Regulation & Standarisation Hazard Factor In Work Place
OLEH: IKA TRIWATI 0008.10.08.2017 ASTUTY 0009.10.08.2017
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2018
1
KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Regulation & Standarisation Hazard Factor in Work Place. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Hygiene Industri. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Makassar, 27 November 2018
2
DAFTAR ISI Kata Pengantar........................................................................................i Daftar Isi...................................................................................................ii Bab I Pendahuluan A.Latar Belakang.......................................................................................3 B.Rumusan Masalah.................................................................................4 C.Tujuan....................................................................................................5 Bab II Pembahasan 1.Faktor Fisik..............................................................................................6 2.Faktor Kimia.............................................................................................6 3.Faktor Biologi...........................................................................................7 BAB III Penutup A.Kesimpulan............................................................................................27 B.Saran......................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan bahaya kesehatan di lingkungan kerja industri maupun pemenuhan persyaratan kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek penting dalam penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. Lingkungan kerja industri yang sehat merupakan salah satu faktor yang menunjang meningkatnya kinerja dan produksi yang secara bersamaan dapat menurunkan risiko gangguan kesehatan maupun penyakit akibat kerja. Lingkungan kerja industri harus memenuhi standar dan persyaratan
kesehatan
lingkungan
kerja
industri
sebagai
persyaratan minimal yang harus dipenuhi. Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri terdiri atas nilai ambang batas, indikator pajanan biologi, dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri. Ketentuan mengenai standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri sebelumnya telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan
Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Ketentuan
mengenai
standar
dan
persyaratan
kesehatan
lingkungan kerja industri sebelumnya telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan
Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
4
Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini dilengkapi dengan pedoman penggunaan standar dan persyaratan sehingga dapat menjadi acuan bagi seluruh pengguna dalam rangka mengurangi kemungkinan kesalahan dalam penggunaan dan interpretasi standar dan persyaratan. Penetapan standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri difokuskan untuk aplikasi di industri sehingga diharapkan lebih memudahkan para pengguna di lapangan, dimana pada
Keputusan
Menteri
1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang
Kesehatan Persyaratan
Nomor Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tidak hanya mengatur untuk industri saja tetapi juga di perkantoran. Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam memenuhi standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri. B. Rumusan Masalah Bagaimana Klasifikasi dan menjelaskan Faktor Lingkungan Kerja yang Membahayakan Kesehatan ( Occupational Health Hazards )? Bagaimana acuan
Regulasi dan standar Kesehatan Faktor
Fisik, Kimia, dan Biologi lingkungan kerja industri yang dapat digunakan dalam manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja ? Bagaimana acuan nilai ambang batas dari Faktor Fisik, Kimia, dan Biologi lingkungan kerja yang membahayakan kesehatan?
5
C. Tujuan Memberikan Klasifikasi Faktor Lingkungan Kerja yang Membahayakan Kesehatan ( Occupational Health Hazards) Memberikan
acuan
Regulasi
dan
standar
kesehatan
lingkungan kerja industri yang dapat digunakan dalam manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja Memberikan acuan nilai ambang batas dari faktor fisik lingkungan kerja yang membahayakan kesehatan
6
BAB II PEMBAHASAN Keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan tehnologi pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerj. Pengendalian ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat pekerjaan, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja baik mesin atau instrument dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut. Dengan menerapkan tehnologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan. Lingkungan Kerja adalah istilah generik yang mencakup identifikasi dan evaluasi faktor-faktor lingkungan yang memberikan dampak pada kesehatan
tenaga
kerja ( ILO ). Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana para pekerja beraktifitas sehari-hari mengandung banyak bahaya, langsung maupun tidak langsung bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Klasifikasi Faktor Lingkungan Kerja yang Membahayakan Kesehatan ( Occupational Health Hazards) 1. Faktor Fisik Kebisingan, pencahayaan, iklim / cuaca, ventilasi, getaran, radiasi.
7
2. Faktor bahan Kimia Yang
berhubungan
dengan
produksi,
pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan, distribusi. Dapat berbentuk gas, aerosol, dust (debu), cairan. 3. Faktor Biologi Virus, bakteri, jamur, parasit. 4. Faktor Ergonomi Bisa mengenai :
Mesin / alat yang tidak fisiologis
Aspek tata; system kerja, letak alat-alat tidak sesuai menyebabkan gangguan kenyamanan.
Beban kerja; berhubungan dengan gizi kerja, sebabkan penurunan ketahanan fisik dan daya kerja.
5. Faktor Psikis Ketegangan, tekanan mental.
Dalam pembahasan makalah kami ini, lebih terkhusus membahas masalah faktor fisik yang membahayakan di lingkungan kerja, serta acuan standarisasi dan nilai ambang batas faktor fisik, kimia,
dan
biologi
lingkungan
kerja
yang
membahayakan
kesehatan. 1.A. KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA Kebisingan ( Noise ) adalah suara yang tidak dikehendaki. Menurut Wall ( 1979 ), Kebisingan adalah suara yang mengganggu.
Sedangkan
menurut
Kep.Men-
48/MEN.LH/11/1996, Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam.
8
Menurut Dirjen PP dan PL, DEPKES & KESSOS RI. Tahun 2000, sumber kebisingan dibedakan menjadi : 1. Bising industri Industri besar termasuk didalamnya pabrik, bengkel, dan sejenisnya. Bising industri dapat dirasakan oleh karyawan maupun masyarakat disekitar industri. 2. Bising rumah tangga Umumnya disebabkan oleh alat-alat
rumah tangga dan
tidak terlalu tinggi tingkat kebisingannya. 3. Bising spesifik Bising yang disebabkan oleh kegiatan – kegiatan khusus, misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan. Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia No 70 Tahun 2018 Nilai Ambang Batas kebisingan merupakan nilai yang mengatur tentang tekanan bising ratarata atau level kebisingan berdasarkan durasi pajanan bising yang mewakili kondisi dimana hampir semua pekerja terpajan bising
berulang-ulang
tanpa
menimbulkan
gangguan
pendengaran dan memahami pembicaraan normal. NAB kebisingan yang diatur dalam peraturan ini tidak berlaku untuk bising yang bersifat impulsive atau dentuman yang lamanya <3 detik. NAB kebisingan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 85 dBA.
9
Tabel NAB Kebisingan
10
Catatan : Pajanan bising tidak boleh melebihi level 140 Dbc walaupun hanya sesaat. Beberapa hal yang diperhatikan dalam menginterpretasikan NAB kebisingan adalah sebagai berikut: 1). NAB kebisingan merupakan dosis efektif pajanan kebisingan dalam satuan dBA yang diterima oleh telinga (organ pendengaran) dalam periode waktu tertentu yang tidak boleh dilewati oleh pekerja yang tidak menggunakan alat pelindungtelinga. 2) Apabila seorang pekerja terpajan bising di tempat kerja tanpa menggunakan alat pelindung telinga selama 8 jam kerja per hari, maka NAB pajanan bising yang boleh diterima oleh pekerja tersebut adalah 85 dBA. 3) Pengukuran tekanan bising lingkungan kerja industri dilakukan dengan menggunakan sound level meter mengikuti metode yang standar. 4) Pengukuran dosis efektif pajanan bising dilakukan dengan menggunakan alat monitoring pajanan personal (noise dosimeter). Pengukuran dosis pajanan dilakukan sesuai dengan satu periode shift kerja (8 jam per hari). Apabila jam kerja kurang atau lebih dari 8 jam per hari, maka durasi pengukuran dilakukan sesuai dengan lama jam kerja.
11
1.B. Pencahayaan Ditempat Kerja Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja/mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Lebih dari itu penerangan yang memadai akan memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan. Sebuah benda akan terlihat bila benda tersebut memantulkan cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang datang dari sumber cahaya lain, dengan demikian maksud dari pencahayaan dalam lingkungan kerja adalah agar benda terlihat jelas. Pencahayaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga memelihara kesehatan mata dan kegairahan kerja. Persyaratan Pencahayaan Area Umum dalam Gedung Industri : No 1.
Jenis area pekerjaan/aktifitas Lorong: tidak ada pekerja
Lux 20
2.
100
3.
Pintu masuk Ruang istirahat Area sirkulasi dan koridor
4.
Elevator, lift
100
5.
Ruang penyimpanan
100
Keterangan Tingkat pencahayaan pada permukaan lantai
Jika terdapat kendaraan pada area ini maka tingkat pencahayaan minimal 150 Lux Tingkat pencahayaan depan lift minimal 200 Lux Jika ruangan digunakan bekerja terus menerus maka tingkat 12
pencahayaan minimal 200 Lux 6. 7.
Area bongkar muat Tangga, eskalator, travolator
150 150
8.
Lorong: ada pekerja
150
9.
10.
11.
12.
Diperlukan kontras pada anak tangga Tingkat pencahayaan pada permukaan lantai
200 Rak penyimpanan Ruang tunggu Ruang kerja umum, kantin,pantri ruang ganti, kamar mandi, toilet 200
Ketentuan ini berlaku pada masing-masing toilet dalam kondisi tertutup
Ruangan aktivitas fisik 300 (olahraga), area penanganan pengiriman kemasan 500 Ruang P3K Ruangan untuk memberikan perawatan medis Ruang switch board
1.C. Iklim Di Tempat Kerja Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal keadaan ini memperlambat pekerjaan. Ini adalah respon alami dan fiiologis dan merupakan salah satu alasan mengapa sangat penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan kelembaban ditempat
kerja.
Faktor-faktor
ini
secara
signifikan
dapat
berpengaruh pada efesiensi dan produktivitas individu pada pekerja. Sirkulasi udara bersih di ruangan tempat kerja membantu untuk memastikan lingkungan kerja yang sehat dan mengurangi pajanan bahan kimia. Sebaliknya, ventilasi yang kurang sesuai dapat:
13
Mengakibatkan pekerja kekeringan atau kelembaban yang berlebihan ; Menciptakan ketidaknyamanan bagi para pekerja ; Mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk praktek kerja yang aman. Agar tubuh manusia berfungsi secara efisien, perlu untuk tetap berada dalam kisaran suhu normal. Untuk itu diperlukan iklim kerja yang sesuai bagi tenaga kerja saat melakukan pekerjaan. Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari
pekerjaannya.
Iklim
kerja
berdasarkan
suhu
dan
kelembaban ditetapkan dalam kepmenaker no 51 tahun 1999 diatur dengan memperhatikan perbandingan waktu kerja dan waktu istirahatsetiap hari dan berdasarkan beban kerja yang dimiliki tenaga kerja saat bekerja (ringan, sedang, dan berat). Nilai Ambang Batas (NAB) iklim lingkungan kerja merupakan batas pajanan iklim lingkungan kerja atau pajanan panas (heat stress) yang tidak boleh dilampaui selama 8 jam kerja per hari sebagaimana tercantum pada Tabel 1. NAB iklim lingkungan kerja dinyatakan dalam derajat Celsius Indeks Suhu Basah dan Bola (oC ISBB). Tabel Nilai Ambang Batas iklim lingkungan kerja industri
14
Catatan: ISBB atau dikenal juga dengan istilah WBGT (Wet Bulb Globe
Temperature)
merupakan
indikator
iklim
lingkungan kerja ISBB luar ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering ISBB dalam ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola (*) tidak diperbolehkan karena alasan dampak fisiologis
1.D. Ventilasi Tempat Kerja Ventilasi
adalah
cara
mengontrol
bahaya
dengan
pergantian/pertukaran udara segar menggantikan udara kotor. Tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan yang kotor dan tekanan suhu yang ekstrim akan mengalami kecenderungan kecelakaan, gangguan kapasitas kerja dan kapasitas mental, kepuasan kerja rendah, dan produktivitas yang tidak maksimal. Tujuan dari pemasangan sistem ventilasi adalah mengontrol bahaya lingkungan kerja pada sumbernya demi keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan tenaga kerja. Tetapi ventilasi juga sering menimbulkan permasalahan yaitu : kebisingan yang ditimbulkan oleh sistem peralatan tersebut, berkurangnya kelembaban udara sehingga udara terasa kering serta energi yang merupakan biaya rutin untuk mengoperasikan sistem ventilasi tersebut. Menurut ILO 1991, ventilasi digunakan untuk memberikan kondisi dingin atau panas serta kelembaban ditempat kerja. Fungsi lain adalah untuk
mengurangi
konsentrasi
debu
dan
gas-gas
yang
dapat
menyebabkan keracunan, kebakaran dan peledakan.
15
Ventilasi
pada
banyak
penelitian
berperan
penting
dalam
kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Banyak penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara ventilasi dan kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti tuberculosis paru atau penyakit lainnya. Ventilasi
adalah
proses
penyediaan
udara
segar
ke
dalam dan
pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun
mekanis.
Tersedianya
udara
segar
dalam
rumah atau
ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan. Fungsi utama ventilasi dan jendela antara lain : Sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus sebagai lubang pertukaran udara atau lubang ventilasi yang tidak tetap (sering berupa jendela atau pintu); Sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (sinar matahari). Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela sebagai berikut :
Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai, dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langit-langit.
Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai dan jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.
Udara yang masuk harud udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lainlain.
Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara dua dinding ruangan.Aliran udara ini diusahakan tidak terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding, sekat-sekat, dan lain-lain.
Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.
16
Secara umum kita mengenal beberapa bentuk ventilasi:
Ventilasi alami (Natural Ventilation): Merupakan suatu bentuk pertukaran udara secara alamiah tanpa bantuan alat-alat mekanik seperti
kipas.
Ventilasi
alami
masih
dapat
dimungkinkan
membersihkan udara selama pada saat ventilasi terbuka terjadi pergantian dengan udara yang segar dan bercampur dengan udara yang kotor yang ada dalam ruangan. Standar luas ventilasi alami (Suma’mur, 1987) lebih dari 20 % luas lantai tempat kerja. Penggunaan ventilasi alami tidak efektif jika digunakan dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas, debu dan vapours ditempat kerja. Hal ini disebabkan tingkat kesulitan yang tinggi pada ventilasi alami terkait penentuan parameter yang harus kita ketahui menyangkut kecepatan angin, tekanan angin dari luar, arah angin, radiasi panas dan berapa besar pengaruh lubanglubang yang ada pada dinding dan atap, Ventilasi alami biasanya digunakan dengan tujuan untuk memberikan kesegaran dan kenyamanan pada tempat Kerja yang tidak memiliki sumber bahaya yang tinggi.
Ventilasi Umum (General Ventilation): General ventilation atau ventilasi umum biasanya digunakan pada tempat kerja dengan emisi gas yang sedang dan derajat panas yang tidak begitu tinggi. Jenis ventilasi ini biasanya dilengkapi dengan alat mekanik berupa kipas penghisap. Sistem kerja yang dibangun udara luar tempat kerja di hisap dan di hembuskan oleh kipas kedalam rungan bercampur dengan bahan pencemar sehingga terjadi pengenceran. Kemudian udara kotor yang telah diencerkan tersebut dihisap dan di buang keluar.
Ventilasi pengeluaran setempat (Local Exhaust Ventilation): Jenis ventilasi ini dipakai dengan pertimbangan teknis, bahwa bahan pencemar berupa gas, debu dan vapours yang ada pada tempat
17
kerja dalam konsentrasi tinggi tidak dapat dibuang atau diencerkan hanya dengan menggunakan ventilasi umum apalagi ventilasi alami, namun harus dengan ventilasi pengeluaran setempat yang diletakan tepat pada sumber pencemar. Bahan pencemar yang keluar dari proses kerja akan langsung di hisap oleh ventilasi, sebelum sampai pada tenaga kerja.
Comfort Ventilation: Contoh ventilasi ini dengan digunakannya Air Conditioner (AC) pada suatu ruangan. Jenis ventilasi ini berfungsi menciptakan kondisi tempat kerja agar menjadii nyaman, hangat bagi tempat kerja yang dingin, atau menjadi sejuk pada tempat kerja yang panas.
Sementara pendapat serupa mengatakan, bahwa untuk memperoleh ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara : Ventilasi alamiah, merupakan ventilasi yang terjadi secara alamiah, dimana udara masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu, atau lubang angin yang sengaja dibuat. Ventilasi
Mekanik,
merupakan
ventilasi
buatan
dengan
menggunakan: a. AC (Air Conditioner), yang berfungsi untuk menyedot udara dalam ruang kenudian disaring dan dialirkan kembali dalam ruangan; b. Fan (Baling-baling) yang menghasilkan udara yang dialirkan ke depan; c. Exhauser, merupakan baling-baling penyedot udara dari dalam dan luar ruangan untuk proses pergantian udara yang sudah dipakai.
18
1.E. Getaran Di Tempat Kerja Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti : frekuensi, amplitudo, lama pajanan, dan sifat getaran yang terus menerus atau intermitten. Metode kerja dan keterampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat menimbulkan efek negatif pada sistem saraf dan sistem muskuloskeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang. Contoh : loaders, forklipt truck, pneumatik tools, chain saws. Jenis pajanan getar yang dapat diterima pekerja dapat berupa getaran tangan dan lengan serta getaran seluruh tubuh. NAB Getaran Tangan dan Lengan Nilai Ambang Batas pajanan getaran pada tangan dan lengan sebagaimana tercantum pada Tabel merupakan nilai rata-rata akselerasi pada frekuensi dominan (meter/detik2) berdasarkan durasi pajanan 8 jam per hari kerja yang mewakili kondisi dimana hampir semua pekerja terpajan getaranberulang-ulang tanpa menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit. Pekerja dapat terpajan getaran tangan dan lengan pada saat menggunakan alat kerja seperti gergaji listrik, gerinda,jack hammer dan lain-lain. NAB getaran tangan dan lengan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 5 meter/detik2. Sedangkan NAB getaran tangan dan lenganuntuk durasi pajanan tertentu dapat dilihat pada Tabel
19
Getaran Seluruh Tubuh Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh : 3,9 Hz : akan timbul resonansi pada dada dan perut 6.10 Hz : dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O2, dan volume perdenyut sedikit berubah.
Pada
intensitas
1,2
gram
terlihat
banyak
perubahan sistem peredaran darah. 10 Hz : leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi. 13.15 Hz : tenggorokan akan mengalami resonansi <20 Hz : tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian. 1.F. Radiasi di Tempat Kerja Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan, (microwave oven), komputer, dan lain-lain. Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan berada di luar udara. Di dalam air atau berada
20
di dalam lapisan bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi, karbon dan radon di udara serta tritium dan deuterium yang ada didalam air. Secara garis besar radiasi di golongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion
Radiasi Pengion Radiasi
pengion
adalah
jenis
radiasi
yang
dapat
menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan Neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X, partikel neytron
Radiasi Non Pengion Radiasi Non Pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non pengion tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non pengion adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan
transmisi
seluler
handphone);
sinar
inframerah
(yang
memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari). Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut:
21
Radiasi tidak dapat di deteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor neutron, dan lain-lain. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan
sifat-sifat
tersebut
kemudian
digunakan
sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi. Nilai ambang batas radiasi non pengion yang diatur dalam peraturan ini adalah radiasi Medan magnet statis (0-300 Hz). 2.A. Bahaya Bahan kimia di tempat kerja Bahaya ini adalah bahaya yang berasal dari bahan yang dihasilkan selama produksi. Bahan ini terhambur ke lingkungan dikarenakan cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses kerja. Bahan kimia yang terhambur ke lingkungan kerja dapat mengganggu baik itu lokal maupun sistemik. Gejala yang timbul bisa bersifat akut atau kronis tergantung pada pola dan tingkat paparannya. Bahan kimia oksidator Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil, mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraiannya sehingga dapat menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan reaktif terhadap air Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau terbakat. Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas) yang
22
besar atau mengeluarkan gas yang mudah terbakar, contoh: Alkali (Na, K) dan alkali tanah (Ca), logam Halida (Aluminium tibromida), oksida logam anhidrat (CaO), dan oksida non logam Halida (sulfuril halida). Jenis bahan-bahan ini harus jauh dari air atu disimpan ditempat yang kering. Gas bertekanan Telah
banyak
digunakan
dalam
industri
ataupun
laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar. 2.B. Pengaruh Akibat Bahan Kimia Bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi
tubuh
tenaga
kerja
melalui
:
inhalation
(melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Potensi bahaya kimia Korosi Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagian tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa, fosfor. Iritasi Menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (bengkak contoh : kulit: asam, basa, pelarut, minyak). Reaksi Alergi
23
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan. Contoh: kulit: colophony (rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel. Asfiksiasi Asfiksian
yang
sederhana
adalah
inert
gas
yang
mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.
Contoh
asfiksian
sederhana:
methane,
ethane,
hydrogen, helium, dan asfiksian kimia : carbon monoksida, nitrobenzena, hydrogen cyanide, hydrogen sulphide. Kanker Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti
menyebabkan
kanker
pada
hewan.
Terbukti
karsinogen pada manusia : benzene (leukimia); vinychloride (liver angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih) asbestos (kanker paru-paru, mesothelioma), kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates, beryllium. Efek reproduksi Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang manusia. Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh aborsi spontan. Racun sistemik
24
Adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh. Contoh : pada otak : pelarut, lead, mercury, manganese.
NAB bahan kimia dalam ppm atau mg/m3 konsentrasi rata-rata pajanan bahan kimia tertentu yang dapat diterima oleh hampir semua pekerja tanpa
mengakibatkan
gangguan
kesehatan
atau
penyakit
dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam perminggu. NAB terdiri dari TWA, STEL dan Ceiling dengan pengertian sebagai berikut: TWA
(Time
Weighted
Average)
adalahkonsentrasi
rata-rata
tertimbang waktu di tempat kerja yang dapat diterima oleh hampir semua pekerja tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan atau penyakit, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam perminggu. STEL (Short Term Exposure Limit) adalah konsentrasi rata-rata tertinggi dalam waktu 15 menit yang diperkenankan dan tidak boleh terjadi lebih dari 4 kali, dengan periode antar pajanan minimal 60 menit selama pekerja melakukan pekerjaannya dalam 8 jam kerja perhari. Ceiling adalah konsentrasi bahan kimia di tempat kerja yang tidak boleh dilampaui selama jam kerja. 3.A. Faktor Biologi Di Tempat Kerja
Bakteri Adalah organisme bersel tunggal berdiameter1-2 mikron. Beberapa bakteri menyebabkan penyakit seperti : tuberkulosis paru, anthrax kulit dan paru, brucellosis, sakit kepala, artralgia endokarditis, leptospirosis, demam, sakit kepala, mual, gagal hati.
25
Antrak adalah penyakit pada binatang yang dapat berjangkit pada
manusia
(zoonis).
Penyebabnya
adalah
bakteri
baccilus antrakis. Penyakit ini umumnya menyerang ternak pemamahbiak seperti : sapi, kambing, kerbau, kuda dan lainlain, sehingga sangat memungkinkan orang yang bekerja dipeternakan dapat tertular oleh penyakit ini.
Demam Q disebabkan oleh bakteri coxelia burnetti, bakteri ini memiliki masa inkubasi 2-3 minggu dengan gejala akut, serangan
mendadak
diikuti
dengan
menggigil,
nyeri
belakang mata, sakit kepala tubuh lemah, dan sering mengeluarkan keringat
Bakteri Coli dapat menyebabkan keracunan makanan. Biasanya bakteri ini masuk pada makanan yang yang sudah busuk atau makanan yang mengandung pengawet makanan tersebut umumnya telah kadaluarsa dan tercemar karena proses pengolahan atau pemasakan yang tidak bersih.
Virus Merupakan partikel hidup yang paling kecil yang berdiameter antara 0,025 mikro. Merupakan parasit yang menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan dan bakteri hepatitis pada petugas laboratorium dan pekerja yang beresiko tertular virus tersebut antara lain : pekerja RS, pekerja yang sering-sering ganti pasangan. (influenza, flu burung, demam berdarah, HIV/AIDS)
Parasit Beberapa macam parasit : protozoa, dan cacing banyak ditemukan di tempat kerja seperti: malaria pada tenaga kerja kehutanan, cacing tibang pada tenaga kerja pertanian. Beberapa cara contoh parasit yang menyebabkan penyakit: malaria yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles, anxylostomiosis menyebabkan anemia kronis dan jamur menyebabkan gatal-gatal di kulit.
26
Persyaratan faktor biologi merupakan nilai maksimal bakteri dan jamur yang terdapat di udara ruang kantor industri. Persyaratannya sebagai berikut:
Catatan: (cfu/m3) = colony forming unit per meter kubik udara Angka tersebut merupakan batas maksimal yang dipersyaratkan. Apabila angka tersebut terlampaui, bukan mengindikasikan adanya risiko kesehatan, tetapi merupakan indikasi untuk dilakukannya investigasi lebih lanjut. o Persyaratan faktor biologi merupakan nilai maksimal bakteri dan jamur yang terdapat di udara ruang kantor industri dalam satuan (cfu/m3) = colony forming unit per meter kubik udara. o Angka persyaratan bahaya biologi tersebut merupakan batas maksimal yang dipersyaratkan. Apabila angka tersebut terlampaui, bukan mengindikasikan adanya risiko kesehatan, tetapi merupakan indikasi untuk dilakukannya investigasi lebih lanjut.
27
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Klasifikasi faktor lingkungan kerja yang mebahayakan kesehatan terdiri dari : faktor fisik, kimia, biologi Acuan regulasi dan standar kesehatan lingkungan kerja industri adalah peraturan menteri kesehatan no 70 tahun 2016, ILO (International Labour Organization) tahun 1991, KEPMEN LH No 48 tahun 2016 NAB kebisingan 85 Dba, pencahayaan 20-500 Lux, iklim 30ᵒC, ventilasi 40% s/d 70%, getaran <20 Hz, radiasi 0-300 Hz, bahan kimia waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam perminggu terpapar, faktor biologi jamur 1000 m3, bakteri 500 m3 di udara. B. Saran Dengan ditetapkannya Peraturan regulasi dan standarisasi tentang
faktor
diharapkan
bahaya
dapat
dan
menjadi
kesehatan acuan
bagi
lingkungan seluruh
industri
pemangku
kepentingan dalam memenuhi standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri.
28
DAFTAR PUSTAKA Cecep Dani Sucipto Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Heru Subaris, SKM, M.Kes Hygiene Lingkungan Kerja Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan No. 70/Menkes/2016 tentang StandaR dan persyaratan Kesehatan lingkungan kerja industri Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan No. 48/Menkes/2016 tentang Standar dan persyaratan Kesehatan lingkungan kerja perkantoran International Labour Organization (ILO) 1991, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Suma’mur, K.P., 1996, Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan, PT. Toto Gunung Agung, Jakarta.
29
30