Modul Tugas Akbi.pdf

  • Uploaded by: Ferry Siriton
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul Tugas Akbi.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 9,011
  • Pages: 65
TIM PENYUSUN

i

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Modul Tugas Praktika Akuntansi Biaya dan Manajemen I ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan modul ini. Modul ini merupakan modul tugas yang berisi soal-soal latihan untuk dikerjakan oleh praktikan sebagai syarat mengikuti praktikum. Modul ini dibuat dengan tujuan agar praktikan dapat memahami simulasi kasus dalam suatu usaha manufaktur skala kecil agar dapar memudahkan praktikan dalam mengerjakan modul praktikum yang merupakan kasus dari suatu perusahaan. Diharapkan modul ini dapat membantu praktikan dalam proses pembelajaran untuk memahami setiap materi Akuntansi Biaya dan Manajemen I, karena telah disertai dengan tinjauan teori secara singkat untuk masing-masing bab. Dengan membaca tinjauan teori tersebut diharapkan praktikan dapat menyiapkan diri untuk menjawab pre-quiz pada setiap minggunya dan dapat menambah komponen nilai praktikum dengan mengerjakan setiap tugas tanpa menyontek. Demikianlah modul ini kami susun, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi Civitas Akademika Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran.

Jatinangor, Agustus 2018

Tim Penyusun

ii

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN .................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii TINJAUAN UMUM ............................................................................................... 1 BAB I.I

PERILAKU BIAYA ............................................................................ 2

BAB I.II

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BIAYA ................................... 5

BAB II.I

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DAN BAHAN BAKU PENOLONG ............................................................. 9

BAB II.II PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA TENAGA KERJA ............................................................................................... 13 BAB II.III PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD (FOH) ................................................................................................. 17 BAB III

COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS (CVP ANALYSIS) ........... 22

BAB IV

COSTING SYSTEM – JOB ORDER COSTING .............................. 28

BAB V

COSTING SYSTEM – PROCESS COSTING .................................. 33

BAB VI

SPOILAGE, REWORK, AND SCRAP ............................................. 37

BAB VII

JOINT PRODUCT AND BY PRODUCT ......................................... 42

BAB VIII ALOKASI BIAYA TIDAK LANGSUNG (DEPARTEMENTALISASI)............................................................. 46 BAB IX

ACTIVITY-BASED COSTING ........................................................ 52

BAB X

PERHITUNGAN BIAYA PERSEDIAAN: VARIABLE, ABSORPTION, AND THROUGHPUT COSTING .......................... 58

iii

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

TINJAUAN UMUM

PinuCATs

adalah

sebuah

UMKM yang didirikan pada tahun 2017 oleh seorang pengusaha

yang

bernama

Bayu Ramadhan. Jenis usaha dari PinuCATs ini adalah usaha manufaktur pembuatan pisang nugget. PinuCATs melakukan proses produksi dalam 1 bulan selama 30 hari. Produk utama yang diproduksi adalah pisang nugget. Harga jualnya sebesar Rp 3.500 per pisang nugget, sedangkan kapasitas produksi yang dimiliki oleh PinuCATs sebanyak 28.800 unit per bulan. Untuk kegiatan produksinya, pada tahun 2018 PinuCATs membeli bahan baku langsung yang terdiri dari pisang dengan total anggaran biaya Rp12.000.000 per bulan dan tepung dengan total anggaran biaya Rp1.440.000 per bulan. Selain itu, PinuCATs juga membeli bahan baku tidak langsung dengan total anggaran biaya Rp1.385.000. Rata-rata donat yang dapat dihasilkan dari 1 kg pisang adalah 12 pisang nugget. Perlu diketahui juga bahwa PinuCATs juga memiliki beberapa tenaga kerja di mana tenaga kerjanya ada yang terlibat langsung dalam proses produksi, yaitu sebanyak 2 orang dengan upah Rp6.500 per jam selama 8 jam kerja dan ada juga yang tidak terlibat secara langsung yaitu bagian administrasi sebanyak 1 orang dengan upah Rp5.000 per jam selama 9 jam kerja. Jadi total biaya yang dianggarkan untuk tenaga kerja langsung setiap bulan Rp3.120.000 dan untuk tenaga kerja tidak langsung setiap bulan Rp1.350.000. Tidak hanya biaya-biaya itu saja yang telah dianggarkan oleh PinuCATs, tetapi ada juga biaya penyimpanan peralatan dan bahan baku sebesar Rp1.500.000. 1

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB I.I PERILAKU BIAYA

Re f e r e n s i Charles T. Horngren. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 2: An Introduction to Cost Term and Purposes & Chapter 10: Determining How Costs Behave. William Carter. Cost Accounting. 14th Edition. Chapter 2: Cost Concepts and The Cost Accounting Information System & Chapter 3: Cost Behavior Analysis.

Pe t a Ko n s e p

2

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i  Biaya (Cost) Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan dapat memberi manfaat untuk saat ini atau masa yang akan datang bagi perusahaan.  Beban (Expense) Beban adalah perolehan manfaat saat ini atas penggunaan sumber daya perusahaan yang dapat menjadi pengurang pendapatan dalam rangka menentukan laba dalam suatu periode akuntansi.  Objek Biaya (Cost Object) Objek biaya adalah suatu barang atau aktivitas yang biayanya ingin diakumulasi, diukur, atau dihitung.  Pemicu Biaya (Cost Driver) Pemicu biaya adalah suatu aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya karena akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas selanjutnya. Ada tiga cara dalam menentukan cost driver, yaitu: 1. Degree of Correlation 2. Cost of Measurement 3. Behavioral Effect  Klasifikasi Biaya 1. Berdasarkan Volume Produksi a. Biaya variabel (Variable cost) b. Biaya tetap (Fixed cost) c. Biaya semi-variabel (Semi-variable cost) 2. Berdasarkan Penelusuran Biaya (Tracing) a. Biaya langsung (Direct cost) b. Biaya tidak langsung (Indirect cost) 3

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

3. Berdasarkan Periode Akuntansi a. Pengeluaran pendapatan (Revenue expenditure) b. Pengeluaran modal (Capital expenditure) 4. Berdasarkan Pengendalian Biaya a. Biaya terkendali (Controllable cost) b. Biaya tak terkendali (Uncontrollable cost) 5. Berdasarkan Hubungan dengan Produk a. Manufacturing cost/inventoriable cost b. Non-manufacturing cost/period cost

So a l Te o r i 1. Apa perbedaan antara biaya (cost) dan beban (expense)? Sertakan masing-masing dua contoh! 2. Apa yang dimaksud dengan objek biaya (cost object)? Sertakan minimal dua contoh aktivitas yang dapat menjadi objek biaya! 3. Apa yang dimaksud dengan pemicu biaya (cost driver)? Jelaskan cara menentukan cost driver dan berikan contohnya! 4. Apa yang dimaksud dengan rentang relevan (relevant range)? 5. Berikut merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh PinuCATs dalam melakukan proses produksinya:  Pembelian pisang  Pembelian tepung  Pemeliharaan gedung pabrik  Pemeliharaan mixer

Berdasarkan pengeluaran-pengeluaran di atas, tentukan: a. Cost driver dari masing-masing pengeluaran tersebut! b. Klasifikasi tiap pengeluaran tersebut berdasarkan volume produksi,

pengendalian biaya oleh divisi pembelian, dan periode akuntansi!

4

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB I.II SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BIAYA

Re f e r e n s i Charles T. Horngren. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 2: An Introduction to Cost Term and Purposes. William Carter. Cost Accounting. 14th Edition. Sistem Informasi Akuntansi Biaya.

Pe t a Ko n s e p

5

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i  Tujuan utama sistem akuntansi biaya: 1. Memudahkan perusahaan dalam merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kinerja bagian produksi. 2. Memberikan informasi yang akurat mengenai biaya produksi yang sudah terjadi untuk pelaporan keuangan dan pembuatan keputusan perusahaan. 3. Menggunakan informasi yang tersedia untuk menghitung persediaan dan harga pokok penjualan yang muncul di laporan keuangan perusahaan.  Dalam industri manufaktur, ada beberapa input informasi penting yang perlu diketahui sebelum menentukan harga pokok produksi (cost of goods manufactured) yaitu: 1. Direct material used merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dan dapat ditelusuri langsung ke objek biayanya. 2. Direct labor used merupakan kompensasi atas seluruh tenaga kerja langsung yang dapat ditelusuri langsung ke objek biaya. 3. Factory overhead merupakan berbagai macam biaya tidak langsung yang berdampak pada proses produksi terdiri dari indirect material, indirect labor, dan various expense. Pencatatan ketiga input tersebut kemudian diproses dalam suatu siklus produksi manufaktur yang kemudian memunculkan informasi mengenai biaya produksi yang sudah terjadi (manufacturing cost).  Hasil dari proses Akuntansi Biaya memberikan input untuk dua sistem akuntansi, yaitu: 1. Sistem akuntansi keuangan dalam bentuk informasi Harga Pokok Penjualan atau Cost of Goods Sold (COGS) untuk pembentukan laporan keuangan.

6

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

2. Sistem akuntansi manajemen dalam bentuk laporan harga pokok produksi dan berbagai macam biaya lainnya untuk tujuan decision making.  Konsep umum COGM dan COGS Manufacturing cost = Direct materials + Direct labor + Factory overhead COGM

= Beginning WIP + Manufacturing cost – Ending WIP

COGS

= Beginning FG + COGM – Ending FG

So a l Te o r i 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Sistem Informasi Akuntansi Biaya serta apa fungsinya untuk Akuntansi Manajemen? 2. Jelaskan perbedaan prime cost dan conversion cost?

So a l Hi t u n g a n Berikut transaksi yang terjadi pada PinuCATs Rabu, 18 Juli 2018:  Membeli bahan baku pisang secara tunai sebanyak 100 kg dengan harga Rp5.000 per kg.  Membeli bahan baku tepung secara tunai sebanyak 140 bungkus dengan harga Rp12.000 per bungkus.  Menggunakan 80% pisang dan 67% tepung untuk diolah menjadi bahan setengah jadi.  Jam tenaga kerja langsung yang dipakai untuk mengonversi input menjadi WIP oleh 2 orang tenaga kerja adalah 8 jam dengan tarif Rp 6.500 per jam.  FOH yang terjadi yaitu biaya tenaga kerja tidak langsung untuk 1 orang selama 9 jam per hari. Upah sebesar Rp 5.000 per jam. Serta biaya

7

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

bahan baku tidak langsung sebesar Rp 385.000 dan beban lainnya sebesar Rp 450.000.  Barang jadi berupa pisang nugget yang dihasilkan adalah sebanyak 960 unit.  Menjual sebanyak 840 unit pisang nugget secara tunai dan 120 unit secara kredit dengan harga jual Rp 3.500 per unit. Instruksi: a. Buatlah jurnal yang diperlukan oleh PinuCATs pada hari tersebut! b. Hitunglah COGS, Gross Margin, dan Gross Margin Percentage (%) PinuCATs pada hari tersebut!

8

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB II.I PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DAN BAHAN BAKU PENOLONG

Re f e r e n s i Charles T. Horngren. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 20: Inventory Management Just in-Time and Simplified Costing Methods.

Pe t a Ko n s e p

9

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i Perencanaan dan pengendalian bahan baku dan bahan baku penolong adalah suatu mekanisme menganalisis, menghitung, dan mengendalikan biaya bahan baku dan bahan baku penolong. Tujuan dari pengendalian bahan baku ini adalah agar tercapainya penggunaan bahan baku yang efektif, efisien, dan ekonomis di dalam proses produksi. Biaya bahan baku yang dikendalikan bukan hanya direct cost, namun juga indirect cost, inventoriable cost, period cost, prime cost, dan conversion cost. Hal ini tergantung kebijakan perusahaan dalam melakukan pengklasifikasian biayanya. Inventory management dalam pembelian inventory memiliki dua metode yaitu EOQ (Economic Order Quantity) dan JIT (Just in Time). EOQ (Economic Order Quantity), yaitu suatu metode pengelolaan persediaan yang meminimalkan total biaya untuk menyimpan persediaan dan biaya pemesanan. Sedangkan JIT (Just in Time), yaitu metode membeli bahan baku atau barang dan mengirimkannya hanya ketika dibutuhkan saja. Dalam mengelola inventory, perusahaan dapat menerapkan salah satu metode tergantung kebijakan dan cara pandang perusahaan. Inventory yang dimaksud adalah raw material, work in process, dan finished goods. Ada tiga metode perhitungan biaya persediaan yaitu FIFO method, LIFO method, dan average method. Namun saat ini metode perhitungan LIFO sudah tidak diizinkan untuk digunakan lagi dikarenakan metode LIFO menyebabkan nilai inventory yang disajikan dalam laporan posisi keuangan (balance sheet) tidak merepresentasikan recent cost level of inventory. Selain itu dikenal juga metode-metode pengendalian persediaan diantaranya Order Cycling, Two Bin, dan Min Max. Metode yang sering digunakan oleh perusahaan adalah EOQ (Economic Order Quantity). Dengan konsep EOQ kita dapat mengetahui berapa 10

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

barang yang harus dibeli untuk sekali pesan, berapa kali terjadinya pemesanan bahan baku dalam satu periode produksi, kapan pemesanan harus dilakukan kembali, dan lain-lain guna mencapai efisiensi dan efektifitas operasional perusahaan.

𝐸𝑂𝑄 = √

2𝑥𝐷𝑥𝑃 𝐶

2𝑥𝐷𝑥𝑃

= √ 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶

Keterangan: D

: Demand (Permintaan rata-rata bahan baku dalam satu periode)

P

: Relevant Ordering Cost (Biaya per pemesanan)

C

: Relevant Carrying Cost (Biaya penyimpanan per unit)

CU

: Cost per Unit

CC

: Carrying Cost Percentage

So a l Te o r i 1. Jelaskan perbedaan metode pengendalian bahan baku EOQ dan JIT! Apa saja asumsi-asumsi dalam JIT? 2. Jelaskan metode pengendalian persediaan bahan baku: a. Metode Order Cycling b. Metode Two-Bin c. Metode Min-Max

So a l Hi t u n g a n Berdasarkan tinjauan umum dari PinuCATs, hitunglah dan jelaskanlah makna hasil perhitungan yang telah Anda buat untuk tiap poin di bawah ini (sertakan rumus perhitungan): 1. Jumlah pisang dan tepung yang harus dipesan dalam satu kali pemesanan oleh PinuCATs jika diketahui rata-rata permintaan bahan 11

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

baku per tahun untuk pisang sebanyak 960 kg dan tepung sebanyak 1.440 bungkus. Harga beli pisang adalah Rp5.000/kg dan tepung Rp12.000/bungkus. Dengan biaya per pemesanan untuk pisang sebesar Rp25.000 dan tepung sebesar Rp30.000. Carrying cost masing-masing adalah 45% untuk pisang dan 25% untuk tepung. 2. Deliveries (frekuensi pemesanan) untuk bahan baku pisang dan tepung berdasarkan perhitungan EOQ di atas. 3. Reorder point (titik pemesanan kembali) jika waktu tunggu (lead time) pisang adalah 5 hari dan tepung adalah 3 hari. (1 bulan = 30 hari kerja) 4. Safety stock jika kebutuhan pisang pada titik permintaan maksimum adalah 15 kg per hari dan kebutuhan tepung pada titik permintaan maksimum adalah 23 bungkus per hari.

12

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB II.II PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA TENAGA KERJA

Re f e r e n s i William Carter. Cost Accounting. 14th Edition. Chapter 11: Labor: Controlling and Accounting for Costs.

Pe t a Ko n s e p

13

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i Dalam suatu industri, tidak akan lepas dari peran tenaga kerja untuk menjalankan proses produksinya. Biaya tenaga kerja menggambarkan kontribusi manusia terhadap produksi. Biaya tenaga kerja merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk tenaga kerjanya, biaya ini merupakan biaya yang penting sehingga membutuhkan pengukuran, pengendalian, dan analisis secara sistematis. Komponen biaya tenaga kerja terdiri dari basic pay (gaji pokok) dan fringe benefit (tunjangan). Gaji pokok adalah pendapatan yang benar-benar diterima pekerja setiap bulannya, sedangkan fringe benefit merupakan manfaat lain selain gaji pokok yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan sebagai elemen yang penting dari biaya tenaga kerja tersebut. Contoh dari fringe benefit yaitu dana pensiun, uang lembur, kompensasi dan lain-lain. Biaya tenaga kerja (gaji dan upah) yang dibayarkan oleh perusahaan kepada karyawan meliputi penjumlahan dari gaji pokok, insentif, dan tunjangan dikurangi dengan potongan-potongan. Potongan gaji dan upah umumnya antara lain berupa pajak penghasilan, premi asuransi ditanggung tenaga kerja, dan angsuran pinjaman karyawan. Perencanaan dan pengendalian biaya tenaga kerja merupakan suatu mekanisme

yang

menganalisis,

menghitung,

merencanakan,

dan

mengendalikan biaya tenaga kerja yang terdapat pada suatu perusahaan secara tepat agar efektif, efisien, dan dapat meningkatkan produktivitas. Efektif adalah tepat guna sedangkan efisien adalah tepat sasaran dan terakhir produktivitas tenaga kerja adalah jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh seorang pekerja yang dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kinerja produksi. Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan penghargaan atas peningkatan produktivitas yang dilakukan oleh pekerja. 14

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan incentive wage plan (rencana pemberian insentif). Ada tiga metode incentive wage plan (rencana pemberian insentif), yaitu:  Straight Piecework Plan, merupakan metode rencana pemberian insentif yang paling sederhana, yaitu membayar upah lebih dari tarif dasar untuk jumlah produksi yang melampaui standar.  100% Bonus Plan, merupakan metode rencana pemberian insentif yang merupakan variasi dari metode straight piecework plan, dimana standar yang digunakan bukan dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk waktu per unit output.  Group Bonus Plan, merupakan metode rencana pemberian insentif berdasarkan kinerja kelompok, dengan mekanisme setiap pekerja dalam kelompok menerima tarif per jam untuk produksi sesuai dengan jumlah output standar. Unit yang diproduksi di atas standar dianggap sebagai waktu yang dihemat oleh kelompok, akibatnya setiap pekerja dibayar dengan bonus untuk setiap waktu yang dihemat. Metode yang paling populer di antara ketiga metode incentive wage plan di atas adalah metode 100% bonus plan.

So a l Te o r i 1. Jelaskan hubungan produktivitas dengan biaya tenaga kerja! 2. Jelaskan istilah-istilah di bawah ini: a. Tarif dasar b. Jam kerja normal c. Jam kerja standar d. Produksi standar e. Rasio efisiensi produktivitas 3. Jelaskan komponen biaya tenaga kerja yang dibayarkan perusahaan! 4. Jelaskan tujuan Incentive Wage Plan! 15

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

So a l Hi t u n g a n Berikut adalah data PinuCATs pada minggu kedua bulan Mei 2018: Hari

Produksi Aktual (unit)

Jam Kerja (Jam)

Senin

960

8

Selasa

1200

8

Rabu

935

8

Kamis

980

8

Jumat

990

8

Sabtu

1000

8

Minggu

875

8

Instruksi: Buatlah daftar upah harian yang menunjukkan rasio efisiensi, pendapatan, tarif upah efektif per jam, dan biaya tenaga kerja per unit! Asumsi bahwa PinuCATs menggunakan metode 100% bonus plan dengan upah sebesar Rp6.500 per jam dan produksi standar sebesar 120 unit pisang nugget per jam.

16

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB II.III PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD ( FOH)

Re f e r e n s i William Carter. Cost Accounting. 14th Edition. Chapter 12: Factory Overhead: Planned, Actual, and Applied.

Pe t a Ko n s e p

17

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i  Factory Overhead, Factory Overhead (FOH) secara umum mencakup seluruh biaya manufaktur yang tidak termasuk ke dalam biaya bahan baku langsung (direct material) dan biaya tenaga kerja langsung (direct labor), jadi FOH meliputi biaya bahan baku tidak langsung (indirect material), biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor) dan beban lain-lain (various expense). Pada dasarnya, FOH adalah biaya yang berkaitan dengan proses produksi namun tidak bisa ditelusuri secara langsung ke cost object. Jumlahnya yang besar menjadikan biaya overhead ini harus dialokasikan agar biaya yang ditimbulkan menjadi efektif dan efisien serta menghasilkan perhitungan COGS yang akurat. Biaya overhead juga sering disebut dengan factory burden atau factory expense (beban pabrik), manufacturing expense atau manufacturing overhead (beban manufaktur).  Karakteristik FOH 1. Berkaitan dengan hubungan antara overhead pabrik dengan produk atau volume produksi. 2. Berkaitan dengan bagaimana item-item yang berbeda dalam overhead berubah terhadap perubahan dalam volume produksi.  Komponen Biaya FOH 1. Indirect Material (IDM) 2. Indirect Labor (IDL) 3. Various Expense (VE)  Enam Dasar Alokasi FOH 1. Direct Material Cost. 2. Direct Labor Cost 3. Direct Labor Hours 18

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

4. Machine Hours 5. Physical Output 6. Activity  Dalam menghitung manufacturing overhead, terlebih dahulu mencari tarif dari FOH yang bersangkutan kemudian mengalikannya dengan jumlah aktual. Tarif FOH dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

Dalam menentukan tarif FOH juga perlu memerhatikan tingkat kapasitas produksi. Kemampuan pabrik untuk berproduksi ada empat, yaitu : 1. Teoritis 2. Praktis 3. Aktual yang diperkirakan 4. Normal FOH Applied (budget) = FOH yang dianggarkan. FOH Control (actual) = FOH yang terjadi pada saat proses produksi.  Selisih perhitungan FOH Applied (Budgeted) dengan FOH Control (Actual)

dapat

menyebabkan

munculnya

dua

keadaan,

yaitu

overapplied dan underapplied. 1. Overapplied = FOH Applied (Budgeted) > FOH Control (Actual) 2. Underapplied = FOH Applied (Budgeted) < FOH Control (Actual)  Penjurnalan Biaya Overhead 1. Pembebanan FOH ke Work in Process Work in Process FOH Applied 19

xxx xxx Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

2. Pencatatan FOH Control FOH Control

xxx

IDM, IDL, VE

xxx

3. Pencatatan transfer dari FOH Applied ke FOH Control FOH Applied

xxx

FOH Control

xxx

4. Pencatatan selisih antara FOH Applied dan FOH Control - Underapplied Tidak signifikan Income Summary

xxx

FOH Control

xxx

Signifikan COGS

xxx

FOH Control

xxx

- Overapplied Tidak signifikan FOH Control

xxx

Income Summary

xxx

Signifikan FOH Control COGS

xxx xxx

So a l Te o r i 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah berikut ini: a. Factory overhead b. Overhead rate c. Overapplied d. Underapplied 2. Mengapa FOH perlu dialokasikan? 20

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

3. Apa dampaknya jika selisih overhead dianggap signifikan atau tidak signifikan? 4. Sebutkan jenis kapasitas dalam menghitung FOH!

So a l Hi t u n g a n PinuCATs untuk melakukan kegiatan produksinya selama bulan Maret 2017 menganggarkan indirect labor cost, indirect material cost, various expense (biaya penyimpanan peralatan dan bahan baku) berturut-turut sebesar Rp2.500.000, Rp2.800.000, dan Rp1.200.000 untuk memproduksi 29.000 unit pisang nugget. PinuCATs menetapkan output produksi sebagai dasar alokasi untuk menghitung biaya overhead. Jumlah produksi aktual bulan Maret adalah 28.800 unit pisang nugget dengan total biaya overhead actual adalah Rp6.900.000. PinuCATs menetapkan bahwa selisih overhead yang terjadi signifikan. Instruksi: (pembulatan empat angka di belakang koma) 1. Hitunglah tarif overhead dan FOH Applied 2. Buatlah jurnal: a. Pembebanan FOH ke Work in Process b. Pencatatan FOH Control c. Pencatatan transfer FOH Applied ke FOH Control d. Pencatatan selisih FOH 3. Tentukan apakah FOH Underapplied atau Overapplied!

21

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB III COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS ( CVP ANALYSIS)

Re f e r e n s i Charles T. Horngren. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 3: CostVolume-Profit Analysis.

Pe t a Ko n s e p

22

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i Cost-Volume-Profit Analysis (CVP Analysis) adalah sebuah alat untuk menghubungkan biaya, volume, dan profit (laba) dari suatu perusahaan dengan fokus terhadap lima hal berikut:  Harga Produk (Selling Price)  Volume Produksi (Production Volume)  Biaya Variabel per Unit (Variable Cost per Unit)  Biaya Tetap (Fixed Cost)  Produk Bauran dalam Penjualan (Mixed of Product Sold) Analisis ini digunakan untuk menguji perilaku total revenue, total cost, dan operating income ketika terjadi perubahan dalam production volume, selling price, variable cost per unit, dan fixed cost. Analisis ini dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan tentang strategi dan rencana jangka panjang, serta pengambilan keputusan tentang spesifikasi produk dan penetapan harga. Tujuan dari analisis ini adalah menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba operasi yang ditargetkan. Dalam penggunaan analisis ini, ada sejumlah asumsi yang harus dipenuhi, yaitu:  Total revenue dan total cost dipengaruhi oleh tingkat output.  Total cost terdiri dari total fixed cost dan total variable cost di mana total variable cost dipengaruhi oleh perubahan tingkat output.  Secara grafik, perilaku total revenue dan total cost bersifat linear bila dihubungkan dengan tingkat output dalam relevant range.  Selling price, variable cost per unit, dan total fixed cost telah diketahui dan konstan.

23

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Model Grafik CVP Analysis

Conventional Linear CVP Analysis CVP Analysis ini berfungsi untuk mengalkulasikan Break Even Point (BEP). BEP adalah titik di mana total revenue = total cost. Kondisi ini menggambarkan kondisi perusahaan yang tidak rugi dan tidak untung, atau disebut juga titik impas. Langkah awal dalam menentukan BEP adalah mengetahui contribution margin. Contribution margin adalah saldo revenue setelah dikurangi dengan variable cost. Di mana saldo contribution margin tersebut digunakan untuk menutupi fixed cost. Jika contribution margin lebih kecil daripada fixed cost berarti kondisi perusahaan akan rugi (loss), sebaliknya jika contribution margin lebih besar dari fixed cost berarti kondisi perusahaan untung (profit). Rumus yang digunakan dalam CVP Analysis, di antaranya sebagai berikut: a. Contribution Margin Revenue – Variable Cost b. Contribution Margin per Unit Selling Price per Unit – Variable Cost per Unit c. Contribution Margin Percentage

24

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

d. Operating Income (Contribution Margin per Unit x Quantity Sold) – Fixed Cost

e. BEP in Unit

f. BEP in Revenue

BEP in Unit x Selling Price

g. Unit Sales to Achieve Targeted Operating Income (TOI)

h. Revenue to Achieve Targeted Operating Income (TOI)

i. Degree of Operating Leverage (DOL)

25

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

j. Margin of Safety (MoS) Expected Sales - BEP

k. Margin of Safety Percentage

l. Sales Mix

BEP =

CMA =

So a l Te o r i 1. Apa tujuan dari penggunaan Cost-volume-profit? 2. Sebutkan asumsi-asumsi yang terdapat pada Cost-volume-profit! 3. Apa yang dimaksud dengan Contribution Margin, Margin of Safety, dan Degree of Leverage?

So a l Hi t u n g a n PinuCATs merupakan sebuah UMKM yang memproduksi pisang nugget. Produknya pun sudah dipasarkan ke berbagai wilayah. Pada awal tahun 2018, sebuah perusahaan iklan menawarkan kerja sama yang menjanjikan kenaikan penjualan PinuCATs. Berikut penawaran dari perusahaan tersebut :

26

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

NO

PENAWARAN DAN BIAYA

1.

Penjualan dipastikan naik sebesar 12%

2.

Produk semakin dikenal masyarakat luas

3.

Citra perusahaan semakin baik

4.

Biaya Rp 250.000 untuk 10 kali iklan

Untuk mempertimbangkan tawaran iklan tersebut, PinuCATs harus memperhatikan biaya yang terjadi sebelum menerima tawaran tersebut, dengan asumsi semua biaya berubah seiring dengan adanya perubahan kuantitas, biaya tersebut adalah: NO

KETERANGAN

COST/UNIT

1.

Biaya bahan baku langsung

Rp 1.000

2.

Biaya tenaga kerja langsung

Rp

500

3.

Biaya FOH

Rp

800

PinuCATs menjual 23.000 pisang nugget setiap bulannya dengan harga jual Rp 3.500/pisang nugget. Biaya tetap PinuCATs adalah Rp 10.500.000/bulan. Instruksi : a) Hitunglah CM dan OI sebelum dan sesudah menerima tawaran iklan beserta makna dari angka tersebut! b) Hitunglah BEP in Unit dan BEP in revenue sesudah menerima tawaran iklan! c) Sebagai akuntan manajemen, apakah tawaran iklan tersebut sebaiknya diterima oleh PinuCATs atau tidak? Berikan alasannya! d) Jika harga PinuCATs naik menjadi Rp 5.000 dan penjualan turun sebesar 40% dan PinuCATs tidak menerima tawaran iklan apapun, berapa CM dan OI perusahaan? e) Setelah harga PinuCATs naik dan terjadi penuruanan penjualan, PinuCATs menargetkan OI sebesar Rp 35.005.000 , tanpa ada tawaran iklan, berapa revenue yang harus diperoleh? 27

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB IV COSTING SYSTEM – JOB ORDER COSTING

Re f e r e n s i Charles T. Horngern. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 4: Job Costing

Pe t a Ko n s e p

28

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i  Costing system adalah proses menerjemahkan proses produksi dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tersebut, bertujuan untuk mencapai perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) yang akurat.  Terms 1. Cost object adalah objek yang diukur biayanya. 2. Direct cost adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke objek biaya. 3. Indirect cost adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke objek biaya. 4. Cost pool adalah pengelompokkan dari masing-masing biaya tidak langsung. 5. Cost allocation base adalah cara sistematis untuk menghubungkan sekelompok biaya tidak langsung dengan cost object.  Costing system terbagi atas tiga tipe, yaitu Job Order Costing, Process Costing, dan Hybrid Costing. Hybrid Costing merupakan kombinasi dari Job Order Costing dan Process Costing.  Job Order Costing Dalam Job Order Costing, biaya-biaya produksi diakumulasikan pada setiap produk sesuai dengan pesanan pelanggan berdasarkan single order. Setiap pesanan menggunakan jumlah sumber daya yang berbeda. Untuk menghasilkan job order yang efektif dan efisien, perusahaan harus mampu mengidentifikasi biaya (direct material, direct labor, dan FOH) untuk masing-masing produk tersebut. Jenis produk yang dihasilkan pada perusahaan yang menggunakan costing system ini

29

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

heterogen dan unik sehingga menghasilkan HPP tiap produk yang berbeda sesuai dengan pesanan.  Dalam perhitungan FOH, harus diketahui dasar alokasi yang sesuai untuk digunakan oleh perusahaan. Perhitungan FOH dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu: 1. Standard costing (Pb x Qb) 2. Normal costing (Pb x Qa) 3. Actual costing (Pa x Qa) Catatan : Pa = Price actual Pb = Price budgeted Qa = Quantity actual Qb = Quantity budgeted  Langkah-langkah penyelesaian: 1. Tentukan cost object. 2. Identifikasi direct cost dan indirect cost. 3. Tentukan dasar alokasi FOH. 4. Tentukan tarif untuk masing-masing dasar alokasi yang digunakan dalam mengalokasikan indirect cost. 5. Hitung total cost dengan menjumlahkan seluruh biaya.

So a l Te o r i 1. Sebutkan tiga contoh perusahaan yang menggunakan Job Order Costing!

Bagaimana

karakteristik

umum

perusahaan

yang

menggunakan Job Order Costing. 2. Jelaskan manfaat perhitungan harga pokok produksi setiap pesanan pada Job Order Costing!

30

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

So a l Hi t u n g a n PinuCATs mendapatkan pesanan dari beberapa pelanggan, yaitu Bu Shalma, Bu Yose, dan Bu Retta. Karena memiliki kepentingan yang berbeda, masing-masing pelanggan memiliki pesanan yang berbeda juga. Ketiga pesanan tersebut selesai dalam waktu satu hari. Bu Shalma memesan pisang nugget dengan topping coklat, dengan kode PC110 pada tanggal 13 Juli 2018 untuk konsumsi senam komplek. Bu Yose memesan pisang nugget dengan topping keju dengan kode PC214 pada tanggal 24 Juli 2018 untuk ulang tahun anaknya. Bu Retta memesan pisang nugget dengan topping green tea dengan kode PC382 pada tanggal 25 Juli 2018 untuk acara arisan keluarganya. Untuk pesanan Bu Shalma diperlukan pisang, tepung dan topping coklat serta diharapkan selesai dalam waktu tiga hari. Untuk pesanan Bu Yose diperlukan pisang, tepung dan topping keju serta diharapkan selesai dalam waktu lima hari. Sedangkan untuk pesanan Bu Retta diperlukan pisang, tepung, dan topping green tea serta diharapkan selesai dalam waktu dua hari. Setiap satu kg tepung dapat menghasilkan 12 unit pisang nugget. Satu kg tepung membutuhkan 0,083 kg pisang, 1 bungkus tepung, dan 50 gram topping. Dalam mengalokasikan FOH, PinuCATs menggunakan unit output sebagai dasar alokasi. Tenaga kerja langsung terdiri dari dua orang.

Anggaran Produksi PinuCATs 2018 PC110

PC214

PC382

Bahan Baku-Pisang

Rp 5.000/kg

Rp 5.000 /kg

Rp 5.000/kg

Bahan Baku-Tepung

Rp 12.000/bks

Rp 12.000 / bks

Rp 12.000/ bks

Bahan Baku Penolong

Rp 50/gr

Rp 60/gr

Rp 55/gr

Jumlah Produksi

180 unit

200 unit

250 unit

31

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Jam

Tenaga

Kerja

Langsung (per orang) Tarif Upah Karyawan per Jam Biaya FOH per Bulan Total Unit Output per Bulan

2

3

2,5

Rp 6.500

Rp 6.500

Rp 6.500

Rp 6.900.000

Rp 6.900.000

Rp 6.900.000

28.800

28.800

28.800

Realisasi Anggaran Produksi PinuCATS 2018 PC110

PC214

PC382

Bahan Baku-Pisang

Rp 5.000/kg

Rp 5.000 /kg

Rp 5.000/kg

Bahan Baku-Tepung

Rp 12.000/bks

Rp 12.000 / bks

Rp 12.000/ bks

Bahan Baku Penolong

Rp 55/gr

Rp 65/gr

Rp 70/gr

Jumlah Produksi

205 unit

210 unit

240 unit

2,3

3,2

2

Rp 6.500

Rp 6.500

Rp 6.500

Rp 6.900.000

Rp 6.900.000

Rp 6.900.000

28.800

28.800

28.800

Jam

Tenaga

Kerja

Langsung (per orang) Tarif Upah Karyawan per Jam Biaya FOH per Bulan Total Unit Output per Bulan Instruksi:

Berdasarkan data di atas, buatlah job cost record bagi tiap pesanan dengan actual costing! Hitunglah FOH dengan normal costing!

32

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB V COSTING SYSTEM – PROCESS COSTING

Re f e r e n s i Charles T. Horngren. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 17: Process Costing. William Carter. Cost Accounting. 14th Edition. Chapter 6: Process Costing.

Pe t a Ko n s e p

33

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i  Definisi Process costing merupakan penentuan biaya pokok produk atau cost of goods sold (COGS) di mana biaya tersebut diakumulasikan berdasarkan unit produksi. Process costing digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang tiap unit produksinya menanggung proporsi biaya yang sama, memproduksi produk secara massal dalam skala besar, memiliki output bersifat homogen, dan melalui proses produksi yang sama.  Tujuan Process Costing 1. Menentukan jumlah unit produk yang dimiliki perusahaan pada periode pelaporan akuntansi. 2. Mengevaluasi tingkat penyelesaian produk. 3. Membebankan biaya-biaya pada unit produksi dan persediaan.  Asumsi dalam Process Costing 1. Direct material diberikan pada awal proses produksi. 2. Conversion cost diberikan selama proses produksi.  Unit Ekuivalen Unit ekuivalen merupakan jumlah unit yang menyatakan tingkat penyelesaian atas suatu produk.  Simulasi Kasus pada Process Costing 1. Zero beginning WIP, zero ending WIP. Contoh: Perusahaan yang memproduksi barang tidak tahan lama. 2. Zero beginning WIP, some ending WIP. Contoh: Perusahaan yang baru berdiri. 3. Some beginning WIP, some ending WIP. Contoh: Perusahaan yang telah berdiri dan masih berlanjut. a. Weighted average method b. FIFO method 34

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

 Langkah Penyelesaian 1. Merangkum flow of physical output. 2. Menghitung equivalent unit. 3. Menghitung total cost. 4. Menghitung cost per equivalent unit. 5. Menghitung total assignment of cost.

So a l Te o r i 1. Salah satu asumsi process costing adalah “direct material diberikan pada awal proses produksi”. Namun, jika perusahaan kehabisan bahan baku (direct material) di tengah proses produksi, apakah perusahaan dapat menambahnya? Jika tidak, sertakan alasannya! Jika ya, jelaskan pengaruhnya terhadap perhitungan process costing! 2. Apa perbedaan perhitungan dengan metode weighted average dan FIFO dalam process costing? 3. Jelaskan bagaimana karakteristik perusahaan yang menggunakan sistem process costing! Serta sebutkan tiga contoh perusahaan yang menggunakan sistem process costing!

So a l Hi t u n g a n Pada masa awal produksi, PinuCATs tidak memiliki persediaan awal untuk memproduksi pisang nugget. Berikut ini merupakan data proses produksi yang dilakukan PinuCATs pada hari pertama: Flow of production WIP beginning Started during period Completed & transferred out WIP ending

35

Physical unit

Direct material

Conversion cost

Total cost

0 410 360 50

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Degree of completion from WIP ending Total cost added during period

100%

80%

Rp 2.050.000

Rp 3.650.000

Rp 5.700.000

Dari proses produksi pertama, PinuCATs menghasilkan persediaan akhir yang akan menjadi persediaan awal untuk proses produksi selanjutnya. Berikut ini merupakan data proses produksi selanjutnya:

Flow of production

Physical unit

Direct material

Conversion cost

Total cost

WIP beginning

50

Rp 276.550

Rp 483.750

Rp 760.300

Started during period

390

100%

80%

100%

60%

Rp 2.050.000

Rp 3.650.000

Completed & transferred out WIP ending Degree of completion from WIP beginning Degree of completion from WIP ending Total cost added during period

340 100

Rp 5.700.000

Instruksi: 1. Hitung HPP dengan metode Weighted Average untuk proses produksi

pertama! 2. Hitung HPP dengan metode FIFO untuk proses produksi selanjutnya!

36

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB VI SPOILAGE, REWORK, AND SCRAP

Re f e r e n s i Charles T. Horngren. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 18: Spoilage, Rework, and Scrap. Pe t a Ko n s e p

37

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i  Spoilage Spoilage (barang rusak) adalah unit produksi, baik yang telah selesai seluruhnya atau selesai sebagian, yang tidak memenuhi spesifikasi yang diminta pelanggan dan akan dibuang atau dijual dengan harga yang lebih rendah.  Rework Rework (pengolahan kembali) adalah unit produksi yang tidak memenuhi spesifikasi yang diminta oleh pelanggan tetapi kemudian diperbaiki dan dijual sebagai unit barang jadi yang bagus.  Scrap Scrap (barang sisa) adalah bahan residu yang dihasilkan dari proses pembuatan suatu produk. Barang sisa memiliki total nilai jual yang rendah dibandingkan dengan total nilai jual produk tersebut. Terkadang scrap dapat digunakan kembali sebagai bahan baru dari pada dijual sebagai scrap (barang sisa).

Pada proses produksi terdapat bagian atau level yang dimana produk diseleksi apakah barang tersebut dapat diterima untuk dijual atau tidak, bagian tersebut disebut inspection point. Maka dari itu, akuntansi untuk spoilage bertujuan untuk menentukan, mengelola, mengendalikan, dan mengurangi biaya kerusakan serta untuk membedakan antara biaya normal dan abnormal spoilage. Berikut jenis spoilage yaitu: a. Normal Spoilage Normal spoilage adalah kerusakan yang melekat dalam suatu proses produksi tertentu yang muncul meskipun operasi telah berlangsung secara efisien. Biaya dari normal spoilage biasanya termasuk dari bagian cost of good manufactured. 38

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

b. Abnormal Spoilage Abnormal spoilage adalah kerusakan yang tidak melekat dalam suatu proses produksi tertentu dan tidak akan muncul pada kondisi operasi yang efisien.  Langkah penyelesaian untuk process costing dengan spoilage: 1. Merangkum flow of physical unit output serta mengidentifikasi normal dan abnormal spoilage. 2. Menghitung equivalent units. Spoilage dimasukkan ke dalam perhitungan unit output. 3. Menghitung total cost. 4. Menghitung cost per unit equivalent unit. 5. Menghitung total cost assignment: a. Units completed b. Spoiled units c. Units in ending work in process

Konsep normal dan abnormal spoilage juga dapat diterapkan pada job order costing. Ketika membebankan biaya, umumnya sistem job order costing membedakan normal spoilage yang disebabkan oleh pekerjaan tertentu dan normal spoilage yang umum terjadi pada semua pekerjaan. Abnormal spoilage diidentifikasi secara terpisah sehingga perusahaan dapat berusaha mengeliminasinya. Rework dapat dibedakan menjadi normal rework yang disebabkan oleh pekerjaan tertentu, normal rework yang umum terjadi pada semua pekerjaan, dan abnormal rework. Tidak ada pembedaan yang dibuat untuk normal dan abnormal scrap. Pembedaan yang dibuat adalah antara scrap yang disebabkan oleh pekerjaan tertentu dan scrap yang umum terjadi pada semua pekerjaan. Kadang-kadang nilai scrap cukup material dan waktu antara penyimpanan dan penjualannya lama. 39

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

So a l Te o r i 1. Jelaskan perbedaan antara normal dan abnormal spoilage serta berikan contohnya! 2. Apa yang dimaksud dengan titik inspeksi (inspection point)?

So a l Hi t u n g a n PinuCATs memprodukasi pisang nugget dengan direct material diberikan di awal proses produksi dan conversion cost diberikan selama proses produksi. Berikut ini merupakan data proses produksi yang dilakukan PinuCATs:

Flow of Production WIP beginning

Physical

Direct

Conversion

Unit

Material

Cost

50

Rp282.350

Rp480.650

100%

70%

100%

60%

Rp2.150.000

Rp3.850.000

Degree of completion of WIP beginning Started during period Good units completed & transferred out WIP ending

390 340 60

Degree of completion of WIP ending Total cost added during period Normal spoilage as percentage of good units

40

5%

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Degree of completion of normal spoilage Degree of completion of abnormal spoilage

100%

100%

100%

100%

Instruksi: Berdasarkan data di atas, buatlah schedule of weighted average method dan FIFO method untuk process costing dengan spoilage! (Hasil perhitungan menggunakan empat angka di belakang koma)

41

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB VII JOINT PRODUCT AND BY PRODUCT

Re f e r e n s i Charles T. Horngren. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 16: Cost Allocation – Joint Product and By Product.

Pe t a Ko n s e p

42

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i Dalam bab sebelumnya, telah kita pelajari bagaimana sistem pembiayaan untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu produk atau beberapa produk pada proses yang terpisah. Bagaimana jika terjadi kasus dua atau lebih produk yang dihasilkan pada proses yang sama? Kasus ini dinamakan joint process.  Joint process adalah suatu proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan dalam waktu tertentu yang menghasilkan lebih dari satu produk (output) pada saat yang bersamaan.  Joint cost adalah biaya dari proses produksi yang menghasilkan lebih dari satu produk (output) atau dapat dikatakan sebagai biaya yang timbul akibat dari joint process.  Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak bahan baku diolah sampai dengan berbagai produk dapat dipisahkan identitasnya.  Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.  Produk bersama (joint product) adalah dua macam produk atau lebih yang dihasilkan secara bersama-sama dengan menggunakan bahan baku, tenaga kerja, dan fasilitas pabrik yang sama. Key terms - Split off point adalah suatu titik dimana beberapa produk yang dihasilkan dalam satu proses produksi gabungan dapat diidentifikasi secara terpisah. - Separable cost adalah biaya setelah joint cost yang dapat dibebankan ke masing-masing produk. - Main product adalah produk yang dihasilkan dalam joint process yang memiliki total nilai jual yang lebih tinggi daripada produk lainnya. 43

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

- By product adalah produk yang dihasilkan dalam joint process yang memiliki total nilai jual yang lebih rendah daripada produk lainnya.

So a l Te o r i 1. Jelaskan perbedaan antara produk gabungan dan produk sampingan! 2. Jelaskan metode–metode alokasi biaya bersama (joint cost) berdasarkan pendekatan pasar! 3. Berikan

paling sedikit

tiga

contoh

produksi

gabungan

yang

menghasilkan main product dan by product! So a l Hi t u n g a n Perhatikan ilustrasi di bawah ini!

Pisang, tepung

Split Off Point

PinuCATs melakukan proses produksi bersama yang dapat menghasilkan beberapa produk. Setelah diidentifikasi pada saat titik pisah muncul 44

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

adonan pisang nugget dan adonan roti. Adonan pisang nugget dapat diolah kembali menjadi produk pisang nugget dan adonan roti menjadi produk bolu pisang.

Joint cost untuk pisang dan tepung : Rp1.543.700,00

Beginning Inventory Production Transfer Sales Ending Inventory Selling Price per pcs

Separable Cost

Tepung Pisang Nugget 0 250 250 0 -

Tepung Roti

Pisang Nugget

Bolu Pisang

0 300 150 0 -

0 250 250 20 Rp 7.500

0 150 140 10 25.000

Pisang Nugget Rp 523.700,00

Bolu Pisang Rp 1.050.000,00

Instruksi: 1. Hitunglah alokasi joint cost menggunakan NRV Method! 2. Buatlah laporan profitabilitas untuk produk pisang nugget dan bolu pisang! Tambahan: - Untuk persentase dibulatkan tanpa koma. - Nilai rupiah diambil dari pembulatan dua angka dibelakang koma.

45

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB VIII ALOKASI BIAYA TIDAK LANGSUNG ( DEPARTEMENTALISASI)

Re f e r e n s i Charles T. Horngren. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 15: Allocation of Support-Department Cost, Common Cost, and Revenues. William Carter. Cost Accounting. 14th Edition. Chapter 13: Factory Overhead: Departementalization.

Pe t a Ko n s e p

46

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i  Definisi Pada suatu pabrik akan memerlukan lebih dari satu departemen untuk menyelesaikan proses produksinya dalam membuat suatu produk. Departementalisasi merupakan pembagian pabrik ke dalam segmensegmen yang disebut departemen. Karena memiliki kebutuhan biaya yang berbeda pada setiap departemen, maka FOH dari setiap departemen perlu dihitung. Setiap departemen akan mengalokasian FOH secara terpisah dengan dasar alokasi yang sesuai untuk pembebanan FOH tersebut. Untuk tujuan akuntansi, pembagian pabrik menjadi departemen yang terpisah menghasilkan perhitungan biaya produksi yang lebih baik dan akurat karena memungkinkan departemen yang berbeda untuk memiliki tarif FOH yang berbeda. Selain itu, departementalisasi akan meningkatkan pengendalian dan pertanggujawaban atas FOH dengan cara memicu setiap manajer departemen untuk bertanggung jawab atas masing-masing biaya tersebut.  Jenis Departemen 1. Main/Primary/Producing/Operating Department Departemen ini merupakan departemen yang memberikan value added pada produk/jasa secara langsung dengan mengubah bentuk atau sifat dari bahan baku atau dengan merakit komponen. Departemen ini sering disebut sebagai departemen produksi. 2. Service/Support Department Departemen ini merupakan departemen yang memberikan kontribusi secara tidak langsung terhadap produksi karena tidak mengubah bentuk dari produk/jasa tersebut. Departemen ini memberikan pelayanan kepada departemen lainnya (main department maupun

47

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

support department lainnya) pada perusahaan tersebut agar dapat menunjang proses produksi.  Metode Pengalokasian 1. Jika support department hanya satu:  Single rate method  Fixed cost dan variable cost tidak dipisahkan.  Menggunakan dasar alokasi yang sama.  Menghasilkan satu tarif.

 Dual rate method  Fixed cost dan variable cost dipisahkan.  Menggunakan dasar alokasi yang berbeda.  Menghasilkan dua tarif.

2. Jika support department lebih dari satu:  Direct method

Metode ini hanya mengalokasikan FOH dari support department ke main department.

48

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Catatan: S1 dan S2 merupakan support department, sedangkan M1 dan M2 merupakan main department. Masing-masing support department hanya mengalokasikan FOH ke main department.  Stepdown/elimination/sequential method Metode FOH

ini dari

mengalokasikan satu

support

department ke main department dan support department lainnya. Metode

ini

mendistribusikan

biaya dari support department berdasarkan urutan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila FOH pada suatu support department sudah seluruhnya dialokasikan maka tidak ada alokasi FOH dari support department lain yang dialokasikan kembali ke support department tersebut. Catatan: S1 dan S2 merupakan support department, sedangkan M1 dan M2 merupakan main department. Departemen S1 memiliki jumlah biaya yang lebih besar ($50) daripada Departemen S2 ($30) sehingga

pengalokasian

FOH

dilakukan

terlebih

dahulu.

Departemen S1 mengalokasikan FOH ke Departemen M1 dan M2, serta ke Departemen S2. Hasil alokasi (S1’) dari Departemen S1 ke Departemen S2 nantinya akan menambah dasar alokasi FOH dari Departemen S2 ke Departemen M1 dan M2.

49

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

 Reciprocal method Metode mengalokasikan support

ini FOH

department

dari sesuai

proporsi jasa yang diberikan kepada

seluruh

Metode

ini

persamaan

departemen. menggunakan

aljabar

untuk

menghitung total FOH dari tiap support department, kemudian mengalokasikan

tiap

FOH

tersebut

kepada

departemen

penggunanya berdasarkan persentase jasa yang diterima. Catatan: S1 dan S2 merupakan support department, sedangkan M1 dan M2 merupakan main department. S1’ merupakan alokasi FOH dari Departemen S1, sedangkan S2’ merupakan alokasi FOH dari departemen S2. Selain mengalokasikan ke main department, Departemen S1 dan S2 juga saling mengalokasikan FOH satu sama lain sehingga dasar alokasi akan berubah setelah mendapat alokasi dari support department yang lain.

50

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

So a l Te o r i Gambarkan serta jelaskan secara singkat metode pengalokasian FOH, baik dengan support department hanya satu maupun lebih dari satu!

So a l Hi t u n g a n PinuCATs memiliki beberapa departemen dalam memproduksi pisang nugget yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu main department dan support department. Pada main department terdapat departemen pencampuran dan penggorengan. Sedangkan pada support department terdapat departemen pengawasan dan pemeliharaan. Berikut ini adalah data pemakaian FOH pada bulan Mei 2018: Support Department

Biaya sebelum alokasi (Rp 000)

Main Department Pencampuran Penggorengan

Total FOH

Pengawasan

Pemeliharaan

Rp 530.000

Rp 374.000

Rp 2.572.000

Rp 994.500

Rp 4.470.500

45

60

30

135

45

35

90

Distribusi: Pengawasan (jam tenaga kerja) Pemeliharaan (jam tenaga kerja)

10

Instruksi: Berdasarkan data di atas, tentukan alokasi biaya FOH dari support department ke main department pada PinuCATs dengan menggunakan: a. Direct Method b. Step-Down Method

51

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB IX ACTIVITY-BASED COSTING

Re f e r e n s i Charles T. Horngren. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 5: Activity Based Costing and Activity Based Management.

Pe t a Ko n s e p

52

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i  Activity-Based Costing (ABC) Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu metode penentuan harga pokok yang menelusuri biaya ke aktivitas, kemudian ke produk. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan, atau menunjang produk yang bersangkutan. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu alat untuk memperbaiki costing system dengan

mengidentifikasi

setiap

aktivitas

sebagai

dasar

untuk

perhitungan costing system. Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan menajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya perusahaan dalam berbagai aktivitas sehingga menghasilkan biaya pokok produksi yang lebih akurat. Hal ini didorong oleh: 1. Persaingan global tajam yang memaksa perusahaan cost effective. 2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik (BOP) dalam biaya produk menjadi lebih tinggi dari biaya primer (prime cost). 3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven startegy.  Activity-Based Management (ABM) Activity-Based Management (ABM) merupakan pendekatan terintegrasi yang memfokuskan perhatian menajemen pada aktivitas dalam penggunaan sumber dayanya yang bertujuan untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan (customer value) dan meningkatkan laba perusahaan melalui penyediaan nilai pelanggan. Untuk mempermudah 53

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

dalam membuat keputusan strategis, sistem ABC mengidentifikasi semua aktivitas perusahaan yang termasuk dalam value chain, lalu dilanjutkan dengan menghitung biaya masing-masing aktivitas, kemudian membebankan biaya tersebut ke objek biaya seperti produk atau jasa berdasarkan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi masing-masing produk atau jasa.  Hierarki Biaya Hierarki biaya mengelompokkan berbagai macam cost pool dalam berbagai tipe cost driver atau basis alokasi biaya. 1. Unit level capacity, merupakan biaya aktivitas yang dilakukan atas setiap unit untuk setiap barang/ jasa. Contohnya, ketika perusahaan minuman ingin menambah satu produksi barang, maka baiayanya akan bertambah sejumlah barang yang akan diproduksi lagi. 2. Batch level capacity, merupakan biaya atas aktivitas yang terkait dengan kelompok unit produk atau jasa. Biaya ini akan bertambah seiring dengan pertambahan batch yang diproduksi. Contohnya, perusahaan minuman yang hanya memproduksi barang dalam satu karton, tidak bisa satuan. Sehingga apabila perusahaan ingin menambah satu barang saja, maka biaya yang dibebankan sebesar perusahaan memproduksi satu karton. 3. Product sustaining activity, merupakan biaya atas aktivitas yang ada untuk mendukung produk atau jasa individual tanpa memperhatikan jumlah unit atau batch yang diproduksi, dengan kata lain biaya ini tidak tergantung dari volume tetapi dari varians produknya. Biaya ini biasanya bertambah akibat adanya produk berbeda yang diproduksi perusahaan. Contohnya, design produk yang tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang diproduksi.

54

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

4. Facility sustaining activity, merupakan biaya yang tidak dapat ditelusuri ke setiap produk individu tetapi mendukung organisasi secara keseluruhan. Pemicu dalam level ini sama sekali tidak berkaitan dengan produk/ jasa yang diproduksi. Contohnya, biaya administrasi dan keamanan pada suatu perusahaan.

 Pembebanan Biaya Overhead Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC melalui dua tahap kegiatan: 1. Tahap pertama a. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan biaya ke dalam berbagai aktivitas. b. Mengidentifikasikan cost driver untuk masing-masing aktivitas. c. Menentukan tarif per unit cost driver (jumlah biaya per aktivitas dibagi dengan jumlah cost driver yang dianggarkan). 2. Tahap Kedua Perhitungan alokasi BOP. Alokasi BOP = Tarif per unit cost driver x cost driver actual.

 Keunggulan sistem ABC 1. ABC mereorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya. 2. ABC dapat membantu dalam mengambil keputusan. 3. Manajemen akan melakukan penawaran kompetitif yang wajar. 4. Analisis lebih akurat mengenai volume dan posisi break even. 5. Mencari pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.

55

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

So a l Te o r i 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan cost object, cost driver, dan cost pool! 2. Jelaskan minimal tiga perbedaan antara Simple/Traditional Costing dengan Activity-Based Costing! 3. Jelaskan kelemahan dari penggunaan sistem Activity-Based Costing!

So a l Hi t u n g a n Berikut adalah data terkait produksi PinuCATs per harinya. Aktivitas

Cost Driver

Aktual

Anggaran

Pencampuran

Machine Hour (jam)

4

3

Penggorengan

Labor Hour (jam)

6

7

Pengemasan

Unit yang diproduksi

960

1.100

Biaya Overhead Pabrik Pencampuran

Rp

71.713

Penggorengan

Rp

73.417

Pengemasan

Rp2.232.500

Total

Rp 2.368.322 Biaya Produksi

56

Bahan Baku Langsung

Rp 548.000

Tenaga Kerja Langsung

Rp 1.000.000

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Instruksi: Hitunglah biaya produksi dengan menggunakan (ditulis sampai 4 angka belakang koma): a. Simple Costing (dasar alokasi adalah labor hour) b. Activity-Based Costing

57

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

BAB X PERHITUNGAN BIAYA PERSEDIAAN: VARIABLE, ABSORPTION, AND THROUGHPUT COSTING

Re f e r e n s i Charles T. Horngren. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 9: Inventory Costing and Capacity Analysis.

Pe t a Ko n s e p

58

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Ti n j a u a n Te o r i Manajer dalam sebuah industri yang memiliki biaya tetap tinggi harus mengatur tingkat kapasitas dan membuat keputusan tentang bagaimana menggunakan kapasitas dari aset yang tersedia pada perusahaan. Manajer juga harus memutuskan proses produksi dan kebijakan persediaan. Keputusan dan pilihan akuntansi yang dibuat oleh manajer akan berpengaruh pada laba operasi perusahaan tersebut. Ada dua tipe pilihan dalam akuntansi biaya di antaranya: - The inventory-costing choice menentukan biaya produksi mana yang diperlakukan sebagai inventoriable cost. - The denominator-level capacity choice berfokus pada dasar alokasi biaya yang digunakan untuk membuat tarif anggaran biaya produksi tetap (budgeted fixed manufacturing cost rates).  Metode Perhitungan Biaya Persediaan Ada dua metode perhitungan biaya persediaan yang biasanya digunakan oleh perusahaan manufaktur, diantaranya sebagai berikut: a. Variable Costing Variable costing adalah sebuah metode perhitungan biaya persediaan di mana seluruh biaya produksi variabel (biaya langsung dan biaya tidak langsung) dikategorikan sebagai inventoriable cost yang akan menjadi komponen dari Cost of Goods Sold. Dan seluruh biaya produksi tetap dikategorikan sebagai period cost yang akan menjadi komponen dari expense. b. Absorption Costing Absorption costing adalah sebuah metode perhitungan biaya persediaan di mana seluruh biaya produksi variabel dan biaya produksi tetap dikategorikan sebagai inventoriable cost. Sedangkan selain biaya produksi dikategorikan sebagai period cost, seperti biaya administrasi dan umum, biaya pemasaran, dan sebagainya. 59

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Selain kedua metode di atas, terdapat satu metode yang merupakan variasi dari variable costing yang disebut sebagai throughput costing. Throughput costing adalah sebuah metode perhitungan biaya persediaan dimana yang menjadi biaya produksi atau inventoriable cost hanya biaya bahan baku langsung/direct material cost saja sedangkan untuk biaya produksi lainnya yaitu direct labor cost dan factory overhead dikategorikan sebagai period cost. Throughput costing disebut juga super-variable costing. Dengan menggunakan metode variable costing, absorption costing, dan throughput costing, selain biaya produksi baik biaya variabel maupun biaya tetap seperti biaya R&D, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dikategorikan sebagai period cost dan diakui sebagai beban (expense).  Persamaan Dasar

Beginning Inventory

+

Cost of Goods Manufactured

=

Cost of Goods Sold

+

Ending Inventory

So a l Te o r i 1. Mengapa biaya penjualan dan biaya administrasi tidak berpengaruh pada perbedaan antara absorption costing dan variable costing? 2. Jelaskan

alasan mengapa banyak perusahaan yang

menggunakan

absorption costing!

60

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

So a l Hi t u n g a n PinuCATs merupakan perusahaan manufaktur pembuatan pisang nugget. Sebagai analis keuangan kamu diminta untuk merekomendasikan sebuah metode untuk perhitungan biaya persediaan. CFO PinuCATs juga meminta kamu menyusun laporan laba rugi untuk bulan Juni 2018. Berikut data untuk bulan yang berakhir 30 Juni 2018: Beginning Inventory, June 1, 2018

7.200 units

Ending Inventory, June 30, 2018

1.800 units

June Sales

28.800 units

Selling Price

Rp

Variable manufacturing cost per unit, including Rp direct materials

3.500 per unit 1.300 per unit

Variable operating (marketing) cost per unit sold

Rp

800 per unit sold

Fixed manufacturing costs

Rp

17.650.000

Denominator-level machine-hours

2100

Standard production rate Fixed operating (marketing) costs

12 units per machine-hour Rp

4.675.950

Instruksi: 1. Laporan laba rugi (income statement) dengan metode variable costing dan absorption costing untuk bulan yang berakhir 30 Juni 2018! 2. Tentukan operating income percentage untuk setiap metode di atas! 3. Metode apa yang akan kamu rekomendasikan kepada CFO? Mengapa?

61

Retta – Shalma – Yosefa Cost Accounting Teaching Assistant

Related Documents

Modul Tugas Ii.docx
May 2020 14
Tugas Modul 13.docx
October 2019 14
Tugas On Modul B.docx
December 2019 16
Tugas Modul 6.docx
May 2020 20
Tugas Modul 3.docx
June 2020 11

More Documents from "Gusti Rama Dani"