A. METODE PENELITIAN a. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hewan yang ada di lingkungan sekitar 2. Untuk mengamati keanekaragaman hewan yang ada di lingkungan sekitar b. lokasi dan waktu penelitian lokasi penelitian : di kebun samping rumah dengan batasan yang telah ditentukan berlokasi di jln KH Mudakir Link Cigading RT 01 RW 01 Kel Tegalratu Kec Ciwandan Kota Cilegon Banten waktu penelitian : No 1 2
Kegiatan Pembuatan desain penelitian Pengambilan data
3
Pembuatan laporan penelitian
Tanggal 17 Februari 2019 21 Februari 2019 22 Februari 2019 23 Februari 2019 24-25 Februari 2019
Waktu (WIB) 20.00-selesai 08.00-09.00 08.00-09.00 08.00-09.00 08.00-selesai
c. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan cara pengamatan, pencatatan dan pengambilan gambar (dokumentasi). d. Alat dan Bahan 1. Alat Tulis 2. Buku Catatan 3. Kamera (HP)
4. Tali rafia 5. Meteran
e. Prosedur Pengumpulan Data 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Memilih area yang akan dijadikan tempat penelitian 3. Mengukur area yang seluas 2x3 meter kemudian dipasangkan tali rafia sebagai batas 4. 5. 6. 7. 8.
area yang diamati Mengamati hewan yang berada pada area tersebut Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan Mendokumentasikan hewan menggunakan kamera Langkah 1-6 dilakukan pada hari kedua dan ketiga Mencari referensi dari internet sebagai informasi tambahan Tabel Pengamatan
Tgl
Nama
21
Hewan Kadal
Warna Tubuh
Bentuk Tubuh
Alat
Tempat
Makanan
Jumlah
Punggung
Tubuh langsing,
gerak Kaki
Hidup Dedaunan
Serangga
5
Februari
berwarna
kepala lancip, ekor
kecil,
2019
cokelat dengan
panjang
belalang
tubuh bagian
kecil
bawah berwarna Belalang
kehijauan Cokelat
Bersayap,
Kaki,
Dedaunan,
kayu
kekuningan
memiliki dua
sayap
batang
daun
4
Dedaunan
Daun
2
Dedaunan,
Belalang,
2
kasar, memiliki
batang
serangga
ekor, mampu
tumbuhan
antena di bagian
tumbuhan
kepala, memiliki dua kaki belakang Belalang
Hijau dengan
yg panjang Bersayap,
Daun
sedikit corak
memiliki dua
hitam
antena di bagian
Kaki, sayap
kepala, memiliki dua kaki belakang Bunglon
kecoklatan
yg panjang Permukaan tubuh
Kaki
berubah warna, memiliki lidah yg Capung
Hijau dengan
panjang Memiliki sayap
garis-garis hitam
Kebun,
Semut,
transparan,
sawah,
lalat
matanya besar,
pekaranga
ekornya seperti
n rumah,
Kupu-
Putih dengan
jarum, Memiliki sayap yg
kupu
bintik hitam di
Sayap
Sayap
Pepohona
Madu/ne
indah bervariasi
n, bunga-
ktar
tengah
warna, memiliki
bunga,
sayapnya
antena yg sangat
Laba-
Hitam keabu-
tipis Memiliki empat
laba
abuan
pasang kaki,
pohon,
berukuran kecil
dinding
Kaki
Batang
serangga
7
1
2
Bekicot
Perpaduan
Memiliki
rumah, Tentake Kebun,
antara cokelat
cangkang,
l pada
tua dan cokelat
memiliki lendir,
perut
Dedauna
1
sawah,
n
daun
3
Serangga
2
muda 22
Belalang
kekuningan Cokelat
Bersayap,
Kaki,
Dedaunan,
Februari
kayu
kekuningan
memiliki dua
sayap
batang
2019
antena di bagian
tumbuhan
kepala, memiliki dua kaki belakang Kadal
Punggung
yg panjang Tubuh langsing,
berwarna
kepala lancip, ekor
kecil,
cokelat dengan
panjang
belalang
Kaki
Dedaunan
tubuh bagian
kecil
bawah berwarna Bunglon
kehijauan Kecoklatan
Permukaan tubuh
Kaki
Dedaunan,
Belalang,
kasar, memiliki
batang
serangga
ekor, mampu
tumbuhan
1
berubah warna, memiliki lidah yg Bekicot
Perpaduan
panjang Memiliki
Tentake Kebun,
Dedauna
antara cokelat
cangkang,
l pada
sawah
n
tua dan cokelat
memiliki lendir,
perut
kekuningan Hijau dengan
Memiliki sayap
Sayap
Kebun,
Semut,
garis-garis
transparan,
sawah,
lalat
hitam
matanya besar,
pekaranga
ekornya seperti
n rumah,
4
muda Capung
23
Belalang
Cokelat
jarum, Bersayap,
Kaki,
Dedaunan,
Daun
2
4
Februari
kayu
kekuningan
2019
memiliki dua
sayap
antena di bagian
batang tumbuhan
kepala, memiliki dua kaki belakang Belalang
Hijau dengan
yg panjang Bersayap,
daun
sedikit corak
memiliki dua
hitam
antena di bagian
Kaki, sayap
Dedaunan
Daun
2
Dedaunan
Serangga
3
kepala, memiliki dua kaki belakang Kadal
Punggung
yg panjang Tubuh langsing,
berwarna
kepala lancip, ekor
kecil,
cokelat dengan
panjang
belalang
Kaki
tubuh bagian
kecil
bawah berwarna Bunglon
kehijauan Kecoklatan
Permukaan tubuh
Kaki
Dedaunan,
Belalang,
kasar, memiliki
batang
serangga
ekor, mampu
tumbuhan
2
berubah warna, memiliki lidah yg Bekicot
Perpaduan
panjang Memiliki
Tentake Kebun,
Dedauna
antara cokelat
cangkang,
l pada
sawah
n
tua dan cokelat
memiliki lendir,
perut
kekuningan Hijau dengan
Memiliki sayap
Sayap
Kebun,
Semut,
garis-garis
transparan,
sawah,
lalat
hitam
matanya besar,
pekaranga
ekornya seperti
n rumah,
1
muda Capung
Kupu-
Hitam dengan
jarum, Memiliki sayap yg
Sayap
Pepohona
Madu/ne
4
1
kupu
garis garis hijau indah bervariasi warna, memiliki
n, bunga-
ktar
bunga
antena yg sangat tipis D. PEMBAHASAN Pada hari pertama saya telah menemukan sebanyak 8 hewan jenis hewan dengan jumlah berbeda, yaitu : kadal 5 ekor, belalang kayu 4 ekor, belalang daun 2 ekor, bunglon 2 ekor, capung 7 ekor, kupu-kupu 1 ekor, laba-laba 1 ekor, dan bekicot 1 ekor. Pada hari kedua saya menemukan sebanyak 5 jenis hewan dengan jumlah berbeda, yaitu : belalang kayu 3 ekor, kadal 2 ekor, bunglon 1 ekor, bekicot 4 ekor, dan capung 2 ekor. Pada hari ketiga saya menemukan 7 jenis hewan dengan jumlah yang berbeda pula, yaitu : belalang kayu 4 ekor, belalang daun 2 ekor, kadal 3 ekor, bunglon 2 ekor, bekicot 1 ekor, capung 4 ekor, dan kupukupu 1 ekor. Berikut penjelasan mengenai hewan hewan tersebut : 1. Kadal Kadal yang saya temukan adalah Kadal rumput yaitu sejenis kadal bertubuh panjang dan ramping dari golongan Lacertidae yang tersebar luas di daerah tropis Asia Tenggara. Orang Sunda menyebutnya orong-orong atau oloonyon. Dalam bahasa Inggris, hewan ini dinamai Asian grass lizard, six-striped longtailed lizard, atau long-tailed grass lizard. Nama ilmiahnya adalah Takydromus sexlineatus, merujuk pada perilakunya dan pola garis-garis di tubuhnya. (Tachydromus = "pelari cepat"; sexlineatus= "bergaris enam"). Kadal ini memiliki tubuh yang langsing dan panjang dengan kepala berbentuk lancip, lengan kaki yang panjang, dan ekor yang sangat panjang. Panjang tubuhnya mencapai 29 cm dengan lebih dari separuhnya adalah panjang ekor. Punggungnya berwarna cokelat kekuningan atau cokelat zaitun. Bagian bawah tubuhnya berwarna kuning terang atau kuning agak kehijauan. Warna tubuh bagian atas dengan warna tubuh bagian bawah dipisahkan oleh garis berwarna kehitaman yang membentang dari leher hingga pinggul. Bagian bawah ekornya berwarna merah jambu. Kadal rumput seringnya ditemukan di sekitar lapangan berumput atau sawah yang mengering, serta semak-semak terbuka dan di hutan denagn tempat terbuka. Kadal ini lebih menyukai tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari langsung dan sering ditemukan berlari cepat menyusup di antara rerumputan atau tengah berjemur di atas semak-semak kecil. Sering
dijumpai pula beberapa ekor kadal rumput berjemur dengan posisi saling berdekatan di ujung dedaunan atau rerumputan di pagi hari. Kadal ini aktif di siang hari. Makanan utamanya adalah serangga kecil seperti lalat, ngengat dan juga belalang yang berukuran kecil. Seperti halnya cecak, kadal ini mampu memutuskan ekornya sendiri (ototomi) ketika terancam. Ekornya yang putus dapat bergerak-gerak sendiri dan hal ini mengalihkan perhatian pengganggunya, sementara kadal tersebut segera berlari ke tempat yang aman. Kadal rumput adalah salah satu jenis kadal yang hidup berdampingan dengan manusia dan sering dijadikan mainan oleh anak-anak di perkampungan. Di perkotaan, kadal ini juga dijadikan sebagai hewan peliharaan bagi pecinta reptil, juga sebagai pakan untuk reptilia lain, misalnya ular. Kadal rumput yang dipelihara bisa hidup hingga usia 5 tahun. 2. Belalang kayu Belalang adalah salah satu jenis hewan herbivora yang termasuk dalam ordo orthoptera dengan famili Acrididae. Hewan ini memiliki dua antena dibagian kepala yang jauh lebih pendek dari bentuk tubuh. belalang ini juga memiliki femor belakang yang panjang dan kuat sehingga dapat lompat dengan baik, dan bahkan juga memiliki kebiasan – kebiasan mengerik atau mengeluarkan suara pada malam hari. Belalang kayu ini memiliki bentuk tubuh yang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada ( thorak ) dan perut ( abdomen ). Belalang kayu juga memiliki 6 kaki yang bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki bagian belakang panjang yang digunakan untuk melompat dengan jauh dan tinggi, sedangkan kaki bagian depan pendek digunakan untuk berjalan. Belalang juga memiliki pendengaran yang tajam, meskipun tidak memiliki telinga. Alat pendengar belalang ini hampir disebut dengan nama tympanum dan terletak pada abdmon ( perut ) dekat bagian sayap. Typnpanum ini berbentuk sebuah disk bulat besar yang terdiri dari beberapa bagian prosesor dan memiliki syaraf uang digunakan untuk memantau getaran dari udara. Bebalang kayu juga memiliki 5 mata ( 2 compound eye dan 3 ecelli ). Belalang kayu ini termasuk hewan serangga yang bernafas menggunakan trakea, dan masuk kedalam kelompok hewa berkerangka luas ( exoskeleton ). Belalang kayu dewasa betina memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan belalang jantan dewasa yaitu berkisar 58-71 mm sedangkan belalang jantan dewasa berkisar 49-63 mm dengan berat tubuh rata – rata mencapai 2-3 gram. Belalang berkembang biak
dengan cara generatif yaitu dengan perkawinan. Organ reproduksi belalang jantan
dinamakan aedeagus,
sedangkan
belalang
betina
mempunyai ovarium sebagai tempat pembuahannya. Belalang jantan yang mempunyai ukuruan tubuh lebih kecil, akan membuahi sang betina dengan cara berada
di
atas
tubuhnya.
Selanjutnya
belalang
jantan
akan
menyalurkan spermatophere ke dalam ovipositor sang betina. Kemudian sperma masuk ke sel telur melalui micropyles (saluran halus). Selanjutnya spermatozoa akan disimpan dan diproses di dalam ovarium. Dalam berkembang biak, belalang termasuk hewan ovipar yaitu berkembang biak dengan cara bertelur. Proses pembentukan telur berlangsung selama 3 – 4 hari. Belalang betina akan memasukan telurnya kedalam tanah menggunakan ovipositor pada ujung perutnya. Selama masa bertelur, belalang betina mampu menghasilkan hingga 300 butir telur. Selain di dalam tanah, media lain yang bisa digunakan untuk meletakan telur adalah pada batang, daun dan bunga tanaman. Telur yang telah tersimpan, akan dibiarkan selama berbulan-bulan dan pada musim panas akan menetas. Belalang ini banyak mengandung protein, mineral dan vitamin yang tinggi, sehingga banyak masyarakatt mengkonsumsi belalang kayu ini dengan proses tertentu. Belalang ini dapat dijadikan sebagai makanan ringan, makanan berbentuk sate, makanan menurunan lemak dan bahkan bahan obat herbal dan alternatif untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Belalang kayu dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani terutama di Kabupaten Gunungkidul, bahkan menjadi ikon untuk oleh-oleh khas Gunungkidul dan inspirasi corak batik. Di sisi lain belalang inimenjadi hama di beberapa daerah perkebunan dan hutanhutan produksi. 3. Belalang daun Belalang Daun Belalang yang berkamuflase, dapat diartikan sebagai penyesuaian warna tubuh makhluk hidup sesuai dengan lingkungannya. Tentu saja keadaan lingkungan sekitar hewan berubah dari waktu ke waktu. Banyak hewan yang mempunyai kemampuan istimewa dalam beradaptasi yang memungkinkan mereka melakukan perubahan warna mengikuti perubahan warna lingkungan sekitar. Beberapa contohnya; belalang hijau hidup di rerumputan, kelinci berbulu putih hidup di musim salju, serta macan yang hidup dipadang rumput yang terhampar kekuningan. Jadi dapat dikatakan bahwa mahkluk hidup berkamuflase dengan menempati suatu daerah atau zona yang mampu
menyamarkan tubuhnya. Belalang berkembang biak dengan cara generatif yaitu dengan perkawinan. Organ reproduksi belalang jantan dinamakan aedeagus, sedangkan belalang betina mempunyai ovarium sebagai tempat pembuahannya. Belalang jantan yang mempunyai ukuruan tubuh lebih kecil, akan membuahi sang betina dengan cara berada di atas tubuhnya. Selanjutnya belalang jantan akan menyalurkan spermatophere ke dalam ovipositor sang betina. Kemudian sperma masuk ke sel telur melalui micropyles (saluran halus). Selanjutnya spermatozoa akan disimpan dan diproses di dalam ovarium. Dalam berkembang biak, belalang termasuk hewan ovipar yaitu berkembang biak dengan cara bertelur. Proses pembentukan telur berlangsung selama 3 – 4 hari. Belalang betina akan memasukan telurnya kedalam tanah menggunakan ovipositor pada ujung perutnya. Selama masa bertelur, belalang betina mampu menghasilkan hingga 300 butir telur. Selain di dalam tanah, media lain yang bisa digunakan untuk meletakan telur adalah pada batang, daun dan bunga tanaman. Telur yang telah tersimpan, akan dibiarkan selama berbulan-bulan dan pada musim panas akan menetas. Belalang memiliki kebiasaan,melompat diantara rerumputan. Belalang daun dapat ditemukan dipersawahan dan dia hidup secara berkelompok dan senang berkumpul dengan hewan-hewan yang lain seperti capung. Belalang tersebar di daerah persawahan,rerumputan,dan daerah pedesaan yang memiliki banyak rumput. Belalang daun memiliki manfaat sebagai pakan burung, memiliki protein yang lebih tinggi dari pada udang, dan belalang sebagai alternatif sebagai camilan dan lauk pauk dengan cara di goreng. 4. Bunglon Bunglon merupakan salah satu reptil pemakan daging (Karnivora). Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan tinggal di atas pepohonan. Salah satu keunikan yang dimiliki Bunglon ialah kemampuannya merubah warna kulitnya serta kemampuan menangkap mangsa menggunakan lidah dengan gerakan yang sangat cepat. Perubahan kulit Bunglon terjadi saat ada rangsangan dari dalam dan luar Bunglon, seperti suasana hati, suhu dan cahaya. Bunglon juga bisa merubah warna kulitnya untuk melakukan penyamaran (kamuflase) saat mengincar mangsa dan menghindar dari serangan predator. Di saat lain, Bunglon juga merubah warna kulitnya untuk berkomunikasi dengan Bunglon lain. Lidah Bunglon dapat menjulur panjang hingga sepanjang tubuhnya atau
bahkan lebih. Gerakan menjulurkan lidah yang dilakukan Bunglon sangat cepat hingga ia dapat menangkap seekor lalat yang sedang terbang. Bunglon hanya membutuhkan waktu 1/16 detik saja untuk menjulurkan lidahnya hingga panjang maksimal. Bunglon berkembang biak dengan cara bertelur (Ovipar), namun demikian ada juga beberapa jenis Bunglon yang berkembang biak dengan cara bertelur dan melahirkan (Ovovivipar). Pada Bunglon yang berkembang biak dengan cara Ovipar, ia akan bertelur setelah 3 hingga 6 minggu pasca kawin. Sedangkan Bunglon yang berkembang biak dengan cara Ovovivipar, Bunglon akan membiarkan telurnya dalam perutnya selama 5 hingga 7 bulan. Saat Bunglon betina siap bertelur, ia akan menggali tanah atau pasir dengan moncongnya. Setelah itu, Bunglon betina akan masuk ke dalam lubang dan bertelur. Telur-telur Bunglon akan menetas setelah 4 hingga 12 bulan. Bunglon yang berkembang biak dengan cara Ovovivipar akan hamil selama 5 hingga 7 bulan. Setiap anak Bunglon yang dilahirkan akan berada dalam membran lengket yang merupakan kantong kuning telur. Induk Bunglon akan menempelkan telur tersebut pada ranting pohon dimana membran akan pecah dan memberi jalan bagi bayi Bunglon untuk keluar. Pada musim kawin, bunglon berubah warna untuk menarik atau menolak lawan jenis. Betina Bunglon biasa yang warnanya kecokelatan dapat merubah warnanya menjadi jingga terang, menandakan bahwa ia bersedia untuk kawin. Setelah kawin dengan jantan pilihannya, Bunglon betina merubah warnanya menjadi Halloween untuk memberi tahu pejantan lain bahwa ia sudah memiliki pasangan. Anak Bunglon yang telah lahir tidak mendapatkan pengasuhan dari induknya, ia harus berjuang dan belajar hidup serta mencari makan sendirian. Seekor Bunglon dapat hidup antara 5 hingga 9 tahun di alam liar. 5. Capung Capung merupakan salah satu jenis serangga yang berbentuk unik seperti naga terbang dengan aneka warna yang sangat cantik. Ciri capung yang dikenal umum adalah mempunyai dua pasang sayap dengan bentuk memanjang, transparan yang sekilas laksana jaring (membran). Mempunyai mata majemuk besar yang menutupi sebagian besar kepala. Capung mempunyai satu pasang mata dimana tiap-tiapnya tersusun dari 30 ribu lensa berbeda. Bentuk matanya hampir bulat dan nyaris menutupi seluruh kepala. Sehingga jenis serangga ini mempunyai bidang pandang yang begitu luas. Dengan bentuk mata yang seperti
itu, capung bahkan mampu melihat benda yang terdapat di belakangnya. Itu sebabnya kenapa kita kesulitan ketika hendak menangkap capung. Capung juga memiliki antena yang kecil. Perut atau abdomen panjang dan kecil. Capung pun mempunyai jenis gigi pemotong dan pencabik. Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan air, dengan menggunakan insang internal untuk bernapas. Tempayak dan nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan. 6. Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron, sayap). Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, Kupu-kupu amat banyak jenisnya, di Pulau Jawa dan Pulau Bali saja tercatat lebih dari 600 spesies kupu-kupu. Kupu-kupu pun menjadi salah satu dari sedikit jenis serangga yang tidak berbahaya bagi manusia. Kupu-kupu merupakan hewan yang aktif di siang hari, sehingga akan sangat sulit untuk menemukan kupu-kupu di malam hari. Setelah berubah menjadi kupu-kupu organisme ini bisa terbang, tetapi tidak seperti burung yang bisa terbang sangat tinggi, kupu-kupu bisa terbang hanya sekitar 2 -3 meter saja, cukup rendah. Kupu-kupu juga terbang untuk mencari makan secara terpisah, apabila Anda mengkin pernah melihatnya bergerompol, itu artinya mereka sedang mengalami fase reproduksi. Pada fase reproduksi ini kupu-kupu jantan akan membuahi kupu-kupu betina, selanjutnya kupu-kupu betina yang akan bertelur untuk membentuk organisme baru. Kubu-kupu biasanya memulai fase kawin atau
reproduksi setelah 5 atau 6 hari keluar dari kepompong. Banyak orang yang menyukai kupu-kupu yang indah, akan tetapi sebaliknya jarang orang yang tidak merasa jijik pada ulat, padahal keduanya adalah makhluk yang sama. Semua jenis kupu-kupu dan ngengat melalui tahap-tahap hidup sebagai telur, ulat, kepompong, dan akhirnya bermetamorfosis menjadi kupu-kupu atau ngengat. Kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/ sari kembang). Akan tetapi beberapa jenisnya menyukai cairan yang diisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran burung, dan tanah basah. Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama dengan memakan daun-daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan tetapi umumnya masing-masing
jenis
ulat
berspesialisasi
memakan
daun
dari
jenis-
jenis tumbuhan yang tertentu saja. Sehingga kehadiran suatu jenis kupu-kupu di suatu
tempat,
juga
ditentukan
oleh
ketersediaan
tumbuhan
yang
menjadi inang dari ulatnya. Kupu-kupu dan ngengat dikenal sebagai serangga penyerbuk tanaman, yang membantu bunga-bunga berkembang menjadi buah. Sehingga bagi petani, dan orang pada umumnya, kupu-kupu ini sangat bermanfaat
untuk
membantu
jalannya
penyerbukan
tanaman,
untuk
memanfaatkan keindahan beberapa jenisnya, kini orang mengembangkan peternakan kupu-kupu. 7. Bekicot Bekicot tercakup di dalam sub clasiss pulmonata dari clasiss gastropoda yang merupakan kelompok mollusca yang sangat besar. Siput darat berbeda dengan gastropoda lainnya, pertama, dalam hal pernapasan, ia sudah tidak memiliki ctenidia, yaitu semacam insang dan fungsinya telah diganti oleh bagian pillium yang tipis dan kaya dengan pembuluh pembuluh kapiler-kapiler darah, kedua mengenai system nervosium, ganglia yang utama terkumpul membentuk bangunan serupa cincin mengelilingi esgophagus, tanpa jaringan pengikat di dalamnya. Bentuk cangkang siput pada umumnya seperti kerucut dari tabung yang melingkar seperti konde. Puncak kerucut merupakan bagian yang tertua, disebut apex. Sumbu kerucut disebut columella. Gelung terbesar disebut body whorl dan gelung kecil-kecil di atasnya disebut spire. Di antara bibir dalam dan gelung terbesar terdapat umbilicus, yaitu ujung culumella yang berupa celah sempit sampai lebar dan dalam. Apabila umbilicus tertutup, maka cangkang
disebut imperforate. Bekicot termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai kebiasaan hidup di tempat lembab dan aktif di malam hari (nocturnal). Sifat nocturnal bekicot bukan semata-mata ditentukan oleh factor gelap di waktu malam tetapi ditentukan oleh factor suhu dan kelembaban lingkungannya. Di waktu siang setelah hujan, banyak ditemukan bekicot berkeliaran dimana-mana. Bekicot termasuk golongan mollusca karena memiliki badan lunak dan coelom tanpa segmen. Badan ditutup oleh cangkang, panjang sekitar 90 mm. ciri-ciri umumnya yakni memiliki sel-sel kemoreseptor yang terletak pada ujung tentakel okuler dan juga memiliki reseptor cahaya berupa ocelli. Menurut hasil penelitian Issogianti dengan menggunakan SEM, tentakel okuler bekicot mempunyai susunan serupa dengan tentakelHelix pomatia maupun Helix aspersa. Bekicot dapat hidup normal sampai umur 3 tahun. Bekicot senang berada di tempat yang lembab dan banyak terdapat sampah. Hewan ini memakan berbagai tanaman budidaya, oleh karena itu bekicot termasuk salah satu hama tanaman. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bekicot sebagai hewan yang rakus, cepat berkembang biak, dan mampu menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan. Bekicot memiliki toleransi yang luas terhadap berbagai macam makanan. Bahkan dikatakan bahwa bekicot tahan terhadap persediaan makanan yang terbatas. Bekicot tidak tahan terhadap sinar matahari langsung. Kondisi lingkungan optimal untuk hidupnya adalah di daerah tropis basah. Suhu minimal letal adalah 45 ˚F atau 7,22 ˚C dan bekicot senang di daerah yang mempunyai pH antara 7-8. Selain itu, di lingkungan yang berkapur mempunyai korelasi yang positif dengan banyaknya populasi bekicot. Mead (1961) telah menginventarisasi macam-macam tumbuhan termasuk tanaman budidaya yang menjadi makanan bagi bekicot. Bagian tumbuhan yang diserang bekicot berbeda-beda mulai dari bagian kulit batang, daun, bunga, buah, tumbuhan muda, sisa tumbuhan yang telah kering sampai bagian keseluruhan dari tumbuhan tersebut. Macam-macam tumbuhan yang telah diinventarisasi antara lain papaya (Carica papaya), ketimun (Cucumis sativus), kol (Brassica sp), ketela rambat (Ipomoea batatas), balaran (Ipomoea pescapre) dan sebagainya. Susunan alat reproduksi bekicot lebih sederhana dibandingkan dengan susunan alat reproduksi Helix pomatia. Susunan alat reproduksi bekicot dewasa menurut Berry dan Chan seperti gambar 2. Saluran ovotestis terdiri dari 3 bagian yaitu saluran ovotestis apical, vesikula ovisperm, dan ovotestis basal.
Vesikula ovisperm berfungsi untuk tempat penimbunan sperma. Sepanjang spermoviduk, saluran sperma dipisahkan secara tidak sempurna dengan uterus. Uterus dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian apical dan bagian basal. Pada dindingnya terdapt banyak lipatan yang mengandung banyak kelenjar calcic dan mukosa. Kelenjar lainnya adalah kelenjar albumen yang membesar pada saat musim birahi. Dalam kelenjar tersebut dijumpai glikogen dan galaktogen. Saluran albumen meninggalkan kelenjar albumen yang bermuara di Carrefour di bagian basal saluran ovotestis. Albumen berfungsi sebagai pelumas saat pelepasan telur dan sebagai pembungkus telur yang dapat menjaga kelembaban telur selama pengeraman karena mampu menyerap air dari sekitarnya. Vagina dan penis bersama-sama bertemu di atrium genital dan bermuara ke luar pada aperture genital. Di dalam kantong telur terdapat banyak telur yang telah bercangkang. Banyaknya telur yang bercangkang dalam kantong telur menunjukkan hubungan dengan besarnya kelenjar albumen. Artinya bila kelenjar albumen besar amak di dalam kantong telur dijumpai banyak telur bercangkang sebaliknya bila kelenjar albumen kecil telur bercangkang dalam kantong telur sedikit. Bekicot bersifat hermaphrodit ambiseksual dimana sperma dan oosit dihasilkan secara simultan. Bekicot pada umumnya menghasilkan sperma sebelum dimulainya oogenesis (protandri). Umur dewasa kelamin bekicot dicapai setelah cangkang mencapai ukuran 60 mm. Pada ukuran tersebut bekicot telah melakukan perkawinan. Pematangan seksual sepenuhnya dicapai pada saat ukuran cangkang mencapai 80 mm. Menurut Misbet (1974), ukuran telur bekicot rata-rata memiliki panjang 6,3 mm dan lebar 5,6 mm. menurut Lambert (1974) telur bekicot berdiameter antara 4,5 mm-5,5 mm. jumlah telur bekicot menurut Meer Mohr (1949) berkisar antara 82-315 butir. Jumlah telur yang dilepaskan bekicot sangat tergantung pada daerah tempat hidup. Fungsi reproduksi bekicot dikontrol oleh sel-sel neurosekretorik yang berasal dari otak dan dari tentakel okuler. Pemotongan tentakel okuler bekicot berakibat meningkatkan oogenesis. Ini artinya terjadi kontrol bersama antara fungsi hormone tentakuler (menekan oogenesis) dan system neurohormonal dari otak (memacu oogenesis). Bekicot melakukan perkawinan di waktu awal pagi hari. Lama kawin dinyatakan antara 1,5-2 jam. Periode gestasi antara 14,16, 18 hari, ada pula yang menyatakan paling pendek 20 hari dan dapat mecapai 341 hari. Bekicot bereaksi negatif terhadap
lingkungan yang kurang menguntungkan dengan melakukan fase dorman atau estivasi.
Oleh
karena
itu
dalam
sejarah
hidupnya
bekicot
dikenal
sebagai temporary period of generalized reproductive inactivity. Fungsi gonad bekicot disamping dikontrol oleh otak dan tentakel okuler melalui mekanisme neurosekretorik juga dikontrol oleh keadaan lingkungannya. Faktor luar tersebut terutama adalah curah hujan. Bahkan, faktor curah hujan dinyatakan sebagai faktor
pembatas
kehidupan
reproduksi
bekicot.
Pada
musim
hujan,
gametogenesis khususnya oogenesis meningkat. Pada musim kemarau sebaliknya, bahkan dapat mencapai titik nol. Selain itu, faktor intensitas sinar matahari dan panjang hari dapat mengontrol fungsi gonad hewan hermaphrodit ambiseksual. 8. Laba-laba Laba-laba
merupakan
hewan
pemangsa
(karnivora),
bahkan
kadang-
kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis labalaba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan
manusia. Tidak
semua
laba-laba
membuat jaring untuk
menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera —yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat—dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain. Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba
hanya
memiliki
dua.
Segmen
bagian
depan
disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (toraks). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) penghubung
atau opisthosoma. tipis
Antara cephalothorax dan abdomen terdapat yang
dinamai pedicle atau pedicellus.
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus.
Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan. Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya. Mata pada labalaba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan bukan mata majemuk seperti pada serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna. Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indra peraba laba-laba terletak pada rambut-rambut di kakinya. Kebanyakan laba-laba memang merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan
daun
bunga,
celah
bebatuan,
atau
lubang
di
tanah
yang
ditutupi kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang menyamarkan tubuhnya di atas tanah, batu atau pepagan pohon, sehingga tak perlu bersembunyi. Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae) membuat jaring-jaring sutera berbentuk kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, labalaba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya. Sedikit berbeda, laba-laba pemburu (seperti anggota suku Lycosidae) biasanya lebih aktif. Laba-laba jenis ini biasa menjelajahi pepohonan, sela-sela rumput, atau permukaan dinding berbatu untuk mencari mangsanya. Laba-laba ini dapat mengejar dan melompat untuk menerkam mangsanya. Bisa yang disuntikkan laba-laba melalui taringnya biasanya sekaligus mencerna dan menghancurkan bagian dalam tubuh mangsa. Kemudian perlahan-lahan cairan tubuh beserta hancuran organ dalam itu dihisap oleh si pemangsa. Berjam-jam laba-laba menyedot cairan itu hingga bangkai
mangsanya mengering. Laba-laba yang memiliki rahang (chelicera) kuat, bisa lebih cepat menghabiskan makanannya dengan cara merusak dan meremuk tubuh mangsa dengan rahang dan taringnya itu. Tinggal sisanya berupa bolabola kecil yang merupakan remukan tubuh mangsa yang telah mengisut. Beberapa laba-laba penenun memiliki kemampuan membungkus tubuh mangsanya dengan lilitan benang-benang sutera. Kemampuan ini sangat berguna terutama jika si mangsa memiliki alat pembela diri yang berbahaya, seperti lebah yang mempunyai sengat; atau jika laba-laba ingin menyimpan mangsanya beberapa waktu sambil menanti saat yang lebih disukai untuk menikmatinya belakangan. E. KESIMPULAN Pada penelitian kali ini dapat kita simpulkan bahwa mahluk hidup yang ada di bumi ini sangat banyak dan beranekaragam. Hal ini dapat kita lihat salah satunya dengan melakukan penelitian ini dapat membantu kita mengetahui tingkat keanekaragaman hewan di lingkungan sekitar. Mereka hidup di tempat yang berbeda, ada yang di air, di tempat kering,di pohon, dan sebagainya. Antara jenis satu dengan yang lain terdapat perbedaan-perbedaan sehingga secara keseluruhan tampak keanekaragaman yang sangat besar. Pada setiap jenis terdapat variasi yang meliputi perbedaan bentuk, ukuran, warna, dan sebagainya. Keanekaragaman hewan ini tumbuh dan berkembang dari keberagaman jenis, keanekaragaman genetika, dan keanekaragaman ekosistem. F. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin. 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga Anshori, I. 1984. Biologi Umum. Bandung: Ganeca Exact Djohar. 1986. Reproduksi Bekicot (Achatina fulica) dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Kamajaya. 1996. Sains Biologi. Bandung: Ganeca Exact Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember : Jember University Press Yatim, Wildan. 1987. Biologi Modern-Biologi Sel. Bandung : Tarsito Waluyo, J. 2006
A. PENDAHULUAN Di dalam ekosistem terdapat berbagai jenis hewan. Berbagai jenis tersebut memiliki kebutuhan yang sama tetapi mereka memiliki pebedaan dan persamaan. Perbadaan itu meliputi struktur bentuk tubuhnya. Perbedaan yang nyata memungkinkan mereka dikenali sebagai kelompok yang berbeda. Perbedaan tersebut menunjukkan adanya keanekaragaman ( Waluyo, 2006 ). Hewan memiliki Ciri-ciri, yaitu : Multiseluler, Heterotrof, Reproduksi secara seksual atau beberapa jenis secara aseksual, Membutuhkan oksigen, Dalam siklus hidupnya terdapat periode embrionik, dan Motil. ( Waluyo, 2006 ). Klasifikasi kingdom animalia berdasarkn ada tidaknya tulang belakang dibedakan menjadi dua, yaitu : Hewan tidak bertulang belakang ( Invertebrata), Filum invertebrata terdiri dari : Protozoa, Porifera, Coelenterata, Vermes, Molusca, Arthopoda, dan Echinodermata (Amiruddin, 1989). Kelompok hewan tidak bertulang belakang ( invertbrata ) merupakan kelompok hewan yang lebih rendah tingkatannya dibandingkan kelompok hewan bertulang belakang ( vertebrata ). Sebagian invertebrata mempunyai habitat di air atau tempat lembab. Organ tubuh invertebrata sebagian besar belum sempurna, baik organ-organ penyusun respirasi, ekskresi, pencernaan, koordinasi dan reproduksi. Beberapa invertebrata bermanfaat bagi manusia tetapi ada juga yang membahayakan bagi manusia ( Waluyo, 2006 ). Hewan bertulang belakang ( Vertebrata) memiliki rangka dalam yang tersusun atas tulang. Vertebrata ini umumnya hewan tingkat
tinggi, yaitu hewan yang memiliki organ khusus untuk melakukan fungsi tertentu ( Anshori, 1996: 67 ). Ciri-ciri hewan bertulang belakang, yaitu : Memiliki tulang punggung, Perkembangbiakannya umumnya secara generatif, dan Susunan saraf terletak di bagian dorsal, yaitu diatas saluran pencernaan ( Kamajaya, 1996). Hewan bertulang belakang dibagi menjadi 5 kelas, yaitu: Ikan ( pisces ), Amphibi, Reptil, Burung ( aves ), dan Hewan menyusui ( mamalia ) ( Amiruddin, 1989). Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan mereka mempunyai fungsi dan spesifik, misalnya otot-otot jantung yang bercabang menghubungkan sel jantung yang lain. Tubuh terdiri atas banyak lapis sel,dan dibedakan atas berbagai fungsi kegiatan hidup. Jumlah sel ribuan sampai milyaran.Sel–sel yang memiliki bentuk, susunan dan fungsi yang sama disebut jaringan (Wildan Yatim,1982). Pada tubuh hewan sendiri terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Pada saat perkembangan embrio, lapisan kecambah (germ layers) berdiferensiasi (dengan proses yang disebut histogenesis) menjadi empat macam jaringan utama yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot dan jaringan saraf. (Waluyo,2010)