MAKALAH Memahami Model Froebel Tugas Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-Model Pembelajaran di PAUD Dosen Pengampu: Ibu. Siti Nurjanah M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 4 : 1. Hayati Suraini Asih
(1701030065)
2. Retno Risti Darmawanti
(1701030029)
3. Siti Mar’atun Saleha
(1701030013)
4. Umi Saidah Khoiriah
(1701030036)
Kelas
:B
Semester
: 4 (Empat)
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Pemelihara alam semesta. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabatsahabatnya, tabi’in serta semua pengikut jejaknya dari masa kemasa. Oleh karena itu makalah ini disusun dan diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Dengan maksud untuk dapat dijadikan bahan dan pedoman meningkatkan kualitas pendidik padagradasi yang tinggi maka setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pendidik perlu dilakukan melalui penelitian. Supaya penelitian pendidikan ini dari awal sampai akhir, tantangan dan kesulitan. Namun semua itu dapat di atasi dengan ketabahan, ketekunan. Penulis menyadari makalah ini tidak luput dari segala kekurangan dan kelemahannya , semoga makalah ini dapat memperluas wawasan mahasiswa.
Metro, 29 Febuari 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ......................................................................................................i DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A. LatarBelakang ........................................................................................................ 1 B. RumusanMasalah ..................................................................................................... 1 C. TujuanMasalah ........................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................................. 3 A. Sejarah Friederich Wilhem August Froebel ............................................................ 3 B. Hakikat Pendidikan Froebel .................................................................................... 4 C. Metode Pendidikan Froebel ..................................................................................... 5 D. Prinsip dan Penerapan Pandangan Friederich Wilhem August Froebel .................. 6 E. Konsep Pendidikan Modern Froebel ...................................................................... 8 F. Tujuan Pendidikan Froebel ...................................................................................... 10 G. Unsur Merangsang Kreativitas Anak dalam PAUD menurut Froebel ................... 10 H. Relevansi Pemikiran Friederich Wilhem August Froebel tentang Pendidikan dengan Situasi Pendidikan di Indonesia ............................................... 13 BAB III. PENUTUP .......................................................................................................... 14 A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14 B. Saran ....................................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang, dimana memiliki sasaran yang berperan dalam melaksanakan pembangunan disegala sektor, baik di sektor pendidikan. Dalam menunjang keberhasilan pembangunan di setiap sektor, maka perlunya peranan pendidikan yang menempatkan manusia sebagai kedudukan sentral dalam pembangunan. Pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan di setiap sektor, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan berperan sebagai upaya pencerdasaan, pendewasaan, kemandirian manusia yang dilakukan oleh perorangan, kelompok dan lembaga. Upaya ini dimulai sejak berabad-abad silam, pola pendidikan mengalami kemajuan yang pesat berkat kerja keras para pakar pendidikan terdahulu. Adapun tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh dalam pengembagan pendidikan, khususnya pendidikan prasekolah adalah Friederich Wilhelm August Froebel atau lebih dikenal dengan sebutan Froebel. Tokoh ini menciptakan “garden of children” atau “kindergarden” ( taman kanak-kanak) di Jerman pada tahun 1837. Sekolah unruk anak prasekolah yang dirancang oleh froebel berbeda dari sekolah yang ada sebelumnya. Model rancangan sekolah Froebel di kemudian hari mempengaruhi rancangan sekolah di seluruh dunia. Masing-masing individu merefleksikan keseluruhan dari budaya mereka, sama seperti sebatang pohon yang merefleksikan alam. Froebel memandang pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Ia menggunakan taman sebagai suatu simbol dari pendidikan anak.
B. Rumusan Masalah 1. Jelaskan sejarah dari Friederich Wilhem August Froebel ? 2. Jelaskan hakikat pendidikan Froebel ? 3. Apa saja metode dari pendidikan Froebel ? 4. Jelaskan prinsip dan penerapan pandangan froebel? 5. Jelaskan konsep pendidikan modern froebel? 6. Jelaskan tujuan pendidikan? 7. Sebutkan unsur merangsang kreativitas anak dalam PAUD?
1
C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui sejarah dari Friederich Wilhem August Froebel. 2. Untuk mengetahui hakikat pendidikan Froebel. 3. Untuk mengetahui metode dari pendidikan Froebel. 4. Untuk mengetahui prinsip dan penerapan pandangan froebel. 5. Untuk mengetahui konsep pendidikan modern froebel. 6. Untuk mengetahui tujuan pendidikan. 7. Untuk mengetahui unsur merangsang kreativitas anak dalam PAUD.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Friederich Wilhem August Froebel Froebel lahir pada tahun 1782 di Oberweiszbach (Jerman). Ia berkarya sampai 1852. Froebel merupakan salah seorang tokoh pendidikan anak yang banyak memberikan pengaruh dalam pemikiran baru (modern) dalam pengembangan anak usia dini, khususnya taman kanak-kanak. Usaha froebel yang dibanggakan adalah sebagai penggagas taman kanak-kanak atau kindergarten- chidren’s gardens dan beliau dikenali sebagai father of kindergarten. Walaupun Froebel banyak mempelajari visi kependidikan Pestalozzi, namun Froebel banyak memberikan critical thinking pada sekolah Pestalozzi terutama dari segi kurangnya keterpaduan model pelaksanaan pembelajaran.
Pola
pendidikan
demokratis
yang
dikembangkannya
banyak
menimbulkan konfrontasi dengan pihak pemerintah sehingga ia dianggap sebagai pemberontak. Frederich Wilhelm Froebel (1782 - 1852) menciptakan "Kindergarten" atau taman kanak-kanak, oleh karena itu ia dijadikan sebagai "bapak PAUD". Pandangan Froebel terhadap pendidikan dikaitkan dengan hubungan individu, Tuhan dan alam. Ia menggunakan taman atau kebun milik anak di Blankenburg Jerman, sebagai milik anak. Bermain merupakan metode pendidikan anak dalam "meniru" kehidupan orang dewasa dengan wajar. Kurikulum PAUD dari Froebel meliputi : 1. Seni dan keahlian dalam konstruksi, melalui permainan lilin dan tanah liat, balokbalok kayu, menggunting kertas, menganyam, melipat kertas, meronce dengan benang, menggambar dan menyulam. 2. Menyanyi dan kegiatan permainan. 3. Bahasa dan Aritmatika.1 Pada tahun 1837 Froebel pindah ke Blankenburg, (Jerman) dan membuka Pendidikan Prasekolah yang beliau membuat konsep tentang kotak kubus (gifts), permainan-permainan, lagu-lagu, cerita, kerajinan tangan, sebagai sarana belajar bagi anak-anak prasekolah. Dan pada tanggal 28 juni 1840 Froebel membuka sekolah taman 1
Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini,. Kencana, 2011, hlm: 34
3
kana-kanak yang pertama ditandai dengan adanya sebidang tanah dilingkungan sekolah yang dipakai sebagai tempat anak-anak bercocok tanam dan memelihara tananaman. Walaupun banyak tantangan (sampai ditutupnya lembaga pendidikan ini) tidak membuat Froebel patah semangat sehingga ia berniat untuk mengembangkan citacitanya di Amerika. Namun sebelum cita-cita ini terealisasi ia meninggal pada tahun 1852. Menurut Froebel guru bertanggung jawab dalam membimbing, mengarahkan agar anak menjadi kreatif, dengan kurikulum terencana dan sistematis. Guru adalah manajer kelas yang bertanggung jawab dalam merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, membimbing, mengawasi, dan mengevaluasi proses ataupun hasil belajar. Tanpa program yang sistematis penyenggaraan PAUD bisa membahayakan anak.
B. Hakikat Pendidikan Froebel Menurut Froebel yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa yang memimpin atau menuntun manusia kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan apa yang menghantar manusia pada kesadaran diri yang lebih mendalam menuju sesuatu yang murni, tak bercela (segi afeksi dari manusia). Dalam hubungan dengan itu Froebel menyajikan empat prinsip mendasar yang perlu diperhatikan dalam pendidikan. Pertama, bahwa perkembangan alamiah menyatakan dirinya dalam perkembangan individu dan harus ditunjukkan dalam pengajaran tentang ilmu pengetahuan, kemanusiaan dan agama. Kedua, pendidikan harus diatur demi harmonisnya dengan perkembangan alam yang natural dari anak-anak. Ketiga, pendidikan harus membuka dan mengembangkan keseluruhan pribadi manusia, agama seharusnya diajarkan dalam rangka mengolah emosi, alam harus dipelajari sebagai pewahyuan diri Allah dan matematika harus diapresiasikan sebagai simbol hukum universal. Bahasa juga menghubungkan manusia dengan hukum dan ritme benda-benda dan harus menjadi bagian dari pendidikan. Keempat, seni harus diajarkan karena merupakan talenta umum manusia dan dapat menghadirkan keharmonisan dalam diri manusia.2
2
(https://sheismariyati.blogspot.com) hal 5-6, di unduh pada 15-03-2019.11.40
4
C. Metode Pendidikan Froebel Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan individu. Dalam tahapan permulaan dia mengajarkan agar seharusnya menggunakan metode yang memungkinkan ekspresi spontan dalam diriindividu. Sedangkan pada tahapan akhir dapat digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan perkembangan individu. Dengan demikian dalam dunia anak-anak metode harus disesuaikan dengan sifat atau dunia anak. Dalam hubungan dengan konteks anak-anak, perlu diperhatikan perkembangan yang mengarahkan anak pada suatu kesadaran diri dalam suasana bebas, dimana seorang individu dibiarkan untuk menunjukkan, mengekspresikan yang ada dalam dirinya dengan bebas. Menurut Froebel permainan merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini. Dalam pendidikan ini Froebel kemudian menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang terencana dan sistematis. Bagi dia yang menjadi dasar bagi kurikulum tersebut adalah gift dan occupation pemberian yang menyediakan permainan-permainan dan usaha, kerja yang bisa dibuat dengan permainan yang ada. Gift adalah obyek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak sesuai dengan intruksi dari guru dan dengan demikian anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran warna serta konsep
yang
diperoleh
melalui
menghitung,
mengukur,
membedakan
dan
membandingkan. Sedangkan, Occupation adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan berbagai variasi keterampilan, yang utama adalah psikomotor, melalui aktivitas semacam menjahit dengan papan jahitan, membuat bentyk dengan mengikuti titik, membentuk lilin, menggunting bentuk, menggambar, menenun, menempel dan melipat kertas. Atas cara ini Froebel yakin bahwa bermain merupakan cara belajar yang penting bagi anak-anak. Karena lewat gift dan occupation seorang anak akan mengusahakan diri yang tentu saja diawasi ke arah pengekspresian diri yang bebas demi mencapai perkembangan diri, ketetapan karakter dan kesadaran diri. Sarana yang digunakan oleh Froebel adalah kotak kayu yang berjumlah 6 buah, dengan masing-masing kotak berisi barang-barang dengan berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Ada 6 gift, yaitu: a. Gift 1, kotak kayu berisi 6 bola dari benang wol berwarna merah, kuning, biru, jingga, hijau, dan ungu. Enam buah jaruh, sepotong belebas kayu pendek yang
5
sudah dilubangi kemudian anak belajar tentang konsep warna (dasar dan sekunder) dan belajar melakukan sesuatu dengan benda-benda tersebut. b. Gift 2, sama dengan gift sebelumnya tetapi benang wol diganti dengan bendabenda yang bentuknya berbeda-beda, ada silinder, kubus dan bola. Anak belajar sifat khas setiap benda dan vara memanfaatkannya secara kreatif melalui bermain terpimpin bersama guru. c. Gift 3, terdiri dari delapan kotak kubus yang sama besarnya yang membnetuk sebuah kotak kubus yang besar. Anak belajar menghitung, belajar tentang hubungan antara bagian dan keseluruhan. d. Gift 4, sebuah kotak yang terbangun dari empat balok persegi panjang. Dua kubus yang sama besar, empat balok persegi empat. Anak belajar walaupun benda-benda tersebut tidak sama bentuk dan ukurannya tetapi dapat membentuk satu kesatuan yaitu kubus yang besar. e. Gift 5, bentuk kubus masih ada tetapi kali ini bentuknya lebih majemuk, terdiri dari kubus, kubus yang dipotong menjadi dua agar membentuk dua buah segitiga, kubus lain yang dipotong membentuk empat segitiga . anak belajar tentang hubungan-hubungan yang semakin rumit dan kompleks. f. Gift 6, kotak berbentuk kubus tetapi bagian-bagiannya tidak lagi kubus atau bagian-bagian yang dapat dijadikan kubus. Menuntut pemahaman dan keterampilan anak.
Sarana untuk Occupation adalah: kertas lipat, gunting, lem, bentuk-bentuk geometri, papan jahitan, roncean, pensil, dll.
D. Prinsip dan Penerapan Pandangan Frederich Wilhelm Froebel Terdapat 3 prinsip didaktik yang dikemukakan oleh Froebel, yaitu : 1. Otoaktivitas, kegiatan yang dilakukan anak sendiri atau bersifat individualisasi. Anak didik pada dasarnya merupakan individu yang aktif. Bila anak belum menunjukkan aktivitas perlu di dorong untuk aktif sehingga dapat melakukan berbagai kegiatan (pekerjaan) yang produktif.
6
2. Kebebasan, tidak dibatasi
dinding massif,
perlu lingkungan terbuka.
Autoaktivitas anak akan tumbuh dan berkembang jika pada anak diberikan kesempatan sesuai potensinya masing-masing. Melalui suasana bebas atau merdeka, anak akan memperoleh kesempatan mengembangkan daya fantasi atau khayalnya, terutama daya cipta untuk membentuk sesuatu dengan kekuatan fantasi anak. 3. Pengamatan, terhadap alam sekitar melalui eksplorasi dan keingintahuan. Kegiatan ini dimaksudkan terutama dalam mengembangkan seluruh indra anak. Froebel percaya bahwa situasi pembelajaran bagi anak usia dini harus lah mencerminkan unsure 3 F yaitu: 1. Fridge (perdamaian) dalam pergaulan anak, pendidik dan orang disekitar. 2. Frevde (kegembiraan) selama proses pembelajaran 3. Frobeit (kemerdekaan) adanya kebebasan dalam situasi dan kondisi “iklim” pendidikan yang kondusif.3 Pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini dianggap baik, apabila: 1. Pengalaman belajar anak hendaknya dirancang melalui suatu kegiatan yang berpusat pada anak dengan menyiapkan lingkungan yang dapat mendorong proses belajar melalui kegiatan eksplorasi dan penemuan. 2. Orang tua dan guru sebaiknya bekerja sama dalam hal mendukung anak memperoleh pengalaman. 3. Anak diberi kesempatan untuk mendapat berbagai pengetahuan dan kegiatan yang lebih komplek. 4.
Anak belajar menyukai buku dan mampu berbahasa dengan caranya sendiri melalui aktifitas bercerita.
5. Anak harus belajar bahwa jawaban atas suatu persoalan tidak hanya satu jawaban yang benar. 6. Kegiatan yang dapat mendukung perkembangan motorik kasar dan halus yang bervariasi. 7. Tahapan perkembangan membaca dan menulis harus diberikan melalui pengalaman nyata melalui suatu peristiwa 3
(https://www.academia.edu) hal 3, di unduh pada 15-03-2019.11.47
7
Selanjutnya Froebel berpendapat bahwa terdapat 3 prinsip yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anak usia dini: 1. The gifis, adalah sejumlah benda yang dapat diraba dan dimainkan oleh anak-anak dengan cara-cara tertentu 2. The occupation, adalah serangkaian kegiatan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi artistik. 3. The motherx play, adalah lagu-lagu dan permainan atau games yang dirancang khusus untuk kegiatan sosial dan pengalaman anak terhadap alam sekitarnya. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang cukup besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Apabila anak mendapatkan pengasuhan yang tepat, maka seerti halnya tanaman muda akan berkembang secara wajar mengikuti hukumnya sendiri. Pendidikan taman kanak-kanak harus mengikuti sifat dan karakteristik anak. Bermain dipandang sebagai metode yang tepat untuk membelajarkan anak, serta merupakan cara anak dalam meniru kehidupan seorang dewasa disekelilingnya.4
E. Konsep Pendidikan Modern Froebel Dalam perwujudan tentang konsep pendidikan modern, Froebel merumuskan tiga fase pendidikan, dengan pendekatan ilmu jiwa. Dalam dasar ilmu jiwa ini Froebel tidak memberikan batas-batas umur tertentu. Ia hanya memakai tiga tahap yaitu masa bayi, masa kanak-kanak dan masa tanggung. Selain itu, hal itu dikatakan Froebel karena perkembangan menurut Froebel terjadi bukan karena umur tetapi apabila seorang anak sudah dapat memenuhi kebutuhan baik itu sebagai anak maupun sebagai orang dewasa. Alasan lain Froebel tidak memakai batas-batas umur tertentu adalah setiap tahap yang diberikan Froebel mempunyai ciri khas tertentu. Ada tiga tahap perkembangan yaitu, sebagai berikut :
4
Hashim dan Chelah, Panduan Pendidikan Prasekolah, PTS Publication & Distributors, Kuala Lumpur, 2003, hlm: 50
8
a. Tahap Bayi ( masa ketergantungan) Pada bagian ini Froebel menamakannya sebagai tahap “ Pendahuluan” bagian dasar pendidikan. Pada tahap ini orang tua dituntut untuk aktif dan orang tua harus memperhatikan bayi sebelum bayi menunjukan tindakan atau gerakan seperti menangis, hal itu perlu dilakukan untuk sang bayi agar terjadi kesatuan baru yaitu pertumbuhan batin dimana sang bayi akan menghormati orang yang ada disekitarnya. Pada tahap perkembangan ini bayi juga dinamakan saungling yaitu menghisap (oral), oleh karena itu orang yang berada disekitar bayi tersebut mampu mengembangkan lingkungan yang sehat, aman, menarik dan murni. Selain itu Froebel juga sangat menekankan bahwa setiap gerakan bayi haruslah diperhatikan mulai dari bayi tersebut tersenyum, sedang diam, dan juga saat bayi tersebut ada dalam pangkuan ibu. b. Masa kanak-kanak (masa permulaan pendidikan) Froebel mengatakan bahwa tahap ini merupakan masa permulaan pendidikan, karena pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan kata benda. Namun demikian, kata yang pertama diucapkan anak tersebut biasanya sedikit salah dan merupakan kewajiban orang tua atau pendampingnya untuk memperbaiki perkataan tersebut dengan mengucapkan kata yang disebutkan anak tersebut dengan benar. Selain pengucapan, Froebel juga menekankan mengenai bermain, karena menurut Froebel bemain merupakan proses dimana perkembangan kepribadian sedang terjadi oleh karena itu ruang gerak anak tidak boleh dibatasi karena apabila kegiatan seorang anak dibatasi maka itu sama dengan mengikat nalar anaknya karena ia tidak bebas untuk menjelajahi lingkungannya. c. Masa anak tanggung ( masa untuk belajar) Dalam bagian ini anak sudah mulai mendapat pendidikan secara formal dan sistematis baik itu dibawah bimbingan guru maupun dibawah bimbingan orang tua. Dalam tahap ini, Froebel juga menekankan bahwa anak mempunyai kecenderungan untuk mengerjakan sesuatu alangkah baiknya jika orang tua memperhatikan apa yang dikerjakan anak dan memberikan dukungan dan apabila pekerjaan tersebut selesai maka orang tua selayaknya memuji pekerjaan anak
9
tersebut. Dalam tahap ini juga anak sudah mulai berhubungan dengan orang-orang disekitarnya.
F. Tujuan Pendidikan Froebel Tujuan pendidikan menurut Froebel adalah perkembangan menyeluruh dari individu. Semua daya individu, dan harmoni internal individu, sebagaimana relasi harmonis dengan alam, masyarakat dan Tuhan. Pendidikan seperti yang dimaksudkan oleh Froebel ini adalah untuk mengembangkan keutuhan anak-anak tanpa pemaksaan melainkan anak-anak dibantu untuk menumbuh kembangkan sendiri talenta-talentanya yang tersembunyi dalam dirinya lewat pengawasan yang ada. Dengan demikian anakanak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri lewat metode yang ada untuk membentuk diri yang memungkinkan dia tetap dalam karakternya ketika berhadapan dengan berbagai situasi yang ada di lingkungannya, sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan yang baru. Froebel merumuskan tujuan umum pendidikan adalah membimbing anak didik untuk semakin sadar akan jati diri, bertumbuh dalam pengetahuan dan pengertian, juga menghargai perasaanya sebagai cara mengetahui yang berlaku, supaya ia dapat memecahkan masalah-masalah secara tangkas, bermoral dan adil terhadap diri sendiri, sesamanya dan dunia alam, serta bisa bermanfaat di masyarakat. Semua itu dilaksanakan berdasarkan bakat setiap pelajar dan keinginannya untuk memprakarsai pelajarannya. Dengan kata lain, tujuan pendidikan menurut Froebel adalah untuk mendorong dan membimbing manusia sebagai dasar, berfikir dan memahami menjadi sedemikian rupa sehingga ia menjadi representrasi murni dan pilihan pribadinya sendiri. Pendidikan harus menunjunkan kepadanya cara dan makna mencapai tujuan tersebut.
G. Unsur Merangsang Kreativitas Anak dalam PAUD menurut Froebel Menurut Froebel tentang anak dan pendidikan sebagian berdasar pada apa yang dikemukakan oleh Comenius dan Pestalozzi. Menurut Froebel, peran pendidikan adalah mengamati proses kedewasaan alami anak dan memberikan kegiatan yang membuat mereka mempelajari apa yang siap mereka pelajari ketika mereka siap mempelajarinya. Froebel sengaja mendesain pola pembelajaran bagi anak usia dini tidak mengutamakan
10
materi baca, tulis, hitung (calistung)., tetapi dia menekankan pada unsur bermain untuk merangsang kreativitas anak. Disamping itu bermain juga dimaksudkan agar anak berpikir kontruktif. Froebel memandang anak sebagai individu yang pada kodratnya bersifat baik. Sifat yang buruk timbul karena kurangnya pendidikan atau pengertian yang dimiliki oleh anak tersebut. Setiap tahap perkembangan yang dialami oleh anak harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh. Anak memiliki potensi, dan potensi itu akan hilang jika tidak dibina dan dikembangkan. Froebel menginginkan pendidikan yang harmonis, karena menurut pandangannya mendidik merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan manusia secara utuh. Sesuai dengan pandangannya, Froebel berkeyakinan bahwa jika seorang dewasa mampu memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan mendirikan sebuah “taman” yang membantu anak berkembang secara optimal, maka anak akan berkembang secara wajar. Ia menggunakan “taman” sebagai simbol dari pendidikan anak. Hal ini di lakukan karena anak usia dini ibarat kaset kosong yang mampu merekam apa saja yang mereka terima. Karena itu, Froebel mendesai materi bermain dalam belajar dan memperkenalkan dengan bernyanyi pola pembelajaran untuk usia dini di sejumlah negara maju, tetap meletakkan bermain sebagai fungsi utama pembelajaran. Anak di biarkan mengenal fenomena yang ada lewat bermain. Pola pembelajaran yang ditanamkan melalui kondergarten seperti: 1. Mempelajari matematika melalui permainan Saat berbaris misalnya, anak yang bertubuh tinggi diminta berada di bagian belakang, sebaliknya yang bertubuh lebih pendek di depan. Pola ini memberikan pemahaman bagi anak untuk mulai belajar matematika sambil bermain. 2. Memahami perbedaan semenjak dini Taman kanak-kanak (TK) umumnya tidak menggunakan seragam. Secara psikologi perkembangan, pola ini bertujuan agar anak mulai dapat memahami tentang perbedaan semenjak dini. Ada yang berbeda antara dirinya dan orang lain.
11
3. Memperkuat sikap ego anak Pola lain yang diterapkan adalah memperkuat sifat ego anak. Kebanyakan orang tua memasukan anaknya ke TK bertujuan agar si anak mempu bersosialisasi. Padahal, dalam anak usia dini yang harus di perkuat adalah ego anak. Anak harus dididik berkata “inilah aku’ bukan “inilah kami”. Kepercayaan diri yang tumbuh sejak dini berdampak pada kemandirian di masa mendatang. Anak baru belajar bersosialisasi ketika dia masuk sekolah dasar (SD), karena saai itu otaknya sudah mulai berkembang dan emosinya mulai tumbuh. 4. Pelajaran musik untuk kecerdasan anak Yang tak kalah pentingnya dalam pembelajaran anak usia dini adalah dengan memberikan pelajaran musik. Dengan musik, nak mengenal pola ketukan yang merupakan bantuan tersendiri bagi pengembangan kecerdasan anak. 5. Merusak pola Program semacam ini sangat di anggap tabu di Indonesia. Padahal, sejumlah negara, “merusak pola” (break the pattem) sudah menjadi salah satu materi yang diberikan pada usia dini. Dengan membiarkan anak melukis langit warna kuning, gunung berwarna merah, atau laut berwarna orange, sejatinya bertujuan mengembangkan imajinasi anak, sebab dalam usia dini imajinasi anak sedang berkembang. Anak juga sebaiknya dibiarkan berkhayal semaunya. Tidak perlu di kekang, apalagi di dikte dengan satu pola tertentu. Hal ini agar anak memiliki mimpi untuk masa depannya. Tentunya, orang tua harus membimbing anak agar khayalannya itu bisa di arahkan pada hal positif dan bisa diwujudkan. 6. Bercerita atau mendongeng Salah satu cara yang juga efektif dilakukan dalam perkembangan anak usia dini adalah dengan mendongeng. Pola ini juga dilakukan untuk meningkatkan imajinasi anak. Biarkan anak-anak berkhayal kalau gajah itu bisa terbang, kelinci bisa bicara, atau singa itu memakai mahkota karena dia raja hutan.5
5
Masitoh, Dra, dkk, Pendekatan Belajar Aktif di Taman kanak-Kanak, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Jakarta, 2005, hlm 65
12
H. Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Floebel Kelebihan dan kekurangan teori ini dalam aplikasinya terhadap proses pembelajaran adalah: a. Kelebihannya, dapat menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri, serta membantu siswa memahaami bahan belajar secara lebih mudah. b. Kekurangnya, teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan sulit dipraktikkan, khususnya di tingkat lanjut, beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamanya masih belum tuntas.
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Froebel lahir pada tahun 1782 di Oberweiszbach (Jerman). Ia berkarya sampai 1852. Froebel merupakan salah seorang tokoh pendidikan anak yang banyak memberikan pengaruh dalam pemikiran baru (modern) dalam pengembangan anak usia dini, khususnya taman kanak-kanak. Usaha froebel yang dibanggakan adalah sebagai penggagas taman kanak-kanak atau kindergarten- chidren’s gardens dan beliau dikenali sebagai father of kindergarten. Menurut Froebel yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa yang memimpin atau menuntun manusia kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan apa yang menghantar manusia pada kesadaran diri yang lebih mendalam menuju sesuatu yang murni, tak bercela (segi afeksi dari manusia). Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan individu. Dalam tahapan permulaan dia mengajarkan agar seharusnya menggunakan metode yang memungkinkan ekspresi spontan dalam diriindividu. Sedangkan pada tahapan akhir dapat digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan perkembangan individu. Terdapat 3 prinsip didaktik yang dikemukakan oleh Froebel, yaitu : Otoaktivitas, Kebebasan, pengamatan. Dalam perwujudan tentang konsep pendidikan modern, Froebel merumuskan tiga fase pendidikan, dengan pendekatan ilmu jiwa. Dalam dasar ilmu jiwa ini Froebel tidak memberikan batas-batas umur tertentu. Ia hanya memakai tiga tahap yaitu masa bayi, masa kanak-kanak dan masa tanggung. Menurut Froebel tentang anak dan pendidikan sebagian berdasar pada apa yang dikemukakan oleh Comenius dan Pestalozzi. Menurut Froebel, peran pendidikan adalah mengamati proses kedewasaan alami anak dan memberikan kegiatan yang membuat mereka mempelajari apa yang siap mereka pelajari ketika mereka siap mempelajarinya.
14
B. Saran Mahasiswa dapat memahami teori dari Froebel sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori tersebut ketika mereka memasuki dunia kerja sebagai pendidik. Di harapkan setelah memahami teori-teori tersebut khususnya orang tua dapat mendidik dan menstimulasi perkembangan anak sejak usia dini dengan optimal. Sedangkan pemerintah diharapkan mampu memperbaiki kurikulum di Indonesia serta memberikan fasilitas pendidikan yang memadai bagi pendidikan yang lebih baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Masitoh, Dra, dkk, (2005) Pendekatan Belajar Aktif di Taman kanakKanak, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta Hashim dan Chelah. (2003). Panduan Pendidikan Prasekolah. Kuala Lumpur: PTS Publication & Distributors Sdn. Bhd Yus, Anita.(2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana (https://sheismariyati.blogspot.com) di unduh pada 15-03-2019.11.40 (https://www.academia.edu) di unduh pada 15-03-2019.11.47
16