Modul-10

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul-10 as PDF for free.

More details

  • Words: 9,419
  • Pages: 41
MODUL 10 JENIS-JENIS PENELITIAN KUANTITATIF PENDAHULUAN Modul ini merupakan kelanjutan dari modul sebelumnya. Tentu Anda masih ingat, dari modul sebelumnya Anda telah memperoleh pengertian tentang penelitian kuantitatif, mengapa dan untuk penelitian kuantitatif, dan apa yang menjadi prinsip penelitian kuantitatif. Dalam modul ini Anda akan mempelajari jenis-jenis penelitian kuantitatif. Setelah menyelesaian modul ini, Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Dapat menjelaskan pengertian penelitian survai. 2. Dapat menyebutkan tujuan penelitian survai. 3. Dapat menyebutkan ciri-ciri penelitian survai. 4. Dapat membedakan antara sensus dan survai nyata. 5. Dapat menyebutkan keunggulan atau keuntungannya, metode survai. 6. Dapat menjelaskan pengertian eksperimen. 7. Dapat menyebutkan faktor-faktor yang mengancam kesahihan internal suatu eksperimen. 8. Dapat menjelaskan macam-macam disain eksperimen. 9. Dapat menggunakan group within treatment design. 10. Dapat menjelaskan tentang pengertian penelitian ex-post facto. 11. Dapat menyebutkan syarat dalam penelitian ex-post facto. 12. Dapat menyebutkan kelemahan penelitian ex-post facto. 13. Dapat menyebutkan kondisi yang diperlukan untuk menyimpulkan adanya hubungan kausal. 14. Dapat menyebutkan pengendalian parsial dalam penelitian ex-post facto.

Untuk membantu Anda menguasai kemampuan di atas, dalam modul ini akan disajikan pembahasan dan latihan, dalam 4 (empat) kegiatan belajar (KB) sebagai berikut. KB1: Penelitian Survei. KB2: Pengertian eksperimen dan persyaratannya.

Metodologi Penelitian 166

KB3: Macam-macam disain eksperimen. KB4: Penelitian Ex-Post Facto.

Agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul ini, ikuti petunjuk belajar berikut. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami betul apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan katakata yang Anda anggap baru. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau dengan tutor Anda. 4. Terapkan prinsip, prosedur secara imajiner (dalam pikiran) dan dalam situasi terbatas melalui simulasi sejawat pada saat tutorial. 5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.

Metodologi Penelitian 167

KEGIATAN BELAJAR 1 PENELITIAN SURVAI A. URAIAN: 1. Pengertian Penelitian Survai Penelitian survai merupakan penelitian dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakannya melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Fraenkel dan Wallen, 1990). Survai merupakan salah satu jenis penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti dalam bidang sosiologi, bisnis, politik, pemerintahan dan pendidikan. Biasanya orang-perorangan menjadi obyek (unit analisis) yang datanya hendak diketahui oleh peneliti. Dalam penelitian survai, peneliti mencatat data seperti apa adanya dan kemudian berusaha menganalisis serta menginterpretasikan data tersebut untuk kemudian mengambil kesimpulan dari padanya. Peneliti bertindak hanya sebagai pengamat dan sama sekali tidak boleh mempengaruhi terjadinya data atau variabel. Berkaitan dengan jenis data yang dikumpulkan, menurut Mubyarto dan Suratno (1981) survai merupakan satu cara yang utama untuk mengumpulkan data primer bila data sekunder dianggap belum cukup lengkap untuk menjawab sesuatu pertanyaan. Kalau data sekunder sudah cukup lengkap dan hipotesis sudah dapat diuji dengan data sekunder, maka pengumpulan data primer secara langsung dengan metode survai tidak diperlukan lagi. Data primer dimaksudkan adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari objeknya, sedang data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi.

2. Tujuan Penelitian Survai Tujuan penelitian survai antara lain untuk: (1) mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang menggejala, (2) mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, (3) untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi sasaran penelitian dalam meme-

Metodologi Penelitian 168

cahkan masalah, sebagai bahan penyusunan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Riyanto (2001) menyebutkan bahwa ciri-ciri penelitian survai antara lain : (1) Data survai dapat dikumpulkan dari seluruh populasi, atau dapat pula dari hanya sebagian saja dari populasi; (2) Untuk suatu hal data yang sifatnya nyata; (3) Hasil survai dapat dimanfaatkan untuk kepen-tingan yang sifatnya terbatas, karena data yang dikumpulkan dibatasi oleh waktu dan saat data itu dikumpulkan; (4) Biasanya untuk memecahkan masalah yang sifatnya insidental; (5) Pada dasarnya survai dapat merupakan metode cross-sectional dan longitudinal; (6) Cenderung mengandalkan data kuantitatif; (7) Mengandalkan teknik pengumpulan data yang berupa kuesioner dan wawancara berstruktur. Sementara itu, Sevilla et al., (1993) menyatakan bahwa jika kita bermaksud melakukan suatu kegiatan penelitian dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari sejumlah kasus yang relatif besar jumlahnya, maka metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survai. Pemilihan metode survai dalam hal ini dianggap lebih tepat karena metode ini lebih menekankan pada penentuan informasi tentang variabel daripada informasi tentang individu. Survai digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut terjadi. Di dalam penelitian yang demikian ini, kita tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel. Tujuan pokok kita adalah menggunakan data yang kita peroleh untuk memecahkan masalah, daripada untuk menguji hipotesis. Pada dasarnya, survai dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu sensus dan survai sampel. Sensus adalah survai yang meliputi seluruh populasi yang diinginkan. Sedangkan survai sampel adalah dilakukan hanya pada sebagian kecil dari suatu populasi. Kita dapat menggunakan survai untuk mentabulasi objek-objek nyata atau untuk mengukur hal-hal yang tidak nyata seperti pendapat atau pencapaian prestasi tertentu.

Metodologi Penelitian 169

3. Kategori Survai Berdasarkan lingkup dan pokok permasalahannya, survai dapat digolongkan menjadi empat kategori yaitu: (a) sensus objek nyata, (b) sensus hal-hal yang tidak nyata, (c) survai sampel objek nyata, dan (d) survai sampel hal-hal yang tidak nyata (Ary et al., 1979). Masing-masing jenis kategori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Sensus hal-halhal yang nyata (tangible) Sensus hal-hal yang nyata meliputi jumlah populasi yang kecil di mana variabel-variabelnya adalah konkret (nyata). Oleh karenanya, jawaban yang diperoleh cukup sederhana dan akurat. Data kurang mengandung kontradiksi, karena variabel yang diukur telah jelas dan didefinisikan dengan baik. Sebagai contoh, sensus demikian ini adalah sensus yang meliputi hitungan sampel terbatas seperti jumlah siswa dalam suatu sekolah, jumlah bangku dalam ruangan kelas, dan jumlah guru yang sudah sarjana, dan seterusnya. Kelemahannya terletak pada lingkup penggunaannya yang terbatas. Sensus semacam ini hanya mampu memberikan sumbangan kecil pada khasanah pengetahuan umum di dalam pendidikan.

b. Sensus hal-hal yang tidak nyata (intangible) Sensus ini mengukur konstruk-konstruk berdasarkan atas pengukuran yang tidak langsung. Variabel-variabel yang diukur tidak dapat diamati secara langsung seperti prestasi akademik murid, semangat guru, atau sikap orangtua murid. Sebagai gambaran sensus ini adalah hasil dari program ujian pencapaian prestasi yang dilakukan di banyak sekolah dasar dan sekolah menengah. Dalam hal ini perangkat

atau sistem evaluasi

nasional ditentukan sebagai dasar perbandingan nilai-nilai siswa. Banyak kesulitan yang timbul dalam prosedur ini, termasuk masalah penentuan pengukuran yang sesuai dan tepat, dan bagaimana pengukuran dapat disediakan dan dikembangkan lebih lanjut. c. Survai sampel hal-hal yang nyata

Metodologi Penelitian 170

Bila penelitian kita membutuhkan data kelompok besar, maka dalam hal seperti ini sensus tidak disarankan untuk diterapkan, dan kita sebaiknya menggunakan teknik pengambilan sampel (sampling). Melalui survai sampel terhadap hal-hal yang nyata kita dapat memperoleh informasi dari kelompok besar di mana variabel-variabelnya adalah nyata. Inilah yang dapat kita lakukan bila tujuannya adalah membandingkan ukuran kelas, sarana fisik, dan kualifikasi guru pada sejumlah sekolah di suatu negara tertentu. Kegunaan metode ini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kesesuaian prosedur pengambilan sampel, akuratnya metode pengumpulan data, dan relevannya informasi yang dikumpulkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

d. Survai sampel hal-hal yang tidak nyata Bila survai kita menyangkut pengukuran konstruk psikologis atau sosiologis, serta membandingkan anggota-anggota populasi yang besar di mana variabelnya tidak langsung diamati, maka kita harus melakukan survai sampel hal-hal yang tidak nyata. Jenis penelitian ini akan mengundang banyak kesulitan sebab kita akan memerlukan banyak keahlian untuk melaksanakannya. Keahlian yang diperlukan antara lain keahlian melakukan sampling yang cocok, keahlian merinci dan membuat instrumen yang sesuai

untuk mengukur konstruk, juga keahlian dalam menghitung dan

menafsirkan nilai. Keahlian menghitung dan menafsirkan nilai adalah perlu untuk membantu kita membuat pernyataan yang berarti tentang variabelvariabel yang diliput dalam penelitian. Scott (1967) menyatakan bahwa terdapat sepuluh langkah yang perlu diperhatikan agar survai dapat dilakukan dengan baik. Kesepuluh langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Mempelajari situasi dan masalah Sebelum menentukan tujuan yang pasti mengenai survai yang akan dilakukan, peneliti perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dengan situasi lokal dan mempelajari masalah yang kemungkinan terjadi pada lokasi dimana survai akan dilaksanakan.

Metodologi Penelitian 171

a. Menetapkan tujuan Penetapan tujuan survai dilakukan dalam rangka menunjukkan fokus perhatian dan upaya yang akan dilakukan. Dalam tahap ini juga perlu diperhatikan sumber informasi, metode dan alat atau instrumen untuk pengumpulan informasi, arahan terhadap laporan yang akan dibuat, dasar interpretasi, dan sifat rekomendasi yang akan diberikan.

b. Mempertimbangkan tipe, ruang lingkup dan karakteristik komunitas Peneliti perlu memahami secara mendalam tentang tipe, ruang lingkup dan karakteristik komunitas yang akan menjadi lokasi survai. Hal ini diperlukan

sebagai pertimbangan peneliti dalam rangka mengatasi

masalah yang akan dihadapi dan persiapan teknik operasional kegiatan survai menyangkut personil, keuangan, perlengkapan, akomodasi, dan sebagainya. Perencanaan yang akurat mengenai berbagai aspek tersebut akan sangat membantu peneliti dan memperlancar survai yang akan dilaksanakan.

c. Menggalang kerjasama Sebagaimana jenis penelitian lainnya, survai juga memerlukan kerjasama dengan sejumlah orang. Selain perlu melibatkan para pakar atau tenaga ahli dari luar lokasi, alangkah baiknya jika dalam kegiatan survai dilibatkan pula personil dari lokasi setempat yang memenuhi syarat kualifikasi tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian.

2) Menyeleksi personil yang akan dilibatkan dalam kegiatan survai Personil yang akan dilibatkan dalam kegiatan survai perlu diseleksi sesuai dengan tingkat kepakaran yang dimilikinya, misalnya kemampuan dan pengalaman mereka mengenai teknik survai,

penguasaan

teknik pengumpulan data dari lokasi survai melalui wawancara, observasi, kuesioner, dan sebagainya. Untuk personil lokal, selain perlu memiliki kemampuan juga harus dapat diterima oleh orang-orang setempat.

Metodologi Penelitian 172

3) Mencari sumber data Peneliti perlu mencari sumber data yang akurat, otentik dan sesuai dengan

kebutuhan

penelitian

yang

dilakukan.

Penelitian

survai

terkadang memerlukan sumber data atau informasi yang begitu luas mencakup sumber dokumen (arsip, laporan, film, dokumen tercetak), proses fungsional (pengajaran, administrasi, supervisi, pelatihan), manusia (siswa, pengajar, pimpinan), fasilitas dan perlengkapan, serta unsur alami (topografi, iklim, tanah, air, dan sebagainya).

4) Mengumpulkan data Jika sumber data untuk penelitian survai sudah ditetapkan maka selanjutnya perlu dipilih teknik yang tepat untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data mungkin bisa melalui observasi, studi dokumen, wawancara, kuesioner, tes, pengujian, analisis kerja, studi kasus, dan teknik lainnya. Dalam kaitan pengumpulan data ini, peneliti harus mengupayakan agar instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data adalah instrumen yang tepat, valid dan reliabel.

5) Menafsirkan data Salah satu langkah kunci dalam kegiatan survai adalah menafsirkan temuan yang diperoleh dari survai tersebut. Pemilihan sumber data dan teknik pengumpulan data memang penting, namun penafsiran data dari hasil survai itu merupakan hal yang lebih penting lagi karena disinilah terjadi proses pemaknaan suatu hasil penelitian. Proses menafsirkan temuan penelitian survai dapat dimulai dari langkah mengklasifikasi data, perlakuan statistik, menguji hipotesis, menganalisis hasil temuan, menyimpulkan, menyusun implikasi hasil temuan dan menyusun rekomendasinya.

6) Menyiapkan laporan survai Apabila data hasil penelitian survai telah dianalisis maka selanjutnya peneliti perlu menyiapkan laporan hasil survai tersebut agar dapat dipublikasikan ke berbagai pihak yang berkepentingan. Hasil penelitian

Metodologi Penelitian 173

yang dipublikasi-kan diharapkan dapat memotivasi

pihak lain untuk

mengkaji dan menindaklanjuti hasil penelitian tersebut.

7) Mengestimasi efektifitas survai Survai yang telah berlangsung sebaiknya dievaluasi oleh peneliti. Evaluasi terhadap survai yang telah dilakukan antara lain mencakup kesesuaian dan pencapain tujuan yang diperoleh, efektifitas pelaksanaan survai, dampak hasil survai terhadap penerapan atau aplikasi di lapangan, dan berbagai hal lainnya yang terkait. Selanjutnya Mubyarto dan Suratno (1981) mengingatkan agar peneliti yang memutuskan untuk mengadakan survai, paling tidak harus mempunyai gambaran kasar tentang tiga hal yaitu : (a) Populasi yang ciri-cirinya hendak diketahui misalnya pengusaha tekstil, pemilik wartel, atau barang-barang hasil industri. (b) Keterangan yang diinginkan mengenai populasi misalnya macam mesin yang dimiliki para pengusaha tekstil, pendapatan rata-rata per bulan pemilik wartel, atau daya tahan barang-barang hasil industri tertentu. (c) Ketepatan yang diperlukan bagi hasil-hasil taksirannya, yaitu sampai sejauh mana ketelitian taksiran diperlukan bagi perumusan suatu kebijaksanaan dengan mengingat tambahan biaya yang diperlukan bagi setiap tambahan ketelitian yang diperoleh. Chadwick, Bahr dan Albrecht (1991) menyebutkan bahwa penelitian survai merupakan metode penelitian yang paling banyak digunakan dalam bidang sosial.

Terdapat dua metode survai terpenting yaitu wawancara

dan kuesioner. Sementara itu Kerlinger (1986) menyatakan bahwa metode survai dapat dilakukan melalui wawancara pribadi, kuesioner lewat pos, panel dan telepon. Ada sejumlah alasan mengapa metode survai sering digunakan oleh sebagian besar peneliti bidang sosial, misalnya : 1. Informasi tentang topik atau kajian bidang sosial seperti sikap dan keyakinan responden tentang sesuatu hal lebih mudah dan lebih tepat jika ditelaah dengan metode survai dan agak sulit diperoleh dengan metode lain;

Metodologi Penelitian 174

2. Metode survai dapat digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya dan kini muncul dalam ingatan untuk dikaji; 3. Metode survai memungkinkan pengumpulan data dari responden dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat dan biaya relatif murah; 4. Metode survai dapat untuk menggeneralisasikan temuan dari sampel kepada populasi yang lebih luas, sehingga semakin besar sampelnya akan semakin besar pula kemampuan menarik generalisasi hasil penelitian tersebut; 5. Metode survai cukup luwes sehingga dalam pelaksanaannya relatif mudah untuk melibatkan berbagai pihak yang memenuhi persyaratan. Di samping terdapat keunggulan atau keuntungannya, metode survai juga memiliki kelemahan misalnya : (1) metode survai tidak memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan sebab-akibat, (2) kedalaman informasi atau keterangan yang diperoleh melalui survai biasanya tidak sebesar yang bisa diperoleh melalui pengamatan partisipan, dan (3) peneliti cenderung tidak mempelajari berbagai faktor situasional atau kontekstual mutakhir yang justru mungkin cukup penting. Sebagai kesimpulan, survai dapat memberikan manfaat yang besar untuk tujuan-tujuan deskriptif, dan juga bermanfaat untuk penelitian hubungan antara beberapa variabel. Semuanya itu dapat membantu kita dalam membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya atau untuk mengevaluasi efektifnya suatu program. Metode survai juga dapat membantu dalam pengujian hipotesis (Sevilla et al., 1993).

B. CONTOH Contoh-1 Penelitian yang dilakukan dengan survai sampel adalah penelitian dengan ukuran variabel yang didefinisikan dengan jelas, konkrit dan nyata seperti gaji Pimpinan, Perwira Pertama, dan Bintara, mahasiswa PTIK yang mendapat nilai 3 ke atas, banyaknya polisi Bintara di Wilayah A yang berfungsi

Metodologi Penelitian 175

sebagai: Polantas, Reserse, Intelpampol, Bimmas, Sabhara, dan sebagainya.

Contoh-2 Penelitian yang menggunakan jenis ini adalah penelitian yang berkaitan dengan variabel tingkat kegelisahan (stres), konsep diri, sikap polisi yang terbiasa arogan dan tidak arogan, dan sebagainya. Oleh karena penelitianpenelitian tadi mengukur konstruk psikologi secara tidak langsung dari sampel populasi, maka jenis penelitian di atas disebut survai sampel hal-hal yang tidak nyata (sample survey of intangible).

C. LATIHAN 1. Sebutkan 10 langkah yang perlu diperhatikan agar survai dapat dilakukan dengan baik! 2. Sebutkan tiga gambaran bagi peneliti untuk memutuskan mengadakan survai? 3. Jelaskan mengapa metode survai sering digunakan oleh sebagian besar peneliti dalam bidang sosial. 4. Sebutkan ciri-ciri penelitian survai.

D. TES FORMATIF 1. Apa yang dimaksud penelitian survai? Jelaskan! 2. Jelaskan tentang (a) sensus, (b) survai sampel.

E. KUNCI 1. Penelitian survai merupakan penelitian dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakannya melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi. 2. Pada dasarnya, survai dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu sensus dan survai sampel. Sensus adalah survai yang meliputi seluruh populasi yang diinginkan. Sedangkan survai sampel adalah dilakukan hanya pada sebagian kecil dari suatu populasi.

Metodologi Penelitian 176

KEGIATAN BELAJAR 2 PENGERTIAN EKSPERIMEN DAN PENSYARATANNYA

A. URAIAN:

1. Pengertian Eksperimen Metode eksperimen merupakan salah satu dari berbagai jenis penelitian, baik penelitian bidang ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial. Metode eksperimen (selanjutnya disebut eksperimen) memiliki ciri khusus. Ciri khusus itu adalah (1) pemberian perlakuan (treatment) kepada subjek penelitian, (2) pengamatan terhadap gejala yang muncul sebagai akibat pemberian perlakuan, dan (3) pengendalian variabel lain yang ikut mencampuri pengaruh variabel perlakuan terhadap variabel respon. Beberapa istilah dalam eksperimen adalah sebagai berikut. a. Perlakuan (treatment) Perlakuan (treatment) adalah suatu prosedur atau metode yang diterapkan pada unit percobaan (semua variasi perlakuan atau pemberian kondisi yang akan dinilai pengaruhnya). b. Unit percobaan Unit percobaan adalah unit terkecil dalam suatu percobaan yang diberi suatu treatment/perlakuan (bisa lahan, individu, sekandang ternak dan lain sebagainya tergantung dari bidang penelitian yang sedang dipelajari). c. Satuan amatan Satuan amatan adalah anak gugus dari unit percobaan tempat dimana respon perlakuan diukur (bila respon yang diukur adalah tinggi tanaman maka satuan amatannya adalah satu tanaman jagung dalam unit percobaan, bila respon yang diamati adalah produksi maka satuan amatannya adalah unit percobaan itu sendiri). Tujuan utama eksperimen dalam psikologi

adalah untuk menilai

bagaimana pengaruh treatment terhadap sifat suatu populasi tertentu atau untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh treatment (untuk menilai pengaruh suatu treatment dalam pendidikan terhadap tingkah laku

Metodologi Penelitian 177

anak-anak atau untuk menguji ada tidaknya pengaruh treatment tersebut). Menilai dimaksudkan adalah mengukur atau mengadakan deskripsi pengaruh treatment yang dicobakan, dan menguji siginifikansi (berarti tidaknya) pengaruh tersebut. Syarat untuk dapat melakukan eksperimen yaitu memahami polapola eksperimen (rancangan eksperimen) dan dapat melakukan analisis statistik sesuai dengan masing-masing pola rancangan. Rancangan eksperimen adalah suatu rancangan percobaan yang dibuat sedemikian sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan. Rancangan eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas. Rancangan eksperimen merupakan suatu teknik yang ampuh untuk menguji ada tidaknya hubungan sebab-akibat antar variabel-variabel penelitian, khususnya antara variabel pengaruh dengan variabel respon atau variabel kriterion. Variabel kontrol yang mempengaruhi variabel akibat tersebut akan lebih dapat dipertanggungjawabkan jika dikontrol melalui eksperimen dengan menggunakan rancangan eksperimen yang benar. Penelitian eksperimen mempunyai ciri khusus, antara lain (1) adanya perlakuan yang diberikan secara sengaja untuk diamati akibatnya, (2) dilakukannya pengendalian variabel-variabel selain variabel perlakuan untuk dapat secara jelas memperoleh gambaran tentang hasil dari perlakuan yang diberikan, dan (3) dimungkinkan mengadakan pengubahan (manipulasi) variabel perlakuan bila diinginkan oleh eksperimentor untuk mengamati lebih cermat akibat perlakuan tersebut.

2. Persyaratan Eksperimen Pensyaratan suatu eksperimen adalah kesahihan eksperimen, yaitu kesahihan eksternal dan kesahihan internal. Persyaratan yang diutamakan

Metodologi Penelitian 178

adalah kesahihan internal (internal validity) dan memperhitungkan faktorfaktor yang mengancam kesahihan suatu eksperimen dan monitoring pelaksanaannya. Kesahihan eksternal berkaitan dengan nilai generalisasi dari suatu eksperimen. Maksudnya seberapa jauh suatu hasil eksperimen dapat digeneralisasikan ke populasi lain. Walaupun kesahihan eksternal cukup penting untuk diperhitungkan dalarn suatu eksperimen, tetapi dalam disain eksperimen bukan merupakan faktor yang paling penting, karena faktor yang paling penting dalam disain eksperimen ialah kesahihan internal. Kesahihan internal ialah seberapa jauh hubungan antara perlakuan (variabel sebab) dengan kriterion (variabel akibat) benar-benar merupakan hubungan sebab-akibat yang bisa dipastikan. Dengan kata lain, apakah perubahan subyek mengenai hal-hal yang ingin dipengaruhi (variabel kriterion) betul-betul akibat dari perlakuan yang diberikan, bukan karena faktor lain. Pada dasarnya, di dalam eksperimen kecuali variabel perlakuan semua variabel harus dikendalikan agar tidak mengotori variabel perlakuan dalam mempengaruhi variabel respon atau variabel kriterion. Tujuan utama pengendalian variabel yang bukan variabel perlakuan itu agar dapat diyakini bahwa perubahan yang terjadi pada variabel respon betul-betul merupakan akibat pemberian perlakuan. Variabel-variabel yang dapat mengotori variabel perlakuan yaitu (1) variabel moderator dan (2) variabel kontrol. Variabel moderator merupakan variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel respon yang sangat sukar dikendalikan, namun dapat dilakukan dalam proses analisis, yaitu analisis korelasi parsial atau kovarians. Variabel kontrol merupakan variabel-variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel respon, namun dapat dikendalikan atau dapat dinetralisir pengaruhnya oleh peneliti. Pengendalian tersebut biasanya dilakukan dengan ekualisasi yang meksudnya menyamakan kondisi variabel yang dimaksud pada kelompok eksperimen dan pada kelompok

Metodologi Penelitian 179

pembanding. Selain itu, pengendalian dapat pula dilakukan secara statistika. Kesahihan internal ini sangat penting, karena tanpa ini tidak dapat diambil kesimpulan mengenai hubungan sebab-akibat antara perlakuan dan variabel kriterion. Oleh karena itu maka disain eksperimen yang baik harus dapat mengontrol (menghilangkan) pengaruh faktor-faktor yang mengancam kesahihan internal dari eksperimen yang akan dilakukan. Sehingga jika terjadi perubahan pada variabel kriterion maka perubahan tersebut benar-benar disebabkan oleh perlakuan yang diberikan.

3. Faktor-faktor yang mengancam kesahihan internal suatu eksperimen, adalah sebagai berikut.

a. Sejarah, yaitu peristiwa-peristiwa atau hal-hal yang terjadi selama eksperimen berlangsung dan turut mempengaruhi hasil eksperimen, dalam hal ini kriterion. b. Kematangan obyek yang dikenai perlakuan. Perlu diketahui bahwa eksperimen yang melibatkan manusia, perubahan yang terjadi tidak selalu merupakan efek perlakuan atau hasil belajar tetapi dapat pula merupakan perubahan karena kematangan subyek yang dikenai perlakuan. Oleh karena itu pengaruh faktor kematangan yang tidak diperhitungkan dalam desain akan menurunkan validitas internal suatu eksperimen. c. Testing, yaitu pengaruh tes sebelum perlakuan terhadap hasil tes sesudah perlakuan mengenai variabel kriterion. d. Instrumentasi, faktor yang berkaitan dengan alat ukur, yang dapat disebabkan oleh dua kemungkinan, yaitu 1) Kesahihan alat ukur. 2) Rendahnya tingkat ketelitian dalam pemberian skor. b. Statistical regresion, yaitu adanya kecenderungan untuk menuju ke nilai rata-rata populasi, sehingga jika tidak diperhitungkan dalam menafsirkan perubahan-perubahan pada variabel kriterion dapat mengakibatkan kesimpulan yang keliru.

Metodologi Penelitian 180

c. Bias yang disebabkan oleh seleksi kelompok (sampel selection). d. Mortalitas, yaitu adanya anggota kelompok yang drop dalam suatu eksperimen. e. Kombinasi dari faktor 1 dan 7. Untuk memperlihatkan bahwa suatu rancangan eksperimen perlu dibuat selengkap mungkin dan dilakukan sebaik mungkin, dapat dilihat bagaimana menentukan pengaruh latihan perang terhadap kemampuan pengamanan unjuk rasa masyarakat. Dari sini misalnya akan timbul pertanyaan-pertanyaan berikut. a. Bagaimana pengaruh ini harus diukur? b. Karakteristik apa yang harus diukur ? c. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi karakteristik yang harus dianalisis tersebut? d. Faktor-faktor manakah yang penting untuk dianalisis? e. Teknik analisis apa yang harus digunakan? f. Bagaimana eksperimen harus dilakukan? g. Berapa kali eksperimen harus dilakukan? h. Bagaimana mengontrol pengaruh variabel-variabel lain yang tidak ingin diselidiki? i. dan mungkin masih ada pertanyaan lain. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dapat dijawab dengan rancangan eksperimen yang benar dan monitoring pelaksanaan yang diteliti.

B. CONTOH Kapolda A akan memperbaiki sistem penanganan keamanan di daerahnya,

fokus

permasalahannya

adalah

banyaknya

ancaman

dan

lambannya ditemukan teroris di daerah titik-titik rawan. Dalam hal ini Kapolda A berasumsi bahwa masalah tersebut

akan dapat dipecahkan apabila sistem

penanganan keamanan direstrukturisasi atau diperbaiki. Cara memperbaiki sistem penanganan keamanan dapat dilakukan dengan mencobakan suatu sistem baru dengan memperhitungkan variabel moderator dan variabel terkendali.

Metodologi Penelitian 181

C. LATIHAN 1. Permasalahan yang dihadapi oleh Pimpinan adalah kekurangmampuan Reserse terhadap pengungkapan bukti fisik dan pengadaan saksi suatu kejadian di TKP. Sebutkan apa yang harus dipikirkan dan yang akan dilakukan oleh pimpinan? 2. Permasalahan yang dihadapi oleh Pimpinan adalah kekurangmampuan Polantas menekan jumlah laka lantas di jalan protokol. Sebutkan apa yang harus dipikirkan dan yang akan dilakukan oleh Pimpinan?

D. TES FORMATIF 1. Jelaskan apa yang dimaksud: (a) kesahihan eksternal, (b) kesahihan internal, (c) quasi eksperimen, (d) rancangan eksperimen, (e) variabel moderator, dan (f) variabel terkendali. 2. Permasalahan yang dihadapi oleh Pimpinan adalah kekurangmampuan fungsi Polantas menangani arus lalu lintas di daerah perkotaan. Sebutkan apa yang harus dipikirkan dan yang akan dilakukan oleh Pimpinan?

E. KUNCI 1. (a) Kesahihan eksternal dimaksudkan seberapa jauh suatu hasil eksperimen dapat digeneralisasikan ke populasi lain, (b) kesahihan internal dimaksudkan seberapa jauh hubungan antara perlakuan (sebab) dengan kriterion (akibat) benar-benar merupakan hubungan sebab-akibat yang bisa dipastikan, (c) quasi eksperimen adalah suatu jenis eksperimen yang menyadari bahwa kontrol secara kondisional tidak dapat dilakukan secara tuntas, (d) rancangan eksperimen adalah suatu rancangan percobaan yang dibuat sedemikian sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan, (e)

variabel moderator adalah variabel

bebas yang dapat mempengaruhi variabel respon yang sangat sukar dikendalikan, namun dapat dilakukan dalam proses analisis, yaitu analisis korelasi parsial atau kovariansi, dan (f)

variabel terkendali

adalah variabel-variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel

Metodologi Penelitian 182

respon, namun dapat dikendalikan oleh peneliti. Pengendalian tersebut yaitu menyamakan kondisi variabel yang dimaksud pada kelompok eksperimen dan pada kelompok pembanding. 2. Mencari dan mencobakan suatu metode baru yang memungkinkan kemampuan fungsi Polantas yang dapat meningkatkan penanganan arus lalu lintas diperkotaan. Mengusahakan dalam pelaksanaan eksperimen, variabel yang memungkinkan dapat mengotori eksperimen sedapat mungkin dapat menetralisir atau mengontrol, minimal kontrol statistik.

Metodologi Penelitian 183

KEGIATAN BELAJAR 3 MACAM-MACAM DISAIN EKSPERIMEN

A. URAIAN: 1. Pra-eksperimen Pra-eksperimen yang biasa digunakan ada tiga macam adalah sebagai berikut. a. One Shot Case Study (Rancangan Satu Kasus) Rancangan ini terdiri dari satu kelompok kemudian dikenakan perlakuan tertentu lalu diamati gejala yang terjadi. Selanjutnya menarik kesimpulan. Skemanya adalah : G

T

O

b. One Group Pre-test Post-test Design Rancangan ini terdiri dari satu kelompok kemudian diamati (pre-test). Selanjutnya diberi perlakuan tertentu, sesudah itu diamati kembali (posttest). Berdasarkan hasil pengamatan pertama (pre-test) dan hasil pengamatan kedua (post-test) ditarik kesimpulan. Skemanya adalah :

G

O

T

O

c. The Statis Group Comparison (dengan menggunakan kelompok perbandingan yang statis) Diambil dua kelompok seperti apa adanya, kemudian kelompok pertama diberi perlakuan sedang kelompok kedua tidak diberi perlakuan. Sesudah tenggang waktu tertentu kedua kelompok tadi diamati. Jika terdapat perbedaan dalam hal variabel kriterion antara kelompok pertama dengan kelompok kedua, maka disimpulkan bahwa perbedaan yang terjadi itu adalah akibat dari perlakuan yang diberikan. Skemanya adalah : E

T

O

K

.

O

Ketiga macam disain yang termasuk pra-eksperimen ini biasanya mempunyai tingkat kesahihan internal yang rendah, bahkan sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh ketidak mampuan dari ketiga disain ini dalam

Metodologi Penelitian 184

mengontrol faktor-faktor yang mengancam kesahihan internal suatu eksperimen. Oleh karena itu maka disain pra-eksperimen secara, metodologis belum dapat membuktikan adanya hubungan sebab-akibat.

2. Quasi eksperimen Quasi eksperimen adalah suatu jenis eksperimen yang menyadari bahwa kontrol secara kondisional tidak dapat dilakukan secara tuntas. Untuk meningkatkan kesahihan internal dalam eksperimen seperti ini dilakukan dengan menggunakan kontrol secara statistik.

3. True eksperimen True eksperimen yang biasa digunakan ada tiga macam, yaitu (a) Randomized Control-Group Design, (b) Randomized Pre-test Post-test Control Group Design, dan (c) Salomon Four Groups Design. a. Randomized Control-Group Design Rancangan ini menggunakan kelompok kontrol. Kelompok kontrol (K) dan kelompok eksperimen (E) dipilih dan ditempatkan secara random sedemikian sehingga kedua kelompok tersebut ekivalen dalam segala hal. Oleh karena kelompok K dan kelompok E ekivalen dalam segala hal maka jika terdapat perbedaan sesudah perlakuan diberikan dapat disimpulkan bahwa perbedaan tersebut disebabkan oleh perlakuan yang telah diberikan. Disain ini mempunyai kamampuan yang relatif tinggi untuk mengontrol faktor-faktor yang mengancam kesahihan internal sehingga disain ini dalam batas-batas tertentu mempunyai kesahihan internal yang tinggi. Skemanya adalah: R

E

T

O

R

K

.

O

b. Randomized Pre-test Post-test Control Group Design Rancangan ini juga menggunakan kelompok

kontrol. Pemilihan dan

penempatan kelompok dilakukan secara random, sama seperti disain sebelumnya. Perbedaannya adalah pada disain ini setelah kelompok K dan kelompok E terbentuk, sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu diamati (pre-test). Setelah perlakuan pada tengang waktu tertentu maka

Metodologi Penelitian 185

diadakan pengamatan kembali (post-test). Hasil pengamatan sesudah perlakuan (post-test) dari kedua kelompok dibandingkan dengan memperhitungkan hasil pengamatan sebelum perlakuan (pre-test). Dengan kata lain membandingkan nilai post-test dengan memperhitungkan nilai pre-test. Secara statistik hal seperti ini dilakukan dengan menggunakan analisis kovariansi (ANCOV). Perbedaan yang diperoleh dengan menggunakan analisis kovariansi ini merupaka perbedaan nilai post-test yang bukan disebabkan oleh nilai pre-test, karena nilai pre-test sudah dikontrol secara statistik dengan menggunakan analisis kovariansi. Maksud pre-test dalam disain ini adalah untuk meningkatkan presisi. Skemanya adalah: R

O

T

O

K

O

.

O

c. Salomon Four Groups Design Disain ini merupakan kombinasi dari dua disain sebelumnya. Disain ini terdiri dari dua kelompok kontrol. Keempat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi pre-test dan dua kelompok lainnya tidak. Dari dua kelompok yang diberi pre-test, terdapat satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol, sehingga diperoleh skema sebagai berikut. R R R R

E K E

.

O1 O2

. .

T

. T

.

O3 O4 O5 O6

Disain ini di samping dapat melihat pengaruh perlakuan, sekaligus dapat melihat pula pengaruh pre-test (01 dan 02) terhadap hasil eksperimen (03, 04, 05, dan 06). Cara analisisnya harus dicari perbedaan keempat kelompok yang ada, hal ini dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) One way analysis of variance, dengan 4 taraf. 2) Two way analysis of variance, dengan disain analisis berikut ini.

Metodologi Penelitian 186

TES

PERLAKUAN E

K

Ada Pre Tes

O3 O4

Tidak Ada Pre Tes

O5 O6

Kelemahan disain ini adalah terlalu banyak subyek (kelompok) untuk menyelidiki atau menguji pengaruh satu perlakuan saja. Macam-macam disain eksperimen yang telah dikemukakan di atas lebih

menggambarkan

tingkat

ketelitian

suatu

eksperimen

dalam

mengontrol faktor-faktor yang mengancam kesahihan internal, dan semuanya hanya merupakan disain untuk mencari hubungan sebab-akibat dengan satu variabel sebab (independent variable). Untuk mencari hubungan sebab-akibat dengan dua variabel sebab atau lebih dilakukan dengan menggunakan factorial design (disain faktor). Selain itu, disain eksperimen dapat pula dibedakan berdasarkan tujuan penelitian dan situasi lapangan, sekaligus tingkat kesahihan internal yang dikehendaki. Dalam kaitan ini ada lima disain dasar, yaitu (a) simple randomized design, (b) teatment by subject design, (c) treatment by level design, (d) group within treatment design, dan (e) factorial design. Group within treatment design adalah salah satu disain dasar dalam disain eksperimen di bidang pendidikan. Disain ini menggunakan teknik untuk mengurangi kesalahan-kesalahan randomisasi yang disebabkan oleh situasi lapangan yang terpaksa. Disain ini digunakan apabila pemilihan kelompok yang merupakan unit sampling adalah kelompok (group) bukan individu. Karena kelompok sebagai unit sampling maka analisis kelompok dilakukan dalam masing-masing perlakuan (treatment).

Metodologi Penelitian 187

Model disain: A1 G2 Y12 Y22 Y32 . . Yn2

G1 Y11 Y21 Y31 . . Yn1

G3 Y13 Y23 Y33 . . Yn3

G4 Y14 Y24 Y34 . . Yn4

A = perlakukan

A2 G5 Y15 Y25 Y35 . . Yn5

G6 Y16 Y26 Y36 . . Yn6

G = kelompok

Untuk menganalisis data pada disain ini, sumber variansinya ialah antar, group within treatment, dan dalam group. Untuk sumber-sumber variansi ini JK-nya berturut-turut diberi simbol JK(A), JK(GWT), JK(DG), dan JK(T). JK(T ) = JK( A ) =

∑X

i

N

2

n

Xj

j=1

nj



JK(DG) =

g



(∑ X) −

2

2

(∑ X) −

2

N

∑X X− ni

i=1

JK(GWT ) =

2 j

n

2

g

X Xj − nj j=1 n i

∑∑ j=1

Setiap sumber variansi memilikiderajat bebas (db) yang besarnya adalah: db(a) = a –1

db(DG) = N – g

db(GWT) = g – a

db(T) = N –1

Selanjutnya dapat dihitung rata-rata jumlah kuadrat (RJK) untuk masing-masing varians yang dihitung dengan membagi JK dengan db-nya masing-masing. Semua nilai yang diperoleh disusun dalam daftar ANAVA sebagai berikut. Sumber Variansi Antar GWT Dalam G

JK

db

RJK

F0

JK(A) JK(GWT) JK(DG)

a–1 g–a N–g

RJK(A) RJK(GWT) RJK(DG)

RJK(A)/RJK(GWT)

Total

JK(T)

N -1

-

Terlihat bahwa F0 dihitung dengan rumus: F0 = RJK(GWT)/RJK(DG)

Metodologi Penelitian 188

Kriteria pengujiannya adalah jika F0 > Ftabel pada taraf signifikansi yang dipilih, dengan db pembilang = db(A) dan db penyebut = db(GWT), maka Ho ditolak. Sedangkan jika F0 ≤ Ftabel, maka Ho diterima. Ho ditolak berarti ada perbedaan nilai rata-rata antara perlakuan-perlakuan yang diuji.

B. CONTOH: 1. Contoh One Shot Case Study (Rancangan Satu Kasus). Sekelompok polisi dikader dengan suatu misi oleh komandan. Sesudah tenggang waktu tertentu polisi tsb melakukan operasi di lapangan dan melakukan tindak kriminal. Maka disimpulkan bahwa melakukan tindak kriminal disebabkan oleh pengkaderan yang telah diberikan.

2. Contoh One Group Pre-test Post-test Design. Sekelompok polantas diamati ternyata tidak dapat mengatur arus lalu lintas dengan baik selama 60 menit. Kemudian kelompok polantas ini diberi suatu latihan dengan waktu tertentu. Setelah diberikan latihan tersebut, diamati kembali dan ternyata dapat mengatur arus lalu lintas dengan baik selama 60 menit. Kesimpulan yang dapat ditarik ialah jenis latihan yang diberikan menyebabkan dapat mengatur arus lalu lintas dengan baik.

3. Contoh The Statis Group Comparison. Untuk menentukan pengaruh modul (belajar dengan menggunakan modul sebagai perlakuan) terhadap prestasi belajar mahasiswa PTIK, dilakukan dengan membandingkan prestasi belajar mahasiswa yang menggunakan modul dengan yang tidak menggunakan modul. Setelah terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa dari kedua kelompok mahasiswa tersebut maka disimpulkan bahwa perbedaan tersebut disebabkan oleh modul.

4. Contoh Quasi Eksperiment Menguji kefektifan teknik menembak, kedua kelompok

subjek yang

akan dikenai perlakuan secara kondisional sulit disetarakan dari segi

Metodologi Penelitian 189

intelegensi. Untuk meningkatkan kesahihan internal eksperimen ini, maka intelegensi diukur dengan tes intelegensi, kemudian dilakukan kontrol secara statistik. Caranya adalah dengan memasukkan variabel intelegensi

sebagai

kovariabel

dalam

analisis

kovarians.

Jenis

eksperimen ini bukan merupakan true-eksperimen karena kedua kelompok yang dikenai perlakuan tidak setara.

5. Contoh Randomized Control-Group Design Untuk menentukan pengaruh metode mengajar terhadap kinerja Polri, pertama-tama ditentukan metode apa yang akan diuji efektivitasnya. Misalnya kita akan menguji efektivitas metode diskusi dengan metode latihan sebagai pembanding, maka pertama-tama dipilih sejumlah polisi untuk suatu fungsi tertentu yang akan dikenai perlakuan, misalnya 80 polisi. Ke 80 polisi dipilih secara random ke dalam dua kelompok. Untuk menentukan kedua kelompok

tadi yang merupakan kelompok

eksperimen (yang diajar dengan metode diskusi) juga ditentukan secara random. Setelah kedua kelompok tersebut diajar pada tenggang waktu tertentu, maka diteruskan dengan melakukan tes untuk mengetahui kinerja yang dicapai oleh kedua kelompok. Karena kedua kelompok ekivalen segala hal kecuali metode mengajar yang diberikan, maka jika terdapat perbedaan kinerja antara kelompok metode diskusi dan kelompok

yang diajar dengan

yang diajar metode latihan, dapat

disimpulkan bahwa perbedaan tersebut disebabkan oleh metode mengajar. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar mempunyai pengaruh terhadap kinerja polisi.

6. Contoh Randomized Pre-test Post-test ControlGroup Design Contoh untuk disain ini sama dengan contoh disain sebelumnya. Bedanya adalah terbentuk kelompok

K dan kelompok

E, sebelum

diberi pelajaran dengan metode diskusi untuk kelompok E dan metode latihan untuk kelompok K maka terlebih dahulu diberikan pre-test dan post-test diperhitungkan dalam analisis untuk perbedaan nilai post-test. (Disain tergolong dalam quasi eksperimen).

Metodologi Penelitian 190

7. Contoh Group Within Treatment Design Ada dua jenis olah raga bela diri yang masing-masing diberlakukan terhadap 3 (tiga) kelompok. Misalnya bela diri A1 terhadap kelompok G1, G2, dan G3, dan bela diri A2 terhadap kelompok G4, G5, dan G6. Dalam disain ini yang dirandom adalah kelompok. Setelah dilatih selama jangka waktu tertentu kemudian diberi tes kemampuan bela diri untuk menguji efektivitas masing-masing jenis olah raga bela diri. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. A1 G2

G1

G3

4 4 6 5 4 6 6 5 5 6 6 5 6 7 6 28 26 27 28+26+27 = 81

G4

A2 G5

G6

6 6 5 7 7 6 7 7 6 8 7 7 8 8 7 31 35 36 31+35+36 = 102

183 = 36,7 30 ⎛ 812 102 2 ⎞ 183 2 ⎟− + = 14,7 JK( A ) = ⎜⎜ 15 ⎟⎠ 30 ⎝ 15

JK(T ) = 1153 −

JK(DG) =

⎛ 28 2 ⎜ 158 − ⎜ 5 ⎝

⎞ ⎛ 26 2 ⎟ + ⎜ 142 − ⎟ ⎜ 5 ⎠ ⎝

⎞ ⎛ 27 2 ⎟ + ⎜ 149 − ⎟ ⎜ 5 ⎠ ⎝

⎞ ⎛ 312 ⎟ + ⎜ 195 − ⎟ ⎜ 5 ⎠ ⎝

⎞ ⎛ 35 2 ⎟ + ⎜ 247 − ⎟ ⎜ 5 ⎠ ⎝

⎞ ⎛ 36 2 ⎟ + ⎜ 262 − ⎟ ⎜ 5 ⎠ ⎝

⎞ ⎟ ⎟ ⎠

= 1,2 + 6,8 + 3,2 + 2,8 + 2 + 2,8 = 3,2. ⎛ 28 2 26 2 27 2 812 ⎞ ⎛ 312 35 2 36 2 102 2 ⎞ ⎟+⎜ ⎟ + + − JK(GWT ) = ⎜⎜ ⎟ ⎜ 5 + 5 + 5 − 15 ⎟ . 5 5 5 15 ⎝ ⎠ ⎝ ⎠

= 0,4 + 2,8 = 3,2 Daftar ANAVA Sumber JK Variansi Antar 14,7 GWT 3,2 Dalam G 18,8 Total

36,7

db

RJK

F0

1 4 24

14,7 0,8 0,783

18,38

29

-

-

F(0,05 : 1 : 4) = 7,71. Fo > Ft Kesimpulan:

Metodologi Penelitian 191

Ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelompok siswa yang diajar dengan metode A1 dengan hasil belajar kelompok

siswa yang diajar

dengan metode A2. Karena nilai rata-rata hasil belajar kelompok

siswa yang diajar dengan

metode A2 lebih tinggi daripada yang diajar dengan metode A1, dapat disimpulkan

bahwa

metode

A2

lebih

efektif

dibandingkan

dengan

metode A1. C. LATIHAN: Ada dua metode latihan yang masing-masing diberlakukan terhadap 3 (tiga) kelompok. Misalnya L1 terhadap kelompok terhadap kelompok

K1, K2, K3 dan latihan L2

K4, K5, K6. Dalam disain ini yang dirandom adalah

kelompok. Setelah dilatih selama jangka waktu tertentu kemudian diberi tes keterampilan untuk menguji efektivitas masing-masing latihan. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

K1 7 6 6 5 5 6

L1 K2 4 4 4 5 6 7

K3 3 4 5 6 6 6

K4 4 5 6 6 7 7

L2 K5 5 6 7 7 7 8

K6 4 6 7 7 8 8

Tentukan latihan mana yang lebih efektif? D. TES FORMATIF Suatu pelatihan yang masing-masing diberlakukan terhadap 3 (tiga) kelompok P1 dan P2. P1 terhadap kelompok K1, K2, K3 dan P2 terhadap kelompok K4, K5, K6. Setelah dilatih selama jangka waktu tertentu kemudian diberi tes keterampilan untuk menguji efektivitas masing-masing latihan. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Metodologi Penelitian 192

K1 7 6 6 5 5

P1 K2 4 4 4 5 6

K3 3 4 5 6 6

K4 4 5 6 6 7

P2 K5 5 6 7 7 7

K6 4 6 7 7 8

Tentukan latihan mana yang lebih efektif? E. KUNCI 168 2 = 45,2 30 ⎛ 76 2 92 2 ⎞ 168 2 ⎟− + = 8,54 JK( A ) = ⎜⎜ 15 ⎟⎠ 30 ⎝ 15

JK( T ) = 986 −

JK(DG) =

⎛ 32 2 ⎞ 32 2 ⎞ ⎛ 28 2 ⎞ ⎛ 24 2 ⎞ ⎛ 23 2 ⎞ ⎛ 29 2 ⎞ ⎛ ⎟ ⎟ + ⎜ 214 − ⎟ + ⎜ 208 − ⎟ + ⎜ 162 − ⎟ + ⎜ 122 − ⎟ + ⎜ 109 − ⎜ 171 − ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎜ 5 ⎟⎠ 5 ⎠ ⎝ 5 ⎠ ⎝ 5 ⎠ ⎝ 5 ⎠ ⎝ 5 ⎠ ⎝ ⎝

= 2,8 + 3,2 + 6,8 + 5,2 + 9,2 + 3,2 = 30,4 ⎛ 29 2 23 2 24 2 76 2 ⎞ ⎛ 28 2 32 2 32 2 92 2 ⎞ ⎟+⎜ ⎟. + + − + + − JK(GWT ) = ⎜⎜ 5 5 15 ⎟⎠ ⎜⎝ 5 5 5 15 ⎟⎠ ⎝ 5

= 4,13 + 1,83 = 5,96 Daftar ANAVA Sumber JK Db Variansi Antar 8,54 1 GWT 5,96 4 Dalam G 30,4 24 Total 45,2 29

RJK 8,54 1,49 1,27 -

Fo

5,73 -

F(0,05 : 1 : 4) = 7,71. Fo < Ft Kesimpulan: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil pelatihan antara kelompok yang dilatih dengan metode P1 dengan hasil latihan kelompok

yang dilatih dengan

metode P2.

Metodologi Penelitian 193

KEGIATAN BELAJAR 4 PENELITIAN EX-POST FACTO A. URAIAN: 1. Pengertian Penelitian Ex-post Facto Penelitian ex-post facto merupakan salah satu dari berbagai jenis penelitian, baik penelitian bidang ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial. Istilah ex-post facto menunjukkan bahwa perubahan variabel bebas itu

telah

terjadi,

peneliti

dihadapkan

kepada

masalah

bagaimana

menetapkan sebab dari akibat yang sedang diamati. Karena tidak adanya pengendalian, maka dalam penelitian ex-post facto, lebih sulit bagi kita untuk menyimpulkan bahwa X benar-benar ada hubungannya dengan Y. Penelitian ex-post facto meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau tidak diberi perlakuan oleh peneliti. Penelitian sebabakibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. Adanya hubungan sebab-akibat didasarkan atas kajian teoretis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu. Misalnya: gizi yang cukup pada waktu ibu hamil menyebabkan bayi sehat, koperasi yang sehat dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Penelitian ex-post facto merupakan metode yang banyak dipakai dalam situasi yang dihadapi oleh banyak penelitian pendidikan. Penelitian ini tetap merupakan metode yang berguna yang dapat memberikan banyak informasi berharga bagi pengambilan keputusan di bidang pendidikan. Penelitian ex-post facto dimulai dengan melukiskan keadan sekarang yang dianggap sebagai akibat dari faktor-faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba menyelidiki ke belakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab dan sudah beroperasi masa lalu. Penelitian ex-post facto mirip dengan dengan penelitian eksperimen, hanya pada penelitian ex-post facto tidak ada pengontrolan variabel, variabel bebas tidak dimanipulasi, dan tidak ada perlakuan.

Metodologi Penelitian 194

Penelitian ex-post facto dapat dilakukan dengan baik bilamana menggunakan kelompok pembanding. Kelompok pembanding dipilih yang memiliki karakteristik yang sama tetapi mengalami kegiatan yang berbeda. Sudah menjadi kelaziman dalam studi ex-post facto untuk menyebut salah satu variabel sebagai variabel bebas dan lainnya variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi dasar pengelompokan individu; variabel terikat adalah adalah variabel yang diamati atau diukur oleh peneliti sesudah pengelompokan itu. Istilah-istilah tersebut membantu menunjukkan arah ramalan dari status subjek pada variabel bebas ke statusnya pada variabel terikat. 2. Kondisi yang diperlukan untuk menyimpulkan adanya hubungan kausal Untuk dapat menyimpulkan adanya hubungan kausal, maka diperlukan beberapa bukti, yaitu: (1) hubungan statistik antara X dan Y telah ditetapkan, (2) X terjadi lebih dahulu daripada Y, dan (3) faktor-faktor lain tidak ikut menentukan Y. Kalau kita sudah dapat menetapkan adanya hubungan antara dua variabel dalam suatu studi ex-post facto, maka kita harus mencari lagi bukti tentang dua hal lainnya. Penenliti harus menetapkan urutan waktu terjadinya kedua variabel itu. Artinya, ia harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya Y sebelum X, sehingga Y tidak mungkin menjadi akibat X. Keputusan mengenai hubungan waktu antara X dan Y itu dapat dibuat

berdasarkan

pertimbangan

logis

ataupun

berdasarkan

hasil

pengukuran yang menunjukkan bahwa Y, sebelum X dimasukkan, kedua kelompok itu tidak berbeda. Peneliti perlu mempertimbangkan apakah ada faktor-faktor selain X yang mungkin menjadi sebab bagi Y. Kemungkinan ini dapat diperiksa dengan jalan memasukkan variabel yang relevan yang lain ke dalam analisis, kemudian mengamati bagaimana hubungan X dan Y itu setelah adanya variabel tambahan. Mungkin akan ditemui bahwa hubungan antara X dan Y itu tetap ada sekalipun ada variabel lain yang dimasukkan. Dalam hal ini peneliti mempunyai bukti yang menunjang kesimpulan tentang adanya hubungan

Metodologi Penelitian 195

kausal. Sebaliknya, mungkin pula ditemui bahwa hubungan antara X dan Y itu berubah, atau bahkan hilang sama sekali, setelah adanya variabel lain yang dimasukkan. Dalam hal ini peneliti dapat mengambil salah satu dari dua kesimpulan, yaitu X bukanlah penyebab bagi Y atau bahwa hubungan antara X dan Y itu tidak asli. Dalam penelitian ex-post facto dimungkinkan adanya hasil yang tak sebenarnya yang disebabkan oleh (a) penyebab umum, dan (b) variabel bebas yang lain.

1) Penyebab umum Dalam penelitian ex-post facto, kita harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa variabel bebas dan variabel terikat adalah dua akibat terpisah yang disebabkan oleh variabel ketiga. Karena adanya penyebab umum yang kadang jelas kelihatan. Namun, selalu ada keragu-raguan yang mengganggu tentang adanya penyebab umum yang tak pernah terbayangkan yang menjadi sebab adanya suatu hubungan. Peneliti harus senantiasa mempertimbangkan kemungkinan adanya penyebab umum yang menimbulkan hubungan.

2) Variabel bebas yang lain Dalam penelitian ex-post facto, mungkin ada variabel bebas lain, selain variabel bebas yang sedang diselidiki yang dapat menyebabkan efek yang diamati pada variabel Y. Artinya di samping X1, mungkin ada variabel lain, misalnya X2, atau X3 yang juga merupakan faktor penyebab bagi perbedaan dalam variabel terikat. Kelemahan utama disain ex-post facto adalah tidak adanya pengendalian. Karena kita tidak dapat menggunakan pengacakan untuk mengelompokkan subjek atau untuk memanipulasi variabel bebas secara langsung dalam situasi yang terkendali, maka selalu ada kemungkinan adanya variabel tak dikendalikan yang menyebabkan perbedaan pada variabel terikat. Karena kita tidak dapat membuat asumsi bahwa pada awal penyelidikan, kelompok-kelompok tersebut telah sama. Karena peneliti tidak dapat mengendalikan siapa yang

Metodologi Penelitian 196

mendapat pengelaman dan siapa yang tidak. Oleh karena itu mungkin “sesuatu yang lain” itulah yang menjadi variabel bebas yang penting, bukan pengalaman itu sendiri.

3. Pengendalian Parsial dalam penelitian ex-post facto Ada beberapa strategi untuk meningkatkan kredibilitas penelitian expost facto, kendati tak satupun di antaranya yang dapat menutupi secara memadai kelemahan dasar penelitian ini, yaitu tidak adanya pengendalian terhadap variabel bebas. Di antara strategi-strategi itu adalah skor perubahan, pemadanan, analisis kovariansi, korelasi parsial, kelompok yang homogen, serta memasukkan variabel luar ke dalam disain. a. Skor perubahan Dengan skor perubahan, peneliti memperhitungkan skor variabel Y sebelumnya dan bukan hanya menggunakan skor Y pada waktu itu saja. Jika peneliti membandingkan seberapa jauh kelompok A mengalami perubahan bila dibandingkan dengan kelompok B, kemungkinan terjadinya salah tafsir itu akan lebih kecil daripada jika hanya menggunakan skor yang diperoleh pada waktu itu saja. Akan tetapi, penggunaan skor perubahan hanyalah pemecahan sebagian dan hasil studi semacam itu harus diperlakukan secara hati-hati.

b. Pemadanan Cara umum untuk memberikan penyesuaian sebagian dalam penyelidikan ex-post facto adalah dengan membuat subjek itu sepadan dalam sebanyak mungkin variabel luar. Pemadanan ini biasanya dilakukan atas dasar subjek dengan subjek sehingga terbentuklah pasangan yang sepadan. Dalam

penelitian

ex-post

facto,

prosedur

pemadanan

ini

menimbulkan beberapa kesulitan seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan tentang penggunaannya dalam penelitian eksperimen. Pertama, penggunaan cara pemadanan dalam studi ex-post facto didasarkan atas asumsi bahwa peneliti mengetahui apa yang mungkin mempunyai korelasi dengan variabel terikatnya. Di samping itu, pemadanan

Metodologi Penelitian 197

mungkin akan banyak mengurangi jumlah subjek yang dapat dipakai dalam analisis terakhir. Dalam penelitian ex-post facto hilangnya subjek yang menjadi sifat proses pemadanan ini bahkan lebih parah daripada dalam eksperimentasi, di mana pemadanan itu dilakukan sebelum diberikannya variabel bebas. Dalam pendekatan eksperimen setidak-tidaknya ada kemungkinan (meskipun tidak dianjurkan) untuk menambah subjek baru guna menggantikan subjek yang tidak sepadan. Hal seperti itu tidak dapat dilakukan dalam penelitian ex-post facto.

c. Analisis kovariansi dan korelasi parsial Analisis kovarian dan korelasi parsial adalah prosedur statistika yang dapat memberikan penyesuaian (pembetulan) sebagian saja kepada perbedaan di antara dua kelompok. Korelasi parsial menyangkut hubungan yang masih tertinggal di antara dua variabel setelah pengaruh umum dari satu atau lebih variabel yang lain dihilangkan.

d. Kelompok Homogen Dari pembahasan tentang pengendalian dalam penelitian ekperimen, Anda mungkin masih ingat bahwa kita dapat mengendalikan pengaruh suatu variabel dengan memilih sampel yang sejauh mungkin homogen pada variabel tersebut. Prosedur seperti itu dapat juga digunakan dalam penelitian ex-post facto. Dari pada mengambil sampel heterogen kemudian membandingkan sub-sub kelompok di dalamnya yang sudah dipadankan, peneliti dapat menyesuaikan suatu variabel dengan jalan menarik sampel hanya subjek yang homogen pada variabel itu saja. Penggunaan sampel homogen hanyalah pemecahan sebagian saja terhadap masalah-masalah yang melekat dalam penelitian ex-post facto. Beberapa variabel penyebab umum dapat disesuaikan dengan jalan memilih sampel yang mempunyai persamaan dalam variabel yang disangka merupakan penyebab umum. Kita tidak dapat merasa pasti bahwa kita telah mempunyai subjek yang homogen dalam variabel penyebab umum yang terduga maupun yang tidak terduga.

Metodologi Penelitian 198

e. Memasukan variabel luar ke dalam desain Variabel bebas luar yang relevan mungkin dapat pula dimasukkan ke dalam desain ex-post facto dan kemudian dianalisis dengan memakai teknik analisis variansi faktorial. Sebagai akibat kurangnya penyesuaian penelitian ex-post facto, relatif sukar dalam penafsiran hasil penelitian. Peneliti harus mempertimbangkan dan menguji setiap hipotesis alternatif yang masuk akal dan sekalipun hal itu sudah dilakukan, peneliti harus menyadari bahwa hubungan yang tampak itu mungkin disebabkan oleh penyebab tak terduga lainnya. Penggunaan skor perubahan, pemadanan, analisis kovarian, korelasi parsial, kelompok homogen, dan memasukkan variabel luar ke dalam penyelidikan dapat membantu menghindari kesalahan besar dalam studi ex-post facto, tetapi semua prosedur itu terlalu rendah penyesuaian perbedaan kedua kelompok itu yang telah terjadi sebelumnya. Memerinci hipotesis alternatif dapat membantu menilai hasil studi ex-post facto secara lebih realistis.

B. CONTOH 1. Contoh penelitian ex-post facto Sejumlah polisi dengan berat dan tinggi badan sama, sebelum ia menjadi polisi setiap hari latihan lari pagi selama 2 (dua) jam dan sebagian ia hanya membaca koran pada pagi hari. Setelah menjadi polisi ia diberi tugas mengepung nara pidana yang sedang kabur. Polisi yang pernah latihan dapat menangkap nara pidana sedang polisi yang tidak pernah latihan, ia sulit dan malah tidak dapat menangkapnya, maka dapat diperkirakan penyebabnya adalah masalah latihan lari pagi.

2. Contoh penyebab umum-1 Rata-rata gaji anggota polisi sebagai variabel bebas dan tingkat penjualan minuman keras sebagai variabel terikat untuk setiap tahun sejak 1970 dan diperoleh ada korelasi positif yang tinggi antara kedua variabel ini. Apakah ini berarti bahwa jika gaji polisi dinaikkan, mereka

Metodologi Penelitian 199

akan membeli lebih banyak minuman keras? Penjelasan yang lebih masuk akal adalah baik gaji polisi maupun tingkat penjualan minuman keras adalah akibat dari semakin meningkatnya kemakmuran dan inflasi. 3. Contoh penyebab umum-2 Kasus luka berat yang menimpa pengemudi yang menggunakan sabuk pengaman lebih rendah daripada mereka yang tidak menggunakan sabuk pengaman. Apakah hal ini karena penggunaan sabuk pengaman dapat mengurangi kemungkinan luka parah, ataukah pengemudi yang berhati-hati: (a) selalu menggunakan sabuk pengaman dan (b) lebih jarang kecelakaan yang mengakibatkan luka parah?

4. Contoh variabel bebas yang lain-1 Pada

pertemuan

para

Gubernur,

Gubernur

X

dengan

bangga

menunjukkan rendahnya tingkat kejahatan di daerahnya. Gubernur yang lain mengemukakan bahwa tenaga kepolisian di daerah Gubernur X itu kurang sekali, sehingga rendahnya tingkat kejahatan itu hanya menunjukkan bahwa sedikit sekali kejahatan yang pernah dilaporkan.

5. Contoh variabel bebas yang lain-2 Apakah kita dapat menyimpulkan bahwa urutan kelahiran ada hubungannya dengan kemampuan membuat BAP? Sebaiknya kita anggap ini hanya sebagai kesimpulan sementara. Alasannya adalah karena mungkin ada variabel lain yang meneyebabkan hubungan itu. Usia rata-rata orang tua pada anak IV pasti lebih tua daripada usia ratarata orang tua pada anak III, dan ini mungkin ada hubungannya dengan gejala itu. Mungkin juga gejala itu disebabkan oleh sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

6. Contoh skor perubahan-1 Kepala SPN A menggunakan program membaca baru pada tahun II selama setahun, ia akan membandingkan program baru itu dengan program yang lama. Di kota itu juga, SPN B masih menggunakan

Metodologi Penelitian 200

program lama. Kedua sekolah itu memberikan tes membaca buku yang sama di akhir tahun pelajaran. Kemudian skor rata-rata siswa pada tahun II di kedua sekolah itu diperbandingkan oleh kepala SPN A. Ternyata skor rata-rata siswa tahun II di sekolahnya adalah 6,0 sedang skor rata-rata siswa tahun II di sekolah B adalah 4,0. Apakah ini merupakan bukti keefektifan metode baru tersebut? Kepala SPN A menyadari bahwa perbedaan kedua skor rata-rata tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan siswa ketika mereka mulai duduk pada tahun I di kedua sekolah itu. Ia lalu mencari skor tes membaca yang telah diberikan ketika siswa itu duduk pada tahun I. Ternyata skor ratarata membaca pada tahun I untuk siswa di sekolahnya adalah 4,8 sedang untuk siswa di SPN B hanya 3,2. Oleh karena itu, ia harus membuat penyesuaian karena ternyata kedua kelompok itu tidak sama pada waktu mereka mulai belajar pada tahun I. Untuk setiap siswa yang mempunyai kedua skor rata-rata itu, kepala SPN A mengurangi angka tahun II dengan angka pada tahun I. Dengan begitu, ia menemukan perbedaan rata-rata sebesar 1,2 untuk siswa di SPN A dan 0,8 bagi siswa di SPN B. Selisih 0,4 antara skor perubahan skor rata-rata kedua kelompok itu memang kurang, tetapi lebih meyakinkan daripada selisih 2,0 yang diperoleh jika hanya skor pada tahun II saja yang dipakai. Dapatkah kepala SPN A menarik kesimpulan bahwa: metode baru tersebut lebih efektif daripada metode lama?

7. Contoh skor perubahan-2 Suatu hipotesis yang berbunyi: pelajaran bahasa Latin dapat meningkatkan kosa kata bahasa Inggris siswa SPN. Peneliti mencatat skor tes kosa kata semester I dan semester III, baik dari kelompok yang mengikuti pelajaran bahasa Latin maupun yang tidak. Pada Gbr-1 dapat dilihat bahwa tambahan skor tes kosa kata bahasa Inggris dari semester II ke semester III bagi kelompok yang belajar bahasa Latin (dari 80 ke 95) adalah lebih besar daripada tambahan bagi kelompok yang tidak belajar bahasa Latin (dari 54 ke 63). Akan tetapi, mereka yang memilih pelajaran bahasa Latin itu hanya melanjutkan pola pertumbuhan kosa

Metodologi Penelitian 201

kata yang sudah cepat sebelumnya, dan mereka yang tidak memilih pelajaran bahasa Latin juga melanjutkan pola mereka sebelumnya. Kelandaian bagi kedua kelompok itu selama 2 semester, dari semester II ke semester III, sama dengan kelandaian mereka dari semester I ke semester II. Peneliti yang sangat naif, yang hanya melihat skor kedua kelompok itu pada semester III dan tidak mempertimbangkan perbedaan titik awal mereka, mungkin akan menyimpulkan bahwa perbedaan kedua angka (95–63 = 32) itu disebabkan oleh adanya pengalaman bahasa Latin. Peneliti yang agak tidak naif, yang menggunakan skor perubahan kedua kelompok itu dari semester II ke semester III, menyatakan hanya 6 angka saja (15–9=6) yang ada hubungannya pengalaman bahasa Latin. Namun, peneliti inipun menarik kesimpulan yang keliru. Kesimpulan peneliti I mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk dapat diterima, karena pikiran bahwa kedua kelompok tersebut mungkin mempunyai kemampuan kosa kata bahasa Inggris yang memang sebelumnya berbeda sudah agak jelas kelihatan, dan pembaca pun mungkin meragukan kesimpulan yang didasarkan hanya pada skor di semester III. Penggunaan skor perubahan kelihatannya dapat memecahkan masalah perbedaan yang sudah ada sebelumnya dan kesimpulan peneliti II tanpaknya lebih dapat dipercaya. Namun, sekali lagi, penggunaan skor perubahan hanyalah pemecahan sebagaian.

Metodologi Penelitian 202

95

• 89

• 80

63

• 54 40 30

Gambar 1. Pengaruh pola pertumbuhan kosa kata sebelumnya terhadap skor perubahan 8. Contoh pemadanan Kalau seseorang ingin menyelidiki hubungan antara pengalaman polisi menangani pengunjuk rasa dengan kinerja polisi, maka ia dapat mencari 2 kelompok polisi laki-laki yang tergolong berkinerja tinggi dan berkinerja rendah menurut kriteria tertentu. Akan lebih baik lagi kalau, dari kedua kelompok itu, dipilih pasangan-pasangan yang sepadan status sosioekonomi, struktur keluarga dan variabel lainnya yang diketahui ada hubungannya,

baik

dengan

pilihan

berpengalaman

menangani

pengunjuk rasa maupun dengan kinerjanya. Kemudian, data dari sampel yang sudah sepadan itu dapat dianalisis guna menetapkan apakah pengalaman menjadi ciri dari polisi yang memiliki kinerja tinggi dan tidak ada dalam latar belakang kehidupan yang berpengalaman, ataukah tidak.

9. Contoh analisis kovariansi dan korelasi parsial Kita dapat mencari korelasi antara pengetahuan tentang persenjataan dengan kemampuan menembak sesudah pengaruh usia dihilangkan.

Metodologi Penelitian 203

Prosedur analisis kovariansi ataupun korelasi parsial tidak memerlukan pemadanan, sehingga data semua subjek dapat dipakai, bukan hanya data pasangan yang sepadan saja. Akan tetapi, sekalipun metode analisis kovariansi dan korelasi parsial pada umumnya lebih baik daripada metode pemadanan, kedua metode inipun memberikan penyesuaian yang terlalu rendah kepada perbedaan sebelumnya dan juga dapat memberikan hasil yang tak sebenarnya.

10. Contoh kelompok homogen-1 Jika kecerdasan dalam penyidikan (tipiring dan tipiber) adalah variabel luar yang relevan, peneliti dapat menyesuaikan pengaruhnya dengan hanya menggunakan subjek dari satu tingkat kecerdasan saja. Prosedur ini berfungsi melepaskan variabel bebas yang mungkin menarik perhatian peneliti dari variabel-variabel lain yang biasanya dihubungkan dengannya,

sehingga

setiap

pengaruh

yang

ditemukan

dapat

dihubungkan secara lebih meyakinkan dengan variabel bebas tersebut.

11. Contoh kelompok homogen-2 Misalkan kita akan menyelidiki apakah adanya ruangan sidik yang tenang di kantor, meja tulis, dan sebagainya, mempunyai pengaruh terhadap kualitas laporan BAP reserse. Jika peneliti hanya memilih contoh yang mewakili reserse (sampel), menanyai mereka apakah mereka mempunyai kamar sidik yang tenang atau tidak, kemudian membandingkan kualitas laporan BAP yang mempunyai kamar sidik yang tenang dengan reserse yang tidak, maka ia mungkin akan keliru bahwa adanya kamar sidik yang tenang mengakibatkan kualitas BAP yang baik. Kemungkinan lainnya adalah adanya faktor lain yang ada hubungannya

dengan

tingkat

sosial-ekonomi

yang

dapat

mempengaruhi, baik tata cara sidik reserse maupun kualitas BAP. Lembaga tidak memiliki dana yang cukup, misalnya, mungkin kamar sidik lebih sesak dan kurang memperhatikan ketenangan, jika dibandingkan dengan Lembaga kelas menengah dan kelas atas. Jika peneliti ingin menyesuaikan pengaruh kelas sosial, ia dapat membatasi

Metodologi Penelitian 204

penelitian itu hanya pada subjek dari satu tingkat (antar polsekta saja). Kalau, dalam satu kelas sosial, ia menemukan adanya hubungan antara ketenangan dengan kualitas BAP, maka ia dapat ditarik kesimpulan yang agak lebih meyakinkan bahwa perbedaan kualitas BAP itu disebabkan oleh ketenangan dalam ruang sidik, bukan oleh perbedaan besra dana operasional. Sudah barang tentu, hal ini membuat hasil studi itu hanya dapat digeneralisasikan pada satu tingkat (Sekta) yang dipakai dalam studi itu saja. Kita tidak akan tahu apakah hubungan tersebut juga ada dalam kelas Polresta.

12. Contoh memasukan variabel luar ke dalam desain Andaikan kecerdasan adalah variabel luar yang relevan dan tidak ada cara lain untuk menyesuaikannya, maka kecerdasan dapat dimasukkan ke dalam desain sebagai variabel tambahan, kemudian subjek studi itu dikelompokkan menurut tingkat kecerdasan. Ukuran variabel terikat kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis variansi, sehingga pengaruh utama dan pengaruh interaksi kecerdasan itu dapat ditetapkan. Prosedur semacam ini akan menunjukkan setiap perbedaan signifikan kedua kelompok tersebut pada variabel terikat. Namun, kita tidak dapat membuat asumsi tentang ada hubungan kausal antara variabel kecerdasan dengan variabel terikat. Mungkin ada variabel luar lain yang telah menyebabkan pengeruh utama dan pengaruh interaksi.

C. LATIHAN Dalam membantu menghindarkan kesalahan dalam penelitian ex-post facto adalah penggunaan skor perubahan, pemadanan, analisis kovarian, korelasi parsial, kelompok homogen, dan memasukkan variabel luar ke dalam penyelidikan. Berikan masing-masing contoh.

D. TES FORMATIF 1. Apa yang dimaksud dengan penelitian ex-post facto. 2. Apa kelemahan utama penelitian ex-post facto. 3. Sebutkan syarat penggunaan penelitian ex-post facto.

Metodologi Penelitian 205

4. Jelaskan apa yang dimaksud: (a) penyebab umum, dan (b) variabel bebas yang lain. 5. Apa kelebihan dan kekurangan pemadanan. E. KUNCI 1. Penelitian ex-post facto adalah suatu jenis penelitian tentang hubungan sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau tidak diberi perlakuan oleh peneliti. 2. Kelemahan utama penelitian ex-post facto adalah relatif sulit disimpulkan bahwa suatu variabel benar-benar ada hubungannya dengan suatu variabel lainnya. 3. Syarat penggunaan penelitian ex-post facto adalah (a) hubungan statistik antara X dan Y telah ditetapkan, (b) X terjadi lebih dahulu daripada Y, dan (c) faktor-faktor lain tidak ikut menentukan Y. 4. Yang dimaksud dengan: a. Penyebab

umum

adalah

suatu

variabel

yang

menyebabkan

pemisahan variabel bebas dan variabel terikat. b. Hubungan kausal yang terbalik adalah suatu hubungan yang menyatakan bahwa X (variabel bebas) dipengaruhi oleh Y (variabel terikat). c. Variabel bebas lain adalah suatu variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat, namun hal tersebut bukan variabel yang diperhatikan. d. Kelebihan pemadanan adalah dalam pemisahan subjek menjadi dua kelompok lebih homogen, sedang kekuranganya adalah relatif banyak subjek tidak diperhitungkan dalam penelitian.

Metodologi Penelitian 206

Related Documents

Matematika7-modul10.pdf
August 2019 16