Modul Petunjuk Praktikum 2014.docx

  • Uploaded by: YuliLusianaSari
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul Petunjuk Praktikum 2014.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,393
  • Pages: 43
MODUL PETUNJUK PRAKTIKUM

BLOK 2 DAUR HIDUP

PENYUSUN: Nindya Shinta Rosita Dewi Dwita Aryadina Muhammad Ichwan Sugiyanta Irawan Fajar Kusuma

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2014

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 1

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan terselesainya penyusunan Buku Petunjuk Praktikum Blok 2. Blok Daur Hidup merupakan blok kedua dari keseluruhan blok belajar dalam Kurikulum Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Pada blok ini peserta didik belajar mengenai pengetahuan dasar yang dibutuhkan sebagai seorang mahasiswa kedokteran dan calon dokter, yakni anatomi dasar dan embriologi pada manusia, pertumbuhan dan perkembangan selama daur hidup manusia, proses penuaan dan penyakit yang diderita lanjut usia, permasalahan pada komunitas agroindustri, dan aspek medikolegal dalam praktek kedokteran. Dalam blok 2, terdapat 5 kegiatan praktikum yang menunjang materi tutorial dimana diskusi tutorial sebagai jantung dari seluruh kegiatan. Materi praktikum blok 2 yaitu pengantar anatomi dn embriologi, pengantar histologi, penilaian tumbuh kembang, statistik deskriptif, dan pengantar biokimia. Buku petunjuk praktikum disusun untuk memudahkan dan menunjang kegiatan praktikum mahasiswa supaya tujuan pembelajaran tercapai. Terima kasih kepada narasumber, sejawat, dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku ini dapat digunakan sesuai tujuan yang diharapkan. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan demi kesempurnaan buku ini.

Jember, September 2014

Tim Penyusun

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 2

DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 2.1 Komponen mikroskop cahaya ............................................................................ 10 Gambar 2.2 Mikroskop cahaya binokular .............................................................................. 11 Gambar 2.3 Mikroskop elektron ............................................................................................ 12 Gambar 2.4 Jenis-jenis mikroskop elektron ........................................................................... 15 Gambar 3.1 Kartu Menuju Sehat ........................................................................................... 23 Gambar 3.2 Berat badan dan tinggi badan normal pada anak perempuan ............................. 29 Gambar 3.3 Berat badan dan tinggi badan normal pada anak laki-laki ................................ 30

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 3

DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv JADWAL KEGIATAN BLOK 2 ........................................................................................ 1 DAFTAR MATERI PRAKTIKUM ................................................................................... 2 PETUNJUK PRAKTIKUM ................................................................................................ 3 1.

Praktikum 1: Pengantar Anatomi dan Embriologi ........................................................ 3

2.

Praktikum 2: Pengantar Histologi................................................................................... 7

3.

Praktikum 3: Penilaian Tumbuh Kembang .................................................................... 18

4. Praktikum 4: Statistik Deskriptif .................................................................................... 31 5. Praktikum 5: Pengantar Biokimia

DAFTAR MATERI PRAKTIKUM 1.

Pengantar anatomi dan embriologi (dr. Muhammad Ichwan, M.Sc).

2.

Pengantar histologi (Lab Histologi).

3.

Penilaian tumbuh kembang anak (Lab IKM).

4.

Statistik deskriptif (Lab IKM)

5.

Pengantar biokimia (lab biokimia).

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 4

PRAKTIKUM 1 PENGANTAR ANATOMI DAN EMBRIOLOGI

I.

Judul Blok Blok 2 (Daur Hidup).

II. Topik Praktikum Pengantar Anatomi dan Embriologi.

III. Laboratorium Pelaksana Laboratorium Anatomi.

IV. Tujuan Belajar 1. Mahasiswa mampu memahami anatomi dasar manusia. 2. Mahasiswa mampu memahami posisi anatomi, regio, gerakan sendi, bagian otot, anggota badan, bentuk struktur, dan warna struktur dalam anatomi. 3. Mahasiswa mampu memahami perkembangan embrio dari dua lapis germinativum menjadi tiga lapis germinatifum. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan dari tiga lapis germinatifum (ektoderm, mesoderm, endoderm). 5. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan embriologi sistem saraf pusat. 6. Mahasiswa mampu memahami perkembangan embriologi facei.

V. Alat dan Bahan 1. Manikin model kerangka. 2. Manikin model regio. 3. Manikin embriologi dua lapis germinativum. 4. Manikin model embriologi tiga lapis germinativum. 5. Manikin model embriologi sistem saraf. 6. Manikin model embriologi sistem facei. 7. Embrio manusia.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 5

VI. Prosedur 1. Mengidentifikasi manekin model. 2. Membandingkan dengan literatur yang ada. 3. Mendiskusikan dalam satu kelompok. 4. Diskusi antar kelompok.

VII. Metode 1. Ceramah. 2. Tentiran. 3. Diskusi.

VIII. Tugas 1) Gambarkan dan jelaskan perkembangan embrio dari satu lapis germinatifum menjadi tiga lapis germinativum?

Gambar 1 Keterangan: 1. ............................................................................................................. 2. ............................................................................................................. 3. ............................................................................................................. 4. ............................................................................................................. 5. .............................................................................................................

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 6

2) Gambarkan dan jelaskan perkembangan sistem saraf?

Gambar 2 Keterangan: 1. ............................................................................................................. 2. ............................................................................................................. 3. ............................................................................................................. 4. ............................................................................................................. 5. .............................................................................................................

3) Gambarkan dan jelaskan perkembangan sistem facei?

Gambar 3 Keterangan: 1. ............................................................................................................. 2. ............................................................................................................. 3. ............................................................................................................. 4. ............................................................................................................. 5. .............................................................................................................

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 7

IX. Referensi 1.

La Nge, 1996. Embriology. Jakarta: EGC.

2.

Pabst, 2006. Sobotta: Anatomi. Edisi 25. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

3.

Persaud and moore, 2003. The Developing Human Clinicaly Oriented Embryology. 7th Ed. Souders: Philadelphia.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 8

PRAKTIKUM 2 PENGANTAR HISTOLOGI (PENGENALAN MIKROSKOP)

I.

Judul Blok Blok 2 (Daur Hidup).

II. Topik Praktikum Pengantar Histologi (Pengenalan Mikroskop).

III. Laboratorium Pelaksana Laboratorium Histologi.

IV. Tujuan Belajar 1.

Mahasiswa mampu mengenal komponen mikroskop cahaya dan menjelaskan fungsinya.

2.

Mahasiswa mampu membuat preparat non permanen (segar).

3.

Mahasiswa mampu menggunakan mikroskop cahaya untuk mengamati objek berupa huruf, preparat nonpermanen, dan preparat permanen.

4.

Mahasiswa mampu melakukan pemeliharaan dan penyimpanan mikroskop cahaya.

5.

Mahasiswa mampu melakukan pemeliharaan dan penyimpanan preparat permanen.

V. Alat dan Bahan 1.

Mikroskop cahaya.

2.

Pipet.

3.

Silet.

4.

Pinset.

5.

Gelas obyek dan gelas penutup.

6.

Cawan petri.

7.

Preparat permanen histologi.

8.

Potongan kertas (tulisan pada kertas koran) berhuruf "A", "d".

9.

Organisme berukuran kecil (semut, bunga rumput, dan lainnya).

10. Butir-butir pati kentang. 11. Air dan larutan iodine.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 9

VI. Metode Penggunaan Mikroskop Cahaya A. Pengamatan terhadap huruf dan preparat permanen 1. Letakkan potongan kertas berhuruf "A" pada kaca obyek dan tutup dengan gelas penutup! 2. Amati dengan perbesaran lemah (10x10)! 3. Amati apakah bayangan benda sama atau terbalik dan gambarkan! 4. Sambil memandang ke dalam lensa okuler, geser preparat dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Amati kemana bayangan bergerak? 5. Ubahlah lensa obyektif ke perbesaran yang lebih besar. Amati apakah ada perubahan luas bidang pandang? 6. Berapa diameter bidang pandang mikroskop pada obyektif lemah (mm) dan berapa pada obyektif kuat? 7. Kerjakan langkah-langkah tersebut dengan menggunakan potongan kertas huruf "d" dan beberapa preparat permanen histologi!

B. Pembuatan dan pengamatan preparat nonpermanen 1. Keriklah sekerat umbi kentang dengan jarum atau ujung silet sehingga cairannya keluar! 2. Teteskan cairan tersebut pada kaca obyek dan tutup dengan gelas penutup! 3. Amati di bawah mikroskop struktur butir-butir pati tersebut! 4. Teteskan larutan Iodine pada tepi kanan kaca penutup dan pada tepi kiri kaca penutup tempelkan kertas hisap sehingga larutan iodine tersebut akan masuk ke dalam preparat dan menyebar ke seluruh bagian! 5. Amati di bawah mikroskop dan gambarkan butir-butir pati tersebut!

C. Pemeliharaan dan penyimpanan mikroskop dan preparat permanen 1. Lakukan pemeliharaan dan penyimpanan mikroskop dengan baik! 2. Lakukan pemeliharaan dan penyimpanan preparat permanen!

VII. Landasan Teori Antony Van Leuwenhoek adalah orang yang pertama kali menggunakan mikroskop walaupun dalam bentuk sederhana. Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 10

objek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Oleh karena itu, kita perlu mengetahui komponenkomponen mikroskop, macam-macam mikroskop, cara menggunakan, dan cara pemeliharaannya. 1. Komponen Mikroskop a. Kaki Kaki berfungsi menopang dan memperkokoh kedudukan mikroskop. Pada kaki melekat lengan dengan semacam engsel. b. Lengan Dengan adanya engsel antara kaki dan lengan, maka lengan dapat ditegakkan atau direbahkan. Lengan juga digunakan untuk memegang mikroskop pada saat memindah mikroskop. c. Reflektor Reflektor terdiri atas dua jenis cermin, yaitu cermin datar dan cermin cekung. Reflektor ini berfungsi memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata pengamat. Cermin datar digunakan ketika sumber cahaya yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan cermin cekung digunakan ketika sumber cahaya kurang karena cermin cekung berfungsi mengumpulkan cahaya. d. Kondensor Kondensor tersusun dari lensa gabungan yang berfungsi mengumpulkan sinar. Alat ini dapat diputar, dinaikkan, atau diturunkan. e. Diafragma Diafragma berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk dengan mengatur bukaan iris. f. Meja preparat Meja preparat merupakan tempat meletakkan objek (preparat) yang akan dilihat. Objek diletakkan di meja dengan dijepit dengan oleh penjepit supaya objek tidak mudah bergeser. Di bagian tengah meja terdapat lubang untuk dilewati sinar. Pada jenis mikroskop tertentu, kedudukan meja tidak dapat dinaikkan atau diturunkan. Pada beberapa mikroskop model baru, meja preparat dapat dinaikkan atau diturunkan. g. Tabung (tubus) Tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler. Di bagian atas tabung melekat lensa okuler dengan perbesaran tertentu (15x, 10x, dan 15x). Di bagian bawah tabung terdapat alat yang disebut revolver. Pada revolver tersebut terdapat lensa objektif. h. Lensa objektif Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama, yaitu bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 11

bayangan akhir. Ciri penting lensa objektif adalah memperbesar bayangan objek dengan perbesaran beraneka macam sesuai dengan model dan pabrik pembuatnya, misalnya 10x, 40x, dan 100x; dan mempunyai nilai apertura (NA). Nilai apertura adalah ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah. i. Lensa Okuler Lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4-25 kali. j. Makrometer (pemutar kasar) Makrometer berfungsi menaikkan atau menurunkan tabung mikroskop secara cepat. k. Mikrometer (pemutar halus) Mikrometer berfungsi menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat. l. Sendi inklinasi (pengatur sudut) Sendi ini digunakan untuk mengatur sudut atau tegaknya mikroskop.

Gambar 2.1 Komponen Mikroskop Cahaya

2. Macam-macam Mikroskop Berdasarkan kenampakan obyek yang diamati, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 12

Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. a. Mikroskop Cahaya Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat di bawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop modern telah dilengkapi lampu sebagai pengganti sumber cahaya matahari.

Gambar 2.2 Mikroskop Cahaya Binokular

b. Mikroskop Stereo Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat dilihat secara tiga dimensi. Komponen utama Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 13

mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa obyektif.

Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: 1. Ruang ketajaman lensa lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati. 2. Sumber cahaya berasal dari atas sehingga obyek yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa obyektif menggunakan sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali sehingga perbesaran total obyek maksimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengatur fokus obyek terletak di samping tangkai mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran terletak di atas pengatur fokus.

c. Mikroskop Elektron Mikroskop elektron mampu melakukan perbesaran objek sampai 2 juta kali yang menggunakan elektrostatik dan elektromagnetik untuk mengkontrol pencahayaan dan tampilan gambar, serta memiliki kemampuan pembesaran objek dan resolusi yang jauh lebih baik daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.

Gambar 2.3 Mikroskop Elektron Fenomena elektron Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena elektron yang dipercepat dalam suatu kolom (elektromagnet), dalam suasana hampa udara (vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 14

bahwa medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.

Jenis-jenis mikroskop elektron Transmission Electron Microscope (TEM) = Mikroskop transmisi elektron TEM digunakan untuk mengamati struktur detail internal sel. TEM adalah sebuah mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide. Elektron ditembuskan ke dalam obyek pengamatan dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar. Sejarah penemuan Seorang ilmuwan dari universitas Indonesia, yaitu Dr. Andhika Ega Sapari menggabungkan penemuan ini dan membangun mikroskopTEM yang pertama pada tahun 1931. Untuk hasil karyanya ini, dunia ilmu pengetahuan menganugerahinya hadiah Penghargaan Nobel dalam fisika pada tahun 1986. Mikroskop yang pertama kali diciptakannya adalah dengan menggunakan dua lensa medan magnet, namun tiga tahun kemudian ia menyempurnakan karyanya tersebut dengan menambahkan lensa ketiga dan mendemonstrasikan kinerjanya yang menghasilkan resolusi hingga 100 nanometer (nm) (dua kali lebih baik dari mikroskop cahaya pada masa itu). Cara kerja TEM saat ini telah mengalami peningkatan kinerja hingga mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1 angstrom) atau sama dengan pembesaran sampai satu juta kali. Meskipun banyak bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dengan bantuan mikroskop transmisi elektron ini, adanya persyaratan bahwa "obyek pengamatan harus setipis mungkin" membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan. Oleh karena itu, pengembangan metode baru mikroskop elektron terus dilakukan. Preparasi sediaan Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut: 1. Melakukan fiksasi untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. Fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida. 2. Pembuatan sayatan hingga setipis mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan menggunakan mikrotom. Umumnya mata pisau mikrotom terbuat dari Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 15

berlian karena berlian tersusun dari atom karbon yang padat. Oleh karena itu, sayatan yang terbentuk lebih rapi. Sayatan yang telah terbentuk diletakkan di atas cincin berpetak untuk diamati. 3. Pelapisan/pewarnaan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam berat seperti uranium dan timbal. Scanning Electron Microscope (SEM) = Mikroskop pemindai elektron Mikroskop pemindai elektron (SEM) digunakan untuk studi detail arsitektur permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya) dan obyek diamati secara tiga dimensi.

Sejarah penemuan Tidak diketahui secara persis siapa sebenarnya penemu SEM ini. Publikasi pertama kali yang mendiskripsikan teori SEM dilakukan oleh fisikawan Jerman dR. Max Knoll pada tahun 1935, meskipun fisikawan Jerman lainnya Dr. Manfred von Ardenne mengklaim dirinya telah melakukan penelitian suatu fenomena yang kemudian disebut SEM hingga tahun 1937. Pada tahun 1942, tiga orang ilmuwan Amerika, yaitu Dr. Vladimir Kosma Zworykin, Dr. James Hillier, dan Dr. Snijder benar-benar membangun sebuah mikroskop elektron metode pemindaian (SEM) dengan resolusi hingga 50 nm atau magnifikasi 8.000 kali. Sebagai perbandingan, SEM modern saat ini mempunyai resolusi hingga 1 nm atau pembesaran 400.000 kali. Mikroskop elektron cara ini memfokuskan sinar elektron (electron beam) di permukaan obyek dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul dari permukaan obyek. Cara kerja Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut dipindai dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Pada layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan sehingga dapat digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang tiga dimensi. Preparasi sediaan

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 16

Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut: 1. Melakukan fiksasi untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. Fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida. 2. Dehidrasi untuk menurunkan kadar air dalam sayatan sehingga tidak mengganggu proses pengamatan. 3. Pelapisan/pewarnaan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam mulia seperti emas dan platina.

(a) (b) Gambar 2.4 Jenis-Jenis Mikroskop Elektron (a) Transmission Electron Microscope; (b) Scanning Electron Microscope

3. Penggunaan Mikroskop Cahaya Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan mikroskop cahaya: a. Selalu membawa mikroskop dengan dua tangan. b. Bila menggunakan preparat basah, tabung mikroskop selalu dalam keadaan tegak, berarti meja dalam keadaan datar. c. Preparat basah harus selalu ditutup dengan gelas penutup saat dilihat di bawah mikroskop. d. Selalu menjaga kebersihan lensa-lensa mikroskop termasuk cermin. e. Bila ada bagian mikroskop yang bekerja kurang baik/hilang segera melaporkan kepada laboran. f. Tidak dibenarkan melepas lensa-lensa mikroskop dari tempatnya. Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 17

g. Setelah selesai menggunakan mikroskop, pasang lensa objektif dengan perbesaran paling rendah pada kedudukan lurus ke bawah.

Bagaimana kita dapat mengamati suatu objek atau preparat dengan mikroskop? Langkah-langkah yang dilakukan agar kita dapat mengamati suatu objek atau preparat dengan menggunakan mikroskop cahaya: a. Pastikan meja preparat dalam keadaan datar dan lensa objektif perbesaran rendah, dipasang pada kedudukan segaris sumbu dengan lensa okuler. b. Melihat melalui okuler dengan satu mata (untuk mikroskop monokuler) dan dua mata (untuk mikroskop binokuler). Sesuaikan cermin agar sinar cukup tersedia atau nyalakan lampu serta sesuaikan jumlah sinar yang diperlukan. Sesuaikan lubang diafragma sehingga sinar yang diterima mata optimal (tidak terlalu terang atau redup). c. Jauhkan lensa objektif dari meja preparat dengan memutar makrometer. Letakkan preparat di bawah objektif. Dengan melihat dari samping, sesuaikan lensa objektif perbesaran rendah pada jarak kira-kira 1 cm dari preparat. Lihat lagi melalui okuler, dan naikkan meja preparat dengan makrometer, kemudian gunakan mikrometer sampai preparat jelas terlihat. d. Lihat lagi dari samping, dengan hati-hati putar objektif dengan perbesaran yang lebih tinggi (misalnya 45x) pada kedudukannya. Perhatikan agar lensa tidak menyinggung preparat, kemudian lihat lagi melalui okuler dan fokuskan preparat dengan memutar mikrometer secara perlahan. Sesuaikan pencahayaan. e. Amati preparat, apabila perlu digambar. f. Jika pengamatan telah selesai, putar revolver objektif ke perbesaran rendah, naikkan tabung atau turunkan meja, setelah itu ambil preparat dari meja preparat.

4. Pemeliharaan dan Penyimpanan Mikroskop Cahaya a. Mikroskop harus disimpan ditempat sejuk, kering, bebas debu, bebas dari uap asam-basa. Tempat penyimpanan yang sesuai adalah kotak mikroskop yang dilengkapi silica gel yang bersifat higroskopis sehingga lingkungan mikroskop tidak lembab. Selain itu dapat pula dalam almari yang diberi lampu. b. Bagian mikroskop non-optik dapat dibersihkan dengan kain flanel. Untuk membersihkan debu yang terselip dapat dengan kuas kecil atau kuas lensa kamera, serta alat semprot atau kuas lembut.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 18

c. Bersihkan kotoran, berkas jari, minyak dan lain-lain pada lensa dengan menggunakan kain lensa, tissue atau kain lembut yang dibasahi sedikit alkohol-ether atau isopropil alkohol. Jangan sekali-kali membersihkan lensa dengan saputangan atau kain. d. Bersihkan badan mikroskop dan lengan dengan kain lembut dengan sedikit deterjen. e. Sisa minyak imersi pada lensa objektif dapat dibersihkan dengan xilol (xylene). Hati-hati xilol dapat merusak bahan plastik.

5. PREPARAT a. Mempersiapkan preparat nonpermanen Langkah-langkah pembuatan preparat nonpermanen: 1. Buat irisan, misalnya batang eceng gondok secara melintang atau membujur. Irisan yang dibuat haruslah tembus cahaya (jika menggunakan mikroskop cahaya). Jika akan menggunakan mikroskop stereo, irisan preparat tebal tidak menjadi masalah. 2. Letakkan irisan tersebut pada gelas benda, kemudian tetesi objek dengan setetes air menggunakan pipet. 3. Tutup dengan gelas penutup. Usahakan agar tidak terdapat gelembung udara pada medium. Hal ini dapat diusahakan dengan memegang gelas penutup dengan posisi 45o terhadap gelas benda, sentuhkan tepi bawah gelas penutup pada permukaan medium dan perlahan-lahan rebahkan gelas penutup (dapat dengan bantuan jarum sebagai penyangga gelas penutup) sehingga gelas penutup perlahan menempati posisi di atas kaca obyek. Jika masih ada gelembung udara ulangi pekerjaan tersebut sampai tidak ada gelembung udara. Amati preparat yang telah dibuat di bawah mikroskop dengan terlebih dahulu menggunakan perbesaran lemah (10x10), kemudian memakai perbesaran kuat (10x20 atau 10x40).

b. Pemeliharaan dan penyimpanan preparat permanen (slide awetan) 1. Preparat atau slide sebaiknya diberi nomor di salah satu sudut labelnya. 2. Pemeliharaan: tidak perlu memegang bagian permukaan objek dengan jari selama praktikum. 3. Untuk membersihkan preparat atau slide dengan kuas kering. Jika banyak bahan perekat yang mengganggu pengamatan dapat digunakan xylol. 4. Slide awetan tumbuhan dan hewan mikroskopik disimpan dalam kotak kayu khusus dilengkapi dengan rak-rak mini seukuran gelas objek. 5. Penyimpanan disusun secara sejajar vertikal dan disimpan di tempat kering. 6. Pengambilan dan penyimpanan dilakukan dengan hati-hati.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 19

7. Setiap slide awetan disimpan dengan dilengkapi label dan disusun secara alfabetik agar mudah penyimpanan dan pengambilannya.

VIII. Referensi 1. Janqueira, L.C., 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Alih Bahasa: Jan Tambayong. Jakarta: EGC. 2. Kuehnel, 2003. Color Atlas of Cytology and Microscopic Anatomy. New York: Thieme Stuttgart. 3. Wonodirekso, S., 2003. Penuntun Praktikum Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 20

PRAKTIKUM 3 PENILAIAN TUMBUH KEMBANG ANAK

I.

Judul Blok Blok 2 (Daur Hidup).

II. Topik Praktikum Penilaian Tumbuh Kembang Anak.

III. Laboratorium Pelaksana Laboratorium Gizi (IKM)

IV. Tujuan Belajar 1. Mahasiswa mampu menilai pertumbuhan anak melalui perbandingan tinggi badan berdasarkan umur. 2. Mahasiswa mampu menilai pertumbuhan anak melalui perbandingan berat badan berdasarkan umur. 3. Mahasiswa mampu menilai kecepatan pertumbuhan anak. 4. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status perkembangan anak dengan DDST II.

V. Alat Dan Bahan 1.

Meteran.

2.

Grafik tinggi badan berdasarkan usia standar NCHS.

3.

Spidol warna.

3.

Kartu KMS.

4.

Formulir DDST.

VI. Prosedur 1.

Dalam kegiatan praktikum ini mahasiswa dibagi menjadi 10 kelompok.

2.

Tiap kelompok mencari satu anak di lingkungan dekat rumah (umur 2-5 tahun).

3.

Tiap

kelompok

melakukan

metode

kerja

praktikum

ini

di

rumah

dengan

mendokumentasikan kegiatan saat penilaian tumbuh kembang. 4.

Hasil kegiatan praktikum disajikan dalam bentuk presentasi yang dipresentasikan di depan kelompok yang lain dan laporan kegiatan praktikum dalam bentuk tertulis.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 21

VII. Metode Kerja 1. Tentukan usia anak. 2. Ukur tinggi badan anak dengan meteran. 3. Ukur berat badan anak dengan menggunakan timbangan badan. 4. Masukkan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan menurut umur ke dalam grafik NCHS/ kurva KMS dan beri tanda. 5. Lakukan penilaian perkembangan anak berdasarkan form DDST.

VIII. Landasan Teori Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, Misal : BB, PB. Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar. (Whalley dan Wong, 2000). Pertumbuhan dan perkembangan jalan bersama-sama , tidak dapat dipisahkan yang satu dengan yang lain. Pertumbuhan dan perkembangan adalah ciri khas dari anak dimulai dari konsepsi dan berlangsung terus sepanjang masa anak dan kecepatannya tidak selalu sama pada tiap masa. Pertumbuhan dianggap sebagai penambahan ukuran (Physical Maturation) sedangkan perkembangan dianggap sebagai penambahan fungsi/kematangan (Functional Maturation). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan: 1. Faktor Internal: meliputi genetik, hormonal, emosi, kecukupan tidur. 2. Faktor Eksternal: meliputi nutrisi, sosial-ekonomi, lingkungan Pertumbuhan dan perkembangan perlu diperhatikan agar dapat mengidentifikasi bila ada gangguan-gangguan selama masa tumbuh kembang sehingga bisa segera mendapat penanganan yang dibutuhkan. Pengukuran status pertumbuhan anak dapat dilakukan melalui pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan radiologi. Penilaian status perkembangan anak, bisa dengan DDST, Munchen, dll. Penilaian tumbuh kembang anak juga bisa menggunakan KMS dan kurva NCHS.

A. ANTROPOMETRI Indeks Antropometri adalah bentuk penyajian parameter antropometri (berat badan dan tinggi badan) yang dikaitkan dengan variable umur atau merupakan kombinasi antara keduanya (BB/U, TB/U dan BB/TB). Indeks-indeks ini digunakan sebagai indikator status gizi karena nilainilainya digunakan dalam penentuan status gizi seorang anak. Antropometri adalah pengukuran variasi dimensi fisik, proporsi tubuh dan komposisi kasar tubuh. Pengukuran antropometri dapat dilakukan satu kali, ataupun secara serial. Keunggulan metode Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 22

antropometri adalah prosedurnya sederhana, aman dan non invasif, tidak butuh tenaga ahli, obyektif, ekonomis, mudah dimengerti orang awam dan hasil dapat digradasi dengan jelas. Sedangkan kelemahan metode antropometri adalah berpotensi terhadap kesalahan pengukuran, butuh data umur yang tepat, hanya mengukur kekeurangan/ kelebihan masukan energy dan atau protein, serta bisa timbul perbedaan dalam pemilihan standar acuan. Jenis ukuran dalam atropometri ada dua yaitu: ukuran linier dan ukuran massa jaringan. Contoh ukuran linier adalah tinggi badan, lingkar dada, lingkar kepala. Contoh ukuran massa jaringan adalah berat badan, LLA (lingkar lengan atas), tebal lemak bawah kulit. Ukuran linier menunjukkan keadaan gizi yang diakibatkan konsumsi energi dan protein pada masa lampau, sedangkan ukuran massa jaringan menunjukkan keadaan yang diakibatkan konsumsi energi dan protein pada masa sekarang atau saat pengukuran. Penyajian indikator status gizi dengan memantau secara berkala dan teratur BB menurut umur dan diplot sebagai kurva pertumbuhan (KMS).Pertumbuhan yang baik menunjukkan keadaan gizi dan kesehatan yang baik. Kegunaan dari penyajian ini adalah setiap ada gangguan atau kelainan dapat segera dilakukan tindakan korektif(penanggulangan) sehingga dapat dicegah keadaan yang lebih buruk. 1. Berat Badan menurut Umur (BB/U) Karena berat badan berhubungan linier dengan tinggi badan, maka indikator BB/U dapat memberikan gambaran masalah gizi masa lalu atau kronis. Di samping itu karena berat badan juga labil terhadap perubahan yang terjadi, maka BB/U juga memberikan gambaran masalah gizi saat ini (akut). Keunggulan penghitungan BB/U antara lain: praktis dan interpretasinya mudah; cukup baik untuk penilaian status gizi pada kondisi akut maupun kronis; sensitive pada perubahan gizi. Sedangkan kelemahannya adalah: umur sulit ditaksir secara tepat; hasilnya bias akibat dehidrasi, oedema, pembesaran organ; pada kondisi penimbangan inkooperatif. 2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Hambatan pertumbuhan pada tinggi badan berlangsung pada kurun waktu yang cukup lama, dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Oleh karena itu indikator TB/U memberikan indikasi masalah pada masa lalu (kronis). Banyaknya jumlah anak yang pendek memberikan indikasi bahwa di masyarakat bersangkutan ada masalah yang sudah berlangsung cukup lama. Perlu dipelajari apa masalah dasar dari gangguan pertumbuhan ini sebelum dilakukan program perbaikan gizi secara komprehensif. Keunggulan penyajian data TB/U antara lain: cukup baik untuk menilai status gizi masa lampau, alat ukur mudah didapat, dan cara pengukuran didapat hasil lebih stabil. Sedangkan Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 23

kelemahannya adalah umur sulit ditaksir, dan perubahan TB tidak begitu cepat dan tidak mungkin turun. 3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Pada keadaan yang baik, BB sesorang akan berbanding lurus dengan TB. Dengan kata lain akan proporsional dengan TB. Bila terjadi kondisi yang kurang baik dalam waktu cepat, BB akan berubah karena sifat BB yang labil sedangkan TB tidak terpengaruh. Akibatnya BB dalam waktu singkat akan menjadi tidak proporsional dengan TB. Oleh karena itu indikator BB/TB memberikan gambaran status gizi saat kini atau masalah gizi akut. Indikator BB/TB ini berguna untuk pemilihan sasaran bagi tindakan intervensi segera, seperti pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan, pemulihan agar BB kembali proporsional dengan TB atau juga bentuk intervensi yang memperbaiki lingkungan yang kurang sehat. Keunggulan indikator BB/TB antara lain: lebih obyektif, karena tidak pakai umur; dapat membedakan proporsi badan; lebih cocok untuk menentukan status gizi orang dewasa. Kelemahannya adalah tidak sensitif terhadap perubahan umur.

B. KARTU MENUJU SEHAT (KMS) KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “ rapor “ kesehatan dan gizi. Tujuan umum penggunaan KMS untuk mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara optimal. Tujuan khususnya adalah sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal: sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan untuk mewujudkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal; sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi kepada balita.( Depkes RI, 1996 ) Fungsi KMS Balita: a. Sebagai media untuk “ mencatat / memantau ” riwayat kesehatan balita secara lengkap. b. Sebagai media “ penyuluhan ” bagi orang tua balita tentang kesehatan balita. c. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita. d. Sebagai kartu analisa tumbuh kembang balita (Depkes RI, 1996). Saat ini KMS balita yang dipakai di Indonesia menggunakan standar baku rujukan WHO (World Health Organization) yang dikeluarkan oleh NCHS (National Center for Health Statistics) Amerika Serikat (Moersintowarti, 2002). Standar baku NCHS menggunakan beberapa nilai persentil pada tiap Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 24

usia untuk menggambarkan smoothing spline yaitu persentil ke-3, 5, 10, 25, 50, 75, 90, 95 dan ke-97. Balita dapat dikatakan mengalami obesitas (overweight) apabila memilki berat badan lebih besar sama dengan nilai persentil ke-85 (Kuczmarski, et,al., 2000). Sedangkan balita yang memiliki berat badan dibawah persentil ke-15 diidentifikasi sebagai balita yang malnutrisi (underweight). Soetjiningsih (1995) menyatakan bahwa tiap lapis warna pada KMS adalah 5% sehingga sebagai alternatif digunakan nilai persentil ke-5, 15, 25, 50, 75, 85 dan 95.

Bagian dari KMS a. Sumber berat badan Garis tegak lurus yang terdapat pada sisi kiri setiap kelompok usia dalam KMS. b. Garis berat badan Garis-garis mendatar yang dimulai dari sumber berat badan. Angka-angka yang terdapat pada ujung garis berat badan setiap kelompok usia dalam kilogram. c. Garis usia Garis tipis dari atau kebawah dan terakhir pada kolom-kolom bernomor yang menyatakan usia balita dalam bulan. d. Kolom bulan Kolom yang berada dibagian bawah KMS pada setiap kelompok usia. Kolom–kolom ini disediakan untuk menuliskan nama-nama bulan secara berurutan sesudah bulan kelahiran. e. Kolom bulan lahir Kolom bulan yang terletak paling kiri dan bergaris tebal. Kolom ini disediakan untuk diisi dengan bulan lahir balita serta tahunnya.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 25

Pertumbuhan balita yang baik apabila mengikuti arah lengkungan garis pada KMS.

Gambar 3.1 Kartu Menuju Sehat C. DDST DDST adalah salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. (Soetjiningsih, 1998). DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun. 1. Aspek Perkembangan yang Dinilai Dalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi: a. Personal Social (Perilaku Sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, seperti:

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 26

1.

Menatap muka.

14.

Menggunakan sendok dan garpu.

2.

Membalas senyum pemeriksa.

15.

Membuka pakaian.

3.

Tersenyum spontan.

16.

Menyuapi boneka.

4.

Mengamati tangannya.

17.

Memakai baju.

5.

Berusaha menggapai mainan.

18.

Gosok gigi dengan bantuan.

6.

Makan sendiri.

19.

Cuci dan mengeringkan tangan.

7.

Tepuk tangan.

20.

Menyebut nama teman.

8.

Menyatakan keinginan.

21.

Memakai T-shirt.

9.

Daag-daag dengan tangan.

22.

Berpakaian tanpa bantuan.

10. Main bola dengan pemeriksa.

23.

Bermain ular tangga / kartu.

11. Menirukan kegiatan.

24.

Gosok gigi tanpa bantuan.

12. Minum dengan cangkir.

25.

Mengambil makan.

13. Membantu di rumah.

b. Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan dalam: 1.

Mengikuti ke garis tengah.

15.

Mencoret-coret.

2.

Mengikuti lewat garis tengah.

16.

Ambil manik-manik ditunjukkan.

3.

Memegang icik-icik.

17.

Menara dari 2 kubus.

4.

Mengikuti 1800.

18.

Menara dari 4 kubus.

5.

Mengamati manik-manik.

19.

Menara dari 6 kubus.

6.

Tangan bersentuhan.

20.

Meniru garis vertical.

7.

Meraih.

21.

Menara dari kubus.

8.

Mencari benang.

22.

Menggoyangkan dari ibu jari.

9.

Menggaruk manik-manik.

23.

Mencontoh O.

10. Memindahkan kubus.

24.

Menggambar dengan 3 bagian.

11. Mengambil dua buah kubus.

25.

Mencontoh (titik).

12. Memegang dengan ibu jari dan jari.

26.

Memilih garis yang lebih panjang.

13. Membenturkan 2 kubus.

27.

Mencontoh O yang ditunjukkan.

14. Menaruh kubus di cangkir.

28.

Menggambar orang 6 bagian.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 27

c. Language (Bahasa) Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan yang meliputi: 1.

Bereaksi

20.

menyebut 1 gambar

2.

Bersuara

21.

Menyebut bagian badan

3.

Oooo? Aaaah

22.

Menunjuk 4 gambar

4.

Tertawa

23.

Bicara dengan dimengerti

5.

Berteriak

24.

Menyebut 4 gambar

6.

Menoleh ke bunyi icik-icik

25.

Mengetahui 2 kegiatan

7.

Menoleh ke arah suara

26.

Mengerti 2 kata sifat

8.

Satu silabel

27.

Menyebut satu warna

9.

Meniru bunyi kata-kata

28.

Kegunaan 2 benda

10.

Papa/mama tidak spesifik

29.

Mengetahui

11.

Kombinasi silabel

30.

Bicara semua dimengerti

12.

Mengoceh

31.

Mengerti 4 kata depan

13.

Papa/mama spesifik

32.

Menyebut 4 warna

14.

1 kata

33.

Mengartikan 6 kata

15.

2 kata

34.

Mengetahui 3 kata sifat

16.

3 kata

35.

Menghitung 6 kubus

17.

6 kata

36.

Berlawanan 2

18.

Menunjuk 2 gambar

37.

Mengartikan 7 kata

19.

Kombinasi kata

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 28

d. Gross Motor (Gerak Motorik Kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, meliputi kemampuan dalam: 1.

Gerakan seimbang

16.

Berjalan dengan baik

2

Mengangkat kepala

17.

Berjalan dengan mundur

3.

Kepala terangkat ke atas

18.

Lari

4.

Duduk kepala tegak

19.

Berjalan naik tangga

5.

Menumpu badan pada kaki

20.

Menendang bola ke depan

6.

Dada terangkat menumpu satu lengan

21.

Melompat

7.

Membalik

22.

Melempar bola, lengan ke atas

8.

Bangkit kepala tegak

23.

Loncat

9.

Duduk tanpa pegangan

24.

Berdiri satu kaki 1 detik

10.

Berdiri tanpa pegangan

25.

Berdiri satu kaki 2 detik

11.

Bangkit waktu berdiri

26.

Melompat dengan satu kaki

12.

Bangkit terus duduk

27.

Berdiri satu kaki 3 detik

13.

Berdiri 2 detik

28.

Berdiri satu kaki 4 detik

14.

Berdiri sendiri

29.

Berjalan tumit ke jari kaki

15.

Membungkuk kemudian berdiri

30.

Berdiri satu kaki 6 detik

2. Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDST Pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya hanya berkisar antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 15-20 menit saja. a. Alat yang Digunakan 

Alat peraga Benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.



Lembar formulir DDST.



Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara menilainya.

b. Prosedur DDST 

Tahap pertama Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 – 6 bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.



Tahap kedua

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 29

Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap. c. Penilaian Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable). Abnormal -

Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.

-

Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

Meragukan -

Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.

-

Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

Tidak dapat dites -

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

Normal -

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.

Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat digunakan tahap pra skrining dengan menggunakan: 1. DDST Short Form Tiap sektor hanya diambil 3 tugas (sehingga seluruhnya ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka dianggap “suspect” dan perlu dilanjutkan dengan DDST lengkap. 2. PDQ (Pra-Screening Development Questionnaire) Bentuk kuisioner ini digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke atas dapat diisi orang tua di rumah atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan pada kuisioner yang sesuai dengan umur anak. Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 30

Kemudian dinilai berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan pada kasus yang dicurigai dilakukan tes DDST lengkap. (Soetjiningsih, 1998).

IX. Referensi 1. DDST. Available at: http://belajaraskep.blogspot.com/2012/04/ddst-denver-developmentscreening-test_14.html. 2. Hidayat, A.A., 2008. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak.Jakarta: EGC.

Gambar 3.2 Berat badan dan tinggi badan normal pada anak perempuan

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 31

Gambar 3.3 Berat badan dan tinggi badan normal pada anak laki-laki

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 32

PRAKTIKUM 4 STATISTIK DESKRIPTIF

I.

Judul Blok Blok 2 (Daur Hidup).

II. Topik Praktikum Statistik Deskriptif.

III. Laboratorium Pelaksana Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat.

IV. Tujuan Belajar 1. Mahasiswa mampu membuat tabel distribusi frekuensi. 2. Mahasiswa mampu menentukan banyak kelas. 3. Mahasiswa mampu membuat kelas interval. 4. Mahasiswa mampu menghitung mean. 5. Mahasiswa mampu menghitung median. 6. Mahasiswa mampu menghitung standar deviasi.

V. Alat dan Bahan 1.

Komputer.

2.

Data set.

3.

Alat tulis.

4.

Kalkulator.

5.

Program SPSS.

VI. Prosedur A. Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data statistic dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan bantuan perangkat lunak (software) computer. Pengolahan data secara manual dewasa ini sudah jarang dilakukan. Namun, untuk data yang berskala kecil dan dengan kelangkaan prasarana computer, dan kemampuan (keterampilan) sumber daya manusia, pengolahan secara manual ini masih digunakan (dilakukan). Di bawah ini adalah cara pengolahan data tersebut. Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 33

a. Membuat tabel distribusi frekuensi Misalnya: angka berat badan dari 32 orang balita yang berumur 4 bulan 54446557 55555555 55555555 33566555 b. Cara menentukan banyaknya kelas 1. Menentukan nilai terbesar, menurut tabel di atas adalah 7. 2. Menentukan nilai terkecil, menurut tabel di atas adalah 3. 3. Mengurangi nilai terbesar dan nilai terkecil (7-3) = 4. 4. Apabila diambil interval (i) = 4 maka banyaknya kelas (k) = 4 : 4 : 1. Ternyata banyaknya kelas tidak memenuhi banyaknya kelas yang baik, yaitu antara 8 sampai 20 kelas = 4 tidak kita pakai, selanjutnya kita coba dengan (i) = 1 maka banyaknya kelas (k) = 4 : 1 = 4. Dari perhitungan di atas ternyata banyaknya kelas = 4 belum memenuhi ketentuan yang ada, namun demikian, hal ini tidaklah mutlak, karena untuk menentukan banyaknya kelas interval dipengaruhi oleh range nilai tertinggi dan nilai terendah. Di samping itu, jumlah penyebaran angka juga ikut menentukan. Maka banyak penyebaran angka, makin mudah untuk membuat banyaknya kelas interval sesuai ketentuan. c. Membuat kelas interval Rumus mencari interval (i) secara umum adalah: I = H - L /K Dimana: I = besar kelas interval H = Nilai dari observasi yang paling tinggi L = Nilai observasi yang paling rendah K= banyaknya kelas Jika rumus tersebut dipergunakan untuk mencari i, maka hasilnya tersebut. Kelas interval

f

%

3 -4

5

115,62

5–6

26

81,25

7 -8

1

3,13

N = 32

100,00

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 34

d. Mencari nilai rata-rata Mean adalah rata-rata hitung atau disebut sebagai nilai kecenderungan memusat (central tendency). Adapun untuk menghitung mean (nilai rata-rata) melalui dua cara sebagai berikut: 1. Untuk ungroup data (data tak berkelompok) X=∑X/N Sehingga dari tabel 1 diatas, perhitungannya adalah X = 158 / 32 = 4,94 (dibulatkan menjadi 5). 2. Untuk group data (data berkelompok) X = ∑fx / n Sehingga dari tabel 1 Kelas interval

F

X

Fx

3 -4

5

3,5

17,5

5–6

26

5,5

143

7 -8

1

7,5

7,5

N = 32

168

Sehingga X = 168 / 32 = 5,25 dibulatkan menjadi 5.

e. Median Median adalah suatu nilai tengah yang membagi distribusi atas dua bagian yang sama sehingga nilai tengah tersebut merupakan batas 50% dari distribusi yang berada di sebelah atas median dan 50% dari distribusi yang berada di sebelah bawah median. Untuk mencari median rumusnya adalah sebagai berikut: Untuk ungroup data: Md = nilai data ke n+1 /2 setelah diurutkan dari terkecil ke terbesar Median untuk ungroup dapat dibedakan menjadi 2 cara: 1. Untuk distribusi angka yang genap pada tabel 1 deret pertama 5 4 4 4 6 5 5 7Jika diurutkan menjadi 44455567 Mediannya adalah urutan ke 8+1 /2 = 4,5 Urutan 4 + urutan ke 5 / 2 =5

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 35

2. Untuk distribusi ganjil 4 4 7 6 5 6 6 5 6 jika diurut menjadi 445566667 Maka mediannya adalah 9+1 /2 Urutan ke 5 = 6 Untuk group data Md= LMd (n/2 –fp)/ f Md x i Dimana Md = median LMd = batas bawah kelas interval yang berisi median UMd = batas atas kelas interval yang berisi median N = banyaknya elemen (observasi) dalam distribusi. Fp = jumlah frekuensi di bawah atau di atas kelas interval yang berisi median fMd = frekuensi dalam kelas interval yang berisi median i = besar kelas interval Kelas interval

F

X

3-4

5

3,5

5- 6

26

5,5

7-8

1

7,5

5 = banyaknya frekuensi kasus di atas interval yang berisi median 1 = banyaknya frekuensi kasus di bawah interval yang berisi median

N = 32 n/2 = 16

Sehingga dari tabel 1 perhitungannya adalah: Md= 4,5 + ((16-5)/26) x 2 = 5,35

f. Standar Deviasi (SD) Standar deviasi adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap rata-ratanya. Untuk mencari standar deviasi data tidak berkelompok rumusnya adalah: SD = √N/1 (x-µ)2 / N dimana: x = nilai observasi ke 1 µ = rata-rata hitung populasi X = rata-rata hitung sampel Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 36

N = banyaknya data populasi n = banyaknya data sampel

Contoh: Berat badan seorang anak balita (3 tahun) setiap bulan dalam tahun 2012 di desa X serta perhitungan rata-rata dan standar deviasinya dalam kg.

Bulan

(X1 – x)

Berat (kg)

(Xi – x) square

Januari

11

-

2,2

4,4

Februari

11,6

-

1,6

2,56

Maret

11,9

-

1,3

1,69

April

12,3

-

0,9

0,81

Mei

12,7

-

0,5

0,25

Juni

13

-

0,2

0,04

Juli

13,4

0,2

0,04

Agustus

13,8

0,6

0,36

September

14,1

0,9

1,81

Oktober

14,2

1

1

November

14,9

1,7

2,89

Desember

15,5

2,3

5,29

Jumlah

158,4

0

20,58

Rata-rata

13,2

Maka standar deviasinya adalah SD = √N/1 (x-µ)2 / N = √20,58 / 12 = 1,31

VI. Referensi 1.

Budiarto, Eko. 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.

2.

Soekidjo, N. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 37

PRAKTIKUM 5 PENGANTAR BIOKIMIA (PENGENALAN ALAT)

I. Judul Blok Blok 2 (Daur Hidup).

II. Topik Praktikum Pengantar Biokimia (Pengenalan Alat).

III. Laboratorium Pelaksana Laboratorium Biokimia.

IV. Tujuan Belajar 1. Mahasiswa mengetahui alat-alat yang digunakan dalam praktikum biokimia. 2. Mahasiswa

mampu menggunakan alat tersebut sesuai fungsinya dalam praktikum

biokimia berikutnya.

V. Alat dan Bahan 1.

Lemari asap/asam.

2.

Water bath.

3.

Magnetic stirrer.

4.

Kompor gas.

5.

pH meter.

6.

Sentrifuge.

7.

Pipet tip.

8.

Pipet volumetrik.

9.

Tabung reaksi.

10. Labu Erlenmeyer. 11. Gelas ukur. 12. Rak tabung reaksi. 13. Buret. 14. Pipet filter. 15. Pipet tetes. 16. Eppendorf. Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 38

17. Spektrofotometer. 18. Penjepit tabung reaksi. 19. Botol semprot. 20. Cuvet.

VI. Metode 1. Ceramah. 2. Tentiran. 3. Diskusi.

VII. Landasan Teori 1. Pendahuluan Di dalam laboratorium Biokimia dapat ditemukan berbagai macam alat mulai dari yang sederhana, seperti alat-alat dari gelas, sampai kepada alat yang cukup rumit, seperti pH meter ataupun alat lainnya. Alat-alat sederhana di laboratorium tersebut ada yang terbuat dari kaca, plastik, karet, kuarsa, platina, logam, dan lain-lain. Peralatan tersebut ada yang berfungsi sebagai wadah, alat bantu, dan pengukuran volume dengan berbagai ukuran.Kesalahan dalam menggunakan alat dan bahan dapat menimbulkan hasil yang didapat tidak akurat. Oleh karena itu, pemahaman fngsi dan cara kerja peralatan serta bahan harus mutlak dikuasai oleh mahasiswa sebelum melakukan praktikum dilaboratorium biokimia. Ketepatan pembacaan skala pada alat sangat mempengaruhi hasil laboraturium, karena pada alat-alat tertentu belum memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Hal ini tergantung pada diameter alat yang digunakan, sebab semakin kecil diameter alat maka semakin besar tingkat ketelitian dan resiko kesalahan penggunaan alat akan semakin kecil. Peralatan wadah pengukur volume larutan ada yang perlu ditera dengan teliti dan ada yang tidak perlu ditera dengan teliti karena pengukuran dengan alat tersebut akan mempengaruhi hasil secara kuantitatif. Analisis yang baik biasanya peduli kerapian. Mahasiswa dengan meja praktikum yang teratur, kecil kemungkinan melakukan kesalahan dalam mencampur sample, salah menambahkan reagensia, menumpahkan larutan dan memecahkan peralatan kaca. Kerapian dalam laboratorium tentu saja harus berlanjut dari meja praktikum sampai kerak tempat bahan-bahan dan lemari asam. Bukan hal yang mustahil bila terjadi kecelakaan dalam laboratorium karena kesalahan dalam pemakaian atau penggunaan alat-alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan suatu praktikum yang berhubungan dengan bahan kimia yang berbahaya, karena itu mahasiswa harus selalu berhatihati. Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 39

2. Membersihkan Alat Gelas Sesudah selesai bekerja alat-alat gelas dicuci dalam air hangat dengan sabun cair atau detergent, kemudian bilas sampai bersih dengan air kran dan kemudian bilas dengan aquadest. Alatalat tak berukuran dapat dikeringkan dalam oven, tetapi alat gelas berukuran atau volumetrik tidak boleh dipanaskan karena ukurannya menjadi kurang tepat. Bila alat gelas berukuran atau volumetrik yang basah dengan sedikit alkohol, lalu dibiarkan mengering sendiri atau tiup dengan udara kering sampai kering bagian dalamnya.

3. Mengencerkan Larutan Mahasiswa diharuskan dapat memahami bagaimana caranya mengencerkan larutan. Sebagai contoh misalnya larutan 10 % menjadi 5 % ? Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (1) dengan pipet kering 50 ml kita isap larutan 10 % dan masukkan ke dalam lab 100 ml ( bagian bawah dari garis tanda tidak perlu kering, bagian atas harus kering ). Kemudian ditambah aquadest sampai pada garis tanda. Tutuplah dengan sumbat dan kocoklah dengan baik; (2) Dengan pipet kering 50 ml kita isap larutan 10 % dan masukkan kedalam gelas beker ( harus kering ). Dengan pipet lain kita isap 50 ml aquadest. Campurlah dengan baik.

4. Perhitungan konsentrasi kimia Sebelum mengikuti praktikum mahasiswa juga diwajibkan memahami tentang perhitungan konsentrasi kimia. Konsentrasi yang biasa digunakan pada perhitungan kimia dapat dibagi menjadi 3, yaitu: (1) konsentrasi berdasarkan volume; (2) konsentrasi berdasarkan berat; (3) konsentrasi berdasarkan derajat kelarutan. Konsentrasi berdasarkan volume dinyatkan berdasarkan jumlah bahan yang terlarut per unit volume. Paling sering digunakan di laboratorium Biokimia, meliputi molaritas, normalitas, weight/volume percent (% w/v), miligam percent (mg %) dan osmolaritas. Molaritas adalah jumlah mol bahan terlarut per liter larutan. Normalitas merupakan jumlah eqivalent (Eq) dari bahan terlarut per liter larutan. Kadar suatu bahan juga dapat dinyatakan dalam % (w/v) dimaksudkan yaitu jumlah bahan yang harus dilarutkan tersebut (solut) dalam gam per 100 ml larutan (solution). Singkatan w/v berarti weight/volume (berat/volume). (catatan: berat yang dimaksud disini adalah massa). Sebagai contoh misalnya Nacl 5%. Untuk membuat larutan NaCl 5% dalam air, larutkanlah 5 g NaCl dalam sedikit air, kemudian tambahkan air sampai volumenya mendekati 100 ml. Kocokkanlah larutan tersebut lalu tambahkan air sampai garis 100 ml. Kocok lagi.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 40

Kadang-kadang kadar larutan dinyatakan dalam o/oo ( permille = perseribu). Jadi larutan NaCl 10 o/oo berarti 10 g NaCl dalam 1 liter larutan. Untuk mengubah 0/00 menjadi % hendaknya angka itu dibagi 10, misalnya : 10 o/oo = 1 %. Kadar suatu bahan dalam cairan tubuh seringkali dinyatakan dalam bentuk yang lebik kecil, yaitu mg % atau mg/dl, yang berarti berat bahan terlarut (dalam mg) per 100 ml larutan. Satuan ini sering digunakan pada laboratorium klinik. Sebagai contoh misalnya kadar gula darah, BUN dan kreatinin serum. Kadar gula darah seorang penderita 225 mg%. Artinya terdapat 225 mg glukosa per 100 ml serum darah penderita. Dapat pula dinyatakan dalam m mol/liter.Kadar dalam berat/volume lebih jelas apabila dinyatakan dalam satuan berat per satuan volume. Kadar dapat pula dinyatakan dalam berat per berat (w/w = weight/weight).Contoh: H 2SO4 2,0 % (w/w) berarti 2,08 gam H2SO4 dalam 100 g larutan atau dalam 100 g larutan terdapat 2,08 g H2SO4 dan 97,92 gamH2O. Kadar suatu bahan di laboratorium saat ini lebih seringkali dinyatakan dalam Molaritas (M) = mol (gam molekul, mole) per liter. Misalnya larutan NaC1 1 M atau larutan NaC1 1 Molar berarti: NaC1 sebanyak 1 mol dilarutkan dalam air dalam labu ukur, dikocok, kemudian tambahkan air sampai volumenya mencapai garis 1 liter, lalu kocok lagi. Jadi larutan NaC1 0,15 M = 0,15 mol/liter = 0,15 X 40 g/l. Untuk bahan berbentuk kristal yang mengandung H2O misalnya MgCl2.6H2O maka untuk membuat MgCl2 1 M sebanyak 1 L kita harus menimbang sebanyak 203,306 g MgCl2.6H2O (Berat atom Mg = 24,31, Cl = 35,45, H = 1,008, O = 16) untuk dilarutkan dengan air dalam labu ukur sampai mencapai volume akhir 1 liter.

No.

Nama Alat

1.

Lemari Asap/ Asam

2.

Water Bath/penangas

3.

Magnetic Stirrer

4.

Kompor Gas

5.

pH meter

6.

Sentrifuge

7.

Pipet tip

8. 9.

Gambar

Fungsi

Cara kerja

Ket.

Pipet Volumetrik/gondok Tabung Reaksi

10. Labu Erlenmeyer 11. Gelas Ukur 12. Rak Tabung Reaksi Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 41

13. Buret 14. Bulp/pipet filler 15. Pipet tetes 16. Eppendorf 17. Spektrofotometer 18. Vortex 19. Penjepit tabung reaksi 20. Botol Semprot 21. Cuvet 22. ......dst

Bila kita ingin mengetahui berapa molaritas suatu asam pekat, misalnya H2SO4 pekat maka kita baca data pada botol asli: Berat molekul = 98,08. Berat 1 L = 1,84 kg. Kadar 96% ( 95%-97%) Kadar ini dalam

w/w (berat/berat). Dalam 100g larutan terdapat 96 g H2SO4. Berarti dalam I L

larutan H2SO4 pekat tersebut terdapat H2SO4 sebanyak 1840 g x 96g/100g atau = [(1840g x 96 g/100 g) : 98,08 ] mol = 18,01 mol. Jadi larutan H2SO4 pekat dalam botol tersebut merupakan larutan H2SO4 18,01 M atau 36,02 N. Bagaimana mengubah molaritas larutan asam atau basa menjadi normalitas? Normalitas menunjukkan jumlah gam ekivalen solut dalam 1 liter larutan. Untuk membuat larutan H2SO4 1 M kita mengambil 1/18 liter H2SO4 pekat di atas, masukkan dalam labu ukur 1 liter yang sudah berisi air separuh labu, campurkan baik-baik, tambahkan air lagi sampai hampir mencapai garis 1 liter, campur baik-baik, kemudian tambahkan air sampai garis 1 liter, campur lagi.

VIII. Tugas 1. Jelaskan fungsi & cara kerja alat-alat berikut (gambar alat dilengkapi dalam laporan yang diserahkan setelah pelaksanaan praktikum)! 2. Jelaskan prosedur penggunaan sentrifuge! 3. Jelaskan prinsip kerja spektrofotometri!

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 42

IX. Referensi 1. Bagian Biokimia FKUI, 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya Medika. 2. Bintang, M., 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga. 3. Martini, Tri. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 4. Panil, S., 2008. Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis. Jakarta: EGC. 5. Voet, D & Voet, JG., 2004. Biochemistry 3rd Edition. John Willey & Son. New York. pp765796; 909-928.

Modul Petunjuk Praktikum Blok 2: Daur Hidup

Page 43

Related Documents


More Documents from "Biodiversitas, etc"