ANALISIS PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2016 DAN 2017
Disusun Oleh : Enjelika Nesia
12016000328
Michael Justin Tandriawan
12016000336
Yohanes Glenn Tanureja
12016000339
Kevin Leonardo
12016000356
Kelvin Yohanes
12016000545
PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian (ACT 311) Seksi D Program Studi Akuntansi
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA JAKARTA 2019
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4 BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 5 2.1 Tinjauan Literatur ................................................................................................ 5 2.2 Model Penelitian .................................................................................................. 7 2.3 Hipotesis Konseptual .......................................................................................... 7 2.3.1 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Income Smoothing ............................................................................................................... 7 2.3.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Income Smoothing ............. 8 2.3.3 Pengaruh Leverage Terhadap Income Smoothing ................................ 9 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 11 3.1 Definisi Operasional Variabel .......................................................................... 11 3.1.1 Variabel Independen ................................................................................. 11 3.1.2 Variabel Dependen .................................................................................... 12 3.2 Metode Pengumpulan Populasi dan Sampel ............................................... 12 3.3 Kriteria Pengambilan Sampel .......................................................................... 13 3.4 Teknik Pengambilan Sampel........................................................................... 13 3.5 Metode Analisis Data ........................................................................................ 13 3.5.1. Statistik Deskriptif ..................................................................................... 14 3.5.2. Analisis Logistic Regression ................................................................... 14 3.6 Objek Penelitian ................................................................................................ 16 DAFTAR RUJUKAN .................................................................................................... 23
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat mengerjakan makalah Metode Penelitian mengenai “ANALISIS PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2016 DAN 2017” dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian serta membantu menambah wawasan pembaca. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pembahasan masalah-masalah dalam makalah ini. Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada Dosen mata kuliah Metode Penelitian, Bapak Dr. Mukhlasin, S.E., Akt, M.Si. yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya menyusun “ANALISIS PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2016 DAN 2017”. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Jakarta, 24 Maret 2019
Tim Penulis
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mengomunikasikan kinerja perusahaan. Menurut Hikmah, dkk (2011) pihak-pihak yang berkepentingan, seperti investor, karyawan, kreditor, pelanggan dan pihak lainnya, bergantung pada pelaporan dan pengungkapan pada laporan keuangan yang buat oleh perusahaan, sebagai dasar untuk membuat keputusan. Salah satu pihak eksternal yang bergantung pada laporan keuangan adalah investor. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang diacu dalam Rofika dan Zirman (2012), investor menggunakan laporan keuangan untuk memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, sehingga dapat menjadi dasar bagi investor, membuat keputusan dalam melakukan investasi. Pihak eksternal lainnya yang juga bergantung pada laporan keuangan perusahaan adalah kreditor. Dengan laporan keuangan, kreditor dapat menilai kemampuan perusahaan untuk membayar pinjaman yang diberikan. Informasi laba dalam laporan keuangan pada umumnya merupakan perhatian utama bagi investor dan kreditor dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas “earning power” perusahaan dimasa yang akan datang (Gusnadi dan Budiharta, 2008 : 126). Hal ini sering mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba atau manipulasi atas laba, yang diharapkan akan menarik investor untuk melakukan investasi di perusahaan serta kreditor untuk memberikan pinjaman. Salah satu teknik dalam manajemen laba adalah perataan laba (Income smoothing). Di Indonesia, pernah terjadi beberapa kasus perataan laba seperti manipulasi penjualan PT Kimia Farma Tbk yang menerbitkan laporan keuangan ganda. Pada tahun 2001, Kementerian BUMN dan BAPEPAM menilai bahwa laba bersih yang telah dilaporkan sebesar 132 milyar tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Banyak faktor yang membuat Income smoothing bisa terjadi. Salah satunya adalah karena adanya perbedaan kepentingan antara agen (manajemen) dengan pemilik perusahaan pemegang saham (investor) sehingga memunculkan informasi asimetri. Informasi asimetri terjadi ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham. Namun apabila dilihat dari sisi investor, praktik perataan laba tentu tidak diharapkan, 1
karena praktik ini membuat investor tidak mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya penerapan konsep Good Corporate Governance sebagai sistem pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan perusahaan. Menurut Rofika dan Zirman (2012:39), mekanisme good corporate governance (GCG) dapat digunakan untuk melindungi kepentingan principal. Prinsip-prinsip tersebut dapat diimplementasikan melalui pelaksanaan tugas oleh organ perusahaan seperti dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Penerapan mekanisme good corporate governance dalam perusahaan diharapkan dapat mempersempit lingkup manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba. Mekanisme yang digunakan dalam penelitian adalah proporsi dewan komisaris independen. Dengan adanya pengawasan dari komisaris independen diharapkan dapat mempersempit lingkup manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) menunjukkan bahwa dewan komisaris mampu mengurangi tingkat manajemen laba atas pelaporan keuangan melalui fungsi pengawasan. Sementara penelitian Milani (2008) menunjukkan bahwa jumlah dewan komisaris independen tidak berpengaruh pada praktik perataan laba. Hal lain yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan income smoothing adalah ukuran perusahaan dan leverage. Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang (Kasmir, 2012). Leverage menunjukkan seberapa besar suatu perusahaan dibiayai oleh utang. Semakin tinggi tingkat leverage menunjukkan semakin tinggi tingkat utang perusahaan. Besarnya tingkat utang perusahaan (leverage) dapat mempengaruhi tindakan manajemen dalam melakukan tindakan perataan laba (income smoothing). Untuk mendapatkan pinjaman perusahaan harus meyakinkan kreditor akan kemampuan perusahaan untuk membayar pinjaman yang diberikan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan perataan laba karena jika laba yang diperoleh relatif stabil antar periode maka diharapkan kreditor akan merasa yakin perusahaan dapat memenuhi kewajiban untuk membayar utangnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan hasil yang tidak konsisten terhadap pengaruh leverage pada perataan laba. Berdasarkan penelitian Yulia (2013), Budiasih (2009), Salim (2013), dan Tampubulon (2012), membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif pada perataan laba. Sedangkan berdasarkan penelitian Bestivano (2013),
2
Christiana (2012), Dewi (2011), Widaryanti (2009) membuktikan bahwa leverage berpengaruh negatif pada perataan laba. Ukuran perusahaan juga diduga akan mempengaruhi perataan laba. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana perusahaan dapat diklasifikasikan berdasarkan total aktiva, nilai per saham dan lain-lain. Ukuran perusahaan pada dasarnya hanya dibagi dalam tiga kategori, yaitu perusahaan besar, menengah dan kecil. Perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan yang lebih besar menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budiasih (2009), menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Sementara penelitian Moses (1987) menunjukkan bahwa perataan laba memiliki hubungan dengan ukuran perusahaan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2011) mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan dividen payout ratio terhadap praktik perataan laba menemukan bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Perbedaan hasil penelitian tersebutlah yang mendasari penulis untuk membuat penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2016 DAN 2017”
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2016 dan 2017? 2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2016 dan 2017? 3. Apakah leverage berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2016 dan 2017?
3
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui, apakah terdapat pengaruh antara proporsi dewan komisaris independen dengan income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2016 dan 2017? 2. Untuk mengetahui, apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan dengan income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2016 dan 2017? 3. Untuk mengetahui, apakah terdapat pengaruh antara leverage dengan income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2016 dan 2017?
1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini : 1. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi, terutama menilai kualitas laporan keuangan perusahaan, khususnya laba perusahaan. 2. Bagi kreditor, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk lebih selektif lagi dan tidak bergantung pada informasi laba, dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan. 3. Bagi mahasiswa dan pelajar, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan mengenai pengaruh dewan komisaris, ukuran perusahaan dan leverage terhadap praktik income smoothing. 4. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan pedoman atau dasar bagi penelitian selanjutnya.
4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Literatur Tindakan perataan laba yang dilakukan manajemen sesuai dengan teori keagenan (agency theory). Teori keagenan mengimplikasikan adanya informasi asimetri antara manajer sebagai agent dan pemilik sebagai principal. Informasi asimetri muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Ketika terdapat informasi asimetri manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi. Faktor – faktor yang mempengaruhi perataan laba sangat beragam dan telah banyak diteliti sebelumnya dan hasil penelitian terdahulu memperlihatkan hasil penelitian yang tidak konsisten. Dalam penelitian, Siallagan dan Machfoedz (2006) menyebutkan bahwa Dewan komisaris mampu mengurangi tingkat manajemen laba atas pelaporan keuangan melalui fungsi pengawasan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sherly (2012 : 77) komisaris independen dinyatakan berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba karena perusahaan telah memiliki proporsi dewan komisaris yang sesuai dengan ketentuan dan telah menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana mestinya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusnadi dan Budiharta (2008 : 136) dimana dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba karena pengangkatan komisaris independen mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance. Penelitian Milani (2008) menemukan bahwa jumlah dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba, namun penelitian Isnanta (2008) menunjukkan hasil yang berbeda dimana jumlah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Penelitian serupa yang dilakukan Purwanto (2009 : 183) juga menyatakan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Kondisi ini menandakan bahwa perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba tidak didasari atas tinggi atau rendahnya proporsi dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan. Gusnadi dan Budiharta (2008 : 136) menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Jin dan Machfoedz (1998), Jatiningrum (2000) karena kemungkinan adanya perbedaan perlakuan negara maju dan 5
berkembang dalam pembebanan biaya politik oleh pemerintah. Di negara maju seperti Amerika, pemerintah cenderung membebankan biaya politik terhadap perusahaan sehingga semakin besar perusahaan semakin besar pula biaya politik yang dibebankan kepada perusahaan tersebut. Sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, pemerintah lebih cenderung untuk mendorong perkembangan ekonomi untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, ukuran perusahaan tidak menjadi patokan pemerintah untuk membebankan biaya politik. Hasil penelitian Zuliani (2013 : 11) juga menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba karena perusahaan yang berukuran kecil akan lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan perusahaan besar, karena perusahaan besar cenderung mendapat perhatian yang lebih besar dari analisis dan investor dibandingkan perusahaan kecil. Namun ternyata, perusahaan besar pun cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari pembebanan pajak yang besar. Dengan demikian, baik perusahaan besar maupun kecil, keduanya, memiliki indikasi untuk dapat melakukan perataan laba. Hal ini menyebabkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Namun bertentangan dengan hasil penelitian Moses (1987) dimana ukuran perusahaan dinyatakan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba karena perusahaan dengan size yang besar mempunyai insentif yang besar untuk melakukan perataan laba dibanding perusahaan kecil, karena perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah besar akan lebih diperhatikan oleh publik dan pemerintah. Fluktuasi laba yang besar menarik perhatian pemerintah. Oleh karena itu perusahaan besar akan menghindari kenaikan laba secara drastis supaya terhindar dari kenaikan pembebanan biaya oleh pemerintah. Sebaliknya penurunan laba secara drastis memberikan sinyal bahwa perusahaan berada dalam masa krisis. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Atarwaman (2011), Cendy (2013), Peranasari dan Dharmadiaksa (2014), Dewi dan Sujana (2014), serta Puspareni (2015) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Gusnadi dan Budiharta (2008 : 136) menyatakan leverage berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Hasil ini konsisten dengan penelitian Jin dan Maschfoedz (1998), Yusuf dan Soraya (2004) tetapi bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Khafid (2002). Hal ini menunjukkan bahwa leverage merupakan salah satu pendorong manajer untuk melakukan praktik perataan laba. Semakin besar leverage maka semakin besar pula kemungkinan manajer melakukan praktik perataan laba.
6
Berbeda dengan hasil penelitian Zuliani (2013 : 10) dimana leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba karena naik atau turunnya nilai leverage tidak menyebabkan perubahan pada perataan laba perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun seorang kreditor cenderung memberikan kredit kepada perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil, karena laba yang stabil akan memberikan keyakinan bahwa perusahaan tersebut akan membayar hutangnya dengan lancar. Akan tetapi, kreditor tidak pula menghindari perusahaan yang menghasilkan laba yang berfluktuasi.
2.2 Model Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan dan leverage terhadap dugaan praktik income smoothing yang dirumuskan dalam model penelitian.
2.3 Hipotesis Konseptual 2.3.1 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Income Smoothing Dewan komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris perusahaan yang berasal dari luar perusahaan. Komisaris independen umumnya mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen sehingga mempengaruhi tindakan manajemen dalam melakukan 7
kecurangan. Dewan komisaris yang independen akan mengawasi dengan independen sehingga ruang bagi manajer untuk melakukan perataan laba akan lebih terbatas. Dengan semakin tingginya proporsi dewan komisaris independen maka semakin kecil pengelolaan laba oportunistik yang dilakukan oleh manajer (Purwanto, 2009 : 133). Karena salah satu parameter kinerja manajemen adalah laba, maka akan mendorong manajer untuk secara oportunistik memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya guna memaksimalkan kegunaannya dan kesejahteraannya (Belkaoui, 2005:192). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) menunjukkan bahwa dewan komisaris mampu mengurangi tingkat manajemen laba atas pelaporan keuangan melalui fungsi pengawasan. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusnadi dan Budiharta (2008 : 136) dimana dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba karena pengangkatan komisaris independen mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance. H1: Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap income smoothing.
2.3.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Income Smoothing Perusahaan berukuran besar lebih mempunyai tekanan yang tinggi dari para stakeholders agar kinerja perusahaan dapat sesuai dengan harapan para investor dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Hal tersebut yang menjadi pemicu manajemen untuk memenuhi harapan para investornya dengan mengambil jalan memanipulasi laba perusahaan yaitu melalui perataan laba (Barton dan Simko, 2002). Jika laba perusahaan dimanipulasi maka rasio keuangan juga akan dimanipulasi sehingga informasi yang terkandung didalamnya menjadi tidak akurat dan pengambilan keputusan ekonomi pun secara tidak langsung juga menjadi termanipulasi (Dewi, 2011). Menurut Moses (1987), perusahaan dengan size yang besar mempunyai insentif yang besar untuk melakukan perataan laba dibanding perusahaan kecil, karena perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah besar akan lebih diperhatikan oleh publik dan pemerintah. Fluktuasi laba yang besar menarik perhatian pemerintah. Oleh karena itu perusahaan besar akan menghindari kenaikan laba secara drastis supaya terhindar dari kenaikan pembebanan biaya oleh pemerintah. Sebaliknya penurunan laba secara drastis memberikan sinyal bahwa perusahaan berada dalam masa krisis. Hal ini akan mengundang campur tangan 8
pemerintah. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Atarwaman (2011), Cendy (2013), Peranasari dan Dharmadiaksa (2014), Dewi dan Sujana (2014), serta Puspareni (2015) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Sedangkan Adiningsih dan Asyik (2014), dan Setyaningtyas (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada praktik perataan laba karena kemungkinan adanya perbedaan perlakuan negara maju dan negara berkembang dalam pembebanan biaya politik oleh pemerintah. Di negara maju, pemerintah akan membebankan biaya politik terhadap perusahaan. Untuk itu, semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin besar pula biaya politik yang dibebankan ke perusahaan. Sedangkan di negara berkembang, pemerintah akan mendorong perkembangan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, ukuran perusahaan tidak menjadi patokan pemerintah untuk membebankan biaya politik. H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap income smoothing.
2.3.3 Pengaruh Leverage Terhadap Income Smoothing Hal lain yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan income smoothing adalah ukuran perusahaan dan leverage. Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang (Kasmir, 2012). Leverage menunjukkan seberapa besar suatu perusahaan dibiayai oleh utang. Semakin tinggi tingkat leverage menunjukkan semakin tinggi tingkat utang perusahaan. Besarnya tingkat utang perusahaan (leverage) dapat mempengaruhi tindakan manajemen dalam melakukan tindakan perataan laba (income smoothing). Untuk mendapatkan pinjaman perusahaan harus meyakinkan kreditor akan kemampuan perusahaan untuk membayar pinjaman yang diberikan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan perataan laba karena jika laba yang diperoleh relatif stabil antar periode maka diharapkan kreditor akan merasa yakin perusahaan dapat memenuhi kewajiban untuk membayar utangnya. Gusnadi dan Budiharta (2008 : 136) menyatakan leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Jin dan Machfoedz (1998), Yusuf dan Soraya (2004). Karena semakin besar leverage maka semakin besar pula kemungkinan melakukan praktik perataan laba. Berdasarkan penelitian Yulia (2013), Budiasih (2009), Salim (2013), dan Tampubulon (2012), membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif pada perataan laba. 9
Sedangkan berdasarkan penelitian Bestivano (2013), Christiana (2012), Dewi (2011), Widaryanti (2009) membuktikan bahwa leverage berpengaruh negatif pada perataan laba. Akan tetapi bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Khafid (2002), Budiasih (2009), Zuliani, dkk (2013) dimana leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba karena naik atau turunnya nilai leverage tidak menyebabkan perubahan pada perataan laba perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun seorang kreditor cenderung memberikan pinjaman (kredit) kepada perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil, karena laba yang stabil akan memberikan keyakinan bahwa perusahaan tersebut akan membayar hutangnya dengan lancar. Akan tetapi, kreditor juga tidak menghindari perusahaan yang menghasilkan laba yang berfluktuasi. H3: Leverage berpengaruh terhadap income smoothing.
10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional Variabel Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, variabel independen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, dan leverage. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan perataan laba (income smoothing).
3.1.1 Variabel Independen A. Proporsi Dewan Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan anggota dewan komisaris lainnya dan bebas dari hubungan bisnis perusahaan. Dalam keputusan Direksi BEJ nomor : KEP399/BEJ/07-2001 tentang Peraturan Pencatatan Efek nomor I-A dipersyaratkan bahwa semua emiten di BEJ harus memiliki komisaris independen yang diangkat oleh pemegang saham dan non pengendali dalam RUPS sekurang-kurangnya 30% anggota komisaris haruslah independen (Gusnadi dan Budiharta, 2008 : 133). Pengukuran proporsi dewan komisaris independen menggunakan rumus sebagai berikut : Proporsi Komisaris Independen = Jumlah anggota Komisaris Independen / Total Anggota Komisaris B. Ukuran perusahaan Menurut Atawarman (2011 : 70) ukuran perusahaan merupakan suatu skala untuk menentukan besar atau kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai cara, yaitu dengan total aset, log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Semakin tinggi ukuran tersebut maka semakin besar ukuran perusahaan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan didefinisikan dengan rumus sebagai berikut : Ukuran perusahaan = ln Total Asset C. Leverage Leverage diukur dengan menggunakan debt to equity ratio dimana menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman (Purwanto, 2009 : 180) : Debt to equity ratio = Total debt / Total equity
11
3.1.2 Variabel Dependen Variabel dependen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perataan laba (income smoothing) yang didefinisikan dengan menggunakan Indeks Eckel (Eckel diacu dalam Gusnadi dan Budiharta, 2008 : 132) yang dirumuskan sebagai berikut : Indeks income smoothing = CVΔI / CVΔS Dimana : ΔI : perubahan laba dalam suatu periode ΔS : perubahan penjualan dalam periode tertentu CVΔI : koefisien variansi untuk perubahan laba CVΔS : koefisien variansi untuk perubahan penjualan Nilai CVΔI atau CVΔS :
Dimana : Δx : perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1 Δx : rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1 n : banyaknya tahun yang diamati Kriteria perusahaan melakukan atau tidak melakukan praktik income smoothing adalah sebagai berikut : a. Perusahaan dianggap melakukan praktik income smoothing apabila Indeks Eckel lebih kecil daripada 1 (CVΔS > CVΔI). Perusahaan yang melakukan income smoothing diberi kode 1. b. Perusahaan dianggap melakukan praktik income smoothing apabila Indeks Eckel lebih besar daripada 1 (CVΔS < CVΔI). Perusahaan yang tidak melakukan income smoothing diberi kode 0.
3.2 Metode Pengumpulan Populasi dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder ini berupa data yang telah diolah perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Data sekunder ini diperoleh dari www.idx.co.id berupa laporan keuangan yang telah diaudit pada periode tahun 2016 dan 2017 melalui data panel.
12
3.3 Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Batasan populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 dan 2017. 2. Perusahaan tidak mengalami relisting atau delisting selama periode penelitian. 3. Perusahaan yang laporan keuangan laba/ruginya menghasilkan laba sebelum pajak positif. 4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dan telah diaudit. Total populasi sebanyak 155 perusahaan selama tahun 2016 dan 2017, perusahaan yang tersisa setelah pembatasan populasi adalah 101 perusahaan.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2008 : 78), yaitu dengan rumus : n= Keterangan : n : ukuran sampel N : ukuran populasi e : ukuran kesalahan yang dapat ditolerir Perhitungan pengambilan sampel :
n= n = 80,6387226 n = 81 Teknik pengambilan sample melalui probability sampling dengan metode simple random sampling sebanyak 81 perusahaan.
3.5 Metode Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics. Metode analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung dalam data dan hasilnya digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai metode analisisnya. Analisis data
13
kuantitatif merupakan suatu bentuk analisa yang menggunakan angkaangka dan perhitungan dengan metode statistik, sehingga data tersebut harus diklasifikasikan dalam kategori tertentu, untuk mempermudah proses analisis. Metode statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesa penelitian ini adalah statistik deskriptif (seperti mean dan deviasi standar) yang berguna untuk mengetahui karakteristik dari perusahaan yang dijadikan sampel dan pengujian dengan menggunakan binary logistic regression untuk menguji pengaruh proporsi dewan komisaris independen, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap perataan laba. Peneliti menggunakan metode regresi logistik biner karena variabel dependen diukur menggunakan skala nominal dan variabel independen yang digunakan lebih dari satu dan dapat berskala nominal, rasio, dan interval (Suwito & Herawaty, 2005).
3.5.1. Statistik Deskriptif Menurut Siregar (2010 : 55), statistika deskriptif adalah statistik yang sesuai dengan bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data sehingga mudah dipahami. Alat analisis statistika deskriptif ini meliputi nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum. Statistika deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian, yaitu proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, leverage, dan income smoothing.
3.5.2. Analisis Logistic Regression Menurut Uyanto (2009 : 225), analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh sejumlah variabel independen terhadap variabel dependen yang berupa variabel respon biner yang hanya mempunyai dua nilai. Regresi logistik digunakan dalam penelitian ini karena variabel dependen yang akan diuji merupakan variabel dummy. Analisis ini digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Langkah - langkah dalam melakukan analisis regresi logistik menurut Ghozali adalah sebagai berikut : a. Menilai Model Fit - Menguji Overall Model Fit dengan -2 Log Likehood (-2LL) Langkah pertama adalah menilai overall model fit. Hipotesis untuk menilai model fit adalah : H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
14
H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Hipotesis nol tidak akan ditolak agar model hipotesis fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Statistik -2LogL kadang disebut likelihood rasio
statistics
dimana distribusi dengan degree of freedom n-q, q adalah jumlah parameter dalam model. Statistik -2LogL dapat juga digunakan untuk menentukan jika variabel bebas ditambahkan ke dalam model apakah secara signifikan memperbaiki model fit. - Goodness of Fit Model Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran pada regresi berganda yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum < 1 sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan membagi Cox dan Snell’s R Square dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R Square dapat diinterpretasikan dengan seperti nilai pada regresi berganda. - Uji Kelayakan Model Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga data dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test ≤ 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perubahan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit Model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test ≥ 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak yang berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. b. Uji Signifikansi Variabel Independen Secara Individual Persamaan yang digunakan dalam pengujian hipotesa dalam penelitian ini adalah :
Keterangan : πj : probabilitas bahwa factor atau covariate ke – j mempunyai respons sama dengan 1 (income smoother) dan 0 (non income smoother) dari regresi logistik α : konstanta
15
β1-3 : koefisien regresi PDKI : proporsi dewan komisaris independen pada perusahaan – perusahaan manufaktur UP : ukuran perusahaan pada perusahaan – perusahaan manufaktur LEV : rasio leverage pada perusahaan – perusahaan manufaktur Adapun hipotesis – hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Proporsi Dewan Komisaris Independen H0 : β1 = 0 Tidak ada pengaruh antara proporsi dewan komisaris independen terhadap tindakan perataan laba (income smoothing). H1 : β1 ≠ 0 Ada pengaruh antara proporsi dewan komisaris independen terhadap tindakan perataan laba (income smoothing) 2. Ukuran Perusahaan H0 : β2 = 0 Tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap tindakan perataan laba (income smoothing). H1 : β2 ≠ 0 Ada pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap tindakan perataan laba (income smoothing) 3. Leverage H0 : β3 = 0 Tidak ada pengaruh antara leverage terhadap tindakan perataan laba (income smoothing). H1 : β3 ≠ 0 Ada pengaruh antara leverage terhadap tindakan perataan laba (income smoothing) Dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah 5%, maka kriteria pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak H0 adalah sebagai berikut : - Jika p-value ≥ α, maka H0 tidak dapat ditolak dan H1 ditolak. - Jika p-value < α, maka H0 ditolak dan H1 tidak dapat ditolak.
3.6 Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016 dan 2017. Perusahaan manufaktur merupakan salah satu emiten terbesar dari seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Data sekunder ini diperoleh dari www.idx.co.id berupa laporan keuangan yang telah diaudit pada periode tahun 2016 dan 2017. Dari total perusahaan sebanyak 155 perusahaan selama tahun 2016 dan 2017, perusahaan yang tersisa setelah pembatasan populasi sebanyak 101 perusahaan. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Slovin. 16
Sampel yang diambil dengan metode simple random sampling sebanyak 81 perusahaan. Total sampel sebanyak 80,198% dari populasi. Penelitian ini menggunakan data selama 2 tahun berturut-turut sehingga jumlah observasi menjadi 162 observasi. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jenis industri :
17
Table 3.6 Kategori Industri Manufaktur
Jumlah Presentase Jumlah
Presentase
Sampel
Sampel
Populasi
Populasi
Cement
2
2,47%
6
3,87%
Ceramic, Glass and Porcelain
4
4,94%
7
4,52%
Metal & Allied Product
8
9,88%
15
9,68%
Chemicals
6
7,41%
12
7,74%
Plastic & Packaging
7
8,64%
11
7,10%
Animal Feed
1
1,23%
5
3,23%
Wood Industry
1
1,23%
2
1,29%
Pulp & Paper
6
7,41%
9
5,81%
Machinery & Heavy Equipment
2
2,47%
3
1,94%
Automotive & Components
10
12,35%
13
8,39%
Textile Garment
7
8,64%
18
11,61%
Footwear
2
2,47%
2
1,29%
Cable
4
4,94%
6
3,87%
Electronic
1
1,23%
1
0,65%
Food & Beverage
9
11,11%
23
14,84%
Tobacco
2
2,47%
4
2,58%
Pharmaceutical
5
6,17%
9
5,81%
Cosmetic
1
1,23%
5
3,23%
Houseware
3
3,70%
4
2,58%
TOTAL
81
100%
155
100%
Sumber : Data Olahan 2019 Pada tabel 3.6 dapat dilihat jumlah industri yang paling mendominasi adalah food and beverage.
18
LAMPIRAN PERUSAHAAN NO
CODE
1
INTP
COMPANY NAME Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
INDUSTRY Cement
2 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Cement
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk.
Ceramic, Glass and Porcelain
4
MLIA
Mulia Industrindo Tbk
Ceramic, Glass and Porcelain
5
IKAI
Intikeramik Alamasri Industri Tbk.
Ceramic, Glass and Porcelain
6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk.
Ceramic, Glass and Porcelain
7 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk.
Metal & Allied Product
8 ALKA Alakasa Industrindo Tbk
Metal & Allied Product
9
LION
Lion Metal Works Tbk.
Metal & Allied Product
10 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.
Metal & Allied Product
11 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.
Metal & Allied Product
12 LMSH Lionmesh Prima Tbk.
Metal & Allied Product
13 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk.
Metal & Allied Product
14
ALMI
Alumindo Light Metal Industry Tbk.
Metal & Allied Product
15
INCI
Intanwijaya Internasional Tbk
Chemicals
16 EKAD Ekadharma International Tbk.
Chemicals
17 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
Chemicals
18
UNIC
Unggul Indah Cahaya Tbk.
Chemicals
19 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
Chemicals
20 MOLI Madusari Murni Indah Tbk.
Chemicals
21 TRST Trias Sentosa Tbk.
Plastic & Packaging
22
IPOL
Indopoly Swakarsa Industry Tbk.
23 IMPC Impack Pratama Industri Tbk.
Plastic & Packaging Plastic & Packaging
19
24 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk 25
FPNI
Lotte Chemical Titan Tbk.
26 BRNA Berlina Tbk. 27
AKPI
Argha Karya Prima Industry Tbk.
28 MAIN Malindo Feedmill Tbk.
Plastic & Packaging Plastic & Packaging Plastic & Packaging Plastic & Packaging Animal Feed
29
TIRT
Tirta Mahakam Resources Tbk
Wood Industry
30
TKIM
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
Pulp & Paper
31 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk.
Pulp & Paper
32 SPMA Suparma Tbk.
Pulp & Paper
33
INRU
Toba Pulp Lestari Tbk.
Pulp & Paper
34
KDSI
Kedawung Setia Industrial Tbk.
Pulp & Paper
35 SWAT Sriwahana Adityakarta Tbk. 36
KRAH Grand Kartech Tbk.
Pulp & Paper Machinery & Heavy Equipment
37 AMIN Ateliers Mecaniques D Indonesie Tbk.
Machinery & Heavy Equipment
38 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk.
Automotive & Components
39 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk.
Automotive & Components
40 GJTL Gajah Tunggal Tbk.
Automotive & Components
41 GDYR Goodyear Indonesia Tbk.
Automotive & Components
42
ASII
Astra International Tbk.
Automotive & Components
43 AUTO Astra Otoparts Tbk.
Automotive & Components
44 BRAM Indo Kordsa Tbk.
Automotive & Components
45
INDS
Indospring Tbk.
Automotive & Components
46
NIPS
Nipress Tbk.
Automotive & Components
47 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk.
Automotive & Components
20
48 CNTX Century Textile Industry Tbk.
Textile Garment
49 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk
Textile Garment
50 MYTX Asia Pacific Investama Tbk.
Textile Garment
51
TRIS
Trisula International Tbk.
Textile Garment
52
INDR
Indo-Rama Synthetics Tbk.
Textile Garment
53 ERTX Eratex Djaja Tbk.
Textile Garment
54 BELL Trisula Textile Industries Tbk.
Textile Garment
55 BATA Sepatu Bata Tbk.
Footwear
56 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
Footwear
57 VOKS Voksel Electric Tbk.
Cable
58 JECC Jembo Cable Company Tbk.
Cable
59 KBLM Kabelindo Murni Tbk.
Cable
60
IKBI
Sumi Indo Kabel Tbk.
61 PTSN Sat Nusapersada Tbk 62
BUDI
Budi Starch & Sweetener Tbk.
Cable Electronic Food & Beverage
63 ADES Akasha Wira International Tbk.
Food & Beverage
64 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk.
Food & Beverage
65 MGNA Magna Investama Mandiri Tbk.
Food & Beverage
66 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk.
Food & Beverage
67 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
Food & Beverage
68 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk.
Food & Beverage
69 SKLT Sekar Laut Tbk.
Food & Beverage
70 CLEO Sariguna Primatirta Tbk.
Food & Beverage
71 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.
Tobacco
72
WIIM
Wismilak Inti Makmur Tbk.
Tobacco
21
73
SCPI
Merck Sharp Dohme Pharma Tbk.
Pharmaceutical
74 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.
Pharmaceutical
75 KAEF Kimia Farma Tbk.
Pharmaceutical
76 PYFA Pyridam Farma Tbk
Pharmaceutical
77 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk.
Pharmaceutical
78 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
Cosmetic
79
CINT
Chitose Internasional Tbk.
Houseware
80
KICI
Kedaung Indah Can Tbk
Houseware
81
LMPI
Langgeng Makmur Industri Tbk.
Houseware
22
DAFTAR RUJUKAN Adiningsih, Mia dan Nur Fadjrih Asyik. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Leverage Operasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 3(6), hal: 116. Atawarman, R. J. (2011). Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Praktik Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage, 2, 67-79. Bartoon, Jan and Paul J. Simko. 2002. The Balance Sheet as an Earnings Management Constraint. The Accounting Review, 77,p: 1-27. Belkaouli, Ahmed Riahi. 2006. Accounting Theory (Buku 1). Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. Bestivano, Wildham. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan di BEI). Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Budiasih, I. (2009). Faktor-Faktor yang mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 4(1), 44-50. Cendy, Yashinta Pradyamitha. 2013. Pengaruh Cash Holding, Profitabilitas, dan Nilai Perusahaan terhadap Income Smoothing (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011). Skripsi Fakultas Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Christiana, Lusi. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. 4 (1). Dewantiana, Dwi. 2009. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Income Smoothing, Beda Return Saham Perusahaan Perata Laba Dan Non Perata Laba”. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Dewi, Ratih Kartika. 2011. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur Dan Keuangan Yang Terdaftar Di BEI (2006-2009). Skripsi.Universitas Diponegoro Semarang. Dewi, Made Yustiari dan Sujana I Ketut. 2014. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Pada Praktik Perataan Laba dengan Jenis Industri Sebagai Variabel Pemoderasi di Bursa Efek Indonesia”. E- Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21: Update PLS Regresi (7th ed.). Semarang: Universitas Diponegoro. Gusnadi dan Budiharta, P. (2008). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal MODUS, 20(2), 126-138.
23
Hikmah, N., Chairina, dan Rahmayanti, D. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011. Isnanta, 2008. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja. UII: Yogyakarta. Jatiningrum. (2000). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktek perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 2(2), 145-155. Jin, L.S. & Machfoedz, M. (1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset dan Akuntansi Indonesia. 1(2), 174-191. Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Khafid, Muhammad (2002) ANALISIS INCOME SMOOTHING : PENGARUHNYA TERHADAP REAKSI PASAR DAN RISIKO INVESTASI PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA. Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Makaryanawati., Milani. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI. Modernisasi, 4(1), 14-31. Moses, D.O. 1987. Income Smoothing and Incentives: Empirical Using Accounting Changes. The Accounting Review, vol. LXII. Parsaoran, Liber Budiyanto Maruli. 2009. Pengaruh Akrual Diskresioner dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Peranasari, I.A.A.I dan Ida Bagus Dharmadiaksa. 2014. Perilaku Income Smoothing, dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 8.1 (2014). Pp 140153. Puspareni, Putu Nita. 2015. Pertumbuhan Perusahaan Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas pada Praktik Perataan Laba. Skripsi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Purwanto, A. (2009). Karakteristik perusahaan, praktik corporate governance, keputusan keuangan, perataan laba, dan nilai perusahaan. Jurnal Manajemen Akuntansi & Sistem Informasi, 9 (2), 175-189. Prabayanti, Ni Luh Putu Arik dan Gerianta Wirawan Yasa. 2014. Perataan Laba (Income Smoothing) dan Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Pratamasari, Frinta. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (income smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur Dan Keuangan Yang Terdaftar Di BEJ (20012004).” Skripsi. Univeritas Diponegoro. Rofika & Zirman. (2012). Reaksi Pasar Terhadap Tindakan Perataan Laba dengan Mekanisme Good Corporate Governance. Jurnal Akuntansi, 1(1), 38-52.
24
Salim, Sartika. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Setyaningtyas, Ina. 2014. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan.Proceeding Simposium Nasional Akuntansi IX Siregar, S. (2010). Statistika Deskriptif Untuk Penelitian : Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta. Suwito, E. & Herawaty, A. (2005). Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa efek jakarta. Artikel yang dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 136-146. Tampubolon, Mayasari. 2012. Pengaruh Leverage. Free Cash Flow, Dan Good Corporate Governance Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Ulfah, Fitria. 2011.”Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan Dividen Payout Ratio Terhadap Praktik Perataan Laba.” Skripsi. UNP. Umar, Husein (2004).“Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis” Jakarta : Raja Grafindo Persada. Utomo, S.B. dan Siregar, B. (2008). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kontrol Kepemilikan Terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi & Manajemen. 19(2). 113-125. Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta : Graha Ilmu. Widaryanti. (2009). Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.Fokus Ekonomi. Yulia, Mona. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Nilai Saham Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur, Keuangan Dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
25