BAB I PENDAHULUAN I. Maksud dan Tujuan Praktikum I.1 Maksud praktikum Percobaan mikrobilogi kali ini dimaksudkan agar praktikan dapat mempelajari tentang perhitungan mikroorganisme dengan metode ALT (Angka Lempeng Total), metode MPN (Most Prabable Number), dan metode Turbidimetri. I.2 Tujuan Praktikum Percobaan
kali ini bertujuan
untuk
mengetahui cara-cara
perhitungan mikroorganisme dengan metode ALT (Angka Lempeng Total), metode MPN (Most Probable Number), dan metode Turbidimetri. I.
Prinsip Praktikum Mikroorganisme merupakan salah satu makhluk hidup yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Karena ukurannya yang sangat kecil, maka sukar sekali untuk menghitung mikroorganisme. Oleh sebab itu, praktikan harus mengetahui cara-cara untuk melakukan perhitungan mikroorganisme dengan metode-metode tertentu, yaitu metode ALT (Angka Lempeng Total), MPN (Most Probable Number), dan metode Turbidimetri. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengenceran dan setelah itu ditambahkan dengan medium yang sesuai dan kemudian diinkubasikan. Setelah jangka waktu tertentu, diamati hasil pertumbuhan mikroba dan kemudian dihitung jumlah mikroorganisme dengan menggunakan metode-metode yang telah ditentukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA II.1. Teori Umum Dalam analisis kuantitatif, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah mikroorganisme didalam suatu bahan atau sediaan farmasi, makanan minuman dan kosmetika ( 4, hal 115). Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, tergantung dari bahan dan jenis mikroba yang ditentukan. Pada umumnya ada 3 cara perhitungan jumlah mikroba, yakni perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan perhitungan massa sel secara tidak langsung (5, hal. 251). Beberapa bakteri penyebab penyakit seringkali terdapat dalam jumlah kecil di dalam makanan. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan karena adanya mikroba tersebut dalam jumlah yang besar dapat mengakibatkan terjadinya infeksi dari bakteri patogen atau keracunan oleh bakteri penghasil racun. Oleh karena itu perlu dilakukan uji kuantitatif untuk mengetahui jumlah bakteri tersebut yang terdapat di dalam makanan (2, hal. 125). II.1 1 Perhitungan Jumlah Sel Ada beberapa cara mengukur jumlah sel yaitu dengan hitungan cawan (plate count), secara elektronik dengan bantuan alat Colony Counter (Penghitung Koloni), dan MPN (Most Probable Number) (5, hal. 252) II.1.1.1 Metode Hitungan Cawan Prinsip metode ini adalah apabila ada satu sel mikroorganisme yang masih hidup ditumbuhkan pada medium yang sesuai, maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata pada media yang digunakan dan setelah dilakukan inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.(4, hal.121). Metode ini merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan: 1) Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung. 2) Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus.
3) Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba, karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang mempunyai penampakan spesifik. ( 4, hal. 121) Selain keuntungan-keuntungan tersebut di atas, metode hitungan cawan juga mempunyai kelemahan sebagai berikut: 1) Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni. 2) Medium
dan
kondisi
inkubasi
yang
berbeda
mungkin
menghasilkan jumlah yang berbeda pula. 3) Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak, jelas, tidak menyebar. 4) Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung. (4, hal. 121-122) Pada hitungan cawan ini, bahan yang diperiksa yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 koloni mikroorganisme per mL atau pergram atau per-cm, memerlukan perlakuan pengenceran sebelum diinokulasi ke dalam media agar dalam cawan petri. Setelah masa inkubasi selesai, maka akan terbentuk koloni-koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang terbaik yang dapat dihitung adalah 30-300 koloni percawan petri.(4, hal 122) Syarat perhitungan jumlah bakteri dengan metode hitungan cawan adalah sebagai berikut: 1) Jumlah koloni tiap cawan antara 30-300 koloni, bila tidak ada, dipilih yang mendekati. 2) Bila perbandingan jumlah bakteri antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya < 2, hasilnya dirata-rata, tetapi bila > 2, yang dipakai jumlah bakteri dari pengenceran sebelumnya.
3) Bila dengan ulangan dan hasil memenuhi syarat, hasilnya diratarata. (4, hal 125) Jumlah koloni dalam sampel dapat dihitung sebagai berikut: = ml Koloni per atau per gram
x koloni per Jumlah cawan 1 faktor pengenceran (4, hal. 125)
II.1.1.2 Metode MPN (Most Probable Number) Pada metode ini digunakan medium cair dengan tabung-tabung reaksi dan tabung durham. Perhitungannya dilakukan berdasarkan atas jumlah tabung reaksi yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh mikroorganisme setelah dilakukan inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan terhadap tabung yang positif dapat dilihat dan diamati dengan adanya perubahan warna dari medium dan terbentuknya gas dalam tabung durham yang diletakkan secara terbalik.(4, hal.137) Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel yang berbentuk cair, meskipun dapat juga digunakan untuk sampel yang berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut. Kelompok mikroorganisme yang dapat dihitung dengan metode MPN juga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan. Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah tabung reaksi yang positif, yakni yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Kriteria tabung positif atau tidak ditandai dengan timbulnya kekeruhan atau gas pada tabung Durham (5, hal. 261). Nilai MPN sampel dapat dihitung sebagai berikut:
MPN sampel = Nilai MPN x 1 pengenceran tabung tengah (4, hal. 139) II.1.3 Perhitungan Massa Sel secara Tidak Langsung a. Analisis komponen sel (protein, ADN, ATP, dan sebagainya). b. Analisis produk katabolisme (metabolit primer, metabolit sekunder, panas). c. Analisis konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, mineral, dan sebagainya. (5, hal. 269)
II.2.
Uraian Bahan dan Sampel II.2.1. Metode SPC atau ALT II.2.1.1. Bahan a. Medium NA b. Medium PDB c. Aquades II.2.1.1. Sampel a. Kue kering b. Roti c. Es jeruk d. Es sirup e. Es teh II.2.2. Metode MPN II.2.2.1. Bahan a. Medium LB b. Aquades II.2.2.2. Sampel a. Kue kering b. Roti c. Es jeruk d. Es sirup e. Es teh II.2.3. Metode Turbidimetri II.2.3.1.
Bahan a. Aquades b. Larutan NaCl
II.2.3.2. Sampel a. Suspensi mikroorganisme
BAB III METODE KERJA III.1.
Metode SPC atau ALT III.1.1 Alat – alat yang digunakan 1.
Cawan Petri
2.
Botol
3.
Tabung reaksi
4.
Spoid
5.
Tabung durham
6.
Kapas
7.
Labu erlenmeyer
III.1.2 Bahan – bahan yang digunakan 1. Medium Potato Dextrosa Agar (PDA) 2. Medium Nutrien Agar (NA) 3. Medium Lactosa Broth (LB) 4. Larutan NaCl 5. Aquades 6. Roti 7. Kue Kering 8. Es Jeruk 9. Es Teh 10. Es Setrup 11. Bakteri E. Coli 12. Alkohol III.2.
Cara kerja 1. SPC (Standard Plate Count) a. Digerus sampel dan ditambahkan air secukupnya. Dihomogenkan dan diambil 1 ml larutan sampel. b. Dimasukkan larutan sampel ke dalam tiap-tiap botol yang telah berisi 9 ml aquades steril (dilakukan pengenceran).
c. Diambil 1 ml larutan dari tiap pengenceran, dimasukkan ke dalam cawan petri sesuai dengan pengenceran masing-masing. d. Dimasukkan medium PDA dan NA di dalam tiap cawan petri sesuai pengencerannya. Untuk medium PDA pengenceran dimulai dari 10-2 sampai 10-4 dan untuk medium NA pengenceran dimulai dari 10-1 sampai 10-3. e. Diinkubasi cawan petri
yang berisi medium NA di dalam
inkubator dan medium PDA dengan suhu kamar. 2. MPN (Most Probable Number) a. Diambil larutan sampel dari pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4, dimasukkan ke dalam tiap-tiap tabung reaksi yang telah berisi medium LB (Lactosa Broth) dan tabung durham. b. Diinkubasi dalam inkubator dan diamati perubahan yang terjadi. 3. Turbidimetri a. Dilarutkan suspensi mikroba dengan larutan NaCl, dihomogenkan. b. Diambil 5 ml dari tiap pengenceran yang telah dilakukan, dimasukkan ke dalam tiap tabung reaksi yang telah berisi 5 ml aquades steril. Dilakukan sampai pengenceran 10-10. c. Dihitung transmitan tiap pengenceran dengan menggunakan spektrofotometer. d. Dicatat hasil yang didapat.
BAB IV HASIL PENGAMATAN IV.1 SPC Bakteri Sampel
10-2
10-3
10-4
1. Roti 2. Kue Kering 3. Es Jeruk 4. Es Setrup 5. Es teh SPC Bakteri :
2576 2092 1280 424 210
1640 116 298 384 160
1128 TBUD 256 320 150
No.
1. Roti
: 10-2
10-3
10-4
2576
1640
1128
=jumlah koloni pada fp teeringgi×1fp tertinggi =1128×110-4 =1128×10-4=1,1×107 2. Kue Kering
:
10-2 2092
10-3 116
10-4 TBUD
Koloni×1fp=116×110-3=116×10-3=1,2×105 3. Es Jeruk
10-2
:
1280
10-3 298
10-4 256
a. Dibandingkan fp tertinggi dibanding fp terendah 256×110-4298×110-3=256×104298×103 =2,6×1063,0×105 =8,6>2
b. Diambil fp terkecil koloni ×1fp=298×110-3=298×103=3,0×105 4. Es Setrup
:
10-2 424
10-3 384
=koloni fp tertinggi×1fp tertinggi =320×110-4 =320×104
10-4 320
=3,2×106 5. Es Teh
10-2
:
10-3
210
160
10-4 150
a. Dibandingkan fp tertinggi dengan fp terendah 150×110-4160×1103=150×104160×103=1,5×1061,6×105=9,3>2
b. Diambil fp terkecil =160×110-3 =160×103=1,6×105
IV.2 ALT khapang/ Jamur No. 1. 2. 3. 4. 5.
Sampel Roti Kue Kering Es Jeruk Es Setrup Es Teh
10-1
10-2
3720 1736 TBUD TBUD Spreader
2760 1052 924 TBUD Spreader
ALT Jamur : 1. Roti =koloni pada fp tertinggi×1fp tertinggi =457×110-3=457×103=4,6×105
2. Kue Kering =koloni pada fp tertinggi×1fp tertinggi =232×110-3=232×103=2,3×105
3. Es Jeruk =koloni pada fp tertingi×1fp tertinggi =233×110-3=233×103=2,3×105
4. Es Setrup =Koloni pada fp tertinggi×1fp tertinggi =584×110-3=584×103=5,8×105
5. Es Teh =koloni pada fp tertinggi×1fp tertinggi
10-3 457 232 233 584 278
=278×110-3=278×103=2,8×105
VI.3 MPN No.
Sampel
1. Roti 2. Kue Kering 3. Es Jeruk 4. Es setrup 5. Es Teh VI.4 Turbidimetri No.
10-3
10-4
-----------
-----------
-----------
MPN <3,0×102 <3,0×102 <3,0×102 <3,0×102 <3,0×102
Perbandingan
%T
Nilai OD
1 : 20 1 : 40 1 : 80 1 : 160 1 : 320 1 : 640 1 : 1280
57,4% 74,5% 83,0% 92,0% 93,5% 96,5% 98,2%
0,24 0,13 0,08 0,04 0,03 0,02 0,01
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 1 : 20
OD =2-logT =2-log57,4 =2-1,76 =0,24
2. 1 : 40 OD =2-logT =2-log74,5 =2-1,87 =0,13
3. 1 : 80 OD =2-logT =2-log83,0 =2-1,92 =0,08
4. 1 : 160
10-2
OD =2-logT =2-log92,0 =2-1,96 =0,04
5. 1 : 320 OD =2-logT =2-log93,5 =2-1,97 =0,03
6. 1 : 640 OD =2-logT =2-log96,5 =2-1,98 =0,02
7. 1 : 1280 OD =2-logT =2-log98,2 =2-1,99 =0,01
IV.4.1. Grafik Turbidimetri Grafik Turbidimetri 0,3
Nilai OD
0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 1:20
1:40
1:80
1:160
1:320
Perbandingan pengenceran
1:640
1:1280
LABORATORIUM MIKROBILOGI FARMASI JURUSAN FARMASI UNMUL
Keterangan: a. Cawan Petri. b. Mikroba. c. Medium.
MEDIUM : NA SAMPEL : ES THE
LABORATORIUM MIKROBILOGI FARMASI JURUSAN FARMASI UNMUL
Keterangan : a.Cawan petri. b. Mikroba. c. Medium.
MEDIUM : PDA SAMPEL : ES THE
LABORATORIUM MIKROBILOGI FARMASI
Keterangan :
JURUSAN FARMASI UNMUL
a. Tabung Reaksi. b. Tabung Durham. c. Medium.
.
a c
b 10-2 MEDIUM : LB SAMPEL : ES THE
LABORATORIUM MIKROBILOGI FARMASI
Keterangan :
JURUSAN FARMASI UNMUL
a. Tabung Reaksi. b. Tabung Durham. c. Medium.
a c
b 10-3 MEDIUM : LB SAMPEL : ES TEH
LABORATORIUM MIKROBILOGI FARMASI
Keterangan :
JURUSAN FARMASI UNMUL
a. Tabung Reaksi. b. Tabung Durham. c. Medium.
a c
b 10-4 MEDIUM : LB SAMPEL : ES TEH
DAFTAR PUSTAKA 1.
Brooks,Geo F.,dkk.,1996, Mikrobiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kdokteran EGC; Jakarta, hal.49
2.
Fardiaz, Srikandi, 1997, Penuntun Praktek Mikrobiologi Pangan, Lembaga Sumber Daya Informasi IPB; Bogor, hal. 125
.3.
Ibrahim, Arsyik, 2008, Penuntun Praktek Mikrobiologi Farmasi Dasar, Laboratorium Mikrobiologi Farmasi; Samarinda, hal. 68
4.
Natsir, M dan Sartini, 2008, Analisis Mikrobiologi Farmasi, Universitas Hasanuddin; Makassar, hal.115, 121 – 125 , 137 - 139
5.
Waluyo, Lud, 2008, Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi, Universitas Muhammadiyah Malang Press; Malang, hal. 251-253, 256-258, 261-262, 269
BAB V PEMBAHASAN Praktikum mikrobiologi kali ini bertujuan untuk mengetahui metode perhitungan mikroorganisme. Pada praktikum ini dilakukan tiga macam percobaan, yaitu melakukan penghitungan mikroorganisme dengan metode SPC (Standard Plate Count), Metode MPN (Most Probable Number), dan metode turbidimetri. Adapun sampel yang digunakan oleh praktikan pada praktikum kali ini adalah es teh. Percobaan pertama yaitu menghitung koloni mikroorganisme dengan metode SPC (Standard Plate Count). Pertama-tama dibuat pengenceran sampel dalam air menjadi 10-1, 10-2, dan 10-3. Perlu dilakukan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri, sehingga setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik antara 30 sampai 300 koloni. Selanjutnya sampel dimasukkan dalam enam buah cawan petri,. Tiga buah cawan petri ditambahkan dengan medium NA, dan tiga buah lagi ditambahkan dengan medium PDA. Medium NA digunkan untuk mengamati pertumbuhan bakteri pada sampel es teh, sedangkan medium PDA digunakan sebagai tempat tumbuh bagi jamur yang terdapat dalam sampel. Untuk sampel yang ditambahkan medium NA diinkubasi dalam inkubator selama kurang lebih 1 x 24 jam untuk mengamati pertumbuhan bakteri pada sampel tersebut. Sedangkan, untuk sampel yang ditambahkan dengan medium PDA diinkubasi pada suhu kamar selama kurang lebih 3 x 24 jam untuk mengamati pertumbuhan jamur. Pada cawan petri yang berisi medium NA setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam didapatkan hasil bahwa pada penganceran 10-2, didapatkan koloni bakteri sebanyak 210, pada 10-3 sebanyak 160, dan pada 10-4 sebanyak 150 koloni. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel es teh terdapat sejumlah bakteri. Kemudian dilakukn perhitungan dan didapatkan nilai SPC untuk bakteri sebesar 1,6 x 105. Angka ini lebih besar daripada nilai Standar asional Indonesia yaitu sebesar 2,0 x 102. Hal ini menunjukkan bahwa sampel es teh tidak layak untuk dikonsumsi.
Pada cawan petri yang berisi medium PDA setelah diinkubasi pada suhu kamar selama 3 x 24 jam didapatkan hasil bahwa pada pengenceran 10-1 dan 10-2 didapatkan koloni jamur berbentuk spreader, sedangkan pada pengenceran 10-3 sebanyak 278. Hasil pengamatan pada koloni yang berbentuk spreader ini mungkin disebabkan karena kesalahan praktikan pada saat melakukan praktikum, yaitu pada saat memasukkan medium ke dalam cawan petri yang telah berisi sampel tidak aseptis, sehingga data yang didapatkan tidak valid. Sedangkan pada pengenceran 10-3, hasil yang didapatkan 278. Kemudian setelah dilakukan perhitungan SPC, didapatkan nilai SPC untuk jamur sebesar 2,8 x 105. Nilai ini ternyata juga lebih besar daripada nilai Standar Nasional Indonesia sehingga sampel es teh tidak layak untuk dikonsumsi. Pada medium NA dan PDA digunakan tingkat pengenceran yang berbedabeda, dimana perbedaan tingkat pengenceran itu akan mempengaruhi jumlah mikroba yang akan ditumbuhkan di dalam cawan petri. Pada medium NA, mikroba tidak ditumbuhkan dengan tingkat pengenceran 10-1 kemungkinan bakteri yang akan tumbuh tidak akan mencapai 30 koloni yang terdapat di dalam cawan petri sehingga tingkat pengenceran untuk NA yaitu 10-2, 10-3, 10-4. Tingakat pengenceran PDA yaitu 10-1, 10-2, 10-3 adalah tingkat-tingkat pengenceran dimana perhitungan koloni yang dicapai, yaitu untuk bakteri 30-300 koloni percawan petri, dan jamur atau kapang sebanyan 50-150 koloni percawan petri. Pada percobaan kedua, yaitu perhitungan koloni mikroorganisme dengan menggunakan metode MPN (Most Probable Number). Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel yang berbentuk cair, meskipun dapat juga digunakan untuk sampel yang berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut. Kelompok mikroorganisme yang dapat dihitung dengan metode MPN juga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan. Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah tabung reaksi yang positif, yakni yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Kriteria tabung positif atau tidak ditandai dengan timbulnya kekeruhan atau gas pada tabung Durham. Pada percobaan ternyata sampel menghasilkan reaksi yang negative yang menunjukkan bahwa jumlah koloni mikroba pada sampel kurang dari 3,0 x 102.
Hal ini disebakan karena kerusakan medium Laktosa Broth yang digunakan sehingga pada saat dilakukan pengamatan sangat sulit untuk menentukan hasilnya. Percobaan selanjutnya, yaitu perhitungan koloni mikroorganisme dengan metode
turbidimetri.
Cahaya
yang
dilewatkan
pada
kuvet
di
dalam
spektrofotometer akan diabsorpsi oleh mikroba, sehingga semakin besar absorbansinya atau semakin kecil transmitannya menunjukkan bahwa semakin banyak mikroba yang terdapat pada sampel tersebut. Perhitungan mikroorganisme dengan metode ini dilakukan dengan cara mengukur presentase cahaya yang melewati larutan yang diperiksa. Presentase cahaya yang lewat (T) merupakan perbandingan langsung dari konsentrasi sel yang dinyatakan dengan OD (optical density). OD dapat dinyatakan dengan rumus: OD = 2 – log T Dalam menggunakan pengukuran turbidimetri, harus diingat bahwa hubungan antara kekeruhan dan jumlah sel hidup dapat berubah selama petumbuhan dan kematian suatu biakan, sel dapat kehilangan kemampuan hidup sementara biakan masih akan tampak keruh. Pada percobaan didapatkan hasil bahwa semakin tinggi tingkat pengencerannya menunjukkan bahwa semakin tinggi pula transmitannya sehingg dapat diartikan bahwa mikroba yang terkandung dalam sampel semakin sedikit.
BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Untuk metode SPC kapang / jamur pada sampel es teh didapatkan koloni mikroba sebesar 2,8 x 105.
2.
Untuk SPC bakteri didapatkan koloni bakteri sebesar 1,6 x 105.
3.
Untuk metode MPN didapatkan koloni bakteri sebesar < 3,0 x 102.
4.
Perhitungan mikroba dengan metode turbidimetri didapatkan bahwa semakin tinggi pengenceran yang dilakukan pada sampel maka semakin tinggi pula nilai transmitan yang diperoleh sehingga menunjukkan bahwa mikroba yang terkandung dalam sampel semakin sedikit.
5.
Nilai Standar Nasional Indonesia untuk minuman teh sebesar 2,0 x 10 2 sehingga sampel es teh yang diamati tidak layak untuk dikonsumsi karena nilai SPC-nya melebihi nilai Standar Nasional Indonesia.
VI.2 Saran Menurut praktikan, praktikum kali ini sudah berjalan dengan baik. Hanya saja praktikan perharap agar alat-alat yang diperlukan untuk kebutuhan praktikum lengkap dan tersedia di laboratorium agar praktikan tidak mengalami kesulitan saat melakukan percobaan.
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROLOGI DASAR
OLEH : NAMA
: HERMAN EFFENDY
NIM
: 08.110.151.66
KELAS
:A
KELOMPOK
: II
ASISTEN
: SHELA ARISTA
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
PROGRAM S1 FARMASI UNMUL SAMARINDA 2009
LEMBAR PENGESAHAN
Samarinda, 26 November 2009 Mengetahui, Asisten Praktikum
Shela Arista NIM.07.110.152.90
Praktikan
Herman Effendy NIM.0811015166