Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik pada Klien dengan Gangguan Penglihatan (Narasi) 1 tahun berlalu setelah kejadian tragis yang menimpa gadis berusia 17 tahun yang mengakibatkan kebutaan pada gadis itu. Pada tanggal 4 November 2016 di pagi yang cerah keluarga Ibu Dian telah mendapatkan kabar gembira dari pihak Rumah Sakit Mounth Elisabeth bahwa sudah ada pendonor mata untuk putrinya. Ibu Dian masih menyembunyikan kabar tersebut dari putrinya. Ibu Yeni mengatakan ke putrinya akan berlibur ke luar negeri. (Percakapan di dalam pesawat) Anak : “Ibu, kita mau berlibur kemana?” Ibu : “Kita akan pergi ke suatu tempat. Dimana tempat itu akan memberikan perubahan untuk keluarga kita nak? Anak : “ Hah perubahan? Perubahan apa ibu? ( terheran) Ibu : “ Nanti ibu kasih tahu kalau kita sudah sampai. Bersabarlah! (Tiba di Rumah Sakit Mounth Elisabeth) Anak : “ Ibu kita ada dimana sekarang? Ibu :” Inilah tempatnya nak, bahwa disini kamu sudah mendapatkan pendonor mata yang cocok untuk kamu. Jadi kamu sekarang akan dilakukan operasi mata.” Anak : “Hah,,, yang benar ibu? Makasih ibu. (Dengan penuh bahagia dan berdoa) “Terimakasih Tuhan. Sekian lama aku menunggu adanya pendonor mata yang cocok untukku. Akhirnya engkau telah mengabulkannya dan sebentar lagi aku bisa melihat” Ibu : “Iya nak. Ibu juga ikut bahagia”. Setelah beberapa jam menunggu akhirnya perawat mempersilahkan Ibu Dian dan putrinya masuk keruangan perawat. FASE ORIENTASI Perawat : “selamat pagi pak, saya perawat Dian yang bertugas pada pagi ini. Bapak dengan bapak Eunike yang berasal dari surabaya indonesia? (teknik broad opening) Ayah : “iya sus, saya sendiri dan ini putri saya ayu. Perawat : “info dari pihak rumah sakit, bahwa anak bapak akan dilakukan operasi mata besok pukul 09.00 pagi. Sebelumnya, ini ada beberapa formulir persetujuan dan syarat untuk dilakukan tindakan operasi kepada putri bapak, silahkan bapak bisa baca dahulu dan bisa diisi. (teknik informing) Ayah :“iya sus, (bapak sedang membaca dan mengisi formulir yang telah tersedia) “Ini sus sudah selesai, terimakasih sus. Sus, kenapa ya anak saya bisa buta, padahal waktu kecelakaan dia hanya terbentur sus.” Perawat : “baik saya akan jelaskan, gangguan penglihatan dapat terjadi karena kerusakan organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris viterius, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, akibatnya kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan. (teknik informing)
Ayah : “oh seperti itu ya sus? Jadi disaat saya berkomunikasi dengan anak saya, saya harus menggunakan teknik mendengar dan sentuhan. Iya sus terimakasih. Perawat : “iya pak sama-sama. Perawat berkomunikasi dengan putri bapak Muhammad dan duduk di depan putri bapak muhammad. Perawat : “selamat pagi dik? Perkenalkan saya dengan perawat Dian, adik bisa panggil saya suster Dian. Adik dengan adik siapa? (Sambil menggenggam tangan anak tersebut) (teknik broad opening) Anak : “pagi juga suster Dian, saya dengan Ita Natalia.” Perawat : “adik suka dipanggil dengan nama siapa?”(teknik broad opening) Anak : “Ita saja sus.” Perawat : “wahh nama yang cantik seperti orangnya.” Anak : “ah suster Dian bisa saja.” Perawat : “adik Ita, bagaimana keadaan adik Ita sekarang?” (teknik broad opening) Anak : “ya beginilah sus.” Perawat : “Maaf adik Ita, keadaan seperti apa yang adik Ita maksud?” (teknik focussing) Anak : “sebenarnya saya merasa bahagia, namun disisi lain saya juga merasa sedih.” Perawat : (teknik diam) Anak :”saya kesal dengan teman-teman saya sus, semenjak kecelakaan yang menimpa saya, teman-teman saya berubah. Mereka menjauhi saya, mungkin mereka malu berteman dengan saya apalagi dengan kondisi saya sepeti ini.” Perawat: “oh……..lalu? (mendengarkan) Anak : “jadi saya merasa tidak mempunyai teman, sampai-sampai saya berfikir untuk berhenti kuliah sus, tapi untungnya ayah selalu menyemangati dan mendukung saya sus.” Perawat : “iya adik ayu, meskipun keadaan adik Ita seperti ini tapi adik Ita tidakboleh putus asa dan pesimis dan selalu optimis untuk menjalani hidup ini. Adik Ita tenang saja, operasi ini adalah jalan terbaik untuk adik Ita.” (teknik saran) Ayah : “nah dengerin itu nak, apa yang dikatakan suster Dian itu benar. Kamu jangan merasa minder ataupun putus asa.” Anak : “iya ayah.” Perawat : “dik Ita apa yang sedang adik pikirkan? Saya lihat dari ekspresi wajah adik sepertinya adik marah dengan saya.” (teknik membagi persepsi) Anak : “tidak sus, saya hanya merasa bersalah dengan diri saya dan ayah saya.” Ayah : “iya anakku, jangan merasa salah sendiri.” Anak : “iya ayah.” Perawat : “nah adik Ita sekarang saya akan melakukan pengambilan sample darah untuk pemeriksaan laboratorium, untuk persyaratan sebelum dilakukan tindakan operasi besok pagi.”(teknik informing) Anak: “iya sus.” Perawat : “perawat meninggalkan pasien untuk mengambil alat pengambilan darah.” FASE KERJA Perawat : “permisi dik Ita, saya kembali lagi untuk mengambil darah dik Ita, apakah dik Ita bersedia?”(teknik broad opening)
Anak : “iya sus, silahkan.” Perawat : “Adik nanti akan terasa sedikit sakit, tetapi saya akan melakukannya dengan cepat adik”(teknik refleksi) Anak : “Iya suster” Perawat : (perawat mengambil sample darah) “Nah sudah selesai dik, apa yang adik pikirkan sekarang? Kenapa adik ayu saya lihat cemas?” Anak : “saya takut sus, ini adalah operasi pertama saya. Saya benar-benar takut.” Perawat : “dik Ita tenang saja, jangan takut, semua tim yang ikut dalam operasi nanti adalah tim yang sudah professional dan sering menangani masalah seperti dik Ita. Sebaiknya dik Ita sekarang rileks dan tetap berdoa ya, agar operasi ini berjalan lancar.”(teknik refleksi) Anak : “iya suster.” Ayah : “sus, kapan hasil labnya keluar?” Perawat : “mungkin nanti sore pak, jika sudah keluar saya akan memberi tahu bapak.”(teknik informing) Ayah : “iya sus terimakasih.” FASE TERMINASI Perawat : “Bagaimana perasaannya adik ayu sekarang?”(teknik broad opening) Anak : “Saya sudah lebih tenang sekarang setelah suster tadi memberi penjelasan” Perawat : “ Iya dik, dik Ita, karena saya sudah selesai mengambil sample darah dik ayu, saya tinggal dulu ya. Besok sekitar jam 06.00 saya akan kembali lagi di tempat ini, nanti akan ada suster lain yang akan memeriksa dik Ita. Sebelum saya tinggalkan,apakah ada dik Ita tanyakan?” Anak : “tidak sus.” Perawat : “iya adik Ita sekarang bisa beristirahat.” Bapak Eunike juga bisa beristirahat disini, sampai jumpa. Ayah : “iya suster.” Keesokan harinya, pagi yang cerah di rumah sakit mounth elizabet singapura. FASE ORIENTASI Perawat : “selamat pagi dik Ita? Apakah masih ingat dengan saya?(teknik broad opening) (sambil memegang tangan pasien dan tersenyum) Anak : “pagi juga, ini dengan, dengan.. suster Dian iya? Perawat : “betul sekali, bagaimana dik Ita apakah bisa tidur nyenyak? Anak : “tidak sus, saya tidak bisa tidur karena saya kepikiran dengan operasinya.” Perawat : “oh jadi dik Ita tidak bisa tidur karena kepikiran dengan operasi? (teknik restarting) Anak : “iya sus, saya benar-benar takut.” Perawat : “nah dik Ita, jangan takut, katanya pingin sembuh, nanti sebelum operasi adik bisa berdoa ya?”(teknik saran) Anak : “iya suster.”
FASE KERJA Perawat : “dik Ita saya kesini untuk memeriksa suhu dan tensi dik Ita untuk mengetahui keadaan dik Ita sekarang agar nanti operasinya bisa berjalan lancar.(teknik inforing) Anak : “iya suster, silahkan.” Perawat : (melakukan pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi). Nah sudah selesai dik Ita, sekarang adik Ita bisa beristirahat dan menunggu jadwal operasinya ya? Ayah : “sus, hasil lab yang kemarin bagaimana? Perawat : “oh iya pak, hasilnya bagus, jadi putri bapak bisa segera dilakukan operasi. Ayah : “iya sus, kalau hasil pemeriksaannya tadi sus, apakah baik-baik saja? Perawat : “dari pemeriksaan saya tadi didapatkan tekanan darahnya 120/80 mmHg, suhunya 36,8° C, Nadi 88x/menit, dan Respirasinya 20x/menit pak, semua dalam batas normal, jadi bapak tidak perlu khawatir. Ayah : “iya sus terimakasih.” FASE TERMINASI Perawat : “bapak, apakah bapak masih ingat kenapa putri bapak bisa buta? (teknik klarifikasi) Ayah : “iya sus, masih. Selain terbentur, gangguan penglihatan dapat terjadi karena kerusakan organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris viterius, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, akibatnya kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan Perawat : “betul sekali, nah pak saya pamit permisi dulu ya pak? Bapak bisa menemani putri bapak disini sambil menunggu perawat ruang operasi menjumput putri bapak kesini. Ayah : “baiklah sus.” Perawat : “adik, suster tinggal dulu ya, adik istirahat dulu disini sambil menunggu operasinya, ingat adik ayu berdoa agar nanti operasinya berjalan lancar dan cepat selesai. (teknik saran) Anak : “iya sus, terimakasih banyak suster Dian.” Perawat : “sama-sama dik Ita.” Sembari menunggu operasi, bapak muhammad dan putrinya beristirahat diruangan tersebut. SEKIAN