Mikrobiologi-a12.pdf

  • Uploaded by: Algho Larizmi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mikrobiologi-a12.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,076
  • Pages: 11
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FLORA NORMAL, FAKTOR PERTUMBUHAN & ANTISEPTIK

Kelompok A-12 Algho Larizmi M Nyssa Gianina Ryan Dharmawan Monica Tri M. Adilah Ulinnuha Fariedz Anugrah Dira Khoirunnisa S. Rizka Zahra Dwi A Jum’atin Fadhilatul I

(1102018138) (1102018134) (1102018133) (1102018136) (1102018137) (1102018139) (1102018140) (1102018141) (1102018142)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2018

Teori Dasar Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis maupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal/tetap yang terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi lingkungannya. Contohnya: Streptococcus viridans, S. faecalis, dan Candida albicans. 2. Mikroorganisme sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme non patogen auto potensial patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Floras ementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan kolonisasi,berbiak dan menimbulkan penyakit. Mikroorganisme yang secara terdapat pada permukaan tubuh bersifat komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor biologis seperti suhu, kelembaban dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup. Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Organ-organ dan jaringan biasanya steril. Tapi dalam praktikum ini hanya akan dibahas mengenai flora normal pada epidermis kulit dan saliva saja. 1. Kulit Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya. ​kulit manusia memiliki sifat sebagai pertahanan(barier) yang sangat efektif terhadap infeksi. Dalam kenyataannya, tidak ada bakteri yang dapat menembus kulit utuh yang telanjang´tanpa pelindung. Kulit bersifat sedikit asam dengan pH 5 dan memiliki temperatur kurang dari 37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan membuat permukaan kulit secara konstan berganti sehingga bakteri yang berada dibawah permukaan kulit tersebut akan juga dengan konstan terbuang dengan sel mati. ​Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit harus mampu bersaing dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan tempat kolonisasi serta nutrisi untuk tumbuh dan berkembang. Mikroflora normal kulit terutama terdiri dari bakteri gram positif. Tetapi bakteri gram negatif seperti Escherichia coli yang habitatnya ada di dalam usus

manusia, juga bisa terdapat pada kulit manusia karena adanya kontaminasi kotoran manusia. 2. Mulut Kelembaban yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya flora normal di beberapa bagian pada tubuh, khususnya pada bagian gigi, dan telapak tangan. Juga mengetahui keberadaan flora di udara, sensitivitas terhadap antibiotik, sifat hemolisis dari flora-flora normal yang dikultur, dan juga akan diketahui sifat Gram dari flora normal tersebut. Selain itu, akan dilakukan kultur flora udara dalam percobaan ini. Pelaksanaan Praktikum Bahan yang disediakan : 1. Tusuk gigi steril 2. Zat warna untuk pewarnaan Gram 3. Lempeng agar darah Cara Kerja: a. Flora Normal Mulut: 1. Siapkan objek gelas steril 2. Mensterilisasi ose dengan cara membakar pada spiritus 3. Masukkan ose ke dalam tabung NaCl fisiologis 4. Teteskan pada objek gelas 5. Mensterilisasi ose yang baru saja digunakan 6. Ambil kotoran di sela – sela gigi dengan menggunakan tusuk gigi steril 7. Letakkan tusuk gigi yang telah digunakan di atas cairan NaCl fisiologis 8. Buang tusuk gigi di bak pewarnaan 9. Keringkan objek glass dengan melewatkannya diatas uap api spirtus 10. Objek gelas yang telah berisi bakteri dipanaskan lalu di fiksasi dengan melewatkan pada lidah api sebanyak tiga kali dengan menggunakan pinset 11. Kemudian lakukan pewarnaan Gram 12. Lihat hasil pada mikroskop

cara

Hasil praktikum : Flora Normal Mulut Nacl fisiologis + kotoran gigi & pewarnaan gram OP

Al Gholarizmi Mulya Kusuma

Deskripsi Bentuk

Ciri tambahan

Coccus

Tunggal

Kesimpulan dan penjelasan : Dengan menggunakan mikroskop, sediaan basah flora normal mulut diamati dengan perbesaran 10 x 100. Terlihat beberapa jenis bakteri, umumnya berwarna merah yang artinya adalah merupakan bakteri Gram-negatif. Bagian tebal yang berwarna merah adalah sediaan kotoran gigi yang masih terlalu tebal. Menurut Jawetz, ​et. al. (2007) di dalam buku ​Medical Microbiology​, beberapa flora mulut antara lain staphylococcus, Gram-negatif diplococcus (neisseriae, ​Moraxella catarrhalis)​ , diptheroid, dan lactobacillus. Bakteri lain yang tumbuh di area gigi, terutama adalah spirochet, ​Prevotella (terutama ​Prevotella melaninogenica,​ ​Fusobacterium,​ ​Rothia, ​dan Capnocytophaga, ​serta ​Borrelia refringens a. Flora Normal kulit 1. Letakkan jari telunjuk pada lempeng agar darah 2. Eramkan pada lemari pengeram 37 C selama 24 jam 3. Lihat hasil Hasil praktikum : Flora Normal Kulit ADP + kulit telunjuk Macam koloni

Deskripsi

Jenis Koloni

Bentuk

Warna

Hemolisis

Koloni 1

Koloni

Putih

Alfa

Mukoid Smooth

Koloni 2

Koloni

Kekuningan

Gamma

Smooth

Koloni 3

Koloni

Putih

Gamma

Smooth

Koloni 4

Koloni

Putih

Gamma

Smooth

Koloni 5

Koloni

Kekuningan

Beta

Mukoid

Koloni 6

Koloni

Putih

Gamma

Smooth

Koloni 7

Koloni

Putih

Gamma

Smooth

Koloni 8

Koloni

Putih

Beta

Mukoid

dan

Kesimpulan dan penjelasan : Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan tipe koloninya rough ukurannya 0.5-1mm dan hemolisisnya α hampir semuanya. b. Flora Normal Udara (Ruang TU Fakultas Kedokteran) 1. Siapkan 1 OP untuk memegang medium agar darah 2. Letakkan Agar darah disisi Ruangan selama 5 menit 3. Eramkan pada lemari pengeram 37 C selama 24 jam 4. Lihat hasilnya Hasil praktikum : Flora Normal Udara ADP + flora udara Macam Koloni

Deskripsi

Koloni 1-8

Bulat

Bentuk

Ukuran

Warna Putih

Kesimpulan dan penjelasan : Pada praktikum kali ini kami untuk mencari tahu tentang jumlah mikroba di Ruang TU Fakultas Kedokteran. Ruangannya sedang, dan jumlah orang yang ada atau beraktifitas di ruangan tersebut cukup banyak. Kami meletakkan media ADP Ruang TU Fakultas Kedokteran . Dan akhirnya setelah diinkubasi dalam selama 24 jam, didapat data bahwa Ruang TU FK terdapat banyak bakteri tebal dan besar, beberapa bakteri kecil.

Flora Normal Udara

KEPEKAAN KUMAN TERHADAP BERBAGAI AGEN Pertumbuhan kuman dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti suhu, pH, tekanan osmosis, sinar matahari, bahan kimia, logam dan sebagainya. Suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan kuman karena kuman memerlukan suhu optimum untuk dapat tumbuh dengan baik. Suhu juga dapat mempengaruhi pembentukan pigmen pada beberapa jenis kuman, sehingga untuk melihat pigmennya maka kuman harus ditanam dan dieram pada suhu tertentu yang optimum. Sinar matahari, terutama sinar ultra ungu (panjang gelombang 250-265 nano-meter) dan juga sinar-sinar lain yang mempunyai gelombang pendek, dapat menghambat pertumbuhan kuman atau mematikan kuman. Bakteri yang aktif melakukan pembelahan lebih mudah dipengaruhi oleh sinar ultra ungu (ultraviolet, uv). Beberapa jenis ​logam berat, seperti tembaga dan air raksa, mempunyai daya penghambat pertumbuhan beberapa jenis kuman; daya hambat logam terhadap pertumbuhan kuman ini disebut ​daya oligodinamik​, Hal ini dapat diterangkan dengan ion-ion logam tersebut mempunyai afinitas dengan protein sel kuman, yang mengakibatkan pengumpulan sejumlah besar ion-ion tersebut dan mengakibatkan denaturasi protein sel kuman. Bahan kimia, berbagai jenis bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan kuman, misalnya kadar ​gula yang tinggi, zat warna, desinfektan, antibiotika. Bahan kimia ini dapat menghambat pertumbuhan kuman, disebut efek ​bakteriostatik, atau dapat membunuh kuman, disebut efek ​bakterisid. ​Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk sanitasi, disinfeksi, antisepsis dan untuk membunuh kuman. Antibiotika sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi bakterial. Antbiotika dapat bersifat bakteriostatik dan juga dapat bersifat bakterisid. Dalam melakukan terapi dengan menggunakan antibiotika guna penanggulangan penyakit infeksi bakterial, kadang diperlukan ​pemeriksaan kepekaan (tes sensitivitas) kuman terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada masa kini telah banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotika. Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika antara lain dapat dilakukan dengan: 1. CARA CAKRAM (DISC METHOD), yaitu dengan menggunakan cakram kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu yang kemudian diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami uman yang akan diperiksa, kemudian dieram. Apabila tampak adanya zona hambatan pertumbuhan kuman di sekeliling cakram antibiotika, maka kuman yang diperiksa sensitive terhadap antibiotika tersebut. Cara ini disebut juga sebagai ​cara difusi agar​, cara yang lazim dilakukan adalah cara Kirby-Bauer. 2. CARA TABUNG (TUBE DILUTION METHOD), yaitu dengan membuat penipisan antibiotika pada sederetan tabung reaksi yang berisi perbenihan cair. Ke dalam tabung-tabung tersebut dimasukkan kuman yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan kemudian dieram. Dengan cara ini akan dapat diketahui konsentrasi terendah antibiotika yang menghambat pertumbuhan kuman yang disebut Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC)

Tes kepekaan / resistensi Bahan : 1. 2. 3. 4. 5.

Lempeng agar Mueller Hinton Kaldu BHI 1cc Tusuk kapas steril Cakram antibiotic ( 5 macam ) Biakan kuman : ​Staphylococcus aureus ​atau ​Escherichia coli

Cara kerja : 1. Ambil kuman yang telah disediakan dengan sengkelit steril, buat suspensi dalam tabung berisi kaldu BHI steril 1cc , sesuaikan dengan standar Mc Farland 0,5 2. Ambil kapas baru lalu celupkan ke dalam suspense yang telah dibuat. 3. Oleskan usap kapas yang telah mengandung kuman pada permukaan media Agar secara merata ( seluruh permukaan Agar Mueller Hinton ) 4. Letakkan cakram antibiotika yang disediakan pada permukaan agar dengan jarak cukup antara cakram satu dengan cakram lain. 5. Eram pada lemari pengeram 37 C , selama 24 jam dan lihat serta catat hasilnya

Hasil Praktikum: Resistensi Cakram Antibiotik + lempeng agar Mueller Hinton + bakteri Bakteri

Deskripsi

Keterangan

Antibiotik

Diameter

CIP5

12 mm

E15

13 mm

C30

10 mm

AML25

-

S10

16 mm

CIP5

34 mm

E15

40 mm

C30

38 mm

AML25

50 mm

Escheria coli

Staphylococcus aureus

R

S10

23 mm

Singkatan antibiotika : CIP

: Ciprofloxacin

C

: Chloramphenicol

E

: Erythromycin

S

: Sulphomethoxazole

AML : Amoxillin

Kesimpulan dan penjelasan:

1. Pada percobaan yang dilakukan dapat diketahui bagaimana cara melakukan uji kepekaan mikroba terhadap antibiotika 2. Setiap antibiotika memiliki perbedaan dalam menghambat pertumbuhan mikroba (​Staphylococcus aureus dan ​Escherichia coli)​ . Semakin luas zona hambatan disekitar cakram, maka semakin tinggi tingkat kepekaan antibiotik tersebut terhadap mikroba. 3. Pada percobaan antisepsis kulit, pada percobaan pertama ditemukan banyaknya kuman,

sampai pada percobaan terakhir dengan pemberian alcohol dan antibiotic tidak ditemukan adanya kuman. Hal ini menunjukkan bahwa Antibiotik dan alcohol mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme yang ada di kulit. 4. Berdasarkan hasil pengamatan antiobiotik terbukti dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang tandai dengan adanya zona hambat pada daerah sekitar antiobiotik.

Antisepsis kulit: Bahan : 1. 2. 3. 4.

Lempeng agar darah Kaldu 2cc Tusuk kapas steril Antisepsis (handsanitizer, alkohol)

Cara kerja : 1. Bagian bawah lempeng agar darah dibagi menjadi 4 wilayah dengan menggunakan pensil gelas. a. Pada wilayah I ● Usap kapas steril dibasahi dengan kaldu steril, kemudian diusapkan pada telapak tangan, selanjutnya dioleskan pada wilayah I bagian lempeng agar darah. b. Pada wilayah II ● Cuci tangan dengan sabun dan air selama 2 menit, kemudian usap kapas steril yang dibasahi dengan kaldu steril pada telapak tangan, oleskan pada wilayah II pada bagian agar darah. c. Pada wilayah III ● Ambil sebuah usap kapas steril, basahi dengan kaldu steril, oleskan pada lengan bawah. Kemudian oleskan pada wilayah III pada bagian agar darah d. Pada wilayah VI ● Basahi tusuk kapas dengan alcohol lalu oleskan pada voler ( sejajar lipatan kulit) dan buang tusuk kapass tersebut. Ambil tusuk kapas yang baru dan teteskan dengan hand sanitizer dan dioleskan di tempat yang sebelumnya telah diolesi alcohol. Ambil tusuk kapas lalu baru oleskan pada lengan bawah bagian voler dan usapkan pada wilayah VI pada agar darah. 2. Eramkan lempeng agar darah ini pada 37 C selama 24 jam dan lihat serta catat hasilnya

Hasil praktikum: Antisepsis ADP + antisepsis

No

Daerah

Jumlah Koloni

1

I

Smooth

2

II

Smooth berkurang

3

III

Smooth

4

IV

Tidak ada koloni bakteri

Kesimpulan dan penjelasan: Dari hasil percobaan yang dilakukan dan setelah dilakukan pengukuran terhadap diameter di setiap zona hambatan di sekitar cakram ternyata didapatkan hasil bahwa antibiotika yang diberikan sensitif terhadap mikroba yang diujicobakan (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) . Hanya pada antibiotika (CRO) pada Staphylococcus aureus didapatkan hasil intermediate dikarenakan hasilnya berada diantara rentang resistent dan sensitif pada lembar baca uji sensitivitas. Tetap memiliki efek obat tetapi hanya tidak sebaik yang sensitif. Tiap antibiotika terdapat perbedaan ukuran dalam menghambat kepekaan mikroba dikarenakan perbedaan ukuran (dalam mm) pada zona hambatan yang berada disekitar cakram mempengaruhi tingkat kepekaan antibiotic

Antisepsis

More Documents from "Algho Larizmi"

Mikrobiologi-a12.pdf
November 2019 16