Modul Praktikum Kmb Contoh.pdf

  • Uploaded by: debi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul Praktikum Kmb Contoh.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,033
  • Pages: 25
MODUL PRAKTIKUM KMB

PENGANTAR .............................

Tata Tertib Praktikum Skills Lab A. Penjelasan Umum Praktikum Skills Lab dilakukan di Mini Hospital PSIK FKIK UMY sesuai pada jadwal yang telah ditentukan. Mahasiswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah mahasiswa sebanyak maksimal 10 mahasiswa per kelompok. Masing-masing kelompok akan dibimbing secara intensif oleh instruktur praktikum dengan fasilitas yang tersedia di Mini Hospital. Mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses praktikum dan diharapkan semua mahasiswa mampu mendemonstrasikan skill yang sedang di praktikumkan. Selain kegiatan praktikum

dibawah

bimbingan

instruktur,

mahasiswa

juga

mempunyai

kesempatan untuk belajar mandiri sesuai jadwal yang telah ditentukan maupun belajar mandiri diluar jadwal yang telah ditentukan dengan seijin coordinator Mini Hospital. Diakhir kegiatan praktikum, mahasiswa wajib untuk mengikuti ujian skills (OSCE). B. Ujian Skills Lab Ujian praktikum Dewasa 1 dilakukan pada akhir masa praktikum. Ujian ini untuk mengetahui penyerapan mahasiswa tentang praktikum yang telah dijalankan dan mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melakukan praktikum. Bahan–bahan ujian terutama dari bahan praktikum dan teori. C.

Sistem Penilaian Penilaian praktikum meliputi : 1. Ujian OSCE sebesar 50 % 2. Praktikum sebesar 50 % a. Pretes b. Proses Praktikum c. Postes

D. Tata Tertib Skill’s Lab  Sebelum praktikum, mahasiswa: 1. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai. 2. Memakai seragam biru-biru. 3. Memakai name tag. 4. Baju atasan menutupi pantat dan tidak ketat. 5. Bagi mahasiswa putri: a. Baju bawahan longgar dan menutupi mata kaki. b. Memakai jilbab biru polos, tanpa poni dan buntut. c. Memakai sepatu tertutup dan berhak rendah, bukan sepatu karet, warna sepatu hitam, memakai kaos kaki. d. Tidak berkuku panjang dan tidak menggunakan pewarna kuku. e. Tidak memakai cadar. Bagi mahasiswa putra: a. Memakai seragam biru-biru. b. Celana longgar, bukan celana pensil. c. Rambut rapi, tidak melebihi krah baju, tidak menutupi mata dan telinga. d. Tidak beranting dan bertato. e. Memakai sepatu tertutup berwarna hitam dan memakai kaos kaki. f. Tidak berkuku panjang dan memakai perhiasan dalam bentuk apapun. 6. Mahasiswa sudah siap didalam ruangan maksimal 15 menit sebelum praktikum dimulai. 7. Apabila alat, bahan, dan mahasiswa belum siap dalam 15 menit setelah jam praktikum berjalan, maka mahasiswa tidak diijinkan untuk mengikuti praktikum.  Selama praktikum, mahasiswa: 1. Melakukan pretes. 2. Mengikuti praktikum dari awal sampai akhir dengan aktif dan baik. 3. Melakukan postes.

4. Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum.  Setelah praktikum, mahasiswa: 1. Mengembalikan dan merapikan alat, bahan dan ruangan dengan rapi pada tempatnya. 2. Mengisi daftar presensi mahasiswa. 3. Memberikan evaluasi terhadap proses berjalannya praktikum melalui instruktur masing-masing.

Panduan Praktikum Skills Lab 1. Colostomy Care (Perawatan Kolostomi) 2. Electro Cardiography (Pemeriksaan EKG) 3. Intravenous Therapy and Intravenous (Terapi Intravena/Pemasangan infuse Perawatan Infus) 4. Urine Catheterization and Catheter (Kateter Urin/Pemasangan Kateter Perawatan Kateter) 5. Teknik Kamar Bedah 6. Terapi Oksigen 7. Blood Transfusion (Transfusi Darah)

Care dan Care dan

1st Topic Colostomy Care

Learning Objective: Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat : 1. Melakukan perawatan kolostomi dengan benar 2. Mendiskusikan konten pendidikan kesehatan pada klien dengan kolostomi

Scenario A patient is being admitted to your unit post-operation. He is a 52 year-old-male with cancer colon. He has permanent colostomy in his abdomen. His abdominal dressing is clean, dry, and intact, however the bag is full and need to be replaced. He expresses ambivalence about having “a bag” and the ability to care for her colostomy.

Pertanyaan mInimal: 1. 2. 3. 4. 5.

Apakah yang dimaksud kolostomi permanen? Apakah indikasi dilakukannya kolostomi? Seperti apakah kolostomi yang baik itu? Bagaimanakah perawatan pada pasien kolostomi? Masalah apa sajakah yang mungkin dialami pada pasien dengan kolostomi?

Masalah keperawatan: 1. 2. 3. 4.

Defisit pengetahuan – perawatan kolostomi Gangguan body image Anxiety Pain

KOLOSTOMI A. Pengertian 

Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feces ( M. Bouwhuizen, 1991 ).



Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feces ( Randy, 1987 ).



Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feces ( Evelyn, 1991, Pearce, 1993 )

B. Jenis – jenis kolostomi Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.

1.

Kolostomi permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rektum sehingga tidak memungkinkan feces melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel (dengan satu ujung lubang) 2.

Kolostomi temporer / sementara Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feces sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang

disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparatomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparatomi sangat beresiko mengalami infeksi karana letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feces yang dapat mengkontaminasi luka laparatomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feces. Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feces atau jika kantong kolostomi bocor dan feces cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetep kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien. Kulit sekitar stoma yamg mengalami iritasi harus segera diberi zink salep/zink oil atau konsultasikan pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.

C. Pendidikan Kesehatan pada Klien dengan Kolostomi Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen. Berbagai hal yang harus diajarkan pada paien adalah : 

Teknik penggantian/pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar



Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma



Waktu penggantian kantong kolostomi



Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien



Jadwal makan/pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan



Pengeluaran feces agar tidak mengganggu aktivitas pasien



Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi



Berbagai aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien



Berbagi hal/keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika pasien sudah dirawat di rumah )



Berobat/kontrol ke dokter secara teratur.



Makanan : yang tinggi serat.

D. Komplikasi kolostomi 1.

Obstruksi/Penyumbatan Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feces ynag sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.

2.

Infeksi Kontaminasi feces merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

3.

Retraksi stoma/mengkerut Stoma mengalami pengikatan karena kantong kjoostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.

4.

Prolaps pada stoma Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yng kurang adekuat pada saat pembedahan.

5.

Stenosis Penyempitan dari lumen stoma

6.

Perdarahan Stoma

E. Bowel Training Pasien yang terpasang kolostomi sementara suatu saat akan dikembalikan fungsi ususnya dan ditutup kolostominya, sehingga pasien membutuhkan tindakan khusus agar dapat mengembalikan fungsi usus dan anus seperti sebelum dilakukan kolostomi dan memiliki pola buang air besar yang teratur. Bowel training dilakukan untuk membantu pasien mengontrol buang air besar, mencegah konstipasi, mencegah iritasi kulit dan meningkatkan konsep diri pasien. Secara umum, panduang melakukan bowel training adalah sebagai berikut: 1. Kaji kondisi pasien untuk mengetahui adanya kebutuhan khusus pada pasien 2. Sebelum dilakukan bowel training, pasien harus telah diperiksa oleh dokter untuk menentukan penyebab inkontinensia BAB 3. Pengkajian riwayat BAB dan gaya hidup dapat digunakan sebagai data dasar untuk menentukan pola BAB yang akan menjadi target bowel training

4. Diet pasien harus disesuaikan dan dimodifikasi sehingga mengandung cukup serat dan air sehingga kotoran menjadi lembek dan tidak keras. Makanan tinggi serat diantaranya gandum utuh, sayuran segar, dan kacang-kacangan 5. Kecuali dikontraindikasikan, pasien harus mengkonsumsi 1-2 liter cairan setiap hari 6. Libatkan pasien, keluarga dan interdisciplinary team dalam program bowel training ini Alat yang dibutuhkan untuk bowel training: 1. Bedpan atau toilet 2. Tisu toilet 3. Alat perlindungan diri (APD) Prosedur bowel training 1. Tentukan waktu untuk pergerakan usus. Waktu yang paling tepat adalah 20-40 menit setelah makan 2. Anjurkan pasien untuk menstimulasi pergerakan usus 30 menit setelah makan. Bantu pasien menuju kamar mandi dan berikan privacy 3. Pergerakan usus dapat distimulasi dengan cara stimulasi digital. Stimulasi digital dilakukan degan memasukkan jari yang telah dioles jelly ke dalam anus dan melakukan gerakan memutar di dalam anus. Stimulasi usus besar dilakukan hingga sphincter relaksasi. Prosedur ini mungkin memerlukan waktu beberapa menit. Jika stimulasi digital tidak menyebabkan pergerakan usus yang ditandai dengan mulas dan perasaan ingin BAB dalam waktu 20 menit, ulang prosedur stimulasi digita. Jika stimulasi digital berhasil, maka prosedur ini harus dilakukan setiap hari hingga mencapai pola yang reguler. Pergerakan usus dapat distimulasi dengan menggunakan supositoria atau enema 4. Setelah stimulasi dilakukan, pasien dianjurkan berada dalam posisi BAB seperti duduk atau jongkok 5. Bantu klien membersihkan diri setelah BAB 6. Prosedur yang dilakukan secara konsisten merupakan aspek krusial dari bowel training ini PERAWATAN KOLOSTOMI A. Pengertian Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan. B. Tujuan 

Menjaga kebersihan pasien



Mencegah terjadinya infeksi



Mencegah iritasi kulit sekitar stoma



Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

C. Persiapan Klien 

Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan dll



Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)



Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/p), mempersilakan keluarga untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien.

SOP PERAWATAN KOLOSTOMI No I.

II.

Komponen Persiapan . Alat 1. Kantong kolostomi 2. Satu set ganti balutan (pinset anatomis, pinset chirugis, kom kecil, dan gunting) 3. Kapas 4. Kassa steril 5. Larutan sublimat/NaCl 6. Zink salep/zink oi 7. Plester (k/p) 8. Bengkok/piala ginjal 9. Perlak dan pengalasnya 10. Kantong plastik 11. Tempat sampah 12. Gunting 13. Sepasang sarung tangan bersih 14. Masker Tahap . Pre Interaksi 1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien 2. Siapkan alat-alat 3. Siapkan lingkungan klien: jaga privacy klien, tutup pintu dan jendela/ korden

III.

Tahap . Orientasi 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya, serta memperkenalkan diri 2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga 3. Klarifikasi kontrak waktu perawatan kolostomi 4. Beri kesempatan klien untuk bertanya 5. Minta persetujuan dari klien/keluarga 6. Persiapan alat didekatkan klien

IV.

Tahap . Kerja 1. Membaca basmalah sebelum melakukan tindakan 2. Perawat cuci tangan (menggunakan handrub 6 langkah cuci tangan/hand rub) 3. Atur posisi nyaman klien 4. Menggunakan sarung tangan bersih 5. Meletakkan perlak dan alasnya di bagian kanan/kiri pasien sesuai letak stoma 6. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien 7. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)

No

Komponen 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.

Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan mengggunakan pincet atau tangan dengan tangan dominan dan tangan non dominan menekan kulit pasien Membersihkan kulit sekitar stoma dengan menggunakan kapas sublimat (NaCl) dengan hati-hati Membersihkan stoma dengan menggunakan kapas sublimat (NaCl) dengan sangat hatihati Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan kassa steril Observasi stoma dan kulit sekitar stoma, amati adanya iritasi, kemerahan, dan tandatanda infeksi Memberikan zink salep/zink oil (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma Menutup stoma sementara dengan menggunakan kassa steril kering untuk persiapan pemasangan kantong kolostomi Mengukur stoma dan membuat kantong kolostomi sesuai ukuran stoma Membuka salah satu sisi (sebagian) perekat kantong kolostomi Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertikal/horisontal/miring sesuai kebutuhan pasien, jika perlu dengan menggunakan pinset untuk mempermudah menempelkan kantong kolostomi Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi Membuka sisi perekat, hindari masuknya udara dalam kantong kolostomi Merapikan pasien dan lingkungannya Merapikan alat-alat dan membuang sampah Melepas sarung tangan Mencuci tangan (menggunakan handrub 6 langkah cuci tangan/hand rub)

V.

Tahap . Terminasi 1. Evaluasi respon dan kondisi klien 2. Simpulkan hasil kegiatan 3. Berikan pendidikan kesehatan singkat (diet, personal hygiene, cara thoharoh, beribadah dengan kolostomi yang terpasang) 4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 5. Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan

VI.

Dokumentasi . 1. Nama klien 2. Produk stoma: jumlah, konsistensi, warna, dll 3. Konsisi stoma dan kulit disekitar stoma: adanya iritasi, kemerahan, tanda-tanda infeksi, obstruksi, penyempitan, dll 4. Respon klien

VII.

Sikap . 1. Teliti 2. Empati 3. Memperhatikan keamanan

FORMAT PENILAIAN PERAWATAN KOLOSTOMI Skala Penilaian Item yang dinilai Persiapan Alat (Bobot 1)

0

1

2

3

Tidak menyiapkan alat

Bila alat yang disiapkan 75% sesuai SOP

Pra Interaksi (Bobot 1)

Tidak melakukan tahap pra interaksi

Hanya melakukan 1 item pre interaksi dengan benar

Bila alat yang disiapkan sesuai SOP namun penempatan alat kurang atau tidak memperhatikan keamanan pasien Melakukan 2 item pre interaksi dengan benar

Bila alat yang disiapkan lengkap sesuai SOP dan penempatan alat memperhatikan keamanan pasien Melakukan semua (3) item pre interaksi dengan benar

Tahap Orientasi (Bobot 1)

Tidak melakukan tahap orientasi

Hanya melakukan 1 – 3 item dari 6 item dengan benar

Melakukan 4 – 5 item dari 6 item dengan benar

Melakukan semua (6) item orientasi dengan benar

Tahap Kerja (Bobot 6)

Tidak melakukan semua item yang ada pada tahap kerja Tidak melakukan tahap terminasi

Melakukan tahap kerja 13 – 18 item dari yang seharusnya dilakukan pada tahap kerja Melakukan 3 – 4 dari 5 hal pada tahap terminasi

Melakukan tahap kerja sesuai SOP 19 - 23 item dan sesuai prinsip yang benar

Tahap Terminasi (Bobot 1) Dokumentasi (Bobot 1)

Tidak melakukan dokumentasi

Melakukan tahap kerja kurang dari 1 – 12 item dari yang seharusnya dilakukan pada tahap kerja Hanya melakukan 1 – 2 hal dari 5 hal pada tahap terminasi Melakukan 1 hal dokumentasi

Sikap (Bobot 1)

Tidak menunjukan sikap yang baik kepada pasien

Menunjukkan 1 interaksi yang baik

Menunjukkan 2 interaksi yang baik

Nilai Akhir = Jumlah total skore x 100 36 Nilai batas lulus ≥ 75

= …

sikap

Melakukan 2 – 3 hal dokumentasi sikap

Melakukan 5 hal yg harus dilakukan pada tahap terminasi dengan baik Melakukan 4 hal yang harus didokumentasi dengan lengkap Menunjukkan 3 hal sikap yang baik selama interaksi dengan pasien

Nilai

2nd Topic Electro Cardiography

Learning Objective: Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan indikasi pemeriksaan EKG 2. Melakukan pemasangan EKG dengan benar

Scenario A patient had a history of Acute Myocardial Infark since 5 years ago. Right now the patients ia being admitted in your medical unit because of pain in his left chest. You will check the patient’s ECG result.

Pertanyaan mInimal: 1. Sebutkan indikasi pemeriksaan EKG? 2. Alat apa saja yang dibutuhkan untuk pemeriksaan EKG?

Masalah keperawatan: 1. Penurunan curah jantung 2. Kerusakan pertukaran gas

EKG (ELEKTROKARDIOGRAM) I. DEFINISI EKG adalah merupakan grafik hasil catatan potensial listrik yang dihasilkan oleh denyut jantung (Mervin J. Goldman). II. TUJUAN 1.

Untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung/aritmia

2.

Untuk mengetahui adanya kelainan miokardium seperti infark, hipertropi atrial atau ventrikel

3.

Untuk mengetahui pengaruh/efek obat-obat jantung terutama digitalis

4.

Untuk mengetahui adanya gangguan elektrolit

5.

Untuk mengetahui adanya perikarditis

III. SISTEM KONDUKSI 1. SA Nodes Frekwensi 60 – 100 x/menit, iramanya sinus (sinus rhythm) 2. AV Nodes Frekwensi 40 – 60 x/menit, iramanya junctional rhythm 3. Berkas His 4. Serabut Purkinye Frekwensi 20 – 40 x/menit, iramanya idioventrikuler rhythm

IV. UKURAN KERTAS EKG Gambaran EKG akan tergores horisontal dan vertikal pada kertas grafik dengan kotakkotak kecil berukuran 1 x 1 milimeter (mm). Tiap milimeter pada sumbu horizontal menyatakan interval waktu 0,04 detik dan tiap milimeter pada sumbu vertikal menyatakan kekuatan listrik sebesar 0,1 milivolt (mV). Umumnya pada setiap lima kotak sedang terdapat satu garis tanda yamg menunjukkan panjang kertas EKG, ialah 5 x 5 mm = 25 mm. Pada rekaman EKG baku telah ditetapkan bahwa : a. Kecepatan rekaman

: 25 mm/detik

b. Kekuatan voltage

: 1 mV = 10 mm

Jadi berarti ukuran kertas EKG : a. Pada garis horizontal -

Tiap satu mm

= 1/25 detik = 0,04 detik

-

Tiap lima mm

= 5/25 detik = 0,20 detik

-

Tiap 25 mm

= 1,00 detik

b. Pada garis vertikal -

1 mm

= 0,10 mV

-

10 mm

= 1,00 mV

V. SANDAPAN EKG Untuk rekaman rutin, terdapat 12 sandapan yaitu : a. Tiga buah bipolar standard lead (I, II, dan III) -

Sandapan I : Menggambarkan perbedaan potensial antara lengan kanan (RA) dan lengan kiri (LA), dimana LA bermuatan lebih positif dari RA

-

Sandapan II

: Menggambarkan perbedaan potensial antara lengan kanan

dan tungkai kiri (LL), dimana LL bermuatan lebih positif dari RA -

Sandapan III

: Menggambarkan perbedaan potensial antara lengan kiri dan

tungkai kiri, dimana LL bermuatan lebih positif dari LA

b. Tiga buah unipolar limb lead (aVR, aVL, aVF) Sandapan unipolar limb lead adalah rekaman perbedaan potensial antara lengan kanan, lengan kiri atau tungkai kiri terhadap elektroda indifferen yang berpotensial nol. - Sandapan aVR = sandapan unipolar lengan kanan yang diperkuat (augmented) - Sandapan aVL = sandapan unipolar lengan kiri yang diperkuat (augmented) - Sandapan aVF = sandapan unipolar tungkai kiri yang diperkuat (augmented)

c. Enam buah unipolar chest lead (V1 sampai dengan V6) Unipolar chest lead adalah rekaman potensial dari satu titik di permukaan dada - Sandapan V1 = Sela iga IV garis sternal kanan - Sandapan V2 = Sela iga IV garis sternal kiri - Sandapan V3 = Antara V2 dan V4 - Sandapan V4 = Sela iga V garis midklavikular kiri - Sandapan V5 = Setinggi V4 garis aksilaris anterior kiri - Sandapan V6 = Setinggi V4 garis aksilaris media kiri .

EKG Lead Placement

Gambar sebuah EKG Normal

Keterangan Gambar: Gelombang P: menggambarkan aktivitas depolarisasi atrium. Repolarisasi atrium tidak tergambarkan karena terlalu kecil dan tertutup oleh kompleks QRS. Gelombang Q: menggambarkan awal fase depolarisasi ventrikel dan merupakan defleksi negatif pertama dari kompleks QRS. Gelombang R: menggambarkan fase depolarisasi ventrikel dan merupakan defleksi positif pertama dari kompleks QRS. Gelombang S: menggambarkan fase depolarisasi ventrikel dan merupakan defleksi negatif sesudah gelombang R Kompleks QRS: menggambarkan seluruh fase depolarisasi ventrikel Gelombang T: menggambarkan fase repolarisasi ventrikel Interval PR: merupakan penjumlahan waktu depolarisasi atrium dan waktu perlambatan dari simpul AV ( AV nodes delay ), yang dihitung dari permulaan gelombang P sampai dengan permulaan kompleks QRS. Batas normal nilainya adalah 0,12 – 0,20 detik Interval QRS: menggambarkan lamanya aktivitas depolarisasi ventrikel, yang dihitung dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang S. Nilai normalnya < 0,12 detik Interval QT: jarak permulaan gelombang Q sampai dengan akhir gelombang T, yang menggambarkan lamanya aktivitas depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Nilai normalnya 0,42 detik. Segment ST dimulai dari akhir gelombang S sampai dengan awal gelombang T. Normalnya isoelektris berkisar antara – 0,5 mm sampai + 2 mm.

SOP PEMERIKSAAN EKG No

Komponen

I. . Persiapan alat: 1. Mesin EKG 2. Kertas EKG 3. Jelly 4. Tissue/handuk 5. Alat tulis II. . Tahap Pre Interaksi 1. Lakukan verifikasi order untuk pemeriksaan EKG 2. Siapkan alat – alat 3. Siapkan lingkungan klien: jaga privacy klien, tutup pintu dan jendela/ korden III. . Tahap Orientasi 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya, serta memperkenalkan diri 2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga 3. Klarifikasi kontrak waktu pemeriksaan EKG 4. Beri kesempatan klien untuk bertanya 5. Minta persetujuan dari klien/keluarga 6. Persiapan alat didekatkan klien IV. . Tahap Kerja 1. Membaca basmalah sebelum melakukan tindakan 2. Perawat cuci tangan (menggunakan handrub 6 langkah cuci tangan/hand rub) 3. Bantu klien dalam posisi supine. Posisi semi fowler dapat digunakan untuk klien dengan masalah respirasi 4. Lepaskan semua perhiasan dari logam yang dikenakan oleh pasien: cincin, kalung, gelang, jam tangan, gesper, dll 5. Berikan privasi dan minta klien untuk melepaskan pakaiannya terutama di bagian dada, pergelangan tangan dan mata kaki 6. Instruksikan klien untuk tetap berbaring, tidak bergerak, batuk atau berbicara saat dilakukan perekaman EKG PASANG ELEKTRODA PADA TUBUH KLIEN DENGAN LEBIH DAHULU MEMBERIKAN GEL PADA PERMUKAAN ELEKTRODA:* 7. Kabel RA (Right Arm, merah) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan kanan* 8. Kabel LA (Left Arm, kuning) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kiri* 9. Kabel LL (Left Leg, hijau) dihubungkan dengan pergelangan kaki kiri* 10. Kabel RL (Right Leg, hitam) dihubungkan dengan pergelangan kaki kanan* 11. V1 : di ruang interkostal 4 kanan, ditepi kanan sternum* 12. V2 : di ruang interkostal 4 kiri di tepi kiri sternum* 13. V3 : di pertengahan V2 dan V4* 14. V4 : perpotongan antara linea medioklavikularis kiri dengan ruang interkostal 5 kiri* 15. V5 : di perpotongan antara linea axillaris anterior kiri dengan interkostal 5 kiri* 16. V6 : diperpotongan antara linea axillaris media kiri dengan interkostalis 5 kiri* 17. Hidupkan mesin EKG. Putar pengatur lead pada daerah netral (huruf C) dan aturlah agar jarum pencatat menunjukkan ke tengah grafik

No

Komponen 18. Jalankan kertas grafik. Lakukan kalibrasi dengan menekan tombol kalibrasi beberapa kali; gunakan kalibrasi dengan menggunakan angka 1. Kemudian hentikan kertas grafik 19. Putar tombol pengatur lead pada pengatur lead I dan aturlah agar garis dasar terletak di tengah-tengah kertas grafik 20. Jalankan kembali kertas grafik sampai sepanjang  15 cm (minimal 3 gambaran EKG pada setiap lead), lalu hentikan kembali kertas grafik 21. Ulangi prosedur 5 dan 6 untuk lead II, III, aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 22. Matikan mesin EKG 23. Lepaskan elektroda dan bersihkan kulit dari gel yang tersisa menggunakan tissue atau handuk 24. Merapikan pasien dan lingkungannya serta mengembalikan benda-benda logam yang dipakai pasien jika ada 25. Merapikan alat dan membuang sampah 26. Perawat mencuci tangan (menggunakan handrub 6 langkah cuci tangan/hand rub)

V.

VI.

VII.

Tahap Terminasi 1. Evaluasi respon, perasaan, dan kondisi klien 2. Simpulkan hasil kegiatan 3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 4. Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan Dokumentasi 1. Cantumkan nama di kertas EKG 2. Cantumkan umur klien di kertas EKG 3. Cantumkan nomor rekam medis di kertas EKG 4. Cantumkan waktu (jam dan tanggal) pelaksanaan pemeriksaan EKG di kertas EKG 5. Catat identitas pasien, waktu pelaksanaan dan kemungkinan adanya abnormalitas hasil EKG dalam catatan medis (RM) 6. Laporkan adanya kondisi abnormal 7. Respon klien Sikap 1. Teliti 2. Empati 3. Memperhatikan keamanan

Keterangan: * critical point dari prosedur. Jika critical point tidak dilakukan, otomatis mahasiswa tidak lulus

FORMAT PENILAIAN PEMASANGAN EKG Skala Penilaian 0

1

2

3

Tidak menyiapkan alat

Bila alat yang disiapkan 75% sesuai SOP

Bila alat yang disiapkan lengkap sesuai SOP dan penempatan alat memperhatikan keamanan pasien

Pra Interaksi (Bobot 1)

Tidak melakukan tahap pra interaksi

Hanya melakukan 1 item pre interaksi dengan benar

Bila alat yang disiapkan sesuai SOP namun penempatan alat kurang atau tidak memperhatikan keamanan pasien Melakukan 2 item pre interaksi dengan benar

Tahap Orientasi (Bobot 1)

Tidak melakukan tahap orientasi

Hanya melakukan 1 – 3 item dari 6 item dengan benar

Melakukan 4 – 5 item dari 6 item dengan benar

Melakukan semua (6) item orientasi dengan benar

Tahap Kerja (Bobot 6)

Tidak melakukan semua item yang ada pada tahap kerja

Melakukan tahap kerja 1 – 13 item dari yang seharusnya dilakukan pada tahap kerja

Melakukan tahap kerja sesuai SOP 21 – 26 item dan sesuai prinsip yang benar

Tahap Terminasi (Bobot 1)

Tidak melakukan tahap terminasi

Hanya melakukan 1 hal dari 4 hal pada tahap terminasi

Melakukan tahap kerja dari 14 – 20 item dari yang seharusnya dilakukan pada tahap kerja Melakukan 2 - 3 dari 4 hal pada tahap terminasi

Dokumentasi (Bobot 1)

Tidak melakukan dokumentasi

Melakukan 1 dokumentasi

Melakukan 4 – 5 hal dokumentasi

Sikap (Bobot 1)

Tidak menunjukan sikap yang baik kepada pasien

Menunjukkan 1 interaksi yang baik

Item yang dinilai Persiapan Alat (Bobot 1)

Nilai Akhir = Jumlah total skore x 100 36 Nilai batas lulus ≥ 75

= …



3

hal sikap

Menunjukkan 2 interaksi yang baik

sikap

Melakukan semua (3) item pre interaksi dengan benar

Melakukan 4 hal yg harus dilakukan pada tahap terminasi dengan baik Melakukan 6 – 7 hal yang harus didokumentasi dengan lengkap Menunjukkan 3 hal sikap yang baik selama interaksi dengan pasien

Nilai

Related Documents


More Documents from "Yvada Siissy"

June 2020 13
May 2020 11
Sak Sdn Ngingas.docx
December 2019 15
Sap Dm.docx
December 2019 9
Format P.oksigen.docx
December 2019 17