LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MODUL 4 PUTARAN KRITIS
Oleh: Nama
: Binsar MP Manurung
NIM
: 1707165382
Kelompok : A1
LABORATORIUM KONSTRUKSI DAN PERANCANGAN PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kritus, Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum fenomena dasar bidang “Konstruksi dan Perancangan” yang berjudul “PUTARAN KRITIS”. Penulisan laporan ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kami Feblil Huda, S.T., M.T., Ph.D., dalam mata kuliah Praktikum Fenomena Dasar di jurusan Teknik Mesin Universitas Riau.
Dalam Penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporanini, khususnya kepada dosen penulis yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Pekanbaru, Mei 2018
Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang konstruksi sifat material yang dapat terdefleksi merupakan suatu hal yang sangat menakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi maka struktur yang dibangun baik itu struktur statis maupun dinamis akan
roboh
ataumengalamikegagalan.Hal
tersebuttentusaja
akanmembahayakanjikaitumerupakanalat yangberfungsiuntukmengangkut orangatuditempatibanyakorang,olehkarena
ituperluperencanaanyang
sangatmatanguntuk membangunsuatustruktur tertentu.Begitu jugadengan poros,
sepertiporos
turbinpadapembangkitdaya(powerplant)
padasaat
operasi dengan putarantertentuporosakan terdefleksiakibat beratrotor ataupun
beratdiasendiri.Defleksiyangpalingbesarterjadipadaputaran
operasi itulah yang disebut dengan putaran kritis, yang dapat membuat strukturporostersebutgagalsehingga dalamoperasi dihindarikecepatanputar yangdemikian.Oleh
karenaituperlu
pengetahuanyang
dalammengenai
putaran kritis ini.
1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari pratikum ini adalah: 1. Untuk mengetahui karakteristik poros dengan membuat grafik yang menyatakan hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan. 2. Untuk mencari fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada tegangan yang telah ditentukan. 3. Mencari putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada variasi tegangan.
1.3 Manfaat Praktikum Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum putaran kritis kali ini yaitu:Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik poros, fenomena yang terjadi pada poros pada berbagai tegangan dan putaran kritis yang terjadi pada poros.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1
Definisi Putaran Kritis Putaran kritis adalah batas antara putaran mesin yang memiliki jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listik dan lain-lain. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya. Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putarannormal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selain
itu,
timbulnya
getaran
yang
tinggi
dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya. Suatu fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatankecepatan tertentu adalah getaran yang sangat besar, meskipun poros dapat berputar dengan sangat mulus pada kecepatan-kecepatan lainnya Padakecepatan-kecepatan semacam ini dimana getaran menjadi sangat besar, dapatterjadi
kegagalan
diporos
atau
bantalan-bantalan. Atau getaran dapatmengakibatkan kegagalan karena
tidak bekerjanya
komponen-komponen sesuaidengan
fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin uap dimana ruangbebas antara rotor dan rumah sangat kecil. Getaran
semacam ini dapatmengakibatkan apa yang disebut dengan olakan poros atau mungkinmengakibatkan suatu osilasi puntir pada suatu poros, atau kombinasi keduanya. Mungkin kedua peristiwa tersebut berbeda, namun akan dapat ditunjukkanbahwa masing-masing dapat ditangani dengan cara serupa denganmemperhatikan frekuensi-frekuensi pribadi dari
osilasi.
menunjukkan
Karena
poros-porospada dasarnya elastic, dan
karakteristik-karakteristik
pegas,
makauntuk
mengilustrasikan pendekatan dan untuk menjelaskan konsepkonsep darisuku-suku dasar yang dipakai dan digunakan analisa sebuah sistem massa danpegas yang sederhana. 2.1.2
Massa bergerak di bidang horizontal Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W poundyang diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan ke rangkastationer melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas akan diabaikan. Massa
dipindahkan
sejauh
x
dari
posisi
keseimangannya, dan kemudian dilepaskan. Ingin ditentukan tipe dari gerakan maa dapat menggunakanpersamaan-persamaan Newton dengan persamaan energi.
Gambar 2. 1 Massa Bergerak di Bidang Horizontal
2.1.3
Massa bergetar di suatu bidang vertical Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung dengansebuah
pegas
vertical.
Bobot
menyebabkan
pegas
melendut sejauh xo. Bayangkan massa ditarik kebawah pada suatu jarak x o dari posisikeseimbangannya dan kemudian dilepaskan dan ingin diketahui geraknya sebagai efek gravitasi.
Gambar 2. 2 Massa Bergerak di Bidang Vertikal Massa frekuansi horizontal,
yang
yang
bergetar
sama
dengan
secara
vertical
mempunyai
sepertimassa yang bergetar secara osilasi
yang
terjadi
disekitar
posisikeseimbangan. 2.1.4
Olakan Poros Akan dibahas olakan poros untuk mengilustrasikan mengapa poros menunjukkan lendutan yang sangat besar pada suatu kecepatan darioperasi, meskipun poros dapat berputar secara mulus pada kecepatankecepatan yang lebih rendah atau lebih tinggi. Gambar dibawah menunjukkan sebuah poros dengan panjang L cmditumpu
oleh
bantalan
pada
ujung-ujungnya,
sebuah piringan yangdipandang sebagai sebuah massa terpusat dan beratnya W Newton, aksigiroskop dari massa akan diabaikan, dan selanjutnya akan diasumsikan porosbergerak melalui sebuah
kopling yang bekerja tanpa menahan lendutanporos. Poros dipandang vertical sehingga gravitasi dapat diabaikan,meskipun hasil-hasil yang didapatkan akan sama apakah poros vertikal atauhorizontal. Apabila titik berat dari massa ada disumbu punter, maka tidak akan adaketakseimbangan macam apapun yang dapat menyebabkan poros berputardisuatu sumbu lain diluar sumbu poros. Namun dalam prakteknya, kondisisemacam ini tidak dapat dicapai, dan titik berat piringan ada disuatu jarak eyang boleh dikatakan kecil, dari pusat geometri piringan. Dengan titik beratyang diluar sumbu putar atau sumbu bantalan, terdapat suatu gaya inersiayang
mengakibatkan
poros
melendut,
dimana
lendutan pusat porosdinyatakan dengan r pada gambar dibawah : Pusat geometri dari piringan , O adalah sama dengan pusat poros padapiringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan berputar terhadap sumbubantalan
S.
Gaya
inersia
piringan
diseimbangkan oleh apa yang dapatdisebut dengan gaya pegas dari poros ketika poros berputar. Gaya inersia,untuk sebuah massa yang berpuatr terhadap satu pusat tetap, adalah :
W (r e) 2 g Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, dimana k adalahlaju pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per cm lendutan poros padapiringan. Dengan menyamakan jumlah gayagaya pada gambar dengan nol,dengan termasuk gaya inersia, maka didapatkan
W (r e) 2 kr 0 g Dengan menata kembali suku-sukunya:
W 2 r g e k W 2 g
Kecepatan berbahaya dari operasi suatu poros tertentu dinyatakan dengan kecepatan putaran kritis atau kecepatan olakan, yakni kecepatandimana perbandingan r/e adalah tah hingga. Operasi pada suatu kecepatanyang mendekati kecepatan kritis juga
tak
dikehendaki
karena
besarnyaperpindahan
pusat
piringan dari sumbu putar. Kecepatan kritis dapat diperoleh untuk kondisi dimana persamaan diatas sama dengan nol :
k
W 2 0 g
Sebuah metode alternative adalah dengan menulis laju pegas k dalamsuku-suku suatu beban spesifik dan lendutan spesifik, beban yang samadengan berat piringan, yaitu P=W. Lendutan resultan akan berupa lendutanstatic dari poros horizontal, dibawah aksi beban piringan, lendutan statictersebut dinamakan xst. k
P W r X st
Fenomena ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 3 Olakan Poros Dimana: k
: konstanta kekakuan poros (N/m)
δ
: Defleksi (m)
m
: massa (kg) Defleksi (δ) merupakan keadaan dimana sebuah batang
dengan panjang L yang dikenai beban sebesar P maka akan mengalami pelendutan sejauh X (mm). Besarnya defleksi untuk setiap material berbeda-beda bergantung pada posisi pembebanan, modulus elastisitas bahan (E), Inersia penampang (I), serta panjang batang (L). Bentuk-bentuk defleksi yang diakibatkan oleh pemberian beban pada batang dalam berbagai posisi dapat dilihat pada lampiran. Defleksi dipengaruhi oleh Momen Inersia poros, dimana besarnya momen inersia poros dapat ditentukan dengan persamaan berikut : Л. 𝑑4 𝐼= 64 Dimana : I = momen inersia d = diameter penampang poros (mm) Sehingga besarnya putaran kritis dapat ditentukan dengan persamaan berikut : 60
𝑘
𝑁𝑐 =2.Л √𝑚 Dimana : k = konstanta kekakuan pegas (N/m) m = massa rotor
Bila terdapat beberapa benda yang berputar pada satu poros, maka dihitung terlebih dahulu putaran-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3, …, dari masing-masing benda tersebut yang seolah-olah berada sendiri
pada poros, maka putaran kritis total dari sistem Nc,tot dapat ditentukan dengan persamaan berikut : 1 𝑁 2 𝑐, 𝑡𝑜𝑡
=
1 𝑁 2 𝑐1
+
1 𝑁 2 𝑐2
+
1 𝑁 2 𝑐3
…
2.1 Aplikasi Apabila suatu poros dengan diameter D dan panjang L diberi beban massa sebesar M, kemudian diputar dengan kecepatan melebihi putaran maksimumnya akan menimbulkan getaran. jika keadaan tersebut dibiarkan terus menerusnya maka poros dapat mengalami kegagalan (fatigue), inilah yang dinamakan putaran kritis. Analisis pembebanan dalam perancangan poros atau komponen mesin sangatlah penting, karena jika beban telah diketahui maka dimensi, kekuatan, material, serta variabel design lainnya dapat ditentukan sehingga menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan tahan lama.
BAB III METODOLOGI 3.1
Peralatan Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum putaran kritis ini yaitu: 1. Seperangkat alat uji putaran kritis. 2. Beban (2 variasi) 3. Tachometer Berfungsi untuk mengukur kecepatan poros.
Gambar 3. 1 Tachometer 4. Mistar Berfungsi untuk mengukur jarak massa.
Gambar 3. 2 Mistar
5. Kunci 14 Berfungsi untuk membuka bantalan pada alat putaran kritis.
3.2
Prosedur Percobaan Adapun langkah-langkah praktikum putaran krisi ini yaitu: 1.
Pasang alat uji seperti gambar dibawah ini.
Gambar 3. 3 Alat Uji Putaran Kritis
2.
Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan, dan peralatan lain dalam keadaan baik.
3.
Posisikan letak rotor.
4.
Hidupkan motor dan atur tegangan dengan Slide regulator.
5.
Hitung jumlah putaran rotor menggunakan Tachometer.
6.
Ulangi percobaan diatas untuk posisi rotor yang berbeda.
7.
Catat data pengujian.
8.
Lakukan pengolahan data.
9.
Buat grafik hasil pengolahan data.
10. Lakukan pembahasan dan analisa dari hasil pengolahan data serta grafik yang telah diperoleh. 11. Tarik kesimpulan.
3.3
Asumsi-Asumsi 1. Pertambahan putaran slide regulator dianggap konstan. 2.
Panjang batang poros tetap.
3.
Batang penyangga rotor tidak melendut.
4.
Percepatan Gravitasi 9,81 m/𝑠 2 .
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 L (m)
V (Volt)
0,64
a (m)
Tabel Perhitungan Pengujian Menggunakan 1 Beban m (kg) P (N) I (m4) 𝜹(m)
b (m)
Nc (rpm)
75
0,22 0,42
1468
1,625 15,925
7,85E-09
4,7479E-05 335413,504
4340,654
0,64
100
0,22 0,42
1478
1,625 15,925
7,85E-09
4,7479E-05 335413,504
4340,654
0,64
125
0,22 0,42
1486
1,625 15,925
7,85E-09
4,7479E-05 335413,504
4340,654
0,64
75
0,25 0,39
1474
1,625 15,925
7,85E-09
5,2865E-05 301241,815
4113,605
0,64
100
0,25 0,39
1486
1,625 15,925
7,85E-09
5,2865E-05 301241,815
4113,605
0,64
125
0,25 0,39
1492
1,625 15,925
7,85E-09
5,2865E-05 301241,815
4113,605
0,64
75
0,28 0,56
1473
1,625 15,925
7,85E-09
7,6733E-06 2075371,06
10797,24
0,64
100
0,28 0,56
1484
1,625 15,925
7,85E-09
7,6733E-06 2075371,06
10797,24
0,64
125
0,28 0,56
1491
1,625 15,925
7,85E-09
7,6733E-06 2075371,06
10797,24
keq (N/m)
Nc_T
L (m)
V (Volt)
a (m)
b (m)
Nc (rpm)
Pengujian Menggunakan 2 Beban m (kg) P (N) I (m4) 𝜹(m)
0,64
75
0,1
0,42
1480
3,25 31,85
7,85E-09
0,00010578
301110,363
2908,123
0,64
100
0,1
0,42
1490
3,25 31,85
7,85E-09
0,00010578
301110,363
2908,123
0,64
125
0,1
0,42
1494
3,25 31,85
7,85E-09
0,00010578
301110,363
2908,123
0,64
75
0,15 0,39
1468
3,25 31,85
7,85E-09
0,00015199
209553,916
2426,039
0,64
100
0,15 0,39
1478
3,25 31,85
7,85E-09
0,00015199
209553,916
2426,039
0,64
125
0,15 0,39
1486
3,25 31,85
7,85E-09
0,00015199
209553,916
2426,039
0,64
75
0,2
0,56
1468
3,25 31,85
7,85E-09
0,0001902
167458,832
2168,722
0,64
100
0,2
0,56
1477
3,25 31,85
7,85E-09
0,0001902
167458,832
2168,722
0,64
125
0,2
0,56
1485
3,25 31,85
7,85E-09
0,0001902
167458,832
2168,722
keq (N/m)
Nc_T
4.2
Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan untuk poros yang beri satu beban dengan tegangan 75 V: Diketahui : Diameter Poros = 0,02 m Massa = 1,625 kg Modulus Elastisitas (E) = 1,9 x 1011Pa Gravitasi = 9,8 m/s2 Perhitungan untuk a = 0,22 m dan b = 0,42 m
Perhitungan inersia 𝐼=
𝜋𝑑4 64
𝐼=
3,14 𝑥 (0,02)4 64
𝐼 = 7,85 𝑥 10−9
Perhitungan gaya pada poros 𝑃=𝑚𝑥𝑔 𝑃 = 1,625 𝑘𝑔 𝑥 9,8 𝑚/𝑠 2 𝑃 = 15,925 𝑁
Perhitungan defleksi 𝛿=
𝑃. 𝑎. 𝑏 (𝐿2 − 𝑎2 − 𝑏 2 ) 6. 𝐸. 𝐼. 𝐿
𝛿=
15,925 𝑁. 0,22 𝑚. 0,42 𝑚 (0,642 − 0,222 − 0,422 ) 6.1,9𝑥1011 . 7,85 𝑥 10−9 . 0,64𝑚
𝛿 = 4,7479 𝑥 10−5 𝑚
Perhitungan konstanta kekakuan poros 𝑘=
𝑃 𝛿
𝑘=
15,925 𝑁 4,7479 𝑥 10−5
𝑘 = 335413,504 𝑁/𝑚
Perhitungan putaran kritis
𝑁𝑐 =
60 𝑘 √ 2𝜋 𝑚
𝑁𝑐 =
60 335413,504 𝑁/𝑚 √ 2 𝑥 3,14 1,625 𝑘𝑔
𝑁𝑐 = 4340,654 𝑟𝑝𝑚
Contoh perhitungan untuk poros yang beri dua beban dengan tegangan 150 V: Diketahui : Diameter Poros = 0,02 m Massa = 1,625 kg karna 2 beban, jadi dikali 2 = 1,625 kg x 2 = 3,25 kg Modulus Elastisitas (E) = 1,9 x 1011Pa Gravitasi = 9,8 m/s2 Perhitungan untuk a = 0,15 m
Perhitungan inersia 𝐼=
𝜋𝑑4 64
𝐼=
3,14 𝑥 (0,02)4 64
𝐼 = 7,85 𝑥 10−9
Perhitungan gaya pada poros 𝑃=𝑚𝑥𝑔 𝑃 = 3,25 𝑘𝑔 𝑥 9,8 𝑚/𝑠 2 𝑃 = 31,85 𝑁
Perhitungan defleksi 𝛿=
𝑃. 𝑎 (3𝐿2 − 4𝑎2 ) 24. 𝐸. 𝐼
𝛿=
31,85 𝑁. 0,15𝑚 ((3.0,64𝑚)2 − (4.0,15𝑚)2 ) 24.1,9𝑥1011 𝑃𝑎. 7,85 𝑥 10−9
𝛿 = 0,00015199 𝑚
Perhitungan konstanta kekakuan poros 𝑘=
𝑃 𝛿
𝑘=
31,85 𝑁 0,00015199 𝑚
𝑘 = 209553,916 𝑁/𝑚
Perhitungan putaran kritis
𝑁𝑐 =
60 𝑘 √ 2𝜋 𝑚
𝑁𝑐 =
60 209553,916 𝑁/𝑚 √ 2 𝑥 3,14 3,25 𝑘𝑔
𝑁𝑐 = 2426,039 𝑟𝑝𝑚
4.3
Grafik Perhitungan
Grafik Hubungan Putaran Kritis Aktual vs Putaran Kritis Teoritik Satu Beban 12000
Putaran Kritis Teoritik
10000 8000 75 v
6000
100 v 4000
125 v
2000 0 1465
1470
1475
1480
1485
1490
1495
Putaran Kritis Aktual
Grafik Hubungan Putaran Kritis Aktual vs Putaran Kritis Teoritik 2 Beban 3500
Putaran Kritis Teoritik
3000 2500 2000 75 v
1500
100 v 125 v
1000 500 0 0
200
400
600
800
1000
Putaran Kritis Aktual
1200
1400
1600
Grafik Hubungan Defleksi vs Posisi Rotor pada Satu Beban 12000
10000
Defleksi
8000
75 v
6000
100 v 125 v
4000
2000
0 0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Posisi Rotor
Grafik Hubungan Defleksi vs Posisi Rotor pada Dua Beban 3500 3000
Defleksi
2500 2000 75 v 1500
100 v 125 v
1000 500 0 0
0.05
0.1
0.15
Posisi Rotor
0.2
0.25
4.4
Pembahasan Dari praktikum putaran kritis yang telah dilakukan, dapat dilihat fenomena-fenomena yang terjadi saat poros dengan diameter D=20 mm dan panjang 760 mm yang telah diberi beban rotor dengan massa m=1,625kg diputar pada kecepatan tertentu. Mula-mula motor di putar dengan tegangan 75V dan berputar dengan stabil serta mengeluarkan suara yang cukup keras namun getarannya kecil. Kemudian tegangan dinaikkan menjadi 100V dan 125V sehingga jumlah putaran poros semakin lama semakin besar. Suara yang ditimbulkan oleh poros semakin mengecil namun tingkat getarannya semakin membesar. Dalam praktikum ini efek suara yang dihasilkan oleh gerakan poros dapat diabaikan. Fokus terhadap fenomena getaran yang ditimbulkan oleh putaran poros yang semakin besar seiring dengan banyaknya jumlah putaran poros, hal inilah yang disebut dengan putaran kritis. Selain dipengaruhi oleh jumlah putaran, Putaran kritis juga dipengaruhi oleh posisi beban rotor. Seperti yang terlihat pada tabel pengolahan data, dimana semakin ketepi posisi beban rotor pada poros, maka semakin besar putaran kritis yang terjadi. Sebaliknya, semakin ke tengah posisi beban rotor pada poros, maka semakin kecil putaran kritis yang terjadi. Hal ini berlaku pada poros yang dikenai satu beban maupun dua beban. 1. Grafik Perbandingan Nc Aktual dan Nc Teoritik Dari grafik ini dapat dilihat bahwasannya untuk satu beban dan dua beban bahwa putaran actual lebih kecil dibanding putaran teoritik. Tetapi pada kenyataannya itulah hasil putaran yang sebenarnya, yang memang lebih kecil disbanding putaran kritis teoritik.
2. Grafik Perbandingan Posisi Rotor Terhadap Nc Teoritis Dari grafik perbandingan Posisi Rotor Terhadap Nc Percobaan, menjelaskan bahwasannya semakin dekat posisi rotor dengan tumpuan, maka semakin besar pula nilai putaran kritis yang terjadi. Hal ini berlaku untuk poros yang dikenai satu beban rotor dan juga poros yang di kenai dua beban rotor dengan jarak yang sama.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah: 1. Dari grafik menyatakan hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan bahwasanya untuk dua beban dengan jarak a dan b sama semakin dekat jarak rotor dengan tumpuan(a) maka nilai defleksinya semakin kecil, sedangkan untuk satu beban dengan nilai a dan b berbeda sama dengan dua beban dengan jarak a dan b sama yaitu semakin dekat jarak rotor dengan tumpuan (a) maka nilai defleksinya kecil. 2. Fenomena yang terjadi adalah semakin
kecil defleksi, maka akan
semakin besar konstanta kekakuan poros. Semakin besar konstanta kekakuan poros, maka akan semakin besar putaran kritis. 3. Nilai putaran kritis antara teoritik dengan aktual perbedaan nilai putaran kritisnya besar.
5.2
Saran Adapun saran yang dapat diberikan antara lain: 1. Perhatikan motor apabila sudah sampai pada putaran kritis, jangan terlalu lama dibiarkankarena dapat menyebabkan alat uji menjadi rusak. 2. Amati hasil yang ditunjukan oleh alat ukur dengan teliti sehingga hasil yangdiperoleh akurat. 3. Perhatikan SOP (Standar Operasional Procedure) penggunaan alat agar tidak terjadi kesalahan dan kerusakan.