Model Pendidikan Pondok Pesantren.docx

  • Uploaded by: Hilda Nuruzzaman
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Model Pendidikan Pondok Pesantren.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 953
  • Pages: 4
Model Pendidikan Pondok Pesantren, Sejarah dan Perkembangannya (Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam ) Oleh : Witriyatun Hasanah NIM. 05118016 Dilihat dari sejarah, pendidikan islam tertua adalah pondok pesantren. Pendidikan ini mulai tumbuh pada akhir kerajaan Majapahit, yang pola asramanya mengikuti pola padepokan dan pemukiman para Empu dimasa kejayaan Majapahit. Pondok pesantren tumbuh dan berkembang bersama masyarakatnya. Pada mulanya, pondok pesantren lebih menekankan sebagai pusat peribadatan Riadha (pelatihan), penempatan diri atau jiwa, pembangunan karakter dan pusat kegiatan ke masyarakatan. Perkembangan selanjutnya, pondok pesantren melengkapi dirinya dengan pengajaran kitab klasik islam yang terbagi atas beberapa disiplin ilmu, seperti Fiqih, Tauhid, Aqidah, Akhlak, Tafsir, Hadist, ilmu alat-alat Nahu Sorrof dan sebagainya. Bahan jar tadi kitab-kitabnya dipilih oleh kyai untuk diajarkan kepada santri dengan model sorogan dan bandongan. Model pengajaran bandongan dan sorogan adalah jika bandongan kyai membaca kitab dan mengartikan kemudian diikuti oleh para santri untuk menyimak dan memaknainya. Sedangkan sorogan adalah model pengajaran dimana santri secara satu persatu menghadap kyai untuk menyampaikan hasil pelajaran yang telah dipelajari. Keda model ini menggunakan masjid dan musholla sebagai pusat belajar mengajar. Pembaruan pendidikan pesantren Dalam menghadapi perkembangan zaman, Pondok perlu melakukan perubahan untuk menjawab tantangan waktu dan merespon perkembangan masyarakat. Salah satu hal yang dilakukan adalah menambah model belajar dari hanya model sorogan dan bandongan kepada model klasikal. Model ini mempersyaratkan penambahan fasilitas kelas-kelas belajar yang semula hanya di masjid atau musholla proses belajar mengajarnya bergeser ke kelas, dengan kurikulum pelajaran dan tenaga pendidikan yang beragam. dalam model

sorogan dan bandongan guru terbatas, biasanya hanya berpusat pada kyai yang mengajarkan hampir semua bahan ajar. Dalam model kelas memerlukan pengajar yang lebih banyak dengan satuan pendidikan yang diatur sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pendidikan. Disinilah peran pengajar mulai terbagi yang semula terpusat pda kyai, kini diperankan juga oleh para ustad. Semula tidak memerlukan pengaturan tenaga pendidikan, kini memerlukan manajemen pengaturan agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Pembaruan pendidikan di pesantren sekaligus mengikuti trend pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional. Pesantren sebagai asset bangsa harus turut serta mewarnai jalannya pendidikan Nasional, karena itu lulusannya memrlukan pengakuan Pemerintah agar memenuhi standarisasi tenaga pendidikan dan ijazah dapat diakui Pemerintah untuk digunakan sebagai syarat administrasi tenaga pendidikan. Itulah aspek formal yang perlu penyesuaian oleh lingkungan pondok pesantren. Secara substansial pondok pesantren sudah menempuh materi-materi bahan ajar bahkan boleh jadi lebih menonjol dibandingkan pendidikan lainnya, terutama dalam penguasaan materi keagamaan, namun diperlukan pula secara administratif memenuhi standar yang diperlukan pemerintah sehingga mampu menempatkan tenaga pendidik dari pesantren pada jalur-jalur penyelenggaraan pendidikan pemerintah. Pembaruan pendidikan di lingkungan pesantren bukan tanpa hambatan, justru hambatan utama dating dari pemangku pesantren yang belum punya kesiapan wawasan maupun permikiran tentang pembaruan pendidikan pesantren. Karena itu pembaruan justru yang banyak terjadi didorong oleh perkembangan sumberdaya di lingkungan pemangku pondok pesantren, baik karena mereka telah menempuh jalur pendidikan formal ataupun karena terbukaan pemikiran dan kebudayaan dengan pihak luar sehingga wawasannya welcome terhadap perubahan-perubahan yang dating dari luar, sejauh perubahan itu mendorong terwujudnya tujuan pendidikan pesantren. Pada masa yang akan datang, pembaruan pendidikan di pesantren bukan hanya pada lingkup pendidikan keagamaan, melainkan harus terlibat dalam penyelanggaraan pendidikan umum yang menjadi hajat kehidupan masyarakat. Sesungguhnya pemisahan

pendidikan agama dan pendidikan umum dimulai dari penjurusan pada Universitas AlAzhar di Mesir sekitar 1000 tahun yang lalu. Sebelumnya tidaklah terbagi sebagaimana tersebut yaitu ilmu umum dan ilmu agama. Banyak ulama-ulama kita di jaman dulu yang menjadi pakar pada bidang kedokteran seperti Ibnu Sina, dalam bidang sosiologi Ibnu Rusdi, dalam bidang matematika Al-Jabar, Al-Khawarismi dan lain-lain. Hal ini menandakan bahwa ulama jaman dulu kepakarannya mampu melintasi pembagian ilmu agama maupun umum dan melintasi ilmu-ilmu dunia dan akhirat. Bila itu disepakati sebagai model keulamaan, justru pembaruan pesantren haruslah melandaskan hal tersebut sebagai pondasi pembaruan pendidikan pesantren. Kini sudah saatnya pendidikan pesantren bukan hanya sebagai pusat kegiatan belajar agama tetapi menjadi pusat kegiatan belajar kehidupan di dunia dan akhirat. Kekuatan pesantren yang ditopang sebagai gerakan kebudayaan dan sejarahnya yang tumbuh dan berkembang bersama masyarakat sekitar, merupakan kekuatan yang besar untuk melakukan pembaruan tampa meninggalkan akar budayanya. Artinya setiap pembauan bertolak dari kekuatan pesantren itu sendiri, penguasaan terhadap ilmu-ilmu Fardhu’Ain yang kuat menjadi cikal bakal tumbuhnya pengetahuan lanjutan yang berfungsi sebagai ranting bagi pohon pendidikan pesantren. Karena itu, penyiapan sumber daya manusia di lingkungan keluarga ini pondok pesantren tidak bisa ditunda, sejak awal sudah harus dipersiapkan dengan baik agar kelangsungan pendidikan pondok pesantren dapat terjamin. Manajemen Anggaran Pesantren Kebutuhan penting dalam pengelolaan pondok pesantren ketika, memasuki tahap perkembangan yang pesat adalah bagaimana mengelola anggaran dengan baik, efisien, efektif dan professional. Lingkup pesantren yang besar memerlukan dukungan anggaran yang cukup, Karena itu tenaga pengelola anggaran harus dipersiapkan dengan sungguhsungguh, mampu mendeteksi sekecil mungkin hal-hal yang mubadzir, boros dan penyimpangan anggaran. Peran anggaran menentukan bagi kelangsungan kehidupan pondok

pesantren,

pembagian

kerja

manajemen

menyangkut

perencanaan,

pengorganisasian dan pengawasan didorong sinergis dalam mengawal setiap kegiatan pondok pesantren. Manajemen anggaran pesantren, tidak saja bersumber dari iuran wajib para santri maupun kontribusi pihak lain, tetapi harus mampu menggali potensi anggaran dan menjalankan usaha yang mampu menunjang anggaran pesantren. Belakangan sudah dapat disaksikan beberapa pondok pesantren yang melakukan trobosan di bidang anggaran, seperti Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan yang masuk dalam bisnis minimarket dengan brand “Basmalah”, air minum dalam kemasan dengan brand “Santri”. Pondok Modern Ponorogo dengan lembaga wakaf yang mengurus lahan pertanian dan perkebunan. Ini semua menandakan bahwa bidang anggaran hal yang tidak boleh dijadikan sampingan tetapi harus dikelola dengan serius, tenaga yang dipersiapkan khusus tidak merangkap dengan tugas kewajiban lainnya dipesantren. Perlu membangun kerjasama dengan pihak lain yang bergerak dalam bidang ekonomi dan keuangan untuk melakukan trobosan dan inovasi. Potensi anggaran yang belum digali oleh pesantren untuk terus didaya gunakan agar menunjang sumber-sumber keuangan. Pondok Modern Gontor, potong rambut dari ribuan santri dikelola oleh koperasi yang ternyata bisa menghasilkan sumber keuangan yang cukup besar.

Related Documents


More Documents from ""