Tingkat II Lamongan. Keempat : Kepusan itu berlaku mulai tanggal 3 Agustus 1960. Seiring dengan peristiwa tersebut, Bupati M.Ismail diberhentikan pula dengan hormat dengan hak pensiun. 10. BUPATI KEPALA DAERAH R. SUPARNGADI SOSROWARDOYO ( 19601969)

Beliau dilantik pada tanggal 3 Agustus 1960, berasal dari Tulungagung. Pada awal pejabat Guru H.I.S.Partikelir di Blitar, pada jaman Jepang diangkat menjadi Fuku Sonco, kemudian Camat, Wedana dan terhakir Wali Kotamadya Blitar. Selama msa jabatanya yang 9 tahun itu peristiwa-peristiwa dan hal-hal penting yang dapat di catat adalah antara lain: Dewan Pemerintah Daerah atau DPD telah di tiadakan.Berdasar Pempres Nomor 6 Tahun 1959 sebagai pengganti Lembaga tersebut di bentuklah Lembaga baru dengan sebutan Badan Pemerintah Harian atau B.P.H. Oleh karena pertai MASYUMI telah di bubarkan oleh Pemerintah dalam tahun 1959,maka unsur BPH yang di ajukan ke Daerah Tingkat I Jawa Timur hanya berdiri dari 3 unsur, yaitu unsur PNI, PNU.dan PKI.Maka dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 17 oktober 1960 Nomor 845/g/drh /92 telah di angkat masing-masing sebagai anggota BPH Daerah Tingkat II Lamongan : 1. sdr.Ilham soedijono Tjah jowardojo; 2. sdr.Maksum Irfan; 3. sdr.Imam Mucharom; Surat keputusan tersebut berlaku mulai tanggal 1 Oktober 1960. Yang waktu itu menjabat patih Lamongan adalah R. Hasan Wiyokusumo, kemudian Karena beliau di angkat menjadi Bupati TB di kabupaten Ngawi dan kemudian menjabat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Jombang , maka di angkat sebagai patih lamongan R. Sujanarko Adiwardoyo,terakhir menjabat Wedana Asembagus, Jember.Sekretaris Kabupaten Mutoyo dan Sekretaris Daerah M.Ramelan. Dalam tahun 1960 itu Kabupaten Lamongan memperoleh sumbangan sebuah gedung Lengkap dari Overste Suyoto Komandan Resimen di Surabaya. Gedung tersebut di bangun di atas tanah milik Desa Bedahan yang terletak di sebelah kanan Kantor Kecamatan Babat. Sebagai pelaksana bangunan sekaligus sebagai ketua Panitia Pendiri SMP Negeri Babat adalah BPH Ilahi Soedi jono di bawa pengawasan Mayor Irchamni dari resimen Surabaya. Bangunan SMP tersebut selesai dalam tahun 1961 dan mulai tahun ajaran 1961/1962 berdirilah secara resmi SMP Negeri Babat. Tangkis Bengawan Solo bagian kanan yang ada di daerah Lamongan mulai dari Babat sampai di kuro,sudut tenggara Kecamatan Karangbinangun sepanjang kurang lebih 63 km,yang selesai di bangun oleh tehnisi Belanda di bawa pimpinan Ir Kent dalam 1905, sampai waktu itu belum pernah memperoleh perbaikan besar secara total.Akibat dari aliran Bengawan,maka tangkis yang seratus prosen di buat dari tanah itu kini semakin melemah.Banyak terdapat titiktitik rawan di sepanjang tangkis tersebut yang mengkhawatirkan akan jebolnya tangkis tersebut sewaktu-waktu air bengawan meninggi. Titik-titik Lemah tersebut antara lain yang terdapat di Truni (Kecamatan Babat), Meduran dan siwuran (Kecamatan Sekaran),Karanggeneng (Kecamatan Karanggeneng), Melik (Kecamatan Kalitengah),Banjarejo dan Karangbinangun (Kecamatan Karangbinangun)dan mendolo (Kecamatan glagah).setiap tahun di musim kemarau titik-titik rawan tersebut di perbaiki dan di perkuat secara tambal sulam.perkuatanya hanya dengan cara pembokongan atau penanaman trucuk bambu bongkotan atau batang kayu lainya. Titik rawan yang mempunyai segi khusus dan sangat mengkhawatirkan adalah yang berada Truni. Sebagaimana diketahui, aliran Bengawan Solo ditempat itu membentuk hampir sebuah lingkaran yang menyerupai "hidung Gareng" dengan tanah datar yang membatasi kedua ujung pengkolan aliran itu sepanjang kurang lebih 200-250 meter saja. Dengan sifat aliran air yang tidak mau dihambat, maka lama kelamaan aliran air Bengawan itu menggerus dan ingin memotong daratan penyekat "hidung Gareng" tersebut guna mencari

saluran pintas. Sedang ditepi daratan penyekat tersebut terbentang tangkis kanan, yang akibat terjangan air yang kuat itu tangkis ini terus menerus mengalami kelongsoran disisi kirinya. Satu-satunya jalan untuk mengatasinya harus dibangun tangkis baru di belakang tangkis yang suda ada. Hal tersebut waktu itu tidak mungkin karena membutukan dana yan sangat besar dan tidak terjangkau. Sampai dengan tahun 1961 di Kota Lamongan hanyak ada satu SMP Negeri dan di Babat satu SMP Negeriyang baru berdiri. SMP Swasta yang ada di Lamongan antara lain SMP Nasional, SMP Empat-lima dan SMP PGRI, sedang diluar Kota terdapat beberapa SMP Swasta.dan PGA. Sedangkan Sekolah Menengah Tingkat Atas baik Negeri atau Swasta belum ada. Oleh karena itu dalam tahun 1961ada permintaan dari masyarakat dan DPRD agar di Kota Lamongan didirikan SMTA Negeri, terutama sebuah Sekolah Teknologi Menenga ( STM ). Menanggapi permitaan rakyat dan dipandang adanya STM Negeri itu memang penting, maka Bupati membentuk sesuatu panitia untuk membangun gedung dan pendirian Sekolahnya itu, dengan dana gotong royong seluru rakyat Kabupaten Lamongan. Untuk panitia pengumpulan dana ditunjuk Pati R. Sujanarko Adiwardoyo sedang untuk pembangunan gedung dan pendirian Sekolahnya ditunjuk BPH Ilham Soedijono. Dana dapat terkumpul, tetapi jumlahnya jauh dari cukup. Karena itu perlu dicarikan jalan agar tujuan tetap tercapai dengan tidak menambah beban rakyat. Diadakan pendekatan dengan Bp. Joyokarso, Kepala Desa Kedungwangi, Sambeng, yang kiranya bersedia untuk voorfienanciering. Dengan senyumnya yang khas Kepala Desa yang waktu itu masih berusia di atas 55 tahun itu menyatakan sanggup memikul seluruh kebutuhan bahan dan pekerjaanya sekali untuk kapwerk dan mebulernya secara lengkap. Namu dia mengajukan permohonan agar kepadanya diberikan secara gratis sejumlah pohonkayu jati yang terdapat diatas tanah perkuburan umum di Desa Wonokoyo, Kecamatan Sambeng, tidak jauh dari Desa Kedungpring. Setelah dipertimbangkan dengan masak, maka Bp Bupati Suparngadi menyetujui kesediaan dan permohonan Bp. Joyokarso dengan ketentuan seluruh bangunnyapun supaya dikerjakan Bp. Joyokarsono dengan biaya ringan. Tetapi maksut baik baik itupun ada pula fihak yang menghalanginya, yaitu fihak PKI dan ormasnya BTI dan Pemuda Rakyat. Desa Wonokoyo sendiri suda setujuh, namun sewaktu tenaga-tenaga Pak Joyokarsono akan menebang kayu jati tersebut terdapatlah gerombolan orang-orang yang menghalanginya dan mengacam akan mengabil aksi sefihak. Untuk mengatasinya itu terpaksa Kores Kepolisian Lamongan mendatangkan dua regu satuan polisinya dan berhasil menanangkan situasi. Dalam tahun 1962 bangun sekolah tersebut selesai lengkap dengan membulernya. Terdiri dari 6 ruang kelas, ruang Kepala Sekolah, ruang Guru dan ruang tata usaha. Lalu di pertimbangkan, kalau gedung seperti itu akan digunakan STM Negeri pasti akan ditolak oleh Departemen P dan K, karena masih jauh dari memenuhi sarat. Di forum DPRD Tk.II Lamongan fraksi PKI tetap ngotot menuntut pendiriannya STM sedang fraksi yang lain mau menerimah keyataan dan setujuh usul Bupati untuk didirikan SMA Negeri lebih duluh. Akhirnya diambil keputusannya kompromis yang cukup berat konsekuensinya, yaitu satu gedung yang hanyak 6 ruang kelas itu akan untuk dipergunakan untuk sebuah sekolah vak ( S.P.G.sebagai gantinya STM ) dan SMA. Untuk memperjuangkan sehingga Departemen P dan K dapat menyetujui dan mengesahkan kedua Sekolah Menengah atas Negeri tersebut, Bp. Bupati Supangadi menugaskan BPH Ilham Soedijono dibantu oleh Sdr. Sugondo BA ke Jakarta menghadap yang berwajip di Departemen P dan K. Setelah diplomasi selama satu minggu di Departemen P dan K dengan mebawa bahan yang bersifat " dora sembada ", antara lain satu bangunan dipotret demikian rupa sehingga merupakan " dua" bangunan representatief, maka kedua utusan

kembali ke Lamongan dengan membawa Surat Keputusan pengesahan berdirinya SMA Negeri dan SPG Negeri di Kota Lamongan. Sejak tahun 1961, lebih-lebih setelah terjadinya " peristiwa Jengkol " di Kediri dalam bulan Nopember 1961, kegiatan PKI dan ormas-ormasnya utuk merebut hegimoni rakyat dan dominasi pemerintah semakin nampak meningkat. Aksi-aksi sepihak seperti halnya terjadi di Jengkol, Kediri, itu semakin hari semakin terjadi di mana-mana. Desa-desa yang penduduknya yang dianggap sudah hampir selurunya berorientasi komunis, oleh PKI disebunya sebagai Desa Manipol. Demikian juga pernah terjadi dalam Kabupaten Lamongan di waktu itu. Suda barang tentu semua langkah kegiatan PKI dan ormas-ormanya sebagaimana di atas terdapat pulatentangan dan perlawanan dari partai-partai lain yang non komunis, demikian pulah usaha-usaha pencegahan dari Pemerintah, terutama oleh oknum-oknum Pemerintah yang non komunis. Namun semuah itu mendapatkan habatan akibat pola kebijaksanaan politik Persiden Soekarno yang terkenal dengan NASAKOM ( Nasional, Agama, Komunis ) yang oleh PKI dan ormas-ormasnya dijadikan senjata ampuh untuk turut dalam pemerinta dan lembaga-lembaga kemasyarakatan apapun. Manipol adalah singkatan dari " Manifesto Politik " yang merupakan sebutan dari isi pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul " penemuan Kembali Revolusi Kita ". Pidato inilah yang kemudian diberi sebutan " Manifeston Politik Republik Indonesia " ( MANIPOL ). Sementara itu dalam pidato Pembukaan Kongres Pemuda di Bandung bulan Pebruari 1960, Presiden Soekarno menyatakan bahwa intisari MANIPOL itu ada lima, yaitu UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi terpimpin dan Kepribadian Indonesia, yang disingkat USDEK. Sejak itu timbullah " MANIPOLUSDEK" Sekalipun MONIPOL-USDEK itu bertentangan dengan Pancasila, namu DPA Sementara dalam bulan September1959 mengusulkan agar MONIPOL dijadikan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Kemudian dengan Penpres Nomor 1 Tahun 1960 Manipol di tetapkan menjadi GBHN dan akhirnya hal itu dikukuhkan oleh MPRS dengan ketetapan Nomor 1/MPRS/1960. Pada akhir tahun 1959 dibentuk lagi sebuah lembaga baru yang inkonstitusional, dengan struktur dari pusat sampai daerah, yaitu " FRONT NASIONAL " yang dibentuk dengan landasan Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 1959 tanggan 31 Desember 1959, Front Nasional ini dibentuk untuk menghimpun seluru kekuatan nasional dan bertunjuk untuk : 1. Menyelesaikan Revolusi Nasional Indonesia; 2. Melasanakan pembangunan semestaNasional; 3. Mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia; Dalam keyataan dan dalam perkembangan selanjutnya, Nasakom, Manipol, Usdek, Front Nasional dan semua langka dan ide Presiden/Pemimpin besar Revolusi/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata R.I. Soekarno, oleh PKI patisan-simpatisannya dikuasai dan dijadikan alat untuk mencapai tujuan politik mereka. Itu kekhiilafan Bangsa kita, itulah kelihaian orang-orang komunis. Front Nasional praktis diketahui oleh mereka. Daerah Kabupaten Lamonga tidak kecualinya.semboyan dan seruan " Nasa Kom Jiwaku "dan " Manipol Jiwaku " berkumandang dan kumandangkan di mana-mana. Dengan sadar atau hanyak karena tekanan batin, pejabat-pejabat Pemerintahan dan ABRI-pun latah dalam pidato-pidatonya selalu menyerupakan Nasakom, Manipol……

Related Documents