JUL
5
PTK ( PENELITIAN TINDAKAN KELAS) Modul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Tinjauan Materi Modul Sehubungan dengan kemampuan menilai dan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, maka modul PTK ini menyajikan serangkain yang akan membekali Anda dengan wawasan, sikap dan keterampilan dalam melaksanakan PTK dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran. Untuk itu, Anda peserta PLPG Sertifikasi Guru dalam Jabatan akan diajak untuk mengkaji hakikat PTK serta peran guru sebagai peneliti. Selain itu, Anda akan diajak berlatih menyusun proposal dan berlatih menyusun persiapan pelaksanaan PTK dengan menggunakan instrument penelitian serta merekam hasilnya. Untuk mendukung pencapaian tersebut, bahan ajar dikemas dalam bentuk bahan ajar modul PLPG. Setelah menyelesaikan materi ini, Anda diharapkan akan menguasai kemampuan berikut, yaitu: 1. menjelaskan hakikat PTK secara komprihensif, 2. menjelaskan langkah-langkah PTK dan mendeskripsikan setiap langkah, 3. menyusun rencana penelitian dan membuat draft proposal PTK, Sesuai dengan kemampuan yang diharapkan, materi modul ini disajikan dalam 3 (Tiga) modul sebagai berikut. Modul 1: Hakekat Penelitian Tindakan Kelas Modul 2: Langkah-langkah Penelitan Tindakan Kelas Modul 3: Merancang Penelitian Tindakan Kelas Selanjutnya, agar Anda dapat mempelajari keseluruhan materi modul dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka Anda diharapkan belajar berdasarkan sistematika berikut: 1. Bacalah dengan cermat Pengantar setiap modul. 2. Apabila Anda sudah memahaminya, lanjutkan membaca materi modul yang bersangkutan. 3. Setelah itu, kerjakan Soal-soal latihan yang terdapat pada akhir uraian materi. Demikian pula, Petunjuk Jawaban Latihan dapat membantu Anda menjawab latihan soal yang diberikan. 4. Setelah latihan soal dapat Anda kerjakan dengan baik, kerjakan tes formatif yang terdapat di bagian belakang modul. 5. Lakukan tahapan (Modul 1 sampai dengan 3) hingga Anda menyelesaikan seluruh rangkaian materi yang disajian dalam modul ini. Selamat belajar! MODUL 1 Hakikat Penelitian Tindakan Kelas PENDAHULUAN Modul 1 ini menyajikan berbagai informasi tentang PTK, yang dikemas dengan nama Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Sesuai dengan makna kata hakikat, kajian dalam Modul 1 ini meliputi pengertian PTK, karakeristik PTK, latar belakang munculnya PTK, posisi PTK dalam penelitian, manfaat, keterbatasan, serta persyaratan PTK. Karena topic kajiannya yang seperti itu, Modul 1 ini harus Anda kuasai dahulu, sebelum melangkah ke Modul berikutnya. Dengan perkataan lain, modul ini merupakan landasan bagi modul berikutnya. Tanpa pemahaman yang mantap akan hakikat PTK, sukar bagui Anda untuk memahami atau menerapkan materi modul selanjutnya. Oleh karena itu, pelajari dengan cermat modul ini, sehingga pengkajian Anda pada modul-modul yang lain akan menjadi lancer. Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan hakikat penelitian tindakan kelas secara komprehensif. Secara lebih rinci, Anda diharapkan dapat menjelaskan: 1. pengertian penelitian tindakan kelas dari berbagai sudut pandang. 2. karakteristik penelitian tindakan kelas, 3. posisi penelitian tindakan kelas, 4. manfaat penelitian tindakan kelas, serta 5. keterbatasan dan persyaratan yang diperlukan penelitian tindakan kelas. 6. Model-model Dengan menguasai tujuan tersebut, Anda akan dapat membedakan penelitian tindakan kelas dengan jenis penelitian lain, sehinga Anda dengan mantap dapat melanjutkan kajian Anda tentang penelitian tindakan kelas. Agar tujuan tersebut dapat Anda kuasai, modul ini diorganisasikan menjadi dua kegiatan belajar sebagai berikut. 1. Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan karakteristik Penelitian Tindakan kelas 2. Kegiatan Belajar 2: Manfaat, Keterbatasan, dan Persyaratan Penelitian Tindakan kelas. 3. Kegiatan Belajar 3: Model-model Penelitian Tindakan Kelas Kegiatan Belajar 1 ditujukan untuk mencapai tujuan nomor 1, 2, dan 3, sedangkan Kegiatan belajar 2 ditujukan untuk mencapai tujuan nomor 4, 5 dan 6 Agar Anda berhasil dalam belajar, ikutilah semua petunjuk dengan cermat. Bacalah uraian berulang-ulang, cari contoh lain yang serupa, kerjakan latihan
secara disiplin, dan bacalah bacalah rangkuman sebelum mengerjakan tes formaif. Jika Anda menunjukkan disiplin yang tinggi dalam belajar, Anda pasti berhasil dan secara berangsur-angsur Anda akan menjadi mahasiswa yang mampu mandiri. Selamat belajar! KEGIATAN BELAJAR 1 Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas PENGERTIAN PTK Penelitian tindakan kelas merupakan satu penelitian pula, yang dengan sendirinya mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari : Classroom Action Research, yaitu satu Action Research yang dilakukan di kelas. Agar anda memiliki pengertian yang mantap tentang PTK, mari kita bahas makna PTK dari segi semantik (arti kata). Action Research, sesuai dengan arti katanya, diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Carr & Kemmis (McNiff, 1991:.2) didefinisikan sebagai berikut. Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participants (teacher, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or educational practices, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and institutions) in which the practices are carried out. Jika kita cermati pengertian tersebut secara seksama, kita akan menemukan sejumlah ide pokok sebagai berikut. 1. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri. 2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yan terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah. 3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan. 4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Bagaiman pendapat Anda tentang pengertian tersebut? Apakah dengan membaca pengertian itu Anda sudah dapat membayangkan sosok PTK? Apakah anda sudah dapat memahami, siapa yang melakukan penelitian itu, dimana dilakukan, bagaimana caranya melakukan, dan apa yang ingin dicapai melalui penelitian. Jika pertanyaan tersebut sudah dapat Anda jawab, berarti Anda sudah memahami pengertian PTK. B. KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS Dari pengertian di atas kita dapat menemukan karakteristik PTK, yang membadakannya dengan jenis penelitian lain. Mari kita kaji bersama cirri-ciri tersebut. 1. Adanya masalah dalam TKP dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkataan lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu di perbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri guru sendiri (an inquiry of practice from within), bukan oleh orang dari luar. Tegasnya, kepedulian guru terhadap kualitas pembelajaran yang dikelolanya merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya. Hal ini berbeda dengan penelitian biasa, yang secara umum adanya masalah ditengarai (ditandai) oleh peneliti yang biasanya berasal dari luar lingkungan yang mempunyai masalah tersebut. Sebagai contoh guru merasa risau karena hasil latihan menunjukkan hanya 40% dari jumlah siswa yang menguasai penggunaan rumus matematika yang sudah dijelaskan berkalikali, sehingga guru ingin meneliti apa sebabnya dan kemudian bagaimana cara memperbaikinya. Atau seorang guru mungkin menghadapi berbagai masalah dalam pembelajaran, seperti pertanyaan guru yang tidak pernah terjawab oleh siswa, pekerjaan rumah yang tidak pernah diselesaikan oleh siswa, atau sekelompok siswa yang selalu berusaha menentang guru. 2. Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti, guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak tindakan tersbut bagi siswa, dan kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. Seperti yang dikatakan oleh Schmuck (1997), kita seperti melihat ke dalam cermin tentang berbagai tindakan yang sudah kita lakukan, dan barangkali harapan kita terhadap tindakan tersebut. Dari hasil renungan tersebut, guru mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukannya, dan kemudian mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan yang sudah dianggap baik. Dengan demikian, data
dikumpulkan dari praktik sendiri, bukan darisumber data yang lain. Pengumpul data adalah guru yang terlibat dalam kegiatan praktik, sehingga dalam hal ini furu mempunya fungsi ganda, yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti. Metodologi yang digunakan agak longgar, namun data dikumpulkan secara sistematik, sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian dan rencana yang dibuat. Sebagai contoh, guru yang menghadapi masalah dengan tingkat penguasaan siswa yang rendah dalam menerapkan rumus matematika mencoba melakukan refleksi terhadap apa yang dikerjakannya. Untuk melakukan refleksi, guru berusaha bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan pertanyaan berikut. a. Apakah penjelasan saya terlampau cepat? b. Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai? c. Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa? d. Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai? e. Apakah hasil latihan siswa sudah saya komentari? f. Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa? Dari pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi. Berdasarkan penyebab tersebut, guru akan mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki/meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, tentu saja guru dapat meminta bantuan koleganya atau dosen LPTK untuk menemukan cara memecahkan masalah yang dihadapi. 3. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Ciriini merupakan cirri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat hasil yang terbaik. C. PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN NON PTK Untuk memperjelas posisi PTK, ada baiknya kita simak perbedaan antara PTK dengan penelitian formal sebagaimana yang disajikan dalam Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998). Perbedaan ini perlu kita simak untuk menghilangkan salah persepsi yang selama ini sering terjadi. Salah persepsi tersebut terutama berkisar pada peran peneliti luar terutama dari LPTK yang berniat melakukan PTK tetapi tergelincir menjadi Pembina guru, yang kemudian bermuara pada praktik yang meminta para guru menerapkan satu cara (metode) mengajar yang diamati oleh para dosen LPTK, sebagaimana yang diungkapkan oleh Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto (1998). Perhatikanlah dengan cermat tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Perbedaan Karakteristik PTK dengan Penelitian Formal No. Dimensi PTK Penelitian Formal 1. Motivasi Tindakan Kebenaran 2. Sumber masalah Diagnosis status Induktif-Deduktif 3. Tujuan Memperbaiki praktik, sekarang dan di sini Verifikasi & menemukan pengetahuan yang dapat digeneralisasikan 4. Peneliti yang terlibat Pelaku dari dalam (guru) Orang luar yang berminat 5. Sampel Kasus khusus Sampel yang representative 6. Metodologi Longgar tetapi berusaha objektif-jujur-tidak memihak (impartiality) Baku dengan objektifitas dan ketidakmemihakan yang terintegrasi (build-in objectivity & impartiality) 7. Penafsiran hasil penelitian Untuk memahami praktik melalui refleksi oleh praktisi yang membangun Mendeskripsikan, mengabstraksi, serta menyimpulkan dan membentuk teori oleh ilmuwan 8. Hasil akhir Siswa belajar lebih baik (proses dan produk) Pengetahuan, prosedur, atau materi yang teruji Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998. Dari Tabel 1.1 di atas, dengan jelas dapat Anda simak perbedaan yang mendasar antara PTK dengan penelitian formal, mulai dari motivasi untuk melakukan penelitian sampai dengan hasil akhir yang diharapkan oleh penelitian itu. D. MENGAPA PTK PERLU DILAKUKAN OLEH GURU? Ketika membaca tentang pengertian dan ciri-ciri PTK, barangkali muncul pertanyaan yang sangat mendasar pada diri Anda. Mengapa guru harus dibebani lagi dengan PTK? Pekerjaan guru sudah cukup banyak, mengapa bukan orang lain saja yang melakukan PTK ini? Bukankah ada para peneliti pendidikan yang hasil penelitiannya dapat dapat dimanfaatkan oleh para guru? Pertanyaan ini tentu biasa-biasa saja, namun, jika Anda membaca alasan berikut, barangkali rasa antipati Anda akan berkurang, dan lama-lama Anda akan merasakan, bahwa seorang guru memang perlu mampu melaksanakan PTK. Mengapa guru harus melakukan PTK, menurut Hopkins (1993) berkaitan dengan isu-isu seputar profesionalisme, praktik di kelas, kontrol sosial terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan. Dari segi profesionalisme, penelitian kelas yang dilakukan oleh guru dipandang sebagai satu unjuk kerja seorang guru yang professional karena studi sistematik yang dilakukan terhadap diri sendiri
dianggap sebagai tanda (hallmark) dari pekerjaan dari guru yang profeional. Dari segi praktik kelas, sekali lagi perlu ditekankan, orang yng paling tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di kelas adalah guru. Ia tahu dan paham kondisi setiap siswa yang ada di kelas; oleh karena itu, sebagaimana yang diungkapkan di atas, pengamatan seorang guru terhadap perilaku yang dimunculkan oleh seorang siswa barangkali punya makna yang berbeda dibandingkan dengan pengamatan seorang peneliti. Selanjutnya, interaksi guru-siswa yang menghasilkan pembelajaran yang efektif tidak di dasarkan pada perilaku mengajar yang standar, tetapi pada perilaku mengajar yang unik yang didasarkan pada berbagai situasi dan kondisi, terutama karakteristik siswa. Guru tidak dapat melayani semua siswa dengan cara yang sama karena setiap siswa mempunyai keunikan sendiri-sendiri, dan gurulah yang paling tahu tentang keunikan ini. Dengan perkataan lain, guru dapat memperkirakan/menafsirkan secara lebih tepat respons yang diberikan oleh siswa karena guru paham benar keunikan siswa tersebut. LATIHAN Untukmeperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlaj latihan berikut! 1) Rumuskan pengertian penelitian tindakan kelas dengan kata-kata Anda sendiri, kemudian bandingkan pengertian tersebut dengan pengertian yang dicantumkan dalam kegiatan belajar ini. Apakah ada perbedaan yang mendasar antara keduanya? Jika ya, apa atinya ini? 2) Coba identifikasi masalah yang sering Anda hadapi dalam mengelola pembelajaran. Diskusikan dengan teman-teman Anda, bagaimana cara yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian lakukanlah analisis apakah cara yang Anda temukan tersebut dapat disebut sebagai penelitian tindakan kelas. Berikan alas an, mengapa kelompok Anda berpendapat seperti itu. 3) Melakukan refleksi berarti memantulkan kembali pengalam yang sudah Anda jalani, sehingga dapat Anda melihat kembali apa yang sudah terjadi. Menurut Anda, apa gunanya seorang guru melakukan refleksi? Pernakah Anda melakukannya? 4) Di antara karakteristik PTK yang telah diuraikan dalam kegiatan belajar ini, yang mana menurut Anda yang paling penting, yang benar-benar membedakan dari penelitian formal? Berikan alas an atas jawaban Anda! Petunjuk Jawaban Latihan 1) Definisi Anda mungkin berbeda, tetapi setiap definisi seyogyanya mengandung 4 butir utama. 2) Masalah hendaknya benar-benar berasal dari pengalaman Anda mengajar di kelas, dan kemudian dinalisis: hakikat masalhnya apa, kira-kira penyebanya apa, dan berdasarkan itu, coba cari solusi yang paling tepat untuk mengatasinya. Solusi inilah yang Anda cocokkan dengan karakteristik PTK. 3) Jawaban ini dapat Anda temukan jika Anda pernah melakkan reflekasi (renungan), baik yang berkaitan dengan tugas-tuas Anda sebagai guru, maupun yang berkaitan dengan kehidupan pribadi Anda. 4) Anda dapat menetapkan setiapkarakteristik sebagai karakteristik utama asal Anda dapat memberikan alas an yang kuat. TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk …......... a. Mengungkapkan kebenaran b. Menjawab masalah guru c. Memperbaiki kinerja guru d. Mengumpulkan informasi 2. Metode utama dalam penelitian tindakan kelas disebut sebagai self-reflective inquiry, artinya metode yang digunakan … a. Bertumpu pada kemampuan guru melakukan refleksi b. Longgar tetapi tetap mengikuti kaidah penelitian c. Hanya observasi/kesan dari guru d. Bervariasi asal sesuai dengan kaidah penelitian 3. Dalam penelitian tindakan kelas, masalah yang diteliti berasal dari … a. Kerisauan guru akan kinerjanya b. Kerisauan pendidik akan mutu pendidikan c. Keinginan untuk membantu guru d. Kepedulian peneliti akan kinerja guru 4. Penelitian tindakan kelas seyogianya dilakukan oleh guru karena alasan-alasan berikut, kecuali … a. PTK memang untuk guru b. Guru paling akrab dengan suasana kelas c. Masalah di kelas mungkin asing bagi para peneliti luar d. Guru bertanggung jawab memperbaiki kinerjanya 5. Seorang dosen LPTK membantu ibu Tini, guru kelas III SD unutuk mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapinya dalam memotivasi para siswa untuk mengerjakan PR yang diberikan. Ibu Tini menceritakan jenis PR yang diberikan, jumlah siswa yang mengumpulkan PR, serta kebiasaannya menyimpan PR tersebut di rumah tanpa mengembalikannya kepada siswa. Dosen LPTK mendengarkan cerita Ibu Tini, dan kemudian mereka berdua merancang cara untuk mengatasinya, dan akhirnya mereka sepakat bahwa Ibu Tini akan mencobakan cara tersebut dan memantau hasilnya. Sejak itu, hamper setiap minggu mereka bertemu kembali untuk mengkaji hasil perbaikan tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh dosen LPTK dan Bu Tini merupakan kegiatan penelitian tindakan kelas, karena … a. Ibu Tini bekerja sama dengan dosen LPTK b. Masalah penelitian muncul dari kerisauan guru c. Terjadi pertemuan setiap minggu d. Dosen LPTK membantu guru
kelas III memecahkan masalahnya KEGIATAN BELAJAR 2 Manfaat, Keterbatasan, dan Persyaratan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam Kegiatan Belajar 1 (KB1), Anda telah mempelajari tentang pengertian dan karakteristik PTK, serta alasan mengapa guru paling tepat untuk melakukan PTK. Berdasarkan pemahaman tentang ketiga materi tersebut, kini Anda akan dengan mudah mempelajari materi KB 2 ini yaitu manfaat, keterbatasan, dan persyaratan PTK. Dengan menguasai materi ini, Anda diharapkan termotivasi untuk melakukan PTK di kelas Anda. Oleh karena itu, usahakanlah agar setelah mempelajari KB 2 ini Anda dapat menjelaskan manfaat dan keterbatasan PTK, serta dapat mengidentifikasi berbagai persyaratan atau kondisi untuk berlangsungnya PTK. Bacalah uraian berikut dengan cermat dan kerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan disiplin tinggi. A. MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS Penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah. Mari kita kaji manfaat tersebut satu persatu. 1. Manfaat PTK bagi guru a. PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran. Perbaikan ini akan meimbulkan rasa puas bagi guru karena ia sudah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya. Disamping itu, hasil PTK yang diperolehnya dapat disebarkan kepada teman sejawat, sehingga mereka barangkali tergerak untuk mencobakan hasil tersebut atau paling tidak mencoba melakukan perbaikan bagi pembelajaran di kelasnya. b. Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara professional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dengan perkataan lain, guru mampu menunjukkan otonominya sebagai pekerja professional. Sebagaimana diketahui, sebagai pekerja professional, guru dituntut untuk mampu mengembangkan diti dari pemula (novice) sampai ke ahli (expert) atau menurut Riel (1998) dari entry ke mentor sampai ke master teacher. Gaung profesionalisme dalam mengajar semakin santer mulai tahun 1992 (Hopkins, 1993). Salah satu tema yang didengungkan dalam profesionalisme mengajar adalah perubahan dari individualisme ke kolaborasi serta dari supervisi ke monitoring, yang membawa dampak adanya perubahan relasi atasan-bawahan menjadi relasi kolegial, dan dari hubungan hierarkikal menjadi hubungan dalam im (Hopkins, 1993). Kemampuan guru dalam melakukan PTK sangat menunjang terjadinya perubahan ini. Coba simak dua ilustrasi berikut ini. c. PTK membuat guru lebih percaya diri. Jika PTK mampu membuat guru berkembang sebagai pekerja profesional, maka sebagai konsekuensinya, PTK juga mampu membuat guru lebih percaya diri. Guru yang mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya sendiri di dalam kelas sehinggga menemukan kekuatan dan kelemahan dan kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahannya jelas-jelas merupakan guru yang percaya diri. Guru yang mampu melakukan PTK, lebih-lebih jika guru tersebut pernah mempublikasikan hasil PTK-nya akan meras punya sesuatu untuk dibanggakan. Ia mampu berperan sebagai guru dan peneliti di kelasnya sendiri. d. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menerima hasil perbaikan yang ditemukan orang lain, namun ia sendiri adalah perancang dan pelaku perbaikan tersebut, yang menghasilkan berbagai teori dalam memperbaiki pembelajaran. Hasil yang ditemukan sendiri akan merupakan dorongan kuat bagi guru untuk terus-menenrus melakukan perbaikan. Inilah yang diistilahkan sebagai theorizing by practitioners, yang membangun sendiri pengetahuan (self-constructed knowledge) berupa personal theory atau theory-in-use (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998). 2. Manfaat PTK bagi Pembelajaran/Siswa Setelah membaca uraian tentang manfaat PTK bagi guru, cobalah Anda pikirkan apakah kemampuan guru dalam melaksanakan PTK juga bermanfaat bagi pembelajaran yang dikelolanya dan juga bagi siswa. Jika kita mengacu kembali kepada karakteristik PTK, kita tentu sepakat bahwa PTK mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pembelajaran karena tujuan PTK adalah memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki belajar siswa (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998). Dengan adanya PTK kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dapat di perbaiki, hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat. Sebaliknya, jika kesalahan dalam proses pembelajaran di biarkan berlarut-larut, maka guru akan tetap mengajar dengan cara yang sama sehingga hasil belajar siswa pun tetap sama, bahkan mungkin menurun. Dengan demikian, ada hubungan timbale balik anatara
pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. 3. Manfaat PTK bagi Sekolah Sekolah yang para gurunya sudah mampu membuat perubahan/perbaikan mempunyai kesempatan yang besar untuk berkembang pesat. Berbagai perbaikan akan dapat diwujudkan seperti penanggulangna berbagai masalah belajar siswa, perbaikan kesalahan konsep, serta penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dihadapi oleh guru. Di samping itu, pendekatan penelitian tindakan yang dilakukan didalam kelas dapat dilaksanakan dalam pengelolaan kegiatan sekolah secara keseluruhan. Hubungan kolegial yang sehat yang tubuh dari rasa saling membutuhkan akan menumbuhkan iklim kerja sama yang kondusif untuk memajukan sekolah. Dengan terbiasanya para guru melakukan PTK, berbagai strategi/teknik pembelajaran dapat dihasilkan dari sekolah ini untuk disebarluaskan kepada sekolah lain. Dengan demikian, sekolah mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh. Dalam konteks ini, PTK memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut. B. KETERBATASAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Dari berbagai karakteristik PTK yang sudah Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar 1, barangkali Anda dapat memperkirakan munculnya berbagai isu atau topic yang perlu mendapat perhatian khusus dalam penelitian tindakan kelas. Salah satu dari isu tersebut adalah keterbatasan PTK. Keterbatasan ini dapat kita tandai sejak awal ketika mulai mengkaji karakteristik PTK dan kemudian membandingkannya dengan penelitian formal. Paling tidak ada dua keterbatasan yang perlu kita bahas, yaitu masalah validitas dan generalisasi. 1. Validitas PTK Validitas atau kesasihan PTK sebagai penelitian ilmiah masih sering dipertanyakan. Metodologi yang agak longgar yang lebih bersifat informal meskipun dijaga keobjektifannya masih menimbulkan keraguan. Apakah kaidah-kaidah penelitian ilmiah dapat dijaga selama pengumpulan data? Apakah tidak ada manipulasi yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa karena perintah guru? Tetapi, jika kita mau jujur, guru tentu tidak mungkin melakukan manipulasi karena tidak ada pamrih apa-apa. Guru hanya ingin melakukan sesuatu untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Namun demikian, para peneliti masih sering mempertanyakan kesasihan penelitian yang dilakukan guru sendiri di dalam kelasnya, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Winter (dalam McTaggart, 1991). 2. Generalisasi Sejalan dengan masalah validitas, hasil PTK tidak dapat digeneralisasikan karena memang hasil tersebut hanya terkait dengan siswa dalam kelas tertentu. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa satu teknik efektif untuk meningkatkan motivasi siswa karena sampel penelitian hanya satu kelas, yang merupakan kasus khusus. PTK memang merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri untuk memperbaiki aspek pembelajaran tertentu yang terjadi di kelas tersebut. Meskipun demikian, hasil penelitian tersebut tentu dapat dicobakan oleh guru lain dengan mempertimbangkan berbagai modifikasi sesuai dengan kondisi kelasnya. C. KONDISI YANG DIPERSYARATKAN DALAM PTK Penelitian tindakan kelas merupakan satu cara untuk menumbuhkembangkan pembaruan yang dapat meningkatkan atau memperbaiki hasil belajar siswa. Agar PTK dapat dilangsungkan secara benar, berbagai kondisi harus dipenuhi. Kondisi tersebut antara lain sebagai berkut. 1. Sekolah harus memberikan kebebasan yang memadai bagi guru untuk melakukan PTK, berkolaborasi dengan teman guru lainnya, dapat secara bebas meminta teman untuk menjadi pengamat bagi kelasnya, dan bebas berdiskusi tentang kemajuan kelasnya, di samping dapat menumbuhkan rasa saling mempercayai. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa birokrasi dan formalitas yang ada di sekolah tidak menunjang terjadinya itu semua seperti yang diungkapkan oleh Shumsky dan Holly (dalam McTaggart, 1991) 2. Bagaimana menurut Anda kondisi di Indonesia? Apakah guru mempunyai kebebasan untuk melakukan penelitian di kelasnya sendiri? Sebagai guru yang langsung menghayati kondisi lapangan, Anda tentu dapat menjawab pertanyaan tersebut. 3. Sejalan dengan pemikiran pada butir 1, birokrasi dan hierarki organisasi di sekolah hendaknya diminimalkan. Sebaliknya yang harus ditumbuhkan adalah kolaborasi atau kerja sama yang saling menguntungkan, serta pengambilan keputusan secara bersama. 4. Sekolah semestinya selalu mempertanyakan apa yang diinginkan bagi sekolahnya. Jika keinginan tersebut mmemang merupakan komitmen sekolah, maka PTK sebagai satu bentuk inovasi di sekolah akan dapat tumbuh subur, dan kegiatan PTK mungkin akan menjadi kegiatan rutin bagi guru. 5. PTK mempersyaratkan keterbukaan dari semua staf sekolah untuk membahas masalah yang dihadapi tanpa rasa khawatir akan dicemoohkan. Diskusi dengan teman sejawat tentang masalah yang
dihadapi dan kemudian setiap staf menganggap masalah yang dibahas merupakan masalah bersama, merupakan kondisi yang dipersyaratkan untuk berkembangnya PTK disekolah. Apakah kondisi seperti ini ada di sekolah Anda? 6. Sikap kepala sekolah dan staf administrasi harus menunjang terjadinya pembaruan. Sikap negatif yang ditunjukkan meskipun hanya selintas akan akan merusak iklim inovasi yang sedang tumbuh. 7. Guru dan siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahwa mereka sedang melakukan satu pembaruan yang didukung oleh kepala sekolah dan juga orang tua. 8. Guru harus siap menghadapi berbagai konflik karena yang baru biasanya mendapat perhatian lebih daripada yang lama yang sudah diakrabi setiap hari.hal ini perlu untuk menghindari munculnya kecemburuan social. Itulah sejumlah kondisi atau persyaratan yang mengitari PTK. Jika kita kaji secara cermat, ternyata PTK memang menuntut satu kondisi yang kondusif agar semuanya dapat berlangsung dengan baik, dan pembaruan yang muncul dapat dilembagakan. Lebih-lebih di Indonesia yang baru saja menggalakkan PTK, kondisi yang kurang kondusif pasti banyak ditemukan. Namun, sebagai guru, Anda seyogianya berusaha agar kondisi yang dipersyaratkan PTK dapat terwujud. Ini bukan pekerjaan yang mudah karena Anda harus berhadapan dengan berbagai kendala, baik yang bersifat formal maupun informal. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! A. Cobalah cari informasi apakah di sekolah tempat Anda mengajar ada guru yang melakukan penelitian tindakan kelas. Jika ya, coba kaji dampaknya bagi guru lain, bagi siswa, dan bagi sekolah! B. Coba observasi dan diskusikan dengan teman-teman, apa perbedaan antara guru yang berkembang secara profesional dengan guru-guru yang hampir tidak berkembang kecuali jumlah tahun mengajarnya! C. Coba cari contoh sekolah yang dianggap meju di sekitar Anda! Cari informasi lebih lanjut tentang kemampuan dan kegiatan guru, kegiatan dan hasil belajar siswa, serta sumbangan sekolah tersebut bagi sekolah-sekolah di sekitarnya. Kesimpulan apa yang dapat Anda ambil dari informasi tersebut? D. Ditinjau dari persyaratan/kondisi yang harus dipenuhi dalam PTK, cobalah analisis kondisi di sekolah Anda. Apakah sekolah Anda berpotensi untuk melakukan PTK? Beri alas an! E. Di samping manfaat, PTK juga memounyai keterbatasan. Menurut Anda, apa dampak keterbatasan tersebut bagi hasil PTK? Mengapa Anda berpendapat seperti itu? Agar Anda dapat mengerjakan latihan tersebut dengan arah yang benar, bacalah rambu-rambu berikut. Petunjuk Jawaban Latihan 1) Setelah mendapatkan informasi yang memadai, bandingkan dmapak yang Anda temukan dengan manfaat PTK yang tercantum pada awal Kegiatan Belajar ini. 2) Sebelum berdiskusi, kumpulkan terlebih dahulu hasil observasi Anda terhadap dua kelompok guru tersebut. Sebagai acuan diskusi, baca kembali cirri-ciri guru yang berkembang secara profesional. 3) Anda dapat mencari sekolah yang populer di sekitar Anda, misalnya sebuah sekolah swasta. Berkunjunglah ke sekolah tersebut, dengan terlebih dahulu meminta izin kepada kepala sekolah, kemudian sampaikan niat Anda. Kumpulkan informasi secara akurat; kemudian bandingkan kesimpulan yang Anda peroleh dengan dengan manfaat PTK bagi sekolah. 4) Dasarkan analisis Anda pada persyaratan/kondisi yang harus dipenuhi untuk melaksanakan/melembagakan PTK. Dengan membandingkan kndisi sekolah dengan persyaratan tersebut, Anda dapat menyimpulkan potensi sekolah Anda untuk melakukan PTK. 5) Anda mungkin mempunyai pendapat berbeda. Hal itu wajar saja, asal dapat memberikan alasan yang kuat. Keterbatasan tersebut hendaknya dikaitkan dengan jangkauan lebih luas yang ingin dicapai dengan hasil PTK. Setelah mengerjakan latihan, kini bacalah rangkuman berikut sehingga pemahaman Anda menjadi semakin mantap. KEGIATAN BELAJAR 3 Model-Model Penelitian Tindakan Kelas Model PTK yang sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (a) Model Kurt Lewin, (b) Model Kemmis dan Mc Taggart, (c) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbut. 1. Model Kurt Lewin Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Perencanaan Refleksi SIKLUS Aksi PTK Observasi Berdasarkan langkah-langkah PTK seperti yang digambarkan di atas, selanjutnya dapat digambarkan lagi menjadi beberapa siklus, yang akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa siklus. Perencanaan Perencanaan Perencanaan Refleksi Aksi Refleksi Aksi Refleksi Aksi Observasi Observasi Observasi 2. Model Kemmis dan Mc Taggart Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas
empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut: Sumber: Salam, 2007 3. Model John Elliot Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot dapat digambarkan sebagai berikut: Penelitian Tindakan Kelas Model John Elliot Penelitian Tindakan Kelas Model John Elliot 4. Model Dave Ebbutt PTK model Dave Ebbutt secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut: TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Ibu Siti terbiasa menganalisis pekerjaan siswanya untuk menemukan kesulitan yang ditemukan siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Dari hasil analisis tersebut, Ibu Siti juga mencoba menemukan kekuatan dan kelemahannya dalam mengajar. Jika dia menemukan kelemahan, segera dia mencoba mencari jalan untuk emgnatasi kelamahan tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan Ibu Siti tersebut dapat dikategorikan sebagai langkah awal dalam … a. Perkembangan profesional b. Melakukan PTK c. Memperbaiki pembelajaran d. Menerapkan manfaat PTK 2) Berikut ini adalah manfaat PTK bagi guru, kecuali … a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran b. Memungkinkan guru berkembang secara profesional c. Memungkinkan guru mengembangkan karir d. Menambah rasa percaya diri 3) Ibu Ita, seorang guru IPS berpenampilan sangat energik. Ia sedang melakukan PTK dengan bantuanseorang dosen LPTK. Hampir setiap hari dia sibuk untuk menganalisis hasil pekerjaan siswanya dan mencoba memberi komentar yang dapat mendorong siswa untuk bekerja lebih giat. Para siswa ternyata sangat antusias terhadap usaha Ibu Ita. Karena para siswa merasa pekerjaannya diteliti denga cermat, siswa pun membuat pekerjaannya dengan cermat pula. Siswa merasa bahwa ia selalu harus bekerja cermat sebagaimana Ibu Ita memeriksa pekerjaannya dengan cermat pula. Ilustrasi di atas menggambarkan manfaat PTK, dalam hal … a. Perilaku guru yang melaksanakan PTK menjadi model bagi siswa b. Guru mendorong siswa untuk memperbaiki hasil belajarnya c. Siswa termotivasi oleh cara guru mengajar d. Siswa dapat memperbaiki proses dan hasil belajarnya 4) Guru yang terampil melaksanakan PTK akan merasa lebih percaya diri. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain sebagai berikut, kecuali … a. Munculnya perasaan lebih mampu dibandingkan teman sejawat yang lain b. Berkembangnya kemampuan guru dalam pembelajaran c. Tumbuhnya rasa puas terhadap pembelajaran yang dikelola d. Munculnya perasaan mampu memecahkan masalah sendiri 5) Agar PTK dapat diterapkan secara melembaga diperlukan berbagai kondisi atau persyaratan. Kondisi tersebut antara lain sebagai berikut, kecuali … a. Adanya kebebasan bagi para guru untuk berinovasi b. Birokrasi yang ketat c. Dukungan dari semua personil sekolah d. Ada rasa saling mempercayai antarpersonil sekolah termasuk siswa Daftar Pustaka Anderson, L. W. & Burns, R. B. (1989). Research in the Classroom. Elmsford: Pergamon Press Inc. Hopkins, D. (1993). ATeacher’s guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press. McNiff, J. (1991). Action Research: Principles and Practice. London: Macmillan. McTaggart, R. (1991). Action Research: A Short Modern History. Geelong: Deakin University Press. Mills, G.E. (2000). Action Research: A Guide for the Teacher Researcher. Columbus: Merrill, An Imprint of Prentice Hall. Raka Joni, T., Kardiawarman, & Hadisubroto, T. (1998). Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Bagian pertama: Konsep Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, Ditjen Dikti. MODUL 2 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas PENDAHULUAN Pada modul 2 ini Anda akan mendapat kesempatan untuk mengkaji langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan PTK. Pemahaman akan langkah-langkah PTK ini akan menjadi landasan/acuan utama bagi modul berikutnya. Oleh karena itu, Anda dituntut untuk mampu menjalaskan langkah-langkah PTK serta mendeskripsikan setiap langkah. Secara khusus, setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara-cara mengidentifikasi masalah; 2. Merinci langkah-langkah untuk merencanakan perbaikan; 3. Menjelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan PTK; 4. Mendeskripsikan berbagai kaidah dan teknik untuk mengumpulkan dan menganalisis data; serta 5. Menjelaskan langkah-langkah dalam
merencanakan tindak lanjut. Untuk mencapai tujuan di atas, materi dalam modul ini diorganisasikan menjadi dua kegiatan belajar (KB) sebagai berikut. Kegiatan Belajar 1: Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kegiatan Belajar 2: Observasi, Analisis Data, dan Tindak Lanjut. Kegiatan Belajar 1 dirancang untuk mencapai tujuan nomor 1, 2, dan 3, sedangkan Kegiatan Belajar 2 untuk mencapai tujuan 4 dan 5. kedua kegiatan belajar ini sangat berkaitan erat; oleh karena itu, penguasaan Anda pada KB 1 akan sangat membantu Anda untuk menguasai KB 2. Jika penguasaan Anda pada KB 1 belum mantap, Anda akan menjadi ragu-ragu dalam mempelajari KB 2. Selanjutnya, perlu pula Anda catat, bahwa Modul 2 ini masih berkisar pada pemahaman terhadap PTK, belum sampai kepada penerapan atau pelaksanaan. Namun untuk kepentingan pemahaman konsep, ada kalanya Anda diminta mencari contoh-contoh yang langsung berkaitan dengan pelaksanaan, Agar dapat mencapai penguasaan optimal, peran aktif Anda sangat dituntut dalam mempelajari modul ini. Peran aktif tersebut antara lain harus Anda tunjukkan dalam mengaitkan pengalaman sehari-hari sebagai guru dengan langkah-langkah PTK yang diulas dalam modul ini. Dengan cara demikian, minat Anda untuk mempelajari modul ini akan meningkat karena materi yang Anda pelajari langsung dapat dikaitkan dengan pengalaman Anda. Disamping itu, kedisiplinan dalam mengerjakan semua tugas akan berperan besar dalam keberhasilan. Oleh karena itu, jangan ditunda sampai besok apa yang dapat Anda kerjakan hari ini. Selamat belajar ! KEGIATAN BELAJAR 1 Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kegiatan Belajar 1 ini akan mengajak Anda mengkaji berbagai langkah yang perlu dilakukan dalam penelitian tinadakan kelas, khususnya yang berkaitan dengan rencana dan pelaksanaan. Oleh karena itu, setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pemahaman langkah-langkah ini akan sangat membantu Anda sebagai guru dalam menyusun rencana dan melaksanakan PTK itu sendiri. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktik atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali, barangkali perbaikan yang diinginkan sudah terjadi. Dalam hal ini daur PTK dengan tujuan perbaikan yang direncanakan sudah berakhir, namun biasanya akan muncul kembali masalah atau kerisauan baru dari guru. Masalah ini akan kembali dipecahkan dengan mengikuti daur PTK. Jika guru melakukan hal ini, berarti guru sedang mengembangkan kemampuan profesionalnya secara sistematis. Merencanakan Refleksi Melakukan tindakan Mengamati Gambar 2.1 Tahap-tahap dalam PTK Langkah merencanakan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Tanpa rencana kegiatan yang kita lakukan tidak akan terarah atau sering disebut “ngawur” atau sembarangan. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua merupakan realisasi dari rencana yang kita buat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan yang tidak pernah menjadi kenyataan. Selanjutnya, agar tindakan yang kita lakukan dapat kita ketahui kulitasnya (misalnya apakah sudah sesuai dengan rencana), kita perlu melakukan pengamatan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat menentukan apakah ada hal-hal yang harus diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan yang kita inginkan. Jika pengamatan dapat dilakukan selama proses tindakan berlangsung, maka refleksi, sebagai langkah keempat, kita lakukan setelah tindakan berakhir. Kita akan mencoba melihat/merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dapaknya bagi proses belajar siswa. Yang lebih pula kita akan merenungkan alasan kita melakukan satu tindakan dikaitkan dengan dampaknya. Dengan cara ini kita akan dapat mengenal kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang kita lakukan. Keempat tahap tersebut merupakan satu siklus atau daur, oleh karena itu, setiap tahap akan berulang kembali. Setiap tahap dapat terdiri dari atau didahului oleh beberapa langkah, misalnya langkah merencanakan didahului oleh munculnya masalah yang diidentifikasi oleh guru. Dalam kegiatan belajar ini kita akan mengkaji dua tahap, yaitu merencanakan dan melakuakan tindakan dengan empat langakan utama, yaitu: 1. mengidentifikasi masalah, 2. menganalisis dan merumuskan mesalah, 3. merancang PTK, serta 4. melaksanakan PTK. Keempat langkah ini merupakan langkah yang berurutan; artinya langkah pertama harus dikerjakan lebih dahulu sebelum langkah kedua dilaksanakan; demikian seterusnya. Langkah petama dan kedua merupakan bagian awal dari merencanakan perbaikan, sedangkan langkah yang ketiga merupakan
prasyarat untuk langkah yang keempat. Tiga langkah pertama dapat dibandingkan dengan empat langkah dari Mills (2000), yaitu: (1) mengidentifikasi satu bidang yang menjadi perhatian kita, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis dan menginterpretasikan data, serta (4) mengembangkan rencana tindakan. Keempat langkah ini mulai dengan mengidentifikasi sampai dengan merencanakan, sama dengan langkah 1 sampai dengan langkah 3 di atas. Mari kita bahas langkah tersebut satu persatu. Bersiaplah untuk menggali pengalaman Anda sendiri untuk digunakan sebagai contoh. A. MENGIDENTIFIKASI MASALAH Suatu rencana PTK di awali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik PTK yang telah Anda pelajari pada Modul 1, yaitu masalah berasal dari orang yang terlibat praktik, dalam hal ini guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang secara terus menerus membuat kesalahan yang sama, ada siswa yang suka membolos, atau hasil belajar siswa menurun secara drastis. Anda dapat mencari contoh lain dari penglaman anda sendiri. Masalah yang dirasakan guru mungkin mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut manjadi semakin jelas. Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasikan masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat memulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Dari uraian diatas barangkali dapat Anda cermati bahwa munculnya masalah memang pertama kali dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih kabur, namun guru memang menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, meskiun tidak mustahil semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktik pembelajaran yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya, meskipun ia sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang memerluan perbaikan segera. Dampak dari sikap seperti ini sangat jelas yaitu menurunkan kualitas pembelajaran. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah,seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya. Berbekal kejujuran dan kesadaran tersebut, untuk mengidentifikasikan masalah, guru dapat mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri. 1. apa yang sedang terjadi di kelas saya? 2. masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu? 3. apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya? 4. apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan? 5. apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau mempebaiki situasi yang ada? Untuk menjawab pertanyaan tersebut guru perlu merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang terjadidi dalam kelas. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman/kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri sendiri. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah. Jika masalah sudah teridentifikasi, mungkin muncul pertanyaan, masalah mana yang mungkin dipecahkan melalui PTK? Apakah semua masalah layak dipecahkan melalui PTK? Untuk menjawab pertanyaan ini, rambu-rambu berikut dapat Anda jadikan pegangan. Bidang yang layak dijadikan fokus PTK adalah yang: a. melibatkan kegiatan belajar dan mengajar, b. mungkin ditangani oleh guru, c. sangat menarik minat guru, serta d. ingin diubah/diperbaiki oleh guru. (dalam Mills, 2000) Berdasarkan rambu-rambu tersebut, Anda dapat menetapkan masalah yang akan Anda jadikan fokus PTK. B. MENGANALISIS DAN MERUMUSKAN MASALAH Setelah masalah teridentifikasi, kita perlu melakukan analisis sehingga dapat merumuskan masalah dengan jelas. Tentu saja sebelum menganalisis masalah, kita mengumpulkan data yang terkait dengan masalah tersebut, seperti yang terdapat pada langkah dari Mills (2000). Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasikan masih kabur. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kapada diri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai atau bahkan mungkin bahan pekerjaan yang kita siapkan. Semua ini akan tergantung dari jenis masalah yang diidentifikasikan. Misalnya, jika masalh yang kita identifikasikan adalah rendahnya motifasi belajar siswa, barangkali yang kita analisis adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan harian kita
tentang respon siswa dalam pembelajaran, dan yang tak kalah pentingnya melakukan refleksi, sehingga kita dapat mengambarkan yang jelas tentang perilaku mengajar kita. Untuk memperjelas langkah analisis ini coba kaji ilustrasi berikut. Ibu Tuti adalah seorang guru Bahasa Indonesia di sebuah SMU. Setiap mengajar, ia selalu merasa ada sesuatu yang kurang. Perhatian para siswa terhadap Bahasa Indonesia tampaknya tidak menggembirakan. Siswa lebih menganggap Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang diwajibkan dan hanya merupakan tugas rutin untuk mengikutinya. Ibu Tuti merasa para siswa menganggap enteng pelajarannya. Setelah berulang kali merenung, Ibu Tuti menyimpulkan bahwa motivasi para siswa untuk belajar Bahasa Indonesia sangat rendah. Ini terbukti dari seringnya siswa absen dalam pelajarannya dan nilai rata-rata kelas untuk Bahasa Indonesia hanya 5,4. Ibu Tuti menjadi bingung untuk mengatasi masalah ini. Jika Anda menjadi Ibu Tuti, bagaimana cara Anda mengatasi masalah tersebut? Tindakan pertama yang perlu Anda lakukan adalah menganalisis masalahyang telah diidentifikasi oleh Ibu Tuti, yaitu rendahnya motivasi para siswa untuk belajar Bahasa Indonesia. Untuk menganalisis masalah ini, Ibu Tuti perlu melakukan hal-hal berikut. 1. Menganalisis daftar hadir siswa, kemudian menyimpulkan berapa % rata-rata kehadiran siswa dalm satu bulan. Di samping itu, perlu pula dianalisis, apakah yang absent hanya siswa tertentu ataukah hampir semua pernah absen, dan apa alasannya. 2. Menganalisis daftar nilai siswa, kemudian mengaitkan frekuensi ketidakhadiran siswa dengan nilainya. 3. Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, apakah tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup menantang atau membosankan. 4. Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa. Apakah balikan tersebut membuat siswa untuk memperbaiki pekerjaannya. 5. Melakukan refleksi terhadap perilaku mengajar Ibu Tuti. Seyogianya Ibu Tuti secara jujur merenungkan kembali kebiasaannya di dalam kelas. Apakah dia sering marah-marah, bersikap tidak simpatik, atau sebaliknya. Dari hasil analisis di atas, Ibu Tuti dapat mempertajam maslah yang dihadapi serta menetapkan masalah mana yang paling mendesak untuk dibenahi. Misalnya, dari hasil analisis tersebut Ibu Tuti menemukan bahwa hanya siswa tertentu (sekitar 20 orang dari 35 siswa) yang sering absen, dan memang ternyata siswa yang sering tidak hadir nilanya rendah. Dari analisis tudas, bahan pelajaran, dan balikan, Ibu Tuti menemukan bahwa tugas yang diberikan yang diambil dari buku paket memang membosankan karena hanya menuntut siswa untuk menghapal, tanpa pernah meminta siswa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara bebas dalam bahasa tulis. Balikan yang diberikan oleh Ibu Tuti pada tugas-tugas tersebut, ternyata hanya dua kata yaitu cukup dan kurang. Dari refleksi yang dilakukan, Ibu Tuti merasa bersikap biasa-biasa saja, hanya dia merasa jarang memberikan penguatan. Ia lebih banyak menegur siswa yang kurang berhasil daripada memuji siswa yang berhasil. Dari uraian diatas dapat Anda simak bahwa begitu banyak masalah yang ditemukan Ibu Tuti yang dianggapnya menyebabkan rendahnya motivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia. Di samping masalah yang sudah dianalisis, Ibu Tuti juga memperkirakan bahwa Ebtanas Bahasa Indonesia juga tidak mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Namun, ia kemudian berkesimpulan bahwa ia harus memilih masalah yang dapat diatasi sendiri. Ia kemudian memutuskan bahwa ia akan memfokuskan usahanya pada perbaikan tugas dan bahan ajar yang ia gunakan. Berkaitan dengan hal ini, Ibu Tuti dapat merumuskan masalah sebagai berikut. Sebagaimana yang Anda simak dalam rumusan masalah tersebut, sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin dipecahkan atau dicari jawabannya melalui penelitian, dalam hal ini penelitian tindakan kelas (PTK). Masalah yang dihadapi guru mungkin sangat luas, oleh karena itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang mungkin dapat dia tanggulangi dan yang memang memerlukan prioritas untuk ditangani. Dalam hal ini, Anda perlu mengingat kembali rambu-rambu pemilihan masalah yang dapat dijadikan fokus PTK atau yang dapat dipecahkan melalui PTK. Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional agar rencana perbaikannya dapat lebih terarah. Misalnya, masalah: tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi siswa? 2. Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi? 3. Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik? 4. Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang diberikan? Dengan terumuskan masalah secara operasional, Anda sudah mulai membuat rencana
perbaikan atau rencana PTK. Mari kita kaji rencana tersebut lebih lanjut. C. MERENCANAKAN PERBAIKAN Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu membuat rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan, dimana guru menyusun berbagai alternatif tindakan. Selanjutnya, guru perlu mengkaji setiap alternatif, terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan (perbaikan) serta kelayakan pelaksanaannya. Akhirnya, dengan mempertimbangkan hasil kajian, guru memilih alternatif yang paling layak. Dari hasil kajian yang dilakukan, Ibu Tuti membuat beberapa alternative berikut. a. Tugas akan lebih berhasil dan menantang jika diberikan setiap minggu atau dua minggu sekali. b. Bentuk tugas yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk mengerjakannya. c. Tugas akan cukup menantang jika materinya diambil dari lingkungan siswa atau diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa. d. Bahan belajar Bahasa Indonesia akan cukup menarik jika sesuai dengan perkembangan siswa, disajian dengan berbagai variasi, menuntut siswa untuk berpikir, serta menyajikan wacana yang temanya akrab dengan lingkungan siswa. e. Tugas yang diberikan akan menantang jika dikaitkan dengan bahan belajar. D. MELAKSANAKAN PTK Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan sudah cukup layak, kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perbaikan. Langkah ini kita sebut sebagai pesiapan pelaksanaan, yang sebenarnya dapat merupakan bagian dari perencanaan, tetapi dapat pula kita tempatkan sebagai bagian awal pelaksanaan. Setelah persiapan ini mantap, barulah kita mulai dengan pelaksanaannya di kelas. Mari kita kaji kedua tahap ini dengan cermat. 1. Menyiapkan Pelaksanaan Ada beberapa langkah yang perlu kita siapkan sebelum merealisasikan rencana tindakan kita. a. Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Scenario mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan. Terkait dengan rencana pembelajaran, guru tentu perlu menyiapkan berbagai bahan seperti tugas dan bahan belajar yang dibuat sesuai dengan hipotesis yang dipilih, alat peraga, atau buku-buku yang relevan. b. Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, misalnya gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau sarana lain yang terkait. c. Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini, guru harus menetapkan apa yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya, dan kemudian bagaimana cara menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus menetapkan indicator keberhasilan. Misalnya, sikap siswa ketika diberi tugas, persentase siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu, kualitas penyelesaian tugas siswa, persentase kehadiran siswa, serta nilai siswa dalam tes formatif. Jika indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat menentukan cara merekam dan menganalisis data. d. Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu mensimulasikan pelaksanakan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat bekerja sama dengan teman sejawat atau berkolaborasi dengan dosen LPTK. Setelah menyimak butir a, b, c, dan d, cobalah Anda rancang cara merekam dan menganalisis data dari proses dan hasil perbaikan yang dirancang oleh Ibu Tuti dalam contoh di atas. Diskusikan hasil rancangan Anda dengan teman sejawat atau dengan tutor. 2. Melaksanakan Tindakan Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan tindakan dalam kelas yang sebenarnya. Agar pelaksanaan ini dapat berlangsung secara terarah, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu oleh Hopkins (1993) disebut sebagai kriteria PTK yang dilakukan oleh guru. Cobalah Anda simak kriteria berikut dengan cermat, dan bandingkan dengan berbagai prinsip yang sudah Anda kuasai. a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu, metodologi penelitian yang sedang dilaksanakan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini berarti, guru tidak boleh megnorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakannya. Dengan perkataan lain, guru harus selalu mengutamakan siswa karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya, bukan sebaliknya mengorbankan siswa. b. Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu guru, sehingga guru sampai kehabisan napas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan observasi dan interpretasi, dan pengumpul data yang paling baik adalah guru. Namun, jika kegiatan ini menyita waktu guru terlampau banyak, konsentrasi guru dalam mengajar akan terganggu. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape recorder atau minta bantuan teman sejawat. c. Metodologi
yang diterapkan haruslah reliabel atau handal, sehingga memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yan sesuai dengan situasi kelasnya. Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa PTK berorientasi praktis dan merupakan penelitian skala kecil untuk memperbaiki praktik individu. d. Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru sebagaimana yang sudah pernah diulas di depan. e. Sebagai penelti, guru harus memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait dengan tugas-tugasnya. Misalnya menyampaikan kepada kepala sekolah tentang rencana tindakan yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan melakukan sesuatu di luar kebiasaan rutin. f. Akhirnya, seperti yang sudah pernah disinggung pada Modul 1, PTK harus mendapat dukungan dari seluruh personil sekolah. Artinya, semua personil sekolah harus punya persepsi yang benar tentang PTK, dan apa yang ingin dicapai melalui PTK. Di samping kriteria di atas, perlu Anda perhatikan bahwa dalam pelaksanaan PTK, observasi dan interpretasi terhadap proses dan hasil tindakan berlangsung secara bersamaan. Ini berarti bahwa guru sebagai aktor PTK harus mampu melakukan observasi dan interpretasi secara cepat, sehingga penyesuaianpenyesuaian dapat dilakukan jika perlu. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Sebagai seorang guru, Anda tentu pernah mempunyai masalah dalam pembelajaran. Cobalah identifikasi masalah yang pernah Anda hadapi, kemudian pilih salah satu masalah untuk dianalisis. Setelah melakukan analisis, rumuskan dan jabarkan masalah tersebut. 2) Diskusikan dengan teman sejawat Anda, bagaimana cara memecahkan masalah yang sudah Anda rumuskan dan jabarkan pada latihan nomor 1. 3) Mengapa kita harus berdiskusi dengan pakar dan membaca teori untuk mencari cara pemecahan masalah? 4) Coba rinci kembali hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melaksanakan tindakan, dan beri alasan mengapa hal tersebut perlu disiapkan. 5) Dari keenam criteria yang dikemukakan oleh Hopkins, yang mana menurut Anda yang paling penting? Beri alas an, mengapa Anda berpendapat seperti itu! Agar latihan dapat Anda kerjakan dengan arah yang benar dan Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda, bacalah rambu-rambu berikut. Petunjuk Jawaban Latihan 1) Masalah yang diidentifikasi hanya yang berkaitan dengan pembelajaran, seperti hasil belajar siswa, respons siswa, bahan belajar, motivasi siswa dalam pelajaran, teknik mengajar, dan teknik evaluasi. Gunakan kriteria: mendesak, dapat diatasi, dan kemampuan guru untuk memilih salah satu masalah. 2) Dalam berdiskusi, gunakan buku/teori yang relevan sebagai rujukan dan kaji pengalaman Anda/pengalaman orang lain dalam mengatasi masalah. 3) Alas an terutama berpangkal pada: kebenaran yang dikandung oleh teori yang sudah diuji secara empiris dan kemanfaatan pengalaman para pakar yang sudah banyak berkecimpung dalam bidang yang sama. 4) Anda dapat membaca kembali tahap menyiapkan pelaksanaan, dan alasan yang mendukung penyiapan hal-hal tersebut harus dikaitkan dengan dampak yang muncul jika hal-hal tersebut tidak di persiapkan telebih dahulu. Misalnya, guru akan menjadi bingung, langkah pelaksanaan tidak terarah, atau perekaman data tidak sesuai dengan tujuan. Anda tentu dapat mencari alasan yang lebih tajam dan meyakinkan. 5) Pilihan dan alasan yang Anda berikan hendaknya didasarkan pada dampak yang terjadi jika criteria tersebut tidak diikuti. Timbanglah semua criteria, kemudian diantara keenam criteria tersebut pilih yang paling parah dampaknya bagi pembelajaran, jka tidak diterapkan. Selamat. Anda sudah mengerjakan latihan dengan sungguh-sungguh. Coba pertukarkan hasil latihan dengan teman sejawat yang mengambil mata kuliah ini, dan perkirakan tingkat keberhasilan Anda. Kini, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda, bacalah rangkuman berikut, sebagai bekal untuk mengerjakan tes formatif. TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Untuk mengidentifikasi masalah, guru perlu melakukan kajian terhadap pembelajaran yang dikelolanya. Kajian tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan berbagai pertanyaan. Pertanyaan yang tepat untuk maksud tersebut adalah sebagai berikut, kecuali … a. Apa yang terjadi di kelas saya b. Berapa orang siswa yang perestasinya selalu rendah c. Dengan siapa saya harus mendiskusikan masalah ini d. Apa dampaknya jika siswa yang berprestasi saya biarkan saja 2) Masalah yang teridentifikasi kadang-kadang terlampau banyak, sehingga guru harus menentukan pilihan. Hal-hali yang harus diperhatikan dalam memilih masalah yang perlu ditangani adalah sebagai berikut, kecuali … a. Tingkat keseriusan masalah b. Kemampuan guru untuk menangani c. Ada tidaknya mitra kolaborasi d. Kompleks tidaknya masalah tersebut 3) Setelah menetapkan dan menjabarkan
masalah, guru perlu mengembangkan cara melakukan perbaikan atau mengatasi masalah.untuk mengembangkan cara mengatasi masalah, guru dapat melakukan hal-hal berikut, kecuali … a. Mengkaji teori yang relevan dengan masalah b. Menyusun langkah-langkah pemecahan masalah c. Berdiskusi dengan teman sejawat d. Mengingat kembali pengalaman yang terkait dengan masalah tersebut 4) Ibu Ida, seorang guru SMA sedang asyik berdiskusi dengan teman sejawatnya tetang susahnya menyampaikan materi Biologi yang penuh dengan istilah latin kepada siswa. Dia merasa bahwa siswa sangat sukar menghapal istilah asing tersebut. Ia meminta pendapat teman-temannya, bagaimana cara mengajarkan materi tersebut agar mudah dipahami oleh siswa. Dilihat dari langkahlangkah PTK, Ibu Ida sedang berada dalam tahap … a. Identifikasi masalah b. Analisis masalah c. Merumuskan masalah d. Merencanakan perbaikan 5) Bapak Sutardi mengajar di kelas 2 SMP Tondo Kanan. Ia sedang bermitra dengan seorang guru, teman sejawatnya dalam memperbaiki cara merespons terhadap jawaban siswa dikelas. Ia sudah merancang berbagai jenis penguatan untuk jawaban siswa yang baik serta beberapa respons untuk jawaban siswa yang tidak atau kurang tepat. Ia meminta rekan sejawatnya untuk duduk di kelasnya serta merekam reaksi siswa ketika guru merespons jawabannya. Jenis reaksi yang perlu direkam serta cara merekamnya sudah disepakati terlebih dahulu. Ditinjau dari criteria pelaksanaan tindakan, criteria mana yang sedang diterapkan oleh Bapak Sutardi? a. Guru harus memperhatikan etika yang terkait dengan tugasnya. b. Metodologi yang diterapkan harus reliabel. c. Pengumpulan data jangan sampai menyita waktu guru terlampau banyak. d. Masalah yang ditangani harus sesuai dengan komitmen guru. KEGIATAN BELAJAR 2 Pengumpulan dan Analisis Data, serta Tindak Lanjut Langkah-langkah yang diuraikan dalam Kegiatan Belajar (KB) ini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh dengan langkahlangkah yang telah Anda kaji dalam KB 1. oleh karena itu, kegiatan pengkajian dalam KB 2 ini akan selalu dikaitkan dengan KB 1. Pengkajian terhadap materi tentang observasi atau pengamatan dan interpretasi, analisis data termasuk refleksi, dan tindak lanjut akan mengarahkan Anda pada pemahaman yang mantap tentang langkah-langkah PTK sebagai satu kesatuan yang utuh. Pemahaman ini akan memandu Anda untuk mampu melaksanakan PTK, yang akan ditugaskan pada modul-modul berikutnya. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menjelaskan dan merinci kadah-kaidah dalam melakukan pengamatan/interpretasi, analisis data, dan refleksi, serta mampu merinci langkah-langkah dalam merencanakan tindak lanjut. Untuk mencapai tujuan tersebut, kajilah materi berikut dengan cermat, serta kerjakan latihan secara disiplin. Sama halnya denganKB 1, dalam kegiatan belajar ini Anda juga dituntut untuk menggali pengalaman praktis Anda, meskipun ruang lingkup kajian ini masih dalam tingkat pemahaman, belum sampai ke penerapan. A. PENGUMPULAN DATA Seperti tersirat dalam langkah-langkah PTK, pengumpulan data dapat dilakukan oleh guru sebagai peneliti selama proses pelaksanaan tindakan. Data dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik, seperti observasi, wawancara, catatan harian, angket, dan sebagainya. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat menentukan dalam PTK. Oleh karena itu, observasi akan kita kaji secara mendalam, sedangkan teknik lainnya aka kita bahas secara singkat. 1. Observasi dan Interpretasi Dalam KB 1 sudah ditetapkan bahwa pelaksanaan tindakan disertai dengan observasi atau pengamatan dan sekaligus interpretasi terhadap data tentang proses dan hasil tindakan, sehingga dapat dikatakan pelaksanaan tindakan dan observasi/interpretasi berlangsung simultan. Artinya, data yang diamati tersebutlangsung diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Misalnya, jika guru memberi pujian kepada siswa, yang direkam bukan hanya jenis pujian yang diberikan, tetapi juga dampaknya bagi siswa yang mendapat pujian. Dampak inidapat diinterpretasikan dari sikap dan partisispasi siswa dalam pembelajaran setelah mendapat pujian. Dengan cara ini, guru sebagai actor utama dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian, sehingga komitmennya sebagai pengajar tidak terganggu oleh metode penelitian yang sedang diterapkan. Misalnya, jika ternyata pujian yang diberikan membuat siswa bersemangat, guru akan meneruskan pujian ini, namun jika pujian yang diberikan membuat siswa menjadi bahan ejekan, guru akan mengubah cara memberi penguatan. Namun, perlu dicatat, tidak semua data memerlukan interpretasi. Ada hasil pengamatan yang hanya merupakan rekaman faktual yang tidak memerlukan interpretasi, sehingga pengamatan cukup hanya merekam apa yang dilihat tanpa perlu memberi makan kepada hasil rekamannya. Selanjutnya, dalam langkah persiapan pelaksanaan disebutkan salah satu hal yang harus
dipersiapkan adalah cara perekaman data. Artinya, apa yang harus direkam dan bagaimana merekamnya harus ditentukan secara jelas. Salah satu cara untuk merekam atau mengumpulkan data adalah dengan observasi atau pengamatan. Sesuai dengan hakikat PTK dan mengacu kepada peran guru sebagai actor utama dalam PTK, idealnya observasi tersebut dilakukan oleh guru sendiri. Namun, jika observasi atau perekaman data tersebut terlalu menyita waktu guru dan mengakibatkan konsentrasi guru dalam mengajar terganggu, maka guru dapat menggunakan bantuan alat perekam atau meminta teman sejawat untuk membantu mengumpulkan data melalui observasi. 2. Catatan Harian, Rekaman, Angket, dan Wawancara Di samping data yang dikumpulkan dengan observasi, masih banyak data pembelajaran yang dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik lain, seperti catatan harian guru, catatan harian siswa, rekama dengan tape recorder, angket, wawancara, dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Catatan harian guru atau yang disebut field note, dibuat oleh guru segera setelah pembelajaran selesai. Guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pembelajaran, seperti partisipasi siswa yang dianggap istimewa, reaksi guru yang menimbulkan berbagai respons dari siswa, atau kesalahan yang dibuat siswa karena guru membuat kekeliruan. Catatan ini akan sangat berharga bagi guru karena merupakan hasil observasi, reaksi, dan refleksi guru terhadap pembelajaran yang dikelolanya. Di samping itu, catatan harian guru dapat merupakan rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Perhatikan contoh catatan harian guru berikut ini. Contoh Catatan Harian Guru Kamis, 27 April 2012 - Bahasa Indonesia - Pertanyaan: Bagaimana pendapatmu tentang cerita yang kamu baca tadi? - Tidak ada yang menjawab pada kesempatan pertama - Setelah diberi tuntunan, ada 3 anak yang menjawab - Anak-anak kurang bersemangat Catatan harian siswa merupakan catatan harian yang dibuat oleh siswa secara bebas tentang pelajaran tertentu. Catatan ini dapat berisi segala pendapat, reaksi, atau bahkan mungkin saran siswa tentang pembelajaran yang dihayatinya. Guru dapat meminta siswa mengumpulkan catatan harian tersebut pada waktu-waktu tertentu, sehingga guru dapat memanfaatkannya delem memperbaiki pembelajaran. Rekaman dengan tape recorder merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data penting yang berkaitan dengan interaksi didalam kelas. Misalnya, untuk mendapatkan data tentang kualitas pertanyaan/respons siswa dalam diskusi, teknik rekaman merupakan teknik yang cukup efektif, meskipun untuk mengubahnya ke dalam transkrip memerlukan waktu yang cukup banyak. Angket atau kuesioner dapat digunakan untuk menjaring pendapat siswa tentang pembelajaran, asal dibuat secara sederhana dan juga memuat pertanyaan yang direspons secara bebas (terbuka) oleh siswa. Berikut ini dapat Anda kaji contoh pertanyaan pada angket. Contoh pertanyaan pada angket untuk siswa 1. Apa yang paling menarik bagimu dalam pelajaran tadi? 2. Selama pelajaran berlangsung, berapa pertanyaan yang telah kamu sampaikan? a. Tidak ada b. 1 pertanyaan c. 2 pertanyaan d. Lebih dari 2 pertanyaan Wawancara dapat dilakukan untuk mengungkap pendapat siswa tentang pembelajaran. Dalam hal ini, wawancara dapat terjadi antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta siswa dan siswa, sedangkan wawancara antara pengamat dan guru terjadi pada tahap pertemuan pendahuluan dan diskusi balikan. Agar wawancara dapat berlangsung efektif, suasana yang kondusif harus diciptakan terlebih dahulu. Terakhir, bukti-bukti berupa dokumen, seperti hasil belajar siswa, yang dapat berupa tugas, hasil latihan, atau ulangan dapat dimanfaatkan sebagai data yang dapat memberi informasi tentang kualitas perbaikan. B. ANALISIS DATA DAN REFLEKSI 1. Analisis Data Salah satu cirri guru yang profesional adalah mampu mengambil keputusan, baik sebelum, selama, maupun setelah pembelajaran berlangsung. Keputusan yang diambil didasarkan pada berbagai pertimbangan yang berasal dari berbagai sumber. Dalam kaitan dengan PTK, sumber pertimbangan tersebut adalah data yang dikumpulkan baik melalui observasi maupun dengan teknik lain. Agar data tersebut bermakna sebagai dasar untuk mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi makna. Analisis data pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi. Jika interpretasi dilakukan pada setiap saat observasi dan pada pertemuan/diskusi balikan, maka analisis data dilakukan setelah satu paket pebaikan selesai diimplementasikan secara keseluruhan. Misalnya, jika perbaikan ini direncanakan untuk enam kali pembelajaran, maka analisis data dilakukan setelah keenam pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap pembelajaran akan terjadi interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan pada
akhir paket perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru. Analisis data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan menyeleksi dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna. Pada tahap pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Kemudian data diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan shingga bermakna, baik dalam bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau formula singkat. Untuk memantapkan pemahaman Anda terhadap tahap-tahap analisis data ini, coba simak contoh berikut. Setelah keempat pembelajaran IPS yang direncanakan berakhir, Ibu Tuti mengolah semua data yang terkumpul dari keempat pembelajaran. Pertama, ia kumpulkan data yang berkaitan dengan kualitas respons siswa, baik dari hasil observasi maupun dari transkrip rekaman yang dibuatnya. Setelah itu, ia kumpulkan data yang berkaitan dengan jenis pertanyaan yang diajukannya. Kedua jenis data ini diolah dan dipasangkan satu dengan yang lain. Data ini kemudian diperkaya dengan catatan harian yang dibuatnya dan hasil diskusi balikan dengan teman sejawat yang mengamatinya. Terakhir, Ibu Tuti mencoba mengelompokkan hasil belajar siswa dalam mencari pemecahan satu masalah secara tertulis. Pada tahap kedua, Ibu Tuti mencoba menampilkan data tersebut dalam bentuk grafik yang menggambarkan hubungan jenis pertanyaan guru dengan kualitas respons siswa. Ia juga membuat tabel distribusi tentang hasil belajar siswa. Tabel dan grafik dilengkapi dengan narasi. Pada tahap ketiga, Ibu Tuti berusaha menarik kesimpulan dari grafik, tabel, dan narasi yang telah dibuatnya pada tahap 2. Ia menemukan bahwa jenis pertanyaan yang terbuka mengundang respons siswa lebih banyak, namun kualitas respons siswa sangat terkait dengan tuntunan yang diberikan. Selanjutnya, ia menyimpulkan hasil belajar siswa terkait dengan kualitas respons yang disampaikan dalam diskusi. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret, coba perhatikan contoh hasil analisis data yang dibuat oleh Bu Tuti berikut ini. Dari contoh tersebut coba pikirkan apakah hasil analisis itu masuk akal dan bagaimana Bu Tuti menetapkan kualitas respons siswa. Contoh Hasil Analisis Data yang Dibuat Ibu Tuti. Jenis Pertanyaan dan Respons Siswa No Jenis Pertanyaan Jumlah Respons siswa Jumlah Kualitas Rendah Sedang Tinggi 1 Tertutup 12 10 6 3 1 2 Terbuka tanpa tuntutan 8 12 6 3 3 3 Terbuka dengan tuntutan 4 10 1 3 6 Jumlah 24 32 13 9 10 Dengan mencermati contoh di atas, Anda pasti dapat memahami bahwa analisis data merupakan tahap yang sangat penting dalam PTK. Tanpa analisis data, guru tidak dapat memperkirakan dampak perbaikan yang dilakukannya. Selanjutnya, analisis data akan membantu guru melakukan refleksi, yaitu mengingat kembali segala perilakunya ketika mengajar dan mencoba merenungkan mengapa ia berperilaku seperti itu dan mengapa siswa merespons sepeeti itu. Mari kita kaji sekarang tahap refleksi. 2. Refleksi Melakukan refleksi tidak ubahnya seperti berdiri di depan cermin untuk melihat kembali bayangan kita atau memantulkan kembali kejadian yang perlu kita kaji. Dengan dibantu oleh hasil analisis data, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian berlangsung dan mengapa seperti itu terjadinya. Ia juga coba merenungkan mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa yang lain gagal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Refleksi dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi. Analisis dilakukan dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Misalnya, dalam paparan data tercantum bahwa terdapat tiga kali interaksi yang sangat seru antar siswa. Guru mencoba mengingat kembali apa yang memicu terjadinya interaksi yang seru tersebut. Dari hasil refleksi guru menemukan bahwa interaksi tersebut berawal dari pertanyaan guru yang menantang siswa untuk berpikir menemukan cara untuk mengantisipasi datangnya bencana alam. Pertanyaan itu ditanggapi oleh seorang siswa, kemudian guru meminta tanggapan dari siswa lain. Akhirnya tanpa diminta, siswa lain menanggapi pendapat temannya. Guru mencoba mensistensiskan kejadian tersebut, dan sampai pada kesimpulan bahwa jenis pertanyaan dan teknik memindahkan giliran dapat meningkatkan partisipasi siswa. Berdasarkan renungan tersebut, guru berencana akan menggunakan teknik memindahkan giliran secara teratur. Namun, guru juga
menyadari, interaksi sangat seru tersebut mengundang munculnya iklim yang kurang sehat karena siswa secara bebas menanggapi pendapat temannya, sehingga ada yang sampai menyinggung perasaan. Guru kembali mengingat mengapa hal tersebut sampai terjadi. Dari hasil renungan tersebut, guru menyadari bahwa ia tidak pernahmemberi aturan sebelum diskusi dimulai. Ia juga sadar bahwa ia tidak pernah memberi aturan sebelum diskusi dimulai. Ia juga sadar bahwa ia membiarkan saja para siswa berbicara tanpa kendali, sehingga suasana yang mengarah ke iklim yang tidak sehat tersebut terjadi. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut pada pembelajaran yang akan datang, guru menrencanakan akan menyampaikan aturan diskusi pada awal pelajaran dan mencoba mengendalikandiskusi secara sistematis. C. PERENCANAAN TINDAK LANJUT Sebagaimana sudah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil atau kesimpulan yang didapat pada analisis data dan setelah melakukan refleksi digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Jika ini terjai maka akan erdapat siklus 2 PTK yang langkah-langkahnya tetap sama, yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis data dan refleksi. Siklus ini akan berulang kembali jika pada siklus 2, tindakan perbaikan masih belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, atau dengan perkataan lain perbaikan belum terjadi sesuai dengan yang ditargetkan. Siklus PTK akan berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Perlu dicatat bahwa satu siklus PTK dapat terjadi pada satu atau lebih pertemuan. Lebih-lebih untuk tujuan perbaikan yang membutuhkan waktu cukup lama, seperti meningkatkan kemampuan menulis, maka satu siklus PTK dapat terdiri dari beberapa pertemuan. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! - Langkah-langkah PTK merupakan satu siklus yang berulang sampai tujuan perbaikan terwujud. Coba gamarkan siklus tersebut dengan cara Anda sendiri dan jelaskan kapan siklus tersebut dapat dikatakan berakhir! - Tahap observasi dan interpretasi merupakan satu tahap yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Coba diskusikan dengan teman Anda mengapa kedua tahap tersebut harus dilakukan bersamaan dan mengapa observasi harus disertai dengan interpretasi. - Cobalah amati satu pembelajaran yang dikelola oleh teman Anda untuk melihat peristiwa yang menunjukkan partisipasi aktif siswa. Jenis observasi mana yang Anda terapkan? Jelaskan jawaban Anda! - Agar observasi dapat dimanfaankan secara efektif, berbagai prinsip dan aturan harus diikuti. Pilih tiga aturan yang menurut Anda paling penting dan jelaskan mengapa aturan tersebut harus diikuti! - Mintalah bantuan kepada seorang teman untuk mengamati tindakan perbaikan yang Anda lakukan. Apa saja yang perlu Anda sepakati sebelum observasi dilakukan? Mengapa hal tersebut harus disepakati? Selain observasi, sebutkan teknik lain untuk mengumpulkan data dari kelas (pembelajaran). Beri contoh untuk masing-masing teknik, dan coba kaji kelebihan dan kekurangan dari setiap teknik yang Anda sebutkan! - Analisis data akan membantu guru melakukan refleksi. Beri alas an yang mendukung pendapat tersebut dan sebuah contoh! Apa yang harus dikerjakan guru berdasarkan hasil analisis data dan refleksi? Jelaskan jawaban Anda dengan contoh! Agar latihan yang Anda kerjakan berlangsung dengan arah yang benar dan Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda, bacalah rambu-rambu pegerjaan latihan/rambu-rambu jaaban berikut ini. Petunjuk Jawaban Latihan 1) Anda dapat menggambarkan siklus tersebut dalam sebuah bagan alur atau dalam sebuah lingkaran. Yang penting, berulangnya seluruh tahap dapat tercermin dari gambar tersebut. Siklus PTK berakhir, jika tujuan perbaikan sudah tercapai (bandingkan dengan usaha lain, jika berhasil – berhenti atau disambung dengan mengejar tujuan lain) 2) Fokuskan diskusi Anda pada tugas profesional guru yang harus mampu melakukan berbagai penyesuaian dan pada jenis data/peristiwa yang harus diobservasi. Ada data yang langsung dapat direkam, ada yang harus diberi makna lebih dahulu. 3) Anda dapat menggunakan observasi terfokus dan terstruktur, tergantung dari jenis data yang akan direkam. 4) Anda dapat memilih tiga dari sejumlah prinsip yang ada, baik prinsip dasar maupun prinsip yang berkaitan dengan langkah-langkah observasi, yang menurut Anda paling penting untuk diikuti. Alas an yang Anda berikan harus terkait dengan dampak yang akan terjadi jika prinsip atau aturan yang Anda pilih tersebut tidak diikuti. 5) Untuk mengerjakan latihan ini, sebaiknya Anda benar-benar meminta seorang teman untuk mengamati
Anda ketika mengajar. Kaji kembali dengan cermat uraian tentang pertemuan pendahuluan atau perencanaan agar Anda dapat menetapkan apa yang harus disepakati. Alasan dapat Anda temukan ketika observasi sudah selesai dengan membayangkan apa yang akan terjadi jika kesepakatan tersebut tidak dilakukan sebelum pertemuan. 6) Latihan ini sudah pernah diberikan. Jika Anda kerjakan segera setelah mengkaji uraian tentang teknik-teknik tersebut, Anda tidak akan mendapat kesulitan. Untuk menemukan kekuatan dan kelemahannya, gunakan kriteria: waktu yang diperlukan, kesahihan data yang dikumpulkan dengan teknik tersebut, cara pengadministrasian, jenis data yang dapat dikumpulkan, serta tingkat kesulitan dalam menganalisis. 7) Alasan hendaknya mengacu pada manfaat hasil analisis untuk melakukan refleksi. Mengingat kembali peristiwa yang sudah terjadi dapat dipicu oleh hasil analisis. Cari contoh dari pengalaman Anda sendiri. 8) Hasil analisis dan refleksi memandu guru untuk melakukan perencanaan tindak lanjut. Anda dapat menjelaskan rencana ini dengan mempertimbangkan berbagai jenis hasil analisis dan refleksi. Setelah menyelesaikan latihan, agar pemahaman Anda menjadi lebih mantap, bacalah rangkuman berikut ini. TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Tahap observasi – interpretasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Dalam kaitan ini, observasi – interpretasi mutlak diperlukan agar guru dapat … a. Memantau jalannya pembelajaran b. Melakukan berbagai penyesuaian c. Mengetahui kualitas respons siswa d. Memantau pendapat pengamat 2. Prinsip dasar observasi yang berkaitan dengan pemanfaatan hasil observasi adalah prinsip yang berkaitan dengan … a. Fokus observasi b. Perencanaan awal c. Keterampilan mengobservasi d. Balikan (feedback) 3. Ketika melakukan observasi di kelas Ibu Rina, Bapak Sukoco berusaha bersikap bersahabat, baik kepada siswa maupun kepada Ibu Rina. Ia masuk ke kelas dengan mengucapkan salam dan meminta izin kepada siswa untuk duduk di kelas. Ketika terjadi diskusi antarsiswa, Bapak Sukoco tidak segera merekam diskusi tersebut, tetapi menunggu sampai diskusi selesai, kemudian berpikir sejenak untuk menemukan makna peristiwa yang baru saja diamati. Perilaku pengamat seperti itu merupakan penerapan dari prinsip observasi yang berkaitan dengan … a. Perencanaan awal b. Focus observasi c. Membangun criteria d. Keterampilan observasi 4. Analisis data dilakukan dengan menempuh berbagai langkah, yang pada akhirnya bertujuan untuk … a. Menyeleksi dan mengumpulkan data b. Menyeleksi dan menafsirkan data c. Memperoleh informasi tentang proses dan dampak perbaikan d. Mendapatkan informasi tentang perilaku mengajar guru 5. Melihat hasil latihan siswa, Ibu Sutari menjadi kaget karena hanya 10 dari 30 orang siswa yang mengerjakan latihan matematika dengan benar. Ibu Sutari mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi ketika ia menjelaskan penggunaan rumus matematika dalam memecahkan soal. Ia ingat, ia mencontohkan penggunaan rumus dengan mengerjakannya sendiri di papan tulis. Ia kemudian merenung kembali, mengapa ia tidak meminta siswa mengerjakannya ke depan? Ia ingat pula, siswa yang duduk di deretan belakang ada yang bermain ketika ia mencontohkan penggunaan rumus di papan tulis. Dari segi langkah-langkah PTK, langkah mana yang paling dihayati oleh Ibu Sutari? a. Mengumpulkan data b. Menganalisis data c. Melakukan refleksi d. Merencanakan perbaikan Daftar Pustaka Anderson, L. W. & Burns, R. B. (1998). Research in the classroom. Elmsford: Pergamon Press, Inc. Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press. Konsorsium Ilmu Pendidikan. (1993). Profesionalisasi Jabatan Guru: Tawaran dan Tantangannya. Jakarta: Konsorsium Ilmu Pendidikan. Mills, G.E. (2000). Action research: A guide for the Teacher Researcher. Columbus: Merrill, An Imprint of Prentice Hall Raka Joni, T. (ed.). (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Bagian Kedua: Prosedur Pelaksanaan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, Ditjen Dikti. Raka Joni, T., Kardiawarman, & Hadisubroto, T. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Bagian pertama: Konsep Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, Ditjen Dikti. Schmuck, R.A. (1997). Practical Action Research for Change. Arlington Heights: Sky Light Professional Development. Modul 3 Merancang Penelitian Tindakan Kelas PENDAHULUAN Dalam Modul 1 dan 2, Anda telah mempelajarai hakikat/konsep dasar dan langkah-langkah penelitian tindakan kelas (PTK), termasuk perbandingan antara PTK dengan penelitian biasa. Berdasarkan penguasaan Anda terhadap materi tersebut, dalam modul 3 ini Anda akan mengkaji cara-cara dan berlatih merancang penelitian tidakan kelas. Rancangan PTK mencakup perencanaan setiap langkah PTK secara cermat, mulai dari mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data sampai dengan tindakan perbaikan. Kemampuan
merancang PTK akan sangat tergantung pada pemahaman Anda tentang konsep dasar dan langkah-langkah PTK yang telah Anda pelajari pada Modul 1 dan 2. Pada akhir Modul 3 ini juga akan disinggung sekilas tentang Proposal PTK, yang akan bermanfaat jika sewaktu-waktu Anda diajak berkolaborasi dalam mengajkan proposal PTK atau Anda ingin mengikuti PTK dan menginginkan biaya untuk kegiatan tersebut. Sejalan dengan uraian di atas, setelah menyelesaikan Modul ini, Anda diharapkan mampu menyusun rencana dan proposal PTK. Secara khusus, Anda diharapkan dapat: 1. menentukan langkah-langkah untuk menemukan masalah; 2. menganalisis masalah yang ditemukan; 3. merumuskan masalah; 4. mengembangkan alternative tindakan; 5. menentukan cara pengumpula data; 6. menyusun rencana perbaikan secara lengkap, serta 7. menyusun proposal PTK. Untuk membantu Anda mencapai tujuan tersebut, modul ini diorganisasikan dalam dua kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1: Langkah-langka Perencanan PTK. Kegiatan Belajar 2: Rencana dan Prioposal PTK. Dari kedua kegiatan belajar tersebut dapat Anda simak bahwa KB 1 ditujukan untuk mencapai tujuan 1, 2, 3 dan 4; sedangkan KB 2 akan mendukung pencapaian tujuan 5, 6, dan 7. Agar berhasil menguasai kemampuan tersebut, Anda harus aktif mencari contoh-contoh sendiri, berlatih menerapkan setiap langkah sesuai dengan kondisi di kelas tempat Anda mengajar, berdiskusi dengan teman sejawat, serta berkonsultasi dengan tutor. Jika semua itu Anda kerjakan, disamping membaca uraian dengan cermat, Anda pasti berhasil. Selamat belajar! KEGIATAN BELAJAR 1 Langkah-langkah Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas Setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar ini, anda diharapkan dapat: 1. menentukan langkah-langkah menemukan masalah, 2. menganalisis penyebab munculnya masalah, 3. merumuskan masalah, serta 4. mengembangkan alternative tindakan. Semua kemampuan tersebut memerlukan contoh dan latihan yang mantap untuk menguasainya. Oleh karena itu, agar berhasil menguasai kemampuan tersebut, baca dengan cermat uraian dan contoh, serta kerjakan tugastugas kecil, dan latihan yang diberikan. Perlu ditekankan bahwa Anda wajib mempraktikkan setiap langkah dalam kegiatan ini, sehingga pada akhirnya Anda siap menyusun rencana tindakan perbaikan sesuai dengan masalah yang Anda identifikasi dari kelas Anda. Tanpa mempraktikkannya, konsep-konsep Kegiatan Belajar 1 hanya akan menjadi bahan hapalan yang akan terlupakan setelah Anda sselesai mengikuti Kegiatan Belajar 1 ini. Padahal, tujuan utama dari PTK adalah agar Anda mampu melakukan perbaikan pembelajaran melalui penilitian tindakan kelas. A. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENEMUKAN DAN MERUMUSKAN MASALAH Merumuskan masalah merupakan hal yang gampang-gampang susah. Ada orang yanga sangat tanggap terhadap masalah yang dihadapinya, namun tidak sedikit yang tidak sadar bahwa ia sedang menghadapi masalah. Sebagai guru, Anda seyogianya mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap masalah, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran yang menjadi tanggung jawab Anda. Guru yang tidak menyadari masalah yang terjadi di dalam kelasnya tentu harus dibantu agar dia sadar bahwa dia mempunyai masalah. Masalah yang diniarkan berlarut-larut akan sulit mengatasinya karena sudah dianggap bukan masalah. Untuk dapat membuat perencanaan PTK yang baik, Anda harus kembali kepada masalah yang Anda hadapi sehari-hari dalam melaksanakan tindak pembelajaran. Masalah merupakan titik berangkat dalam melaksanakan PTK. Oleh karena itu, dalam merencanakan PTK, langkah awal yang harus Anda tempuh adalah mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran sehari-hari. Anda pasti tidak akan kekurangan mesalah. Apalagi jika Anda mempunyai perhatian yang besar terhadap kemajuan belajar para siswa. Anda akan menemukan banyak sekali masalah sepanjang pengalaman Anda mengajar. Bahkan Anda akan merasa bingung untuk menentukan masalah mana yang akan Anda pilih untuk diatasi melalui PTK. Beberapa contoh masalah yang mungkin Anda hadapi sehari-hari antara lain sebagai berikut. 1. Dalam Interaksi Pembelajaran a. Siswa kurang aktif dalam diskusi kelas b. Bila diberikan pertanyaan, siswa mau mengangkat tangan untuk menjawab. c. Jika ada siswa yang terpaksa menjawab, jawabannya sering mnyimpang. d. Sebagian besar jawaban siswa tidak benar. e. Respon siwa terhadap pendapat siswa lainnya sangat kurang. f. Pemahaman siswa terhadap pelajaran rendah. 2. Berkaitan dengan Prestasi Belajar a. Nilai yang dicapai siswa dalam mata pelajaran Anda kurang memuaskan (di bawah rata-rata). b. Nilai EHB rata-rata kurang dari 50. c. Siswa pintar sering mendapat nilai rendah bila diberikan ujian objektif. d. Sebagian besar siswa selalu salah dalam mengucapkan kata-kata bahasa Inggris. e. Siswa kurang mampu menerapkan
rumusa matematika. f. Jika diberikan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir, pertanyaan sering tidak dijawab. 3. Disiplin Belajar a. Beberapa siswa tidak mengerjakan tugas atau PR. b. Siswa tidak memperhatikan pelajaran. c. Selama pelajaran berlangsung, banyak siswa yang mengantuk. d. Siswa banyak yang salaing mencontoh ketika diberikan tugas di kelas. Masalah tersebut hanyalah sebagian saja dari masalah biasa yang Anda hadapi sehari-hari. Tentunya Anda lebih mengetahui masalah Anda sendiri. Oleh karena itu silakan Anda mengidentifikasi masalah tersebut berdasarkan masalah yang Anda rasakan sehari-hari. Kalau Anda perhatikan contoh masalah tersebut di atas, semuanya berawal dari masalah siswa. Pada kenyataannya masalah tersebut dapat saja berawal dari guru, misalnya “ Anda tidak puas dengan diskusi hari ini karena diskusinya kurang hidup”, kemudian “Anda merasa ragu apakah siswa Anda dapat memahami penjelasan Anda, karena Anda tidak menggunakan contoh, gambar-gambar, benda sebenarnya, dan/atau foto sebagai alat bantu ketika Anda menjelaskan”. Begitu banyaknya masalah pembelajaran yang mungkin muncul dalam kelas Anda. Anda tentu harus memilih masalah yang paling tepat untuk diatasi melalui PTK. Bagaimana cara memilih masalah dari sebanyak masalah yang Anda hadapi tersebut? Lakukanlah langkah-langkah berikut. a) Identifikasi Masalah Untuk mengidentifikasi masalah, Anda harus mengingat kembali Modul 1 dan 2, yaitu tentang masalah dan criteria yang disebut masalah. Dalam hal ini Anda harus benar-benar merasakan adanya masalah dan Anda sadar apabila masalah ini dibiarkan akan mengganggu proses pembelajaran. Masalah yang dipilih haruslah benar-benar masalah pembelajaran dapat diatasi melalui PTK. Identifikasi dapat Anda lakukan dengan mengkaji hasil belajar siswa, mengingat kembali proses pembelajaran, melihat catatan harian yang Anda buat pada akhir pelajaran, atau bahkan bertanya kepada siswa atau kepada teman sejawat. Jika perlu, Anda dapat berkolaborasi atau bekerja sama dengan teman sejawat, baik dari sekolah yang sama maupun dari sekolah yang berbeda, bahkan Anda dapat berkolaborasi dengan dosen dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Cara yang Anda tempuh dapat beraneka ragam, tergantung dari keyakinan Anda pada masalah yang Anda hadapi. Untuk mengidentifikasi masalah, Anda perlu melakukan diagnosis secara umum tentang proses pembelajaran yang Anda kelola. Diagnosis dilakukan secara kontinu, dari proses ke proses. Seperti sudah diuraikan di atas, cara melakukan diagnosis dapat dengan merenungkan kembali dan menganalisis pengalaman Anda dalam melakukan proses pembelajaran. Anda dapat berdiskusi dengan teman sejawat atau dosen dari LPTK, jika memang diperlukan. Gunakan criteria yang ada pada Modul 1 dan 2 untuk membantu Anda dalam menemukan masalah. Jika masalah sudah Anda temukan, gunakan criteria berikut untuk menguji apakah masalah yang Anda temukan layak untuk diatasi melalui PTK (Abimanyu, Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999). a) Jangan memilih masalah yang tidak Anda kuasai. b) Ambillah topik yang skalanya kecil dan relative terbatas. c) Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi Anda dan siswa Anda. d) Usahakan dapat dikerjakan dengan cara kolaboratif. e) Kaitkan masalah PTK dengan prioritas rencana pengembangan sekolah. Berdasarkan criteria tersebut, Anda pasti sudah menemukan masalah yang memenuhi persyaratan untuk ditangani melalui PTK. Umpamanya saja Anda telah menemukan masalah sebagai berikut. Contoh 3.1 Anda merasa bingung karena nilai ulangan siswa Anda pada pelajaran IPS (pada mata pelajaran yang Anda ajarkan) selalu rendah, rata-rata kurang dari 40. Ini hampir terjadi setiap kali ulangan. Apabila Anda mengajukan pertanyaan, siswa tampak ragu-ragu dan bingung, dan kalau menjawab tidak sesuai dengan keinginan Anda. Contoh 3.2 Ketika Pak Diki menjelaskan sifat-sifat benda dalam pelajaran IPA di kelas III SD, siswa banyak yang mengantuk dan tidak ada perhatian pada penjelasan guru. Kemudian, ketika guru bertanya apakah siswa sudah mengerti, tidak seorang pun siswa yang menjawab. Keadaan seperti ini telah terjadi berulang kali, hampir pada setiap pelajaran IPA. Akibatnya, pada setiap ulangan, skor yang diperoleh siswa selalu rendah. Contoh 3.3 Pak Muhana, Guru Bahasa Indonesia di SMA II, menjadi bingung karena hampir 70% (27 orang dari 40 siswa) tidak mampu menggunakan bahasa Indonesia tulis dalam mengungkapkan pikirannya. Selama setengah semester, karangan para siswa banyak yang tidak dapat dipahami karena struktur kalimat dan pilihan kata yang kurang tepat, disamping penguasaan ejaan yang masih parah. Contoh 3.4 Ibu Siti, guru Matematika di SMP 28, sudah lama merasa menghadapi masalah karena siswa tidak tertarik pada pelajarannya dan menganggap pelajaran matematika paling sukar. Setiap masuk kelas, banyak siswa di kelas tersebut yang tidak hadir dengan alasan yang tidak masuk akal.
Cermatilah contoh-contoh di atas karena akan kita jadikan titik tolak dalam pembahasan selanjutnya. Untuk memperkaya contoh tersebut, coba Anda tuliskan masalah atau kerisauan yang Anda hadapi dalam mengelola pembelajaran. 2. Menganalisis Masalah Masalah yang kita hadapi dalam pembelajaran tentu harus segera kita atasi agar tidak berlarut-larut. Namun, sebelum kita memikirkan cara mengatasinya, kita terlebih dahulu harus tahu apa yang menjadi penyebab munculnya masalah tersebut. Tanpa menemukan akar penyebab yang benar, kita tidak mungkin dapat mengatasinya secara tepat. Contoh masalah di atas dapat dijadikan titik tolak untuk melakukan analisis. Analisis ini penting untuk memperoleh jawaban apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut, serta apakah masalah tersebut benar-benar memerlukan PTK untuk mengatasinya. Selain itu, apakah masalah ini sangat mendasar dan menimbulkan masalah lainnya apabila tidak segera di atasi. Untuk melakukan analisis, ada berbagai cara yang Anda dapat lakukan. Pertama, merenungkan kembali masalah tersebut, dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus Anda jawab sendiri. Renungan dengan tujuan untuk melihat kepada diri kita sendiri disebut instrospeksi. Delam melakukan instrospeksi, ajukan pertanyaan seperti berikut pada diri Anda sendiri. a) Apakah dalam menjelaskan materi, saya menggunakan bahasa yang cukup jelas? b) Apakah saya menggunakan istilah-istilah yang sulit dimengerti siswa? c) Apakah dalam menjelaskan, saya menggunakan contoh yang cukup? d) Apakah saat menjelaskan, saya menggunakan alat bantu? e) Apakah saya memberitahukan waktu ulangan kepada siswa? f) Apakah siswa mendapat kesempatan untuk bertanya? g) Apaka ada siswa yang meminta penjelasan ulangan? h) Apakah saya memberikan latihan penerapan konsep setelah penjelasan selesai? i) Apakah saya selalu memeriksa pekerjaan/latihan siswa dan memberi balikan/ masukan untuk perbaikan? Itulah beberapa pertanyaan yang harus Anda jawab sendiri, dengan merefleksi, merenungkan kembali proses pembelajaran yang Anda lakukan. Anda dapat menambahkan pertanyaan tersebut sesuai masalah yang penyebabnya ingin Anda gali. Kedua, Anda juga dapat bertanya pada siswa Anda, apa yang terjadi sehingga nilai ulangan/ ujian mereka selalu rendah, atau menyapa mereka tidak tertarik kepada pelajaran tersebut? Anda dapat bertanya langsung kepada siswa, baik dengan wawancara maupun dengan menggunakan kuosioner. Wawancara mungkin akan lebih efisien dan efektif jika dibandingkan dengan kuesioner, karena kuesioner memerlukan persiapan yang lama, serta perlu dilakukan pengolahan data yang juga memerlukan waktu yang cukup panjang. Sedangkan dengan wawancara Anda dapat langsung bertanya kepada siswa Anda. Beberapa contoh pertanyaan yang dapat Anda ajukan adalah sepeti berikut. a) Mengapa nilai ulanganmu kurang bagus? b) Apakah kamu mengerti apa yang dijelaskan oleh guru? c) Apa yang sukar ditangkap dari penjelasan guru? d) Apakah cara guru menjelaskan kurang menarik? e) Apakah kamu memiliki buku sumber? f) Apakah kamu mencatat penjelasan guru? g) Mengapa kamu tidak bertanya, ketika diberi kesempatan bertanya? h) Apakah soalnya sulit? i) Apakah materi yang diujikan pernah dijelaskan guru? j) Apakah kamu merasa tidak nyaman ketika guru menjelaskan? Anda dapat menambahkan pertanyaan lain sesuai dengan faktor penyebab yang ingin Anda gali, serta tindak lanjut dari jawaban siswa. Cara ketiga, Anda dapat menelaah berbagai dokumen yang berkaitan dengan hasil belajar siswa. Misalnya, Anda dapat menelaah tugas/ pekerjaan rumah yang dikerjakan siswa, menelaah hasil ulangan mereka atau melihat ulang tugas/ soal yang Anda berikan. Beberapa pertanyaan yang dapat Anda ajukan dalam menelaah dokumen ini antara lain sebagai berikut. 1) Apakah PR yang saya berikan kepada siswa dipersiapkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan siswa? 2) Apakah PR yang saya berikan merupakan tindak lanjut dari konsep yang sedang dikaji, atau bermanfaat untuk memantapkan pemahaman siswa? 3) Apakah saya selalu memeriksa ulangan atau PR yang saya berikan? 4) Apakah saya memberikan balikan atau saran-saran kepada siswa tentang PR tersebut? 5) Apakah ulangan atau PR selalu saya kembalikan? 6) Apakah tugas atau soal yang saya berikan sesuai dnegan kemampuan siswa? Masih banyak pertanyaan lain yang dapat Anda ajukan untuk menemukan akar masalah atau pernyebab munculnya masalah tersebut. Sekarang mari kita analisis masalah di atas satu persatu, agar kita mempunyai gambaran yang jelas cara mengungkapkan penyebab dari satu masalah pembelajaran. Contoh 3.5 Kita mulai dengan contoh 3.5 untuk kita analisis. Misalnya, terdapat sejumlah penyebab rendahnya nilai IPS para siswa. 1. Penjelasan guru terlalu cepat. 2. Kurang diberikan contoh kongkret yang mudah dipahami siswa. 3. Guru terlalu banyak ceramah dan asyik
sendiri. 4. Guru tidak membrikan kesempatan bertanya kepada siswa. 5. Jika siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru, guru tidak memberikan tuntunan tetapi melanjutkan pelajaran. 6. Guru tidak pernah memberikan tugas yang ada pada buku sumber. 7. Siswa tidak mempunyai buku sumber. 8. Siswa tidak pernah mencatat selama mendengarkan penjelasan guru. Mungkin masih banyak penyebab lain yang sempat Anda gali, tetapi untuk sementara, barangkali penyebab tersebut dapat kita jadikan pegangan dalam merumuskan masalah. Contoh 3.6 Dengan cara yang sama, mari kita coba mencari penyebab masalah pada contoh 3.6. Hasil refleksi guru dan dialognya dengan siswa menunjukkan bahwa siswa sering mengantuk dalam pelajaran IPA karena: 1. guru tidak menggunakan alat peraga sehingga pelajaran menjadi tidak menarik. 2. selama menjelaskan guru tidak pernah bertanya. 3. penjelasan guru terlampu abstrak dan cepat. 4. bahasa yang digunakan guru terlampau sukar, serta 5. siswa sukar menangkap penjelasan guru. Contoh 3.7 Bagaimana dengan contoh ke-3? Hasil analisis Pak Muhana menunjukkan bahwa penyebab masalah ini sangat kompleks. Pertama Pak Muhana menyadari dan menemukan bahwa karangan siswa jarang, bahkan hampir tidak pernah diberi masukan, dan tidak pernah dibahas di dalam kelas. Kedua, latihan menulis secara bertahap tidak pernah diberikan. Siswa langsung diminta membuat karangan sesuai dengan topik yang dipilih. Itulah penyebab yang ditemukan oleh Pak Muhana. Contoh 3.8 Selanjutnya, pada contoh 3.8, setelah melakukan refleksi, Ibu Siti menelaah berbagai PR siswa, dan berdialog dengan siswa, mencoba bekerja sama dengan teman sejawatnya yang juga mengajar matematika. Ia meminta Bu Tuti mengamati kelasnya ketika Bu Siti sedang mengajar matematika. Setelah beberapa kali mengamati pelajaran yang disajikan oleh Bu Siti, Bu Tuti mengajak Bu Siti berdiskusi. Dari hasil diskusi muncul berbagi hal yang diduga sebagai penyebab siswa tidak menyenangi matematika, yaitu sebagai berikut. 1. Cara mengajar Bu Siti terlampau formal, hampir tidak ada komunikasi dengan siswa. Setelah menjelaskan satu rumus, langsung memberi latihan. Tidak ada pengantar rumus-rumus itu dengan kehidupan nyata siswa. 2. hasil latihan hampir tidak pernah dibahas, tetapi diperikasa silang. Jawaban yang benar ditulis guru di papan tulis dan kemudian siswa diminta memeriksa pekerjaan temannya. 3. Soal-soal yang diberikan terlau sukar. 4. Siswa merasa tidak ada manfaatnya belajar matematika. 3. Merumuskan Masalah Setelah melakukan analisis masalah dan menemukan penyebab atau akar masalah, tiba saatnya kita merumuskan msalah pembelajaran yang kita hadapi, dalam bentuk masalah penilitian. Dalam hal ini perlu kita cermati bahwa masalah yang akan dirumuskan tersebut merupakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, rumusan masalah haruslah memandu guru untuk melakukan tindakan perbaikan. Rumusan masalah sudah menyiratkan apa yang akan dilakukan oleh gur untuk mengatasi masalah tersebut. Sehubungan dengan itu, rumusan masalah selalu dibuat dalam bentuk kalimat Tanya serta mengandung aspek yang akan diperbaiki dan upaya memperbaikinya. Dengan berpedoman pada ketentuan tersebut, mari kita rumuskan masalah pada Contoh 1. Bagaimana cara membuat penjelasan menjadi lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPS? Dari rumusan tersebut Anda dapa melihat bahwa dalam rumusan masalah terkandung tujuan perbaikan (meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPS) dan cara perbaikan yang akan ditempuh (membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga). Ini semua tentu terkait dengan penyebab munculnya masalah yang merupakan hasil dari analisis masalah. Setelah mencermati contoh tersebut, sekarang mari kita coba menganalisis dan mrumuskan masalah dalam Contoh 2, yang berbunyi sebagai berikut. Ketika guru menjelaskan sifat-sifat benda dalam pelajaran IPA di kelas III SD, siswa banyak yang mengantuk dan tidak ada perhatian pada penjelasan guru. Ketika guru bertanya apakah siswa sudah mengerti, tidak seorang pun yang menjawab. Kejadian ini telah terjadi berulang kali, hampir pada setiap pelajaran IPA, dan setiap ulangan, hanya sekitar lima dari 30 siswa yang menjawab dengan benar. Ketika guru mencoba mengingat kembai apa yang terjadi dalam setiap pelajaran IPA, hasil analisis menunjukkan terjadinya hal-hal berikut. -Guru hanya berceramah, tidak menggunakan alat peraga ketika menjelaskan sifat-sifat benda. -Guru hampir tidak pernah memeriksa pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan. Dialog dengan siswa megungkapkan bahwa siswa tidak suka pelajaran IPA karena tidak menarik, sehingga mereka sering mengantuk. Setelah melihat buku kerja siswa, ternyata guru pun tidak pernah memberikan
balikan. Pekerjaan siswa hanya diperiksa silang sesama siswa. Berdasarkan hasil analisis tersebut, coba Anda rumuskan penyebab terjadinya masalah dan kemudian rumuskan masalah yang akan Anda atasi melalui PTK. Cocokkan hasil rumusan Anda dengan rumusan berikut. 1. Siswa selalu mengantuk karena: (1) Guru tidak menggunakan alat peraga, dan (2) cara guru mengajar kurang menarik. 2. Guru tidak pernah memeriksa pemahaman siswa. 3. Pekerjaan siswa tidak pernah diberi balikan oleh guru. Berdasarkan penyebab tersebut, maka masalah yang menjadi focus perbaikan adalah: “bagaimana cara mengaktifkan siswa, menggunakan alat peraga, dan memberikan balikan pada pekerjaan siswa, agar mampu meningkatkan perhatian dan hasil belajar siswa kelas III dalam pelajaran IPA?” Mari kita lanjutkan dengan merumuskan masalah pada Contoh 3 dan Contoh 4. Coba And abaca kembali masalah dan hasil analisis masalah pada Contoh 3 dan Contoh 4. Ingatlah bahwa masalah yang akan Anda rumuskan adalah masalah penelitian, dalam hal ini masalah PTK. Oleh karena itu, rumusan tersebut harus mengandung tujuan perbaikan dan cara perbaikan yang akan ditempuh. Cobalah rumuskan sendiri masalah pada Contoh 3 dan Contoh 4, kemudian cocokkan hasil rumusan Anda dengan rumusan berikut. Masalah 3: Akar/penyebab masalah: a. Karangan siswa tidak pernah di bahas dan diberi masukan/ saran perbaikan. b. Siswa langsung disuruh mengarang dan hasilnya dikumpulkan, tanpa menerapkan langkah-langkah tahapan dalam menulis. Rumusan Masalah: Bagaimana cara menerapkan langkah-langkah menulis agar dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa SMA? Masalah 4: Akar/ penyebab masalah: a. Guru tidak memotivasi siswa dan bersikap sangat formal. b. Guru tidak menggunakan alat peraga. c. Guru tidak pernah membahas latihan. Rumusan Masalah: Bagaimana cara menggunakan alat peraga, berkomunikasi dengan siswa, memberi balikan, dan menggunakan penguatan untuk memotivasi siswa agar tertarik dengan pelajaran Matematika? Dengan contoh-contoh rumusan masalah seperti di atas, Anda kini telah siap untuk menerapkan alternative tindakan, yang kemudian akan Anda tuangkan dalam bentuk rencana tindakan. Oleh karena itu, sebelum mengembangkan alternative tindakan, Anda harus memahami benar rumusan masalah yang telah Anda buat. Rumusan inilah yang akan menjadi titk tilak dalam mencari alternative tindakan perbaikan. B. MENGEMBANGKAN ALTERNATIF TINDAKAN Setelah merumuskan masalah seperti yang Anda kaji dalam Contoh 1, 2, 3, dan 4, kini tiba saatnya kita memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Dengan perkataan lain, Anda mencoba mencari jawaban sementara dari masalah itu. Seperti yang sudah Anda pelajri dalam Modul 2, jawaban sementara tersebut disebut sebagai hipotesis, dalam hal ini hipotesis tindakan. Untuk menemukan hipotesis ini, kita dapat mengembangkan berbagai alternative tindakan. Masalah 1: Bagaimana cara membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam IPS? Berdasarkan rumusan masalah 1 tersebut, Anda dapat memformulasikan suatu hipotesis tindakan. Ingat kembali bahwa hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan dilakukan dengan cara mengintervensi kegiatan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Artinya mengubah kegiatan atau tindakan yang biasa dilakukan dengan tindakan yang diduga dapat memperbaiki keadaan. Dengan mengkaji berbagai teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta mengingat pengalaman yang berkaitan dengan keterampilan menjelaskan, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, kita dapat mengembangkan alternative tindakan. Misalnya dari teori tentang keterampilan menjelaskan kita tahu bahwa penjelasan akan menjadi lebih efektif, jika gurur: (1) menggunakan bahasa yang lugas, ucapan yang jelas, kata/ istilah yang dapat dipahami, (2), menggunakan contoh dan ilustrasi, serta (3) memberikan tekanan pada kata/ istilah kunci. Dari pendekatan belajar aktif, kita tahu bahwa keterlibatan optimal siswa akan terjadi jika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, mengemukakan pendapat, meragakan sesusatu penguasaan, dan sebagainya. Akhirnya dari teori menggunakan media/ alat peraga kita tahu bahwa: (1) alat peraga yang digunakan harus sesuai dengan tujuan/ kompetensi yang ingin dicapai, meteri yang dikaji, serta karakteristik siswa. Dengan mengacu pada teori-teori tersebut, dan pengalaman kita selama mengajar, kita dapat menyusun alternative tindakan sebagai berikut. Hipotesis/ Alternatif Tindakan 1: Apabila dalam menjelaskan materi pelajaran IPS, guru menerangkannya disertai dengan memberikan conton-contoh konkret, menggunakan alat peraga yang sesuai, tidak menggunakan kata-kata asing yang sulit dipahami siswa, serta memberi kesempatan bertanya dan berdiskusi kepada siswa, maka pemahaman siswa
akan meningkat. Hipotesis atau alternative tindakan 1 ini menyiratkan bahwa pemahaman siswa dalam IPS akan meningkat jika guru menerapkan keterampilan menjelaskan, yaitu menggunakan bahasa yang lugas tanpa kata-kata asing yang sulit, menggunaka contoh dan alat peraga, serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi. Jika guru melakukan hal ini, diasumsikan siswa akan tertarik pada pelajaran IPS, keaktifan siswa akan meningkat, yang akhirnya diharapkan pemahaman siswa akan meningkat pula. Alternatif lain untuk membuat penjelasan mudah dipahami dan meningkatkan keaktifan siswa adalah: mengaitkan topik yang baru dengan pengalaman siswa, meminta siswa mencari contoh-contoh dari pengalamannya sendiri, dan meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk mengidentifikasi masalah dan mencari alternative pemecahannya. Kedua alternative ini sesuai dengan teori belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel. Dengan menerapkan teori ini, kita dapat menyusun hipotesis/ alternative tindakan 2, sebagai berikut. Hipotesis Tindakan 2: Apabila guru menggunakan kata-kata asing dan menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia, disertai contoh-contoh kongkret, yang bila perlu menggunakan alat peraga, kemudian siswa diberi tugas mencari contoh lain dari lingkungannya sendiri dan mendiskusikan masalah dalam kelompok, maka pemahaman siswa akan meningkat. Jika dikaji secara sermat, kedua alternative tindakan tersebut hanya berbeda dalam penggunaan kata-kata asing, serta jenis kegiatan untuk mengaktifkan siswa. Kedua alternative tersebut diasumsikan akan mampu meningkatkan prestasi siswa, jika dikerjakan dengan benar. Dalam menentukan tindakan, Anda dapat memilih salah satu alternative, atau bahkan menggabungkannya dengan merumuskan alternative baru. Penggabungan ini tentu saja membuat tindakan akan semakin memberi harapan karena merupakan integrasi segi-segi positif dari dua alternative. Setelah menetapkan alternative tindakan, tindakan tersebut perlu kita kaji ulang dengan mencermati apakah alternative tersebut sesuai dengan: a. teori pembelajaran dan teori pendidikan, b. hasil penelitian yang relevan c. hasil diskusi dengan teman sejawat, para pakar dan peneliti lainnya d. pendapat dan saran pakar pendidikan, serta e. pengalaman guru sendiri dalam melakukan pembelajaran (Tim Pelatih, 1999). Dengan demikian maka hipotesis tindakan yang Anda rumuskan bukan hanya sekedar asal jadi, tetapi telah melalui berbagai pertimbangan dan kajian. Selain itu, hipotesis Anda harus terukur (measurable) dan dapat dilaksanakan (applicable). Terukur mengandung pengertian bahwa adanya peningkatan dalam tindakan dan hasil harus dapat dilihat dan dibuktikan, sedankan dapat dilaksanakan, artinya tindakan yang ditentukan harus dapat dilaksanakan oleh guru. Sebagaimana dikemukakan oleh Soedarsono (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999), criteria yang dapat dijadikan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut. 1. Apakah tindakan yang diambil dapat dan mungkin dilaksanakan oleh guru? 2. Apakah kemampuan siswa baik dari segi psikologis, sosial, budaya dan etika mendukung? 3. Apakah sarana dan fasilitas yang tersedia cukup mendukung? 4. Apakah iklim belajar di kelas cukup mendukung dilaksanakannya tindakan yang dipilih? 5. Apakah tidak bertentangan dengan kebijakan sekolah? Kembali ke alternative tindakan yang telah Anda rumuskan untuk Masalah 1, kita akan mencoba mengkajinya sebagai contoh. Dalam alternative tersebut terdapat beberapa tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut. 1. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan contoh-contoh kongkret 2. Guru tidak menggunakan istilah yang sulit dipahami. 3. Guru menjelaskan istilah asing secara induktif (mulai dengan contoh-conth, kemudian memperkenalkan istilah baru/ asing tersebut). 4. Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa. 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan masalah yang sedang dibahas. Ini berarti bahwa kegiatan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh guru sebelumnya, dan merupakan usaha guru untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Tindakan tersebut adalah tindakan guru dalam usaha perbaikan dalam proses pembelajaran. Semua tindakan tersebut tampaknya sesuai dengan criteria yang ditetapkan di atas. Oleh karena itu, sangat mungkin dilakukan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran. Apakah Anda setuju dengan hasil kajian ini? Setelah mengkaji dengan cemat semua uraian di atas, kerjakanlah latihan berikut untuk memantapkan pemahaman Anda. Anda dapat bekerja bersama-sama dengan teman-teman Anda. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Ibu Siti, guru kelas IV SD Mekarsari merasa gundah ketika Kepala Sekolah melihat nilai IPA siswa dalam tiga kali ulangan IPA, rata-rata kelasnya hanya mencapai 5,6 dalam skala 10. Kepala Sekolah meminta Bu Siti memperbaiki cara
mengajarnya. Bu Siti mecoba mengingat kembali beberapa episode pembelajaran IPA. Dalam setiap pembelajaran ia selalu menjelaskan materi IPA sesuai dengan buku paket. Pada setiap akhir penjelasan, ia memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, namun tak seorang pun yang pernah bertanya. Meskipun siswa kelihatan bingung, Bu Siti biasanya langsung memberikan pekerjaan rumah yang diambil dari soal-soal yang ada di buku paket. Pekerjaan rumah dikumpulkan dan diberi nilai oleh Bu Siti, kemudian dikembalikan. Anak-anak sebenarnya sangat bosan dengan pelajaran IPA karena banyak yang tidak mereka pahami. Tetapi mereka terpaksa menghafal kalau akan ada ulangan. Pertanyaan: Analisis kasus pembelajaran di atas, kemudian temukan akar penyebab masalah yang dihadapi oleh Bu Siti. a. Berdasarkan hasil analisis pada butir a, rumuskan masalah PTK, jika Bu Siti akan memperbaiki pembelajarannya melalui PTK. b. Kembangkan dua alternative tindakan perbaikan untuk menjawab masalah PTK yang Anda rumuskan pada butir b. beri alasan mengapa Anda menganggap alternative tersebut akan mampu memperbaiki pembelajaran. 2) Baca kembali rumusan masalah yang terdapat dalam uraian (masalah 2: Pak Diki, IPA SD; masalah 3: Pak Muhana, Bahasa Indonesia SMA; dan masalah 4: Bu Siti, Matematika SMP). Kembangkan tindakan perbaikan untuk setiap rumusan masalah. Sebelum dan sesudah mengerjakan latihan, bacalah rambu-rambu berikut ini agar latihan Anda lebih terarah, serta Anda dapat memperkirakan keberhasilan Anda dalam mengerjakan latihan. Petunjuk Jawaban Latihan Untuk menganalisis kasus pembelajaran Ibu Siti, Anda harus jeli membaca informasi yang mugkin menjadi penyebab rendahnya prestasi siswa. Di samping itu, Anda seyogianya menguasai hakikat pelajaran IPA khususnya untuk anak kelas 4 SD. Dari hasil analisis tersebut, kita dapat mengidentifikasi penyebab rendahnya nilai siswa, antara lain sebagai berikut. 1) Penjelasan guru tidak menarik karena tidak menggunakan alat peraga, sehingga 2) Penjelasan guru tidak menarik karena tidak menggunakan alat peraga, sehingga mungkin terlampau abstrak bagi siswa kelas 4. 1) Guru tidak mengajukan pertanyaan ketika ada siswa yang bertanya, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif. 2) Guru mungkin tidakn mengaitkan IPA dengan lingkungan sekitar. 3) PR siswa tidak dibahas di dalam kelas, tetapi hanya diberi nilai, sehingga siswa tidak mendapat balikan yang efektif. a. Rumusan masalah dapat Anda buat sebagai berikut. “Bagaimana cara menggunakan alat peraga, mengaitkan IPA dengan lingkungan sekitar, mengaktifkan siswa, dan memberi balikan, sehingga minat dan pemahaman siswa kelas 4 SD terhadap IPA meningkat.” b. Alternatif Tindakan Perbaikan haruslah dibuat untuk menjawab masalah yang dirumuskan, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Berikut ini dua alternative tindakan yang mungkin Anda buat. 1) Guru menggunakan pendekatan kontekstual dalam mengajar IPA. Alasan: penjelasan mengaitkan pelajaran dengan lingkungan anak, menggunakan alat peraga, mengaktifkan siswa, dan memberi balikan secara langsung. 2) Guru menjelaskan dengan menggunakan alat peraga, meminta siswa mencari contoh dari lingkungan sekitar, dan memberikan balikan dan penguatan. 2) Tuliskan terlebih dahulu rumusan dari setiap masalah, kemudian pikirkan tindakan perbaikan yang paling tepat. Tindakan perbaikan untuk setiap rumusan masalah dapat Anda buat dengan cara bervariasi, namun harus selalu mengacu kepada mungkin tidaknya penyebab masalah dapat dihilangkan dengan cara itu. Berikut ini dapat Anda simak contoh tindakan perbaikan untuk setiap masalah. 1) Pak Diki: “Bagaimana cara mengaktifkan siswa, menggunakan alat peraga, dan memberikan balikan pada pekerjaan siswa, agar mampu meningkatkan perhatian dan hasil belajar siswa kelas III dalam pelajaran IPA?” Tindakan perbaikan: Guru mulai kegiatan inti dengan peragaan IPA yang dilakukan oleh siswa bersama guru, meminta siswa memperhatikan dan mengajak siswa membahas apa yang dilihat, serta memberi penguatan jika ada jawaban atau tindakan siswa yang sesuai dengan harapan guru. a. Pak Muhana: Bagaimana cara menerapkan langkah-langkah menulis agar dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa SMA? Tindakan perbaikan: Guru memberi tugas menulis secara bertahap (misalnya: memilih topik karangan, menulis satu paragaf pendahuluan, dan seterusnya); pada setiap tahap, pekerjaan siswa diberi balikan, kesalahan umum dibahas bersama, kemudian diikuti dengan perbaikan langsung oleh siswa. b. Ibu Siti: Bagaimana cara menggunakan alat peraga, berkomunikasi dengan siswa, memberi balikan, dan menggunakan penguatan untuk memotivasi siswa agar tertarik dengan pelajaran Matematika. Tindakan perbaikan: Guru memulai pelajaran dengan menyapa siswa, tanya jawab sekitar keadaan siswa yang ada hubungannya dengan topik yang akan disajikan, menggunakan alat peraga ketika menjelaskan konsep/ rumus
baru, meminta siswa ikut meragakan, mengadakan siswa tanya jawab, memberi latihan, membahas latihan bersama-sama, serta memberi penguatan verbal dan nonverbal terhadap siswa yang memberi respons yang bermakna. TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Berikut adalah contoh-contoh masalah pembelajaran yang mungkin dihadapi oleh guru, kecuali…. a. Pertanyaan guru sering tidak dijawab oleh siswa b. Perhatian siswa pada pelajaran kurang c. Banyak siswa yang belum membayar SPP d. Hasil ulangan siswa rendah 2) Agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam kelas, guru perlu…. a. Peka terhadap situasi kelas b. Bertanya kepada teman sejawat c. Mencata hal-hal istimewa yang terjadi di kelas d. Bertanya kepada Kepala Sekolah 3) Tujuan utama menganalisis masalah pembelajaran adalah…. a. Mencari hakikat masalah b. Menemukan akar penyebab masalah c. Merinci masalah menjadi bagian-bagian kecil d. Menemukan cara pemecahan masalah 4) Rumusan masalah dalam PTK serupa dengan masalah penelitian. Dari rumusan berikut, yang mana yang paling tepat disebut sebagai rumusan masalah PTK? a. Apakah permainan peran dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas 3 SNIP Wanabhakti? b. Bagaimana cara mengajukan pertanyaan agar mampu membuat siswa aktif dalam pelajaran Matematika di SD kelas V? c. Mengapa siswa SMA Negeri 1 Dukuhsari selalu menjadi juara dalam berbagai perlombaan nasional? d. Bagaimana cara menggunakan alat peraga yang berasal dari lingkungan sekitar sekolah? 5) Tindakan perbaikan dapat dikembangkan dengan menempuh langkah-langkah berikut, kecuali…. a. menelaah berbagai teori yang relevan dengan masalah pembelajaran yang dihadapi b. mengulangi apa yang pernah dilakukan ketika menghadapi masalah yang sama c. berdiskusi dengan para pakar d. mengingat kembali pengalaman yang lalu dalam menghadapi masalah yang sama KEGIATAN BELAJAR 2 Proposal PTK Setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 ini, Anda diharapkan mampu menyusun proposal PTK. Untuk mencapai tujuan tersebut, terlebih dahulu kita akan mengkaji format proposal PTK, serta berlatih menyusun setiap komponen proposal. Sementara itu, sebagai biasa, Anda diwajibkan untuk membaca uraian, mengerjakan dengan disiplin tugas-tugas kecil dan latihan, serta membuat catatan selama pengkajian. Selamat belajar, Anda pasti berhasil. A. HAKIKAT PROPOSAL PTK Anda tentu sudah sering mendengar istilah proposal, bahkan tidak mustahil Anda sudah pernah mempersiapkan suatu proposal. Dalam konteks pendidikan, proposal atau usulan merupakan satu dokumen yang berisi tentang rencana suatu kegiatan pendidikan yang dirancang oleh para pengusulnya. Dokumen tersebut memaparkan secara jelas apa yang akan dikerjakan, mengapa hal tersebut dikerjakan, siapa yang terlibat dalam kegiatan itu, apa yang akan dihasilkan dari kegiatan itu, bagaimana dan kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan, serta yang tidak kalah pentingnya berapa anggaran atau biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Anada pasti dapat menduga mengapa kita perlu mengajukan proposal. Apa jawaban Anda? Ya, mungkin karena perlu biaya, atau ikut satu perlombaan. Dan, tidak mustahil pula karena Anda memerlukan dukungan dalam pelaksanaanya. Dukungan tersebut tidak terbatas pada biaya, tetapi juga mungkin sumber daya, khususnya sumber daya manusia. Terkait dengan proposal PTK, hakikatnya juga tidak jauh berbeda dari proposal dalam bidang penelitian lainnya. Proposal ini diajukan oleh guru atau satu tim (yang terdiri dari dosen LPTK yang berkolaborasi dengan guru) untuk memenuhi satu persyaratan yang dikeluarkan oleh sponsor. Misalnya, jika dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan di wilayah Anda menyelenggarakan perlombaan melakukan PTK bagi para guru SD, SMP, dan SMA, maka jika sebagai guru, Anda ingin mengikuti perlombaan tersebut, Anda harus mempersiapkan sebuah proposal, sesuai dengan format yang diberikan oleh panitia. Pada tingkat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), dalam hal ini Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (Dit.P2TK-KPT), terdapat program tahunan yang menyediakan dana untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Program ini berupa program kempetisi, yang berarti bahwa dana diberikan kepada para dosen LPTK yang proposalnya terpilih. Para dosen LPTK ini wajib berkolaborasi dengan para guru, sehingga dengan demikian terbuka peluang bagi Anda untuk ikut dalam kompetisi ini. B. FORMAT PROPOSAL PTK Seperti yang sudah dipaparkan di atas, setiap sponsor pada dasarnya akan mempunyai format sendiri yang perlu diikuti oleh mereka yang mengajukan proposal. Variasi tersebut pada umumnyaterdapat pada identitas dan hal-hal yang bersifat administratif, namun dari segi substansi pada dasarnya semua Proposal PTK mengacu pada komponen yang sama. Hal-hal yang bersifat
administratif misalnya: surat keterangan, riwayat hidup peneliti, jumlah peneliti, dan semacamnya; sedangkan substansi proposal penelitian pada dasarnya terdiri dari komponen berikut. a. Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah. b. Masalah, Tujuan, dan Manfaat Penelitian. c. Kerangka Teoretis. d. Metodologi Penelitian. Proposal PTK tentu mempunyai cirri khas yang membedakannya dari proposal penelitian biasa. Meskipun demikian, substansi proposal PTK tidak jauh berbeda dari substansi penelitian non PTK, hanya pengemasannya yang berbeda. Cobalah Anda cermati formal proposal PTK berikut, yang sebagian besar diambil dari format yang dikeluarkan oleh Ditjen Dikti pada Tahun 2006 SISTEMATIKA USULAN PTK 1. JUDUL PENELITIAN 2. MATA PELAJARAN DAN BIDANG KAJIAN 3. LATAR BELAKANG MASALAH 4. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH 5. TUJUAN PENELITIAN 6. MANFAAT HASIL PENELITIAN 7. TINJAUAN PUSTAKA 8. PROSEDUR PENELITIAN 9. JADWAL PENELITIAN 10. BIAYA PENELITIAN 11. DAFTAR PUSTAKA 12. LAMPIRAN-LAMPIRAN: a. Instrumen Penelitian b. Curriculum vitae peneliti TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Rencana perbaikan dibuat dalam sebuah format yang disebut Rencana Perbaikan Pembelajarann (RPP). Yang membedakan RPP dari Rencana Pembelajaran (RP) biasa adalah sebagai berikut, kecuali…. a. Cakupan RPP lebih luas dari cakupan RP b. RPP mempunyai tujuan perbaikan, sedangkan RP tidak. c. RPP mencantumkan pertanyaan yang diajukan guru, sedangkan RP belum tentu. d. Dalam RPP langkah pembelajaran lebih rinci daripada RP 2. Di antara contoh berikut, yang mencerminkan skenario pembelajaran untuk tindakan perbaikan adalah…….. a. Menjelaskan melalui ceramah selama 30 menit, meminta siswa bertanya, memberikan tugas untuk dikerjakan dalam kelompok kecil b. Menjelaskan materi, tanya jawab, latihan c. Pendahuluan, kegiatan inti, penutup d. Memberi contoh dari konsep yang akan dijelaskan, meminta siswa mencari contoh lain, membimbing siswa menemukan konsep dari contoh tersebut 3. Simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan dengan menggunakan RPP yang telah disusun, bertujuan untuk…. a. Mecobakan alat peraga yang akan digunakan b. Melihat tingkat keterlaksanaan RPP tersebut c. Mengukur waktu yang diperlukan d. Melihat reaksi siswa dalam perbaikan pembelajaran 4. Jika salah satu tujuan perbaikan yang Anda rancang dalam PTK adalah menggunakan penguatan untuk meningkatkan motivasi siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, maka pengumpulan data paling tepat dilakukan melalui…. a. Wawancara b. Observasi c. Telaah dokumen d. Angket 5. Jika dalam pengumpulan data diperlukan teman sejawat yang akan membantu guru, maka perlu ada kesepakatan antara guru dan teman sejawat dalam hal-hal berikut, kecuali…. a. Instrumen yang digunakan b. Cara mengelolah data c. Jenis data yang perlu dikumpulkan d. Waktu pengumpulan data Daftar Pustaka Bloom, B.S, et.al. (1977). Taxomomy of Educational Objective, Cognitive Domain. New York: Longman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2004). Pedoman Penyusun Usulan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Tahu Anggaran 2005. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. (2005). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Tahun Anggaran 2006. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Elliot, J. (1993). Action Research For Educational Change. Philadelphia: Open University Press. Kemmis, S., Mc.Taggart, R. (1992). The Action Research Planner. Victoria: Deaken University. Mc.Niff, J. (1992). Action Research Principles Anda Practice. Kent: Mackays of Chathan PLC. Pont, A.M. (1997). Practical Action Research for Change. Arlington Heights: SkyLight Professional Development. Sugiyanto, Adji, A.K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Bagian Kedua. Jakarta: Proyek PGSM. Diposkan 5th July 2012 oleh i gede sumardhy 0
Tambahkan komentar
igdsumardhy
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1. JUL
5
SAKRAL DALAM SENI RUPA KONSEP SAKRAL DALAM SENI RUPA MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah seni sakral yang di bina oleh:
Disusun oleh:
I Gede Sumardi DS 0109050
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH JANUARI 2012 KATA PENGANTAR OM SWASTIASTU, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widdhi Wase karena atas asung kerta ware nugrahenyalah penulios dapat menyelesaikan makalah “ konsep sakral dalam seni rupa” sebagai tugas individu mata kuliah “Seni Sakral” . Sebagai penulis, penulis sangat menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Agar makalah ini lebih sempurna dan bermanfaat bagi semua pembaca untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna terciptanya makalah tentang seni sakral yang lebih sempurna dan bermanfaat bagi masyarakat secara umum.
Palu 30 Desember 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
A. B. C. A. B. C. D. A.
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................i KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN Latar belakang................................................................................................................1 Masalah..........................................................................................................................1 Tujuan.............................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN Konsep sakral dalam hindu............................................................................................2 Seni rupa patung.............................................................................................................3 Fungsi patung dewa ruci................................................................................................6 Amanat patung dewa ruci...............................................................................................9 BAB III PENUTUP Kesimpulan...................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni adalah sebuah kehidupan karena telah menyatu dalam jiwa. Seni sakral adalah karya seni yang mengajarkan tentang ajaran tinggi, yang mempunyai suatu kekuatan magis religius dan berkaitan dengan upacara keagamaan. Seni sakral ini dipentaskan hanya pada waktu tertentu, yaitu hari-hari yang ada hubungannya dengan upacara tertentu yang dianggap sakral. Kebudayaan Bali yang mewahanai kesenian Bali telah diyakini oleh masyarakatnya sebagai wujud persembahan. Estetika budaya yang dibingkai oleh religiusitas Hinduisme tetap menarik untuk dinikmati dan dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Agama Hindu dapat menumbuhkan perasaan seni yang sangat mendalam pada masyarakat terutama dalam bidang seni pahat, seni gamelan, seni lukis, seni tari dan seni hias. Kesenian apa pun bentuknya pada dasarnya merupakan hasil ekspresi dan kreativitas seniman. Sebagai sebuah hasil olah rasa, cipta dan karsa seniman, kesenian tidak akan bisa dilepaskan dari ikatan nilai-nilai luhur budaya senimannya. Oleh karna itu perlu adanya sebuah penjelasan tentang seni sakral dalam masyrakat hindhu yang di luar bali agar dapat juga berperan untuk menjaga dan melestarikan seni sakral. B. Masalah 1. Bagaimanakah konmsep sakral dalam seni rupa patung? 2. apakah fungsi patung dewa ruci yang ada di bali bagi masyarakat hindu? C. Tujuan 1. Memahami konsep sakral dalam seni rupa patung. 2. Memahami fungsi patunmg dewa ruci bagi masyarakat hindu.
BAB I I PEMBAHASAN KONSEP SAKRAL DALAM SENI RUPA (PATUNG) A. Konsep Sakral dalam Hindu Seni adalah sebuah kehidupan karena telah menyatu dalam jiwa. Seni sakral adalah karya seni yang mengajarkan tentang ajaran tinggi, yang mempunyai suatu kekuatan magis religius dan berkaitan dengan upacara keagamaan. Seni sakral ini dipentaskan hanya pada waktu tertentu, yaitu hari-hari yang ada hubungannya dengan upacara tertentu yang dianggap sakral. Kebudayaan Bali yang mewahanai kesenian Bali telah diyakini oleh masyarakatnya sebagai wujud persembahan. Estetika budaya yang dibingkai oleh religiusitas Hinduisme tetap menarik untuk dinikmati dan dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Agama Hindu dapat menumbuhkan perasaan seni yang sangat mendalam pada masyarakat terutama dalam bidang seni pahat, seni gamelan, seni lukis, seni tari dan seni hias. Kesenian apa pun bentuknya pada dasarnya merupakan hasil ekspresi dan kreativitas seniman. Sebagai sebuah hasil olah rasa, cipta dan karsa seniman, kesenian tidak akan bisa dilepaskan dari ikatan nilai-nilai luhur budaya senimannya. Kesenian adalah sebuah ekspresi yang memancarkan naluri seseorang dalam menggelutinya, sehingga menimbulkan rasa estetis (lango) baik bagi pencipta, pelaku, maupun penikmatannya karena pada dasarnya seni adalah menghaluskan jiwa. peristiwa multidimensional (kultural, sosial, politik, dan ekonomi) ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai budaya tradisi Bali, terutama nilai-nilai estetika Hindu melalui berbagai sajian kesenian dalam bentuk pawai, lomba, parade, pergelaran dan sebagainya. Banyak seni wali yang dipentaskan seperti Sanghyang Jaran, Sanghyang Dedari, Barong Ket yang hanya ditampilkan depannya saja, sehingga menjadi barong buntut dianggap telah melecehkan kesucian Barong Ket, karena beralih fungsi menjadi seni hiburan. Sejatinya seni sakral sangat terkait dengan ruang, waktu dan proses. Antara sakral dan profan sangat berhimpitan, karena di Bali secara konseptual setiap aktivitas seni atau kesenian seprofan apa pun selalu diawali dengan proses ritual. Akan tetapi kalau ingin masih tetap menempatkan kesakralan sebuah kesenian adalah pada waktu pelaksanaan upacara di sebuah pura misalnya, sehingga warga lain termasuk wisatawan dapat menyaksikannya di pura tersebut asal memenuhi aturan yang berlaku di pura itu. Dalam hal ini panitia PKB harus dapat mengevaluasi mana kesenian yang laik tampil agar tidak joged bungbung erotis pun ditampilkan pada perhelatan akbar itu. Seni wali adalah seni sakral dan hanya dipentaskan pada upacara Dewa Yadnya di pura tertentu, Seni bebali adalah seni sakral dan dipentaskan pada saat upacara adat tertentu, sedangkan seni balih-balihan adalah seni hiburan yang bersifat sekuler. Kesenian bukan hanya seni pertunjukan, tetapi juga seni lukis, pahat, seni hias, di mana perajin sangat haus akan
pameran untuk mempromosikan dan memasarkan hasil karyanya. PKB merupakan salah satu ajang bagi mereka untuk berpromosi maupun bertransaksi dengan para buyer, baik dalam maupun luar negeri. Ternyata kebanyakan kesenian, terutama seni pertunjukan yang ditampilkan sepertinya kurang diperhatikan, karena telah terjadi profanisasi terhadap kesenian sakral. B. Seni Rupa Patung Menurut William Gaunt patung adalah sculpture (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa Latin yaitu Sculpsit, sculptilis yang berarti patung, arca (dalam Sudarso,1976:8).Sedangkan menurut Ensiklopedi Umum (1973:1193), patung adalah seni rupa yang merupakan pernyataan pengalaman artistik lewat bentuk-bentuk tiga dimensional. Walaupun ada pula yang bersifat seni pakai, tapi pada galibnya seni patung adalah tiga dimensional sehingga dengan demikian benar-benar di dalam ruang, maka di dalam patung tidak ada problem perspektif seperti halnya dengan lukis yang kadangkala ingin membuat kesan kedalaman (demensi ketiga) dalam karya-karya yang datar saja. Selanjutnya menurut Jack. C. Rick (1959:3) esensi seni patung adalah seni yang bersifat tiga dimensional yang merupakan organisasi massa, benda atau volume atau masa, kontur, bidang gelap dan terang dan juga tekstur. Seni patung menurut alam Konsep Dewa Ruci dapat disimak dalam perjalanan tokoh Bhima mencari Tirtha Amerta dari sorga sampai ke tengah lautan seperti kutipan berikut:
Dewa Ruci dapat disimak dalam perjalanan tokoh Bhima mencari Tirtha Amerta dari sorga sampai ke tengah lautan seperti kutipan berikut: Dewa Ruci/Nawa Ruci adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud yang tunggal. Konsep. Konsep Dewa Ruci dapat disimak dalam perjalanan tokoh Bhima mencari Tirtha Amerta dari sorga sampai ke tengah lautan seperti kutipan berikut: “....... Lama hukuman itu 12 tahun, setelah itu ke dua Dewa, Indra dan Bayu boleh kembali ke Kahyangan. Peperangan dengan Bhima, hakekatnya pembebasan dari hukuman. Karena itu ketika ke dua Raksasa itu kalah melawan Werkodara ( Bhima) mereka kembali ke asal mula - tidak berupa/ berjasad denawa ( raksasa ). Dan memberi penjelasan bahwa air Pawitra itu di bumi ini tidak ada, adanya ditempat para Dewa (Kedewatan). Dhorna menyuruh, hanya ingin membinasakan atas kehendak Raja Astina. Bhima pulang hendak melapor kepada Sang Guru bahwa air Pawitra tak ada buktinya sambil mengatakan bahwa perintah mencari yang sebenarnya tidak ada, adalah suatu muslihat berencana supaya ia mati. Tapi Sang Guru yang jabatanya di Astina sebagai penasehat Raja tentu bukan penasehat bila tidak mampu melunakkan hati Bhima yang mula-mula akan bertindak keras. Dengan kata-kata dan bujukan diplomasi Bhima reda marahnya dan kembali dengan sikap patuh kepada Guru. Dhorna pura-pura minta maaf atas kekeliruannya mengatakan air Pawitra itu di Gunung Dorangga, maklum katanya, ia sudah tua sudah linglung. Sebenarnya tempat ajaib itu bukan di Gunung melainkan di dasar laut yang bernama (tempatnya) Lawanasagara mudah dicari sebab punya warna lain dari air laut biasa.
Terbujuk oleh kata-kata manis, hati Bhima lunak kembali ia kembali percaya bahwa perkataan Sang Guru itu pasti benar, iapun pamit untuk melaksanakan “perintah“ guru, yang kedua, mencari air Pawitra di dasar segara. Sebelum pergi ia mampir dulu ke Amarta, pamit pada ibunya, Dewi Kunti, dan kepada saudara-saudaranya. Semuanya tidak setuju Bhima pergi lagi, tapi Bhima memaksa, ia berkata malu dan merasa berdosa bila janjinya kepada Sang Guru tak ditepati. Ditengah perjalanan (di laut), sedang ia merasa sangat lelah, karena telah lama berenang dan belum juga sampai ketempat tujuan, tiba-tiba ia dihadang dan diserang oleh seekor ular besar, bernama Nemburnawa, yang pernah kena hukuman Sri Kresna, dan karena menaruh dendam ia berikrar dalam hatinya kapan saja, dimana ada kesempatan akan membalas dendam kepada Kresna atau keluarganya. Dan ketika Bhima tanpa curiga mengatakan berkerabat dengan Kresna, ular naga itu langsung menyerang dan membelit seluruh tubuh Sang Bhima. Untung dalam perkelahian yang hebat ini Bhima mempunyai Kuku Pancanaka, yang ketajaman dan kekuatannya tidak kalah dengan gigitan ular. Bhima unggul dan ularpun mati, tapi Bhima sendiri terkena bisa ular yang telah masuk keseluruh tubuhnya iapun terapung-apung di bawa gelombang dalam keadaan tak sadar pada saat itulah ia ditolong oleh yang mengaku bernama Dewa Ruci, seorang yang dalam segala hal, rupanya-bentuknya sama benar dengan Bhima tapi dalam ukuran kecil seperti anak-anak. (Dewa Ruci ini sebenarnya Sang Pramesti sendiri, yang sengaja turun dari kadewatan ke bumi untuk menolong Bhima, yang dikhianati Kurawa atas petunjuk pendeta Dhorna). Selanjutnya Dewa Ruci menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Air Pawitra tak ada di bumi ini, yang ada hanya ditempat para Dewa. Dhorna sebagai Maharesi pasti tahu hal ini, tapi ia sengaja menyuruh Bhima untuk maksud tertentu, untuk menunjukan betapa setianya kepada Raja Astina. Karenanya,bila Bhima pulang memberi laporan kepada Sang Guru tidak salah bila sekaligus menghajarkan bukan tidak menghormati kedudukannya sebagai Guru dan Maharsi pula tapi untuk menghukum prilakunya yang jahat. Demi kebenaran, siapa saja yang melakukan kejahatan tanpa melihat kedudukannya harus dihukum. Yang mengagumkan Bhima dalam pertemuannya ia tidak merasa berada di dasar laut tapi seperti disuatu tempat yang serba indah pemandangannya. Rumah kecil tapi indah, dibuat dari perak dan emas dihiasi berbagai permata dan sebagainya, pendeknya suatu tempat dari keadaan yang hanya terdapat dalam suatu mimpi yang indah. Sebelum berpisah Bhima berkata, bahwa ia sangat berterima kasih atas pertolongan Dewa Ruci. Ia berjanji akan melaksanakan perhitungan dengan Dhorna demi kebenaran bukan karena benci, Dhorna masih tetap dianggap sebagai Guru yang patut dihormati. Dan karena ia berjanji tidak akan pulang, bila air Pawitra belum diperoleh, sudilah kiranya Dewa Ruci memberikan air ajaib itu sekedar untuk bukti. Bhima menambahkan, bila hal ini tidak dapat terpenuhi, baginya lebih baik mati seperti sebelum ditolong-mayatnya jadi permainan ombak, terombang-ambing dibawa alun. Dewa Ruci memuji kejujuran dan sikap Bhima. Ia tidak keberatan memberikan air Pawitra untuk bukti kepada Pendeta Dhorna. Ia memberikan air itu dalam cupu. Setelah itu Dewa Ruci dan segala yang indah dalam penglihatan Bhima, tiba-tiba menghilang, yang tinggal hanya gulungan ombak yang makin lama makin dahsyat. Sadarlah Bhima, bahwa yang menamakan dirinya Dewa Ruci, tak lain dan tak bukan, melainkan Sang
Pramesti (Dewa Guru) sendiri. Dan sampailah Bhima di daratan atas berkah Sang Dewa Guru ia tidak usah berenang lagi Ia dapat menapak dipermukaan laut tanpa tenggelam dan melangkah secepat angin. Sebelum Bhima lapor kepada Sang Guru ia singgah dulu ke Amarta. Kebetulan disana sedang berkumpul. Malah hadir Sri Kresna dari Dwarawati. Mendengar Bhima akan melapor kepada Sang Guru sambil sekalian, menghajar Kresna metramal apa yang mungkin terjadi di Astina. Setelah Bima pergi, Kresna dan keempat saudara Pandawa, merekapun berangkat menyusul Bhima.Sikap Dhorna memang menyakitkan hati Bhima. Ketika Bhima memberikan bukti air ajaib itu Dhorna berkata bahwa air itu palsu tak mungkin air Pawitra dapat diperoleh, air itu hanya air hujan saja. Baru setelah tiba-tiba muncul Dewa Ruci di tengah-tengah mereka, dan berkata akan jadi saksi tentang kebenaran yang dikatakan Bhima, Rsi Dhorna percaya dan segera bersujud, karena ia tahu siapa yang muncul tiba-tiba, dan menamakan Dewa Ruci itu. Tapi terlambat, ketika Dewa Ruci menghilang lagi dan Bhima setelah meminum sendiri air ajaib itu dan kamudian melaksanakan janji akan menghajar kejahatan Sang Guru, terjadilah apa yang diramalkan Sri Kresna. Perang kecil antara dua kelompok yang membela Bhima dan yang berada di belakang Sang Guru. Karna berhadapan dengan Arjuna (saudara seibu tapi juga musuh bebuyutan) tiap putra Pandawa berhadapan dengan tiap putra Kurawa masing-masing dengan senjata terhunus. Terpaksa Prabu Baladewa, dan Sri Kresna membujuk Prabu Suyudana untuk turun tangan meredakan perkelahian “masal” itu. Akhirnya dapat juga diredakan. tapi Dhorna sudah terlalu payah untuk dapat berdiri. ia dipangku Arjuna, murid tersayang pada masa muda, dibawa masuk kereta diantarkan kerumahnya. Bhima masih sempat minta maaf dan Dhornapun dengan penuh kesadaran mengakui kesalahannya. Maka berdamailah kedua kelompok, pihak Pandawa dan Kurawa. Kembali seperti biasa, meskipun dalam hati masingmasing rasa mangkel masih menjalar. (Untuk diulang kembali dan diteruskan kelak dalam peperangan besar Barata Yuda). Kini mereka berdamai dan pulang kenegeri asal masing-masing . Dewa Ruci atau Nawa Ruci menampakkan wujud di hadapan Bhima yang berupa sinar yang sangat menyilaukan. Sinar tersebut akhirnya menjelma berupa anak kecil (lare bajang) kemudian bayi itu mengaku sebagai Dewa Ruci atau Bhima Suci ataupun Nawa Ruci yang merupakan penjelmaan dari sang Marbudyengrat atau Parama Budug Rat. Parama Budug Rat berarti keadaan atau hal yang tertinggi di dunia atau alam semesta. Sang Mabudyengrat adalah sebagai lambang dari pada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam wujud Sang Hyang Tunggal dan di dalam agama Hindu dikenal sebagai Sang Hyang Acintya (Sastroamidjojo,1967:51) C. Fungsi Patung Dewa Ruci Patung Dewa Ruci sebagai hasil karya seni dan budaya yang bernafaskan agama Hindu ini akan bisa bertahan apabila secara fungsional merupakan bagian dari kehidupan kebudayaan Hindu Bali, memiliki beberapa fungsi yaitu; fungsi sakral, fungsi ritual/upacara,fungsi estetik religius,dan fungsi sekuler. a. Fungsi sakral Ramseyer (1977) menguraikan, seni sakral pada dasarnya adalah satu bagian dari warisan tradisi budaya yang meliputi berbagai jenis kesenian yang dianggap sakral dan atau diyakini
memiliki kekuatan spritual oleh masyarakat pendukungnya. Di lingkungan budaya Bali seni sakral mempunyai fungsi yang amat penting di dalam kehidupan spiritual masyarakat Hindu-Bali (dalam Dibia, 2000:1). Fungsi sakral ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat Bali yang bernafaskan agama Hindu. Sepanjang kedudukan seni budaya masih kuat dalam kehidupan keluarga dan masyarakat Bali, dalam upacara-upacara dari kelahiran sampai mati masih kokoh, maka seni budaya akan selalu hidup dan merakyat. Ini jarang terjadi di negara-negara lain. Bahkan dunia baru mengarah kepada pemberian perhatian yang cukup kepada pemasyarakatan serta pelestarian warisanwarisan budaya dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang mengalami globalisasi (Mantra, op. cit. p.14). b. Fungsi ritual/upacara, Menurut Widia dkk, (1990/1991:18) sesungguhnya sejak zaman prasejarah mulai dari bentuk yang paling sederhana patung difungsikan sebagai simbol roh nenek moyang atau media pemujaan. Oleh karenanya banyak diketemukan peninggalan patung sederhana yang berasal dari masa megalitik pada tempat-tempat suci seperti di Pura. Karena arca-arca dinilai mempunyai kekuatan sakti, religius magis, maka sampai sekarang arca tersebut masih dikeramatkan sesuai dengan kepercayaan masyarakat Bali. Terciptanya arca-arca sederhana yang lain yang didasari oleh konsep kekuatan penolakan magis yang ditempatkan pada tempat tertentu, karena mempunyai sifat melindungi sehingga tercapainya kesuburan dalam meningkatkan panen yang dihasilkan. Arca-arca penjaga (Dwarapala) yang menakutkan berperan untuk menjaga kesucian suatu tempat suci. Konsepkonsep pemikiran yang muncul pada saat itu ialah adanya kekuatan yang melebihi kemampuan manusia itu sendiri sehingga muncul arca-arca sebagai media simbol (Purusa,1982:442-443). Seperti diketahui di Bali, masuknya agama Hindu ke Bali ikut mewarnai dan menyuburkan konsepsi alam pikiran dan kepercayaan masyarakat sebelum masuknya agama Hindu ke Bali. Ini betul-betul mempunyai nilai yang tinggi dan dilatar belakangi oleh konsepsi pemikiran yang sudah cukup maju. Unsur-unsur kepercayaan yang asli inilah yang menjadi landasan yang sangat kuat terhadap masuknya agama Hindu ke Bali (Putra,1985/1986:53). Dengan adanya pandangan kepercayaan yang sama maka wajarlah arca-arca sederhana tersebut tetap dikeramatkan oleh umat Hindu di Bali dan dibuatkan sebuah pelinggih khusus di dalam pura. Pada Waktu upacara piodalan, arca-arca sederhana tersebut dihaturkan atau disuguhkan sesajen seperlunya. Menurut I Wayan Widia dkk (1987:5) pratime = simbol perwujudan yang berupa patung, atau arca perwujudan khusus, dan juga dinamai image, idol, figur, daivata, devata pretima, pratikiti, murti, arca dan pertima. Perwujudan ini bukanlah bentuk sebenarnya dari pada bentuk dewa atau roh leluhur, melainkan hanya merupakan media konsentrasi yang ditujukan kepada Dewa yang sebenarnya. Pretima ini dibuat dari kayu atau logam, dan kalu telah rusak, akan diganti dengan yang baru, sedangkan yang lama dihanyut (dibuang) ke air atau ke laut. Dalam adat dan agama Hindu di Bali pratime ini dipralina yaitu dibakar dan kemudian abunya dihanyut (dibuang) ke laut. Dalam hal ini orang Bali menganggap bahwa yang telah rusak telah leteh (kotor) dan harus dikembalikan kepada asalnya. Suatu simbol diyakini sakral oleh masyarakat Bali apabila diprosesi dengan inisiasi upacara agama yaitu melalui upacara.
mulang dasar, pemakuh, pengurip-urip, mulang pedagingan, pemelaspas, pasupati dan piodalan. Dan apabila tidak melalui proses upacara maka hasil karya seni itu sekalipun dalam bentuk simbol-simbol tertentu tidak akan diyakini kesakralannya. Contoh. Patung dewa-dewa, patung raksasa dan lain-lain yang dipajang di Batubulan, Singapadu, Silakarang dan lain-lain tetap tidak sakral, namun apabila dipindahkan ke pura dan diinisiasi dengan upacara agama secara lengkap dia akan berubah status menjadi sakral. Demikian juga patung Dewa Ruci di jalan alteri simpang siur, Kuta tidak dianggap sakral, sekalipun terdapat simbol-simbol, seperti simbol Acintya yang diidentikan dengan Dewa Ruci/Nawa Ruci, dimana patung ini tidak melalui inisiasi upacara/sakralisasi. c. Fungsi estetik religius Masyarakat agama Hindu umumnya dan Bali khususnya, umat Hindu dalam berkomunikasi dengan Ida Sanghyang Widhi atau Tuhan tidak hanya melalui hubungan spiritual namun juga melalui media-media tertentu. Hal ini merupakan hakikat hidup manusia yang universal yaitu sebagai makhluk yang menggunakan simbol (animal symbolicum) sebagai alat komunikasi. Media-media yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh umat Hindu di Bali khususnya adalah patung atau arca yang secara mitologis selalu dihubungkan dengan manifestasi Tuhan. Ketidakmampuan manusia berhubungan langsung dengan Tuhan melalui batiniah, menimbulkan cara lain untuk mencapai alam Ketuhanan. Cara-cara tersebut adalah dengan membuat upakara atau ritual dari berbagai bahan (banten=Bali) shingga di sana terpusat emosi keagamaan umat manusia melalui simbol benten. Di samping itu adanya seni ritual yang mendukung juga sistem komunikasi manusia dengan Tuhan adalah penciptaan bentuk-bentuk patung perwujudan (arca, pretima, dll) sehingga dalam bentuk-bentuk seperti itu tersirat atau terpadu antara emosi keagamaan, etika, kebenaran, estetika dan filosofis yang menjadi kekuatan sebuah simbol yaitu simbol pengejawantahan dari pemikiran manusia yang merupakan bagian dari kekuatan yang Maha Besar yaitu, Tuhan Yang Maha Esa. Simbol-simbol itu merupakan hasil cipta dan penghayatan manusia terhadap hadirnya kekuatan illahi yang bersemayam dalam estetika batin manusia (umat). Simbol-simbol religi seperti itu dalam masyarakat Hindu Bali sangat disakralkan oleh orang Bali melalui tradisi yang ditanamkan kepada masyarakat dalam berbagai media, baik dalam media seni maupun lainnya. Media seni yang mendapat pengakuan religius/keagamaan disebut dengan seni sakral oleh karena disebut dengan seni sakral maka atribiut yang disandangnyapun terbawa oleh kesakralannya. Sedangkan seni yang tidak mendapatkan pengakuan/pengukuhan religius disebut seni profan/sekuler. Menurut I Wayan Dibia (2000:3-7) bahwa untuk pemahaman terhadap suatu karya seni yang terkait dengan religi (estetis religius) yang juga disebut seni sakral, kita tidak boleh lepas dengan ruang pikir Ke-Hindu-an (Bali). Konsep seni dalam ruang pikir manusia Hindu khususnya Bali sangat terkait dengan sifat kemahakuasaan Tuhan yang meliputi tiga unsur penting, Satyam (kebenaran), Siwam (kebaikan/kesucian), dan Sundaram (keindahan). Cara pandang berdasarkan rumusan ini memperlihatkan bahwa setiap kesenian Bali, khususnya yang berbentuk kesenian ritual, mengandung rasa indah (sundaram), ke-Tuhan-an yang sejati (satyam ), mengandung unsur kesucian (Siwam) sekaligus kebenaran (satyam).
d. Fungsi sekuler Seni patung khususnya di Bali sebagai produk budaya yang di ilhami oleh agama Hindu disamping berfungsi religius juga dapat berfungsi secara sekuler. Dikotomi antara sekuler dan sakral pada hakikatnya merupakan tingkatan penghayatan manusia yang bukan saja antara sesama, namun juga adanya hubungan yang vertikal yakni manusia dengan sang Maha Pencipta. Secara estetik ragawi seni pada prinsipnya dapat memuaskan aspek indria manusia. Dilihat dari sudut mediumnya, maka suatu karya seni mempunyai nilai indrawi (sensuous value) dan nilai bentuk (formal value). Nilai indrawi menyebabkan seseorang pengamat menikmati atau memperoleh kepuasan dari ciri-ciri indrawi yang disajikan oleh suatu karya seni, misalnya warna-warni yang terpancar dari sebuah lukisan (Gie, op. cit. p. 72). Nilai indrawi merupakan sisi sekuler dari fungsi seni dalam pemikiran dikotomi konsep sakral dan sekuler karya seni yang berkembang di Bali. Fungsi sekuler bukan semata-mata hanya penampakan segi luar dari karya seni, namun sangat sulit membedakan antara nilai indrawi dan nilai bentuk. Patung Dewa Ruci sebagai salah satu bentuk seni patung juga dapat dilihat fungsi luarnya atau sekulernya pada beberapa hal; sebagai daya tarik wisatawan, dan sebagai keindahan kota. D. Amanat Patung Dewa Ruci Konsep pemikiran orang Bali yaitu Rwa Bhineda yang artinya dua hal yang selalu berbeda atau bertentangan, membagi dunia ini menjadi dua pharatries yaitu kelaki-lakian (purusa) berlawanan dengan kewanitaan (predana), siang berlawanan dengan malam, dunia atas (uranisch) berlawanan dengan dunia bawah (chotonisch). Konsep ini implikasinya telah menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia Bali (Putra, op. cit. p. 4). Rwa Bhineda adalah konsep dualistis dan dalam hidup selalu ada dua kategori yang berlawanan yaitu baik dan buruk, sakral dan profan, hulu dan hilir dan seterusnya. Pengaruhnya dalam kehidupan adalah dinamis dan menerima kenyataan dan menimbulkan perjuangan untuk menuju yang baik. Rwa Bhineda adalah potensi-potensi dasar yang terdapat dalam konsep-konsep dasar yang membangun dan melandasi struktur kebudayaan Bali (Mantra, op. cit. p. 25). Berdasarkan konsep Rwa Bhineda yang telah disebutkan di atas, maka analisis pemaknaan terhadap tokoh Bima/Dewaruci berdasarkan konsep agama Hindu telah tertuang di dalam pengertian seni sakral. Dalam konsep kesenian Bali yang berdasarkan hasil keputusan Seminar seni sakral dan Profan Bidang Tari, yang diadakan oleh Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibiya) Propinsi Bali pada tanggal 24-25 Maret 1971, telah ditetapkan sebuah klasifikasi seni tari Bali yang dikenal sebagai seni Wali (sacred religious dance), bebali (ceremonial dance) dan balih-balihan (secular dance). Klasifikasi ini disusun berdasarkan fungsi dari tari-tarian Bali didalam aspek kehidupan sosio-religius masyarakat Hindu Bali. Sejalan dengan keputusan ini, seni sakral dalam kebudayaan Bali mencakup seni wali dan bebali (Dibia, op. cit. p. 2-3). Implikasi dari ketiga kategori di atas, maka pemaknaan terhadap setiap kreativitas seni yang lahir dalam masyarakat Bali, harus mempertimbangkan ketiga segi tersebut. Oleh karena kesenian dalam kehidupan masyarakat Bali sangat terkait dengan nilai agama Hindu sebagai kerangka dasarnya. Kesenian di Bali rapat benar hubungannya dengan agama. Selama agama di Bali kukuh wisesa, selama itu pula kesenian di Bali tidak akan dapat luntur-luntur mutunya dari
sejarah kesenian. Keruntuhan agama di Bali berarti juga keruntuhan kesenian di Bali, karena kesenian itu menjadi perlambang durjana agama (Bhakti,1952:73). Tiap-tiap persembahyangan, tiga seni itu harus ada yaitu nyanyian, bunyi-bunyian, dan tari-tarian. Tiga faktor ini terjalin erat hubungannya sehingga merupakan satu jiwa yang indah mesra, yang dapat mendesirkan atau membuaikan perasaan halus para penonton. demikian juga tentang seni pahat (patung/arca dan ukir) dan seni lukis, erat juga hubungannya dengan bangunan-bangunan parahyangan, pura (kuli) dan sanggah-sanggah-pemerajan tempat persembahyangan itu (Sugriwa, op. cit. p. 24). Berdasarkan uraian tersebut, maka tiada alasan pula, bahwa pemaknaan seni juga berdasarkan kaidah agama Hindu sebagai “roh” dari setiap karya seni yang diciptakan oleh para seniman. seniman-seniman Bali yang mampu menciptakan karya seni yang monumental biasanya memiliki genuine creativity dan untuk mampu menghasilkan karya-karya besar atau master pieces, ia biasanya mempunyai pengetahuan yang luas mengenai nilai-nilai estetika, nilainilai tradisi dan teknik mencipta yang matang. dengan profil seperti itu, maka hasil ciptaannya akan dapat menunjang kehidupan masyarakat secara luas. karya seni sebagai refleksi kehidupan masyarakat mengandung keindahan, rasa kemanusiaan, kecintaan dan nilai spiritual yang tinggi. Seni akhirnya mempunyai fungsi untuk memberikan keseimbangan hidup manusia, keselarasan antara lahiriah dan bathiniah (Mantra, op. cit. p. 27). Untuk mencapai keseimbangan hidup antara lahiriah dan bathiniah dalam fenomena kesenian Bali, maka setiap peristiwa seni atau kesenian hendaknya dihayati dan diberi makna yang jauh ke dalam yakni hakikat seni dalam hubungannya dengan manusia, seni dalam hubungannya dengan lingkungan alam dan akhirnya seni dalam hubungannya dengan sang Maha Pencipta. Hakikat ini tertuang di dalam konsep Tri Hita Karana yakni tiga hal yang mampu memberikan keseimbangan dan keselarasan hidup manusia. Konsep itu adalah Parahyangan, Pawongan dan Palemahan yaitu suatu konsep keselarasan, selaras dengan Tuhannya, selaras dengan antarmanusia dan masyarakat dan selaras dengan lingkungan (Mantra, op. cit. p. 26). Oleh karena itu makna seni (Patung Dewa Ruci), hendaknya dikaitkan dengan nilai-nilai agama Hindu baik yang tersirat maupun yang tersurat. Salah satu dari makna yang tersirat adalah makna religius/filosofis sesuai dengan konsep filsafat Hindu. Jika diamati struktur patung Dewaruci yang menjadi satu kesatuan, maka akan terdapat aspek-aspek seperti gelombang samudra, ular atau naga, kemudian tokoh Bima, dan yang tertinggi adalah Dewa Ruci atau Acintya. Jika dianalisis berdasarkan konsep ajaran agama Hindu, maka akan diperoleh pemahaman secara filosofis religius sebagai berikut: Ular atau Naga dalam gelombang samudra adalah merupakan segala ikatan hidup manusia di dunia nyata yang senantiasa mengombang-ambingkan hidup manusia. Hidup manusia sesungguhnya berada di atas samudra, oleh karena itu hidup selalu tergulung oleh deburan ombak yang selalu berirama munculnya, terkadang lembut terkadang ganas, jika pribadi-pribadi manusia tidak mampu mengendalikan gelombang samudra itu, maka tenggelamlah hidup manusia. Di sinilah dibutuhkan pemahaman akan hakikat dharma sebagai pegangan dalam mengarungi lautan luas. Seperti yang disebutkan dalam Kitab Sarasamuccaya, Sargah I, Seloka 14 yaitu: Ikang dharma ngarania, hênuning mara ring swarga ika, kadi gatining perahu, an hênuning banyâga nêntasing tasil Artinya:
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga, sebagai halnya perahu, sesungguhnya adalah merupakan alat orang (dagang) untuk me-ngarungi lautan. Kutipan kitab Sarasamuscaya di atas, memperlihatkan ilustrasi bagaimana seorang saudagar mengarungi lautan luas, dengan sebuah perahu sebagai alat mengarungi lautan. Perahu tiada lain adalah dharma yang menjadi pegangan manusia untuk mengarungi lautan. Jika tidak tegak dharma itu dan tergoda dan tunduk oleh ular atau naga (ikatan duniawi), maka sulit untuk bisa selamat dalam mengarungi kehidupan ini. Kemudian ada tokoh Bhima yang merupakan pribadi (mikrokosmos) atau manusia yang sedang mencari jati dirinya, ingin menemukan “akunya”. Oleh karena itu terlihat Bhima sedang bergulat dengan ular yang melilit kakinya dan Bhima berhasil mencengkram leher naga dengan sangat kuat (terlihat pada ekspresi muka Bhima). Ini berarti Bhima mampu mengendalikan ikatan-ikatan atau rintangan-rintangan yang membelenggu jiwanya dan senantiasa menggoda setiap Bhima akan melangkah untuk mencari jati dirinya. Bentuk-bentuk rintangan itu seperti halangan atas nasihat keluarganya untuk tidak menuruti perintah gurunya (Dhrona), kemudian gelombang samudra dan akhirnya ular atau naga. Dalam kisah pewayangan Bhima Swarga, tersirat ketangguhan tokoh Bhima, hanya Bhimalah yang mampu me-nerbangkan saudara-saudara dan ibunya ke Sorga. Sebagai putra Batara Bayu (prana) atau nafas, maka Bhima merupakan kekuatan Jiwa manusia atau makrokosmos. Bhima merupakan pancaran atau bagian dari sesuatu yang lebih tinggi yakni Ida Sanghyang Widhi. Hadirnya tokoh Dewa Ruci/Acintya dalam patung itu yang mewakili kekuatan “ke-Akuan” yang dimiliki oleh setiap manusia. Maka dari itu sesungguhnya fenomena patung Dewa Ruci adalah sebuah peristiwa dialog antara jiwa manusia (atma) dengan jiwa tertinggi (paramatma), dalam rangka menemukan hakikat yang sejati. Di sinilah manusia selalu terlihat berada pada dua sisi yang berlawanan yakni di satu sisi dia terikat akan hidup (tresna) yang dijalani di dunia maya ini sebagai manusia. Hidup manusia selalu tergoda oleh kekuatan-kekuatan lahiriah yang mampu menyulap mata bathin manusia, sehingga seolah-olah kenikmatan duniawi inilah yang dicari dalam kehidupan manusia. Sedangkan disisi yang lain manusia juga mempertimbangkan kehidupan kelak setelah meninggal, untuk itulah manusia berusaha melakukan dan melaksanakan ajaran agama (dharma) sebagai pendakian ke arah pencerahan hati nuraninya. Hal itu dilakukan untuk menuju pada pencapaian hakikat atau jatidiri manusia yang sejati, hakiki dan abadi. Pada Patung Dewa Ruci inilah secara tersirat adanya usaha manusia untuk senantiasa mengadakan dialog dengan sang Maha Pencipta, dengan melepaskan keterikatan dengan kekuatan-kekuatan material yang membelenggu kehidupan jiwa manusia. Dengan memahami hakikat jati diri itu secara tidak langsung telah memahami makna Patung Dewa Ruci pada tataran filosofis-religius.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Patung Dewa Ruci sebagai sebuah karya seni membentuk sebuah karya yang cukup artistik, karakteristik, eksotik, dan estetik serta filosofis. Sebuah patung atau sebuah karya diciptakan bukan untuk karya itu sendiri (seni bukan hanya untuk seni), namun seni untuk masyarakat. Oleh karena itu secara tidak langsung lahirnya Patung Dewa Ruci akan difungsikan oleh masyarakat Bali berdasarkan kaidah budaya Bali yang mengenal konsep Rwa Bhineda yaitu ada fungsi sakral dan tentu ada fungsi sekuler. Fungsi sakral meliputi fungsi dalam hubungannya dengan ritual agama Hindu ( Bali) dan fungsi estetik religius yang berkaitan dengan kaidah estetika Hindu yaitu satyam, siwam, sundaram. Fungsi ini memerlukan perenungan estetik menurut ketiga kategori tersebut. Sedangkan fungsi sekuler berkaitan dengan bagaimana Patung Dewa Ruci dapat memper-indah kota, menambah daya tarik wisatawan agar semakin menarik hati wisatawan berkunjung ke Bali. Yang paling penting untuk disimak adalah setelah patung tersebut berwujud, atau mempunyai bentuk yang menurut kaidah estetika patung disebut dengan indah, kemudian berfungsi, tentu akan bermuara pada makna. Sesuatu berfungsi karena memiliki makna bagi masyarakat di sekitarnya, sebaliknya sesuatu yang bermakna akan senantiasa memiliki fungsi. Makna Patung Dewa Ruci dapat dilihat berdasarkan pandangan atau konsep yang ter-tuang di dalam ajaran agama Hindu. Pemaknaan tersebut bersifat komprehensif dan utuh sebagai bagian dari sistem kebudayaan Bali yang lebih kompleks. Komplekssitas sistem budaya ini turut memberi warna lain terhadap setiap amanat yang muncul di dalam karya seni seperti pada tokoh Bima/ Dewa Ruci. Kehadiran patung Dewa Ruci/Acintya dengan cukup menarik telah memberikan penikmatan indra manusia yang menyaksikannya, apakah melalui pengamatan atau
penglihatan, perasaan, sentuhan dan sebagainya. Amanat yang berkaitan dengan filsafat Hindu yaitu yang bersifat simbolik, konseptual dan filosofis dapat dilihat melalui ekspresi kekuatan Bhima yang berdialog dengan Dewa Ruci, secara konseptual, simbolik dan filosofis sebagai cerminan dialog antara jiwa dan paramatma (mikrokosmos dan makrokosmos), sebagai jalan pencarian jati diri manusia demi tercapainya tujuan akhir yaitu Moksa DAFTAR PUSTAKA
Bhakti, Nour. 1952. “Tari Bali Pada Garis Besarnya” dalam Majalah Kebudayaan Edisi Indonesia Nomor Bali. Jakarta: Lembaga Kebudayaan Indonesia. Dibia, I Wayan. 2000. “Seni Sakral” Makalah Disampaikan dalam Penataran Dosen Agama Hindu Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Denpasar. Di Hotel Darmawan Jl. Nangka N0.32 Denpasar, 7 Oktober. Koentjaraningrat.1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Bastomi, Suwaji. 1992. Wawasan Seni. Semarang: IKIP Semarang Press. Couteu, Jean. 2003. “Wacana Seni Rupa Bali Modern”, dalam Paradigma dan Pasar Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti. Djelantik , A.A. M. 2004. Estetika. Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Diposkan 5th July 2012 oleh i gede sumardhy Lokasi: Palu, Indonesia Label: KONSEP SAKRAL 0
Tambahkan komentar
2. JUL
5
PTK ( PENELITIAN TINDAKAN KELAS) Modul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Tinjauan Materi Modul Sehubungan dengan kemampuan menilai dan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, maka modul PTK ini menyajikan serangkain yang akan membekali Anda dengan wawasan, sikap dan keterampilan dalam melaksanakan PTK dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran. Untuk itu, Anda peserta PLPG Sertifikasi Guru dalam Jabatan akan diajak untuk mengkaji hakikat PTK serta peran guru sebagai peneliti. Selain itu, Anda akan diajak berlatih
menyusun proposal dan berlatih menyusun persiapan pelaksanaan PTK dengan menggunakan instrument penelitian serta merekam hasilnya. Untuk mendukung pencapaian tersebut, bahan ajar dikemas dalam bentuk bahan ajar modul PLPG. Setelah menyelesaikan materi ini, Anda diharapkan akan menguasai kemampuan berikut, yaitu: 1. menjelaskan hakikat PTK secara komprihensif, 2. menjelaskan langkah-langkah PTK dan mendeskripsikan setiap langkah, 3. menyusun rencana penelitian dan membuat draft proposal PTK, Sesuai dengan kemampuan yang diharapkan, materi modul ini disajikan dalam 3 (Tiga) modul sebagai berikut. Modul 1: Hakekat Penelitian Tindakan Kelas Modul 2: Langkah-langkah Penelitan Tindakan Kelas Modul 3: Merancang Penelitian Tindakan Kelas Selanjutnya, agar Anda dapat mempelajari keseluruhan materi modul dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka Anda diharapkan belajar berdasarkan sistematika berikut: 1. Bacalah dengan cermat Pengantar setiap modul. 2. Apabila Anda sudah memahaminya, lanjutkan membaca materi modul yang bersangkutan. 3. Setelah itu, kerjakan Soal-soal latihan yang terdapat pada akhir uraian materi. Demikian pula, Petunjuk Jawaban Latihan dapat membantu Anda menjawab latihan soal yang diberikan. 4. Setelah latihan soal dapat Anda kerjakan dengan baik, kerjakan tes formatif yang terdapat di bagian belakang modul. 5. Lakukan tahapan (Modul 1 sampai dengan 3) hingga Anda menyelesaikan seluruh rangkaian materi yang disajian dalam modul ini. Selamat belajar! MODUL 1 Hakikat Penelitian Tindakan Kelas PENDAHULUAN Modul 1 ini menyajikan berbagai informasi tentang PTK, yang dikemas dengan nama Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Sesuai dengan makna kata hakikat, kajian dalam Modul 1 ini meliputi pengertian PTK, karakeristik PTK, latar belakang munculnya PTK, posisi PTK dalam penelitian, manfaat, keterbatasan, serta persyaratan PTK. Karena topic kajiannya yang seperti itu, Modul 1 ini harus Anda kuasai dahulu, sebelum melangkah ke Modul berikutnya. Dengan perkataan lain, modul ini merupakan landasan bagi modul berikutnya. Tanpa pemahaman yang mantap akan hakikat PTK, sukar bagui Anda untuk memahami atau menerapkan materi modul selanjutnya. Oleh karena itu, pelajari dengan cermat modul ini, sehingga pengkajian Anda pada modul-modul yang lain akan menjadi lancer. Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan hakikat penelitian tindakan kelas secara komprehensif. Secara lebih rinci, Anda diharapkan dapat menjelaskan: 1. pengertian penelitian tindakan kelas dari berbagai sudut pandang. 2. karakteristik penelitian tindakan kelas, 3. posisi penelitian tindakan kelas, 4. manfaat penelitian tindakan kelas, serta 5. keterbatasan dan persyaratan yang diperlukan penelitian tindakan kelas. 6. Model-model Dengan menguasai tujuan tersebut, Anda akan dapat membedakan penelitian tindakan kelas dengan jenis penelitian lain, sehinga Anda dengan mantap dapat melanjutkan kajian Anda tentang penelitian tindakan kelas. Agar tujuan tersebut dapat Anda kuasai, modul ini diorganisasikan menjadi dua kegiatan belajar sebagai berikut. 1. Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan karakteristik Penelitian Tindakan kelas 2. Kegiatan Belajar 2: Manfaat, Keterbatasan, dan Persyaratan Penelitian Tindakan kelas. 3. Kegiatan Belajar 3: Model-model Penelitian Tindakan Kelas Kegiatan Belajar 1 ditujukan untuk mencapai tujuan nomor 1, 2, dan 3, sedangkan Kegiatan belajar 2 ditujukan untuk mencapai tujuan nomor 4, 5 dan 6 Agar Anda berhasil dalam belajar, ikutilah semua petunjuk dengan cermat. Bacalah uraian berulang-ulang, cari contoh lain yang serupa, kerjakan latihan secara disiplin, dan bacalah bacalah rangkuman sebelum mengerjakan tes formaif. Jika Anda menunjukkan disiplin yang tinggi dalam belajar, Anda pasti berhasil dan secara berangsur-angsur Anda akan menjadi mahasiswa yang mampu mandiri. Selamat belajar! KEGIATAN BELAJAR 1 Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas PENGERTIAN PTK Penelitian tindakan kelas merupakan satu penelitian pula, yang dengan sendirinya mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari : Classroom Action Research, yaitu satu Action Research yang dilakukan di kelas. Agar anda memiliki pengertian yang mantap tentang PTK, mari kita bahas makna PTK dari segi semantik (arti kata). Action Research, sesuai dengan arti katanya, diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Carr & Kemmis (McNiff, 1991:.2) didefinisikan sebagai berikut. Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participants (teacher, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or educational practices, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and institutions) in which the practices are carried out. Jika kita cermati pengertian tersebut secara
seksama, kita akan menemukan sejumlah ide pokok sebagai berikut. 1. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri. 2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yan terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah. 3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan. 4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Bagaiman pendapat Anda tentang pengertian tersebut? Apakah dengan membaca pengertian itu Anda sudah dapat membayangkan sosok PTK? Apakah anda sudah dapat memahami, siapa yang melakukan penelitian itu, dimana dilakukan, bagaimana caranya melakukan, dan apa yang ingin dicapai melalui penelitian. Jika pertanyaan tersebut sudah dapat Anda jawab, berarti Anda sudah memahami pengertian PTK. B. KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS Dari pengertian di atas kita dapat menemukan karakteristik PTK, yang membadakannya dengan jenis penelitian lain. Mari kita kaji bersama cirri-ciri tersebut. 1. Adanya masalah dalam TKP dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkataan lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu di perbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri guru sendiri (an inquiry of practice from within), bukan oleh orang dari luar. Tegasnya, kepedulian guru terhadap kualitas pembelajaran yang dikelolanya merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya. Hal ini berbeda dengan penelitian biasa, yang secara umum adanya masalah ditengarai (ditandai) oleh peneliti yang biasanya berasal dari luar lingkungan yang mempunyai masalah tersebut. Sebagai contoh guru merasa risau karena hasil latihan menunjukkan hanya 40% dari jumlah siswa yang menguasai penggunaan rumus matematika yang sudah dijelaskan berkalikali, sehingga guru ingin meneliti apa sebabnya dan kemudian bagaimana cara memperbaikinya. Atau seorang guru mungkin menghadapi berbagai masalah dalam pembelajaran, seperti pertanyaan guru yang tidak pernah terjawab oleh siswa, pekerjaan rumah yang tidak pernah diselesaikan oleh siswa, atau sekelompok siswa yang selalu berusaha menentang guru. 2. Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti, guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak tindakan tersbut bagi siswa, dan kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. Seperti yang dikatakan oleh Schmuck (1997), kita seperti melihat ke dalam cermin tentang berbagai tindakan yang sudah kita lakukan, dan barangkali harapan kita terhadap tindakan tersebut. Dari hasil renungan tersebut, guru mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukannya, dan kemudian mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan yang sudah dianggap baik. Dengan demikian, data dikumpulkan dari praktik sendiri, bukan darisumber data yang lain. Pengumpul data adalah guru yang terlibat dalam kegiatan praktik, sehingga dalam hal ini furu mempunya fungsi ganda, yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti. Metodologi yang digunakan agak longgar, namun data dikumpulkan secara sistematik, sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian dan rencana yang dibuat. Sebagai contoh, guru yang menghadapi masalah dengan tingkat penguasaan siswa yang rendah dalam menerapkan rumus matematika mencoba melakukan refleksi terhadap apa yang dikerjakannya. Untuk melakukan refleksi, guru berusaha bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan pertanyaan berikut. a. Apakah penjelasan saya terlampau cepat? b. Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai? c. Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa? d. Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai? e. Apakah hasil latihan siswa sudah saya komentari? f. Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa? Dari pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi. Berdasarkan penyebab tersebut, guru akan mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki/meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, tentu saja guru dapat meminta
bantuan koleganya atau dosen LPTK untuk menemukan cara memecahkan masalah yang dihadapi. 3. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Ciriini merupakan cirri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat hasil yang terbaik. C. PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN NON PTK Untuk memperjelas posisi PTK, ada baiknya kita simak perbedaan antara PTK dengan penelitian formal sebagaimana yang disajikan dalam Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998). Perbedaan ini perlu kita simak untuk menghilangkan salah persepsi yang selama ini sering terjadi. Salah persepsi tersebut terutama berkisar pada peran peneliti luar terutama dari LPTK yang berniat melakukan PTK tetapi tergelincir menjadi Pembina guru, yang kemudian bermuara pada praktik yang meminta para guru menerapkan satu cara (metode) mengajar yang diamati oleh para dosen LPTK, sebagaimana yang diungkapkan oleh Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto (1998). Perhatikanlah dengan cermat tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Perbedaan Karakteristik PTK dengan Penelitian Formal No. Dimensi PTK Penelitian Formal 1. Motivasi Tindakan Kebenaran 2. Sumber masalah Diagnosis status Induktif-Deduktif 3. Tujuan Memperbaiki praktik, sekarang dan di sini Verifikasi & menemukan pengetahuan yang dapat digeneralisasikan 4. Peneliti yang terlibat Pelaku dari dalam (guru) Orang luar yang berminat 5. Sampel Kasus khusus Sampel yang representative 6. Metodologi Longgar tetapi berusaha objektif-jujur-tidak memihak (impartiality) Baku dengan objektifitas dan ketidakmemihakan yang terintegrasi (build-in objectivity & impartiality) 7. Penafsiran hasil penelitian Untuk memahami praktik melalui refleksi oleh praktisi yang membangun Mendeskripsikan, mengabstraksi, serta menyimpulkan dan membentuk teori oleh ilmuwan 8. Hasil akhir Siswa belajar lebih baik (proses dan produk) Pengetahuan, prosedur, atau materi yang teruji Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998. Dari Tabel 1.1 di atas, dengan jelas dapat Anda simak perbedaan yang mendasar antara PTK dengan penelitian formal, mulai dari motivasi untuk melakukan penelitian sampai dengan hasil akhir yang diharapkan oleh penelitian itu. D. MENGAPA PTK PERLU DILAKUKAN OLEH GURU? Ketika membaca tentang pengertian dan ciri-ciri PTK, barangkali muncul pertanyaan yang sangat mendasar pada diri Anda. Mengapa guru harus dibebani lagi dengan PTK? Pekerjaan guru sudah cukup banyak, mengapa bukan orang lain saja yang melakukan PTK ini? Bukankah ada para peneliti pendidikan yang hasil penelitiannya dapat dapat dimanfaatkan oleh para guru? Pertanyaan ini tentu biasa-biasa saja, namun, jika Anda membaca alasan berikut, barangkali rasa antipati Anda akan berkurang, dan lama-lama Anda akan merasakan, bahwa seorang guru memang perlu mampu melaksanakan PTK. Mengapa guru harus melakukan PTK, menurut Hopkins (1993) berkaitan dengan isu-isu seputar profesionalisme, praktik di kelas, kontrol sosial terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan. Dari segi profesionalisme, penelitian kelas yang dilakukan oleh guru dipandang sebagai satu unjuk kerja seorang guru yang professional karena studi sistematik yang dilakukan terhadap diri sendiri dianggap sebagai tanda (hallmark) dari pekerjaan dari guru yang profeional. Dari segi praktik kelas, sekali lagi perlu ditekankan, orang yng paling tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di kelas adalah guru. Ia tahu dan paham kondisi setiap siswa yang ada di kelas; oleh karena itu, sebagaimana yang diungkapkan di atas, pengamatan seorang guru terhadap perilaku yang dimunculkan oleh seorang siswa barangkali punya makna yang berbeda dibandingkan dengan pengamatan seorang peneliti. Selanjutnya, interaksi guru-siswa yang menghasilkan pembelajaran yang efektif tidak di dasarkan pada perilaku mengajar yang standar, tetapi pada perilaku mengajar yang unik yang didasarkan pada berbagai situasi dan kondisi, terutama karakteristik siswa. Guru tidak dapat melayani semua siswa dengan cara yang sama karena setiap siswa mempunyai keunikan sendiri-sendiri, dan gurulah yang paling tahu tentang keunikan ini. Dengan perkataan lain, guru dapat memperkirakan/menafsirkan secara lebih tepat respons yang diberikan oleh siswa karena guru paham benar keunikan siswa tersebut. LATIHAN Untukmeperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlaj latihan berikut! 1) Rumuskan pengertian penelitian tindakan kelas dengan kata-kata Anda sendiri, kemudian bandingkan pengertian tersebut dengan pengertian
yang dicantumkan dalam kegiatan belajar ini. Apakah ada perbedaan yang mendasar antara keduanya? Jika ya, apa atinya ini? 2) Coba identifikasi masalah yang sering Anda hadapi dalam mengelola pembelajaran. Diskusikan dengan teman-teman Anda, bagaimana cara yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian lakukanlah analisis apakah cara yang Anda temukan tersebut dapat disebut sebagai penelitian tindakan kelas. Berikan alas an, mengapa kelompok Anda berpendapat seperti itu. 3) Melakukan refleksi berarti memantulkan kembali pengalam yang sudah Anda jalani, sehingga dapat Anda melihat kembali apa yang sudah terjadi. Menurut Anda, apa gunanya seorang guru melakukan refleksi? Pernakah Anda melakukannya? 4) Di antara karakteristik PTK yang telah diuraikan dalam kegiatan belajar ini, yang mana menurut Anda yang paling penting, yang benar-benar membedakan dari penelitian formal? Berikan alas an atas jawaban Anda! Petunjuk Jawaban Latihan 1) Definisi Anda mungkin berbeda, tetapi setiap definisi seyogyanya mengandung 4 butir utama. 2) Masalah hendaknya benar-benar berasal dari pengalaman Anda mengajar di kelas, dan kemudian dinalisis: hakikat masalhnya apa, kira-kira penyebanya apa, dan berdasarkan itu, coba cari solusi yang paling tepat untuk mengatasinya. Solusi inilah yang Anda cocokkan dengan karakteristik PTK. 3) Jawaban ini dapat Anda temukan jika Anda pernah melakkan reflekasi (renungan), baik yang berkaitan dengan tugas-tuas Anda sebagai guru, maupun yang berkaitan dengan kehidupan pribadi Anda. 4) Anda dapat menetapkan setiapkarakteristik sebagai karakteristik utama asal Anda dapat memberikan alas an yang kuat. TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk …......... a. Mengungkapkan kebenaran b. Menjawab masalah guru c. Memperbaiki kinerja guru d. Mengumpulkan informasi 2. Metode utama dalam penelitian tindakan kelas disebut sebagai self-reflective inquiry, artinya metode yang digunakan … a. Bertumpu pada kemampuan guru melakukan refleksi b. Longgar tetapi tetap mengikuti kaidah penelitian c. Hanya observasi/kesan dari guru d. Bervariasi asal sesuai dengan kaidah penelitian 3. Dalam penelitian tindakan kelas, masalah yang diteliti berasal dari … a. Kerisauan guru akan kinerjanya b. Kerisauan pendidik akan mutu pendidikan c. Keinginan untuk membantu guru d. Kepedulian peneliti akan kinerja guru 4. Penelitian tindakan kelas seyogianya dilakukan oleh guru karena alasan-alasan berikut, kecuali … a. PTK memang untuk guru b. Guru paling akrab dengan suasana kelas c. Masalah di kelas mungkin asing bagi para peneliti luar d. Guru bertanggung jawab memperbaiki kinerjanya 5. Seorang dosen LPTK membantu ibu Tini, guru kelas III SD unutuk mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapinya dalam memotivasi para siswa untuk mengerjakan PR yang diberikan. Ibu Tini menceritakan jenis PR yang diberikan, jumlah siswa yang mengumpulkan PR, serta kebiasaannya menyimpan PR tersebut di rumah tanpa mengembalikannya kepada siswa. Dosen LPTK mendengarkan cerita Ibu Tini, dan kemudian mereka berdua merancang cara untuk mengatasinya, dan akhirnya mereka sepakat bahwa Ibu Tini akan mencobakan cara tersebut dan memantau hasilnya. Sejak itu, hamper setiap minggu mereka bertemu kembali untuk mengkaji hasil perbaikan tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh dosen LPTK dan Bu Tini merupakan kegiatan penelitian tindakan kelas, karena … a. Ibu Tini bekerja sama dengan dosen LPTK b. Masalah penelitian muncul dari kerisauan guru c. Terjadi pertemuan setiap minggu d. Dosen LPTK membantu guru kelas III memecahkan masalahnya KEGIATAN BELAJAR 2 Manfaat, Keterbatasan, dan Persyaratan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam Kegiatan Belajar 1 (KB1), Anda telah mempelajari tentang pengertian dan karakteristik PTK, serta alasan mengapa guru paling tepat untuk melakukan PTK. Berdasarkan pemahaman tentang ketiga materi tersebut, kini Anda akan dengan mudah mempelajari materi KB 2 ini yaitu manfaat, keterbatasan, dan persyaratan PTK. Dengan menguasai materi ini, Anda diharapkan termotivasi untuk melakukan PTK di kelas Anda. Oleh karena itu, usahakanlah agar setelah mempelajari KB 2 ini Anda dapat menjelaskan manfaat dan keterbatasan PTK, serta dapat mengidentifikasi berbagai persyaratan atau kondisi untuk berlangsungnya PTK. Bacalah uraian berikut dengan cermat dan kerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan disiplin tinggi. A. MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS Penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah. Mari kita kaji manfaat tersebut satu persatu. 1. Manfaat PTK bagi guru a. PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran. Perbaikan ini akan meimbulkan rasa puas bagi
guru karena ia sudah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya. Disamping itu, hasil PTK yang diperolehnya dapat disebarkan kepada teman sejawat, sehingga mereka barangkali tergerak untuk mencobakan hasil tersebut atau paling tidak mencoba melakukan perbaikan bagi pembelajaran di kelasnya. b. Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara professional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dengan perkataan lain, guru mampu menunjukkan otonominya sebagai pekerja professional. Sebagaimana diketahui, sebagai pekerja professional, guru dituntut untuk mampu mengembangkan diti dari pemula (novice) sampai ke ahli (expert) atau menurut Riel (1998) dari entry ke mentor sampai ke master teacher. Gaung profesionalisme dalam mengajar semakin santer mulai tahun 1992 (Hopkins, 1993). Salah satu tema yang didengungkan dalam profesionalisme mengajar adalah perubahan dari individualisme ke kolaborasi serta dari supervisi ke monitoring, yang membawa dampak adanya perubahan relasi atasan-bawahan menjadi relasi kolegial, dan dari hubungan hierarkikal menjadi hubungan dalam im (Hopkins, 1993). Kemampuan guru dalam melakukan PTK sangat menunjang terjadinya perubahan ini. Coba simak dua ilustrasi berikut ini. c. PTK membuat guru lebih percaya diri. Jika PTK mampu membuat guru berkembang sebagai pekerja profesional, maka sebagai konsekuensinya, PTK juga mampu membuat guru lebih percaya diri. Guru yang mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya sendiri di dalam kelas sehinggga menemukan kekuatan dan kelemahan dan kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahannya jelas-jelas merupakan guru yang percaya diri. Guru yang mampu melakukan PTK, lebih-lebih jika guru tersebut pernah mempublikasikan hasil PTK-nya akan meras punya sesuatu untuk dibanggakan. Ia mampu berperan sebagai guru dan peneliti di kelasnya sendiri. d. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menerima hasil perbaikan yang ditemukan orang lain, namun ia sendiri adalah perancang dan pelaku perbaikan tersebut, yang menghasilkan berbagai teori dalam memperbaiki pembelajaran. Hasil yang ditemukan sendiri akan merupakan dorongan kuat bagi guru untuk terus-menenrus melakukan perbaikan. Inilah yang diistilahkan sebagai theorizing by practitioners, yang membangun sendiri pengetahuan (self-constructed knowledge) berupa personal theory atau theory-in-use (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998). 2. Manfaat PTK bagi Pembelajaran/Siswa Setelah membaca uraian tentang manfaat PTK bagi guru, cobalah Anda pikirkan apakah kemampuan guru dalam melaksanakan PTK juga bermanfaat bagi pembelajaran yang dikelolanya dan juga bagi siswa. Jika kita mengacu kembali kepada karakteristik PTK, kita tentu sepakat bahwa PTK mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pembelajaran karena tujuan PTK adalah memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki belajar siswa (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998). Dengan adanya PTK kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dapat di perbaiki, hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat. Sebaliknya, jika kesalahan dalam proses pembelajaran di biarkan berlarut-larut, maka guru akan tetap mengajar dengan cara yang sama sehingga hasil belajar siswa pun tetap sama, bahkan mungkin menurun. Dengan demikian, ada hubungan timbale balik anatara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. 3. Manfaat PTK bagi Sekolah Sekolah yang para gurunya sudah mampu membuat perubahan/perbaikan mempunyai kesempatan yang besar untuk berkembang pesat. Berbagai perbaikan akan dapat diwujudkan seperti penanggulangna berbagai masalah belajar siswa, perbaikan kesalahan konsep, serta penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dihadapi oleh guru. Di samping itu, pendekatan penelitian tindakan yang dilakukan didalam kelas dapat dilaksanakan dalam pengelolaan kegiatan sekolah secara keseluruhan. Hubungan kolegial yang sehat yang tubuh dari rasa saling membutuhkan akan menumbuhkan iklim kerja sama yang kondusif untuk memajukan sekolah. Dengan terbiasanya para guru melakukan PTK, berbagai strategi/teknik pembelajaran dapat dihasilkan dari sekolah ini untuk disebarluaskan kepada sekolah lain. Dengan demikian, sekolah mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh. Dalam konteks ini, PTK memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut. B. KETERBATASAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Dari berbagai karakteristik PTK yang sudah
Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar 1, barangkali Anda dapat memperkirakan munculnya berbagai isu atau topic yang perlu mendapat perhatian khusus dalam penelitian tindakan kelas. Salah satu dari isu tersebut adalah keterbatasan PTK. Keterbatasan ini dapat kita tandai sejak awal ketika mulai mengkaji karakteristik PTK dan kemudian membandingkannya dengan penelitian formal. Paling tidak ada dua keterbatasan yang perlu kita bahas, yaitu masalah validitas dan generalisasi. 1. Validitas PTK Validitas atau kesasihan PTK sebagai penelitian ilmiah masih sering dipertanyakan. Metodologi yang agak longgar yang lebih bersifat informal meskipun dijaga keobjektifannya masih menimbulkan keraguan. Apakah kaidah-kaidah penelitian ilmiah dapat dijaga selama pengumpulan data? Apakah tidak ada manipulasi yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa karena perintah guru? Tetapi, jika kita mau jujur, guru tentu tidak mungkin melakukan manipulasi karena tidak ada pamrih apa-apa. Guru hanya ingin melakukan sesuatu untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Namun demikian, para peneliti masih sering mempertanyakan kesasihan penelitian yang dilakukan guru sendiri di dalam kelasnya, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Winter (dalam McTaggart, 1991). 2. Generalisasi Sejalan dengan masalah validitas, hasil PTK tidak dapat digeneralisasikan karena memang hasil tersebut hanya terkait dengan siswa dalam kelas tertentu. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa satu teknik efektif untuk meningkatkan motivasi siswa karena sampel penelitian hanya satu kelas, yang merupakan kasus khusus. PTK memang merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri untuk memperbaiki aspek pembelajaran tertentu yang terjadi di kelas tersebut. Meskipun demikian, hasil penelitian tersebut tentu dapat dicobakan oleh guru lain dengan mempertimbangkan berbagai modifikasi sesuai dengan kondisi kelasnya. C. KONDISI YANG DIPERSYARATKAN DALAM PTK Penelitian tindakan kelas merupakan satu cara untuk menumbuhkembangkan pembaruan yang dapat meningkatkan atau memperbaiki hasil belajar siswa. Agar PTK dapat dilangsungkan secara benar, berbagai kondisi harus dipenuhi. Kondisi tersebut antara lain sebagai berkut. 1. Sekolah harus memberikan kebebasan yang memadai bagi guru untuk melakukan PTK, berkolaborasi dengan teman guru lainnya, dapat secara bebas meminta teman untuk menjadi pengamat bagi kelasnya, dan bebas berdiskusi tentang kemajuan kelasnya, di samping dapat menumbuhkan rasa saling mempercayai. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa birokrasi dan formalitas yang ada di sekolah tidak menunjang terjadinya itu semua seperti yang diungkapkan oleh Shumsky dan Holly (dalam McTaggart, 1991) 2. Bagaimana menurut Anda kondisi di Indonesia? Apakah guru mempunyai kebebasan untuk melakukan penelitian di kelasnya sendiri? Sebagai guru yang langsung menghayati kondisi lapangan, Anda tentu dapat menjawab pertanyaan tersebut. 3. Sejalan dengan pemikiran pada butir 1, birokrasi dan hierarki organisasi di sekolah hendaknya diminimalkan. Sebaliknya yang harus ditumbuhkan adalah kolaborasi atau kerja sama yang saling menguntungkan, serta pengambilan keputusan secara bersama. 4. Sekolah semestinya selalu mempertanyakan apa yang diinginkan bagi sekolahnya. Jika keinginan tersebut mmemang merupakan komitmen sekolah, maka PTK sebagai satu bentuk inovasi di sekolah akan dapat tumbuh subur, dan kegiatan PTK mungkin akan menjadi kegiatan rutin bagi guru. 5. PTK mempersyaratkan keterbukaan dari semua staf sekolah untuk membahas masalah yang dihadapi tanpa rasa khawatir akan dicemoohkan. Diskusi dengan teman sejawat tentang masalah yang dihadapi dan kemudian setiap staf menganggap masalah yang dibahas merupakan masalah bersama, merupakan kondisi yang dipersyaratkan untuk berkembangnya PTK disekolah. Apakah kondisi seperti ini ada di sekolah Anda? 6. Sikap kepala sekolah dan staf administrasi harus menunjang terjadinya pembaruan. Sikap negatif yang ditunjukkan meskipun hanya selintas akan akan merusak iklim inovasi yang sedang tumbuh. 7. Guru dan siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahwa mereka sedang melakukan satu pembaruan yang didukung oleh kepala sekolah dan juga orang tua. 8. Guru harus siap menghadapi berbagai konflik karena yang baru biasanya mendapat perhatian lebih daripada yang lama yang sudah diakrabi setiap hari.hal ini perlu untuk menghindari munculnya kecemburuan social. Itulah sejumlah kondisi atau persyaratan yang mengitari PTK. Jika kita kaji secara cermat, ternyata PTK memang menuntut satu kondisi yang kondusif agar semuanya dapat berlangsung dengan baik, dan pembaruan yang muncul dapat dilembagakan. Lebih-lebih di Indonesia yang baru saja menggalakkan PTK, kondisi yang kurang kondusif pasti banyak ditemukan. Namun, sebagai guru, Anda seyogianya berusaha agar kondisi yang dipersyaratkan PTK dapat terwujud. Ini bukan pekerjaan yang mudah karena Anda harus
berhadapan dengan berbagai kendala, baik yang bersifat formal maupun informal. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! A. Cobalah cari informasi apakah di sekolah tempat Anda mengajar ada guru yang melakukan penelitian tindakan kelas. Jika ya, coba kaji dampaknya bagi guru lain, bagi siswa, dan bagi sekolah! B. Coba observasi dan diskusikan dengan teman-teman, apa perbedaan antara guru yang berkembang secara profesional dengan guru-guru yang hampir tidak berkembang kecuali jumlah tahun mengajarnya! C. Coba cari contoh sekolah yang dianggap meju di sekitar Anda! Cari informasi lebih lanjut tentang kemampuan dan kegiatan guru, kegiatan dan hasil belajar siswa, serta sumbangan sekolah tersebut bagi sekolah-sekolah di sekitarnya. Kesimpulan apa yang dapat Anda ambil dari informasi tersebut? D. Ditinjau dari persyaratan/kondisi yang harus dipenuhi dalam PTK, cobalah analisis kondisi di sekolah Anda. Apakah sekolah Anda berpotensi untuk melakukan PTK? Beri alas an! E. Di samping manfaat, PTK juga memounyai keterbatasan. Menurut Anda, apa dampak keterbatasan tersebut bagi hasil PTK? Mengapa Anda berpendapat seperti itu? Agar Anda dapat mengerjakan latihan tersebut dengan arah yang benar, bacalah rambu-rambu berikut. Petunjuk Jawaban Latihan 1) Setelah mendapatkan informasi yang memadai, bandingkan dmapak yang Anda temukan dengan manfaat PTK yang tercantum pada awal Kegiatan Belajar ini. 2) Sebelum berdiskusi, kumpulkan terlebih dahulu hasil observasi Anda terhadap dua kelompok guru tersebut. Sebagai acuan diskusi, baca kembali cirri-ciri guru yang berkembang secara profesional. 3) Anda dapat mencari sekolah yang populer di sekitar Anda, misalnya sebuah sekolah swasta. Berkunjunglah ke sekolah tersebut, dengan terlebih dahulu meminta izin kepada kepala sekolah, kemudian sampaikan niat Anda. Kumpulkan informasi secara akurat; kemudian bandingkan kesimpulan yang Anda peroleh dengan dengan manfaat PTK bagi sekolah. 4) Dasarkan analisis Anda pada persyaratan/kondisi yang harus dipenuhi untuk melaksanakan/melembagakan PTK. Dengan membandingkan kndisi sekolah dengan persyaratan tersebut, Anda dapat menyimpulkan potensi sekolah Anda untuk melakukan PTK. 5) Anda mungkin mempunyai pendapat berbeda. Hal itu wajar saja, asal dapat memberikan alasan yang kuat. Keterbatasan tersebut hendaknya dikaitkan dengan jangkauan lebih luas yang ingin dicapai dengan hasil PTK. Setelah mengerjakan latihan, kini bacalah rangkuman berikut sehingga pemahaman Anda menjadi semakin mantap. KEGIATAN BELAJAR 3 Model-Model Penelitian Tindakan Kelas Model PTK yang sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (a) Model Kurt Lewin, (b) Model Kemmis dan Mc Taggart, (c) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbut. 1. Model Kurt Lewin Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Perencanaan Refleksi SIKLUS Aksi PTK Observasi Berdasarkan langkah-langkah PTK seperti yang digambarkan di atas, selanjutnya dapat digambarkan lagi menjadi beberapa siklus, yang akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa siklus. Perencanaan Perencanaan Perencanaan Refleksi Aksi Refleksi Aksi Refleksi Aksi Observasi Observasi Observasi 2. Model Kemmis dan Mc Taggart Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut: Sumber: Salam, 2007 3. Model John Elliot Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot dapat digambarkan sebagai berikut: Penelitian Tindakan Kelas Model John Elliot Penelitian Tindakan Kelas Model John Elliot 4. Model Dave Ebbutt PTK model Dave Ebbutt secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut: TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Ibu Siti terbiasa menganalisis pekerjaan siswanya untuk menemukan kesulitan yang ditemukan siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Dari hasil analisis tersebut, Ibu Siti juga mencoba menemukan kekuatan dan
kelemahannya dalam mengajar. Jika dia menemukan kelemahan, segera dia mencoba mencari jalan untuk emgnatasi kelamahan tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan Ibu Siti tersebut dapat dikategorikan sebagai langkah awal dalam … a. Perkembangan profesional b. Melakukan PTK c. Memperbaiki pembelajaran d. Menerapkan manfaat PTK 2) Berikut ini adalah manfaat PTK bagi guru, kecuali … a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran b. Memungkinkan guru berkembang secara profesional c. Memungkinkan guru mengembangkan karir d. Menambah rasa percaya diri 3) Ibu Ita, seorang guru IPS berpenampilan sangat energik. Ia sedang melakukan PTK dengan bantuanseorang dosen LPTK. Hampir setiap hari dia sibuk untuk menganalisis hasil pekerjaan siswanya dan mencoba memberi komentar yang dapat mendorong siswa untuk bekerja lebih giat. Para siswa ternyata sangat antusias terhadap usaha Ibu Ita. Karena para siswa merasa pekerjaannya diteliti denga cermat, siswa pun membuat pekerjaannya dengan cermat pula. Siswa merasa bahwa ia selalu harus bekerja cermat sebagaimana Ibu Ita memeriksa pekerjaannya dengan cermat pula. Ilustrasi di atas menggambarkan manfaat PTK, dalam hal … a. Perilaku guru yang melaksanakan PTK menjadi model bagi siswa b. Guru mendorong siswa untuk memperbaiki hasil belajarnya c. Siswa termotivasi oleh cara guru mengajar d. Siswa dapat memperbaiki proses dan hasil belajarnya 4) Guru yang terampil melaksanakan PTK akan merasa lebih percaya diri. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain sebagai berikut, kecuali … a. Munculnya perasaan lebih mampu dibandingkan teman sejawat yang lain b. Berkembangnya kemampuan guru dalam pembelajaran c. Tumbuhnya rasa puas terhadap pembelajaran yang dikelola d. Munculnya perasaan mampu memecahkan masalah sendiri 5) Agar PTK dapat diterapkan secara melembaga diperlukan berbagai kondisi atau persyaratan. Kondisi tersebut antara lain sebagai berikut, kecuali … a. Adanya kebebasan bagi para guru untuk berinovasi b. Birokrasi yang ketat c. Dukungan dari semua personil sekolah d. Ada rasa saling mempercayai antarpersonil sekolah termasuk siswa Daftar Pustaka Anderson, L. W. & Burns, R. B. (1989). Research in the Classroom. Elmsford: Pergamon Press Inc. Hopkins, D. (1993). ATeacher’s guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press. McNiff, J. (1991). Action Research: Principles and Practice. London: Macmillan. McTaggart, R. (1991). Action Research: A Short Modern History. Geelong: Deakin University Press. Mills, G.E. (2000). Action Research: A Guide for the Teacher Researcher. Columbus: Merrill, An Imprint of Prentice Hall. Raka Joni, T., Kardiawarman, & Hadisubroto, T. (1998). Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Bagian pertama: Konsep Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, Ditjen Dikti. MODUL 2 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas PENDAHULUAN Pada modul 2 ini Anda akan mendapat kesempatan untuk mengkaji langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan PTK. Pemahaman akan langkah-langkah PTK ini akan menjadi landasan/acuan utama bagi modul berikutnya. Oleh karena itu, Anda dituntut untuk mampu menjalaskan langkah-langkah PTK serta mendeskripsikan setiap langkah. Secara khusus, setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara-cara mengidentifikasi masalah; 2. Merinci langkah-langkah untuk merencanakan perbaikan; 3. Menjelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan PTK; 4. Mendeskripsikan berbagai kaidah dan teknik untuk mengumpulkan dan menganalisis data; serta 5. Menjelaskan langkah-langkah dalam merencanakan tindak lanjut. Untuk mencapai tujuan di atas, materi dalam modul ini diorganisasikan menjadi dua kegiatan belajar (KB) sebagai berikut. Kegiatan Belajar 1: Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kegiatan Belajar 2: Observasi, Analisis Data, dan Tindak Lanjut. Kegiatan Belajar 1 dirancang untuk mencapai tujuan nomor 1, 2, dan 3, sedangkan Kegiatan Belajar 2 untuk mencapai tujuan 4 dan 5. kedua kegiatan belajar ini sangat berkaitan erat; oleh karena itu, penguasaan Anda pada KB 1 akan sangat membantu Anda untuk menguasai KB 2. Jika penguasaan Anda pada KB 1 belum mantap, Anda akan menjadi ragu-ragu dalam mempelajari KB 2. Selanjutnya, perlu pula Anda catat, bahwa Modul 2 ini masih berkisar pada pemahaman terhadap PTK, belum sampai kepada penerapan atau pelaksanaan. Namun untuk kepentingan pemahaman konsep, ada kalanya Anda diminta mencari contoh-contoh yang langsung berkaitan dengan pelaksanaan, Agar dapat mencapai penguasaan optimal, peran aktif Anda sangat dituntut dalam mempelajari modul ini. Peran aktif tersebut antara lain harus Anda tunjukkan dalam mengaitkan pengalaman sehari-hari sebagai guru dengan langkah-langkah PTK yang diulas dalam modul ini. Dengan cara demikian, minat Anda untuk mempelajari modul ini akan meningkat karena materi yang
Anda pelajari langsung dapat dikaitkan dengan pengalaman Anda. Disamping itu, kedisiplinan dalam mengerjakan semua tugas akan berperan besar dalam keberhasilan. Oleh karena itu, jangan ditunda sampai besok apa yang dapat Anda kerjakan hari ini. Selamat belajar ! KEGIATAN BELAJAR 1 Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kegiatan Belajar 1 ini akan mengajak Anda mengkaji berbagai langkah yang perlu dilakukan dalam penelitian tinadakan kelas, khususnya yang berkaitan dengan rencana dan pelaksanaan. Oleh karena itu, setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pemahaman langkah-langkah ini akan sangat membantu Anda sebagai guru dalam menyusun rencana dan melaksanakan PTK itu sendiri. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktik atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali, barangkali perbaikan yang diinginkan sudah terjadi. Dalam hal ini daur PTK dengan tujuan perbaikan yang direncanakan sudah berakhir, namun biasanya akan muncul kembali masalah atau kerisauan baru dari guru. Masalah ini akan kembali dipecahkan dengan mengikuti daur PTK. Jika guru melakukan hal ini, berarti guru sedang mengembangkan kemampuan profesionalnya secara sistematis. Merencanakan Refleksi Melakukan tindakan Mengamati Gambar 2.1 Tahap-tahap dalam PTK Langkah merencanakan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Tanpa rencana kegiatan yang kita lakukan tidak akan terarah atau sering disebut “ngawur” atau sembarangan. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua merupakan realisasi dari rencana yang kita buat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan yang tidak pernah menjadi kenyataan. Selanjutnya, agar tindakan yang kita lakukan dapat kita ketahui kulitasnya (misalnya apakah sudah sesuai dengan rencana), kita perlu melakukan pengamatan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat menentukan apakah ada hal-hal yang harus diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan yang kita inginkan. Jika pengamatan dapat dilakukan selama proses tindakan berlangsung, maka refleksi, sebagai langkah keempat, kita lakukan setelah tindakan berakhir. Kita akan mencoba melihat/merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dapaknya bagi proses belajar siswa. Yang lebih pula kita akan merenungkan alasan kita melakukan satu tindakan dikaitkan dengan dampaknya. Dengan cara ini kita akan dapat mengenal kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang kita lakukan. Keempat tahap tersebut merupakan satu siklus atau daur, oleh karena itu, setiap tahap akan berulang kembali. Setiap tahap dapat terdiri dari atau didahului oleh beberapa langkah, misalnya langkah merencanakan didahului oleh munculnya masalah yang diidentifikasi oleh guru. Dalam kegiatan belajar ini kita akan mengkaji dua tahap, yaitu merencanakan dan melakuakan tindakan dengan empat langakan utama, yaitu: 1. mengidentifikasi masalah, 2. menganalisis dan merumuskan mesalah, 3. merancang PTK, serta 4. melaksanakan PTK. Keempat langkah ini merupakan langkah yang berurutan; artinya langkah pertama harus dikerjakan lebih dahulu sebelum langkah kedua dilaksanakan; demikian seterusnya. Langkah petama dan kedua merupakan bagian awal dari merencanakan perbaikan, sedangkan langkah yang ketiga merupakan prasyarat untuk langkah yang keempat. Tiga langkah pertama dapat dibandingkan dengan empat langkah dari Mills (2000), yaitu: (1) mengidentifikasi satu bidang yang menjadi perhatian kita, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis dan menginterpretasikan data, serta (4) mengembangkan rencana tindakan. Keempat langkah ini mulai dengan mengidentifikasi sampai dengan merencanakan, sama dengan langkah 1 sampai dengan langkah 3 di atas. Mari kita bahas langkah tersebut satu persatu. Bersiaplah untuk menggali pengalaman Anda sendiri untuk digunakan sebagai contoh. A. MENGIDENTIFIKASI MASALAH Suatu rencana PTK di awali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik PTK yang telah Anda pelajari pada Modul 1, yaitu masalah berasal dari orang yang terlibat praktik, dalam hal ini guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang secara terus menerus membuat kesalahan yang sama, ada siswa yang suka membolos, atau hasil belajar siswa menurun secara drastis. Anda dapat mencari contoh lain dari penglaman anda sendiri. Masalah yang dirasakan guru mungkin mungkin masih
kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut manjadi semakin jelas. Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasikan masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat memulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Dari uraian diatas barangkali dapat Anda cermati bahwa munculnya masalah memang pertama kali dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih kabur, namun guru memang menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, meskiun tidak mustahil semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktik pembelajaran yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya, meskipun ia sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang memerluan perbaikan segera. Dampak dari sikap seperti ini sangat jelas yaitu menurunkan kualitas pembelajaran. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah,seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya. Berbekal kejujuran dan kesadaran tersebut, untuk mengidentifikasikan masalah, guru dapat mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri. 1. apa yang sedang terjadi di kelas saya? 2. masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu? 3. apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya? 4. apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan? 5. apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau mempebaiki situasi yang ada? Untuk menjawab pertanyaan tersebut guru perlu merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang terjadidi dalam kelas. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman/kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri sendiri. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah. Jika masalah sudah teridentifikasi, mungkin muncul pertanyaan, masalah mana yang mungkin dipecahkan melalui PTK? Apakah semua masalah layak dipecahkan melalui PTK? Untuk menjawab pertanyaan ini, rambu-rambu berikut dapat Anda jadikan pegangan. Bidang yang layak dijadikan fokus PTK adalah yang: a. melibatkan kegiatan belajar dan mengajar, b. mungkin ditangani oleh guru, c. sangat menarik minat guru, serta d. ingin diubah/diperbaiki oleh guru. (dalam Mills, 2000) Berdasarkan rambu-rambu tersebut, Anda dapat menetapkan masalah yang akan Anda jadikan fokus PTK. B. MENGANALISIS DAN MERUMUSKAN MASALAH Setelah masalah teridentifikasi, kita perlu melakukan analisis sehingga dapat merumuskan masalah dengan jelas. Tentu saja sebelum menganalisis masalah, kita mengumpulkan data yang terkait dengan masalah tersebut, seperti yang terdapat pada langkah dari Mills (2000). Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasikan masih kabur. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kapada diri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai atau bahkan mungkin bahan pekerjaan yang kita siapkan. Semua ini akan tergantung dari jenis masalah yang diidentifikasikan. Misalnya, jika masalh yang kita identifikasikan adalah rendahnya motifasi belajar siswa, barangkali yang kita analisis adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan harian kita tentang respon siswa dalam pembelajaran, dan yang tak kalah pentingnya melakukan refleksi, sehingga kita dapat mengambarkan yang jelas tentang perilaku mengajar kita. Untuk memperjelas langkah analisis ini coba kaji ilustrasi berikut. Ibu Tuti adalah seorang guru Bahasa Indonesia di sebuah SMU. Setiap mengajar, ia selalu merasa ada sesuatu yang kurang. Perhatian para siswa terhadap Bahasa Indonesia tampaknya tidak menggembirakan. Siswa lebih menganggap Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang diwajibkan dan hanya merupakan tugas rutin untuk mengikutinya. Ibu Tuti merasa para siswa menganggap enteng pelajarannya. Setelah berulang kali merenung, Ibu Tuti menyimpulkan bahwa motivasi para siswa untuk belajar Bahasa Indonesia sangat rendah. Ini terbukti dari seringnya siswa absen dalam pelajarannya dan nilai rata-rata kelas untuk Bahasa Indonesia hanya 5,4. Ibu Tuti menjadi bingung untuk mengatasi masalah ini. Jika Anda menjadi Ibu Tuti, bagaimana cara Anda mengatasi masalah tersebut? Tindakan pertama yang perlu Anda lakukan adalah menganalisis masalahyang telah diidentifikasi oleh Ibu Tuti, yaitu rendahnya motivasi para siswa untuk belajar Bahasa Indonesia. Untuk menganalisis masalah ini, Ibu Tuti perlu melakukan hal-hal berikut. 1. Menganalisis daftar hadir siswa, kemudian
menyimpulkan berapa % rata-rata kehadiran siswa dalm satu bulan. Di samping itu, perlu pula dianalisis, apakah yang absent hanya siswa tertentu ataukah hampir semua pernah absen, dan apa alasannya. 2. Menganalisis daftar nilai siswa, kemudian mengaitkan frekuensi ketidakhadiran siswa dengan nilainya. 3. Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, apakah tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup menantang atau membosankan. 4. Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa. Apakah balikan tersebut membuat siswa untuk memperbaiki pekerjaannya. 5. Melakukan refleksi terhadap perilaku mengajar Ibu Tuti. Seyogianya Ibu Tuti secara jujur merenungkan kembali kebiasaannya di dalam kelas. Apakah dia sering marah-marah, bersikap tidak simpatik, atau sebaliknya. Dari hasil analisis di atas, Ibu Tuti dapat mempertajam maslah yang dihadapi serta menetapkan masalah mana yang paling mendesak untuk dibenahi. Misalnya, dari hasil analisis tersebut Ibu Tuti menemukan bahwa hanya siswa tertentu (sekitar 20 orang dari 35 siswa) yang sering absen, dan memang ternyata siswa yang sering tidak hadir nilanya rendah. Dari analisis tudas, bahan pelajaran, dan balikan, Ibu Tuti menemukan bahwa tugas yang diberikan yang diambil dari buku paket memang membosankan karena hanya menuntut siswa untuk menghapal, tanpa pernah meminta siswa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara bebas dalam bahasa tulis. Balikan yang diberikan oleh Ibu Tuti pada tugas-tugas tersebut, ternyata hanya dua kata yaitu cukup dan kurang. Dari refleksi yang dilakukan, Ibu Tuti merasa bersikap biasa-biasa saja, hanya dia merasa jarang memberikan penguatan. Ia lebih banyak menegur siswa yang kurang berhasil daripada memuji siswa yang berhasil. Dari uraian diatas dapat Anda simak bahwa begitu banyak masalah yang ditemukan Ibu Tuti yang dianggapnya menyebabkan rendahnya motivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia. Di samping masalah yang sudah dianalisis, Ibu Tuti juga memperkirakan bahwa Ebtanas Bahasa Indonesia juga tidak mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Namun, ia kemudian berkesimpulan bahwa ia harus memilih masalah yang dapat diatasi sendiri. Ia kemudian memutuskan bahwa ia akan memfokuskan usahanya pada perbaikan tugas dan bahan ajar yang ia gunakan. Berkaitan dengan hal ini, Ibu Tuti dapat merumuskan masalah sebagai berikut. Sebagaimana yang Anda simak dalam rumusan masalah tersebut, sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin dipecahkan atau dicari jawabannya melalui penelitian, dalam hal ini penelitian tindakan kelas (PTK). Masalah yang dihadapi guru mungkin sangat luas, oleh karena itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang mungkin dapat dia tanggulangi dan yang memang memerlukan prioritas untuk ditangani. Dalam hal ini, Anda perlu mengingat kembali rambu-rambu pemilihan masalah yang dapat dijadikan fokus PTK atau yang dapat dipecahkan melalui PTK. Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional agar rencana perbaikannya dapat lebih terarah. Misalnya, masalah: tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi siswa? 2. Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi? 3. Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik? 4. Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang diberikan? Dengan terumuskan masalah secara operasional, Anda sudah mulai membuat rencana perbaikan atau rencana PTK. Mari kita kaji rencana tersebut lebih lanjut. C. MERENCANAKAN PERBAIKAN Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu membuat rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan, dimana guru menyusun berbagai alternatif tindakan. Selanjutnya, guru perlu mengkaji setiap alternatif, terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan (perbaikan) serta kelayakan pelaksanaannya. Akhirnya, dengan mempertimbangkan hasil kajian, guru memilih alternatif yang paling layak. Dari hasil kajian yang dilakukan, Ibu Tuti membuat beberapa alternative berikut. a. Tugas akan lebih berhasil dan menantang jika diberikan setiap minggu atau dua minggu sekali. b. Bentuk tugas yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk mengerjakannya. c. Tugas akan cukup menantang jika materinya diambil dari lingkungan siswa atau diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa. d. Bahan belajar Bahasa Indonesia akan cukup menarik jika sesuai dengan perkembangan siswa, disajian dengan berbagai variasi, menuntut siswa untuk berpikir, serta menyajikan wacana yang temanya akrab dengan lingkungan siswa. e. Tugas yang diberikan akan menantang jika dikaitkan dengan bahan belajar. D. MELAKSANAKAN PTK Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan sudah cukup layak, kini guru
perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perbaikan. Langkah ini kita sebut sebagai pesiapan pelaksanaan, yang sebenarnya dapat merupakan bagian dari perencanaan, tetapi dapat pula kita tempatkan sebagai bagian awal pelaksanaan. Setelah persiapan ini mantap, barulah kita mulai dengan pelaksanaannya di kelas. Mari kita kaji kedua tahap ini dengan cermat. 1. Menyiapkan Pelaksanaan Ada beberapa langkah yang perlu kita siapkan sebelum merealisasikan rencana tindakan kita. a. Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Scenario mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan. Terkait dengan rencana pembelajaran, guru tentu perlu menyiapkan berbagai bahan seperti tugas dan bahan belajar yang dibuat sesuai dengan hipotesis yang dipilih, alat peraga, atau buku-buku yang relevan. b. Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, misalnya gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau sarana lain yang terkait. c. Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini, guru harus menetapkan apa yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya, dan kemudian bagaimana cara menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus menetapkan indicator keberhasilan. Misalnya, sikap siswa ketika diberi tugas, persentase siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu, kualitas penyelesaian tugas siswa, persentase kehadiran siswa, serta nilai siswa dalam tes formatif. Jika indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat menentukan cara merekam dan menganalisis data. d. Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu mensimulasikan pelaksanakan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat bekerja sama dengan teman sejawat atau berkolaborasi dengan dosen LPTK. Setelah menyimak butir a, b, c, dan d, cobalah Anda rancang cara merekam dan menganalisis data dari proses dan hasil perbaikan yang dirancang oleh Ibu Tuti dalam contoh di atas. Diskusikan hasil rancangan Anda dengan teman sejawat atau dengan tutor. 2. Melaksanakan Tindakan Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan tindakan dalam kelas yang sebenarnya. Agar pelaksanaan ini dapat berlangsung secara terarah, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu oleh Hopkins (1993) disebut sebagai kriteria PTK yang dilakukan oleh guru. Cobalah Anda simak kriteria berikut dengan cermat, dan bandingkan dengan berbagai prinsip yang sudah Anda kuasai. a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu, metodologi penelitian yang sedang dilaksanakan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini berarti, guru tidak boleh megnorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakannya. Dengan perkataan lain, guru harus selalu mengutamakan siswa karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya, bukan sebaliknya mengorbankan siswa. b. Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu guru, sehingga guru sampai kehabisan napas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan observasi dan interpretasi, dan pengumpul data yang paling baik adalah guru. Namun, jika kegiatan ini menyita waktu guru terlampau banyak, konsentrasi guru dalam mengajar akan terganggu. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape recorder atau minta bantuan teman sejawat. c. Metodologi yang diterapkan haruslah reliabel atau handal, sehingga memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yan sesuai dengan situasi kelasnya. Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa PTK berorientasi praktis dan merupakan penelitian skala kecil untuk memperbaiki praktik individu. d. Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru sebagaimana yang sudah pernah diulas di depan. e. Sebagai penelti, guru harus memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait dengan tugas-tugasnya. Misalnya menyampaikan kepada kepala sekolah tentang rencana tindakan yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan melakukan sesuatu di luar kebiasaan rutin. f. Akhirnya, seperti yang sudah pernah disinggung pada Modul 1, PTK harus mendapat dukungan dari seluruh personil sekolah. Artinya, semua personil sekolah harus punya persepsi yang benar tentang PTK, dan apa yang ingin dicapai melalui PTK. Di samping kriteria di atas, perlu Anda perhatikan bahwa dalam pelaksanaan PTK, observasi dan interpretasi terhadap proses dan hasil tindakan berlangsung secara bersamaan. Ini berarti bahwa guru sebagai aktor PTK harus mampu melakukan observasi dan interpretasi secara cepat, sehingga penyesuaian-
penyesuaian dapat dilakukan jika perlu. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Sebagai seorang guru, Anda tentu pernah mempunyai masalah dalam pembelajaran. Cobalah identifikasi masalah yang pernah Anda hadapi, kemudian pilih salah satu masalah untuk dianalisis. Setelah melakukan analisis, rumuskan dan jabarkan masalah tersebut. 2) Diskusikan dengan teman sejawat Anda, bagaimana cara memecahkan masalah yang sudah Anda rumuskan dan jabarkan pada latihan nomor 1. 3) Mengapa kita harus berdiskusi dengan pakar dan membaca teori untuk mencari cara pemecahan masalah? 4) Coba rinci kembali hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melaksanakan tindakan, dan beri alasan mengapa hal tersebut perlu disiapkan. 5) Dari keenam criteria yang dikemukakan oleh Hopkins, yang mana menurut Anda yang paling penting? Beri alas an, mengapa Anda berpendapat seperti itu! Agar latihan dapat Anda kerjakan dengan arah yang benar dan Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda, bacalah rambu-rambu berikut. Petunjuk Jawaban Latihan 1) Masalah yang diidentifikasi hanya yang berkaitan dengan pembelajaran, seperti hasil belajar siswa, respons siswa, bahan belajar, motivasi siswa dalam pelajaran, teknik mengajar, dan teknik evaluasi. Gunakan kriteria: mendesak, dapat diatasi, dan kemampuan guru untuk memilih salah satu masalah. 2) Dalam berdiskusi, gunakan buku/teori yang relevan sebagai rujukan dan kaji pengalaman Anda/pengalaman orang lain dalam mengatasi masalah. 3) Alas an terutama berpangkal pada: kebenaran yang dikandung oleh teori yang sudah diuji secara empiris dan kemanfaatan pengalaman para pakar yang sudah banyak berkecimpung dalam bidang yang sama. 4) Anda dapat membaca kembali tahap menyiapkan pelaksanaan, dan alasan yang mendukung penyiapan hal-hal tersebut harus dikaitkan dengan dampak yang muncul jika hal-hal tersebut tidak di persiapkan telebih dahulu. Misalnya, guru akan menjadi bingung, langkah pelaksanaan tidak terarah, atau perekaman data tidak sesuai dengan tujuan. Anda tentu dapat mencari alasan yang lebih tajam dan meyakinkan. 5) Pilihan dan alasan yang Anda berikan hendaknya didasarkan pada dampak yang terjadi jika criteria tersebut tidak diikuti. Timbanglah semua criteria, kemudian diantara keenam criteria tersebut pilih yang paling parah dampaknya bagi pembelajaran, jka tidak diterapkan. Selamat. Anda sudah mengerjakan latihan dengan sungguh-sungguh. Coba pertukarkan hasil latihan dengan teman sejawat yang mengambil mata kuliah ini, dan perkirakan tingkat keberhasilan Anda. Kini, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda, bacalah rangkuman berikut, sebagai bekal untuk mengerjakan tes formatif. TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Untuk mengidentifikasi masalah, guru perlu melakukan kajian terhadap pembelajaran yang dikelolanya. Kajian tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan berbagai pertanyaan. Pertanyaan yang tepat untuk maksud tersebut adalah sebagai berikut, kecuali … a. Apa yang terjadi di kelas saya b. Berapa orang siswa yang perestasinya selalu rendah c. Dengan siapa saya harus mendiskusikan masalah ini d. Apa dampaknya jika siswa yang berprestasi saya biarkan saja 2) Masalah yang teridentifikasi kadang-kadang terlampau banyak, sehingga guru harus menentukan pilihan. Hal-hali yang harus diperhatikan dalam memilih masalah yang perlu ditangani adalah sebagai berikut, kecuali … a. Tingkat keseriusan masalah b. Kemampuan guru untuk menangani c. Ada tidaknya mitra kolaborasi d. Kompleks tidaknya masalah tersebut 3) Setelah menetapkan dan menjabarkan masalah, guru perlu mengembangkan cara melakukan perbaikan atau mengatasi masalah.untuk mengembangkan cara mengatasi masalah, guru dapat melakukan hal-hal berikut, kecuali … a. Mengkaji teori yang relevan dengan masalah b. Menyusun langkah-langkah pemecahan masalah c. Berdiskusi dengan teman sejawat d. Mengingat kembali pengalaman yang terkait dengan masalah tersebut 4) Ibu Ida, seorang guru SMA sedang asyik berdiskusi dengan teman sejawatnya tetang susahnya menyampaikan materi Biologi yang penuh dengan istilah latin kepada siswa. Dia merasa bahwa siswa sangat sukar menghapal istilah asing tersebut. Ia meminta pendapat teman-temannya, bagaimana cara mengajarkan materi tersebut agar mudah dipahami oleh siswa. Dilihat dari langkahlangkah PTK, Ibu Ida sedang berada dalam tahap … a. Identifikasi masalah b. Analisis masalah c. Merumuskan masalah d. Merencanakan perbaikan 5) Bapak Sutardi mengajar di kelas 2 SMP Tondo Kanan. Ia sedang bermitra dengan seorang guru, teman sejawatnya dalam memperbaiki cara merespons terhadap jawaban siswa dikelas. Ia sudah merancang berbagai jenis penguatan untuk jawaban siswa yang baik serta beberapa respons untuk jawaban siswa yang tidak atau kurang tepat. Ia meminta rekan sejawatnya untuk duduk di kelasnya serta merekam reaksi siswa ketika
guru merespons jawabannya. Jenis reaksi yang perlu direkam serta cara merekamnya sudah disepakati terlebih dahulu. Ditinjau dari criteria pelaksanaan tindakan, criteria mana yang sedang diterapkan oleh Bapak Sutardi? a. Guru harus memperhatikan etika yang terkait dengan tugasnya. b. Metodologi yang diterapkan harus reliabel. c. Pengumpulan data jangan sampai menyita waktu guru terlampau banyak. d. Masalah yang ditangani harus sesuai dengan komitmen guru. KEGIATAN BELAJAR 2 Pengumpulan dan Analisis Data, serta Tindak Lanjut Langkah-langkah yang diuraikan dalam Kegiatan Belajar (KB) ini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh dengan langkahlangkah yang telah Anda kaji dalam KB 1. oleh karena itu, kegiatan pengkajian dalam KB 2 ini akan selalu dikaitkan dengan KB 1. Pengkajian terhadap materi tentang observasi atau pengamatan dan interpretasi, analisis data termasuk refleksi, dan tindak lanjut akan mengarahkan Anda pada pemahaman yang mantap tentang langkah-langkah PTK sebagai satu kesatuan yang utuh. Pemahaman ini akan memandu Anda untuk mampu melaksanakan PTK, yang akan ditugaskan pada modul-modul berikutnya. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menjelaskan dan merinci kadah-kaidah dalam melakukan pengamatan/interpretasi, analisis data, dan refleksi, serta mampu merinci langkah-langkah dalam merencanakan tindak lanjut. Untuk mencapai tujuan tersebut, kajilah materi berikut dengan cermat, serta kerjakan latihan secara disiplin. Sama halnya denganKB 1, dalam kegiatan belajar ini Anda juga dituntut untuk menggali pengalaman praktis Anda, meskipun ruang lingkup kajian ini masih dalam tingkat pemahaman, belum sampai ke penerapan. A. PENGUMPULAN DATA Seperti tersirat dalam langkah-langkah PTK, pengumpulan data dapat dilakukan oleh guru sebagai peneliti selama proses pelaksanaan tindakan. Data dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik, seperti observasi, wawancara, catatan harian, angket, dan sebagainya. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat menentukan dalam PTK. Oleh karena itu, observasi akan kita kaji secara mendalam, sedangkan teknik lainnya aka kita bahas secara singkat. 1. Observasi dan Interpretasi Dalam KB 1 sudah ditetapkan bahwa pelaksanaan tindakan disertai dengan observasi atau pengamatan dan sekaligus interpretasi terhadap data tentang proses dan hasil tindakan, sehingga dapat dikatakan pelaksanaan tindakan dan observasi/interpretasi berlangsung simultan. Artinya, data yang diamati tersebutlangsung diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Misalnya, jika guru memberi pujian kepada siswa, yang direkam bukan hanya jenis pujian yang diberikan, tetapi juga dampaknya bagi siswa yang mendapat pujian. Dampak inidapat diinterpretasikan dari sikap dan partisispasi siswa dalam pembelajaran setelah mendapat pujian. Dengan cara ini, guru sebagai actor utama dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian, sehingga komitmennya sebagai pengajar tidak terganggu oleh metode penelitian yang sedang diterapkan. Misalnya, jika ternyata pujian yang diberikan membuat siswa bersemangat, guru akan meneruskan pujian ini, namun jika pujian yang diberikan membuat siswa menjadi bahan ejekan, guru akan mengubah cara memberi penguatan. Namun, perlu dicatat, tidak semua data memerlukan interpretasi. Ada hasil pengamatan yang hanya merupakan rekaman faktual yang tidak memerlukan interpretasi, sehingga pengamatan cukup hanya merekam apa yang dilihat tanpa perlu memberi makan kepada hasil rekamannya. Selanjutnya, dalam langkah persiapan pelaksanaan disebutkan salah satu hal yang harus dipersiapkan adalah cara perekaman data. Artinya, apa yang harus direkam dan bagaimana merekamnya harus ditentukan secara jelas. Salah satu cara untuk merekam atau mengumpulkan data adalah dengan observasi atau pengamatan. Sesuai dengan hakikat PTK dan mengacu kepada peran guru sebagai actor utama dalam PTK, idealnya observasi tersebut dilakukan oleh guru sendiri. Namun, jika observasi atau perekaman data tersebut terlalu menyita waktu guru dan mengakibatkan konsentrasi guru dalam mengajar terganggu, maka guru dapat menggunakan bantuan alat perekam atau meminta teman sejawat untuk membantu mengumpulkan data melalui observasi. 2. Catatan Harian, Rekaman, Angket, dan Wawancara Di samping data yang dikumpulkan dengan observasi, masih banyak data pembelajaran yang dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik lain, seperti catatan harian guru, catatan harian siswa, rekama dengan tape recorder, angket, wawancara, dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Catatan harian guru atau yang disebut field note, dibuat oleh guru segera setelah pembelajaran selesai. Guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pembelajaran, seperti partisipasi siswa yang dianggap istimewa, reaksi guru yang menimbulkan berbagai respons dari siswa, atau kesalahan yang dibuat
siswa karena guru membuat kekeliruan. Catatan ini akan sangat berharga bagi guru karena merupakan hasil observasi, reaksi, dan refleksi guru terhadap pembelajaran yang dikelolanya. Di samping itu, catatan harian guru dapat merupakan rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Perhatikan contoh catatan harian guru berikut ini. Contoh Catatan Harian Guru Kamis, 27 April 2012 - Bahasa Indonesia - Pertanyaan: Bagaimana pendapatmu tentang cerita yang kamu baca tadi? - Tidak ada yang menjawab pada kesempatan pertama - Setelah diberi tuntunan, ada 3 anak yang menjawab - Anak-anak kurang bersemangat Catatan harian siswa merupakan catatan harian yang dibuat oleh siswa secara bebas tentang pelajaran tertentu. Catatan ini dapat berisi segala pendapat, reaksi, atau bahkan mungkin saran siswa tentang pembelajaran yang dihayatinya. Guru dapat meminta siswa mengumpulkan catatan harian tersebut pada waktu-waktu tertentu, sehingga guru dapat memanfaatkannya delem memperbaiki pembelajaran. Rekaman dengan tape recorder merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data penting yang berkaitan dengan interaksi didalam kelas. Misalnya, untuk mendapatkan data tentang kualitas pertanyaan/respons siswa dalam diskusi, teknik rekaman merupakan teknik yang cukup efektif, meskipun untuk mengubahnya ke dalam transkrip memerlukan waktu yang cukup banyak. Angket atau kuesioner dapat digunakan untuk menjaring pendapat siswa tentang pembelajaran, asal dibuat secara sederhana dan juga memuat pertanyaan yang direspons secara bebas (terbuka) oleh siswa. Berikut ini dapat Anda kaji contoh pertanyaan pada angket. Contoh pertanyaan pada angket untuk siswa 1. Apa yang paling menarik bagimu dalam pelajaran tadi? 2. Selama pelajaran berlangsung, berapa pertanyaan yang telah kamu sampaikan? a. Tidak ada b. 1 pertanyaan c. 2 pertanyaan d. Lebih dari 2 pertanyaan Wawancara dapat dilakukan untuk mengungkap pendapat siswa tentang pembelajaran. Dalam hal ini, wawancara dapat terjadi antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta siswa dan siswa, sedangkan wawancara antara pengamat dan guru terjadi pada tahap pertemuan pendahuluan dan diskusi balikan. Agar wawancara dapat berlangsung efektif, suasana yang kondusif harus diciptakan terlebih dahulu. Terakhir, bukti-bukti berupa dokumen, seperti hasil belajar siswa, yang dapat berupa tugas, hasil latihan, atau ulangan dapat dimanfaatkan sebagai data yang dapat memberi informasi tentang kualitas perbaikan. B. ANALISIS DATA DAN REFLEKSI 1. Analisis Data Salah satu cirri guru yang profesional adalah mampu mengambil keputusan, baik sebelum, selama, maupun setelah pembelajaran berlangsung. Keputusan yang diambil didasarkan pada berbagai pertimbangan yang berasal dari berbagai sumber. Dalam kaitan dengan PTK, sumber pertimbangan tersebut adalah data yang dikumpulkan baik melalui observasi maupun dengan teknik lain. Agar data tersebut bermakna sebagai dasar untuk mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi makna. Analisis data pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi. Jika interpretasi dilakukan pada setiap saat observasi dan pada pertemuan/diskusi balikan, maka analisis data dilakukan setelah satu paket pebaikan selesai diimplementasikan secara keseluruhan. Misalnya, jika perbaikan ini direncanakan untuk enam kali pembelajaran, maka analisis data dilakukan setelah keenam pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap pembelajaran akan terjadi interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan pada akhir paket perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru. Analisis data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan menyeleksi dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna. Pada tahap pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Kemudian data diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan shingga bermakna, baik dalam bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau formula singkat. Untuk memantapkan pemahaman Anda terhadap tahap-tahap analisis data ini, coba simak contoh berikut. Setelah keempat pembelajaran IPS yang direncanakan berakhir, Ibu Tuti mengolah semua data yang terkumpul dari keempat pembelajaran. Pertama, ia kumpulkan data yang berkaitan dengan kualitas respons siswa, baik dari hasil observasi maupun dari transkrip rekaman yang dibuatnya. Setelah itu, ia kumpulkan data yang berkaitan dengan jenis pertanyaan yang
diajukannya. Kedua jenis data ini diolah dan dipasangkan satu dengan yang lain. Data ini kemudian diperkaya dengan catatan harian yang dibuatnya dan hasil diskusi balikan dengan teman sejawat yang mengamatinya. Terakhir, Ibu Tuti mencoba mengelompokkan hasil belajar siswa dalam mencari pemecahan satu masalah secara tertulis. Pada tahap kedua, Ibu Tuti mencoba menampilkan data tersebut dalam bentuk grafik yang menggambarkan hubungan jenis pertanyaan guru dengan kualitas respons siswa. Ia juga membuat tabel distribusi tentang hasil belajar siswa. Tabel dan grafik dilengkapi dengan narasi. Pada tahap ketiga, Ibu Tuti berusaha menarik kesimpulan dari grafik, tabel, dan narasi yang telah dibuatnya pada tahap 2. Ia menemukan bahwa jenis pertanyaan yang terbuka mengundang respons siswa lebih banyak, namun kualitas respons siswa sangat terkait dengan tuntunan yang diberikan. Selanjutnya, ia menyimpulkan hasil belajar siswa terkait dengan kualitas respons yang disampaikan dalam diskusi. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret, coba perhatikan contoh hasil analisis data yang dibuat oleh Bu Tuti berikut ini. Dari contoh tersebut coba pikirkan apakah hasil analisis itu masuk akal dan bagaimana Bu Tuti menetapkan kualitas respons siswa. Contoh Hasil Analisis Data yang Dibuat Ibu Tuti. Jenis Pertanyaan dan Respons Siswa No Jenis Pertanyaan Jumlah Respons siswa Jumlah Kualitas Rendah Sedang Tinggi 1 Tertutup 12 10 6 3 1 2 Terbuka tanpa tuntutan 8 12 6 3 3 3 Terbuka dengan tuntutan 4 10 1 3 6 Jumlah 24 32 13 9 10 Dengan mencermati contoh di atas, Anda pasti dapat memahami bahwa analisis data merupakan tahap yang sangat penting dalam PTK. Tanpa analisis data, guru tidak dapat memperkirakan dampak perbaikan yang dilakukannya. Selanjutnya, analisis data akan membantu guru melakukan refleksi, yaitu mengingat kembali segala perilakunya ketika mengajar dan mencoba merenungkan mengapa ia berperilaku seperti itu dan mengapa siswa merespons sepeeti itu. Mari kita kaji sekarang tahap refleksi. 2. Refleksi Melakukan refleksi tidak ubahnya seperti berdiri di depan cermin untuk melihat kembali bayangan kita atau memantulkan kembali kejadian yang perlu kita kaji. Dengan dibantu oleh hasil analisis data, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian berlangsung dan mengapa seperti itu terjadinya. Ia juga coba merenungkan mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa yang lain gagal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Refleksi dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi. Analisis dilakukan dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Misalnya, dalam paparan data tercantum bahwa terdapat tiga kali interaksi yang sangat seru antar siswa. Guru mencoba mengingat kembali apa yang memicu terjadinya interaksi yang seru tersebut. Dari hasil refleksi guru menemukan bahwa interaksi tersebut berawal dari pertanyaan guru yang menantang siswa untuk berpikir menemukan cara untuk mengantisipasi datangnya bencana alam. Pertanyaan itu ditanggapi oleh seorang siswa, kemudian guru meminta tanggapan dari siswa lain. Akhirnya tanpa diminta, siswa lain menanggapi pendapat temannya. Guru mencoba mensistensiskan kejadian tersebut, dan sampai pada kesimpulan bahwa jenis pertanyaan dan teknik memindahkan giliran dapat meningkatkan partisipasi siswa. Berdasarkan renungan tersebut, guru berencana akan menggunakan teknik memindahkan giliran secara teratur. Namun, guru juga menyadari, interaksi sangat seru tersebut mengundang munculnya iklim yang kurang sehat karena siswa secara bebas menanggapi pendapat temannya, sehingga ada yang sampai menyinggung perasaan. Guru kembali mengingat mengapa hal tersebut sampai terjadi. Dari hasil renungan tersebut, guru menyadari bahwa ia tidak pernahmemberi aturan sebelum diskusi dimulai. Ia juga sadar bahwa ia tidak pernah memberi aturan sebelum diskusi dimulai. Ia juga sadar bahwa ia membiarkan saja para siswa berbicara tanpa kendali, sehingga suasana yang mengarah ke iklim yang tidak sehat tersebut terjadi. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut pada pembelajaran yang akan datang, guru menrencanakan akan menyampaikan aturan diskusi pada awal pelajaran dan mencoba mengendalikandiskusi secara sistematis. C. PERENCANAAN TINDAK LANJUT Sebagaimana sudah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil atau kesimpulan yang didapat pada analisis data dan setelah melakukan refleksi digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Jika ini terjai maka akan erdapat siklus 2
PTK yang langkah-langkahnya tetap sama, yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis data dan refleksi. Siklus ini akan berulang kembali jika pada siklus 2, tindakan perbaikan masih belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, atau dengan perkataan lain perbaikan belum terjadi sesuai dengan yang ditargetkan. Siklus PTK akan berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Perlu dicatat bahwa satu siklus PTK dapat terjadi pada satu atau lebih pertemuan. Lebih-lebih untuk tujuan perbaikan yang membutuhkan waktu cukup lama, seperti meningkatkan kemampuan menulis, maka satu siklus PTK dapat terdiri dari beberapa pertemuan. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! - Langkah-langkah PTK merupakan satu siklus yang berulang sampai tujuan perbaikan terwujud. Coba gamarkan siklus tersebut dengan cara Anda sendiri dan jelaskan kapan siklus tersebut dapat dikatakan berakhir! - Tahap observasi dan interpretasi merupakan satu tahap yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Coba diskusikan dengan teman Anda mengapa kedua tahap tersebut harus dilakukan bersamaan dan mengapa observasi harus disertai dengan interpretasi. - Cobalah amati satu pembelajaran yang dikelola oleh teman Anda untuk melihat peristiwa yang menunjukkan partisipasi aktif siswa. Jenis observasi mana yang Anda terapkan? Jelaskan jawaban Anda! - Agar observasi dapat dimanfaankan secara efektif, berbagai prinsip dan aturan harus diikuti. Pilih tiga aturan yang menurut Anda paling penting dan jelaskan mengapa aturan tersebut harus diikuti! - Mintalah bantuan kepada seorang teman untuk mengamati tindakan perbaikan yang Anda lakukan. Apa saja yang perlu Anda sepakati sebelum observasi dilakukan? Mengapa hal tersebut harus disepakati? Selain observasi, sebutkan teknik lain untuk mengumpulkan data dari kelas (pembelajaran). Beri contoh untuk masing-masing teknik, dan coba kaji kelebihan dan kekurangan dari setiap teknik yang Anda sebutkan! - Analisis data akan membantu guru melakukan refleksi. Beri alas an yang mendukung pendapat tersebut dan sebuah contoh! Apa yang harus dikerjakan guru berdasarkan hasil analisis data dan refleksi? Jelaskan jawaban Anda dengan contoh! Agar latihan yang Anda kerjakan berlangsung dengan arah yang benar dan Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda, bacalah rambu-rambu pegerjaan latihan/rambu-rambu jaaban berikut ini. Petunjuk Jawaban Latihan 1) Anda dapat menggambarkan siklus tersebut dalam sebuah bagan alur atau dalam sebuah lingkaran. Yang penting, berulangnya seluruh tahap dapat tercermin dari gambar tersebut. Siklus PTK berakhir, jika tujuan perbaikan sudah tercapai (bandingkan dengan usaha lain, jika berhasil – berhenti atau disambung dengan mengejar tujuan lain) 2) Fokuskan diskusi Anda pada tugas profesional guru yang harus mampu melakukan berbagai penyesuaian dan pada jenis data/peristiwa yang harus diobservasi. Ada data yang langsung dapat direkam, ada yang harus diberi makna lebih dahulu. 3) Anda dapat menggunakan observasi terfokus dan terstruktur, tergantung dari jenis data yang akan direkam. 4) Anda dapat memilih tiga dari sejumlah prinsip yang ada, baik prinsip dasar maupun prinsip yang berkaitan dengan langkah-langkah observasi, yang menurut Anda paling penting untuk diikuti. Alas an yang Anda berikan harus terkait dengan dampak yang akan terjadi jika prinsip atau aturan yang Anda pilih tersebut tidak diikuti. 5) Untuk mengerjakan latihan ini, sebaiknya Anda benar-benar meminta seorang teman untuk mengamati Anda ketika mengajar. Kaji kembali dengan cermat uraian tentang pertemuan pendahuluan atau perencanaan agar Anda dapat menetapkan apa yang harus disepakati. Alasan dapat Anda temukan ketika observasi sudah selesai dengan membayangkan apa yang akan terjadi jika kesepakatan tersebut tidak dilakukan sebelum pertemuan. 6) Latihan ini sudah pernah diberikan. Jika Anda kerjakan segera setelah mengkaji uraian tentang teknik-teknik tersebut, Anda tidak akan mendapat kesulitan. Untuk menemukan kekuatan dan kelemahannya, gunakan kriteria: waktu yang diperlukan, kesahihan data yang dikumpulkan dengan teknik tersebut, cara pengadministrasian, jenis data yang dapat dikumpulkan, serta tingkat kesulitan dalam menganalisis. 7) Alasan hendaknya mengacu pada manfaat hasil analisis untuk melakukan refleksi. Mengingat kembali peristiwa yang sudah terjadi dapat dipicu oleh hasil analisis. Cari contoh dari pengalaman Anda sendiri. 8) Hasil analisis dan refleksi memandu guru untuk melakukan perencanaan tindak lanjut. Anda dapat menjelaskan rencana ini dengan mempertimbangkan berbagai jenis hasil analisis dan refleksi. Setelah menyelesaikan latihan, agar pemahaman Anda menjadi lebih mantap, bacalah rangkuman berikut ini. TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Tahap observasi – interpretasi
berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Dalam kaitan ini, observasi – interpretasi mutlak diperlukan agar guru dapat … a. Memantau jalannya pembelajaran b. Melakukan berbagai penyesuaian c. Mengetahui kualitas respons siswa d. Memantau pendapat pengamat 2. Prinsip dasar observasi yang berkaitan dengan pemanfaatan hasil observasi adalah prinsip yang berkaitan dengan … a. Fokus observasi b. Perencanaan awal c. Keterampilan mengobservasi d. Balikan (feedback) 3. Ketika melakukan observasi di kelas Ibu Rina, Bapak Sukoco berusaha bersikap bersahabat, baik kepada siswa maupun kepada Ibu Rina. Ia masuk ke kelas dengan mengucapkan salam dan meminta izin kepada siswa untuk duduk di kelas. Ketika terjadi diskusi antarsiswa, Bapak Sukoco tidak segera merekam diskusi tersebut, tetapi menunggu sampai diskusi selesai, kemudian berpikir sejenak untuk menemukan makna peristiwa yang baru saja diamati. Perilaku pengamat seperti itu merupakan penerapan dari prinsip observasi yang berkaitan dengan … a. Perencanaan awal b. Focus observasi c. Membangun criteria d. Keterampilan observasi 4. Analisis data dilakukan dengan menempuh berbagai langkah, yang pada akhirnya bertujuan untuk … a. Menyeleksi dan mengumpulkan data b. Menyeleksi dan menafsirkan data c. Memperoleh informasi tentang proses dan dampak perbaikan d. Mendapatkan informasi tentang perilaku mengajar guru 5. Melihat hasil latihan siswa, Ibu Sutari menjadi kaget karena hanya 10 dari 30 orang siswa yang mengerjakan latihan matematika dengan benar. Ibu Sutari mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi ketika ia menjelaskan penggunaan rumus matematika dalam memecahkan soal. Ia ingat, ia mencontohkan penggunaan rumus dengan mengerjakannya sendiri di papan tulis. Ia kemudian merenung kembali, mengapa ia tidak meminta siswa mengerjakannya ke depan? Ia ingat pula, siswa yang duduk di deretan belakang ada yang bermain ketika ia mencontohkan penggunaan rumus di papan tulis. Dari segi langkah-langkah PTK, langkah mana yang paling dihayati oleh Ibu Sutari? a. Mengumpulkan data b. Menganalisis data c. Melakukan refleksi d. Merencanakan perbaikan Daftar Pustaka Anderson, L. W. & Burns, R. B. (1998). Research in the classroom. Elmsford: Pergamon Press, Inc. Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press. Konsorsium Ilmu Pendidikan. (1993). Profesionalisasi Jabatan Guru: Tawaran dan Tantangannya. Jakarta: Konsorsium Ilmu Pendidikan. Mills, G.E. (2000). Action research: A guide for the Teacher Researcher. Columbus: Merrill, An Imprint of Prentice Hall Raka Joni, T. (ed.). (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Bagian Kedua: Prosedur Pelaksanaan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, Ditjen Dikti. Raka Joni, T., Kardiawarman, & Hadisubroto, T. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Bagian pertama: Konsep Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, Ditjen Dikti. Schmuck, R.A. (1997). Practical Action Research for Change. Arlington Heights: Sky Light Professional Development. Modul 3 Merancang Penelitian Tindakan Kelas PENDAHULUAN Dalam Modul 1 dan 2, Anda telah mempelajarai hakikat/konsep dasar dan langkah-langkah penelitian tindakan kelas (PTK), termasuk perbandingan antara PTK dengan penelitian biasa. Berdasarkan penguasaan Anda terhadap materi tersebut, dalam modul 3 ini Anda akan mengkaji cara-cara dan berlatih merancang penelitian tidakan kelas. Rancangan PTK mencakup perencanaan setiap langkah PTK secara cermat, mulai dari mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data sampai dengan tindakan perbaikan. Kemampuan merancang PTK akan sangat tergantung pada pemahaman Anda tentang konsep dasar dan langkah-langkah PTK yang telah Anda pelajari pada Modul 1 dan 2. Pada akhir Modul 3 ini juga akan disinggung sekilas tentang Proposal PTK, yang akan bermanfaat jika sewaktu-waktu Anda diajak berkolaborasi dalam mengajkan proposal PTK atau Anda ingin mengikuti PTK dan menginginkan biaya untuk kegiatan tersebut. Sejalan dengan uraian di atas, setelah menyelesaikan Modul ini, Anda diharapkan mampu menyusun rencana dan proposal PTK. Secara khusus, Anda diharapkan dapat: 1. menentukan langkah-langkah untuk menemukan masalah; 2. menganalisis masalah yang ditemukan; 3. merumuskan masalah; 4. mengembangkan alternative tindakan; 5. menentukan cara pengumpula data; 6. menyusun rencana perbaikan secara lengkap, serta 7. menyusun proposal PTK. Untuk membantu Anda mencapai tujuan tersebut, modul ini diorganisasikan dalam dua kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1: Langkah-langka Perencanan PTK. Kegiatan Belajar 2: Rencana dan Prioposal PTK. Dari kedua kegiatan belajar tersebut dapat Anda simak bahwa KB 1 ditujukan untuk mencapai tujuan 1, 2, 3 dan 4; sedangkan KB 2 akan mendukung pencapaian tujuan 5, 6, dan 7. Agar berhasil menguasai kemampuan tersebut, Anda
harus aktif mencari contoh-contoh sendiri, berlatih menerapkan setiap langkah sesuai dengan kondisi di kelas tempat Anda mengajar, berdiskusi dengan teman sejawat, serta berkonsultasi dengan tutor. Jika semua itu Anda kerjakan, disamping membaca uraian dengan cermat, Anda pasti berhasil. Selamat belajar! KEGIATAN BELAJAR 1 Langkah-langkah Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas Setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar ini, anda diharapkan dapat: 1. menentukan langkah-langkah menemukan masalah, 2. menganalisis penyebab munculnya masalah, 3. merumuskan masalah, serta 4. mengembangkan alternative tindakan. Semua kemampuan tersebut memerlukan contoh dan latihan yang mantap untuk menguasainya. Oleh karena itu, agar berhasil menguasai kemampuan tersebut, baca dengan cermat uraian dan contoh, serta kerjakan tugastugas kecil, dan latihan yang diberikan. Perlu ditekankan bahwa Anda wajib mempraktikkan setiap langkah dalam kegiatan ini, sehingga pada akhirnya Anda siap menyusun rencana tindakan perbaikan sesuai dengan masalah yang Anda identifikasi dari kelas Anda. Tanpa mempraktikkannya, konsep-konsep Kegiatan Belajar 1 hanya akan menjadi bahan hapalan yang akan terlupakan setelah Anda sselesai mengikuti Kegiatan Belajar 1 ini. Padahal, tujuan utama dari PTK adalah agar Anda mampu melakukan perbaikan pembelajaran melalui penilitian tindakan kelas. A. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENEMUKAN DAN MERUMUSKAN MASALAH Merumuskan masalah merupakan hal yang gampang-gampang susah. Ada orang yanga sangat tanggap terhadap masalah yang dihadapinya, namun tidak sedikit yang tidak sadar bahwa ia sedang menghadapi masalah. Sebagai guru, Anda seyogianya mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap masalah, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran yang menjadi tanggung jawab Anda. Guru yang tidak menyadari masalah yang terjadi di dalam kelasnya tentu harus dibantu agar dia sadar bahwa dia mempunyai masalah. Masalah yang diniarkan berlarut-larut akan sulit mengatasinya karena sudah dianggap bukan masalah. Untuk dapat membuat perencanaan PTK yang baik, Anda harus kembali kepada masalah yang Anda hadapi sehari-hari dalam melaksanakan tindak pembelajaran. Masalah merupakan titik berangkat dalam melaksanakan PTK. Oleh karena itu, dalam merencanakan PTK, langkah awal yang harus Anda tempuh adalah mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran sehari-hari. Anda pasti tidak akan kekurangan mesalah. Apalagi jika Anda mempunyai perhatian yang besar terhadap kemajuan belajar para siswa. Anda akan menemukan banyak sekali masalah sepanjang pengalaman Anda mengajar. Bahkan Anda akan merasa bingung untuk menentukan masalah mana yang akan Anda pilih untuk diatasi melalui PTK. Beberapa contoh masalah yang mungkin Anda hadapi sehari-hari antara lain sebagai berikut. 1. Dalam Interaksi Pembelajaran a. Siswa kurang aktif dalam diskusi kelas b. Bila diberikan pertanyaan, siswa mau mengangkat tangan untuk menjawab. c. Jika ada siswa yang terpaksa menjawab, jawabannya sering mnyimpang. d. Sebagian besar jawaban siswa tidak benar. e. Respon siwa terhadap pendapat siswa lainnya sangat kurang. f. Pemahaman siswa terhadap pelajaran rendah. 2. Berkaitan dengan Prestasi Belajar a. Nilai yang dicapai siswa dalam mata pelajaran Anda kurang memuaskan (di bawah rata-rata). b. Nilai EHB rata-rata kurang dari 50. c. Siswa pintar sering mendapat nilai rendah bila diberikan ujian objektif. d. Sebagian besar siswa selalu salah dalam mengucapkan kata-kata bahasa Inggris. e. Siswa kurang mampu menerapkan rumusa matematika. f. Jika diberikan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir, pertanyaan sering tidak dijawab. 3. Disiplin Belajar a. Beberapa siswa tidak mengerjakan tugas atau PR. b. Siswa tidak memperhatikan pelajaran. c. Selama pelajaran berlangsung, banyak siswa yang mengantuk. d. Siswa banyak yang salaing mencontoh ketika diberikan tugas di kelas. Masalah tersebut hanyalah sebagian saja dari masalah biasa yang Anda hadapi sehari-hari. Tentunya Anda lebih mengetahui masalah Anda sendiri. Oleh karena itu silakan Anda mengidentifikasi masalah tersebut berdasarkan masalah yang Anda rasakan sehari-hari. Kalau Anda perhatikan contoh masalah tersebut di atas, semuanya berawal dari masalah siswa. Pada kenyataannya masalah tersebut dapat saja berawal dari guru, misalnya “ Anda tidak puas dengan diskusi hari ini karena diskusinya kurang hidup”, kemudian “Anda merasa ragu apakah siswa Anda dapat memahami penjelasan Anda, karena Anda tidak menggunakan contoh, gambar-gambar, benda sebenarnya, dan/atau foto sebagai alat bantu ketika Anda menjelaskan”. Begitu banyaknya masalah pembelajaran yang mungkin muncul dalam kelas Anda. Anda tentu harus memilih masalah yang paling tepat untuk diatasi melalui PTK. Bagaimana cara memilih masalah dari sebanyak masalah yang Anda hadapi tersebut? Lakukanlah
langkah-langkah berikut. a) Identifikasi Masalah Untuk mengidentifikasi masalah, Anda harus mengingat kembali Modul 1 dan 2, yaitu tentang masalah dan criteria yang disebut masalah. Dalam hal ini Anda harus benar-benar merasakan adanya masalah dan Anda sadar apabila masalah ini dibiarkan akan mengganggu proses pembelajaran. Masalah yang dipilih haruslah benar-benar masalah pembelajaran dapat diatasi melalui PTK. Identifikasi dapat Anda lakukan dengan mengkaji hasil belajar siswa, mengingat kembali proses pembelajaran, melihat catatan harian yang Anda buat pada akhir pelajaran, atau bahkan bertanya kepada siswa atau kepada teman sejawat. Jika perlu, Anda dapat berkolaborasi atau bekerja sama dengan teman sejawat, baik dari sekolah yang sama maupun dari sekolah yang berbeda, bahkan Anda dapat berkolaborasi dengan dosen dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Cara yang Anda tempuh dapat beraneka ragam, tergantung dari keyakinan Anda pada masalah yang Anda hadapi. Untuk mengidentifikasi masalah, Anda perlu melakukan diagnosis secara umum tentang proses pembelajaran yang Anda kelola. Diagnosis dilakukan secara kontinu, dari proses ke proses. Seperti sudah diuraikan di atas, cara melakukan diagnosis dapat dengan merenungkan kembali dan menganalisis pengalaman Anda dalam melakukan proses pembelajaran. Anda dapat berdiskusi dengan teman sejawat atau dosen dari LPTK, jika memang diperlukan. Gunakan criteria yang ada pada Modul 1 dan 2 untuk membantu Anda dalam menemukan masalah. Jika masalah sudah Anda temukan, gunakan criteria berikut untuk menguji apakah masalah yang Anda temukan layak untuk diatasi melalui PTK (Abimanyu, Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999). a) Jangan memilih masalah yang tidak Anda kuasai. b) Ambillah topik yang skalanya kecil dan relative terbatas. c) Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi Anda dan siswa Anda. d) Usahakan dapat dikerjakan dengan cara kolaboratif. e) Kaitkan masalah PTK dengan prioritas rencana pengembangan sekolah. Berdasarkan criteria tersebut, Anda pasti sudah menemukan masalah yang memenuhi persyaratan untuk ditangani melalui PTK. Umpamanya saja Anda telah menemukan masalah sebagai berikut. Contoh 3.1 Anda merasa bingung karena nilai ulangan siswa Anda pada pelajaran IPS (pada mata pelajaran yang Anda ajarkan) selalu rendah, rata-rata kurang dari 40. Ini hampir terjadi setiap kali ulangan. Apabila Anda mengajukan pertanyaan, siswa tampak ragu-ragu dan bingung, dan kalau menjawab tidak sesuai dengan keinginan Anda. Contoh 3.2 Ketika Pak Diki menjelaskan sifat-sifat benda dalam pelajaran IPA di kelas III SD, siswa banyak yang mengantuk dan tidak ada perhatian pada penjelasan guru. Kemudian, ketika guru bertanya apakah siswa sudah mengerti, tidak seorang pun siswa yang menjawab. Keadaan seperti ini telah terjadi berulang kali, hampir pada setiap pelajaran IPA. Akibatnya, pada setiap ulangan, skor yang diperoleh siswa selalu rendah. Contoh 3.3 Pak Muhana, Guru Bahasa Indonesia di SMA II, menjadi bingung karena hampir 70% (27 orang dari 40 siswa) tidak mampu menggunakan bahasa Indonesia tulis dalam mengungkapkan pikirannya. Selama setengah semester, karangan para siswa banyak yang tidak dapat dipahami karena struktur kalimat dan pilihan kata yang kurang tepat, disamping penguasaan ejaan yang masih parah. Contoh 3.4 Ibu Siti, guru Matematika di SMP 28, sudah lama merasa menghadapi masalah karena siswa tidak tertarik pada pelajarannya dan menganggap pelajaran matematika paling sukar. Setiap masuk kelas, banyak siswa di kelas tersebut yang tidak hadir dengan alasan yang tidak masuk akal. Cermatilah contoh-contoh di atas karena akan kita jadikan titik tolak dalam pembahasan selanjutnya. Untuk memperkaya contoh tersebut, coba Anda tuliskan masalah atau kerisauan yang Anda hadapi dalam mengelola pembelajaran. 2. Menganalisis Masalah Masalah yang kita hadapi dalam pembelajaran tentu harus segera kita atasi agar tidak berlarut-larut. Namun, sebelum kita memikirkan cara mengatasinya, kita terlebih dahulu harus tahu apa yang menjadi penyebab munculnya masalah tersebut. Tanpa menemukan akar penyebab yang benar, kita tidak mungkin dapat mengatasinya secara tepat. Contoh masalah di atas dapat dijadikan titik tolak untuk melakukan analisis. Analisis ini penting untuk memperoleh jawaban apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut, serta apakah masalah tersebut benar-benar memerlukan PTK untuk mengatasinya. Selain itu, apakah masalah ini sangat mendasar dan menimbulkan masalah lainnya apabila tidak segera di atasi. Untuk melakukan analisis, ada berbagai cara yang Anda dapat lakukan. Pertama, merenungkan kembali masalah tersebut, dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus Anda jawab sendiri. Renungan dengan tujuan untuk melihat kepada diri kita sendiri disebut instrospeksi. Delam melakukan instrospeksi, ajukan pertanyaan seperti berikut pada
diri Anda sendiri. a) Apakah dalam menjelaskan materi, saya menggunakan bahasa yang cukup jelas? b) Apakah saya menggunakan istilah-istilah yang sulit dimengerti siswa? c) Apakah dalam menjelaskan, saya menggunakan contoh yang cukup? d) Apakah saat menjelaskan, saya menggunakan alat bantu? e) Apakah saya memberitahukan waktu ulangan kepada siswa? f) Apakah siswa mendapat kesempatan untuk bertanya? g) Apaka ada siswa yang meminta penjelasan ulangan? h) Apakah saya memberikan latihan penerapan konsep setelah penjelasan selesai? i) Apakah saya selalu memeriksa pekerjaan/latihan siswa dan memberi balikan/ masukan untuk perbaikan? Itulah beberapa pertanyaan yang harus Anda jawab sendiri, dengan merefleksi, merenungkan kembali proses pembelajaran yang Anda lakukan. Anda dapat menambahkan pertanyaan tersebut sesuai masalah yang penyebabnya ingin Anda gali. Kedua, Anda juga dapat bertanya pada siswa Anda, apa yang terjadi sehingga nilai ulangan/ ujian mereka selalu rendah, atau menyapa mereka tidak tertarik kepada pelajaran tersebut? Anda dapat bertanya langsung kepada siswa, baik dengan wawancara maupun dengan menggunakan kuosioner. Wawancara mungkin akan lebih efisien dan efektif jika dibandingkan dengan kuesioner, karena kuesioner memerlukan persiapan yang lama, serta perlu dilakukan pengolahan data yang juga memerlukan waktu yang cukup panjang. Sedangkan dengan wawancara Anda dapat langsung bertanya kepada siswa Anda. Beberapa contoh pertanyaan yang dapat Anda ajukan adalah sepeti berikut. a) Mengapa nilai ulanganmu kurang bagus? b) Apakah kamu mengerti apa yang dijelaskan oleh guru? c) Apa yang sukar ditangkap dari penjelasan guru? d) Apakah cara guru menjelaskan kurang menarik? e) Apakah kamu memiliki buku sumber? f) Apakah kamu mencatat penjelasan guru? g) Mengapa kamu tidak bertanya, ketika diberi kesempatan bertanya? h) Apakah soalnya sulit? i) Apakah materi yang diujikan pernah dijelaskan guru? j) Apakah kamu merasa tidak nyaman ketika guru menjelaskan? Anda dapat menambahkan pertanyaan lain sesuai dengan faktor penyebab yang ingin Anda gali, serta tindak lanjut dari jawaban siswa. Cara ketiga, Anda dapat menelaah berbagai dokumen yang berkaitan dengan hasil belajar siswa. Misalnya, Anda dapat menelaah tugas/ pekerjaan rumah yang dikerjakan siswa, menelaah hasil ulangan mereka atau melihat ulang tugas/ soal yang Anda berikan. Beberapa pertanyaan yang dapat Anda ajukan dalam menelaah dokumen ini antara lain sebagai berikut. 1) Apakah PR yang saya berikan kepada siswa dipersiapkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan siswa? 2) Apakah PR yang saya berikan merupakan tindak lanjut dari konsep yang sedang dikaji, atau bermanfaat untuk memantapkan pemahaman siswa? 3) Apakah saya selalu memeriksa ulangan atau PR yang saya berikan? 4) Apakah saya memberikan balikan atau saran-saran kepada siswa tentang PR tersebut? 5) Apakah ulangan atau PR selalu saya kembalikan? 6) Apakah tugas atau soal yang saya berikan sesuai dnegan kemampuan siswa? Masih banyak pertanyaan lain yang dapat Anda ajukan untuk menemukan akar masalah atau pernyebab munculnya masalah tersebut. Sekarang mari kita analisis masalah di atas satu persatu, agar kita mempunyai gambaran yang jelas cara mengungkapkan penyebab dari satu masalah pembelajaran. Contoh 3.5 Kita mulai dengan contoh 3.5 untuk kita analisis. Misalnya, terdapat sejumlah penyebab rendahnya nilai IPS para siswa. 1. Penjelasan guru terlalu cepat. 2. Kurang diberikan contoh kongkret yang mudah dipahami siswa. 3. Guru terlalu banyak ceramah dan asyik sendiri. 4. Guru tidak membrikan kesempatan bertanya kepada siswa. 5. Jika siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru, guru tidak memberikan tuntunan tetapi melanjutkan pelajaran. 6. Guru tidak pernah memberikan tugas yang ada pada buku sumber. 7. Siswa tidak mempunyai buku sumber. 8. Siswa tidak pernah mencatat selama mendengarkan penjelasan guru. Mungkin masih banyak penyebab lain yang sempat Anda gali, tetapi untuk sementara, barangkali penyebab tersebut dapat kita jadikan pegangan dalam merumuskan masalah. Contoh 3.6 Dengan cara yang sama, mari kita coba mencari penyebab masalah pada contoh 3.6. Hasil refleksi guru dan dialognya dengan siswa menunjukkan bahwa siswa sering mengantuk dalam pelajaran IPA karena: 1. guru tidak menggunakan alat peraga sehingga pelajaran menjadi tidak menarik. 2. selama menjelaskan guru tidak pernah bertanya. 3. penjelasan guru terlampu abstrak dan cepat. 4. bahasa yang digunakan guru terlampau sukar, serta 5. siswa sukar menangkap penjelasan guru. Contoh 3.7 Bagaimana dengan contoh ke-3? Hasil analisis Pak Muhana menunjukkan bahwa penyebab masalah ini sangat kompleks. Pertama Pak Muhana menyadari dan menemukan bahwa karangan siswa jarang, bahkan hampir tidak pernah diberi masukan, dan tidak pernah dibahas di dalam kelas.
Kedua, latihan menulis secara bertahap tidak pernah diberikan. Siswa langsung diminta membuat karangan sesuai dengan topik yang dipilih. Itulah penyebab yang ditemukan oleh Pak Muhana. Contoh 3.8 Selanjutnya, pada contoh 3.8, setelah melakukan refleksi, Ibu Siti menelaah berbagai PR siswa, dan berdialog dengan siswa, mencoba bekerja sama dengan teman sejawatnya yang juga mengajar matematika. Ia meminta Bu Tuti mengamati kelasnya ketika Bu Siti sedang mengajar matematika. Setelah beberapa kali mengamati pelajaran yang disajikan oleh Bu Siti, Bu Tuti mengajak Bu Siti berdiskusi. Dari hasil diskusi muncul berbagi hal yang diduga sebagai penyebab siswa tidak menyenangi matematika, yaitu sebagai berikut. 1. Cara mengajar Bu Siti terlampau formal, hampir tidak ada komunikasi dengan siswa. Setelah menjelaskan satu rumus, langsung memberi latihan. Tidak ada pengantar rumus-rumus itu dengan kehidupan nyata siswa. 2. hasil latihan hampir tidak pernah dibahas, tetapi diperikasa silang. Jawaban yang benar ditulis guru di papan tulis dan kemudian siswa diminta memeriksa pekerjaan temannya. 3. Soal-soal yang diberikan terlau sukar. 4. Siswa merasa tidak ada manfaatnya belajar matematika. 3. Merumuskan Masalah Setelah melakukan analisis masalah dan menemukan penyebab atau akar masalah, tiba saatnya kita merumuskan msalah pembelajaran yang kita hadapi, dalam bentuk masalah penilitian. Dalam hal ini perlu kita cermati bahwa masalah yang akan dirumuskan tersebut merupakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, rumusan masalah haruslah memandu guru untuk melakukan tindakan perbaikan. Rumusan masalah sudah menyiratkan apa yang akan dilakukan oleh gur untuk mengatasi masalah tersebut. Sehubungan dengan itu, rumusan masalah selalu dibuat dalam bentuk kalimat Tanya serta mengandung aspek yang akan diperbaiki dan upaya memperbaikinya. Dengan berpedoman pada ketentuan tersebut, mari kita rumuskan masalah pada Contoh 1. Bagaimana cara membuat penjelasan menjadi lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPS? Dari rumusan tersebut Anda dapa melihat bahwa dalam rumusan masalah terkandung tujuan perbaikan (meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPS) dan cara perbaikan yang akan ditempuh (membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga). Ini semua tentu terkait dengan penyebab munculnya masalah yang merupakan hasil dari analisis masalah. Setelah mencermati contoh tersebut, sekarang mari kita coba menganalisis dan mrumuskan masalah dalam Contoh 2, yang berbunyi sebagai berikut. Ketika guru menjelaskan sifat-sifat benda dalam pelajaran IPA di kelas III SD, siswa banyak yang mengantuk dan tidak ada perhatian pada penjelasan guru. Ketika guru bertanya apakah siswa sudah mengerti, tidak seorang pun yang menjawab. Kejadian ini telah terjadi berulang kali, hampir pada setiap pelajaran IPA, dan setiap ulangan, hanya sekitar lima dari 30 siswa yang menjawab dengan benar. Ketika guru mencoba mengingat kembai apa yang terjadi dalam setiap pelajaran IPA, hasil analisis menunjukkan terjadinya hal-hal berikut. -Guru hanya berceramah, tidak menggunakan alat peraga ketika menjelaskan sifat-sifat benda. -Guru hampir tidak pernah memeriksa pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan. Dialog dengan siswa megungkapkan bahwa siswa tidak suka pelajaran IPA karena tidak menarik, sehingga mereka sering mengantuk. Setelah melihat buku kerja siswa, ternyata guru pun tidak pernah memberikan balikan. Pekerjaan siswa hanya diperiksa silang sesama siswa. Berdasarkan hasil analisis tersebut, coba Anda rumuskan penyebab terjadinya masalah dan kemudian rumuskan masalah yang akan Anda atasi melalui PTK. Cocokkan hasil rumusan Anda dengan rumusan berikut. 1. Siswa selalu mengantuk karena: (1) Guru tidak menggunakan alat peraga, dan (2) cara guru mengajar kurang menarik. 2. Guru tidak pernah memeriksa pemahaman siswa. 3. Pekerjaan siswa tidak pernah diberi balikan oleh guru. Berdasarkan penyebab tersebut, maka masalah yang menjadi focus perbaikan adalah: “bagaimana cara mengaktifkan siswa, menggunakan alat peraga, dan memberikan balikan pada pekerjaan siswa, agar mampu meningkatkan perhatian dan hasil belajar siswa kelas III dalam pelajaran IPA?” Mari kita lanjutkan dengan merumuskan masalah pada Contoh 3 dan Contoh 4. Coba And abaca kembali masalah dan hasil analisis masalah pada Contoh 3 dan Contoh 4. Ingatlah bahwa masalah yang akan Anda rumuskan adalah masalah penelitian, dalam hal ini masalah PTK. Oleh karena itu, rumusan tersebut harus mengandung tujuan perbaikan dan cara perbaikan yang akan ditempuh. Cobalah rumuskan sendiri masalah pada Contoh 3 dan Contoh 4, kemudian cocokkan hasil rumusan Anda dengan rumusan berikut. Masalah 3: Akar/penyebab masalah: a.
Karangan siswa tidak pernah di bahas dan diberi masukan/ saran perbaikan. b. Siswa langsung disuruh mengarang dan hasilnya dikumpulkan, tanpa menerapkan langkah-langkah tahapan dalam menulis. Rumusan Masalah: Bagaimana cara menerapkan langkah-langkah menulis agar dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa SMA? Masalah 4: Akar/ penyebab masalah: a. Guru tidak memotivasi siswa dan bersikap sangat formal. b. Guru tidak menggunakan alat peraga. c. Guru tidak pernah membahas latihan. Rumusan Masalah: Bagaimana cara menggunakan alat peraga, berkomunikasi dengan siswa, memberi balikan, dan menggunakan penguatan untuk memotivasi siswa agar tertarik dengan pelajaran Matematika? Dengan contoh-contoh rumusan masalah seperti di atas, Anda kini telah siap untuk menerapkan alternative tindakan, yang kemudian akan Anda tuangkan dalam bentuk rencana tindakan. Oleh karena itu, sebelum mengembangkan alternative tindakan, Anda harus memahami benar rumusan masalah yang telah Anda buat. Rumusan inilah yang akan menjadi titk tilak dalam mencari alternative tindakan perbaikan. B. MENGEMBANGKAN ALTERNATIF TINDAKAN Setelah merumuskan masalah seperti yang Anda kaji dalam Contoh 1, 2, 3, dan 4, kini tiba saatnya kita memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Dengan perkataan lain, Anda mencoba mencari jawaban sementara dari masalah itu. Seperti yang sudah Anda pelajri dalam Modul 2, jawaban sementara tersebut disebut sebagai hipotesis, dalam hal ini hipotesis tindakan. Untuk menemukan hipotesis ini, kita dapat mengembangkan berbagai alternative tindakan. Masalah 1: Bagaimana cara membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam IPS? Berdasarkan rumusan masalah 1 tersebut, Anda dapat memformulasikan suatu hipotesis tindakan. Ingat kembali bahwa hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan dilakukan dengan cara mengintervensi kegiatan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Artinya mengubah kegiatan atau tindakan yang biasa dilakukan dengan tindakan yang diduga dapat memperbaiki keadaan. Dengan mengkaji berbagai teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta mengingat pengalaman yang berkaitan dengan keterampilan menjelaskan, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, kita dapat mengembangkan alternative tindakan. Misalnya dari teori tentang keterampilan menjelaskan kita tahu bahwa penjelasan akan menjadi lebih efektif, jika gurur: (1) menggunakan bahasa yang lugas, ucapan yang jelas, kata/ istilah yang dapat dipahami, (2), menggunakan contoh dan ilustrasi, serta (3) memberikan tekanan pada kata/ istilah kunci. Dari pendekatan belajar aktif, kita tahu bahwa keterlibatan optimal siswa akan terjadi jika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, mengemukakan pendapat, meragakan sesusatu penguasaan, dan sebagainya. Akhirnya dari teori menggunakan media/ alat peraga kita tahu bahwa: (1) alat peraga yang digunakan harus sesuai dengan tujuan/ kompetensi yang ingin dicapai, meteri yang dikaji, serta karakteristik siswa. Dengan mengacu pada teori-teori tersebut, dan pengalaman kita selama mengajar, kita dapat menyusun alternative tindakan sebagai berikut. Hipotesis/ Alternatif Tindakan 1: Apabila dalam menjelaskan materi pelajaran IPS, guru menerangkannya disertai dengan memberikan conton-contoh konkret, menggunakan alat peraga yang sesuai, tidak menggunakan kata-kata asing yang sulit dipahami siswa, serta memberi kesempatan bertanya dan berdiskusi kepada siswa, maka pemahaman siswa akan meningkat. Hipotesis atau alternative tindakan 1 ini menyiratkan bahwa pemahaman siswa dalam IPS akan meningkat jika guru menerapkan keterampilan menjelaskan, yaitu menggunakan bahasa yang lugas tanpa kata-kata asing yang sulit, menggunaka contoh dan alat peraga, serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi. Jika guru melakukan hal ini, diasumsikan siswa akan tertarik pada pelajaran IPS, keaktifan siswa akan meningkat, yang akhirnya diharapkan pemahaman siswa akan meningkat pula. Alternatif lain untuk membuat penjelasan mudah dipahami dan meningkatkan keaktifan siswa adalah: mengaitkan topik yang baru dengan pengalaman siswa, meminta siswa mencari contoh-contoh dari pengalamannya sendiri, dan meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk mengidentifikasi masalah dan mencari alternative pemecahannya. Kedua alternative ini sesuai dengan teori belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel. Dengan menerapkan teori ini, kita dapat menyusun hipotesis/ alternative tindakan 2, sebagai berikut. Hipotesis Tindakan 2: Apabila guru menggunakan kata-kata asing dan menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia, disertai contoh-contoh kongkret, yang bila perlu menggunakan alat peraga, kemudian siswa diberi tugas mencari contoh lain dari lingkungannya
sendiri dan mendiskusikan masalah dalam kelompok, maka pemahaman siswa akan meningkat. Jika dikaji secara sermat, kedua alternative tindakan tersebut hanya berbeda dalam penggunaan kata-kata asing, serta jenis kegiatan untuk mengaktifkan siswa. Kedua alternative tersebut diasumsikan akan mampu meningkatkan prestasi siswa, jika dikerjakan dengan benar. Dalam menentukan tindakan, Anda dapat memilih salah satu alternative, atau bahkan menggabungkannya dengan merumuskan alternative baru. Penggabungan ini tentu saja membuat tindakan akan semakin memberi harapan karena merupakan integrasi segi-segi positif dari dua alternative. Setelah menetapkan alternative tindakan, tindakan tersebut perlu kita kaji ulang dengan mencermati apakah alternative tersebut sesuai dengan: a. teori pembelajaran dan teori pendidikan, b. hasil penelitian yang relevan c. hasil diskusi dengan teman sejawat, para pakar dan peneliti lainnya d. pendapat dan saran pakar pendidikan, serta e. pengalaman guru sendiri dalam melakukan pembelajaran (Tim Pelatih, 1999). Dengan demikian maka hipotesis tindakan yang Anda rumuskan bukan hanya sekedar asal jadi, tetapi telah melalui berbagai pertimbangan dan kajian. Selain itu, hipotesis Anda harus terukur (measurable) dan dapat dilaksanakan (applicable). Terukur mengandung pengertian bahwa adanya peningkatan dalam tindakan dan hasil harus dapat dilihat dan dibuktikan, sedankan dapat dilaksanakan, artinya tindakan yang ditentukan harus dapat dilaksanakan oleh guru. Sebagaimana dikemukakan oleh Soedarsono (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999), criteria yang dapat dijadikan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut. 1. Apakah tindakan yang diambil dapat dan mungkin dilaksanakan oleh guru? 2. Apakah kemampuan siswa baik dari segi psikologis, sosial, budaya dan etika mendukung? 3. Apakah sarana dan fasilitas yang tersedia cukup mendukung? 4. Apakah iklim belajar di kelas cukup mendukung dilaksanakannya tindakan yang dipilih? 5. Apakah tidak bertentangan dengan kebijakan sekolah? Kembali ke alternative tindakan yang telah Anda rumuskan untuk Masalah 1, kita akan mencoba mengkajinya sebagai contoh. Dalam alternative tersebut terdapat beberapa tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut. 1. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan contoh-contoh kongkret 2. Guru tidak menggunakan istilah yang sulit dipahami. 3. Guru menjelaskan istilah asing secara induktif (mulai dengan contoh-conth, kemudian memperkenalkan istilah baru/ asing tersebut). 4. Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa. 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan masalah yang sedang dibahas. Ini berarti bahwa kegiatan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh guru sebelumnya, dan merupakan usaha guru untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Tindakan tersebut adalah tindakan guru dalam usaha perbaikan dalam proses pembelajaran. Semua tindakan tersebut tampaknya sesuai dengan criteria yang ditetapkan di atas. Oleh karena itu, sangat mungkin dilakukan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran. Apakah Anda setuju dengan hasil kajian ini? Setelah mengkaji dengan cemat semua uraian di atas, kerjakanlah latihan berikut untuk memantapkan pemahaman Anda. Anda dapat bekerja bersama-sama dengan teman-teman Anda. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Ibu Siti, guru kelas IV SD Mekarsari merasa gundah ketika Kepala Sekolah melihat nilai IPA siswa dalam tiga kali ulangan IPA, rata-rata kelasnya hanya mencapai 5,6 dalam skala 10. Kepala Sekolah meminta Bu Siti memperbaiki cara mengajarnya. Bu Siti mecoba mengingat kembali beberapa episode pembelajaran IPA. Dalam setiap pembelajaran ia selalu menjelaskan materi IPA sesuai dengan buku paket. Pada setiap akhir penjelasan, ia memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, namun tak seorang pun yang pernah bertanya. Meskipun siswa kelihatan bingung, Bu Siti biasanya langsung memberikan pekerjaan rumah yang diambil dari soal-soal yang ada di buku paket. Pekerjaan rumah dikumpulkan dan diberi nilai oleh Bu Siti, kemudian dikembalikan. Anak-anak sebenarnya sangat bosan dengan pelajaran IPA karena banyak yang tidak mereka pahami. Tetapi mereka terpaksa menghafal kalau akan ada ulangan. Pertanyaan: Analisis kasus pembelajaran di atas, kemudian temukan akar penyebab masalah yang dihadapi oleh Bu Siti. a. Berdasarkan hasil analisis pada butir a, rumuskan masalah PTK, jika Bu Siti akan memperbaiki pembelajarannya melalui PTK. b. Kembangkan dua alternative tindakan perbaikan untuk menjawab masalah PTK yang Anda rumuskan pada butir b. beri alasan mengapa Anda menganggap alternative tersebut akan mampu memperbaiki pembelajaran. 2) Baca kembali rumusan masalah yang terdapat dalam uraian (masalah 2: Pak Diki, IPA SD; masalah 3: Pak Muhana, Bahasa Indonesia SMA; dan masalah 4: Bu Siti, Matematika
SMP). Kembangkan tindakan perbaikan untuk setiap rumusan masalah. Sebelum dan sesudah mengerjakan latihan, bacalah rambu-rambu berikut ini agar latihan Anda lebih terarah, serta Anda dapat memperkirakan keberhasilan Anda dalam mengerjakan latihan. Petunjuk Jawaban Latihan Untuk menganalisis kasus pembelajaran Ibu Siti, Anda harus jeli membaca informasi yang mugkin menjadi penyebab rendahnya prestasi siswa. Di samping itu, Anda seyogianya menguasai hakikat pelajaran IPA khususnya untuk anak kelas 4 SD. Dari hasil analisis tersebut, kita dapat mengidentifikasi penyebab rendahnya nilai siswa, antara lain sebagai berikut. 1) Penjelasan guru tidak menarik karena tidak menggunakan alat peraga, sehingga 2) Penjelasan guru tidak menarik karena tidak menggunakan alat peraga, sehingga mungkin terlampau abstrak bagi siswa kelas 4. 1) Guru tidak mengajukan pertanyaan ketika ada siswa yang bertanya, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif. 2) Guru mungkin tidakn mengaitkan IPA dengan lingkungan sekitar. 3) PR siswa tidak dibahas di dalam kelas, tetapi hanya diberi nilai, sehingga siswa tidak mendapat balikan yang efektif. a. Rumusan masalah dapat Anda buat sebagai berikut. “Bagaimana cara menggunakan alat peraga, mengaitkan IPA dengan lingkungan sekitar, mengaktifkan siswa, dan memberi balikan, sehingga minat dan pemahaman siswa kelas 4 SD terhadap IPA meningkat.” b. Alternatif Tindakan Perbaikan haruslah dibuat untuk menjawab masalah yang dirumuskan, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Berikut ini dua alternative tindakan yang mungkin Anda buat. 1) Guru menggunakan pendekatan kontekstual dalam mengajar IPA. Alasan: penjelasan mengaitkan pelajaran dengan lingkungan anak, menggunakan alat peraga, mengaktifkan siswa, dan memberi balikan secara langsung. 2) Guru menjelaskan dengan menggunakan alat peraga, meminta siswa mencari contoh dari lingkungan sekitar, dan memberikan balikan dan penguatan. 2) Tuliskan terlebih dahulu rumusan dari setiap masalah, kemudian pikirkan tindakan perbaikan yang paling tepat. Tindakan perbaikan untuk setiap rumusan masalah dapat Anda buat dengan cara bervariasi, namun harus selalu mengacu kepada mungkin tidaknya penyebab masalah dapat dihilangkan dengan cara itu. Berikut ini dapat Anda simak contoh tindakan perbaikan untuk setiap masalah. 1) Pak Diki: “Bagaimana cara mengaktifkan siswa, menggunakan alat peraga, dan memberikan balikan pada pekerjaan siswa, agar mampu meningkatkan perhatian dan hasil belajar siswa kelas III dalam pelajaran IPA?” Tindakan perbaikan: Guru mulai kegiatan inti dengan peragaan IPA yang dilakukan oleh siswa bersama guru, meminta siswa memperhatikan dan mengajak siswa membahas apa yang dilihat, serta memberi penguatan jika ada jawaban atau tindakan siswa yang sesuai dengan harapan guru. a. Pak Muhana: Bagaimana cara menerapkan langkah-langkah menulis agar dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa SMA? Tindakan perbaikan: Guru memberi tugas menulis secara bertahap (misalnya: memilih topik karangan, menulis satu paragaf pendahuluan, dan seterusnya); pada setiap tahap, pekerjaan siswa diberi balikan, kesalahan umum dibahas bersama, kemudian diikuti dengan perbaikan langsung oleh siswa. b. Ibu Siti: Bagaimana cara menggunakan alat peraga, berkomunikasi dengan siswa, memberi balikan, dan menggunakan penguatan untuk memotivasi siswa agar tertarik dengan pelajaran Matematika. Tindakan perbaikan: Guru memulai pelajaran dengan menyapa siswa, tanya jawab sekitar keadaan siswa yang ada hubungannya dengan topik yang akan disajikan, menggunakan alat peraga ketika menjelaskan konsep/ rumus baru, meminta siswa ikut meragakan, mengadakan siswa tanya jawab, memberi latihan, membahas latihan bersama-sama, serta memberi penguatan verbal dan nonverbal terhadap siswa yang memberi respons yang bermakna. TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Berikut adalah contoh-contoh masalah pembelajaran yang mungkin dihadapi oleh guru, kecuali…. a. Pertanyaan guru sering tidak dijawab oleh siswa b. Perhatian siswa pada pelajaran kurang c. Banyak siswa yang belum membayar SPP d. Hasil ulangan siswa rendah 2) Agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam kelas, guru perlu…. a. Peka terhadap situasi kelas b. Bertanya kepada teman sejawat c. Mencata hal-hal istimewa yang terjadi di kelas d. Bertanya kepada Kepala Sekolah 3) Tujuan utama menganalisis masalah pembelajaran adalah…. a. Mencari hakikat masalah b. Menemukan akar penyebab masalah c. Merinci masalah menjadi bagian-bagian kecil d. Menemukan cara pemecahan masalah 4) Rumusan masalah dalam PTK serupa dengan masalah penelitian. Dari rumusan berikut, yang mana yang paling tepat disebut sebagai rumusan masalah PTK? a. Apakah permainan peran dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas 3 SNIP Wanabhakti? b. Bagaimana cara mengajukan pertanyaan agar mampu membuat siswa aktif dalam
pelajaran Matematika di SD kelas V? c. Mengapa siswa SMA Negeri 1 Dukuhsari selalu menjadi juara dalam berbagai perlombaan nasional? d. Bagaimana cara menggunakan alat peraga yang berasal dari lingkungan sekitar sekolah? 5) Tindakan perbaikan dapat dikembangkan dengan menempuh langkah-langkah berikut, kecuali…. a. menelaah berbagai teori yang relevan dengan masalah pembelajaran yang dihadapi b. mengulangi apa yang pernah dilakukan ketika menghadapi masalah yang sama c. berdiskusi dengan para pakar d. mengingat kembali pengalaman yang lalu dalam menghadapi masalah yang sama KEGIATAN BELAJAR 2 Proposal PTK Setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 ini, Anda diharapkan mampu menyusun proposal PTK. Untuk mencapai tujuan tersebut, terlebih dahulu kita akan mengkaji format proposal PTK, serta berlatih menyusun setiap komponen proposal. Sementara itu, sebagai biasa, Anda diwajibkan untuk membaca uraian, mengerjakan dengan disiplin tugas-tugas kecil dan latihan, serta membuat catatan selama pengkajian. Selamat belajar, Anda pasti berhasil. A. HAKIKAT PROPOSAL PTK Anda tentu sudah sering mendengar istilah proposal, bahkan tidak mustahil Anda sudah pernah mempersiapkan suatu proposal. Dalam konteks pendidikan, proposal atau usulan merupakan satu dokumen yang berisi tentang rencana suatu kegiatan pendidikan yang dirancang oleh para pengusulnya. Dokumen tersebut memaparkan secara jelas apa yang akan dikerjakan, mengapa hal tersebut dikerjakan, siapa yang terlibat dalam kegiatan itu, apa yang akan dihasilkan dari kegiatan itu, bagaimana dan kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan, serta yang tidak kalah pentingnya berapa anggaran atau biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Anada pasti dapat menduga mengapa kita perlu mengajukan proposal. Apa jawaban Anda? Ya, mungkin karena perlu biaya, atau ikut satu perlombaan. Dan, tidak mustahil pula karena Anda memerlukan dukungan dalam pelaksanaanya. Dukungan tersebut tidak terbatas pada biaya, tetapi juga mungkin sumber daya, khususnya sumber daya manusia. Terkait dengan proposal PTK, hakikatnya juga tidak jauh berbeda dari proposal dalam bidang penelitian lainnya. Proposal ini diajukan oleh guru atau satu tim (yang terdiri dari dosen LPTK yang berkolaborasi dengan guru) untuk memenuhi satu persyaratan yang dikeluarkan oleh sponsor. Misalnya, jika dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan di wilayah Anda menyelenggarakan perlombaan melakukan PTK bagi para guru SD, SMP, dan SMA, maka jika sebagai guru, Anda ingin mengikuti perlombaan tersebut, Anda harus mempersiapkan sebuah proposal, sesuai dengan format yang diberikan oleh panitia. Pada tingkat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), dalam hal ini Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (Dit.P2TK-KPT), terdapat program tahunan yang menyediakan dana untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Program ini berupa program kempetisi, yang berarti bahwa dana diberikan kepada para dosen LPTK yang proposalnya terpilih. Para dosen LPTK ini wajib berkolaborasi dengan para guru, sehingga dengan demikian terbuka peluang bagi Anda untuk ikut dalam kompetisi ini. B. FORMAT PROPOSAL PTK Seperti yang sudah dipaparkan di atas, setiap sponsor pada dasarnya akan mempunyai format sendiri yang perlu diikuti oleh mereka yang mengajukan proposal. Variasi tersebut pada umumnyaterdapat pada identitas dan hal-hal yang bersifat administratif, namun dari segi substansi pada dasarnya semua Proposal PTK mengacu pada komponen yang sama. Hal-hal yang bersifat administratif misalnya: surat keterangan, riwayat hidup peneliti, jumlah peneliti, dan semacamnya; sedangkan substansi proposal penelitian pada dasarnya terdiri dari komponen berikut. a. Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah. b. Masalah, Tujuan, dan Manfaat Penelitian. c. Kerangka Teoretis. d. Metodologi Penelitian. Proposal PTK tentu mempunyai cirri khas yang membedakannya dari proposal penelitian biasa. Meskipun demikian, substansi proposal PTK tidak jauh berbeda dari substansi penelitian non PTK, hanya pengemasannya yang berbeda. Cobalah Anda cermati formal proposal PTK berikut, yang sebagian besar diambil dari format yang dikeluarkan oleh Ditjen Dikti pada Tahun 2006 SISTEMATIKA USULAN PTK 1. JUDUL PENELITIAN 2. MATA PELAJARAN DAN BIDANG KAJIAN 3. LATAR BELAKANG MASALAH 4. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH 5. TUJUAN PENELITIAN 6. MANFAAT HASIL PENELITIAN 7. TINJAUAN PUSTAKA 8. PROSEDUR PENELITIAN 9. JADWAL PENELITIAN 10. BIAYA PENELITIAN 11. DAFTAR PUSTAKA 12. LAMPIRAN-LAMPIRAN: a. Instrumen Penelitian b. Curriculum vitae peneliti TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Rencana perbaikan dibuat dalam sebuah format yang disebut Rencana Perbaikan Pembelajarann (RPP).
Yang membedakan RPP dari Rencana Pembelajaran (RP) biasa adalah sebagai berikut, kecuali…. a. Cakupan RPP lebih luas dari cakupan RP b. RPP mempunyai tujuan perbaikan, sedangkan RP tidak. c. RPP mencantumkan pertanyaan yang diajukan guru, sedangkan RP belum tentu. d. Dalam RPP langkah pembelajaran lebih rinci daripada RP 2. Di antara contoh berikut, yang mencerminkan skenario pembelajaran untuk tindakan perbaikan adalah…….. a. Menjelaskan melalui ceramah selama 30 menit, meminta siswa bertanya, memberikan tugas untuk dikerjakan dalam kelompok kecil b. Menjelaskan materi, tanya jawab, latihan c. Pendahuluan, kegiatan inti, penutup d. Memberi contoh dari konsep yang akan dijelaskan, meminta siswa mencari contoh lain, membimbing siswa menemukan konsep dari contoh tersebut 3. Simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan dengan menggunakan RPP yang telah disusun, bertujuan untuk…. a. Mecobakan alat peraga yang akan digunakan b. Melihat tingkat keterlaksanaan RPP tersebut c. Mengukur waktu yang diperlukan d. Melihat reaksi siswa dalam perbaikan pembelajaran 4. Jika salah satu tujuan perbaikan yang Anda rancang dalam PTK adalah menggunakan penguatan untuk meningkatkan motivasi siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, maka pengumpulan data paling tepat dilakukan melalui…. a. Wawancara b. Observasi c. Telaah dokumen d. Angket 5. Jika dalam pengumpulan data diperlukan teman sejawat yang akan membantu guru, maka perlu ada kesepakatan antara guru dan teman sejawat dalam hal-hal berikut, kecuali…. a. Instrumen yang digunakan b. Cara mengelolah data c. Jenis data yang perlu dikumpulkan d. Waktu pengumpulan data Daftar Pustaka Bloom, B.S, et.al. (1977). Taxomomy of Educational Objective, Cognitive Domain. New York: Longman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2004). Pedoman Penyusun Usulan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Tahu Anggaran 2005. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. (2005). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Tahun Anggaran 2006. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Elliot, J. (1993). Action Research For Educational Change. Philadelphia: Open University Press. Kemmis, S., Mc.Taggart, R. (1992). The Action Research Planner. Victoria: Deaken University. Mc.Niff, J. (1992). Action Research Principles Anda Practice. Kent: Mackays of Chathan PLC. Pont, A.M. (1997). Practical Action Research for Change. Arlington Heights: SkyLight Professional Development. Sugiyanto, Adji, A.K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Bagian Kedua. Jakarta: Proyek PGSM. Diposkan 5th July 2012 oleh i gede sumardhy 0
Tambahkan komentar
Memuat Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.