KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya atas terselesaikan penyusunan diktat petunjuk praktikum Parasitologi I. Diktat ini disusun untuk memperlancar penyelenggaraan praktikum Parasitologi Iyang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan
mahasiswa
dalam
bekerja
di
laboratorium
sekaligus
memantapkan wawasan mahasiswa terhadap bidang analisa yang telah diperoleh secara teoritik dalam perkuliahan. Laboratorium selalu berusaha untuk mengatasi segala kendala pada saat persiapan dan pelaksanaan
praktikum.Tim
penyusun
mengharapkan
masukan-masukan
terhadap
kekurangan yang ada.Seiring dengan terselesainyapenyusunan diktat ini, dengan penuh rasa hormat, kesungguhan, dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberi saran dan perhatian.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada institut ilmu kesehatan (IIK) Bhakti Wiyata yang mengijinkan penertiban diktat ini.
Tim penulis
D4 Analis Kesehatan
VISI Membentuk lulusan yang unggul, berkualitas, profesional, terampil di bidang laboratorium medik khususnya quality control dan validasi hasil laboratorium secara analitik yang mampu bersaing di tingkat nasional di tahun 2021.
MISI 1. Menyelenggarakan dan mengembangkan program pendidikan Diploma 4 Analis Kesehatan sesuai kompetensi yang berorietasi perkembangan IPTEK di bidang laboratorium medik yang berkesinambungan terutama dalam bidang quality control dan validasi hasil labortorium secara analitik 2. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan bidang keilmuan dan kebutuhan masyarakat dalam peningkatan kesehatan masyarakat. 3. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian ilmiah untuk mengembangkan ilmu dan teknologi Analis Kesehatan terutama dalam bidang quality control dan validasi hasil labortorium secara analitik. 4. Menjalin kerja sama secara berkelanjutan dengan lembaga pendidikan, lembaga pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
D4 Analis Kesehatan
PENGANTAR PARASITOLOGI Parasitologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari antara organisme parasit dan lingkungan tempat hidupnya. Parasit adalah organisme yng hidup bergantung pada organisme lain (hospes) dan memperoleh nutrisi darinya secara langsung, tanpa memberikan keuntungan untuk hospesnya. Parasit dikategorikan sebagai endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit merupakan organisme yang hidup di dalam tubuh hospesnya, seperti Ascaris lumbricoides, Entamoeba coli, dll. Ektoparasit merupakan organisme parasit yang menginfeksi permukaan tubuh hospesnya tanpa memasuki jaringan tubuh. Beberapa ektoparasit hanya berperan sebagai vektor, yang membawa parasit dalam tubuhnya untuk ditransmisikan ke dalam tubuh hospes. Hospes merupakan organisme yang mengandung organisme parasit dan memberikan nutrisi serta tempat berkembang. Beberapa tipe hospes antara lain: 1. Hospes definitif, hospes yang mengandung fase dewasa dari parasit dan melakukan perkembangan secara seksual. Hospes definitif dapat berupa manusia dan selain manusia, seperti nyamuk Anopheles yang menjadi hospes definitif spesies Plasmodium. 2. Hospes perantara, hospes yang mengandung fase aseksual dari parasit. Manusia berperan sebagai hospes perantara pada penyakit malaria. Hospes perantara berperan penting dalam perkembangan fase hidup parasit dalam siklus hidup. Beberapa spesies parasit membutuhkan lebih dari satu hospes perantara untuk melengkapi fase larva dalam siklus hidupnya. 3. Hospes reservoir, hospes yang mengandung parasit dan berperan penting dalam penularan dan sumber infeksi pada hospes lainnya. 4. Hospes paratenik, hospes yang mengandung parasit, namun di dalam tubuh hospes tersebut parasit tidak dapat berkembang melengkapi siklus hidupnya. Hospes paratenik dapat berperan dalam transport atau pembawa parasit.
Dalam parasitologi, terdapat tiga cabang ilmu lainnya, antara lain helminthologi, protozoologi, dan entomologi. Helminthologi merupakan cabang imu parasitologi yang mempelajari tiga kelas cacing parasit yang menginfeksi manusia maupun hewan. Kelas cacing tersebut antara lain Nematoda, Cestoda, dan Trematoda. D4 Analis Kesehatan
D4 Analis Kesehatan
HELMINTHOLOGI KELAS NEMATODA CIRI – CIRI UMUM 1. Tubuh tak bersegmen 2. Bentuk bulat panjang dan bilateral simetrik 3. Tubuh tertutup kutikulum 4. Mempunyai rongga badan 5. Sistem Pencernaan lemgkap 6. Sistem syaraf dan ekskresi belum sempurna 7. Sistem reproduksi terpisah (diecious uniseksual) KLASIFIKASI NEMATODA
1) Nematode usus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ascaris lumbricoides Strongyloides stercoralis Necator americanus Ancylostoma deudenale Trichinella spriralis Entrobius vermicularis Trichuris trichiura
2) Nematode darah dan jaringan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Wuchereria bancrofti Brugia malayi Brugia timori Loa-loa Onchocherca volvulus Dracunculusmedinensis Mansonella ozzardi
D4 Analis Kesehatan
1. Cacing Nematoda Usus a) Ascaris lumbricoides Klasifikasi ilmiah :
Jantan
Kingdom : Animalia Fulum
: Nematoda
Kelas
: Secernentea
Ordo
: Ascaridida
Famili
: Ascarididae
Genus
: Ascaris
Spesies
: A. lumbricoides
Nama Populer
: Roundworm, cacing gelang, cacing bulat
Nama Penyakit
Askariasis
Hospes
Manusia
Distribusi geografik Kosmopolit Morfologi
1. Bentuk silindris/gilig
Cacing Dewasa
2. Kepala & ekor lancip 3. Kutikula bergaris-garis melintang 4. Mulut mempunyai 3 buah bibir: 1 bibir dorsal dengan 2 papil peraba dan 2 bibir ventrolateral dengan 1 papil peraba 5. Cacing dewasa ♂ : panjang 15-31 cm, diameter 2-4 mm, ekor melingkar, memiliki 2 spikula Cacing dewasa ♀ : panjang 22-35 cm, diameter 3-6 mm, ekor lurus, pada 1/3 bagian anterior memiliki cincin kopulasi, uterus 2/3 posterior
Telur
6. Cacing betina mengandung ± 27 juta telur dan mampu bertelur ± 200.000 butir tiap harinya. 7. Berdasarkan jumlah lapisannya, terdapat 2 jenis telur : a. Telur corticated : Memiliki 3 lapisan, dariluar
D4 Analis Kesehatan
Betina
ke dalam : albumin, hyaline, vitteline b. Telur decorticated : Memiliki 2 lapisan, karena lapisan albumin terlepas. 8. Berdasrkan terjaditidaknya pembuahan. a. Telur fertile : Ukuran ± 60 x 45 mikron, oval, dinding tebal, corticated atau decorticated, berisi embrio. b. Telur infertile : Ukuran ± 90 x 40 mikron, bentuk bulat lonjong atau tidak teratur, corticated atau decorticated, dalamnya bergranula. 9. Telur fertile berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu 3 minggu.Telur berkembang baik pada tanah liat, tingkat kelembaban tinggi dan suhu antara 25o – 30oC. Larva
1. Larva bentuk infektif menetas di usus halus. 2. Larva memasuki siklus paru sebelum menetap di usus halus.
Patologi Klinis
1. Larva dapat menyebabkan sindrom Loeffler, bronkopneumonia (pada saat siklus paru). 2. Cacing dewasa menyebabkan gangguan ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. 3. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi malabsorbsi. 4. Cacing dewasa dapat menyebabkan ileus obstruktif 5. Infeksi ektopik (infeksi ditempat tidak biasa, seperti apendiks, peritoneum, saluran empedu, trakea)
Diagnosis
1. Ada telur dalam tinja 2. Cacing dewasa keluar dari mulut, hidung atau tinja
D4 Analis Kesehatan
3. Larva dalam sputum Terapi Pengobatan
Piperazin sitrat, pirantel pamoat, mebendazol dan albendazol
Gb. Siklus hidup Ascaris lumbricoides
Gb. Mulut Ascaris lumbricoides
Telur fertilized/dibuahi
D4 Analis Kesehatan
Gb. Cacing Ascaris lumbricoides
Telur infertilized/tidak dibuahi
Kulit tak berwarna
Dinding tipis
Lap.albumin berwarna coklat
Lap.albumin tak teratur
Mengandung sel telur
Sel telur altropi
Rongga udara +
Rongga udara -
Gb. Telur fertil dan infertil Ascaris lumbricoides
D4 Analis Kesehatan
b) Strongyloides stercoralis Klasifikasi ilmiah : Kingdom : Animalia Filum
: Nematoda
Kelas
: Secernentea
Ordo
: Rhabditida
Famili
: Strongyloididae
Genus
: Strongyloides
Spesies
: S. stercoralis
Nama Populer : Cacing benang, threadworm Nama penyakit
Strongiloidiasis
Hospes
Manusia
Distribusi geografik Terutama terdapat di daerah tropik dan subtropik, sed angkan di daerah yang dingin jarang ditemukan Morfologi
Cacing Dewasa
Terdapat 2 macam bentuk :
Bentuk parasit
Bentuk bebas (non parasit)
Cacing dewasa bentuk parasit : panjang ± 2 mm, filiform, halus, tidak berwarna, berkembang secara parthenogenesis, hidup di mukosa usus
Cacing dewasa bentuk bebas ♂ : panjang 1 mm, esophagus
pendek dewasa 2 bulbus, ekor
melingkar dengan spikulum
Cacing dewasa bentuk bebas ♀ : panjang 1 mm, esophagus pendek dengan 2 bulbus, ekor lurus.
Telur
Telur berkembang biak pada tanah gembur, berpasir, dan humus
Larva
Larva rabditiform Panjang ± 225 mikron Ruang mulut terbuka, pendek dan lebar
D4 Analis Kesehatan
Esophagus dengan 2 bulbus (bulbus esofagus) Ekor runcing
Larva filariform Panjang ±700 mikron Langsing, tanpa sarung Ruang mulut tertutup Esophagus menempati ½ panjang badan dan tidak memiliki bulbus esofagus lagi Bagian ekor berujung tumpul berlekuk.
Larva rabditiform akan menjadi bentuk filariform dan menjadi stadium infektif karena dapat menginfeksi hospes dengan cara menembus kulit.
Larva filariform di lingkungan dapat pula menjadi bentuk dewasa yang bersifat non-parasitik dan berkembangbiak sehingga menghasilkan telur dan larva rabtifirom.
Larva S. Stercoralis berperan selama siklus langsung dan siklus tidak langsung. Siklus langsung terjadi ketika larva rabtifirom yang keluar dari hospes
berubah menjadi larva
filariform dan secara langsung menginfeksi hospes yang baru dengan cara menembus kulit. Sedangkan siklus tidak langsung melibatkan bentuk non-parasitik, dimana pada lingkungan, larva filariform tidak dapat menginfeksi hospes yang
baru
sehingga
akan
melanjutkan
perkembangbiakan menjadi cacing dewasa di luar hospes.
Cacing
dewasa
tersebut
akan
menghasilkan telur, dan pada akhirnya akan berubah menjadi larva filariform yang infektif. Patologi Klinis
Stadium larva : Kulit : cutaneus larva migrans
D4 Analis Kesehatan
Paru-paru : pneumonitis, bronkopneumonia
Stadium dewasa : hiperinfeksi, autoinfeksi, hipereosinofilia, hepatitis, ileus paralitik
Diagnosis
Telur dalam tinja Larva dalam tinja, biakan feses dengan metode Harad a Mori, atau aspirasi duodenum
Terapi
Tiabendazol, pirvinium pamoat
Gb. Siklus hidup Strongyloides stercoralis
D4 Analis Kesehatan
Gb. cacing Strongyloides stercoralis non-parasit
D4 Analis Kesehatan
c)
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Kingdom
: Animalia
Filum
: Nematoda
Kelas
: Secernentea
Ordo
: Strongiloidae
Famili
: Ancylostomatidae
Genus
: Necator/Ancylostoma
Spesies
: Necator americanus Ancylostoma duodenale
Nama Populer
: cacing tambag, hookworm, new world hookworm (Necator americanus , old hookworm (Ancylostoma duodenale)
Nama Penyakit
Ankilostomiasis dan Necatoriasis
Hospes
Manusia
Distribusi geografik Kosmopolit Morfologi
Ancylostoma duodenale
Cacing Dewasa
Bentuk menyerupai huruf C Dimulutnya terdapat 2 pasang gigi ventral, 1 pasang gigi dorsal semilunar Cc ♂ : panjang 1,0 – 1,3 cm, diameter ± 0,6 mm, memiliki bursa kopulatriks, 2 buah spikula yang sejajar Cc ♀ : panjang 0,8 – 1,1 cm, diameter ± 0,45 mm, ekor runcing Warna putih kecoklatan atau agak merah muda
Necator americanus Bentuk menyerupai huruf S Dimulutnya terdapat 2 pasang gigi semilunar cutting plates Cc ♂ : panjang 1,0 – 1,3 cm, diameter ± 0,6 mm, D4 Analis Kesehatan
memiliki bursa kopulatriks, 2 buah spikula yang menyatu Cc ♀ : panjang 0,8 – 1,1 cm, diameter ± 0,45 mm, ekor runcing Warna putih kecoklatan atau agak merah muda Telur
Necator americanus bertelur 9.000 butir per hari Ancylostoma duodenale bertelur 10.000 butir per hari Telur hookworm belum dapat diidentifikasi spesiesnya dengan ciri berikut.
Larva
- Ukuran ± 70 x 45 mikron - Bulat lonjong - Dinding tipis - Kedua kutub mendatar - Didalamnya terdapat 2 – 8 sel Telur berkembang baik pada tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum untuk N. americanus 28o – 32o, sedangkan untuk A.duodenale lebih rendah 23o – 25o Telur menetas dalam waktu 1 – 1,5 hari Telur menetas menjadi larva rabditiform Dalam waktu 3 hari larva rabditiform berkembang menjadi larva filariform Larva rabditiform panjangnya ± 250 mikron, rongga mulut panjang dan sempit, esophagus dengan 2 bulbus dan menempati 1/3 panjang badan bagian anterior.
Larva filariform panjangnya ± 500 mikron, ruang mulut tertutup, esophagus menempati ¼ panjang badan anterior.
Larva flariform merupakan bentuk yang infektif, dapat hidup 7-8 minggu di tanah, dan masuk ke tubuh manusia melalui kulit.
Patologi Klinis
D4 Analis Kesehatan
Larva memiliki berperan dalam siklus paru.
Stadium larva : “ground itch” berupa bintik merah
dan gatal, pada siklus paru dapat menyebabkan pneumonia
Stadium dewasa : anemia hipokrom mikrositer dan eosinofilia
Diagnosis
Telur dan larva dalam tinja
Terapi
Mebendazole, pirantel pamoat dan tetramidasole
Gb. siklus hidup Necator americanus
Gb. Telur Necator americanus
D4 Analis Kesehatan
Gb. Mulut Ancylostoma duodenale
Gb. Mulut Necator americanus
Gb. Larva rabditiform
Gb. Larva filariform
D4 Analis Kesehatan
d) Trichinella spiralis Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Nemathelminthes
Subfilum
: Metazoa
Kelas
: Nematoda
Famili
: Dipetalonematidae
Genus
: Trichinella
Species
: T. Spiralis
Nama penyakit
Trichinosis atau trikiniasis
Hospes
Manusia,babi tikus,dll
Distribusi geografi
Kosmopolit
Morfologi
Cacing Dewasa
Cacing dewasa berada di mukosa usus menyebabkan sakit perut,diare,muntah,mual
Cacing jantan panjang kurang lebih1,5 mm esophagus1/2 panjang badan, ujung ekor terdapat 2 buah papel
Cacing betina panjang 3-4 mm, esofagus1/3 panjang badan, uterus berisi larva-larva, ekor berujung tumpul
Patologi klinis
Di otot menyebabkan mialgia dan miositis yang disertai demam teukositosis
Cacing dewasa masuk ke mukosa usus menyebabkan sakit perut, diare, mual dan muntah
Timbulnya perkapuran dan pembentukan jaringan fibrotic pada fase ekskistasi
Diagnosa
Biopsi kulit
Terapi
Tiabendazol
D4 Analis Kesehatan
Gb. Siklus hidup Trichinella spiralis
Gb. Cacing Trichinella spiralis D4 Analis Kesehatan
Gb. Trichinela spiralis dalam otot
D4 Analis Kesehatan
e)
Ancylostoma brasilians dan Ancylostoma caninum
Klasifikasi ilmiah
Kingdom
: Animalia
Filum
: Nematoda
Kelas
: Secernetea
Ordo
: Strongylida
Famili
: Ancylostomatidae
Genus
: Ancylostoma
Species
: Ancylostoma brasilians Ancylostoma caninum
Nama lain: Cacing Tambang Nama penyakit
Ankilostomiasis
Hospes
Ancylostoma caninum : kucing, Ancylostoma brasilians : anjing
Morfologi cacing dewasa
Ancylostoma brasilians
Mempunyai sepasang gigi besar dan kecil
badan cacing jantan panjang 4,7 – 6,3 mm
badan cacing betina panjang 6,1 – 8,4 mm Ancylostoma caninum
Patologi klinis
Mulutnya mempunyai tiga pasang gigi besar
Cacing jantan panjangnya 10 mm
Cacing betina 14 mm
Dermatitis berupa papel keras, merah dan gatal dit emukan pada kaki penderita, lengan bawah, pung gung
Diagnosa Gambaran klinis yang khas pada kulit (Creeping e ruption) sehingga perlu dilakukan biopsi kulit
D4 Analis Kesehatan
Terapi
Semprotan kloretil, tiabendazol, albendazol, salep albendazol 5%
Gb. Siklus hidup Ancylostoma brasilians
Gb. Cacing Ancylostoma caninum
D4 Analis Kesehatan
Gb. Cacing Ancylostoma caninum
f) Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis) Klasifikasi Ilmiah Kigdom
: Animalia
Filum
: Nematoda
Kelas
: Secernetea
Subkelas : Spiruria Ordo
: Oxyurida
Famili
: Oxyurida
Genus
: Enterobius
Spesies
: Enterobius vermicularis
Nama popular
Jantan
: cacing kremi, cacing peniti, cacing benang, pinworm
Nama Penyakit
Oksiuriasis atau enterobiasis
Hopses
Manusia
Distribusi geografik Kosmopolit, lebih banyak di daerah dingin daripada p anas Morfologi
Kutikula bergaris-garis melintang
Cacing Dewasa
Mempunyai chepalic alae
Cc ♂ : panjang 2-5 mm, ekor melengkung, memiliki sebuah spikula
Telur
Cc ♀ : panjang ± 10 mm, ekor runcing
Cacing betina dapat mengahsilkan telur sebanyak 11.000-15.000 telur dan bermigrasi dari kolon ke daerah perianal untuk bertelur
Telur berukuran ± 55 x 25 mikron, lonjong asimetris, dinding tebal
Telur jarang dijumpai di feses
Dapat masuk ke hospes melalui tangan yang terkontaminasi, debu, retroinfeksi, dll.
D4 Analis Kesehatan
Betina
Patologi Klinis
Pruritus ani terutama pada malam hari, gejala intestin al biasanya ringan, peradangan pada vagina atau tuba fallopi
Diagnosa
Adanya telur dan larva. Telur cacing dapat diambil de ngan metode “anal swab”
Terapi
Mebendazol. Diberikan dosis tunggal 500 mg, diulang setelah 2 minggu
Albendazol. Diberikan dosis tunggal 400 mg, diulang setelah 2 minggu.
Piperazin sitrat. Diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari selama 7 hari berturut-turut dapat diulang dengan interval 7 hari.
Pirvium pamoat. Obat ini diberikan dengan dosis 5 mg/kgBB (maksimal 0,25 mg) dan diulangi 2 minggu kemudian. Obat ini dapat menyebabkan rasa mual, muntah, dan warna tinja menjadi merah. Bersamam mebendazol efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi.
Pirantel pamoat. Diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB sebagai dosis tunggal & maksimum1g
Cara pencegahan
Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
Mencuci jamban setiap hari
Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya
Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.
D4 Analis Kesehatan
Gb. Siklus hidup Enterobius vermicularis
Gb. Telur Enterobius vermicularis
D4 Analis Kesehatan
Gb. Cacing Enterobius vermicularis
g) Trichuris Trichiura Klasifikasi ilmiah :
Kingdom : Animalia Filum
: Nematoda
Kelas
: Adenophorea
Ordo
: Trichurida
Famili
: Trichuridae
Genus
: Trichuris
Spesies
: T. Trichiura
Nama Populer : Cacing cambuk, whipworm Nama penyakit
Trikuriasis
Hospes
Manusia
Distribusi geografik Kosmopolit, terutama di daerah panas dan lembab Morfologi
Bentuk menyerupai cambuk dan gagangnya
Cacing Dewasa
Cc ♂ : panjang ± 4 cm, 3/5 bagian anterior halus seperti cambuk, 2/5 bagian posterior gemuk, bagian ekor melingkar dengan sebuah spikulum
Cc ♀ : panjang ± 5 cm, 3/5 bagian anterior halus seperti cambuk, 2/5 bagian posterior gemuk, ekor lurus berujung tumpul
Telur
Betina bertelur 3000-10.000 butir per hari
Ukuran 50-54 x 32 mikron
Berbentuk seperti tempayan dengan kedua ujung menonjol (operculum)
D4 Analis Kesehatan
Dinding tebal
Kulit telur bagian luar berwarna kekuningan dan bagian dalam jernih
Telur berkembang baik pada tanah liat, tempat lembab dan teduh dengan suhu optimum kira-kira 30°
Larva
Telur matang dalam waktu 3-6 minggu
Tidak memiliki siklus paru, langsung masuk ke daera h kolon
Patologi Klinis
Infeksi ringan tidak menyebabkan gejala klinis yang khas
Infeksi berat dan manahun menyebabkan disentri, prolapsus rekti, apendisitis, anemia berat, sakit perut, mual dan muntah
Diagnosis
Telur dalam tinja
Terapi
Mebendazol, oksantel pamoat
Gb. Siklus hidup Trichuris Trichiura
D4 Analis Kesehatan
Gb. telur TrichurisTrichiura
Gb. TrichurisTrichiura
2. Nematoda Darah dan Jaringan a)
Wuchereria bancrofti
Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Nematoda
Kelas
: Secernentea
Ordo
: Spirurida
Sub-ordo
: Spirurina
Famili
: Onchocercidae
Genus
: Wuchereria
Species
: Wuchereria brancrofti
Nama lain : Cacing filarial Nama penyakit
Wukerrieriasis, filariasis brancrofti
Hospes
Manusia
Distribusi
Parasit ini tersebar luas di daerah yang beriklim
geografik
tropis diseluruh dunia dan terdapat di Indonesia.
Morfoligi cacing dewasa
Cacing dewasa kecil, mirip benang dan berwarna putih kekuningan
Cacing dewasa ditemukan dalam kelenjar dan saluran limfe
Kutikula halus
Cacing jantan panjangnya kurang lebih 40mm dan diameternya 0,1 mm, mempunyai 2 spikula
D4 Analis Kesehatan
yang tidak sama panjangnya dan gubernakulum berbentuk bulan sabit
Cacing betina panjangnya 80-100 mm dan diameternya 0,24-0,3 mm dengan vulva terbuka sekitar 0,9 mm dari ujung anterior
Tidak terdapat rongga mulut tetapi mempunyai 2 baris pupil
larva
Panjang mikrofilaria sekitar 244-296 mikron dan aktif bergerak dalam darah dan saluran limfe
Mikrofilaria memiliki sarung berwarna pucat (pewarnaan haematotoxylin), lekuk badan halus, panjang ruang kepala sama dengan lebarnya (1:1), inti halus dan teratur, tidak ada inti terminal tambahan.
Vektor
Didaerah perkotaan oleh nyamuk Culex quinqucfasciatus.
Di daerah pedesaan oleh nyamuk Anopheles atau Aedes.
Patologis klinis
Cacing dewasa menyebabkan limfadenitis, limfanggitis, demam retrograde
Diagnosis
Mikrofilaria dapat menyebabkan occult filariasis
Menemukan mikrofilaria di dalam darah dengan pe meriksaan darah tepi (perifer), pengambilan darah d isesuaikan dengan peridositasnya (W. Brancrofti pa da malam hari). Tes serologis (imunologi)
Terapi
Dietilkarbamazin sitrat ( DEC ), ivermektin
Pencegahan
Pemberantasan vektor
Penyemprotan residu di dalam rumah dan pemakaian larvasida
D4 Analis Kesehatan
Pengobatan pasien secara tuntas
Pemberantasan tempat perkembangbiakan vektor
Gb. Siklus hidup Wuchereriabancrofti
D4 Analis Kesehatan
Gb. Mikrofilaria Wachereriabancrofti
D4 Analis Kesehatan
b) Brugia malayi Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Nematoda
Ordo
: Secernentea
Famili
: Onchocercidae
Genus
: Brugia
Species
: Brugiamalayi
Nama lain : Nama penyakit
filariasis malayi, elephentiasis
Hospes
Hospes definitif : Manusia, anjing, kucing, kera, lutung
Vektor : Nyamuk (Anopheles barbirostris, Aedes, Mansonia)
Distribusi geografik
Asia (Asia Tenggara, India sampai ke Jepang) Di Indonesia : Sumatera sampai Seram
Morfologi
bentuk halus seperti benang berwarna putih susu
Cacing Dewasa
Cacing jantan : 22 x 0,09 mm ekor melengkung ke ventral,mempunyai 2 spik ulum
Cacing betina : 55 x 0,16 mm ekor lurus
Mikrofilaria (larva)
Patologis
Ukuran (200 – 260) x 8 µm
Mempunyai selubung
Cephalic space, panjang : lebar = 2 : 1
Inti padat sampai ke ujung ekor
Pada ekor mempunyai 2 inti terminal tambahan
Stadium akut: demam, limfadenitis, limfangitis
D4 Analis Kesehatan
Stadium kronis :limfedema, elefantiasis (kaki
gajah) yang hanya mengenai tungkai di bawah lutut atau lengan di bawah siku. Alat kelamin dan payudara tidak terkena. Diagnosis
Menemukan mikrofilarifom di dalam darah dengan pemeriksaan darah tepi pada malam hari Tes imunologi
Terapi
Dietilkarbamazin sitrat ( DEC ), ivermektin
Gb. Siklus hidup Brugiamalayi
Gb. Mikrofilaria Brugiamalayi
D4 Analis Kesehatan
c)
Loaloa
Klasifikasi Ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Nemathelmynthes
Kelas
: Nematoda
Ordo
: Spirurida
Subfamil
: Filarioidea
Family
: Onchocercidae
Genus
: Loa
Spesies
: Loaloa
Nama lain : cacing mata afrika ,filarial , okali, cacing loa Nama Penyakit
Loaiasis (calabar Swelling)
Hospes
Manusia Vektor: lalat chrysops
Morfologi
Cacing dewasa hidup dalam jaringan subkutan
Cacing Dewasa
Cacing betina berukuran 50-75 x 0,5 mm
Cacing jantan berukuran 30-34 x 0,35-0,43 mm.
Cacing betina mengeluarkan microfilaria yang beredar dalam darah pada siang hari (diurna). Pada malam hari microfilaria berada dalam pembuluh darah paru.
Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dalam waktu 1-4 tahun kemudian berkopulasi
Mikrofilaria
Mikrofilaria mempunyai sarung berukuran 250-300 mikron x 6-8,5 mikron
D4 Analis Kesehatan
Mikrofilaria Berukuran 300 mikron
Susunan inti mencapai ujung ekor
Patologi klinis
Calabar swelling berupa peradangan dan pembekakan di jaringan subkutan
Diagnosa
Menemukan mikrofilia pada pemeriksaan darahtepi yang diambil saat siang hari
Menemukan cacing dewasa dari konyungtiva atau jaringan subkontan
Terapi
Gb. Siklus hidup Loaloa
D4 Analis Kesehatan
Dietilkarbamasin
Gb. Cacing Loaloa
D4 Analis Kesehatan
d) Onchocercavolvulus Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Phylum
: Nemathoda
Class
: Secernentea
Ordo
: Onchoceridae
Genus
: Onchocerca
Spesies
: O.volvulus
Nama lain : Filaria volvulus 0Nama penyakit
Onchcerciasis
Hospes
Manusia
Vektor
Lalat simulium
Distribusi
Afrika, Arab, Guatemala, Meksiko, Venezu
Geografik
ela dan Colombia.
Morfologi
Cacing Dewasa
Ukuran cacing betina 33-50mm x 270400mikron
Ukuran cacing jantan 19-42mm x 130 mikron
Bentuknya seperti kawat putih, transparan
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria dalam jaringan subkutan, kemudian meninggalkan jaringan subkutan menuju kulit.
Ukuran mikrofilaria 285x6 mikron tidak bersarung dan bagian kepala dan ekor tidak ada inti
Diagnosa
D4 Analis Kesehatan
Biopsi nodula
Biopsi kulit untuk mencari mikrofilaria
Test serologis
Gb. Mikrofilaria Onchocercavolvulus
Gb. Siklus hidup Onchocercavolvulus
D4 Analis Kesehatan
e)
Mansonellaozardi
Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Phylum
: Nemathoda
Class
: Secernentea
Ordo
: Onchoceridae
Genus
: Mansonella
Spesies
: M.Ozzardi
Nama lain : Filaria ozzardi, Filaria tucumena, filarial Demarquayi Nama Penyakit
Onchocerciasis
Hospes
Manusia ,Simpanse
Diagnosa
Pemeriksaan laboraturium darah perifer untuk mendap atkan microfilariadengan pengambilan sampel waktu si ang dan malam hari
Morfologi
Ukuran jantan 38mm X 0,2mm
Ukuran betina 60-80mm X 0,23-0,25mm
Untuk anterior membulat dengan kepala yang membesar, tidak terdapat papilla dan appendages
Mikrofilaria
Panjang 173-240 mikron (rata-rata 200 mikron)
Lebar : 4-5 mikron, rata-rata 4,7 mikron.
Anterior membulat tumpul & terdapat 1 sirip berotot
D4 Analis Kesehatan
Tidak bersarung
Tidak terdapat Inti pada ujung
Gb. Siklus hidup Mansonellaozardi
Gb. Mikrofilaria Mansonellaozardi
D4 Analis Kesehatan
KELAS CESTODA
Cacing kelas cestoda disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang, pipih da n memiliki segmen menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan/pembul uh darah.Tubuhnya memanjang terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotid dan seg men ini bila sudah dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina.
CIRI - CIRI UMUM 1) Bentuk tubuh seperti pita, pipih dorsoventral 2) Mempunyai banyak ruas 3) Alat hisap (sucker) dan beberapa spesies memiliki kait atau rostellum (fungsi untuk menempel) 4) Tubuhnya terdiri dari : skoleks, leher, strobila yang terdiri dari kumpulan proglotid 5) Hermaprodit
a) Diphyllobotrium latum Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Cestoda
Subkelas
: Eucestoda
Ordo
: Pseudophyllidea
Family
: Diphyllobothriidea
Genus
: Diphyllobothrium
Spesies
: Diphllyobtriumlatum
Nama lain : Cacing pita ikan , Diphlobtrium latum Nama penyakit
Difilobatriasis atau Penyakit Cacing Pita
Hospes
Manusia, anjing, kucing, babi, beruang, mamalia pemakan ikan
D4 Analis Kesehatan
Distribusi geografi
Cacing ini dijumpai di negara yang penduduknya mengko nsumsi ikan air tawar mentah (Eropa Tengah, Amerika,Je pang, Afrika Tengah)
Morfologi
Merupakan cestoda terbesar yang menginfeksi manusia. Cacingdewasa panjang sampai 3-l0 meter, berwarna kuning keabu-abuan, gelap di bagian tengah oleh adanya uterus yang berisipenuh dengan telur.
Scolex: memanjang seperti sendok, 2-3 mm X l mm, terdapat 2buah lekukan (slit) yang disebut bothria pada permukaan ventraldan dorsal.
Leher: tipis, lebih panjang daripada kepala
Proglottid: -
jumlahnya 3.000 - 4.000 segmen- ukuran segmen
-
lebar lebih besar daripada panjang.
-
segmen mature: 2-4 mm X l0-20 mm, penuh dengan organ jantan dan betina.
-
Mempunyai 3 lubang genital (genital pore)- lubang vas deferens- lubang vagina- lubang uterus terletak pada permukaan ventral, digaris tengahtiap segmen.
Uterus: bentuk rosette, berkelok-kelok di bagian tengah tiapsegmen. Segmen terminal mengkerut (karena selalumengeluarkan telur) kemudian mengering, lepas darirangkaiannya, keluar bersama faeces hospes dalam bentukrangkaian.
Telur
Oval, 70 X 45 mikron
Berwarna coklat karena terwarnai oleh cairan empedu
Mempunyai operculum pada salah satu ujung dan knobkecil pada ujung yang lain.
Larva
1. korasidum 2. proserkoid 3. plerocercoid
D4 Analis Kesehatan
patologi klinis
Gangguan gastrointestinal(diare,nyeriperut,obstruksi usus)
anemia pernisiosa
Diagnosa
Menemukan telur atau proglottid dalam feses
Terapi
Sebagai Drug of Choice: Yomesan (niclosamide) 4 tablet (2 gr)single dose
Obat lain : Praziquantel 5-10 mg/kgBB Paromomycin 1 gr terbagi 4 dosis setiap 4 jam
Pencegahan
Mencegah pencemaran air dengan pembuangan tinja yangbaik.
Pencegahan perorangan terutama di daerah endemis dengan tidak memakan makan ikan mentah atau kurang sempurna memasaknya. Larva plerocercoid tidak rusak oleh pengasinan dan pengasapan
D4 Analis Kesehatan
Gb. Siklus hidup Diphyllobotrhiumlatum
Gb. Proglotid matang D. latum
D4 Analis Kesehatan
Gb. Telur D. latum
Gb. Strobila Diphyllobotrhiumlatum
b) Taenia saginata dan Taenia sollium Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: Cyclophyllidea
Family
: Taeniidae
Genus
: Taenia
Spesies
: T. saginata dan T. sollium
Perbedaan T. saginata dan T. sollium Ciri - ciri
Taenia saginata
Taenia solium
Nama umum
Cacing pita sapi
Cacing pita babi
Penyebaran
Diseluruh dunia, terutama pe
Diseluruh dunia, terutama pe
geografis
makan daging sapi.
makan daging babi
Habitat
Cacing dewasa dalam usus ha
Cacing dewasa dalam usus hal
lus manusia
us (jejunum) manusia
Putih semi transparan
Putih semi transparan
Cacing dewasa 5-10 m dan bi
Cacing dewasa 2-3 m
Morfologi
sa mencapai 24 m, Scolex
Neck (leher)
Diameter : 1-2 m, tepinya segi Diameter : 1 m, tepinya bulat, empat, dilengkapi 4 buah suc
dilengkapi 4 buah sucker den
ker tanpa rostellum atau kait-
gan rostellum serta dua baris
kait
kait-kait
panjang dan sempit, lebar 0,5
Pendek, panjangnya 5-10 mm
mm, fragile Proglotid
Segmen 1000-2000
<1000
15-20, dilepas 1/1
5-10 cabang lateral
D4 Analis Kesehatan
Telur
Bulat, berwarna coklat, memiliki embriofor, berdinding tebal dengan garis radier
Hospes definitif Hosp. perantara
Manusia Kerbau, sapi
Babi
Gb. Siklus hidup Taenia saginata
Gb. Telur Taeniasaginata
D4 Analis Kesehatan
Gb. Proglotid Taenia sp.
Gb. Skoleks T. solium
D4 Analis Kesehatan
Gb. Skoleks T. saginata
c)
HymenolepisnanadanHymenolepisdiminuta
Klasifikas ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: Cyclophyllididea
Famili
: Hymenophyllidididae
Genus
: Hymenollpis
Spesies
: H. nanadanH. Diminuta
Perbedaan Hymenelepis nana dan Hymenolepis diminuta Ciri - ciri
H. nana
Nama lain
Taenia murina, Taenia n
H. diminuta Taenia diminuta
ana Habitat
Skolek
Cacing dewasa di ileum
Cacing dewasa dalam Usus
manusia
Halus tikus
Bulat, kecil, rostelum pen Mirip gada, rosterlum telah dek,1 baris kait, 4 sucker
Leher
rudimeter
Panjang, halus, dan sempit
Proglotid -
Matur
Trapezium, 3 testis, oval
-
Gravid
2 lobus
Trapezium,oval multilobus
Berisi 80-180 dalam satu kantong Telur
Lonjong/bulat
Penebalan
2 lapis (membrane) Embrio berkait 6 Inner membrane menebal Outer membrane tipis Hosp. perantara D4 Analis Kesehatan
Manusia , hewan pengerak(tikus)
Gb.siklus hidupHymenolepisdiminuta
Gb. Skoleks Hymenolepisnana
D4 Analis Kesehatan
Gb. Skoleks Hymenolepisdiminuta
Gb.cacingHymenolepisnana
D4 Analis Kesehatan
Gb. Telur Hymenolepisnana
KELAS TREMATODA
CIRI –CIRI UMUM
Bentuk menyerupai daun dan tidak bersegmen
Cacing dewasa mempunyai 2 alat isapyang disebut oral sucker dan ventral sucker
Pada umumnya hermaprodit,kecuali Schistosoma mempunyai alat kelamin terpisah
Sistem pencernaan tidak sempurna
Sistem ekskresi berupa sel api
Semua kelas trematoda bersifat ovipar
Telur pada umumnya mempunyai operculum ,kecuali genus schistosoima
1. Trematoda Usus
a) Fasciolopsis buski 2. Trematoda Hati a) Opistorchis Felineus/Viverini b) Dicrocolium Dendriticum c) Fasciola Hepatica d) Dicrogonimus westermani e) Clonorchis Sinensis 3. Trematoda Paru a) Paragonimus Westermani 4. Trematoda Darah a) Schistosoma japonicum b) Schistosoma haematobium c) Schistosoma mansoni
D4 Analis Kesehatan
a) FasciolopisisBuski dan Fasciolahepatica Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Trematoda
Subkelas
: Digenea
Ordo
: Echinostomida
Famili
: Fasciolidae
Genus
: Fasciolopsis
Spesies
: F.Buski dan F. Hepatica
Ciri-ciri
F. buski
F. hepatica
Habitat
Cacing dewasa dalam usus hal
Cacing dewasa dalam saluran
us (duodenum/yeyunum)
empedu bagian proksimal dan
manusia dan babi
dalam kantong empedu manus ia, herbivore
Morfologi
Acetabulum>oral sucker
Tidak mempunyai kerucut
pipih mirip daun dengan
kepala (Cephalic cone)
tonjolan khas di
Mempunyai sepasang
anterior(chepalic cone)
caecum yang tak bercabang
Oral dan ventral sucker
Testis dan ovarium
berukuran hampir sama
bercabang
Cacing dewasa bentuk
Oral sucker berfungsi untuk menghisap makanan
Ventral sucker/acetabulum berfungsi untuk melekatkan diri
Testis dan ovarium bercabang,uterus melingkar
D4 Analis Kesehatan
Telur
Telur lonjong berwarna kekuningan dan berdinding tipis
Dengan operculum kecil pada salah satu kutubnya
Saat di keluarkan belum infektif dan tidak mengandung mirasidium
hosp.definitif
Manusia/Babi
hosp.perantara
siput
Manusia/Sapi
tanaman air Patologi
obstruksi usus
sirosis periportal
Diagnosa
Telur dalam tinja
Cacing dewasa dalam
Pembesaran pelunakan hati, peningkatan eosinofil
muntahan
Telur dalam tinja/empedu
Peradangan ,ulkus dan
Cacing dewasa dalam tinja
abses
Anemia
Gb. Siklus hidup Fasciolopisisbuski
D4 Analis Kesehatan
Gb. Siklus hidup Fasciolahepatica
Gb. Telur Fasciolopisisbuski
D4 Analis Kesehatan
Gb.TelurFasciolahepatica
Gb. Cacing f. buski
D4 Analis Kesehatan
Gb. Cacing f. Hepatica
Cacing Trematoda Darah a) Schistosomahaematobium Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Trematoda
Subkelas
: Digenea
Ordo
: Prosostoma
Famili
: Schistostomatoidea
Genus
: Schistosoma
Species
: S. haematobium
Nama penyakit
Skistosomiasis kandung kemih
Hospes
Hospes definitif adalah manusia Hospes reservoar baboo dan kera
Distribusi geografik
Cacing ini ditemukan di Afrika, Spanyol, dan berbagai negara Arab (Ti mur Tengah, Lembah Nil); tidak ditemukan di Indonesia.
Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran 1,3 cm dan betina kira-kira 2,0 cm.
Patologi klinis
Kelamin terutama ditemukan pada dinding kandung kemih. Gejala yang ditemukan adalah hematuria dan disuria bila terjadi sistitis. Sindroma disentri ditemukan bila terjadi kelainan di rekrum.
Diagnosa
Menemukan telur di dalam urin
Biopsi jaringan hati dan biopsi rectum
COPT (Circumoval Precipitin Test), IHT (Indirect Haemagglutation Test), CFT (Complement Fixation Test), FAT (Fluorescent Antibody Test) dan ELISA (Enzyme-linked Immuno sorbent Assay).
D4 Analis Kesehatan
Gb. Cacing Schistosomahaematobium
D4 Analis Kesehatan
Gb. Telur Schistosomahaematobium
b) Schistosoma japonicum
Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Trematoda
Subkelas
: Digenea
Ordo
: Strigeidida
Famili
: Schistostoma
Genus
: Schistosoma
Species
: S.japonicum
Nama penyakit
Skistosomiasis japonika, penyakit katayama atau penyakit demam keong
Hospes
Hospes reservoir : rusa, babi hutan, sapi, anjing dan tikus sawah
Hospes perantara : keong air (Oncomelania hupensis linduensis)
Cacing ini ditemukan di RRC, Jepang, Filipina, Taiwan, Muangthai,
Distribusi geografik
Vietnam, Malaysia, dan Indonesia.
Di Indonesia hanya ditemukan di Sulawesi Tengah yaitu di daerah danau Lindu, dan Lembah Napu.
Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5 cm dan betina kira-kira 1,9 cm, hidupnya di vena mesenterika superior. Telur ditemukan di dinding u sus halus dan juga di alat-alat dalam seperti hati, paru, dan otak.
Patologi klinis
Kelainan tergantung dari beratnya infeksi. Kelainan yang ditemukan pada stadium I adalah gatal-gatal (urtikaria). Gejala intoksikasi disertai demam hepatomegali dan eosinofilia tinggi.
Pada stadium II ditemukan pula sindrom disentri. Pada stadium III atau stadium menahun ditemukan sirosis hati dan splenomegali; biasanya penderita menjadi lemah. Mungkin terdapat gejala saraf, gejala paru dan lain-lain.
Diagnosa
Menemukan telur di dalam tinja
COPT (Circumoval Precipitin Test), IHT (Indirect Haemagglutation Test), CFT (Complement Fixation Test), FAT (Fluorescent Antibody Test) dan ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay).
D4 Analis Kesehatan
Gb. Siklus hidup Schistosomajaponicum
Gb. Cacing Schistosomajaponicum
D4 Analis Kesehatan
Gb. Telur Schistosomajaponicum
c) Schistosomamansoni
Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Trematoda
Subkelas
: Digenea
Ordo
: Strigeidida
Famili
: Schistostoma
Genus
: Schistosoma
Species
: S.mansoni
Nama penyakit
Skistosomiasis
Hospes
Hospes definitif adalah manusia
Hospes perantara adalah siput/keong
Distribusi geografik
Cacing ini ditemukan di Afrika, berbagai negara Arab (Mesir), Amerik a Selatan dan Tengah.
Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran 1 cm
Cacing dewasa betina berukuran 1,4 cm Pada cacing dewasa terdapat tonjolan lebih kasar bila dibandingkan dengan Schistosoma japonicum dan Schistosoma haematobium
Patologi klinis
Kelainan dan gejala yang ditimbulkannya kira-kira sama seperti pada S. japonicum, akan tetapi lebih ringan.
Diagnosa
Menemukan telur di dalam tinja
COPT (Circumoval Precipitin Test), IHT (Indirect Haemagglutation Test), CFT (Complement Fixation Test), FAT (Fluorescent Antibody Test) dan ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay).
D4 Analis Kesehatan
Gb. Cacing Schistosomamansoni
D4 Analis Kesehatan
Gb. Telur Schistosomamansoni