DEGRADASI LINGKUNGAN AKIBAT PENGGUNAAN MERKURI DALAM PENAMBANGAN EMAS
Oleh AFLAN ZULFADLI Program Pascasarjana Magister Geologi Pertambangan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2009
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT atas selesainya makalah yang membahas masalah bahaya atau bencana yang ditimbulkan dari kegiatan pemurnian emas hasil kegiatan penambangan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam hal ini adalah merkuri. Penggunaan merkuri dalam pemurnian emas yang diperoleh dari penambangan tradisional memamng bukan hal yang baru namun sudah lama terjadi, karena penggunaan merkuri dalam mengikat emas dari hasil pendulangan merupakan cara yang paling sederhana dan paling murah dengan tingkat recoveri emas yang diperoleh bisa mencapa diatas sembilan puluh persen. Namun dibalik proses yang sederhana dengan harga murah ada tingkat bahaya yang sangat fatal yang tidak hanya berdampak pada si penambang tapi juga akan mencemari lingkungan perairan yang dapat mengakibatkan terakumulasinya merkuri dalam perairan sehingga menghasilkan sedimen yang akan diurai mikroorganisme menjadi metil merkuri yang kemudian terikut pada plangton yang merupakan sumber utama makanan ikan. Ikan yang terkontaminasi merkuri kemudian dikonsumsi oleh manusia, dimana kita ketahui bahwa merkuri merupakan jenis logam berat yang apabila termakan oleh manusia akan terakumulasi di dalam tubuh sampai pada kadar tertentu akan menyerang sisitem syaraf yang berakibat pada menurunnya daya ingat, rusaknya funsi ginjal dan naiknya tekanan darah. Dilihat dari dampak yang ditimbulkan maka perlu adanya perhatian serius akan penggunaan merkuri dalam kegiatan penambangan, mencari solusi atau alternatif bahan pengganti merkuri serta mengawasi dan membatasi peredaran merkuri secara ketat, hal ini tentu memerlukan komitment dari berbagai pihak yang terkait. Penulis
2
I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia bertemu, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Interaksi antara lempeng-lempeng tersebut lebih lanjut menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang memiliki aktivitas kegunungapian dan kegempaan yang cukup tinggi. Lebih dari itu proses dinamika lempeng yang cukup intensif juga telah membentuk relif permukaan bumi yang khas dan sangat bervariasi, dari wilayah pegunungan dengan lereng-lerengnya yang curam menyiratkan potensi longsor yang tinggi hingga wilayah yang landai sepanjang pantai dengan potensi ancaman banjir, penurunan tanah dan tsunami. A. BENCANA DAN PENANGGULANGANNYA Perlu adanya penyamaan presepsi tentang pemahaman masalah bencana agar para pengambil kebijakan memiliki kesamaan pandangan dalam menangani dan menanggulangi bencana. Bila tidak demikian akan terjadi kerancuan dalam pengambilan keputusan atau malah saling lempar tanggung jawab setelah ada kejadian. Bencana (disaster), adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, prasarana, dan utilitas umum serta menimbulkkan gangguan terhadap tata kehidupan dan masyarakat. Pengelolaan bencana (disaster management), adalah bentuk kebijakan dan keputusan administratif serta aktifitas operasional yang berkaitan dengan berbagai tahapan dari penanggulangan suatu bencana.
3
Penanggulangan bencana, adalah segala upaya kegiatan yang dilakukan meliputi
kegiatan
pencegahan,
penjinakan
(mitigasi),
penyelamatan,
rehabilitasi dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat maupun setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi. Mitigasi bencana adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana. Pencegahan bencana adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk meniadakan sebagian atau seluruh bencana yang terjadi. Peringatan dini (early warning system), adalah proses monitoring situasi dalam masyarakat atau daerah yang diketahui rawan terhadap bahaya dan dapat memberikan informasi secara cepat kepada masyarakat akan adanya bahaya agar segera melakukan tindakan untuk menghindar dari bencana tersebut. Hal ini dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari segi korban jiwa maupun harta benda. B. KLASIFIKASI SUMBER BENCANA Bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik oleh alam, yang masih dibagi lagi menjadi dua faktor penyebab, yakni: hazards of exogenic origin (bencana alam asal luar), dan hazards of endogenic origin (bencana alam asal dalam). Bencana yang disebabkan oleh proses alam ini adalah bencana akibat proses geologis, proses geomorfologis dan proses klimatologis, yang mengakibatkan bencana alam. Bencana alam sebenarnya merupakan proses alam dengan intensitas yang melebihi normal, seperti: gempa bumi, letusan gunungapi, longsoran, dan gelombang badai. Dari bencana alam-bencana alam tersebut di atas, yang termasuk di dalam bencana asal luar atau biasa dikenal dengan Bencana Alam Klimatologis (hazards of exogenic origin), adalah: •
Banjir,
•
Erosi, 4
•
Gerakan tanah,
•
Angin putting beliung
Sedangkan yang termasuk dalam bencana asal dalam atau biasa dikenal dengan bencana alam geologis (hazards of endogenic origin), adalah: •
Gempa bumi,
•
Gelombang pasang (tsunami),
•
Letusan gunungapi (hujan abu, aliran lahar, aliran lava),
Adapun bencana yang diakibatkan oleh aktifitas manusia (hazards of anthropogenic origin), adalah: •
Degradasi lingkungan,
•
Penggundulan
hutan
yang
berakibat
pada
bencana
kekeringan,
erosi/banjir, •
Gempa bumi akibat pembangunan DAM,
•
Penurunan tanah/lahan (subsidence), longsoran, dsb
II. PENGGUNAAN MERKURI DALAM KEGIATAN PENAMBANGAN EMAS DI KAB.BOMBANA Bombana merupakan kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten Buton yang dibentuk melalui UU No.29 Tahun 2003, Kabupaten baru ini namanya tiba-tiba mencuat kepermukaan saat ditemukaannya tambang emas yang berada di sungai tahi ite. Masyarakat berbondong-bondong melakukan penambangan di sekitar sungai tahi ite sepanjang kurang lebih 30 Km dengan jumlah penambang mencapai sekitar 60.000 orang.
5
Gambar1 : Sungai Tahi Ite, tempat kegiatan penambangan dilakukan
Gambar 2: Peta Regional Kab. Bombana
6
Membludaknya jumlah penambang dikarenakan tidak hanya masyarakat Bombanan yang melakukan penambangan tapi dari beberapa daerah di luar Bombana, mulai sulawesi selatan, sumatra, kalimantan, papua dan lain-lain. Kegiatan penambangan yang dilakukan sepanjang sungai adalah dengan cara pengayakan pasir dan tanah pada endapan alluvial, penggalian lubang secara lateral pada dinding tebing atau kolluvial. Cebakan emas sekunder dijumpai pada residual soil, dan sebagian endapan emas alluvial yang menempati lembah sungai Tahi Ite. Endapan placer alluvial didapatkan dipinggir sungai, sangat jarang didapatkan pada dasar sungai. Placer jenis ini sering pula didapatkan sebagai endapan sungai purba. Seperti halnya endapan placer elluvial, pada endapan placer alluvial kandungan emasnya juga sangat sedikit sehingga tidak ekonomis apabila dilakukan penambangan secara komersil. Jenis endapan ini ditambang dengan cara di dulang, sedang emas murni yang didapatkan diperoleh dengan cara mengikat logam emas dengan merkuri. Penggunaan
merkuri
untuk
mengikat
emas
dilakukan
dengan
cara
pendulangan emas menggunkan media air, tanah/pasir yang dperoleh ditambahkan merkuri kemudian dilakukan pengayakan sehingga pasta merkuri mengikat emas sementara tanah dan pasir terpisah. Pasta emas dan merkuri kemudian diperas menggunakan media kain sehingga terpisah emas dan merkuri, merkuri dapat digunakan kembali namun ada yang ikut terbuang ke sungai sebagai limbah karena smua kegiatan dilakukan dipinggir sungai. Flow sheet penggunaan merkuri dapat dilihat sebagai berikut:
7
Tanah/ Soil mengandung Emas
Tanah/Pasir yang mengandung Emas + Merkuri
Separasi secara Gravitasi
Pengayakan
Pasta Merkuri + Emas
Tanah + Pasir
Sung ai
Diperas
Limbah
Merkuri
Emas
Gambar 3 : Flow Sheet penggunaan Merkuri
III.
PENCEMARAN MERKURI DI LINGKUNGAN PERAIRAN
a. Pengertian Merkuri Air raksa atau biasa dikenal dengan nama merkuri adalah logam yang ada secara alami, satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 357 oC air raksa akan menguap. Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam merkuri digunakan dalam produksi gas khlor dan soda kaustik, termometer, tambal gigi, dan baterai. Air raksa, sering disebut merkuri, dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor, belerang
atau
oksigen
merkuri
akan
membentuk
garam
yang biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri sering digunakan
8
dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan aktivitas volkanik. Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organo merkuri. Senyawa organomerkuri yang paling umum adalah metil merkuri, yangterutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Karenabakteri itu kemudian terikut (termakan) oleh ikan, maka di ikan cenderung konsentrasi merkurinya akan tinggi. Nah, dari buangan di sungai di Tahi Ite ini dapat saja dalam waktu beberapa tahun kemudian akan terakumulasi di ikan, kemudian dampaknya akan ada pada generasi berikutnya. Ingat kasus Minamata diJepang. Bagaimana orang dapat terkontaminasi merkuri? Ada beberapa cara: memakan ikan atau hewan air lainnya yang telah terkontaminasi metilmerkuri; terkontaminasi karena lepasnya merkuri dari penambal gigi (banyak pihak mengganggap kasus yang sangat jarang), menghirup udara yang mengandung merkuri dari tumpahan, atau limbah industri para pekerja tambang . b. Bahaya Penggunaan Merkuri Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupun metilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin. Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangandaya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntahmuntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri adalah bahankarsiogenik. Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang mengandung
9
dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya, pada anak dapat berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Bahkan,masalah pada pencernaan dan ginjal juga dapat terjadi. Oleh karena itu, merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita yang sedang hamil. c. Standar yang diperbolehkan Standard yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 1 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, . 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari). Berdasarkan catatan sampel darah dan urin dari sesorang dapat digunakan untuk mengetahui hal ini. Kadang diambil juga sampel rambut untuk diketahui kadar merkurinya pula.
10
IV.
MITIGASI BAHAYA PENGGUNAAN MERKURI
Mitigasi dialakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya bencana, baik berupa korban jiwa dan/ dan atau kerugian harta benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk mendefinisikan rencana atau strategi mitigasi yang tepat dan akurat, perlu dilakukan kajian resiko (rsik assesment). Tidak semua potensi bahaya alam akan menimbulkan resiko bencana. Apabila suatu peristiwa yang memiliki potensi bahaya terjadi disuatu daerah dengan kondisi yang rentan, maka daerah tersebut beresiko terjadi bencana. Jadi resiko dipengaruhi oleh faktorfaktor bahaya (hazards) dan kerentanan (vulnerability). Dalam hal ini faktor kapasitas dapat dianggap sebagai bagian dari faktor kerentanan, yang dapat mengurangi kerentanan bila kapasitas daerah tersebut tinggi. Sebaliknya, apabila
kapasitas
daerah
rendah
maka
akan
meningkatkan
faktor
kerentanannya. Adapun mitigasi yang dapat dilakukan terkait dengan penggunaan merkuri dalam kegiatan penambangan adalah sebagai berikut : •
Mendefinisikan berbagai aktifitas apa saja yang harus dilakukan untuk menanggulangi bahaya dari penggunaan merkuri
•
Membangun jaringan
informasi untuk mensosialisasikan
bahaya
penggunaan merkuri. •
Pemerintah sebagai salahsatu stakeholder hendaknya aktif dalam menyediakan pengetahuan dasar tentang kajian resiko dan mitigasinya.
•
Menyelenggarakan pelatihan atau training pada para penambang inkonvesnional tentang cara atau sistem penambangan yang benar dan tidak menimbulkan penceamaran atau degradasi lingkungan.
•
Mengawasi dan melarang peredaran merkuri secara bebas
•
Melakukan
pemantauan
yang
penggunaan merkuri.
11
intensif
terhadap
peredaran
dan
V.
KESIMPULAN Penggunaan merkuri dalam kegiatan penambangan telah lama dilakukan oleh para penambang inkonvensional atau para penambang emas tradisional, peredaran merkuri yang begitu bebas seakan tak terbendung dengan begitu besarnya kebutuhan di kalangan penambang emas tradisional, partisipasi aktif dari pemerintah sangat diperlukan adanya dalam membatasi dan mengawasi peredaran merkuri serta mensosialisasikan tentang bahaya dari penggunaan merkuri. Tidak adanya aturan yang ketat dari pemerintah tentang peredaran merkuri mengakibatkan cara mendapatkan merkuri begitu mudah. Aturan tidaklah cukup tanpa disertai pengawasan dan tindakan tegas bagi para pengguna yang tidak sesuai dengan prosedur yang berakibat pada pencemaran atau degradasi lingkungan. Mitigasi perlu dilakukan secara integral antara stakeholder dalam hal ini adalah pemerintah dan organisasi masyarakat dalam upaya mencegah atau menanggulangi bahaya yang diakibatkan oleh merkuri. Tindakan ini perlu dilakukan secara intensif dan berkala agar pemantuan lebih mudah dilakukan dan terkontrol.
12
Daftar Pustaka 1. Imam A. Sadisun, Dr.Eng, 2008 “ Smart SOP dalam mitigasi dan penanganan bencana”, Pusat Mitigasi Bencana-Institut Teknologi Bandung (PMB ITB). 2. Ismunandar,2008 . Artikel, “Merkuri, Bahaya dan Penanganannya” ITB 3. Sutikno, 2002, “Kebijaksanaan pengelolaan Bencana di Indonesia”, panduan pelatihan Tenaga Supervisor Kebencanaan, Yogyakarta, 5-24 Agustus 2002, Badan Linmas Provinsi Papua dan PSB UGM, Yogyakarta 2002. 4. Achmad Budiono ,2003 “ Pengaruh Pencemaran Merkuri Terhadap Biota Air”. Makalah pengantar falsafah sains, Program pascasarjana/S3 IPB Bogor.
13
14