Mfi Ke Konsep Gastro-hepatologi Pricella Mutiari 15 106.docx

  • Uploaded by: Pricella Mutiari
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mfi Ke Konsep Gastro-hepatologi Pricella Mutiari 15 106.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,716
  • Pages: 12
MAKALAH FILSAFAT ILMU KAJIAN EPISTEMOLOGI KONSEP GASTRO-HEPATOLOGI

PRICELLA MUTIARI K1A1 15 106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu yaitu, makalah dengan topik epistemologi konsep gastro hepatologi. Dalam menjalani penyusunan makalah epistemologi ini tidak sedikit kendala yang penulis hadapi.

Penulis

sangat

menyadari

bahwa

makalah

ini

masih

jauh

dari

kesempurnaan oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan segenap ucapan terima kasih .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu dengan terbuka penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Kendari, 1 Juni 2017

Pricella Mutiari

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2 DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4 A.

Latar Belakang ............................................................................................................ 4

B.

Rumusan Makalah...................................................................................................... 4

C.

Tujuan Makalah .......................................................................................................... 4

D.

Manfaat Makalah ........................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 5 A.

Pengertian Epistemologi............................................................................................ 5

B.

Pengertian Gastrohepatologi .................................................................................... 6

C.

Sejarah Perkembangan Ilmu Gastrohepatologi ..................................................... 6

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 11 A.

Simpulan .................................................................................................................... 11

B.

Saran .......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 12

3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bidang subspesialis

gastrohepatologi di

Bagian

merupakan

Ilmu

Penyakit

salah

satu

bidang

Dalam,

yang

dalam

perkembangannya banyak ditunjang oleh perkembangan teknologi intervensional kedokteran. Gastrohepatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan. Gastrohepatologi ini termasuk membahas kelainan-kelainan/penyakit keringkongan (esophagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu, (tractus biliaris) dan pancreas.

B. Rumusan Makalah 1. Apakah yang dimaksud dengan epistemologi ? 2. Apakah yang dimaksud dengan gastrohepatologi ? 3. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu gastrohepatologi ?

C. Tujuan Makalah 1. Untuk mengetahui pengertian epistemologi 2. Untuk mengetahui pengertian gastrohepatologi 3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu gastrohepatologi

D. Manfaat Makalah 1. Pembaca dapat memahami pengertian epistemologi 2. Pembaca dapat memahami pengertian gastrohepatologi 3. Pembaca dapat memahami sejarah perkembangan ilmu gastrohepatologi

4

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Epistemologi Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata “episteme” dengan arti pengetahuan dan kata “logos” berarti teori, uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge. Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. (Surajiyo, 2008) Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh pengetahuan, Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan pertanyaan

apabila

epistemologi

telah

sanggup

artinya

menjawab

pertanyaan

pertanyaan-

epistemologi

dapat

menggambarkan manusia mencintai pengetahuan. Hal ini menyebabkan eksistensi epistemologi sangat urgen untuk menggambar manusia berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna pengetahuan dalam epistemologi adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu sehingga ia dapat membedakan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya. (Susanto, 2011) Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus berkembang terus, sehingga tidak jarang temuan ilmu pengetahuan ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian. (Surajiyo, 2008)

5

B. Pengertian Gastrohepatologi Gastrohepatologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan fungsi normal dan berbagai penyakit pada seluruh sistem pencernaan yang meliputi kerongkongan, lambung, kandung empedu, pankreas, hati, saluran empedu, usus halus, usus besar (kolon), rektum, dan anus. Gastroenterolog adalah sebutan bagi dokter yang

mengambil

spesialisasi

di

cabang

ilmu

ini.

Seorang

Gastroenterolog harus memiliki pengetahuan dan pengertian yang mendalam terhadap fisiologi normal organ-organ yang telah disebutkan sebelumnya serta pergerakan saluran pencernaan yang sesuai. Selain itu, ia juga harus mampu menasihati pasien mengenai cara dan sarana untuk menjaga pencernaan dan metabolisme yang sehat, meningkatkan penyerapan nutrisi dari makanan dan pembuangan sisa metabolisme. (American College of Gastroenterology , 2015)

C. Sejarah Perkembangan Ilmu Gastrohepatologi Bidang subspesialis

gastroenterology di

Bagian

merupakan

Ilmu

Penyakit

salah

satu

bidang

Dalam,

yang

dalam

perkembangannya banyak ditunjang oleh perkembangan teknologi intervensional kedokteran. Dimulai oleh Bozzini pada tahun 1795, dengan menggunakan endoskop berupa pipa logam yang diberi penyinaran lilin untuk memeriksa rectum, dan dilanjutkan oleh Kussmaul pada tahun 1808, yang memelopori penggunaan gastroskop kaku yang terbuat dari logam yang dilengkapi lampu dan kaca pemantul cahaya. Dengan berkembangnya teknologi, secara bertahap gastroskop berubah dari kaku menjadi semi lentur (tahun 1932) dan lentur (tahun 1958), sehingga toleransi pasien pada pemeriksaan ini dan jangkauan penilaian diagnostik lebih baik. Semakin lenturnya endoskop dimungkinkan oleh berkembangnya teknik serat optic. Pada tahun 1984 mulai berkembang teknologi mikroelektronik yang dapat menghasilkan gambar video dan

6

dapat ditayangkan melalui monitor televisi sehingga dapat didokumentasi secara akurat. Peran pemeriksaan endoskopi juga berkembang dari sekedar penunjang diagnostik menjadi sarana terapeutik yang handal. (Demling, 2008). Endoskop semilentur pertama kali digunakan di Indonesia pada tahun 1976 berupa gastroskop semilentur oleh Simadibrata

di

RS

Cipto

Mangunkusumo

Jakarta.

Sedangkan

kolonoskop lentur pada tahun 1973 oleh Hilmy juga di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sejak itu secara bertahap dipakai alat endoskopi sesuai dengan perkembangan yang ada. (Hadi, 2013) Secara

kronologis

sesuai

organ

gastrointestinal,

akan

dikemukakan secara ringkas gambaran perkembangan di bidang gastrohepatologi intervensional. 1. Esofagus Kelainan esofagus berupa esofagitis refluks, esofagus Barrets, varises esofagus dan tumor dapat dengan mudah dideteksi dengan menggunakan esofagogastroduodenoskop lentur disertai toleransi pasien yang baik. Tersedianya kanul injektor

yang

dapat

dimasukkan

lewat

endoskop

memungkinkan untuk dilakukan penyuntikan zat sklerosan (skleroterapi) pada varises esofagus. Dan dengan menambah alat ligator pada ujung skop, kita dapat melakukan ligasi pada varises esofagus yang merupakan salah satu alternatif pengobatan pada perdarahan dari varises esofagus. Polip jinak pada esofagus dapat dengan mudah diangkat dengan teknik polipektomi perendoskopik. Tumor esofagus merupakan contoh yang menarik untuk mengikuti perkembangan teknologi endoskopi. Mulai dari diagnosis endoskopik dan histologik, dilanjutkan

dengan

pentahapan

dengan

menggunakan

endoskop yang dilengkapi alat ultrasonografi di ujungnya (endosonografi), bila kanker masih tahap dini (mukosa) dapat dilakukan reseksi tumor per endoskopik dengan cara stripping.

7

Dan bila masa tumor obstruksi total, dapat dilakukan pemasangan endoprostetes perendoskopik pada daerah penyempitan tersebut. Striktur dan akalasia saat ini dapat diatasi dengan alat dilatator baik dilator savary yang terbuat dari polietilen ataupun dilatator balon. (Tygat, 2010) 2. Gaster dan Duodenum Sebagian besar kelainan organ ini berasal dari mukosa sehingga endoskopi merupakan standar baku dalam hal diagnosis ditambah lagi akurasi penilaian biopsi. Di beberapa Negara yang mempunyai kekerapan tinggi keganasan gaster, pemeriksaan endoskopi merupakan prosedur pemeriksaan skrining berkala pada populasi yang luas. Endoskopi dapat merupakan pemeriksaan awal yang akurat untuk kasus dyspepsia yang menduduki peringkat teratas dari kasus dalam bidang gastrohepatologi. Perkembangan teknik endoskopi hemostatik, baik injeksi obat, elektrokoagulasi maupun laser memungkinkan penanganan perdarahan saluran cerna bagian atas lebih adekuat. Polipektomi merupakan hal yang sudah rutin dilakukan. Pada kasus dengan gangguan asupan nutrisi oral karena paralisis otot menelan atau keganasan dimana masih memungkinkan dilakukan endoskopi, dapat dilakukan gastrostomi per endoskopik atau meletakkan kanul nasoduodenal dengan bimbingan endoskopi sehingga dapat mempertahankan asupan nutrisi enteral yang adekuat. Peran lain adalah pengangkatan benda asing dari saluran cerna bagian atas (SCBA), evaluasi pasca operasi SCBA, dan memungkinkan teknik kromografi (pewarnaan mukosa) untuk mendeteksi keganasan dini. (Classen & Fruhmorgen, 2008)

8

3. Saluran Bilier dan Pankreas Pemeriksaan

endoskopi

dengan

alat

duodenoskop

memungkinkan kita melihat dengan baik muara papilla Vateri. Dengan teknik kanulasi melalui muara tersebut, dapat dimasukkan zat kontras sehingga memungkinkan visualisasi saluran bilier dan pankreas lewat layar monitor fluoroskopi. Pemeriksaan

Endoscopic

Retrograde

Cholangio

Pancreatography (ERCP) ini dapat mendeteksi mulai dari batu, tumor, stenosis di sistim bilier, kelainan saluran pankreas akibat pankreatitis atau keganasan. Dengan menggunakan alat papillotomi yang dihubungkan dengan unit elektrosurgikal dapat dilakukan sfingterotomi (pemotongan sfingter papilla Vateri) sehingga muaranya menjadi lebar yang memungkinkan kita melakukan ekstraksi batu bilier, drainase cairan empedu baik karena pelebaran muara papilla Vateri tersebut ataupun dengan

cara

pemasangan

pipa

naso-bilier

ataupun

pemasangan stent. Adanya stents (plastic bilioduodenal endoprosthese) yang dibuat oleh Soehendra memungkinkan drainase bilier dalam jangka waktu yang lama pada kasus tumor, batu ataupun striktur bilier. Teknik diagnosis dan terapi tersebut merupakan tindakan yang rutin dikerjakan untuk mengatasi ikterus obstruksi baik karena batu ataupun keganasan.

Perkembangan

teknologi

kedokteran

selain

meningkatkan kelenturan alat endoskopi, juga memungkinkan pembuatan

alat

dengan

dilihat

langsung

dengan

menggunakan alat kolangioskop yang dimasukkan lewat duodenoskop.

Ditambah

lagi

dengan

diaplikasikannya

teknologi sinar laser untuk memecahkan batu bilier per kolangioskop,

meningkatkan

peran

endoskopi

penanganan batu bilier. (Classen & Fruhmorgen, 2008)

9

dalam

4. Kolon dan Ileum Terminal Sejak diperkenalkan kolonoskopi dan ileuskopi pada tahun 1970, pemeriksaan ini berkembang menjadi pemeriksaan diagnostik awal untuk kelainan kolon. Didukung sarana

alat

polipektomi

dan

hemostatik

serta

laser,

pemeriksaan ini berkembang menjadi sarana terapeutik yang optimal untuk pengangkatan polip kolon, destruksi massa tumor ataupun perdarahan yang terlokalisir. (Classen & Fruhmorgen, 2008)

10

BAB III PENUTUP A. Simpulan Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh

pengetahuan,

Sebagai

teori

pengetahuan

ilmiah,

epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus berkembang terus, sehingga tidak jarang temuan ilmu pengetahuan ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian. Gastrohepatologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan fungsi normal dan berbagai penyakit pada seluruh sistem pencernaan yang meliputi kerongkongan, lambung, kandung empedu, pankreas, hati, saluran empedu, usus halus, usus besar (kolon), rektum, dan anus. Gastroenterolog adalah sebutan bagi dokter yang mengambil spesialisasi di cabang ilmu ini. Ilmu gastrohepatologi mulai berkembang oleh Bozzini pada tahun 1795, dengan menggunakan endoskop berupa pipa logam yang diberi penyinaran lilin untuk memeriksa rectum, dan dilanjutkan oleh Kussmaul pada tahun 1808, yang memelopori penggunaan gastroskop kaku yang terbuat dari logam yang dilengkapi lampu dan kaca pemantul cahaya. B. Saran Sebaiknya makalah ini dibaca oleh orang – orang yang ingin mengetahui lebih baik tentang epistemologi dar konsep gastrohepatologi. Apabia setelah membaca makalah ini tetapi pembaca masih ingn tahu lebih banyak lagi, maka sebaiknya mencari informasi dari sumber bacaan tambahan mengenai ilmu gastrohepatologi.

11

DAFTAR PUSTAKA

American College of Gastroenterology . (2015, Mei 15). What is a Gastrohepatologist ? Diakses pada 1 Juni, 2017, dari American College of Gastroenterology: http://patients.gi.org/what-is-a-gastrohepatologist/ Classen, C., & Fruhmorgen, P. 2008. Endoscopy of The GI Tract. Munich: Urban & Schwarzenberg. Demling, L. 2008. Perspective in Gastroenterology: Current Facts and Future Trends. Munich: Urban & Schwarzenberg. Hadi, S. 2013. Gastrohepatologi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surajiyo. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara. Susanto. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara. Tygat, G. 2010. Textbook of Gastroenterology: Upper Gastrointestinal Endoscopy. Philadelphia: JB Lippincott.

12

Related Documents


More Documents from "ram narayan tiwari"