Modul-blok-kkd-2-keluhan-sistem-neuropsikiatri.pdf

  • Uploaded by: F Aurelia Annd
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul-blok-kkd-2-keluhan-sistem-neuropsikiatri.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 11,267
  • Pages: 38
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENGACU PADA KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA (KKNI)

MODUL BLOK KETERAMPILAN KLINIK DASAR 2 KELUHAN BERKAITAN DENGAN SISTEM NEUROPSIKIATRI

DISUSUN OLEH TIM BLOK KKD 2

EDITOR

dr. Hendra Wana Nur’amin, M.Sc

MEDICAL EDUCATION UNIT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2018

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................

2

1. PENDAHULUAN .............................................................................................

3

2. TUJUAN BLOK ................................................................................................

3

3. PRAKTEK KETERAMPILAN .........................................................................

3

4. PENILAIAN .....................................................................................................

3

5. TATA TERTIB ..................................................................................................

4

6. TIM BLOK ........................................................................................................

4

7. SUMBER REFERENSI ....................................................................................

5

MODUL SKILL LAB KELUHAN BERKAITAN DENGAN SISTEM NEUROPSIKIATRI : ANAMNESIS PADA GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI ....…....…...

6

PEMERIKSAAN GCS, REFLEKS PATOLOGI, RANGSANGAN MENINGEAL DAN FUNGSI CEREBELLUM ..................................................................

20

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

30

.....................................................

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

2

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

BLOK KETERAMPILAN KLINIK DASAR 2 KELUHAN ERKAITAN DENGAN SISTEM NEUROPSIKIATRI 1. PENDAHULUAN Blok keterampilan klinik dasar 2 akan dilaksanakan pada semester 3 dalam waktu 18 minggu. Selama 18 minggu ini, mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan teknik komunikasi efektif dan teknik pemeriksaan terkait keluhan dan penyakit beberapa sistem. Pada modul kedua ini akan dipelajari beberama keterampilan yang berkaitan dengan sistem neuropsikiatri selama 6 minggu. Program pembelajaran aktif yang akan dilaksanakan yaitu dengan melakukan pengembangan dan inovasi dalam dunia pendidikan kedokteran. Salah satu yang telah disepakati untuk dikembangkan adalah program pembelajaran dan pelatihan kemampuan keterampilan sesuai dengan standar kompetensi dokter Indonesia. Program ini bertujuan untuk memaparkan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan keterampilan klinik kepada mahasiswa kedokteran sedini mungkin. 2. TUJUAN BLOK Setelah menyelesaikan blok ini, mahasiswa diharap mampu: a. Melakukan anamnesis pada gangguan sistem neurologi b. Melakukan pemeriksaan GCS, refleks patologi, rangsangan meningeal dan fungsi cerebellum c. Melakukan pemeriksaan status mental 3. PRAKTIK KETERAMPILAN Skill lab terdiri atas pembelajaran kemampuan dan keterampilan anamnesis, pemeriksaan fisik diagnostik, pemeriksaan penunjang, keterampilan prosedural, dan keterampilan terapeutik. Pada blok ini masing-masing keterampilan dilatihkan sebanyak 2 kali selama 3 jam. 4. PENILAIAN a. Formatif Prasyarat ujian: • Kehadiran skill lab & OSCE Komprehensif : 100% • Etika pada skill lab & OSCE Komprehensif : sufficient (berbasis checklist) b. Sumatif, terdiri atas: • Pretest : 10% • Postest : 15 % • Nilai harian skills lab : 20% • OSCE Komprehensif : 55% ( NBL Ujian OSCE Komprehensif = 70) c. Standar Penilaian Penilaian Acuan Patokan (PAP)/ criterion-reference dengan nilai patokan berdasarkan aturan institusi A = 80-100 C = 60-64,99 B+ = 75-79,99 D+ = 55-59,99 B = 70-74,99 D = 50-54,99 C+ = 65-69,99 E = 0-49,99 d. Remediasi Jika nilai mahasiswa berada di bawah NBL OSCE Komprehensif maka dilakukan 1 kali remedial di minggu remedial pada akhir semester dengan ketentuan nilai maksimal remedial Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

3

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

OSCE Komprehensif yang diperoleh adalah 70. Apabila setelah dilakukan 1 kali remediasi OSCE Komprehensif, nilai yang diperoleh masih berada di bawah nilai lulus, maka nilai yang diambil adalah nilai yang tertinggi. 5. TATA TERTIB a. Mahasiwa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan skill lab dan OSCE Komprehensif 100% b. Ketidakhadiran skills lab & OSCE Komprehensif hanya diperkenankan apabila: 1. Sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari dokter 2. Mendapat musibah kematian keluarga inti dengan surat keterangan dari orangtua/wali 3. Mendapat tugas dari fakultas/universitas dengan surat keterangan dari Ketua Program Studi/Wakil Dekan/Dekan/Rektor c. Apabila tidak hadir pada kegiatan skill lab/ OSCE Komprehensif dengan alasan selain yang tercantum pada poin (b) diatas maka akan mendapat nilai nol (0) d. Apabila tidak hadir pada kegiatan skill lab/ OSCE Komprehensif dengan alasan seperti yang tercantum pada poin (b), mahasiswa dapat mengganti waktu skills lab/OSCE Komprehensif sesuai dengan ketentuan administrasi yang telah ditetapkan oleh MEU dan diwajibkan mengerjakan tugas tambahan. Apabila mahasiswa tidak hadir pada pertemuan pertama skills lab, maka tidak berhak mengikuti pertemuan kedua materi skills lab tersebut. e. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan skills lab dengan alasan selain yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan penggantian waktu dan nilai skills lab yang ditinggalkan tersebut adalah 0 (nol). Apabila mahasiswa tidak hadir pada pertemuan pertama, maka mahasiswa tersebut juga tidak dapat mengikuti pertemuan kedua skills lab materi tersebut dan nilai pertemuan kedua adalah 0 (nol). f. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan OSCE Komprehensif dengan alasan yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa berhak mengganti waktu OSCE Komprehensif yang akan dilaksanakan bersamaan dengan jadual remedial OSCE Komprehensif. Nilai maksimal OSCE Komprehensif per station adalah nilai rata-rata kelas station tersebut. Apabila mahasiswa mendapatkan nilai diatas rata-rata kelas station tersebut, maka nilai yang diperoleh mahasiswa adalah 80% dari nilai asal. g. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan OSCE Komprehensif dengan alasan selain yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan penggantian waktu, dan nilai OSCE Komprehensif adalah 0 (nol) h. Apabila mahasiswa tidak hadir pada jadual remedial OSCE Komprehensif yang telah ditentukan, maka nilai OSCE Komprehensif station tersebut adalah nilai asal. i. Pada saat OSCE Komprehensif mahasiswa harus sudah hadir 30 menit sebelum OSCE Komprehensif dilaksanakan sesuai jadwal j. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir pada saat OSCE Komprehensif maksimal 10 menit maka tidak akan diperkenankan ikut OSCE Komprehensif k. Remedial OSCE Komprehensif hanya ditujukan bagi mahasiswa yang mendapat nilai di bawah ketentuan blok dan secara administratif tidak ada pelanggaran (kehadiran, etika) l. Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika maka dinyatakan tidak lulus blok dan wajib mengulang pada tahun-tahun berikutnya 6. TIM BLOK Koordinator

: dr. Hendra Wana Nur’amin, M.Sc

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

4

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

7. SUMBER REFERENSI 1. Browse NL, Black J, Burnand KG, Thomas WEG. Browse's Introduction to The Symptoms and Signs of Surgical Disease. Taylor & Francis Group, 2015. 2. Darce J, Kopelinann P. A Handbook of clinical skills. London: Hanson, 2004 3. Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s principles of internal medicine. 17th ed. New York: Mc Graw Hill, 2008 4. Guyton and Hall. Textbook of medical physiology Ed. 10. Elsevier Sauders, 2011 5. Lumley JSP, D'Cruz AK, Hoballah JJ, Scott-Conner CEH. Hamilton Bailey's Demonstration of Physical Signs in Clinical Surgery 19th Ed. aylor & Francis Group, 2016. 6. Lynn P. Taylor's Clinical Nursing Skills: A Nursing Process Approach 3rd Ed. Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins, 2011 7. Markam S. Dasar-dasar Neurospsikologi Klinis. Sagung Seto, 2009 8. McPhee SJ, Ganong WF. Patofisiologi penyakit : Pengantar menuju kedokteran klinis. Jakarta: EGC, 2010 9. McPhee SJ. Current medical diagnosis & treatment. 46 th ed. New York: Mc Graw Hill, 2007 10. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC, 2006 11. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 12. Thomas J, Monaghan T. Oxford Handbook of Clinical Examination and Practical Skills 2nd ed. Nottingham: Oxford University Press, 2007 13. Williams LS, Hopper PD. Understanding Medical Surgical Nursing 5th Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company, 2015

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

5

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

ANAMNESIS PADA GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI Pendahuluan Anamnesis pada sistem neurologi harus memperhatikan dua hal, yaitu aspek komunikasi dan aspek anamnesis itu sendiri, sama seperti anamnesis pada sistem-sistem lain. Sebelum mempelajari ketrampilan Anamnesis pada gangguan sistem neurologi, pelajari kembali pointpoint penting dalam Anamnesis secara umum yang telah dipelajari pada Fase 1. Untuk aspek anamnesis pada sistem neurologi, hal-hal yang harus ditanyakan formatnya sama dengan anamnesis pada umumnya, yang berbeda hanya pada penggalian mendalam tentang keluhan utamanya (riwayat penyakit sekarang dan keluhan penyerta). Sesuai dengan Anamnesis secara umum yang telah dipelajari, berikut ini adalah panduan anamnesis untuk gangguan sistem neurologi: 1. Anamnesis identitas pasien, yaitu nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat, dan pekerjaan. 2. Menanyakan keluhan utama. Pada gangguan sistem syaraf/neurologi, keluhan utama yang sering muncul adalah: • Sakit kepala (sefalgia) • Pusing (vertigo) • Pingsan • Lumpuh (paralisis)/kelemahan (paresis) • Kejang • Tremor 3. Menggali riwayat penyakit sekarang. Berdasarkan keluhan utama, dilakukan penggalian lebih mendalam dengan menanyakan riwayat penyakit sekarang. Seperti pada waktu anamnesis umum, hal-hal yang harus ditanyakan adalah: • Onset: kapan pertama kali muncul keluhan. • Frekuensi: berapa sering keluhan muncul. • Sifat munculnya keluhan: apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis (sudah lama), atau intermitten (hilang timbul). • Durasi: sudah berapa lama menderita keluhan. • Sifat sakit/keluhan utama: sakitnya seperti apa, merupakan penjelasan sifat dari keluhan utama, yang biasanya spesifik untuk setiap keluhan utama di atas. Selain itu, perlu ditanyakan juga, apa hal yang meperberat keluhan. • Lokasi: di mana letak pasti keluhan, apakah tetap, atau berpindah-pindah/menjalar. • Hubungan dengan fungsi fisiologis lain: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan sebagainya. • Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari, seperti tidak dapat bekerja, hanya bisa tiduran, dan sebagainya. • Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: pemberian obat/tindakan tertentu, pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Apabila diberikan obat, ditanyakan pula berapa dosis yang diberikan dan sudah berapa lama. Pada saat membicarakan obat, yang digali tidak hanya obat yang diberikan dokter, tetapi juga obat bebas yang dikonsumsi sendiri oleh pasien, serta obat herbal. Digali pula bagaimana efek dari upaya untuk mengurangi keluhan itu, apakah berhasil tapi tidak maksimal, atau tidak berhasil sama sekali. Di bagian berikutnya akan diberikan beberapa contoh penggalian mendalam terhadap riwayat penyakit sekarang untuk masing-masing keluhan utama di atas. Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

6

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

4. Menggali riwayat penyakit dahulu, baik penyakit serupa maupun penyakit lain. Selain itu, ditanyakan juga apakah pasien pernah harus rawat inap, dan karena apa, serta berapa lama. Bila pernah mendapat pengobatan, ditanyakan riwayat pengobatan yang telah dijalani. Selain itu, riwayat penggunaan obat dan alkohol juga penting ditanyakan. 5. Menggali penyakit keluarga, baik yang serupa dengan yang diderita sekarang, maupun penyakit yang diturunkan. 6. Menanyakan keluhan penyerta (keluhan sistem) yang terkait dengan gangguan neurologi. Penelusuran anamnesis sistem harus relevan dengan keluhan utama pasien dan dugaan terhadap diagnosis yang akan ditegakkan, termasuk diagnosis bandingnya. 7. Membuat resume anamnesis. Pada tahap ini, jawaban yang diberikan oleh pasien dirangkai menjadi suatu alur riwayat penyakit yang kronologis. Jawaban pasien tidak harus semuanya dimasukkan ke dalam resume, harus dipilah-pilah yang berguna dalam perencanaan pemeriksaan, diagnosis, atau terapi. Hasil anamnesis disusun dimulai dari waktu dan tanggal anamnesis, identitas, keluhan utama (KU), riwayat penyakit sekarang (RPS), riwayat penyakit dahulu (RPD), riwayat penyakit keluarga (RPK)/lingkungan (RPL), dan anamnesis sistem. KELUHAN UTAMA YANG SERING BERKAITAN DENGAN SISTEM NEUROLOGI Sakit Kepala Sakit kepala merupakan gejala yang sering diderita pasien. Menurut epidemiologi pasien yang datang ke gawat darurat, penyebab sakit kepala tersering adalah infeksi sistemik (terutama virus), tension headache, posttrauma, hipertensi, migren, perdarahan subarachnoid, meningitis, dan sisanya lain-lain. Sebagian besar sakit kepala didiagnosis berdasarkan anamnesis, karena pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium jarang memberikan petunjuk ke arah diagnosis. Begitu pasien memberikan keluhan utama sakit kepala, lakukan penggalian tentang keluhan tersebut berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang, yaitu: • Onset dan durasi. ➢ Gejala migren dan tension headache biasanya muncul pertama kali saat usia remaja. ➢ Migren bisa berdurasi mulai 4 jam sampai 3 hari. ➢ Tension headache bisa berlangsung selama 30 menit sampai 1 minggu. ➢ Cluster headache bisa berlangsung selama 15 menit sampai 3 jam. • Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu tertentu munculnya? ➢ Migren bisa muncul sekali atau dua kali sebulan. Tension headache bisa muncul sekali atau dua kali seminggu. Cluster headache bisa muncul 1-4 kali sehari. ➢ Cluster headache sering muncul pada jam 2-3 pagi. Tension headache sering muncul di sore hari. ➢ Sakit kepala yang muncul di pagi hari saat bangun biasanya diakibatkan tumor otak, obstructive sleep apnea, disfungsi sendi temporomandibular. Sakit kepala yang muncul di akhir minggu bisa terjadi akibat migren atau withdrawal kafein. • Sifat munculnya nyeri: apakah sakit kepalanya akut, kronis, atau semakin lama semakin berat? ➢ Nyeri kepala yang kronis dan progresif bisa mengarahkan kepada tumor, abses, atau massa lainnya di dalam kepala. ➢ Thunderclap headache (nyeri yang muncul mendadak dan terasa nyeri yang sangat berat sejak detik pertama) mengarahkan pada perdarahan subarachnoid. Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

7

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri





• • •

➢ Nyeri yang berkembang cepat dalam 5-10 menit biasanya merupakan cluster headache. ➢ Nyeri yang terus memburuk dalam sejam pertama, biasanya diakibatkan tension headache dan migren. Sifat sakit kepala: ➢ keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak nyeri dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat). Nyeri yang sangat hebat biasanya diakibatkan oleh perdarahan subarachnoid, meningitis, dan migren. Nyeri ringan biasanya diakibatkan oleh tension headache. ➢ apakah sakit kepalanya berdenyut seperti denyut jantung (migren, arteritis giant cell), atau rasa diikat atau ditekan di sekeliling kepala (tension headache, sakit kepala servikogenik, gangguan sendi temporomandibular), atau rasa ditusuk/tajam seperti tersengat listrik (cluster headache, neuralgia trigeminal)? ➢ apa saja yang dapat membuat sakit kepalanya bertambah: batuk/bersin/aktivitas fisik (sakit kepala benigna, perdarahan subarachnoid), perubahan posisi kepala, valsava manuver (tumor otak, migren), sesudah makan coklat/keju/pisang (migren), sesudah minum alkohol (migren, cluster headache), sedang haid (migren), sesudah berhenti minum kafein (migren), menolehkan kepala dan leher (sakit kepala servikogenik). ➢ apakah ada aura (flash cahaya zigzag selama kurang lebih 20 menit) sebelum sakit kepala muncul? Aura visual klasik mengarahkan kepada migren. ➢ apakah sampai terbangun dari tidur? Biasanya terjadi pada cluster headache atau tumor otak. ➢ apakah memburuk saat bekerja? Pikirkan kemungkinan adanya keracunan CO di tempat kerja. Lokasi sakit kepala: apakah sakitnya satu sisi saja atau kedua sisi? Bisa ditunjukkan lokasi sakitnya? ➢ Sakit kepala tension headache umumnya muncul di temporal, sedangkan cluster headache terasa di retroorbital. ➢ Sakit kepala yang muncul di satu sisi saja, tetapi bisa berpindah-pindah sisi yang sakit, biasanya diakibatkan migren. ➢ Sakit kepala yang hanya di satu sisi bisa diakibatkan oleh cluster headache, tumor otak, malformasi arteriovenosa, neuralgia trigeminal. ➢ Sakit kepala di kedua sisi biasanya akibat tension headache. ➢ Sakit kepala di sekitar mata biasanya diakibatkan oleh cluster headache, neuralgia trigeminal, glaukoma akut sudut tertutup, atau sinusitis. ➢ Sakit kepala di dahi bisa diakibatkan tension headache, atau sinusitis. ➢ Sakit kepala di pelipis bisa diakibatkan oleh tension headache dan cluster headache. ➢ Sakit kepala di belakang kepala dan leher, bisa diakibatkan oleh sakit kepala servikogenik dan massa di fossa posterior. ➢ Sakit kepala di verteks (puncka kepala) bisa diakibatkan oleh sinusitis sfenoid, atau sakit kepala servikogenik. Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan sebagainya. Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas ringan/sedang/berat Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: minum obat tertentu (lengkap dengan dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

8

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

Riwayat keluarga, riwayat penyakit sebelumnya, dan keluhan penyerta dari sakit kepala yang bisa mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah: • Riwayat keluarga menderita migren, bisa mengarahkan adanya migren pada penderita. • Riwayat bedah otak atau shunt, biasanya diakibatkan hidrosefalus atau meningitis • Aura visual atau skotoma yang berkilauan bisa berhubungan dengan migren. • Kebutaan/penurunan penglihatan, biasanya akibat glaukoma akut sudut tertutup. • Nyeri pada mata, biasanya diakibatkan cluster headache, atau glaukoma akut sudut tertutup • Diplopia, bisa diakibatkan oleh migren, tumor otak, stroke, arteritis giant cell, atau malformasi arteriovenosa • Mata merah, biasanya diakibatkan oleh glaukoma akut sudut tertutup, atau cluster headache. • Fotofobia, sering diakibatkan oleh migren dan meningitis. • Konfusio atau letargi, biasanya diakibatkan meningitis, ensefalitis, tumor otak, abses otak • Kejang yang muncul baru-baru ini, biasanya dikibatkan stroke, ensefalitis, tumor otak • Disekuilibrium, biasanya diakibatkan stroke atau tumor otak • Afasia, bisa diakibatkan oleh migren dengan aura, atau pada stroke bila berlangsung lebih dari 1 jam. • Fonofobia, sering diakibatkan oleh migren. • Leher terasa kaku, bisa diakibatkan oleh tension headache, sakit kepala servikogenik, gangguan sendi temporomandibular, dan meningitis • Rasa kebas atau kesemutan di satu sisi muka atau tangan, biasanya diakibatkan oleh migren dengan aura. • Mual dan muntah, bisa diakibatkan oleh sakit kepala migren, bisa juga akibat tumor otak, perdarahan subarachnoid, hidrosefalus, atau sakit kepala karena keracunan CO. • Demam, biasanya diakibatkan infeksi (terutama virus), sinusitis, meningitis, ensefalitis, abses otak • Penurunan berat badan atau adanya riwayat keganasan, biasanya diakibatkan tumor otak • Hemiparesis, atau afasia, bisa diakibatkan oleh migren dengan aura, tumor otak, stroke, abses otak • Gejala syaraf otonom, seperti mata berair, kongesti hidung atau rinore, berkeringat di wajah atau dahi, ptosis, miosis, sering diakibatkan oleh cluster headache.

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

9

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

Pusing Pusing bisa dikategorikan menjadi 4 subtipe, yaitu vertigo, presinkop atau sinkop, gangguan keseimbangan (disekuilibrium), dan kepala terasa ringan (lightheadedness). Namun sering sulit untuk mengidentifikasi satu kategori pada setiap pasien, terutama pada lanjut usia, yang sering menunjukkan lebih dari satu tipe pusing. Obat juga bisa menyebabkan lebih dari satu tipe pusing. Vertigo adalah sensasi atau ilusi bahwa pasien atau lingkungannya berputar. Sensasi ini bisa menunjukkan bahwa ada masalah di labirin telinga dalam, lesi perifer nervus kranialis VIII, lesi di jalur sentralnya, atau nuklei-nya di otak. Harus dibedakan apakah yang dikeluhkan pasien adalah kepala terasa ringan (lightheadedness) atau serasa mau pingsan (yang umumnya berkaitan dengan gangguan kardiovaskuler) dan sensasi berputar (vertigo yang sebenarnya). Presinkop atau perasaan bahwa seseorang akan pingsan atau kehilangan kesadaran, tetapi tidak sampai pingsan. Sinkop adalah kehilangan kesadaran dan tonus postural yang mendadak, tetapi hanya berlangsung sementara, diikuti oleh penyembuhan komplit dan spontan. Disekuilibrium adalah gangguan berjalan akibat masalah keseimbangan. Kondisi ini tidak terjadi pada pasien yang tidak bisa berjalan. Kepala terasa ringan (lightheadedness) adalah pusing yang bukan vertigo, sinkop, atau disekuilibrium, biasanya disebut pusing yang tidak bisa didiferensiasi. Penyebab pusing terbanyak adalah gangguan keseimbangan perifer (seperti benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), neuronitis vestibular atau labirintitis, dan Meniere’s disease), kemudian diikuti dengan gangguan nonpsikiatrik nonvestibular (disekuilibrium, presinkop akibat kekurangan cairan, aritmia, dan etiologi kardiovaskular lainnya), gangguan psikiatri (penyakit psikiatri, hiperventilasi), gangguan vestibular sentral, dan sisanya tidak diketahui. Penggalian tentang keluhan pusing berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang adalah sebagai berikut: Pertama-tama, untuk membedakan apakah itu pusing karena vertigo, disekuilibrium, presinkop, sinkop, atau pusing yang tidak bisa didiferensiasi (lightheadedness), ditanyakan: • Ketika mengeluh pusing, apakah kepala terasa ringan atau dunia terasa berputar di sekitar anda? • Apakah pusingnya terasa di kepala atau kepala tidak pusing namun bila berdiri atau berjalan merasa tidak stabil ? Apakah anda mengalami masalah dengan keseimbangan? • Apakah anda pernah pingsan? • Apakah anda merasa akan pingsan, tetapi tidak pingsan? Kalau teridentifikasi vertigo, maka pertanyaan selanjutnya adalah: • onset dan durasi. ➢ BPPV biasanya berdurasi pendek, hanya beberapa detik. ➢ Insufisiensi (TIA) vertebrobasilar biasanya berlangsung <30 menit. ➢ Meniere’s disease, fistula perilimfatik, migren arteri basilaris biasanya berlangsung berjam-jam. ➢ Neuronitis vestibular atau labirintitis biasanya berlangsung > 1 hari. • Frekuensi: berapa sering keluhan muncul. • sifat munculnya keluhan: apakah mendadak, atau berlangsung beberapa jam sampai memuncak sesudah 1 hari, atau kambuhan? ➢ Keluhan akut biasanya diakibatkan oleh insufisiensi vertebrobasiler, BPPV, Meniere’s disease, dan fistula perilimfatik. Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

10

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri



• • •

➢ Keluhan vertigo yang berlangsung beberapa jam sampai memuncak sesudah 1 hari biasanya terjadi pada labirintitis. ➢ Keluhan kambuhan, biasanya terjadi pada BPPV dan Meniere’s disease. sifat keluhan: ➢ kualitas: apakah pusingnya ringan atau sangat berat sampai membuat anda harus menghentikan aktivitas atau harus berbaring di tempat tidur? Pusing yang ringan biasanya disebabkan oleh etiologi sentral, sedangkan pusing yang berat biasanya mempunyai etiologi perifer, seperti Meniere’s disease, labirintitis, BPPV. ➢ yang menambah keluhan vertigo: membungkuk lalu tegak (BPPV), mendongakkan kepala (BPPV), batuk/bersin (fistula perilimfatik), lebih sering pada pagi hari (etiologi perifer, misalnya neuronitis vestibular atau labirintitis). hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan sebagainya. akibat terhadap aktivitas sehari-hari: seperti tidak dapat bekerja, hanya bisa tiduran, dan sebagainya upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: pemberian obat/tindakan tertentu, pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Apabila diberikan obat, ditanyakan pula berapa dosis yang diberikan dan sudah berapa lama. Digali pula bagaimana efek dari upaya untuk mengurangi keluhan itu, apakah berhasil tapi tidak maksimal, atau tidak berhasil sama sekali.

Keluhan penyerta yang bisa mengarahkan pada diagnosis untuk vertigo antara lain adalah: • Sakit kepala berat, biasanya diakibatkan oleh migren arteri basilaris, massa serebellum atau batang otak • Gangguan penglihatan berupa diplopia, kelemahan, atau rasa kebas di salah satu sisi tubuh, biasanya diakibatkan oleh insufisiensi vertebrobasiler, massa batang otak, migren arteri basilaris, atau epilepsi parsial • Sekret telinga (otore), biasanya diakibatkan otitis media supuratif • Perdarahan dari liang telinga, biasanya disebabkan oleh fraktur tulang temporal. • Tinnitus, biasanya diakibatkan oleh Meniere’s disease, neuroma akustik, toksisitas obat (misalnya aminoglikosida, salisilat, diuretik kuat), neuronitis vestibular atau labirintitis • Rasa penuh di telinga sebelum vertigo, biasanya diakibatkan Meniere’s disease, penyakit di telinga tengah/dalam. • Gangguan pendengaran, biasanya diakibatkan Meniere’s disease (bila gangguan pendengarannya fluktuatif, unilateral, walau nantinya pada akhirnya bisa bilateral), neuroma akustik, toksisitas obat, neuronitis vestibular atau labirintitis, trauma atau infark pada labirin, dan fistula perilimfatik • Gangguan keseimbangan hebat, biasanya disebabkan stroke/massa serebellum • Ataksia disertai jatuh, biasanya diakibatkan oleh stroke serebellum, massa serebellum. Ataksia tanpa jatuh tanpa ada faktor risiko stroke, dan tidak membaik sesudah 24-48 jam, biasanya diakibatkan oleh neuronitis vestibular atau labirintitis, sifilis laten/tertier, dan otomastoditis bakterial. • Mual, muntah, dan berkeringat, biasanya diakibatkan oleh gangguan perifer, seperti Meniere’s disease, neuronitis vestibular/labirintitis. • Didahului oleh penyakit virus sebelumnya, biasanya diakibatkan neuronitis vestibular atau labirintitis Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

11

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

Kalau teridentifikasi presinkop atau sinkop, maka silakan lanjutkan ke bagian keluhan Pingsan. Kalau teridentifikasi disekuilibrium, maka pertanyaan selanjutnya adalah: • onset dan durasi. • frekuensi: berapa sering keluhan muncul • sifat munculnya keluhan: apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis (sudah lama), atau intermitten (hilang timbul). • sifat keluhan: ➢ apakah bersama pusing juga mengalami gangguan penglihatan? Biasanya diakibatkan oleh gangguan visual, misalnya katarak. ➢ apakah bersama pusing juga mengalami gangguan pendengaran? Biasanya diakibatkan tuli konduktif (misalnya sumbatan serumen, otitis media, otosklerosis), dan/atau tuli syaraf (misalnya pada presbycusis, tuli degeneratif pada usia lanjut). ➢ apakah bersama pusing juga mengalami rasa kesemutan atau rasa kebas di tungkai atau kaki? Biasanya diakibatkan oleh gangguan radix syaraf, plexus syaraf, atau saraf perifer. ➢ apakah bersama pusing juga mengalami rasa lemah di tungkai atau gangguan koordinasi tungkai? Biasanya diakibatkan oleh gangguan muskuloskletal atau disfungsi serebellum. • hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang diakibatkan oleh keluhan saat ini. • akibat terhadap aktivitas sehari-hari: seperti tidak dapat bekerja, hanya bisa tiduran, dan sebagainya. • upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: pemberian obat/tindakan tertentu, pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Pingsan Presinkop atau perasaan bahwa seseorang akan pingsan atau kehilangan kesadaran, tetapi tidak sampai pingsan. Sinkop adalah kehilangan kesadaran dan tonus postural yang mendadak, tetapi hanya berlangsung sementara, diikuti oleh penyembuhan komplit dan spontan. Penyebab sinkop dari yang tersering sampai yang paling jarang adalah: sinkop vasovagal, hipotensi ortostatik, sinkop kardiak (aritmia atau penyakit organik jantung), penyakit neurologis (TIA vertebrobasilar, migren basilaris), masalah psikiatri, lain-lain, dan tidak diketahui. Penggalian tentang keluhan pingsan berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang, yaitu: • onset dan durasi. Bila durasi tidak sadarnya pendek dan sembuh sendiri, biasanya memang sinkop, akibat hipoperfusi otak secara general. Bila tidak sadarnya lama dan tidak hilang sendiri, mungkin pasien koma, mengalami intoksikasi, atau gangguan tidur. • frekuensi: berapa sering keluhan muncul • sifat munculnya keluhan: apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis (sudah lama), atau intermitten (hilang timbul). • sifat keluhan: apakah pingsan sepenuhnya, atau masih mendengar suara-suara di sekitarnya (menunjukkan bahwa pasien masih cukup sadar)? Apakah yang menyebabkan pingsan atau presinkop? Apakah ada gejala warning? Seberapa cepat bangunnya? Apakah sebelum pingsan ada kejang? Apakah ada ngompol atau berak? Apakah somnolen atau gangguan memori sesudah sadar? ➢ Apabila masih mendengar suara di sekitarnya, pasien masih berada pada presinkop. Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

12

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

➢ Pingsan yang didahului oleh adanya pemicu seperti berdiri lama, berada di lingkungan yang panas dan berdesakan, nyeri hebat saat instrumentasi medis, melihat/menghidu/mendengar sesuatu yang menakutkan/tidak menyenangkan, emosi berat, umumnya disebabkan oleh sinkop vasovagal. ➢ Orang muda dengan stress emosional dengan tanda warning adanya flushing, mual, pucat, sangat lelah, bisa disebabkan oleh sinkop vasodepressor (vasovagal) dengan onset lambat, dan sadar yang lambat pula. ➢ Pingsan sesudah gerakan leher yang mendadak atau tekanan pada leher, biasanya pada pasien lanjut usia, biasanya akibat sinkop sinus karotis. ➢ Sinkop kardiak/jantung akibat aritmia, sering terjadi pada orang lanjut usia, dengan onset mendadak, dan cepat juga bangunnya. ➢ Aktivitas motorik tonik-klonik, adanya keluar urine atau feces, dan kondisi postiktal menunjukkan epilepsi generalisata. • hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis lain yang diakibatkan oleh keluhan saat ini. • akibat terhadap aktivitas sehari-hari, apakah sangat mengganggu sehingga harus tidak masuk sekolah/kerja, dna lain-lain. • upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: pemberian obat/tindakan tertentu, pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Riwayat penyakit dahulu dan keluhan penyerta yang bisa mengarahkan pada diagnosis untuk presinkop/sinkop antara lain adalah: • Riwayat penyakit jantung pada pasien atau riwayat penyakit jantung/kematian mendadak di dalam keluarga, mengarahkan pada sinkop kardiak. • Riwayat kejang/epilepsi, mengarahkan pada epilepsi. • Riwayat stroke/TIA, mengarahkan pada penyakit serebrovaskuler. • Riwayat diabetes, mengarahkan pada pingsan karena neuropati otonom. • Riwayat penggunaan obat kardiovaskuler (beta-bloker, alfa-bloker, antagonis kalsium, nitrat, ACEI, antiaritmia, diuretik, simpatolitik sentral), obat SSP (antidepresi, antipsikotik, sedatif, antiparkinson, antokejang, analgetik opioid, antiansietas), obat yang memperpanjang QT interval (antiaritmia, cisaprid, antibiotik eritromisin, klaritromisin, domperidon, antipsikosis, terfenadin, arsenik) bisa menyebabkan sinkop karena obat. • Hipotensi, bisa disebabkan oleh hipotensi ortostatik, sinkop kardiak, dan sinkop karena obat. • Nyeri kepala migren, mengarahkan pada migren arteri basilaris. • Nyeri dada atau sesak nafas, mengarahkan pada sinkop kardiak akibat infark myokard, angina tidak stabil, diseksi aorta, atau emboli paru. Panic disorder juga bisa menyebabkan gejala ini. • Palpitasi, mengarahkan pada sinkop kardiak akibat aritmia. • Diplopia, disartria, vertigo, atau rasa kebas di wajah, mengarahkan pada TIA vertebrobasiler.

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

13

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

Lumpuh (Paralisis/plegi) /Kelemahan (Paresis) Kondisi lemah atau lumpuh otot bisa diakibatkan oleh gangguan otot primer atau gangguan neurologis, atau bahkan bisa juga akibat penyakit sistemik. Karena penyebab kelemahan otot primer dan sekunder mempengaruhi berbagai aspek sistem neuromuskular, kategorisasi difokuskan pada lokalisasi anatomis yang menyebabkan lesi: • Myopati: gangguan otot primer, baik yang kongenital maupun didapat, misalnya rhabdomyolisis, paralisis periodik myopati. • Radikulopati: gangguan fungsi radix syaraf spinal (gangguan lower motor neuron/LMN), misalnya radikulopati L5 karena herniasi diskus. • Neuropati perifer: gangguan fungsi syaraf perifer (gangguan LMN), yang bisa dibagi lagi menjadi: ➢ Mononeuropati: hanya melibatkan 1 syaraf, misalnya wrist drop karena kelumpuhan n. radialis. ➢ Polineuropati: ganguuan beberapa syaraf perifer, biasanya menyebabkan gejala distal simetris, misalnya polineuropati diabetik. • Gangguan sistem syaraf pusat: gangguan fungsi otak atau medulla spinalis (myelopati), misalnya stroke, multiple sclerosis. • Penyakit motor neuron: penyakit yang mengenai UMN dan LMN, misalnya amyotrophic lateral sclerosis (ALS) • Gangguan neuromuscular junction: kondisi akibat gangguan fungsi neuromuscular end plate, misalnya botulism (akut), myastenia gravis (kronis). Penggalian tentang keluhan lumpuh atau kelemahan otot berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang adalah sebagai berikut: • Onset dan durasi. • Frekuensi: berapa sering keluhan muncul. • Sifat munculnya keluhan: apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis (sudah lama), atau intermitten (hilang timbul). ➢ Keluhan yang datang dan pergi (episodik) terjadi pada myastenia gravis, dan multiple sclerosis. ➢ Keluhan yang semakin lama semakin berat (kelemahan otot progresif), terjadi pada ALS, polimyosisis/dermatomyositis, polineuropati kronis. ➢ Kelemahan otot yang muncul mendadak dan terus konstan, biasanya terjadi pada stroke, dan neuropati atau radikulopati kompresif. ➢ Apabila kelemahan otot sembuh spontan sesudah beberapa minggu, terjadi pada neuropati kompresif, multiple sclerosis, dan mononeuritis. • Sifat keluhan: apakah yang menyebabkan munculnya keluhan (sesudah minum obat tertentu, sesudah berada pada satu posisi seperti duduk/berdiri dalam waktu lama)? Apakah kelemahan bertambah dengan upaya berulang dan berkurang bila istirahat? ➢ Kelemahan otot sesudah minum obat (lihat obat pada riwayat konsumsi obat di bawah) mengarahkan pada kelemahan otot karena obat. ➢ Kelemahan otot sesudah duduk/berdiri lama, mengarahkan pada neuropati perifer kompresif. ➢ Kelemahan yang bertambah dengan upaya berulang dan berkurang bila istirahat terjadi pada myastenia gravis. • Lokasi: ➢ apakah kelemahan atau kelumpuhan terjadi secara general atau di sisi wajah atau tubuh tertentu? Kelemahan fokal bisa disebabkan stroke, TIA, atau migren hemiplegik. Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

14

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

➢ apakah kelemahan terjadi di kedua sisi tubuh pada saat yang bersamaan? Hal ini bisa terjadi pada penyakit sistemik misalnya pada paralisis periodik hipokalemi. ➢ apakah kelemahan terbatas pada satu ekstremitas atau salah satu bagian ekstremitas? Ini sering terjadi pada neuropati perifer atau radikulopati, misalnya foot drop (n. peroneus atau radikulopati L5), wrist drop (n. radialis), kelemahan oposisi ibu jari (n. medianus), kelemahan tangan intrinsik (n. ulnaris). Bisa juga terjadi pada multiple sclerosis dan stroke. ➢ apakah kelemahannya proksimal atau distal? Untuk kelemahan proksimal, tanyakan tentang kesulitan menyisir rambut, menjangkau sesuatu di rak teratas, atau kesulitan berdiri dari duduk, kesulitan mengangkat kepala dari berbaring, atau naik tangga yang jaraknya tinggi. Untuk kelemahan distal di lengan, tanyakan apakah bisa membuka tutup kaleng, menggunakan gunting. Untuk kelemahan distal di kaki, apakah sering tersangkut saat berjalan. Kelemahan bilateral yang dominan distal biasanya terjadi pada polineuropati. Kelemahan otot proksimal biasanya disebabkan oleh polimyositis/dermatomyositis, myastenia gravis, atau amyotrofi diabetik. ➢ apakah kelemahan disertai dengan rasa kesemutan atau kebas? Bisa terjadi pada multiple sclerosis, stroke, polineuropati. ➢ apakah kelemahan otot disertai dengan twitching (fasikulasi) otot? Biasanya disebabkan oleh ALS. • Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang diakibatkan oleh keluhan saat ini • Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: seperti tidak dapat bekerja, hanya bisa tiduran, dan sebagainya. • Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: pemberian obat/tindakan tertentu, pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Anamnesis riwayat penyakit dahulu yang bisa mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah: • Riwayat diabetes mellitus, mengarahkan pada mononeuropati atau polineuropati karena diabetes mellitus. • Riwayat hipertensi, hiperkolesterolemia, penyakit vaskuler, riwayat merokok, bisa mengarahkan pada stroke iskemik. • Riwayat atau tanda adanya hipertiroidisme mengarahkan pada myopati tiroid atau myastenia gravis. • Riwayat konsumsi obat: obat penurun kolesterol bisa menyebabkan rhabdomyolisis; obat yang menurunkan kalium bisa menyebabkan paralisis periodik karena hipokalemia; steroid bisa menyebabkan myopati; aminoglikosid, prokainamid, antagonis kalsium bisa menyebabkan myastenia gravis. • Riwayat penyakit ginjal, mengarahkan pada polineuropati uremik. • Pasien vegetarian, mengarahkan pada defisiensi vitamin B12.

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

15

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

Kejang (Konvulsi) Kejang adalah gangguan paroksismal akibat pelepasan elektrik yang berlebihan dalam korteks serebri atau struktur di bawahnya. Penggalian tentang keluhan kejang berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang adalah sebagai berikut: • Onset dan durasi. • Frekuensi. • Sifat munculnya keluhan: apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis (sudah lama), atau intermitten (hilang timbul). • Sifat keluhan: Hal-hal di bawah ini mengarahkan pada diagnosis epilepsi: ➢ apakah pasien merasakan adanya rasa deja vu atau jamais vu sebelum episode kejang? ➢ apakah pasien melakukan gerakan jerking atau tidak responsif atau mendadak jatuh pingsan tanpa sebab? ➢ apakah selama kejang pasien menggeleng-gelengkan kepala ke kiri dan ke kanan? ➢ apakah pasien nampak biru saat kejang? ➢ apakah pasien bangun dari kejang dengan luka pada lidah? ➢ apakah pasien tidak ingat apa yang terjadi atau merasa bingung sesudah bangun dari kejang? ➢ apakah pasien merasakan nyeri otot sesudah kejang? Apabila pasien didiagnosis epilepsi, dilanjutkan pertanyaan terkait tipe kejang dan kondisi postiktalnya untuk mengetahui tipe epilepsinya: ➢ Pada epilepsi parsial sederhana, pada kondisi iktal dan postiktal (sesudah kejang), pasien kesadarannya baik. Pada epilepsi parsial sederhana dengan gejala motorik tipe Jacksonian, pasien melakukan gerakan tonik, kemudian klonik, yang dimulai unilateral di tangan, kaki, wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lain di sisi yang sama. Pada epilepsi parsial sederhana dengan gejala sensorik, pasien merasakan kebas/kesemutan, ada halusinasi visual/auditorik/olfaktorius. ➢ Pada epilepsi parsial kompleks, kesadaran terganggu pada kondisi iktal, pasien nampak konfusio, terjadi otomatism seperti mengunyah, mengecap-ngecapkan bibir, berjalan, membuka kancing baju. Pada postiktal biasanya pasien amnesia, konfusio temporer dan sakit kepala. ➢ Pada epilepsi generalisata tipe tonik-klonik (grand mal), pasien mendadak tidak sadar, badan rigid dalam posisi ekstensi, nafas berhenti dan pasien sianotik, kemudian dilanjutkan dengan klonik, pernafasan berlanjut lagi, kadang dengan hipersalivasi, ngompol, dan trauma. Pada postiktal, pasien amnesia, konfusio, mengantuk, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, dan kadang ada persistensi defisit neurologis bilateral. ➢ Pada petit mal/absence, pasien tidak sadar sebentar, kadang mengejap-ngejapkan mata, menatap lama, gerakan bibir atau tangan, tapi pasien tidak jatuh. Pasien kembali normal pada postiktal, kecuali pada petit mal yang atipikal. ➢ Pada epilepsi atonik, pasien mendadak tidak sadar dan jatuh, dan pada kondisi postiktal, bisa kembali normal atau konfusio sebentar. ➢ Pada myoklonus, pasien mendadak melakukan gerakan jerking ekstremitas atau badan yang pendek-pendek dan cepat. • Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang diakibatkan oleh keluhan saat ini. • Akibat terhadap aktivitas sehari-hari. • Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: pemberian obat/tindakan tertentu, pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

16

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri Tremor

Tremor adalah osilasi ritmis kelompok-kelompok otot antagonis, baik dengan cara sinkron atau bergantian. Tremor dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu resting, action, dan postural. Resting tremor biasanya khas tanda tremor pada penyakit Parkinson, biasanya berfrekuensi rendah (3-6 Hz) yang terjadi tanpa action (kontraksi otot volunter). Action tremor/tremor kinetik adalah osilasi yang terjadi atau meningkat dengan adanya gerakan volunter, biasanya frekuensinya sedang (6-8 Hz), dan sering sebagai akibat tremor esensial, penyakit serebellum, atau intoksikasi. Tremor esensial adalah action/isolated postural tremor yang mengenai tangan dan kadang kepala dan suara tanpa adanya gangguan neurologis lain.Biasanya tremor ini ada dalam keluarga (familial tremor). Intention tremor adalah suatu tipe action tremor dimana osilasi terjadi ortogonal/vertikal terhadap arah gerakan dan meningkat amplitudonya ketika target yang akan dicapai semakin didekati, biasanya akibat penyakit serebellum. Postural tremor adalah osilasi yang terjadi akibat mempertahankan postur tetap melawan gravitasi atau selama postur diam tertentu (menggenggam tinju, memegang kamera, berdiri), biasanya frekuensinya sedang sampai tinggi (8-14 Hz). Tremor primer paling sering disebabkan oleh tremor esensial, kemudian oleh penyakit Parkinson, sedangkan tremor sekunder sering disebabkan oleh obat adrenergik (amfetamin, beta-agonis, vasokonstriktor, antidepresi trisiklik, antidepresi SSRI), kortikosteroid, antipsikotik, kafein, asam valproat, amiodaron, kelelahan, dan ansietas. Penggalian tentang keluhan tremor berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang adalah sebagai berikut: • Onset dan durasi. • Frekuensi: berapa sering keluhan muncul. • Sifat munculnya keluhan. apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis (sudah lama), atau intermitten (hilang timbul). ➢ Tremor akut mengarahkan pada intoksikasi (paparan pada pestisida, logam berat), lesi struktural, atau gangguan psikogenik. ➢ Tremor kronis mengarahkan pada penyakit Parkinson, tremor esensial, multiple sclerosis, penyalahgunaan alkohol kronis, atau neuropati. ➢ Tremor yang memburuk/progresif bersama waktu secara akut (selama beberapa jam atau hari atau minggu sampai bulan) mengarahkan pada paparan toksik akut, kondisi anoksia, atau etiologi psikogenik. Tremor yang progresif kronis (beberapa minggu sampai bulan sampai beberapa tahun) biasanya disebabkan oleh paparan toksik jangka panjang, multiple sclerosis. • Sifat keluhan: ➢ kapan munculnya tremor? Apakah saat istirahat, saat duduk diam, saat menulis/makan/minum, saat memegang suatu benda, atau menggerakkan bagian tubuh yang tremor? Ini bisa mengarahkan pada tipe tremor. Resting tremor mengarahkan pada penyakit Parkinson, multiple sclerosis, psikogenik, atau penyakit infeksi. Action tremor bisa diakibatkan oleh tremor esensial, multiple sclerosis, lesi struktural, hipertiroidism, gangguan metabolik, neuropati, patologi pada serebellum, atau toksin. Postural tremor bisa disebabkan oleh neuropati, intoksikasi, hipertiroidism, ansietas, tremor esensial, gangguan metabolik, atau lesi struktural. ➢ apakah muncul sesudah minum obat tertentu (teofilin, kafein, beta-agonis, nikotin, asam valproat, amiodaron, amfetamin, kortikosteroid, antidepresi trisiklik, SSRI, antagonis kalsium, alkohol, antipsikotik)? Antipsikotik biasanya menyebabkan resting tremor. Kafein dan beta-agonis umumnya menyebabkan postural tremor. Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

17

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

• Lokasi: ➢ apakah tremor dimulai pada satu tangan/sisi, atau keduanya? Tremor yang dimulai unilateral mengarahkan pada penyakit Parkinson. Tremor esensial dan parkinsonism atipikal bisa terjadi bilateral. Lesi struktural juga bisa menyebabkan tremor unilateral. • Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang diakibatkan oleh keluhan saat ini. • Akibat terhadap aktivitas sehari-hari. • Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: pemberian obat/tindakan tertentu, pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah: • Riwayat keluarga menderita tremor serupa, mengarahkan pada tremor esensial atau familial tremor • Riwayat paparan pada pestisida (organofosfat), logam berat (merkuri, timbal), zat kimia lain (mangan, arsenik, CO, sianida, alkohol), mengarahkan pada intoksikasi. • Disertai dengan bradikinesia (misalnya kesulitan menyikat gigi atau memutar pegangan pintu), ketidakstabilan dalam berjalan (sering jatuh), kesulitan memulai gerak (kesulitan berdiri dari sofa/kursi dengan bantalan yang dalam), serta rigiditas, mengarahkan pada penyakit Parkinson.

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

18

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

DAFTAR TILIK ANAMNESIS No 1 2 3 4 5 6 1 2 3

4

5 6 7

Aspek yang dinilai

0

Nilai 1

2

Aspek komunikasi Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri Mendengarkan secara aktif Tidak memotong pembicaraan pasien selama masih relevan Menggunakan bahasa yang bisa dipahami pasien Mempertahankan kontak mata dengan pasien Menunjukkan empati Aspek anamnesis Menanyakan identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan Menanyakan keluhan utama Menggali riwayat penyakit sekarang • Onset • Frekuensi • Sifat munculnya keluhan • Durasi • Sifat keluhan • Lokasi • Hubungan dengan fungsi fisiologis lain • Akibat terhadap aktivitas sehari-hari • Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan Menggali riwayat penyakit dahulu: • Ada tidaknya penyakit seperti ini sebelumnya • Penyakit lain yang pernah diderita Menggali riwayat penyakit keluarga • Ada tidaknya penyakit serupa Menanyakan keluhan penyerta (berdasarkan sistem) Membuat resume anamnesis

Keterangan: 0 = tidak dilakukan 1 = dilakukan tetapi kurang benar 2 = dilakukan dengan benar

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

19

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

PEMERIKSAAN GCS, REFLEKS PATOLOGI, RANGSANGAN MENINGEAL DAN FUNGSI CEREBELLUM PENDAHULUAN Pada umumnya pemeriksaan neurologi harus merupakan pemeriksaan fisik secara umum, dimana fungsi susunan saraf mendapat perhatian khusus. Urutan pemeriksaan neurologi terdiri dari penilaian umum terhadap fungsi serebral, pemeriksaan saraf otak, penilaian fungsi motorik, dan penilaian fungsi sensorik. Pemeriksaan neurologi bertujuan menjelaskan adanya disfungsi susunan saraf dan menilai kemampuan fungsi susunan saraf yang masih ada. Pemeriksaan juga bertujuan menentukan kemungkinan lokasi anatomis dari lesi. Apakah masalah disebabkan oleh lesi pada otak, medula spinalis, saraf perifer, atau otot. 1. PEMERIKSAAN KESADARAN Pada saat anamnesis penilaian fungsi serebral umum sebenarnya sudah dimulai. Penilaian status kesadaran penderita dilakukan pada kesempatan pertama. Penilaian kesadaran secara objektif menggunakan Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Scale, disingkat GCS) yang meliputi penilaian respon mata, verbal, dan motorik. Mata (Eye) 1. Membuka mata secara spontan (Nilai 4) 2. Membuka mata terhadap panggilan atau suara (Nilai 3) 3. Membuka mata sebagai tanggapan terhadap rangsangan nyeri (Nilai 2) 4. Mata tidak bereaksi bilamana tubuh dirangsang dengan stimulus kasar apapun (Nilai 1) Percakapan (Verbal) 1. Tanggapan verbal yang berorientasi, yaitu kesadaran akan diri sendiri dan sekelilingnya (orang, tempat, waktu) (Nilai 5) 2. Percakapan yang kacau (hubungan antara kalimat/kata membingungkan)(Nilai 4) 3. Kalimat jelek walau kata-kata baik, tetapi apa yang diucapkan tidak tepat dengan konteks pembicaraan, bahkan tidak pantas, misalnya mengeluarkan kata-kata kutukan, berteriakteriak dengan tidak menghiraukan jalan percakapan (Nilai 3) 4. Hanya dalam bentuk suara seperti menggeram atau merintih (Nilai 2) 5. Tidak ada suara (Nilai 1) Gerak (Motorik) 1. Melakukan gerakan sesuai perintah (Nilai 6) 2. Melakukan gerakan pada anggota gerak yang dirangsang (Nilai 5) 3. Melakukan gerakan menghindar (withdrawl) (Nilai 4) 4. Melakukan gerakan fleksi abnormal (decorticated rigidity) (Nilai 3) 5. Melakukan gerakan ekstensi (decrebrated rigidity) (Nilai 2) 6. Tidak ada gerakan (Nilai 1) GCS Score • GCS 13 - 15 • GCS 9 - 12 • GCS < 8

Mild head injury Moderate head injury Severe head injury

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

20

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

2. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGI Refleks patologis adalah gerakan refleks yang tidak ditemukan pada orang yang sehat. Jadi dalam keadaan normal refleks patologis itu tidak dapat di perlihatkan. Refleks Hoffmann-Tromner Untuk menimbulkan refleks Hoffmann ini, maka dilakukan ekstensi pada jari tengah penderita dan kemudian dipetik pada kuku jari tengah dengan menggunakan ibu jari pemeriksa, sedangkan untuk membangkitkan refleks Tromner ujung jari telunjuk penderita sisi dalam dipetik dengan ujung jari pemeriksa. Bila lantas timbul gerakan fleksi pada jari jempol. telunjuk, atau pada jari-jari lain pada tangan tersebut maka kita katakan, bahwa refleks Hoffmann-Tromner positif. Bila hanya dapat ditimbulkan satu tangan saja, maka dapatlah di katakan keadaan itu adalah patologis.

Gambar. Refleks Hoffmann

Gambar. Refleks Tromner

Refleks Babinski Refleks ini untuk pertama kali diuraikan Babinski dari Polandia dalam tahun 1896. Refleks ini adalah khas bagi suatu lesi pada traktus piramidalis. Refleks ini tidak dapat ditimbulkan pada orang sehat, kecuali pada bayi yang berumur kurang dari 1 tahun sebab pada bayi yang berumur kurang dari satu tahun mielinisasi traktus piramidalis belum sempurna. Jadi pada neonatus, refleks Babinski itu selalu positif. Untuk menimbulkan refleks Babinski ini, kita goreskan ujung palu refleks pada telapak kaki penderita. Goresan itu dimulai di tumit kemudian menuju ke atas dengan menyelusuri bagian lateral dari telapak kaki, dan setelah sampai di pangkal kelingking goresan itu kita bengkokkan ke medial sampai ia berakhir pada pangkal jempol kaki. Refleks Babinski kita katakan positif, bila tampak ada respons berupa dorsofleksi dari ibu jari yang di sertai pemekaran dari jari-jari yang lain (ekstensor plantar response).

Gambar. Refleks Babinski Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

21

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

3. PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL Tanda-tanda ini timbul karena tertariknya radiks saraf tepi yang menjadi hipersensitif karena adanya radang pada selaput otak (meningitis) dan perdarahan di ruang subarakhnoid. Tanda-tanda iritasi selaput otak ini dapat di lakukan pemeriksaan berupa: 1. Tes Brudzinski (Pemeriksaan Kaku Kuduk) Penderita berbaring tertelentang di atas tempat tidur. Secara pasif kepala penderita lantas kita fleksikan ke arah dada dengan tangan pemeriksa memegang oksiput penderita. Kita katakan, bahwa penderita itu ada tanda kaku kuduk positif bila sewaktu melakukan gerakan tadi dapat kita rasakan adanya suatu tahanan. Keluhan nyeri leher, atau fleksi involunter (gerakan spontan) dari sendi pinggul dan lutut juga dianggap ciri khas iritasi meningen. Tes ini positif pada 80% kasus. Ada kaku kuduk yang ringan, tetapi ada pula kaku kuduk yang keras. Kaku kuduk yang sangat keras dapat menimbulkan opistotonus.

Gambar. Tes Kaku kuduk 2. Tanda Kernig Pasien berbaring telentang. Setelah itu kita lakukan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut sehingga paha pasien berdiri tegak lurus terhadap tubuhnya. Kemudian kita lakukan ekstensi pada sendi lutut. Gerakan ekstensi pasif ini mendapat tahanan sekaligus membangkitkan nyeri di otot bisefs femoris. Untuk menganggap bahwa tindakan ini positif, maka pada tungkai sisi kontralateral harus didapat gerakan fleksi di lutut dan panggul secara reflektoris.

Gambar. Tanda Kernig Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

22

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

3. Tanda tungkai kontralateral (Brudzinski II) Tanda tungkai kontralateral menurut Brudzinski atau the contralateral leg phenomenon dikenal juga sebagai tanda Brudzinski II. Cara membangkitkan tanda tersebut adalah sebagai berikut. Penderita berbaring terlentang. Salah satu tungkai penderita diangkat dalam sikap lurus (ekstensi) di sendi lutut dan kita tekukkan (fleksi) secara pasif pada sendi panggul. Kita katakan Brudzinski II positif, bila sewaktu melakukan gerakan di atas tadi, tungkai yang kontralateral secara involunter ikut fleksi reflektoris di sendi lutut dan sendi panggul.

Gambar. Tanda Brudzinski II

4. PEMERIKSAAN NYERI PUNGGUNG BAWAH 4.1. Tanda Lasegue (straight leg raising test=SLRT) Tungkai penderita diangkat secara perlahan tanpa fleksi di lutut, pada sudut kurang 60 derajat. menyebabkan rasa sakit menjalar mulai dari bokong sampai ke ujung kaki.

Gambar. Lasegue sign

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

23

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

4.2. Tes Bragard-Sicard Pemeriksaan ini dilakukan seperti Tanda Lasegue akan tetapi dilanjutkan dengan dorsofleksi telapak kaki (Bragard) atau dorsofleksi ibu jari kaki (Sicard).

Gambar. Tes Bragard-Sicard

5. TES FUNGSI CEREBELLUM Kemampuan untuk melakukan gerakan yang cepat yang akurat dan simetris memerlukan pengaturan motorik, sensasi posisi dan perantaraan cerebellum. Tes yang harus dilakukan: 1. Manuver sentuhan jari tangan. Suruh pasien untuk menyentuh secara berurutan ujung dari masing-masing keempat jari tangan dengan ibu jari pada tangan yang sama. Amati tingkat kecepatannya. 2. Manuver tepukan tangan pada paha Suruh pasien menepuk punggung tangan kemudian mengadakan supinasi dan pronasi telapak kedua tangan terhadap paha dekat lututnya secara bergantian, dan kecepatan meningkat secara progresif sampai tercapai kecepatan maksimal.

Gambar. Manuver tepukan tangan dan manuver sentuhan jari tangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

24

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

3. Manuver jari tangan ke hidung ke jari tangan. Suruh pasien menyentuh hidungnya dengan ujung jari telunjuknya, kemudian lanjutkan dengan menunjuk ujung jari pemeriksa. Lanjutkan dengan menggerak-gerakkan jari pemeriksa ke berbagai arah. Amati ketepatan dan kesemetrisan kegiatan ini.

Gambar. Manuver jari tangan ke hidung 4. Romberg test. Tes ini dirancang untuk menilai keseimbangan tubuh. Suruh (berguna untuk masukan cerebellum dan visual), kemudian pasien diminta untuk menutup mata. Pemeriksa harus berdiri cukup dekat dengan pasien untuk menopangnya bila pasien jatuh. Amati selama kurang lebih 30 detik. Jika pasien kehilangan keseimbangan dan mengayun dengan mata terbuka, maka dikatakan tes negatif.

Gambar. Tes Romberg

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

25

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

5. Tes gaya berjalan Usahakan pasien tidak menggunakan alas kaki atau kaos kaki. Amati kelancaran gaya berjalan, penempatan kaki apakah langkahnya besar atau normal, kesemetrisan gerakan tungkai dan lengan, langkah yang tinggi atau diseret, panjang langkah (normal atau diseret), jalan sempoyongan. Amati pasien saat berputar, perhatikan jumlah langkah yang diperlukan untuk mencapai putaran. Jika ada kecurigaan terhadap kelainan gaya berjalan, pasien diminta manuver tambahan berupa tandem walking (berjalan dengan jari kaki ke tumit lalu tumi ke jari kaki) atau melompat dengan satu kaki.

Gambar. Tes gaya berjalan

Gambar. Tandem walking

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

26

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

DAFTAR TILIK 1. PEMERIKSAAN KESADARAN No 1. 2. 3. 4. 5.

Aspek yang Dinilai

Score 0 1 2

Meminta ijin kepada pasien/anggota keluarga Melakukan pemeriksaan terhadap respon mata Melakukan pemeriksaan terhadap respon verbal Melakukan pemeriksaan terhadap respon motorik Memberikan nilai GCS

2. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGI No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Aspek yang Dinilai

Score 0 1 2

Pemeriksaan Refleks Hoffmann-Tromner Pemeriksa melakukan ekstensi pada jari tengah penderita Pemeriksa memetik pada kuku jari tengah penderita dengan ibu jarinya Kemudian ujung jari telunjuk penderita sisi dalam dipetik dengan ujung jari pemeriksa Amati gerakan fleksi pada jari jempol. telunjuk, atau pada jari-jari lain Pemeriksaan Refleks Babinski Pasien diminta untuk tidur terlentang Goreskan ujung palu refleks pada telapak kaki penderita. Amati adanya dorsofleksi dari ibu jari yang disertai pemekaran jari-jari

3. PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Aspek yang Dinilai

Score 0 1 2

Tes Brudzinski (Pemeriksaan Kaku Kuduk) Penderita diminta berbaring tertelentang di atas tempat tidur Secara pasif kepala penderita di fleksikan ke arah dada dengan tangan pemeriksa memegang oksiput penderita Amati adanya tahanan, keluhan nyeri leher, fleksi sendi pinggul dan lutut Tanda Kernig Pasien masih diminta berbaring telentang Lakukan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut sehingga paha pasien berdiri tegak lurus terhadap tubuhnya Kemudian lakukan ekstensi pada sendi lutut sehingga kaki menjadi lurus Amati adanya gerakan fleksi dari tungkai sisi kontralateral Tanda tungkai kontralateral (Brudzinski II) Mengangkat salah satu tungkai pasien dalam keadaan lurus (ekstensi) Amati adanya gerakan fleksi dari tungaki kontralateral

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

27

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

4. PEMERIKSAAN NYERI PUNGGUNG BAWAH No

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Aspek yang Dinilai

Score 0 1 2

Tanda Laseque Pemeriksa mengangkat tungkai penderita secara perlahan tanpa fleksi di lutut Pada sudut 60 derajat, amati mimik penderita atau pemeriksa menanyakan pada penderiat adanya rasa sakit menjalar Catat hasilnya Tes Bragard-Sicard Pemeriksa mengangkat tungkai penderita secara perlahan tanpa fleksi di lutut Pada sudut 60 derajat, dilanjutkan dengan dorsofleksi telapak kaki atau dorsofleksi jari kaki amati mimik penderita atau pemeriksa menanyakan pada penderiat adanya rasa sakit menjalar

5. TES FUNGSI CEREBELLUM No

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Aspek yang Dinilai

Score 0 1 2

Manuver sentuhan jari tangan Pasien diminta untuk menyentuh secara berurutan ujung dari masingmasing keempat jari tangannya dengan ibu jari pada tangan yang sama. Amati tingkat kecepatannya Manuver tepukan tangan pada paha Suruh pasien menepuk punggung tangan pada paha Kemudian meminta tangan pasien mengadakan supinasi dan pronasi telapak kedua tangan terhadap pahanya secara bergantian Suruh pasien untuk meningkatkan kecepatan secara progresif sampai tercapai kecepatan maksimal. Manuver jari tangan ke hidung ke jari tangan. Pasien diminta menyentuh hidungnya dengan ujung jari telunjuknya, kemudian lanjutkan dengan menunjuk ujung jari pemeriksa Lakukan terus sambil menggerak-gerakkan jari pemeriksa ke berbagai arah. Amati ketepatan dan kesemetrisan kegiatan ini. Romberg test. Pasien diminta berdiri tegak dengan kedua kakinya dirapatkan Lengan penderita di ekstensikan ke depan, dengan mata terbuka Pasien diminta menutup mata Amati selama 30 detik Catat dan laporkan hasilnya Tes gaya berjalan Pasien diminta tidak menggunakan alas kaki atau kaos kaki.

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

28

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

16.

17. 18. 19. 20.

Amati kelancaran gaya berjalan - penempatan kaki apakah langkahnya besar atau normal- kesemetrisan gerakan tungkai dan lengan, - langkah yang tinggi atau diseret - panjang langkah (normal atau diseret) - jalan sempoyongan. Amati pasien saat berputar, perhatikan jumlah langkah yang diperlukan untuk mencapai putaran. pasien diminta melakukan tandem walking (berjalan dengan jari kaki ke tumit lalu tumi ke jari kaki) Pasien diminta untuk melompat dengan satu kaki Catat hasilnya dan laporkan

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

29

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PENDAHULUAN Pemeriksaan status mental merupakan suatu pemeriksaan yang bermanfaat dan berguna untuk mengetahui keadaan mental pasein. Pemeriksaan status mental (Mental Status Examination/MSE) adalah alat diagnostik yang paling penting seorang psikiater telah memperoleh informasi untuk membuat diagnosis yang akurat. Para dokter harus memperhatikan presentasi pasien, termasuk penampilan pribadi, interaksi sosial dengan staf medis dan lain-lain di ruang tunggu, dan apakah pasien disertai oleh seseorang (misalnya, untuk membantu menentukan apakah pasien memiliki dukungan sosial). Beberapa pengamatan pertama ini dapat memberikan informasi penting tentang pasien yang mungkin tidak di dapat atau diungkapkan melalui wawancara atau saat percakapan. Ketika pasien masuk ruang pemeriksaaan, perhatikan penampilannya seperti kebersihan, cara berpakaian, dan kesopanan. Perilaku lain yang perlu diperhatikan mungkin mencakup pasien berbicara kepada diri mereka sendiri di ruang tunggu atau mungkin mondar-mandir. Langkah berikutnya adalah untuk membangun hubungan dengan pasien, dimulai dengan memperkenalkan diri pemeriksa sendiri. Berbicara langsung kepada pasien selama wawancara pendahuluan ini serta memperhatikan apakah pasien menjaga kontak mata atau tidak. Catatan mental seperti ini dapat membantu dalam memandu wawancara nanti. Jika pasien tampak gelisah saat mereka memasuki ruang pemeriksaan, usahakan untuk meredakan situasi dengan mempersilahkan duduk atau menawarkan secangkir air. Banyak orang merasa lebih nyaman jika mereka bisa memiliki sesuatu di tangan mereka. Hal ini mencerminkan gambaran perhatian yang tulus kepada pasien dan dapat membuat proses wawancara jauh lebih santai. Secara hukum, pemeriksaan status mental memerlukan izin pada keluarga (karena pasien tidak mempunyai kemampuan untuk mengizinkan) atau dokumen terkait status mental yang dilakukan tanpa persetujuan pasien jika dalam situasi darurat. Waktu yang diperlukan untuk melengkapi wawancara awal ini mungkin berbeda dibandingkan dengan wawancara dengan pasien yang bukan kasus gangguan mental. Pemeriksa hendaknya memperhatikan kecepatan dan sebaiknya tidak merasa terburu-buru untuk melengkapi wawancara. Semua pasien memerlukan waktu mereka sendiri selama wawancara awal ini dan mereka jangan dibuat merasa sedang di interogasi. ANAMNESIS Mengidentifikasi data Tanyakan kepada pasien nama mereka atau nama apa yang mereka lebih suka untuk dipanggil. Jika pasien adalah anak, tanyakanlah hal terkait identitas kepada pengantar atau orang tuanya. Kemudian tanyakan berbagai hal terkait pasien, misalnya pendidikan, status perkawinan mereka, pekerjaan, keyakinan agama, dan alamat. Keluhan Utama (KU) Dalam anamnesis keluhan utama ini, pemeriksa mencatat berdasarkan kata-kata pasien sendiri. Hal-hal yang menarik dapat dibuat dalam tanda kutip. Pernyataan ini memungkinkan identifikasi masalah dengan mengidentifikasi gejala-gejala yang mengarah ke diagnosis dan, akhirnya, rencana pengobatan tertentu. Untuk memperoleh tanggapan ini, pewawancara harus menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah seperti "Apa yang membawamu kemari hari ini?". Jika pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik, keluhan utama dapat juga didapatkan dari pengantar atau keluarga, disebut alasan utama pasien dibawa berobat. Misalnya keluarga mengeluh pasien sering gelisah, berbicara sendiri atau marah-marah tanpa sebab, memukul-mukul benda dan sebagainya.

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

30

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

Riwayat Gangguan Sekarang (RGS) Anamnesis dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang diinginkan dalam rangka untuk menempatkan pasien lebih nyaman dan untuk mengamati pasien aliran pemikiran (isi) dan proses berpikir. Mulailah dengan pertanyaan seperti "Apa yang membawamu kemari hari ini?" atau "Ceritakan tentang diri Anda." Jenis pertanyaan seperti ini memperoleh respon yang menyediakan dasar wawancara. Perlu diketahui seluruh wawancara untuk mencari isyaratisyarat nonverbal dari pasien. Sementara mereka berbicara, misalnya, catatan jika mereka menghindari kontak mata, bertindak gugup, bermain dengan rambut mereka, atau mengetukkan jari tangan mereka berulang kali. Semua pengamatan ini harus dicatat selama proses wawancara. Dengan menggali yang tepat memungkinkan kita untuk mengumpulkan informasi dasar bersama dengan mengidentifikasi gejala yang spesifik. jika menanyakan tentang sesuatu dan pasien memunculkan masalah lain, ikuti dulu kemauan pasien, biarkan ia bercerita, mungkin kita memperoleh informasi mengenai data baru tapi kemudian bimbinglah pasien kembali ke wawancara untuk membolehkan semua informasi yang akan dikumpulkan. Intinya berikan waktu pasien bercerita tentang apa yang ia rasakan. Dari keluarga kita dapat menanyakan halhal yang sudah diceritakan oleh pasien tentang apa yang terjadi. Riwayat Gangguan Sebelumnya Daftar masalah medis, baik dulu dan sekarang, dan semua gangguan yang pernah dialami oleh pasien sangat penting untuk kita ketahui. Setidaknya pemeriksa mengajukan beberapa pertanyaan mengenai gangguan/penyakit medis yang pernah dialami, jika mungkin mendapatkan seluruh catatan medis pasien. Jika pernah mengalami gangguan psikiatri tanyakan apa gejalanya, kapan, apakah pernah dibawa ke RS, apakah ada perbaikan atau tidak dan bagaimana kepatuhan terhadap pengobatan. Untuk gangguan medik, riwayat medis pasien, dari masa kanak-kanak hingga sekarang, dapat memainkan peran penting terkait masalah yang sedang dialami. Pastikan untuk menanyakan tentang peristiwa-peristiwa tertentu yang mungkin terjadi di masa kanak-kanak, seperti jatuh, trauma kepala, kejang, dan luka-luka dengan kehilangan kesadaran. Semua ini dapat relevan dengan masalah saat ini. Tanyakan pula apakah pasien memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif, serta riwayat kepribadian pasien sebelum menderita gangguan jiwa. Riwayat Kehidupan Pribadi Tanyakan tentang catatan yang relevan dan sejarah perkembangan perinatal. Apakah pasien lahir prematur, apakah ada komplikasi yang berhubungan dengan kelahiran mereka. Tanyakan apakah saat anak-anak dan remaja mempunyai masalah medis atau kejiwaan. Rekaman sejarah pendidikan yang akurat adalah suatu keharusan. Tanyakan kapan pasien masuk sekolah, dan bagaimana perkembangan pendidikannya. Tanyakan apakah pasien memiliki ketidakmampuan belajar dan adakah pasien memiliki masalah lain seperti gangguan pendengaran atau masalah bicara. Kemudian menanyakan tentang status pekerjaan. Jika pasien bekerja, menanyakan tentang frekuensi absen dari kerja. Jika pasien tidak bekerja, menanyakan tentang apakah pasien saat ini sedang mencari pekerjaan. Juga menanyakan riwayat pekerjaan sebekumnya, apakah pekerjaan yang sebelumnya dipegang hilang sebagai akibat dari penyakit. Tanyakan status perkawinan mereka. Menanyakan keyakinan agama pasien. Apakah pasien tumbuh dalam lingkungan agama yang ketat? Apakah pasien memiliki keyakinan agama tertentu dan telah yang berubah sejak masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa? Penting kiranya, dokter menyelidiki apa efek keyakinan pasien terhadap pengobatan penyakit jiwa atau bunuh diri. Selain itu sedapat mungkin dievaluasi mengenai riwayat psikoseksual pasien (menarche, mimpi basah, awal ketertarikan pada lawan jenis, adanya kelainan seksual). Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

31

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

Riwayat aktivitas sosial sebelum sakit, riwayat bermasalah hukum, riwayat hobi, situasi kehidupan sekarang (kondisi rumah dan lingkungan tempat tinggal pasien), riwayat keluarga (genogram, deskripsi orang lain yang serumah dengan pasien, pola interaksi pasien dengan anggota keluarganya, adanya penyakit fisik atau gangguan jiwa dalam keluarga), persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya serta impian, fantasi dan nilai-nilai yang dianut pasien. PEMERIKSAAN MENTAL 1. DESKRIPSI UMUM Penampilan Ingatlah bagaimana pasien pertama kali muncul saat memasuki ruang pemeriksaan. Gambarkan tentang penampilan pasien dan kesan fisik secara keseluruhan, misalnya sikap, perawakan, pakaian, dandanan, rambut, kuku, dan sebagainya. Perhatikan apakah sikap pasien berubah-ubah. Apakah pasien sopan, apakah penampilan pasien sesuai umur. Perhatikan apakah pasien tampak lebih santai. Jika kegugupannya tampak jelas sebelumnya, perhatikan apakah pasien masih tampak gugup. Rekam catatan tentang kebersihan diri pasien. Perilaku dan Aktivitas psikomotor Aspek kuantitatif maupun kualitatif dari perilaku motorik pasien termasuk adakah kontak mata. Perhatikan apakah pasien tampak tertarik selama wawancara atau pasien tampak bosan. Contoh beberapa aktivitas psikomotor: stereotipi (gerakan berulang dengan pola yang sama), mutisme (membisu), kompulsif (gerakan berulang yang bersifat impulsif). Catat apakah pasien bermusuhan (non kooperatif) dan defensif atau ramah dan kooperatif. Perhatikan apakah pasien tampak rileks dengan proses wawancara atau tampak tidak nyaman. Sikap terhadap pemeriksa Perilaku pasien terhadap pemeriksa perlu diamati oleh pemeriksa. Selanjutnya, catat sikap pasien terhadap pemeriksa, misalnya berupa kooperatif, defensif, bermusuhan, acuh, seduktif, dan sebagainya. 2. MOOD DAN AFEK Mood adalah suasana perasaan atau emosi yang bersifat pervasif dan bertahan lama, mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupan. Berbagai jenis mood antara lain: adekuat, sedih, depresi, senang, manik, dangkal/tumpul, marah, mudah tersinggung, labil, takut atau cemas. Sedangkan afek adalah respon emosional pasien yang tampak. Ekspresi emosi sesaat, dapat diamati dari ekspresi wajah, gerak tubuh, irama suara dan isi pikir penderita. Deskripsi afek hampir sama dengan mood, namun yang paling penting dinilai kesesuaian antara mood dan afek. 3. GANGGUAN PERSEPSI Persepsi adalah proses menerima, mengetahui, dan mengartikan rangsangan yang diterima oleh panca indera. Gangguan persepsi melibatkan panca indera, yaitu penglihatan (visual), pendengaran (auditorik), pembau (olfaktorik), peraba (taktil), dan pengecapan (gustatorik). Gangguan persepsi terdiri dari : • Halusinasi : pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera. • Ilusi : interpretasi atau penilaian salah terhadap rangsangan yang diterima panca indera. • Depersonalisasi : perasaan aneh tentang tubuh / dirinya • Derealisasi : perasaan aneh tentang lingkungannya.

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

32

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

Untuk menentukan apakah seorang pasien mengalami gangguan persepsi, dapat ditanyakan, “ Apakah Anda pernah mengalami sesuatu yang luar biasa atau yang tidak dialami oleh orang lain?” Untuk menentukan apakah atau tidak seorang pasien mengalami halusinasi, tanyakan beberapa pertanyaan berikut. "Apakah Anda mendengar suara-suara saat tidak ada orang lain di sekitar anda?" "Dapatkah Anda melihat hal-hal yang tidak ada orang lain dapat melihat?" "Apakah Anda memiliki sensasi yang tak dapat dijelaskan seperti bau, suara, atau rasa di kulit maupun di lidah?" 4. PEMBICARAAN Pembicaraan adalah kemampuan seseorang mengutarakan buah pikiran atau perasaannya. Deskripsinya : - spontanitas (Apakah pasien hanya bicara jika di tanya) - kelancaran (Bagaimana pasien menjawab pertanyaan pemeriksa, apakah jawaban pertanyaan adalah satu-kata jawaban atau elaborative, dan seberapa cepat atau lambat mereka berbicara) - irama (volume: suara pelan/cukup nyaring; artikulasi) - produktivitas (logorrhea/tidak) - hambatan bicara (blocking/tidak). Pemeriksa perlu mengamati dan mencatat pembicaraan pasien, misalnya : cepat, lambat, ragu, tertekan, menekan, nada monoton, nyaring, berbisik, dan lain-lain. 5. PIKIRAN Proses pikir Meliputi 2 hal yaitu bentuk pikiran dan arus pikiran. Bentuk pikiran dikategorikan dalam apakah pikiran pasien realistik atau non realistik. Gangguan bentuk pikir merupakan ketidak mampuan mengorganisasikan proses pikir untuk membentuk ide atau tujuan. Arus pikir dapat koheren atau inkoheren. Berbagai gangguan arus pikir dapat berupa : - inkoherensi : gagasan satu dengan lain tidak berhubungan, tidak logis dan secara keseluruhan tidak dapat dimengerti - asosiasi : gagasan satu dengan yang lain dirangkaikan oleh satu kesamaan misalnya bunyi - asosiasi longgar: ide-ide berubah-ubah dari satu subyek ke subyek lain, tidak berhubungan - neologisme: membentuk kata baru yang hanya dimengerti oleh pasien - sirkumtansial: penyampaian gagasan secara berbelit dan cenderung terpaku pada detail - tangensial: ketidakmampuan untuk mempertahankan gagasan yang memiliki tujuan - flight of ideas: gagasan yang bertubi-tubi melompat dari satu topik ke topik lain. Isi pikir Isi pikir dapat memadai atau ada gangguan. Disini yang terganggu adalah buah pikirannya atau keyakinannya dan bukan cara penyampaiannya. Gangguan isi pikir bisa berupa halusinasi, waham (delusi), preokupasi, obsesi, fobia, ide bunuh diri, dan sebagainya. Waham adalah keyakinan yang salah, tidak dapat dikoreksi, tidak sesuai dengan realitas yang ada. Untuk menentukan apakah pasien memiliki waham, tanyakan beberapa pertanyaan berikut. "Apakah Anda memiliki pikiran bahwa orang lain berpikir yang aneh?" "Apakah Anda memiliki kekuasaan khusus?" "Apakah televisi atau radio memberi pesan khusus?" Jenis waham antara lain waham kebesaran (khayalan kemegahan), waham agama / religius

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

33

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

(delusi status khusus dengan Allah), waham penganiayaan (kepercayaan bahwa seseorang ingin membahayakan dirinya), erotomanic (kepercayaan bahwa seseorang yang terkenal jatuh cinta kepadanya), cemburu (keyakinan bahwa semua orang menginginkan apa yang ia miliki), penyisipan (kepercayaan bahwa seseorang adalah meletakkan ide-ide atau pemikiran ke dalam pikiran mereka), ide referensi (kepercayaan bahwa segala sesuatu mengacu kepada mereka), dan lain-lain. 6. SENSORIUM DAN KOGNITIF 1. Kesadaran Tingkat kesadaran dan kesigapan adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi : 1. Compos Mentis(conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.. 2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. 3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriakteriak, berhalusinasi, kadang berhayal. 4. Somnolen(Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. 5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri. 6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya). Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala. Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian). 2. Orientasi - waktu : membedakan siang atau malam - tempat : tanyakan sekarang ada dimana, kota tempat tinggal - orang : apakah pasien mengenali pemeriksa atau anggota keluarga 3. Daya ingat - jangka panjang: menanyakan tentang masa kecil pasien - jangka sedang: menanyakan tentang pekerjaan/jabatan yang pernah disandang, kejadian beberapa bulan yang lalu - jangka pendek: menanyakan kejadian beberapa jam yang lalu - jangka segera: menanyakan nama pemeriksa yang baru dikenal. 4. Konsentrasi Apakah pasien memiliki konsentrasi baik selama wawancara. Apakah pasien merespon terhadap pertanyaan tertentu. 5. Perhatian Apakah pasien mudah teralih. 6. Kemampuan membaca dan menulis Apakah pasien mampu membaca atau menulis. Minta pasien untuk menggambar bangun segitiga, segi empat atau lingkaran. Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

34

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

7. Kemampuan visuospasial Apakah pasien mampu menggerakkan ekstremitas melewati garis tengah tubuh. Misalnya memegang telinga kiri dengan tangan kanannya. 8. Pikiran abstrak Tanyakan pada pasien apa beda buah apel dan buah jeruk. Kemudian apa persamaan keduanya. Atau dapat ditanyakan makna peribahasa tertentu. 9. Kapasitas Intelegentia Tanyakan jumlah hari dalam seminggu, jumlah hari dalam sebulan atau pengetahuan umum sesuai dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya pasien. 10. Bakat kreatif yang dimiliki pasien 11. Kemampuan menolong diri sendiri Kemampuan pasien untuk merawat diri, melakukan kegiatan sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan lain sebagainya. 7. KEMAMPUAN MENGENDALIKAN IMPULS Evaluasi kemampuan pasien mengendalikan impuls saat dihadapan pemeriksa. 8. DAYA NILAI DAN TILIKAN Daya nilai sosial Apakah penderita sadar bahwa perilakunya bertentangan dengan norma di masyarakat dan bagaimana pengaruhnya terhadap dirinya. Uji daya nilai Apakah yang akan dilakukan pasien pada situasi tertentu, misalnya bila ia menemukan sepucuk surat di jalan yang sudah ada prangko dan alamat lengkapnya. Penilaian realita Apakah pasien dapat menilai suatu kejadian sesuai dengan kenyataan atau hubungan sebabakibat. Tilikan Tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa dirinya sakit, terdiri dari 6 derajat : 1. Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit. 2. Agak sadar bahwa dirinya sakit dan membutuhkan bantuan, tetapi pada saat yang sama juga menyangkal hal itu. 3. Sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor dari luar, atau faktor organik sebagai penyebabnya. 4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahuinya dalam dirinya. 5. Tilikan intelektual : menyadari bahwa dirinya sakit dan gejala-gejala yang dideritanya atau kegagalan dirinya dalam penyesuaian sosial disebabkan oleh perasaan irasionalnya atau gangguannya sendiri, namun tidak menerapkan pengetahuan mengenai hal ini untuk masa yang akan dating. 6. Tilikan emosional : sadar sepenuhnya tentang motif dan perasaan dalam dirinyalah yang menjadi dasar dari gejala-gejalanya. Kesadaran ini membantu perubahan dalam kepribadian dan perilakunya di masa yang akan datang, juga menimbulkan sikap keterbukaan terhadap ide-ide baru tentang dirinya atau orang-orang penting di dalam kehidupannya. 9. TARAF DAPAT DIPERCAYA Perkiraan dan kesan pemeriksa tentang kejujuran atau kemampuan pasien menceritakan situasi dirinya dengan tepat. Perhatikan terdapat kesan bahwa timbulnya gejala-gejala yang berada dalam pengendalian (misalnya berpura-pura). Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

35

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

INSTRUMEN Pemeriksaan Status Mental Anamnesis 1. Identitas Pasien a. Nama : b. Umur : c. Jenis kelamin : d. Suku Bangsa : e. Agama : f. Pendidikan : g. Pekerjaan : h. Status : i. Alamat : 2. Tanggal Pemeriksaan : 3. Keluhan Utama : a. Pasien : b. Keluarga (alasan utama) : 4. Riwayat Gangguan Sekarang a. Autoanamnesis : b. Heteroanamnesis : 5. Riwayat Gangguan Sebelumnya a. Riwayat gangguan jiwa: b. Riwayat penyakit fisik : c. Riwayat penggunaan zat psikoaktif : d. Riwayat kepribadian sebelumnya: 6. Riwayat Kehidupan Pribadi a. Prenatal dan perinatal b. Masa anak-anak c. Masa remaja d. Masa dewasa i. Riwayat pendidikan ii. Riwayat pekerjaan iii. Riwayat perkawinan iv. Kehidupan keagamaan v. Riwayat psikoseksual vi. Riwayat aktivitas sosial vii. Riwayat hukum viii. Riwayat penggunaan waktu luang ix. Riwayat kehidupan sekarang x. Riwayat keluarga xi. Persepsi pasien tentang kehidupannya xii. Impian, fantasi dan nilai2

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

36

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

Pemeriksaan Mental 1. Deskripsi umum a. Penampilan b. Perilaku dan aktivitas Psikomotor c. Sikap terhadap pemeriksa 2. Mood dan afek a. Mood : b. Afek : c. Keserasian : 3. Gangguan Persepsi 4. Pembicaraan 5. Pikiran: - Proses pikir : bentuk pikiran realistik/tidak, arus pikiran koheren atau tidak - Isi pikir 6. Sensorium dan Kognitif a. Kesadaran : b. Orientasi: i. Waktu: ii. Tempat: iii. Orang: c. Daya ingat i. Jangka segera : ii. Jangka pendek : iii. Jangka menengah : iv. Jangka panjang : d. Konsentrasi dan Perhatian: e. Kemampuan membaca dan menulis f. Kemampuan visiospasial g. Pikiran abstrak h. Kapasitas Intelegensia i. Bakat Kreatif j. Kemampuan menolong diri sendiri 7. Kemampuan mengendalikan impuls 8. Daya nilai dan tilikan a. Daya nilai sosial b. Uji daya nilai c. Penilaian Realitas d. Tilikan 9. Taraf dapat dipercaya

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

37

Modul Keterampilan Klinik Dasar 2 Blok Keluhan Sistem Neuropsikiatri

CHECKLIST PEMERIKSAAN STATUS MENTAL No

Aspek yang dinilai

0

Nilai 1

2

Aspek anamnesis 1 Menanyakan identitas pasien 2 Menanyakan keluhan utama 3 Menggali riwayat penyakit sekarang 4 Menggali riwayat gangguan sebelumnya 5 Menggali riwayat kehidupan pribadi Aspek Pemeriksaan Fisik 6 Melakukan pemeriksaan Deskripsi umum 7 Melakukan pemeriksaan Mood dan afek 8 Melakukan pemeriksaan Gangguan Persepsi 9 Melakukan pemeriksaan Bicara 10 Melakukan pemeriksaan Pikiran 11 Melakukan pemeriksaan Sensorium dan kognitif 12 Melakukan pemeriksaan Kemampuan mengendalikan impuls 13 Melakukan pemeriksaan Daya nilai dan tilikan 14 Melakukan pemeriksaan Taraf dapat dipercaya Nilai total Keterangan: 0 = tidak dilakukan 1 = dilakukan tetapi kurang benar 2 = dilakukan dengan benar

Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018

hal

38

More Documents from "F Aurelia Annd"