Mikrobiologi Morfologi Koloni Bakteri.docx

  • Uploaded by: Garin Aini
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mikrobiologi Morfologi Koloni Bakteri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,271
  • Pages: 6
DASAR TEORI Mikroorganisme membutuhkan suatu medium atau substrat untuk pertumbuhannya (Hastuti, 2012). Medium tersebut ialah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya. Meskipun persyaratan nutrien mikroorganisme amat beragam, namun sebagai makhluk hidup mereka mempunyai kebutuhan dasar yang sama, yaitu meliputi karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh. Bagi organisme bersel tunggal, air sangat dibutuhkan karena air merupakan komponen utama protoplasma (70-85% protoplasma terdiri dari air) serta sebagai media untuk masuknya nutrien ke dalam sel dan keluarnya sekresi ataupun ekresi dari dalam sel. Disamping itu, air juga diperlukan untuk berlangsungnya reaksi-reaksi enzimatik didalam sel. Sumber Nitrogen dapat diperoleh dari senyawa organik juga dapat berasal dari unsur logam seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, mangan, besi, seng, tembaga, fosfor, dan kobalt. Bakteri membutuhkannya dalam jumlah yang sedikit (Hadioetomo, 1990). Faktor tumbuh ialah komponen seluler esensial yang tidak dapat disintesis sendiri oleh suatu organisme dari sumber dasar karbon dan nitrogennya. Komponen sel yang dimaksud dapat berupa asam amino atau vitamin. Bagi banyak heterotrof, kebutuhan akan faktor tumbuh sudah dapat dipenuhi oleh ekstrak daging atau kaldu nutrien. Namun pada beberapa patogen (fastidious) diperlukan medium yang lebih rumit seperti agar darah untuk penyediaan fakror tumbuh yang diperlukan. Keasaman (pH) medium juga dibutuhkan bagi pertumbuhan organisme terutama kerja enzim. Sebagian besar bakteri tumbuh paling baik pada sekitar pH 7 (Hadioetomo, 1990). Berdasarkan komposisi kimiawinya dikenal medium sintetik dan medium nonsintetik atau kompleks. Komposisi kimiawi medium sintetik diketahui dengan pasti dan terbuat dari bahanbahan kimia yang kemurniannya tinggi atau ditentukan dengan tepat. Sedangkan untuk komposisi medium non sintetik tidak diketahui dengan tepat, contohnya ialah bahan-bahan yang terdapat dalam kaldu nutrien, yaitu ekstrak daging dan pepton, mempunyai komposisi kimiawi yang tidak pasti. Kaldu nutrrien merupakan medium yang sangat umum digunakan dalam bakteriologi (dapat menunjang pertumbuhan ) maka medium ini disebut juga medium serbaguna. Sedangkan medium yang mengandung zat-zat kimia tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan satu kelompok bakteri atau lebih tanpa mengahambat pertumbuhann organisme yang diinginkan disebut medium selektif. Selain itu juga terdapat medium diferensial yaitu medium yang

mengandung zat-zat kimia tertentu yang memungkinkan pengamat untuk dapat membedakan berbagai tipe bakteri (Hadioetomo, 1990). Berdasarkan tekstur fisiknya, medium dibedakan menjadi medium cair, medium setengah padat dan medium padat. Medium cair yang sering digunakan adalah kaldu nutrien atau kaldu glukosa yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti pembiakan organisme dalam jumlah besar, penelaahan fermentasi, dan berbagai macam uji. Sedangkan untuk medium setengah padat dan medium padat dapat dibuat dengan menambahkan bahan pemadat (agar-agar) pada medium kaldu sesuai dengan konsentasi yang dibutuhkan (Hadioetomo, 1990). Sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu proses untuk mematikan organisme yang terdapat pada atau dalam suatu benda. Ada tiga cara utama yang umum digunakan dalam sterilisasi yaitu, penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan filtasi. Pemilihan metode disesuaikan dengan bahan yang akan disterilkan. Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat (portabele) dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan suhu 121° C selam 15 menit. Panas lembab sangat efektif meskipun suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi, karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan, dilepaskan panas sebnyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 121 ° C. Panas ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan mematikannya. Bakteri memiliki bentuk dan struktur yang berbeda. Bentuk dan struktur ini yang disebut dengan morfologi bakteri. Setiap bakteri memiliki bentuk yang berbeda. Ini juga dipengaruhi oleh kondisi tempat hidupnya. Bakteri dapat hidup di setiap tempat misalnya ; udara, diantara rambut, di sela-sela gigi , didalam tanah dan sebagainya (Hastuti, 2012). Pada umumnya ada tiga bentuk bakteri yang berbeda yaitu, bentuk kokus atau bulat, basil atau silinder (batang), dan spiral atau melengkung melingkar (Volk & Wheeler, 1988). 1. Kokus bentuknya seperti buah beri kecil.bakteri ini terdapat dalam beberapa pola atau pengelompokan yang berbeda dan oleh karen itu dapat dijadikan ciri setiap marga yang berbeda. Beberapa kokus secara khas hidup sendiri-sendiri, sedangkan yang lainnya dapat dijumpai berpasangn, kubus atau rantai panjang, bergantung caranya membelah diri dan berlekatan satu sama yang lain.



Kokus yang senantiasa membelah dalam satu bidang namun tidak memisahkan diri, sering membentuk rantai kokus, ini merupakan bentuk khas Strepcoccus.



Kokus yang membelah dalam tiga bidang tegak lurus satu sama lain membentuk paket kubus, cara ini dijumpai pada merga Sarcina.



Kokus yang membelah dalam dua bidang untuk membentuk gugusan yang tidak teratur diklasifikasikan dalam marga Staphylococcus atau marga Micrococcus.

2. Basil adalah bakteri yang bentuknya menyerupai batang atau silinder. Basil memiliki ukuran yang beraneka ragam, beberapa diantaranya menyerupai rokok sigaret. Bentuk lainnya adalah basil berebantuk gelendong dengan ujung-ujung yang meruncing lebih menyerupai cerutu. Beberapa basil panjang dan lebarnya sama dan bentuknya lonjong, basil-bail ini menyerupai kokus sehingga disebut koko-basil. 3. Bentuk Spiral a. Vibrio adalah batang yang melengkung menyerupai koma. Kadang-kadang vibrio tumbuh sebagai benang-benang membelit atau membentuk S. b. Spiril adalah spiral atau lilitan yang sebenarnya, seperti kotrek (pembuka gabus). Tubuh selnya kokoh. c. Spirochaeta berbentuk spiral tetapi bedanya dengan spiril dalam hal kemampuannya melenturkan dan melekuk-lekukkan tubuhnya sambil bergerak.

Gambar. 1 a. Bentuk Kokus, b. Bentuk Basil, dan c. Bentuk Spiral

Untuk mengidentifikasi suatu bakteri dapat diamati dari bentuk koloni, warna koloni, tepi koloni, elevasi koloni, serta tipe pertumbuhannya pada medium miring. 1. Bentuk Koloni Bentuk koloni yang umunya ditemukan yaitu bundar, bundar dengan tepian kerang, bundar dengan tepian timbul, keriput, konsentris, tak beraturan dan menyebar, berbenang-benang, bentuk l, bundar dengan tepian menyebar, filiform, rizoid, atau kompleks. 2. Bentuk Tepi Koloni Bentuk tepian koloni bakteri umunya yaitu licin, berombak, berlekuk, takberaturan, siliat, bercabang, seperti wol, seperti benang, atau seperti ikal rambut. 3. Elevasi Koloni Selain dapat diamati dan diidentifikasi dari bentuk, warna, dan tepian koloninya, pengamatan koloni juga dapat di lakukan pada elevasi koloninya. Beberapa elevasi dari koloni bakteri yaitu, datar, timbul, cembung, seperti tetesan, seperti tombol, berbukit-bukit, tumbuh kedalam medium, atau seperti kawah. 4. Tipe Pertumbuhan pada Medium Agar Miring Tipe pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar miring juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis bakteri. Menurut Fardiaz dalam Hatuti (2012) ada beberapa tipe koloni bakteri pada medium agar miring yaitu bentuk serupa pedang, bentuk berduri, bentuk serupa tasbih, bentuk titik-titik, bentuk berupa batang, dan bentuk serupa akar. Medium agar padat miring merupakan medium nutrien cair yang ditambah agar sebagai pemadatnya dan dibirakan mengeras pada posisi miring. Pada medium agar padat miring, bakteri Eschercia coli, bentuknya spreadling dengan elevasi low convex, tidak berbau, berwarna krem dan pertumbuhannya sedikit saja namun membentuk koloni. Pada Bacillus subtilis pertumbuhannya tipis dan merata tanpa koloni dengan elevasi low convex berbentuk echinulate, tidak berbau dan berwarna krem (Anitamuina, 2013).

PROSEDUR KERJA 2 cawan petri berisi medium lempeng dibawa ke tempat yang banyak dilalui orang, lalu tutup cawan petri dibuka selama 10-15 menit, kemudian ditutup kembali. hal ini dilakukan pada kedua cawan petri.

kedua biakan tersebut diinkubasi pada medium lempeng dengan suhu 37°C

Setelah biakan berumur 1x24 jam atau 2x24 jam, dilakukan pengamatan terhadap koloni bakteri yang tumbuh pada medium lempeng tersebut

Jumlah koloni bakteri yang tumbuh dihitung. koloni bakteri ditandai dengan bentuk seperti lendir, tetesan mentega, tetesan sari buah

Dipilih dua macam koloni bakteri yang tumbuh

Dilakukan pengamatan morfologi koloni dari dua macam koloni bakteri yang meliputi; warna koloni, bentuk koloni, tepi koloni, elevasi, kepekatan koloni, mengkilat atau suram, dan diameter koloni.

Pengamatan dilakukan seperti yang disebut di atas pada masing-masing koloni bakteri

HASIL PENGAMATAN + FOTO Ciri

Koloni No. 1

Koloni No. 2

Morfologi Koloni

a. b. c. d. e. f. g. h.

Warna koloni Bentuk koloni Tepi koloni Elevasi koloni Mengkilat/Suram Diameter koloni Kepekatan koloni Jumalah koloni

Ciri lainnya

Asal bakteri Tipe pertumbuhan pada medium

ANALISIS DATA DISKUSI LAMPIRAN + LAPSEM

Putih keruh Bulat Licin Cembung Suram 0,3 cm pekat 4 Buah semangka

Kuning bening Tidak beraturan Berlekuk Berbukit-bukit Suram 2,4 cm Tidak pekat 1 Buah semangka

Related Documents

Morfologi
April 2020 45
Morfologi
May 2020 42
Hbef1103 Morfologi
June 2020 28
Adaptasi Morfologi
June 2020 36

More Documents from "Kevin Regardy Onasis"