Minyak Sawit Merah.docx

  • Uploaded by: hainun azzahra
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Minyak Sawit Merah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,684
  • Pages: 12
MINYAK SAWIT MERAH

PERCOBAAN V (Praktikum Refinery dan Pengolahan Turunan Minyak Sawit)

Kelompok 1

Alda Erlyca

B1317007

Jahriah

B1317026

Setia Rahman

B1317061

Siti Hainun

B1317063

Summa Nur Hidayah

B1317075

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT PELAIHARI 2019

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kebutuhan dunia terhadap minyak dan lemak nabati mengalami peningkatan setiap tahun. Produksi minyak dan lemak nabati pada tahun 2006 mencapai 123 juta ton dan diprediksi meningkat menjadi 142 juta ton pada 2010. Sebanyak 45.5 juta tonminyakdanlemaknabati terse but berasal dari minyak kelapa sawit, dan 22.3 juta ton (46%) berasal dari Indonesia. Indonesia merupakan negara terbesar kedua setelah Malaysia dalam produksi minyak sawit sehingga memberikan kontribusi 28,9% pada neraca minyak nabati dan lemak dunia, sedangkan untuk negara Indonesia mencapai produksi dan ekspor masing-masing sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam minyak nabati dan lemak dunia sebesar 20,5%. Minyak makan adalah minyak yang dikonsumsi langsung. Sebagai bahan baku utama minyak makan, minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibanding bahan baku lainnya. Keunggu1an utama minyak sawit adalah kandungan mikronutriennya yang tinggi terutama β-karoten. Minyak sawit merah (MSM) adalah fraksi olein dari pemurnian minyak sawit kasar (Crude Palm Oil/CPO) yang masih mengandung karotenoid dengan total karoten 550 mg/kg, diantaranya dengan β-karoten 70%. Tingginya kanduingan β-karoten tersebut menyebabkan minyak sawit berwarna merah sehingga sering disebut minyak sawit merah. βkaroten merupakan salah satu komponen dalam minyak sawit yang berguna bagi kesehatan tubuh diantaranya untuk penanggulanagan kebutaan, mengurangi peluang kanker, dan mencegah proses penuaan. Pemurnian minyak sawit atau CPO dapat dilakukan dengan dua metode yaitu pemurnian fisik dan pemurnian kimiawi. Perbedaan utama duajenis pemurnian ini ada pada cara menghilangkan asam lemak bebas. Akan tetapi kedua metode dapat menghasiilkan refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) yang memiliki kualitas dan stabilitas yang diinginkan. Metode pemurnian yang pertama adalah pemumian fisik yang merupakan metode pemumian yang lebih popular karena lebih efektif dan efisien.

1.2. Tujuan Tujuan dari praktikum minyak sawit merah ini yaitu sebagai berikut: 1. Mempraktikan cara pembuatan minyak sawit merah. 2. Mendapatkan RDPO (Refined Degummed Palm Oil. 3. Menghitung nilai FFA CPO, deguming, dan deodorasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Sawit Kasar atau Crude Palm Oil (CPO) Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak sawit mentah yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit dan belum mengalami proses pemurnian, biasanya digunakan untuk kebutuhan bahan pangan dan lainnya. Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk industri

oleokimia

yang

menghasilkan

asam

lemak,

fatty,

alcohol,

gliserol dan metil ester serta surfaktan. Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak nabati yang didapatkan dari mesocarp

buah

pohon

kelapa

sawit,

umumnya

dari

spesies Elaeisguineensis. Minyak kelapa sawit secara alami berwarna merah karena mengandung beta karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti sawit yang dihasilkan dari inti buah kelapa sawit. Perbedaan tersebut terletak pada warna dan kadar lemak jenuhnya, minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh. Minyak inti sawit 81% dan kelapa 86% (Fauzi. Dkk, 2006).

2.2 Definisi Minyak Sawit Merah Minyak sawit merah (MSM) adalah fraksi olein dari pemurnian minyak sawit kasar (Crude Palm Oil/CPO) yang masih mengandung karotenoid dengan total karoten 550 mg/kg, diantaranya dengan β-karoten 70%. Selama proses pengolahan dan penyimpanan, MSM dan bahan aktif di dalamnya yang terpapar oleh panas dan oksigen mengalami kerusakan struktur, terutama senyawa βkaroten. Senyawa β-karoten sensitif terhadap panas dan reaksi oksidasi karena memiliki banyak ikatan ganda terkonyugasi (Sahidi, 2005). Proses kerusakan β-karoten yang umum adalah isomerisasi, oksidasi dan fragmentasi molekul β-karoten. Perubahan bentuk isomer dari trans menjadi cis yang terjadi menyebabkan aktivitas β-karoten sebagai provitamin A menurun dari 100% dalam bentuk isomer trans menjadi 53% setelah dalam bentuk isomer 13cis-β-karoten, dan 38% dalam bentuk isomer 9-cis-β-karoten. Karena itu, MSM tidak dianjurkan untuk minyak goreng, karena karotenoid yang terkandung di

dalamnya akan rusak pada suhu penggorengan. MSM lebih dianjurkan sebagai minyak makan untuk menumis, minyak salad, dan bahan fortifikan pada produk pangan berlemak (Akoh. Dkk, 2002). Refined Degummed Palm Oil (RDPO) adalah minyak sawit yang telah mengalami proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas tanpa melakukan penjernihan untuk menjaga kandungan β-karoten sehinggan tetap mebuat minyak sawit berwarna merah. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng sawit dimulai dari proses pengolahan tandan buah segar menjadi crude palm oil (CPO). Setelah kelapa sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya adalah mengolah CPO menjadi minyak goreng sawit.

2.3 Degumming Degumming (pemisahan gum) merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air dan resin. Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum atau kotoran lain agar supaya bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan proses pemusingan (sentrifusi) (Pahan, 2008). Komponen-komponen fosfatida membentuk lendir (gum) pada CPO dan tidak dikehendaki karena trigliserida yang akan terhidrasi sehingga menimbulkan emulsi pada saat pengolahannya, mempersulit adsorbsi tanah pemucat. Fosfatida yang terlarut dalam minyak dapat dipisahkan dengan menyalurkan uap air panas ke dalam minyak sehingga terpisah dari minyak, sedangkan fosfatida yang tidak larut air dapat dipisahkan dengan penambahan Asam Phospat (H3PO4). Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk proses pemisahan gum antara lain adalah pemisahan gum dengan cara pemanasan, dengan penambahan asam (H3PO4, H2SO4 dan HCl), pemisahan gum dengan NaOH, pemisahan gum dengan cara hidrasi dan pemisahan gum dengan pereaksi khusus seperti asam fosfat, natrium chlorida (NaCl) dan Natrium Phospat (Na3PO4) (Sahidi, 2005). Proses degumming dengan menggunakan asam an organik adalah proses lazim dilakukan, pengaruh yang ditimbulkan oleh asam adalah terbentuknya gumpalan sehingga mempermudah pengendapan kotoran. Pemberian Asam fosfat sebagai degumming agent karena dapat menurunkan bilangan peroksida minyak

yang telah dipucatkan dan dapat meningkatkan kestabilan warna, akan tetapi semakin tinggi kadar asam fosfat yang digunakan maka bilangan peroksida dari minyak yang telah dipucatkan akan semakin meningkat. Proses degumming menggunakan NaOH, maka partikel yang terbentuk akan menyerap lendir dan sebagian pigmen. Kelemahan proses ini adalah terbentukknya emulsi sabun sehingga kehilangan minyak netral akan bertambah besar.

2.4 Deodorasi Deodorasi merupakan proses untuk memisahkan aroma dan bau dari minyak. Prinsip dari proses deodorisasi yaitu distilasi minyak oleh uap dalam keadaan hampa udara. Pada suhu tinggi, komponen-komponen yang menimbulkan bau mudah diuapkan, kemudian melalui aliran uap komponen-komponen tersebut dipisahkan dari minyak. Komponen-komponen yang dapat menimbulkan rasa dan bau dari minyak antara lain aldehida, keton, hidrokarbon dan minyak esensial yang jumlahnya sekitar 0.1 persen dari berat minyak. Deodorisasi sebagai tahap terakhir dalam pemurnian minyak, merupakan proses pelucutan oleh uap air (steam). Uap panas yang digunakan merupakan uap kualitas baik (1-3% dari minyak), yang dibangkitkan dari air umpan yang telah dideaerasi dan mengalami perlakuan tertentu, yang kemudian diinjeksikan ke dalam minyak pada suhu tinggi (252-266oC) dan kevakuman tinggi. Pada kondisi ini peroksida terdekomposisi dan asam-asam lemak bebas serta senyawa-senyawa odor akan teruapkan. Pemucatan minyak oleh panas dilakukan dengan menjaga minyak selama 15-60 menit pada suhu tinggi untuk memastikan terjadinya dekomposisi pigmen karotenoid. Selama proses deodorisasi, mungkin terjadi beberapa reaksi yang dikehendaki, tetapi terdapat pula reaksi yang tidak diinginkan seperti hidrolisis lemak, polimerisasi dan isomerisasi. Oleh karena itu, suhu deodorisasi harus secara hati-hati dikendalikan untuk mencapai kualitas akhir minyak yang diinginkan.

2.5 Asam Lemak Bebas atau FFA ( Free Fatty Acid ) Asam lemak bebas berasal dari proses hidrolisa minyak ataupun dari kesalahan proses pengolahan. Kadar asam lemak yang tinggi berarti kualitas

minyak tersebut semakin rendah. Penentuan kadar asam lemak bebas dalam minyak ini bertujuan untuk menentukan kualitas minyak. Asam lemak bebas ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang terdapat paling banyak dalam minyak tertentu. Lipida terdiri dari asam-asam lemak dan alkohol. FFA sesuai dengan namanya adalah "free fatty acids" atau "asam lemak bebas" yaitu nilai yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang ada di dalam lemak atau jumlah yang menunjukkan berapa banyak asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak setelah lemak tersebut dihidrolisa. Tujuan analisa angka asam atau bilangan saponifikasi adalah sebagai indikasi untuk mengetahui seberapa besar Mr lemak yang dianalisa. FFA adalah bagian dari angka asam untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak, semakin tinggi FFA, semakin tinggi tingkat kerusakan minyak. Sebagai faktor koreksi pada titrasi, sehingga dapat mengetahui volume titran yang benar-benar bereaksi dengan titran yang diinginkan (Yernisa, 2013).

BAB III METODE

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 Maret 2019 pada pukul 14.00-17.00 WITA bertempat di Laboratorium Pengujian Bioproses dan Bioenergi Program Studi Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah termomoter, gelas beaker, batang pengaduk, hot plate, erlenmeyer, corong, buret, neraca analitik dan pipet tetes. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah CPO, H3PO4 (asam fosfat).

3.3. Prosedur Kerja a. Degumming 1. Ditimbang CPO sebanyak 50 gram. 2. Dipanaskan CPO pada suhu 40-50oC, Kemudian ditambahkan asam fosfat yang sudah ditimbang sebelumnya 2,5 gram selama 15 menit sampai suhu 80 oC. 3. Setelah itu ditambahkan aquades sebanyak 2,5 gram lalu suhu diturunkan menjadi 60 oC selama 15 menit. 4. Kemudian didiamkan CPO sampai terbentuk lapisan. b. Deodorasi 1. Dipanaskan RDBPO ke dalam gelas beaker. 2. Diletakkan diatas hot plate, kemudian dipanaskan hingga suhu 100 oC selama 30 menit. 3. Didinginkan RBDPO yang telah dipanaskan kemudian diamati.

c. Analisa FFA 1. Ditimbang CPO minyak hasil degumming dan minyak deodorasi sebanyak 5 gram. 2. Ditambahkan 50 ml alkohol pada masing-masing sampel. 3. Dipanaska hingga mendidih, kemudian didinginkan. 4. Dititrasi dengan menambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes. 5. Dicatat volume titrasinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Adapun hasil dari praktikum minyak sawit merah ini dapat dilihat pada tabel 1. Sebagai berikut : Tabel 1. Hasil pengamatan dan perhitungan pada praktikum minyak sawit merah. No.

Pengamatan

1.

Warna

Hasil Proses CPO

Degumming

Deodorasi

Orange Pekat

Merah Tua

Merah Kehitaman

2.

Aroma

Tengik

Tengik

Tengik

3.

FFA

1,5%

1,5%

1,1%

4.2. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Akoh, Casimir C, dan David, 2002. Food Lipids. New York : Marcel Dekker, Inc. Fauzi., Yustina., Iman., dan Rudi Hartono. 2006. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta : Penebar Swadaya. Pahan, l. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya. Sahidi F. 2005. Baileys Industrial Oil and Fat Products. New York : J Wiley dar Sons. Yernisa. 2013. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Jambi : Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Jambi

Related Documents

Minyak Sawit Merah.docx
December 2019 25
Kebun Sawit
November 2019 32
Stop Sawit
April 2020 23
Sawit Baru
May 2020 17

More Documents from "Deni Ramadoni"