MAKALAH MIKROSKOP DAN METODE MIKROBIOLOGI
Disusun Oleh :
Arwinda Alitsia Hasyim
G 701 17 214
Rosana
G 701 17 065
Syafira Nur Khafifa
G 701 17 150
Kelas : E
JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2019
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam praktikum biologi, mikroskop berperan sebagai alat yang membantu untuk mengamati obyek mikroskopis yang hanya dapat dilihat dan diamati dengan mikroskop. Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat secara kasat mata. Mikroskop merupakan alat bantu yang dapat ditemukan hampir diseluruh laboratorium untuk dapat mengamati organisme berukuran kecil (mikroskopis). Mikroskop pertama kali digunakan oleh Antony Van Lewenhoek, lewat penelitian sel. Pengamatan yang dilakukan dengan mudah
dilakukan
menggunakan
karena
mikroskop
dengan dapat
mudah
dilakukan
karena
dengan
dilakukan
perbesaran
sesuai
dengan
kemampuan perbesaran setiap mikroskop. Mikrobiologi adalah kajian tentang mahluk hidup (organisme) berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikros = kecil, Bios = hidup, dan Logos = ilmu. Mikroorganisme meliputi protozoa, algae (ganggang), fungi (jamur), lichenes, bakteri, dan virus. Keseluruhan mikroorganisme tersebut berpengaruh penting pada pertanian. Di antara mikroorganisme tersebut ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi banyak pula yang merugikan yaitu yang dapat menimbulkan berbagai penyakit. Mikrobiologi mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik, seperti di mana adanya, ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya juga dengan kelompok organisme lainnya. Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti bakteriologi, imunologi, virology, mikologi dan parasitologi. Dalam Mikrobiologi kedokteran, dipelajari mikroorganisme yang ada kaitannya dengan penyakit (infeksi) dan dicari jalan pencegahan, penanggulangan serta pemberantasannya.
BAB II ISI
A. Pengertian Mikroskopi dan Mikroskopis Mikroskop dalam bahasan yunani : micros = kecil dan scopein = melihat, adalah sebuah alat unuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata (Pramudita, 2012). Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Untuk mengetahui mikroskop maka perlu diketahui komponen mikroskop, macam mikroskop, penggunaan, pemeliharaannya. Setiap jenis mikroskop selalu memiliki bagian mekanik dan bagian optik meski tidak semua sub bagian yang ada. Bagian mekanik meliputi kaki dan lengan mikroskop, diafragma refolver, meja preparat, pemutar halus dan kasar, pengatur atau penjepit preparat dan sumber cahaya. Sedangkan baian optik meliputi tiga sistem lensa okuler dan kondensor. Lensa onyektif dan lensa okuler terletak pada kedua tabung ujung mikroskop. 1. Macam-macam Mikroskop Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda-benda tipis dan transparan, jika benda yang diamati terlalu tebal (misalnnya, jaringan yang seharusnya disayat tipis), maka jaringan tersebut tidak akan jelas terlihat (Yudiarti, et. al., 2004). Mikroskop elekron adalah mikroskop dengan menggunakan sinar elektron dan mampu membuat pembesaran 10.000-30.000 kali, mikroskop ini dapat digunakan untuk melihat virus, bakteriofag, struktur sel bakteri, molekul protein dan lain-lain (Asniah, 2015).
Berdasarkan
sumber
iluminasinnya
dikenal
dua
kelompok
utama
mikroskop, yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cehaya menggunakan gelombang cahaya sebagai sumber iluminasinya, yang termasuk mikroskop cahaya antara lain : mikroskop medan terang (Brightfield), mikroskop medan gelap (Darkfield), mikroskop fase kontraks (Contras phase) dan pendar flour (Flourescence) (Mumi, 2014). 2. Prinsip dan Kegunaan Mikroskop Mikroskop intervensi adalah perkembangan lanjutan dari mikroskop fase kontras, pada mikroskop intervensi dua berkas sinar yang dipakai, yang satu melewati spesimen yang satu tidak, yang melewati spesimen akan didevisiasi seperti pada mikroskop fase kontras (Gabriel, 2000). Mikroskop elektrik skening mampu menghasilkan gambaran dengan pembesaran yang kuat, dengan demikian mampu menjembatani jurang pemisah antara mikroskop cahaya dengan elektron transmisi (Mariyana, 2012). Pada mikroskop cahaya, bayangan akhir empunyai sifat yang sama seperti bayangan sementara, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar, pada mikrsokop elektron bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti benda nyata, sejajar dan diperbesar (Pramudita, 2012). 3. Struktur Mikroskop Ada dua bagian utama yang umumnnya menyusun mikroskop, yaitu : 1.
Bagian optik, yang terdiri dari kondensor, lensa objektif, dan lensa okuler. Mikroskop optik yaitu, mikroskop yang proses perbesaran benda menggunakan cahaya bias (cahaya tampak). Jenis-jenis mikrsokop bioptik antara lain mikroskop majemuk, mikroskop binokuler (Dua lensa okuler), mikroskop binokuler stereoskopi yang menghasilkan gambar 3 dimensi, dan mikroskop ultraviolet.
2.
Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, difragma, meja, objek, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek, dan sumber cahaya. Mikroskop bukan optik, yaitu mikroskop yang membesar benda dengan bantuan radiasi panjang gelombang sinar pendek. Contohnya mikroskop sinar-X, mikroskop ion, dan mikroskop elektron
Gambar mikroskop cahaya
Fungsi Bagian-bagian Mikroskop
1.
Lensa okuler adalah lensa terletak dekat dengan mata observer. Lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, diperbesar dari lensa objektif.
2.
Tabung mikroskop (tubus) adalah bagian mikroskop berbentuk tabung yang berfungsi mengatur fokus dan menghubungkan lensa okuler dengan lensa objektif.
3.
Revolver adalah bagian mikroskop yang berfungsi mengatur perbesaran lensa objektif.
4.
Lensa objektif adalah lensa yang berada dekat dengan objek yang diamati. Lensa ini
berfungsi untuk membentuk bayangan nyata, terbalik,
diperbesar. Pembesaran dari lensa objektif bisa diatur oleh bagian revolver yang ada pada mikroskop. 5.
Meja kerja atau meja mikroskop adalah bagian mikroskop yang berfungsi untuk meletakkan objek yang diamati.
6.
Kondensor adalah bagian mikroskop yang berfungsi mengumpulkan cahaya. Bagian ini bisa putar dan dinaik-turunkan.
7.
Diafragma adalah bagian mikroskop yang berfungsi mengatur sedikit banyaknya cahaya yang masuk.
8.
Makrometer (pemutar kasar) adalah bagian mikroskop yang berfungsi menaik-turunkan tabung mikroskop dengan cepat.
9.
Mikrometer (pemutar halus) adalah bagian mikroskop yang berfungsi menaik-turunkan tabung mikroskop dengan lambat. Ukuran mikrometer biasanya lebih kecil dibanding makrometer.
10.
Reflektor adalah bagian mikroskop yang berfungsi memantulkan cahaya dari cermin ke objek yang diamati melewati lubang yang ada di meja objek. Reflektor terdiri dari 2 jenis cermin, yaitu cermin datar dan cermin cekung. Cermin datar digunakan saat cahaya yang dibutuhkan terpenuhi, sedangkan cermin cekung digunakan saat kondisi kurang cahaya. Cermin cekung berfungsi mengumpulkan cahaya.
11.
Penjepit kaca berfungsi sebagai pelapis objek agar tidak bergeser-geser ketika diamati.
12.
Lengan mikroskop berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop.
13.
Sendi inklinasi atau pengatur sudut adalah alat atau bagian dari mikroskop yang berfungsi untuk mengatur sudut tegaknya mikroskop.
14.
Kaki mikroskop berfungsi penyangga atau penopang mikroskop.
B. Reagen Pewarna Mikroorganisme
Pewarna pada bakteri secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu : 1. Pewarnaan Bakteri Hidup Pewarnaan bakteri hidup dilakukan dengan menggunakan bahan warna yang tidak toksis tetapi jarang dikerjakan karena bakteri hidup sukar menyerap warna. Pewarnaan bakteri hidup dilakukan untuk melihat pergerakan bakteri, serta pemeriksaannya dilakukan dengan menggunakan tetes gantung (hanging drop). 2. Pewarnaan Bakteri Mati Pewarnaan terhadap bakteri yang telah dimatikan disebut fixed state. Pewarnaan bakteri mati bertujuan untuk melihat struktur luar bahkan struktur dalam bakteri, memperjelas ukuran bakteri dan melihat reaksi bakteri terhadap pewarna yang diberikan sehingga dapat diketahui sifat-sifat fisik dan kimia dari bakteri tersebut.
Teknik pewarnaan pada bakteri dibedakan menjadi empat macam, yaitu : I.
Pewarna sederhana Pewarna sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat awarna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasmannya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarna sederhanaan umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarna sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metil biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan ini terbagi menjadi dua jenis pewarnaan
Gambar prosedur pewarnaan sederhana
II.
Pewarnaan negatif Pewarnaan Negatif adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna asaseperti Negrosin, Eosin, atau Tinta India sebagai pewarna utama. Pewarnaan negatif dilakukan pada bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna gelap pada latar belakang dan tidak memberi warna pada sel bakteri. Hal tersebut dapat terjadi karena pada pewarnaan negatif, pewarna yang digunakan adalah pewarna asam dan memiliki komponen kromoforik yang bermuatan negatif, yang juga dimiliki oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat menembus atau berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negatif charge pada permukaan sel bakteri. Pada pewarnaan negatif ini, sel bakteri terlihat transparan (tembus pandang).
Prosedur pewarnaan negatif
III.
Pewarnaan Diferensial (Gram) Pewarnaan Diferensial adalah teknik pewarnaan yang dilakukan untuk mengetahui perebedaan antara sel-sel dari tiap-tiap mikroba. Pewarnaan diferensial menggunakan dua pewarna atau lebih. Pewarnaan diferensial antara lain meliputi : a.
Pewarnaan gram Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiis untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka.
Bakteri
gram
negatif
adalah
bakteri
yang
tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sedangkan bakteri gram negatif tidak. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Perbedaan dinding sel bakteri gram positif dan gram negatif
a. Gram negatif
Bakteri
gram
negatif
adalah
bakteri
yang
tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. b. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri jenis ini akan bewarna biru atau ungu dibawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi anatar kedua jenis bakteri ini terutama didasarakan pada perbedaan dinding sel bakteri (Waluyo, 2010). Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu : 1)
Zat warna utama (violet kristal)
2)
Mordan (larutan iodin) yaitu senyawa yang mengintensifikasi warna utama.
3)
Pencuci zat warna (alcohol/aseton) yaitu solven organik untuk melunturkan zat-zat warna utama.
4)
Zat warna kedua/cat penutup (safranin) untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan dengan alcohol.
Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif Sifat Komposisi dinding sel Ketahanan terhadap penisilin Penghambatan oleh pewarna basa (VK) Kebutuhan nutrisi Ketahanan terhadap perlakuan fisik (Manurung, 2010).
Bakteri Gram Positif (+) Kandungan lipid rendah (1-4%) Lebih sensitif
Bakteri Gram Negatif (-) Kandungan lipid tinggi
Lebih dihambat
Kurang dihambat
Kebanyakan spesies relatif kompleks Lebih tahan
Relatif sederhana
Lebih tahan
Kurang tahan
Perbedaan lain antara bakteri gram positif dan gram negatif : 1) Bakteri Gram Positif a) Mengandung Mg ribonukleat b) Sangat sensitif terhadap zat warna trifenilmetan c) Sensitif terhadap penisilin d) Tahan basa, tidak larut dalam KOH 1% e) Kisaran isoelektrok pH 2,5-4 f)
Biasannya terbentus coccus atau batang pembentuk spora kecuali Lactobacillus dan Cynobacterium
g) Dapat bersifat asam. Contoh: Staphylococcus albus Bacillus subtilis.
2) Bakteri Gram Negatif a) Tidak mengandung Mg ribonukleat b) Kurang sensitif terhadap zat warna trifenilmetan
c) Sensitif terhadap streptomisin d) Tidak tahan basa, larut dalam KOH 1 % e) Kisaran isoelektrik pH 4,5-5,5 f)
Biasannya berbentuk basil non-spora kecuali Neisseria
g) Bersifat tidak tahan asam. Contoh : Salmonella typhii, Eschericia coli.
b. Pewarnaan tahan asam
Bakteri Tahan Asam (Pink) & dan bakteri Tidak Tahan Asam (Biru)
Bakteri tahan asam memiliki kadar lemak (asam mycolic) yang tinggi pada dinding sel mereka. Pada pewarnaan bakteri asam menggunakan metode Ziehl-Neelsen (juga disebut Hot Stain), bakteri tahan asam akan berwarna merah karena menyerap
pewarna karbol fuchsin yang
dipanaskan, karena pada saat pemanasan dinding sel bakteri yang memiliki banyak lemak membuka sehingga pewarna dapat terserap. Namun tidak dapat dilunturkan dengan asam alkohol karena pada saat suhu normal lemak pada dinding sel bakteri kembali menutup, sehingga ketika diwarnai dengan pewarna tandingan, yaitu Methylene Blue, warnanya tetap merah. Berbeda dengan bakteri tidak tahan asam, ia akan menyerap pewarna tandingan yaitu methylene blue sehingga berwarna biru. Pada umumnya digunakan adalah pewarna Ziehl-Neelsen dengan pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna tanding metilen blue Loeffler. Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan pembasahan yaitu suatu deterjen untuk mengurangi tegangan
lemak, untuk menjamin penestras. Pewarnaan yang mengandung pembasah ini disebut pewarna Kinyoun (Purwoko, 2010). Pewarna ini ditunjukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asamalkohol. Karena itu disebut bakteri tahan asam (BTA). Prosedur pewarnaan bakteri tahan asam :
IV.
Pewarnaan struktural Pewarnaan struktural ditujukan untuk melihat bagian tertentu bakteri. Yang termasuk dalam pewarnaan struktural ialah : a) Pewarnaan kapsul
Hasil pengamatan preparat pada pewarnaan bakteri berkapsul :
Kapsul merupakan lapisan polimer yang terletak diluar dnding sel. Jika lapisan polimer ini berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut kapsula. Tetapi jika polimer atau polisakarida ini berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut lender. Pada beberapa jenis bakteri adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi. Kapsula berfungsi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Misalnay berperan dalam mencegah terhadap kekeringan, mencegah atau menghambat terjadinya pancantelan bakteriofag, bersifat antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen bagi bakteri. Kapsula juga berfungsi untuk alat mancaltelkan diri pada permukaan seperti yang dilakukan oleh Streptoccocus muans. Pewarnaan kapsul tidak dapat dilakukan sebagaimana melakukan pewarnaan
sederhana,
pewarnaan
kapsul
dilakukan
dengan
menggabungkan prosedur dari pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif. Masalahnya adalah ketika kita memanaskan prepat dengan suhu yang sangat tinggi kapsul akan hancur, sedangakan apabila kita tidak melakukan pemanasan pada preparat, bakteri akan tidak dapat menempel dengan erat dan dapat hilang ketika kita mencuci preparat. Pewarnaan kapsul menggunakan pewarna Kristal Violet dan sebagai
pelunturnya
adalah
Copper
Sulfate.
Kristal
violet
memberikan warna ungu gelap terhadap sel bakteri dan kapsul.
Namun kapsul bersifat nonionic, sehingga pewarna utama tidak dapat meresap dengan kuat pada kapsul bakteri. Copper sulfate bertindak sebagai peluntur sekaligus counterstain, sehingga mengubah warna yang sebelumnya ungu gelap menjadi biru muda atau pink. Maka dari itu pada pewarnaan kapsul, kapsul akan transparan sedangakan sel bakteri dan latar belakangnya akan berwarna biru muda atau pink. Berikut ini adalah prosedur pewarnaan kapsul bakteri:
b) Pewarnaan spora
Hasil pengamatan preparat
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhaap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk
melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak menguntugkan. Letak spora ada 3 macam : sentra, yaitu letak spora berada ditengah-tengah sel; terminal, yaitu letak spora ada diujung sel; sub terminal, yaitu letak spora diantara ujung dan ditenga-tengah sel. Semua spora bakteri mengandung asam dupikolinat, yang mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora. Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa inilah (asam dupikolinat) yang kemudian dimanfaatkan untuk diwarnai menggunakan pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Terdapat beberapa metode pewarnaan spora bakteri, diantaranya yaitu metode Schaeffer-Fulton dan metode Dorner. Pada metode Schaeffer-fulton, pewarna yang digunakan adalah hijau malaksit dan safranin, sedangkan pada metode Dorner, pewarna yang digunakan adalah carbol fuchsin yang dipanaskan dan negrosin. Berikut adalah tersebut.
prosedur pewarnaan spora menggunakan kedua metode
c) Pewarnaan Flagel
Hasil pengamatan preparat
Flagella merupakan salah satu alat gerak bakteri. Flagel mengakibatkan bakteri dapat berputar. Penyusun flagel adalah sub unit protein yang disebut flagelin, yang mempunyai berat molekul rendah. Prisnip pewarnaan falgella adalah membuat organel tersebut dapat dilihat dengan cara melapisinya dengan mordant dalam jumlah yang cukup. Prinsip pewarnaan flagella adalah membuat organel tersebut dapat dilihat dengan cara melapisinya dengan mordant dalam jumlah yang cukup. Dua metode pewarnaan flagella, yaitu metode Gray dan metode Leifson. Metode Gray digunakan untuk mendapat hasil yang lebih baik dan mengena walaupun dalam metode ini tidak dilakukan pencelupan yang khusus. Pada pewarnaan flagella larutan kristal violet bertindak sebagai pewarna utama, sedangkan asam tannic dan alumunium kalium sulfat bertindak sebagai mordant. Kristal violet akan membentuk endapan disekitar flagel, sehingga meningkatkan ukuran nyata flagel. Berikut ini adalah prosedur dan hasil pengamatan preparat pewarnaan bakteri berflagel:
d) Pewarnaan granulla Ada beberapa metode pewarnaan granula, diantaranya adalah Loeffler, Albert dan Neisser. Dari ketiga metode tersebut, metode yang sering digunakan adalah metode Neisser, sedangkan metode Albert dan Loeffler kurang popular karena tidak diajarkan pada praktikum mikrobiologi. Tetapi, pewarnaan metode Albert sering dibahas pada buku-buku terbitan WHO. Granula
metakromatik
disebut
jga
granula
volutin.
Granula
metakromatik tidak hanya ditemukan pada Corynebacterium diphteriae tetapi juga di beberapa bakteri selain bakteri tersebut, fungi, algae, dan protozoa.
Granula
metakromatik
mengandung
polifosfat,
asam
ribonukleat, dan protein. Granula metakromatik sangat mungkin mempunyai fungsi sebagai sumber cadangan energi. Metode Neisser menggunakan pewarna neisser A, neisser B, dan neisser C. Neisser A mengandung biru metilen, alkohol 96%, asam pekat dan aquades. Neisser B mengandung kristal violet, alkohol 96%, dan aquades. Sedangkan neisser C mengandung crysoidine dan aquades. Pada metode neisser, granula bakteri berwarna biru gelap atau biru hitam (warna dari neisser A ditambah neisser B), sedangkan sitoplasma bakteri berwarna kuning kecoklatan (warna dari neisser C). Berikut adalah hasil pengamatan preparat pewarnaan bakteri ber granula:
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan 1. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek
yang berukuran sangat kecil (mikroskopis).
2. Bakteri adalah mikroorgaisme yang sangat sederhana yang tidak bernukleus dan sifatnya berbeda dengan organisme yang mempunyai ini sel. 3. Pewarnaan bakteri pada umummnya bertujuan untuk mempermudah dalam pengamatan mikroboilogi bakteri dengan bantuan mikroskop. 4. Teknik pewarnaan bakteri yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif, pewarnaan diferensial, pewarnaan tahan asam dan pewarnaan khusus meliputi: a. Pewarnaan kapsul b. Pewarnaan spora c. Pewarnaan flagella d. Pewarnaan granulla
III.2 Saran Saran dari makalah ini yaitu pada pembaca tidak mengacu pada makalah ini dan melainkan mencari referensi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Asniah, R. W., 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kehutanan. Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo. Kendari. Gabriel, G. F., 2000. Fisika Kedokteran. EGC. Jakarta. Pelezar, C., 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta. Pramudita, S. D., 2012. Jurnal Mikroskop. Laboratorium Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhamadiyah. Malang. Purwoko, T.Dkk., 2010. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi UNS. Yudiarti, T, et.al., 2010. Petunjuk Mikrobiologi. Manajemen Usaha Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.