BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang utuh dan unik yang terdiri dari komponen bio,psiko,sosio dan spiritual. Hal ini berarti kebutuhan manusia juga harus dipenuhi secara keseluruhan atau holistik yang meliputi kebutuhan biologis ,psikologis,sosial, dan spiritual baik dalam kontinum sehat maupun sakit. Menurut
teori Nightingale, perawatan holistik
digambarkan dengan penggunaan terapi komplementer yaitu terapi yang diberikan untuk melengkapi terapi medis konvensional. Salah satu jenis terapi komplementer yang menurut literatur banyak terbukti berpengaruh terhadap kesejahteraan bagi tubuh , yaitu foot massage (Setyoadi & Kushariyadi , 2011) Diantara penanganan non medis tersebut adalah pijat refleksi kaki (foot massage). Metode ini di pilih karena kecilnya efek samping yang ditimbulkan dan lebih ekonomis, proses pijat refleksi kaki hanyalah menggunakan tangan manusia tidak ada obat, pembedahan atau alat-alat kedokteran yang digunakan. Foot massage adalah manipulasi jaringan lunak pada kaki secara umum dan tidak terpusat pada titik-titik tertentu pada telapak kaki yang berhubungan dengan bagian lain pada tubuh (Coban & sirin , 2010). Manipulasi ini terdiri dari 5 teknik dasar yaitu effleurage (gosokan),
1
petrissage (pijatan), tapotement (pukulan), friction (gerusan), dan vibration (getaran)
(Haakana,2008).
Manfaat
foot
massage
semakin
jelas
teridentifikasi dan dikategorikan sebagai maaf fisik dan mental emosional (Puthusseril,2006;Kozier et al.2010) Beberapa penelitian telah membuktikan manfaat foot massage secara luas, salah satunya adalah pengaruh foot massage terhadap perubahan parameter hemodinamik non invasif. Hasil penelitian Eimani dan Eshq (2004) menunjukkan bahwa foot massage dapat menurunkan mean arterial pressure (MAP), denyut jantung , dan frekuensi pernafasan. Smith, Yamashita, Bryant, Hemphill, dan Kutner (2009) mengungkapkan hasil penelitian Hayes dan cox yang menunjukkan bahwa foot massage dapat menurunkan tekanan darah, denyut jantung, dan frekuensi oksigen, sementara hasil penelitian Moshtaghe, Eimani, Abed, Hosseiny, dsan AlaviiMajd (2004); Shaban, Amiry, Mehran , & Kahrary (2004); kaur , kaur& Bhardwaj (2012) menunjukkan bahwa foot massage dapat menurunkan MAP dan denyut jantung serta meningkatkan saturasi oksigen. Menurut kementrian kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI) (2011),Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus untuk observasi, perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera, atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversibel. Merujuk pada definisi di
2
atas, Chulay dan Burns (2006) serta gattinoni dan Carlesso (2013) menjabarkan kondisi yang sering terjadi pada pasien di ICU adalah hemodinamik yang tidak stabil yang ditandai dengan peningkatan MAP, denyut jantung, dan frekuensi pernafasan serta penurunan saturasi oksigen Peningkatan MAP pada pasien di ICU disebabkan karena peningkatan
aktivitas
vasomotor
di
medula
yang
menyebabkan
vasokontriksi arteriol dan meningkatkan resistensi (Jevon & Ewens,2009) sementara peningkatan denyut jantung dipengaruhi oleh stres, kecemasan, nyeri, kondisi yang menghasilkan kompensasi pelepasan katekolamin endogen seperti hipovolemia, demam, anemia dan hipotensi (Chulay & Burns, 2006). Pada kondisi disfungsi jantung , peningkatan denyut jantung dapat mengurangi waktu pengisian ventrikel yang menghasilkan penurunan volume sekuncup dan pada akhirnya membuat penurunan curah jantung , penurunan curah jantung dapat ,mengakibatkan pengiriman dan penggunaan oksigen ke dalam jaringan tidak mencukupi sehingga terjadi hipoksia jaringan (Morton & Fontaine,2009). Hal ini ditandai dengan adanya penurunan saturasi oksigen dan peningkatan frekuensi pernafasan Apabila kondisi hipoksia jaringan berlangsung terus-menerus , maka dapat menyebabkan disfungsi sel dan organ yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel atau kegagalan organ (Morton & Fontaine, 2009) oleh karena itu, sebagai bagian dari interdisiplin di ICU, perawat dituntut agar dapat memberikan perawatan non farmakologi yang tidak memiliki pengaruh negatif dan dapat melengkapi terapi farmakologi yang
3
selama ini sudah diberikan dalam pengelolaan pasien di ICU (Morton & Fontaine, 2009) berdasarkan pertimbangan pada pemilihan terapi yang secara fisiologis dapat berpengaruh terhadap sirkulasi darah, maka terapi komplementer yang tepat diberikan oleh perawat adalah foot massage Rumah sakit umum pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan rumah sakit pelayanan, pendidikan, dan penelitian terbesar di jawa barat yang memiliki sebuah ruang GICU, di ketahui bahwa pengelolaan pasien di lakukan untuk mencapai kondisi hemodinamik yang stabil.beberapa pasien mendapatkan terapi oksigen melalui ventilator dengan mode bantuan sebagian Saat ini didapatkan belum ada penelitian mengenai foot massage di tatanan ICU di indonesia, sementara berdasarkan hasil penelitian di luar negri, telah banyak dibuktikan adanya pengaruh secara signifikan yang diberikan oleh foot massage terhadap parameter hemodinamik pada pasien di ICU .Sehingga hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian penelitian ulang tentang pengaruh foot massage terhadap parameter hemodinamik non invasif pada pasien di ruang GICU RSUP Dr,Hasan Sadikin Bandung Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh foot massage terhadap penurunan MAP.denyut jantung, dan frekuensi pernafasan serta peningkatan saturasi oksigen.
4
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada pengaruh foot massage terhadap parameter hemodinamik non invasif pada pasien di ICU RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus
C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui secara umum pengaruh foot massage terhadap parameter hemodinamik non invasif pada pasien di ICU RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengaruh sebelum di lakukan foot massage terhadap penurunan MAP. denyut jantung, dan frekuensi pernafasan serta peningkatan saturasi oksigen pada pasien di ICU RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus b. Untuk mengetahui pengaruh sesudah di lakukan foot massage terhadap penurunan MAP.denyut jantung, dan frekuensi pernafasan serta peningkatan saturasi oksigen pada pasien di ICU RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus
5
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Foot Massage 1. Pengertian Foot Massage Massage (pijat) adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri ,menghasilkan relaksasi, dan atau meningkatkan sirkulasi. Gerakangerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk-nepuk,memotong –motong, meremasremas, dan gerakan meliuk-liuk ( Henderson, 2006). Massage memiliki banyak jenis, salah satunya adalah foot massage. Foot - Massage atau refleksi kaki merupakan terapi yang berasal dari cina. Terapi ini sudah lebih dari 3000 tahun yang lalu dan digunakan dalam pencegahan dan penyembuhan banyak penyakit. Prinsip foot – massage terletak pada jaringan meridian yang menghubungkan semua jaringan, organ dan sel – sel dalam tubuh kita. Setiap organ dalam tubuh terhubung ke titik refleksi tertentu pada kaki melalui perantara 300 saraf. Seorang ahli refleksi akan memberikan tekanan pada berbeda dan garis energi di telapak dan sisi kaki untuk menentukan penyebab penyakit (Nelson, 2013)
6
Foot-massage dapat merangsang organ-organ dan kelenjar yang terkait dengan meridian dan saraf. Foot-massage dapat dilakukan sendiri dirumah pada baik menggunakan ibu jari atau ruas jari telunjuk untuk menekan dan menggosok dengan dalam secara berirama di berbagai titik kaki yang penting. 2.
Sejarah dalam perkembangan massage secara umum dan footmassage Tercatat menurut tradisi india lima ribu tahun yang lalu, foot – massage dapat baca di literatur veda, di mana secara luas disebut – sebut sebagai bagian dari hubungan antara guru dan pengikut, suami dan istri, atau teman di mulai dengan Narajanah, utama dewa hirarki konsep dunia kuno, yang kakinya dipijat oleh pasangan yang kekal itu, (laksmi) Mesir kuno juga telah membuktikan bukti dari 2.500 SM. Makam Ankhmahor dokter itu ditemukan di Saqqarah, tempat pemakaman para fir’aun. Gambar-gambar di dinding makam dianggap oleh banyak orang sebagai penggambaran reflexological paling kuni. Pekerjaan cina berjudul internal medicine kitab kaisar kuning tanggal di abad ke – 1 SM – menyebutkan enam meridian terletak di kaki volume ini detailedly menjelaskan berbagai teknik pijat juga. Dalam masa kejayaannya antara 300 dan 700 AD, budaya indian Amerika juga melampirkan sangat penting untuk foot-massage, sebagai
7
terapi
refleks
digunakan untuk
kedua tujuan
diagnostik
dan
penyembuhan. Seperti untuk pengetahuan kita, buku pertama pada topik di eropa diterbitkan oleh Dr Atatis di 1582 pada saat itu, teknik foot-massage telah di praktekkan secara luas di berbagai negara eropa. Di kaki pijat foot-massage di barat di era modern, pengamatan Dr William H. Fitzgerald pada praktek penyembuhan indian Amerika memainkan peran penting, karena mereka menunjukkan bahwa orang Amerika asli terkadang diperlakukan penyakit tidak dengan langsung menyembuhkan organ sakit, tetapi berdampak pada dengan memijat titik-titik lain dari tubuh. Dr Fitzgerald membagi tubuh manusia menjadi zona vertikal dan horizontal , dan membuat hubungan antara organ-organ yang terletak di setiap zona dengan daerah-daerah tertentu dari tangan dan kaki. Dia menggambarkan teorinya dalam sebuah buku berjudul Terapi Zone, dan diterbitkan bersama-sama dengan Edwin F. Bower pada tahun 1917 3.
Manfaat foot-massage a.
Melancarkan sirkulasi Gaya
hidup
sebagian
besar
orang-orang
saat
ini
memungkinkan orang-orang untuk selalu melakukan mobilisasi dengan cepat. Otot-otot dikaki hampir setiap hari digunakan, namun sirkulasi perdarahannya sering kali dirugikan dengan penggunaan sepatu yang ketat dan tidak nyaman. Foot-massage
8
dapat meningkatkan sirkulasi di ekstremitas bawah, terutama bagi orang yang menderita diabetes mellitus. b.
Membantu mencegah cedera kaki dan pergelangan tangan Massage pada kaki dapat membantu nyeri sendi dan membantu pemulihan setelah mengalami cedera serta mengurangi nyeri otot. Namun, ketika foot-massage dikombinasikan dengan pergelangan kaki seperti latihan, penguatan dan peregangan dapat mencegah dan meminimalkan resiko cedera dimasa yang akan datang dan mempercepat pemulihan cedera yang ada
c.
Mengurangi efek depresi dan kecemasan Beberapa studi tentang foot-massage yang telah dilakukan, menyimpulkan bahwa foot-massage dalam menempatkan orang dalam keadaan santai dan rileks selama pemijatan. Salah satu bukti yang signifikan adalah mengurangi kecemasan pada pasien kanker. Teknik-teknik yang diajarkan cukup cepat dan dapat berfungsi secara efektif untuk mengatasi depresi dan kecemasan
d.
Mengobati sakit kepala dan migrain Sebuah studi yang dilakukan di Denmark menunjukkan bahwa
orang
yang
menderita
sakit
kepala
dan
migrain
menunjukkan perbaikan yang besar setelah melakukan. Para subjek penelitian berhenti minum obat mereka dan mulai menggunakan foot-massage. Setelah 3 bulan, 65% penderita telah mengatakan bahwa gejala sakit kepala dan migrain mereka berkurang. Mereka
9
juga menyatakan mengalami perubahan gaya hidup yang lebih baik sehingga berkontribusi dalam hasil penyembuhan. e.
Menurunkan tekanan darah tinggi Tekanan darah tinggi (hipertensi) saat ini sudah menjadi masalah bagi wanita dan pria. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti stres dan diet yang tidak sehat. Beberapa kasus ditemukan bahwa penderita tekanan darah tinggi ini bukan merupakan hasil genetik dan lingkungan.. foot-massage dapat meningkatkan suasana hati, mengurangi kecemasan dan menurunkan tekanan darah tinggi ,
f.
Membantu orang dengan kaki datar dan plantar fascitis Orang-orang dengan kaki datar tidak memiliki lekungan seperti kaki normal karena kelemahan ligamen yang menyebabkan lekungan runtuh. Hal ini dapat menyebabkan efek besar bagi penderitanya, seperti akan merasa sakit kaki setelah melakukan aktivitas ringan, nyeri tumit
kronis dapat disebabkan oleh
peradangan atau kerusakan plantar fascitis (jaringan ikat yang mendukung lekungan kaki). Foot-massage yang ditambah dengan pijat yang mendalam dengan memberikan tekanan yang kuat pada lekungan dapat membantu secara signifikan dalam mengurangi sakit bahkan bisa menyembuhkan juga.
10
g.
Membantu meringankan gejala PMS dan menopouse Gejala paling umum yang sering diderita selama PMS adalah perasaan sedih, tidak bahagia, cepat marah, cemas, tegang, insomnia, cepat lelah, sakit kepala, dan perubahan suasana hati. Menopouse juga memiliki gejala yang hampir sama, namun ditambah dengan mengalami hot flashes (gejala yang umum dirasakan oleh wanita di masa perimenopouse atau setelah memasuki masa menopouse. Gejalanya berupa rasa panas di dalam tubuh, diikuti dengan keluarnya keringat, serta jantung yang berdebar-debar, sensasi panas karena perubahan hormonal. Saat kadar
estrogen
berkurang,
berpengaruh
langsung
pada
hypothalamus) dan depresi. Gejala-gejala ini dapat diatasi dengan melakukan foot-massage secara rutin ketika mengalami periode tersebut. h.
Mengurangi efek edema pada ibu hamil Edema adalah pembengkakan akibat retensi cairan di kaki dan pergelangan kaki. Hal ini sangat umum pada wanita hamil, terutama pada trimester terakhir. Kondisi ini dapat diatasi dengan foot-massage setiap hari, ditambah dengan banyak istirahat dan diet yang tepat.
4.
Persiapan sebelum foot – massage Foot-massage pada otot-otot besar pada kaki dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah bening serta membantu mencegah
11
varises. Tekanan pada otot secara bertahap dapat mengendurkan ketegangan sehingga membantu memperlancar aliran darah ke jantung. Foot-massage akan merangsang dan menyegarkan kembali bagian kaki sehingga memulihkan sistem keseimbangan dan membantu relaksasi. Hal ini yang harus dilakukan sebelum melakukan foot-massage adalah sebagai berikut (Aslani, 2003). a.
Menyediakan tempat yang nyaman Lingkungan tempat massage harus membuat suasana rileks dan nyaman, pemijat harus memperhatikan suhu ruangan yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, penerangan yang cukup, permukaan tempat massage yang rata dan nyaman jika diperlukan gunakan karpet dengan busa karet agar menambah suasana nyaman pada klien
b.
Menyeimbangkan diri Ketenangan dan kenyamanan diri adalah hal yang penting jika ingin memberikan pijatan yang baik. Kenakan pakaian yang tidak membatasi gerak saat memijat, rilekskan diri dengan meletakkan kedua tangan dibawah pusar dan rasakan hangat tangan masuk memasuki daerah pusar kemudian bukalah mata perlahanlahan.
c.
Effleurage Effleurage adalah gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan saat memulai dan mengakhiri massage, gerakan ini
12
bertujuan untuk meratakan minyak untuk pijat dan menghangatkan otot agar lebih rileks. d.
Masase pada klien Setelah persiapan diatas dilakukan maka klien telah siap untuk dilakukan massage. Massage ini dilakukan dengan posisi berbaring dan menutup tubuh klien dengan handuk kecuali pada kaki
5.
Teknik melakukan foot – massage Langkah-langkah pijat kaki : a.
Gunakan handuk yang lembab dan hangat untuk membersihkan dan merileksikan kaki. Kompres kaki dengan handuk, dan usap.
b.
Mulai pijat salah satu kaki degan menggunakan beberapa tetes prossage panas. Pijat kaki masing-masing selama 12 menit.
c.
Lakukan gerakan effleurage kaki
d.
Terapkan kompresi stroke untuk kaki bagian bawah mulai dari lutut dan bekerja menuju pergelangan kaki. Ulangi tiga kali.
e.
Dengan satu tangan, pegang tumit dan dengan tangan yang lain, pegang bagian atas kaki.
f.
Dengan tekanan, traksi kaki kembali ke arah anda, maka dengan sedikit tekanan mendorong kaki maju. Ulangi prosedure ini sekitar lima kali.
g.
Tarik seluruh kaki. Gerakan ini dimaksudkan untuk meregangkan seluruh kaki.
13
h.
Tekan dan tarik sendi pergelangan kaki.
i.
Regangkan tendon Achilles.
j.
Regangkan dan tarik lekungan kaki.
k.
Selipkan tangan di setiap sisi kaki dan getarkan. Hal ini akan membuat jaringan lebih hangat dan mengendur otot.
l.
Sementara memegang tumit, jari kaki, dan bagian atas kaki, putar pergelangan kaki ke kiri dan kemudian ke kanan, masing-masing lima kali.
m. Terapkan gesekan yang mendalam pada bagian bawah kaki, bola kaki, dan tumit. Terapkan gesekan melingkar mendalam sepanjang tulang prominences. n.
Terapkan sapuan melingkar secara mendalam disepanjang bawah kaki.
o.
Lakukan pijatan dengan buku jari ke bagian bawah kaki.
p.
Gunakan jari untuk menekan antara tendon jari-jari kaki.
q.
Tarik jari kaki dengan gerakan memutar dimulai dari jari kelingking menuju jempol.
r.
Gesekkan diatas telapak kaki keseluruh permukaan kaki secara bolak-balik sampai pergelangan kaki.
s.
Selipkan tangan pada salah satu kaki dan getarkan.
t.
Regangkan pergelangan kaki, dorong ke atas dan keluar secara bertahap
14
u.
Ketika gerakan mencapai lutut lepaskan tekanan dan luncurkan kembali ke pergelangan kaki. Ulangi
kali di salah satu betis
kemudian pindah ke lainnya v.
Ayunkan pergelangan kaki ke Achilles tendon dan otot gastrocnemius.
w. Gunakan gerakan melingkar disekitar lutut, betis, dan turun ke pergelangan kaki. x.
Ulangi urutan massage dengan kaki yang satunya
y.
Handuk lembab untuk menyelimuti kaki, gunakan handuk lembab pada kedua kaki untuk mengompres kaki, mulai dari lutut hingga telapak kaki.
z.
Gunakan handuk untuk menyerap kelebihan minyak setelah tindakan massage
aa. Perawatan ini diakhiri dengan pendinginan untuk masing-masing kaki. Menggunakan air biasa (tidak panas/ dingin) sampai kaki benar-benar merasa rileks. 6.
Indikasi foot – massage a.
Pasien penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah
b.
Pasien stroke ringan
c.
Pasien dengan reumatik
d. 7.
Ibu post natal untuk melancarkan ASI
Kontraindikasi foot – massage
15
Tekanan dan gesekan harus dihindari pada luka dan memar serta pada kondisi kulit seperti ruam, luka bakar, dan sengatan matahari. Gerakan menekan di sekitar keseleo pergelangan kaki dan cedera tulang lainnya harus dibatasi. Perawat sebaiknya memakai sarung tangan pelindung ketika melakukan foot-massage. Tindakan foot-massage digunakan untuk membantu menormalkan jaringan tubuh dan organ , oleh karena itu hal-hal yang menjadi kontraindikasi harus dihindari sehingga tidak menyebabkan potensi bahaya ke daerah tubuh yang lain. B.
Pemantauan hemodinamik 1. Pengertian pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau non-invasif. Pemantauan tersebut merupakan suatu teknik untuk pengkajian pada pasien kritis, mengetahui kondisi perkembangan pasien serta untuk antisipasi kondisi pasien yang memburuk. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah, pengkajian secara non-invasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure) pemantauan hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah atau rongga tubuh.
16
2. Indikasi pemantauan hemodinamik a. Shock b. Infark miokard akut (AMI), yang disertai gagal jantung kanan/kiri, nyeri dada yang terulang, hipotensi/hipertensi c. Edema paru d. Pasca operasi jantung e. Penyakit katup jantung f. Tamponade jantung g. Gagal napas akut h. Hipertensi pulmonal i. Sarana untuk memberikan cairan/resusitasi cairan, mengetahui reaksi pemberian obat. 3. Parameter dan perangkat pemantau hemodinamik Nilai curah jantung (cardiac output) diukur secara langsung melalui beberapa metode pemeriksaan ( non- invasif dan invasif). Parameter klinis dapat dijadikan acuan untuk menilai kecukupan curah jantung dalam memenuhi suplai oksigen . penurunan tingkat kesadaran, status hidrasi, edem, pola pernafasan, waktu pengisian kapiler (perfusi perifer), selisih suhu tubuh – kulit, denyut dan irama jantung, karakteristik pulsasi denyut jantung, jumlah urin, pembesaran hati, tekanan vena jugular, auskultasi jantung dan paru dapat memberikan informasi ada tidaknya penurunan perfusi organ tanpa tindakan yang invasif. Seluruh nilai yang diperoleh merupakan hasil pemeriksaan dan pengukuran secara langsung.
17
Parameter hemodinamik yang diperoleh dari perangkat pemantau invasif dikalkulasi berdasarkan variabel yang diukur secara langsung sesuai luas permukaan tubuh. Nilai-nilaitersebut meliputi : indeks jantung(CI), indeks sekuncup (SI), indeks resistensi vaskular sistemik(SVRI), indeks kerja sekuncupventrikel kiri (LVSWI), indeks kerja sekuncup ventrikel kanan(RVSWI), kandungan oksigen arteri (CaO2), suplai oksigen (DO2), konsumsi oksigen sesuai prinsip fick (VO2) dan rasio ekstraksi oksigen (O2ER). Kombinasi dari kemampuan penilaian klinis, interpretasi nilai pengukuran langsung dan yang dikalkulasi berdasarkan data dari pemantau invasif, secara keseluruhan akan membantu evaluasi hemodinamik
yang
real-time
dan
efektif
sehingga
mengurangi
pemeriksaan invasif 4. Perangkat pemantau hemodinamik non-invasif Perangkat
pemantau
hemodinamik
non-invasif
terdiri
dari
elektrokardiogram (lihat modul kardiologi) dan pemeriksaan tekanan darah non-invasif. Metode pemantauan tidak langsung (non-invasif) adalah dengan mengukur tekanan darah berdasarkan prinsip oklusi arteri (Riva-Rocci) yang mendeteksi perubahan suara auskultasi korotkof atau amplifikasi suara dari Doppler. Deteksi pergerakan dinding pembuluh darah dengan osilasi disebut Dinamap. Metode pengukuran tidak langsung ini sangat bergantung pada deteksi aliran darah yang bertahan oleh manset/cuff. Alat pengukur tekanan darah non-invasif otomatis
18
seperti Dinamap berguna untuk mengurangi kesalahan akibat pengukuran manual. Metode non-invasif diterima dan dipakai sebagai alat pengukur dan pemantau hemodinamik paling dasar di seluruh rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Walaupun pemantauan non-invasif dianggap paling aman, tidak menyakitkan, sederhana, murah dan mudah digunakan tetapi teknik ini akan sukar diaplikasi pada pasien yang terlalu kecil, tidak koperatif dan pada pasien yang sulit dipasang manset (misal luka bakar pada ekstremitas). Hasil pengukuran tidak akurat jika ukuran manset tidak sesuai, stetoskop terlalu panjang, deflasi tekanan terlalu cepat, pendengaran petugas kurang sensitif ataupun terdapat kesalahan kalibrasi manometer. Komplikasi yang mungkin terjadi sangat minimal, berupa rasa nyeri akibat bendungan dari aliran darah. Adakalanya oklusi aliran arterial ini dapat memicu iskemia perifer. 5. Pemantauan hemodinamik non-invasif Pemantauan tekanan arteri (arterial pressure monitoring) noninvasif Tekanan darah arteri merupakan hasil gabungan dari tekanan hemodinamik, kinetik dan hidrostatik akibat tekanan ke dinding pembuluh darah. Tekanan arteri yang diukur pada nilai puncak disebut tekanan sistolik sedangkan sebaliknya adalah tekanan diastolik. Tekanan sistolik dihasilkan oleh volume sekuncup, kecepatan ejeksi ventrikel kiri, resistensi arterial sistemik,distensibilitas aorta dan dinding arteri,
19
kenkentalan darah dan volume preload ventrikel kiri (end diastolic volume). Dalam aplikasi klinis sehari-hari, tekanan sistolik merupakan indikator afterload (besarnya usaha yang diperlukan untuk memompa darah keluar dari ventrikel kiri). Sementara itu tekanan diastolik dipengaruhi kekentalan darah, distensibilitas arteri, resistensi sistemik dan lamanya siklus jantung. Tekanan nadi adalah perbedaan sistolikdan diastolik. Peninggian nilai tekanan nadi dapat disebabkan peningkatan volume sekuncup ataupun kecepatan ejeksi, yang sering ditemukan pada kondisi demam, aktifitas (exercise), anemia atau hipertiroid. Penurunan nilai
tekanan
nadi
mengindikasikan
peningkatan
resistensi
vaskular,penurunan volume sekuncup ataupun volume intravaskuler. Tekanan rerata arterial sistemik (Mean Arterial Pressure atau MAP ) adalah rata-rata tekanan perfusi sepanjang siklus jantung . MAP dikontrol oleh baroreseptor di sinus karotis dan aorta, yang mengatur tekanan arteri dengan menyesuaikan laju jantung dengan ukuran arteriol. MAP juga menjadi acuan autoregulasi yang merupakan adaptasi organ untuk mempertahankan aliran darah
yang konstan guna memproteksi
fungsinya. Nilai MAP dapat diperoleh dari hasil pengukuran langsung ataupun dengan perhitungan : MAP = tekanan sistolik + (diastolik x 2 ) 3 MAP = Systemic Vascular Resistance x Cardiac Output
20
BAB III TELAAH JURNAL
TELAAH JURNAL 1 1. Judul Artikel 1 “ Pengaruh Foot Massage terhadap Parameter Hemodinamik Non Invasif pada pasien di General Intensive Care Unit RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2013 ” Dari judul ini penulis mengambil lingkup yang lebih kecil agar lebih mudah saat meneliti. Sudah baik karena mencantumkan tempat penelitian dan tahun penelitian agar lebih jelas lingkupnya 2. Variabel Variabel independen :pengaruh Foot Massage Variabel dependen
:parameter hemodinamik non invasif
3. Hipotesis H0 :terdapat pengaruh foot massage terhadap parameter hemodinamik non invasif pada pasien GICU RSUP Dr.Sadikin Bandung yaitu : - Terdapat pengaruh foot massage terhadap penurunan MAP - Terdapat pengaruh foot massage terhadap penurunan denyut jantung - Terdapat pengaruh foot massage terhadap penurunan frekuensi pernafasan
21
Ha :tidak terdapat pengaruh foot massage terhadap peningkatan saturasi oksigen 4. Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan ini adalah quasi experimental design dengan pendekatan time series design 5. Prosedure penelitian a.
Populasi penelitian ini adalah pasien dengan memakai ventilator yang berada di ruang GICU RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung
b.
Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling berupa consecutive sampling
6. Pengolahan dan analisis data Penyajian data dalam penelitian dalam bentuk tabel Penyajian tabel data sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyajian hasil pengolahan data Metode analisis data menggunakan uji Friedman hasil analisisnya : Bahwa terdapat perbedaan rerata MAP secara signifikan (p < 0,001) ; perbedaan rerata denyut jantung secara signifikan (p = 0,012) ; perbedaan rerata frekuensi pernafasan secara signifikan (p<0,001); dan tidak terdapat perbedaan rerata saturasi oksigen secara signifikan (p=0,150). maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh foot massage terhadap parameter hemodinamik di GICU RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung yaitu MAP,denyut jantung, dan pernafasan
22
7. Kesimpulan dan saran Pada penelitian ini telah diketahui bahwa terdapat pengaruh foot massage terhadap parameter hemodinamik non invasif yaitu terdapat pengaruh foot massage terhadap penurunan MAP, terdapat pengaruh foot massage terhadap penurunan denyut jantung,terdapat pengaruh foot massage terhadap penurunan frekuensi pernafasan, tidak terdapat pengaruh foot massage terhadap peningkatan saturasi oksigen. Disarankan bagi perawat sebagai interdisiplin di ruang GICU maupun tatanan lain dalam lingkup praktik, diharapkan dapat meningkatkan performa praktik keperawatan mandiri yang dapat melengkapi terapi farmakologi dalam pengelolaan pasien untuk mencapai hemodinamik yang stabil. Salah satu praktik keperawatan mandiri tersebut adalah foot massage yang sebaiknya dilakukan sesuai hasil peneltian ini, khususnya pada pasien-pasien di ruang GICU. TELAAH JURNAL 2 1. Judul artikel Effect of ‘ foot massage and reflexology’ on physiological parameters of critically ill patients 2. Variabel Variabel independen : Effect of ‘ foot massage and reflexology’ Variabel dependen : on physiological parameters of critically ill patients 3. Desain penelitian : quasi experimental research design
23
4.
Hasil penelitian The immediate effect of foot massage and reflexology on the systolic blood pressure was recorded in the fourth and sixth observation as there was significant decrease (toward the normal range) in the systolic BP after intervention. ( t = 2.;60, 2.24, p < 0,05). Otherwise no significant effect was recorded in the other observations. The difference in the diastolic BP , in the second observation there was significant increase ( toward the normal range) in diastolic BP ( t = -2.79, p< 0.01). there was significant reduction (toward the normal range) in the heart rate in the first, second, third and fifth observation after the intervention. (t = 2.09, 2.14, 2.29, 4.07, p<0.05) after theintervention, there was significant improvement in the oxygen saturation in the second and fifth observation. (t = -4.21, -3.19, p <0.01)
24
BAB IV HASIL PENELITIAN / Post test II No
1
Protest
M A P 11
Post test 1 (selama 30 menit)
Dj
Frek . p.
SPO 2
65
15
94
0 2
11
10 1
Dj
Frek .P
SPO 2
66
15
94
9 62
13
99
7 3
M A P 10
1 (10 menit)
13
16
98
11 2
Dj
Frek .P
SPO 2
64
15
94
7 64
13
99
1 66
M A P 10
2 (10 menit)
16
98
Dj
Frek .P
SPO 2
64
14
94
5
13
63
13
99
0 63
M A P 10
3 (10 menit)
12
62
o
16
98
10 8
25
Dj
Frek .P
SPO 2
63
13
94
62
11
99
61
15
98
3 62
13
99
9
11
M A P 10
11 5
62
16
98
10 6
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian terhadap 3 pasien di ruang ICU RSUD Dr,loekmono hadi kudus dengan judul “ pengaruh foot massage terhadap parameter hemodinamik non invasif “ di dapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh terhadap penurunan MAP, Denyut jantung, dan Frekuensi pernafasan.dengan hasil pada pasien 1 saat protest yaitu MAP (110), Denyut jantung (65), frekuensi pernafasan (15), saturasi oksigen (94). Pada pasien 2 nilai MAP (117), denyut jantung (62), frekuensi pernafasan (13), saturasi oksigen (99). Pada pasien 3 nilai MAP (110), denyut jantung (66), frekuensi pernafasan (16), saturasi oksigen (98). Hasil post test 1 selama 30 menit yaitu pada pasien 1 diperoleh nilai MAP (109), denyut jantung (66), frekuensi pernafasan (15) dan saturasi oksigen (94). Pada pasien 2 diperoleh nilai MAP (131), denyut jantung (64), frekuensi pernafasan (13), saturasi oksigen (99), pada pasien 3 di peroleh nilai MAP (112), denyut jantung (63), frekuensi pernafasan (16), saturasi oksigen (98). Hasil post test II setelah di lakukan tindakan foot massage terdapat 3 kali pengukuran selama 10 menit yaitu pada pasien 1 dengan nilai MAP (107), denyut jantung (64), frekuensi pernafasan (15), dan saturasi oksigen (94). Pada pasien 2 dengan nilai MAP (130), denyut jantung (63), frekuensi pernafasan (13), saturasi oksigen (99). Pada pasien 3 dengan nilai MAP (110), denyut jantung (62), frekuensi pernafasan (16), saturasi oksigen (98)
dalam hitungan 10 menit
pertama; Pada pasien 1 dengan nilai MAP (105), denyut jantung (64), frekuensi
26
pernafasan ( 14), saturasi oksigen ( 94). Pada pasien 2 dengan nilai MAP (129), denyut jantung (62), frekuensi pernafasan (13), saturasi oksigen (99). Pada pasien 3 dengan nilai MAP (108), denyut jantung (62), frekuensi pernafasan (16), saturasi oksigen (98). dalam hitungan 10 menit kedua ; Pada pasien 1 dengan nilai MAP (103), denyut jantung (63), frekuensi pernafasan (13), saturasi oksigen (94), pada pasien 2 dengan nilai MAP (115), denyut jantung (62), frekuensi pernafasan (11), saturasi oksigen (99). Pada pasien 3 dengan nilai MAP (106), denyut jantung (61), frekuensi pernafasan (15), saturasi oksigen (98) hitungan 10 menit ketiga.
27
dalam
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 3 pasien di ICU RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus adalah sebagai berikut : 1.
Terdapat pengaruh foot massage terhadap penurunan MAP
2.
Terdapat pengaruh foot massage terhadap penurunan denyut jantung
3.
Terdapat pengaruh foot massage terhadap penurunan frekuensi pernafasan .
B.
Saran 1. Bagi perawat Diharapkan perawat dapat melakukan praktik foot massage terhadap pasien untuk melengkapi terapi farmakologi yang sudah diberikan . 2. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan peneliti untuk melakukan penelitian ulangan tentang pengaruh foot massage terhadap parameter hemodinamik non invasif pada pasien ICU.
28