METODE PENELITIAN KUANTITATIF
Bagian V
DASAR-DASAR ANALISIS DATA
ANALISIS DATA Kategorisasi, pengurutan, pengaturan, pembandingan, dan manipulasi statistik, yang bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk-bentuk penyajian yang mudah dimengerti, dan kemudian membuat kesimpulan tentang karakteristikkarakteristik menonjol yang ada dalam data.
INTERPRETASI DATA Pengkaitan hasil analisis data dengan hal-hal diluar data empirik yang diperoleh, baik halhal yang didasarkan pemikiran teoretik, kerangka asumsi ataupun dugaan-dugaan subjektif, spekulatif ataupun intuitif.
DATA INTERPRETATION=
Data Analysis Propositions, Speculation
Metode Analisis Data/10/28/08
FACTS
+
OPINION
Theory, Common Sense Intuition,
2
Bivariate Analysis Analisis karakteristik korelasi dua variabel:
Statistical Significance Strength
weak -
Direction
negative -
Form
lienar -
strong
positive curvilenear
Nonspuriousness
Direction of influence reciprocal
asymmetric independent vr.
symmetric
- dependent vr.
theoretical status of independent vr.
sufficient contributory condition
Metode Analisis Data/10/28/08
necessary condition
condition
3
CONCOMITANT VARIATION cross-sectional - longitudinal
Tingkat Pendapatan Tinggi
• •
Pendapatan semakin Konservatif
• •
• • •
Rendah
•
•
•
• • •
•
•
Semakin tinggi • Tingkat •
• •
•
••
• Semakin tinggi Tingkat Pendapatan semakin kurang konservatif (liberal)
Liberal Konservatif
Metode Analisis Data/10/28/08
4
Joint probability distribution: "Dalam kelompok yang memiliki Tingkat Pendapatan Tinggi, lebih banyak dijumpai mereka yang konservatif, dibanding dalam kelompok yang memiliki Tingkat Pendapatann Rendah" Tabel silang Tingkat Pendapatann dan Konservatisme ( zero-order corr. )
Konservatisme (Dependen) Pendapatan Rendah Tinggi Total (Independent) Tinggi 100%
Metode Analisis Data/10/28/08
22%
78%
5
Rendah 100%
67%
33%
Differentiation "Rata-rata skor conservatism mereka yang memiliki latarbelakang pendidikan eksakta, lebih tinggi dibanding ratarata skor conservatism mereka yang berlatar- belakang pendidikan sosial"
Perbandingan skor konservatisme mhsw. Ilmu-ilmu Sosial dan Eksata
Mahasiswa Mahasiswa Sosial Eksakta 20 20 25 30 Metode Analisis Data/10/28/08
20 25 25 30 6
30 30 34 35
35 35 40 28
Skor rata-rata
30
Kekuatan Hubungan Linear Tingkat Pendapatann Tinggi
• Kuat
• Lemah Metode Analisis Data/10/28/08
• • •
•
•
• •
•
•
• •• • •
•
• • •
• •
°
°
•
•
• ° 7
°
°
°°
° °
°
°
Rendah Liberal
Konservatif
Arah Hubungan Tingkat Pendapatann Tinggi •
• •
• •
• • •
Metode Analisis Data/10/28/08
•
•
•
• •
• •
• Positif •
•
•
• •• • •
•
8
Negatif
Rendah Liberal Konservatif
Bentuk Hubungan Keuntungan ( juta Rp.) 50.000
non-linear • • •
•
• •
r = 0.2
• •
•
•
• • • • ••
Metode Analisis Data/10/28/08
•
• •
• 25.000 •
•
•• •
linear 9
• •
•
• • •
r = 0.8
2500 Biaya promosi (juta Rp.) Pearson’s r coefficient hanya menunjukkan ada tidaknya korelasi linear
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA ANALISIS DATA
Concomitant variation “Television Use” (x) berhubungan dng. “Political Self-designation” : mereka yang “amat sering” menonton TV cenderung menyebut dirinya sebagai “moderate” -- bukan “liberal” atau “conservative”) Metode Analisis Data/10/28/08
INTERPRETASI DATA
Asymetric correlation “Television use” (X) mempengaruhi “Political self-designation” (Y) x y
10
x
y Inversed Asymmetric correlation “Political self-designation” (x) mempengaruhi ‘television use” (y) x y Symmetric “Political self-designation” (x) dan Television use” (y) sebenarnya tidak berkorelasi, namun masing2 dipengaruhi oleh kondisi psikologis tertentu (z) x z y Reciprocal “Political self-designation” dan “television use” saling mempengaruhi x y
Status Teoretik Sebuah Independent Variable •
Sufficient
Metode Analisis Data/10/28/08
condition,
atau
kondisi 11
cukup. Suatu variabel mempunyai status sebagai suatu sufficient condition apabila hanya dengan variabel itu saja telah dimungkinkan munculnya suatu gejala lain. •
Necessary
condition,
•
Contributory condition, atau kondisi
atau kondisi yang diperlukan bagi munculnya suatu gejala lain. Suatu gejala tidak akan muncul tanpa adanya kondisi yang diperlukan tersebut; tetapi hanya dengan kondisi itu saja, gejala tersebut juga tidak akan muncul.
penunjang, merupakan kondisi yang memperbesar kemungkinan munculnya suatu gejala. Namun tanpa kondisi itupun, gejala tadi tetap bisa muncul.
Metode Analisis Data/10/28/08
12
Status Teoretis Independent Variable
Sufficient Condition
Merokok Tidak Merokok
Sehat
Kanker
-
100%
100%
-
Necessary Condition
Merokok Tidak Merokok
Sehat
Kanker
20%
80%
100%
-
Contributory Condition Sehat
Kanker
Merokok
20%
80%
Tidak Merokok
60%
40%
Penelitian Agenda Setting Metode Analisis Data/10/28/08
13
Theoretic Media Agenda hypothesis
Public Agenda
Media Agenda: Public Agenda: Conceptual Isu-isu yang memperoleh Isu-isu yang dinilai publik definition penonjolan dalam media sebagai isu-isu yang penting Issue: "An issue -- as a category within media contents -- is either (1) cumulative news coverage of a series of related events, or (2) a single news coverage on a particular event or situation involving contention, public disagreement, conflict between identifiable groups, or involving a situation that is defined as a problem' by a particular group." Operational definition: Ranking urutan isu-isu yang
Ranking
urutan isu-isu yang diberitakan media massa, berdinilai penting oleh publik, dasarkan frekuensi pemberitaan berdasarkan persentase indimengenai isu-isu tersebut dlm. vidu yang menyatakan isumedia massa isu tersebut penting Research Media Agenda Public Agenda hypothesis Semakin tinggi ranking suatu isu dalam agenda media, semakin tinggi pula ranking isu ybs, dalam agenda publik; sebaliknya semakin rendah ranking suatu isu dalam agenda media, semakin rendah pula ranking isu tsb. dalam agenda publik. Metode: content analysis dan sampel survey
Statistical hypothesis Metode Analisis Data/10/28/08
rs
> 0 14
Spearman's Rho Rank-Order Correlation: 6 Σ Di2 rs = 1 - ______________ N ( N2 - 1 ) dimana
D = perbedaan atau selisih antara pasangan ranking N = jumlah isu yang diamati
contoh: ______________________________________________________________ Ranking isu Ranking isu Isu dlm. Agenda dlm. Agenda Di D2 Media Cetak Publik ______________________________________________________________ 1. Amerikanisasi 3 5 -2 4 2. Kriminalitas 4 4 0 0 3. Korupsi pejabat 7 6 1 1 4. Mutu pelayanan sosial 9 9 0 0 5. Demokratisasi 10 7 3 9 6. Suku bunga rupiah 6 3 3 9 7. Suksesi 2 2 0 0 8. Hak-hak Buruh 1 1 0 0 9. Urbanisasi 5 8 -3 9 10.Konglomerasi 8 10 -2 4 ______________________________________________________________ N = 10 Σ Di2 = 36 ______________________________________________________________ 6 Σ Di2 rs = 1 - ______________ N ( N2 - 1 ) 6 ( 36 ) = 1 - ______________ Metode Analisis Data/10/28/08
15
10 (100 - 1 )
=
0.78
Korelasi Lebih dari dua Agenda
rs = 1 -
[
a (4N + 2)
______________ (a - 1)(N - 1)
-
12 S S2
_________________ ] a(a - 1)N(N2 - 1 )
dimana a = jumlah set ranking (dalam hal ini Agenda yang diteliti) S = total ranking yang diberikan untuk tiap isu N = jumlah isu ___________________________________________________________________ Media Public Party Isu Agenda Agenda Agenda S ___________________________________________________________________
S2
1. Kemiskinan 1 3 4 8 64 2. Perburuhan 2 2 6 10 100 3. Kriminalitas 3 1 1 5 25 4. Suksesi 4 4 2 10 100 5. Demokrasi/HAM 5 5 3 13 169 6. Kolusi & Korupsi 6 6 5 17 289 ____________________________________________________________________ S S2= 747 ____________________________________________________________________ dengan
a = 3,
N = 6,
dan S S2 = 747,
maka korelasi antara ketiga agenda tersebut diatas adalah sebagai berikut: rs = 1
-
3(24 + 2) ________ (2)(5)
Metode Analisis Data/10/28/08
12 (747) _________ 3(2) 6(35) =
0.31
16
Analisis Data
Interpretasi Data: Beberapa Alternatif Theoretical Interpretations
1
Apa yang kita temuai dalam data (`What )
Bagaimana variabel2 tadi berhubungan ( How )
Mengapa variabel2 tsb berhubungan demikian ( Why )
•
•
•
TV cenderung memilih penggambran situasi atau sikap yang moderat, menghindari yang ekstrim, baik yang liberal ataupun konservatif (Gerbner, 1976)2
•
Televisis cenderung mempertemukan situasi atau sikap-sikap ekstrim secara berimbang, sehingga secara keseluruhan akan menampilkan “middle-of-the-road images and values” tentang realitas politik yang ada. Karenanya, seorang yang relatif banyak menonton TV juga cenderung menempatkan diri sebagai pihak yang “moderat”
•
Mereka yang merasa moderat cenderung lebih banyak mempergunakan TV, antara lain karena ia menilai TV merupakan medium yang netral (dibanding suratkabar)
•
Suatu kondisi psikologis tertentu (z) menyebabkan individu lcenderung menarik diri dari lingkungan politik di sekitarnya (tidak ingin mengambil sikap apapun terhadap isu-isu politik yang muncul) dan lebih banyak memanfaatkan waktunya untuk membenamkan diri dalam acara TV
Variabel “Television Use” (x) berhubungan dng. variabel “Political Self-designation” : mereka yang “amat sering” menonton TV cenderung menyebut dirinya sebagai “moderate” -- bukan “liberal” atau “conservative” (Gerbner et al., 1984)1 x y
Asymmetrical: “Television Use” (X) mempengaruhi “Political Self-designation” (Y) x
• x
•
y
Inversed asymmetrical: “Political selfdesignation” (x) mempengaruhi ‘television use” (y) y Symmetrical: “political self-designation” (x) dan “television use” (y) sebenarnya tidak berkorelasi, namun masing2 dipengaruhi oleh kondisi psikologis tertentu (z) x
1 2
George Gerbner et al. (1984), Political Correlates of Television Viewing.” Public Opinion Quarterly, Vol.48; pp. 283-300. George Gerbner, and Larry Gross (1976) “Living with Television: the Violence Profile No.. 9.” Journal of Communication, No.26,; pp.176-207.
Analisis Data
Interpretasi Data: Beberapa Alternatif Theoretical Interpretations
Apa yang kita temuai dalam data (`What )
Bagaimana variabel2 tadi berhubungan ( How ) z
Mengapa variabel2 tsb berhubungan demikian ( Why )
y
Reciprocal: “Political self-designation” dan “television use” saling mempengaruhi x y
•
Mereka yg merasa moderat, cenderung memilih saluran TV yg moderat. Pemberitaan yg moderat memperkuat sikap moderat yg telah dimiliki.
Pearson’s r Correlation Coefficient N∑ xy -
(∑x) (∑y)
rxy = [ N∑x2 - (∑x)2 ] [ N∑y2 - (∑y)2 ] ∑ xy rxy
=
2
N S x Sy
(x)(y)
3
Coefficient of determination r2 . . . the proportion of the variability among the y scores that can be accounted for by the variability among the x scores (Sprinthall; 1982) rxy = 0.70
rxy2 = 0.49
49% of the information about y is contained in x
1
THREE CRITERIA TO ESTABLISH CAUSALITY (Neuman, 1997, pp.49-50; Nachmias & Nachmias, 1992, pp. 102-103)
1.
covariation/association
2.time-order/temporal order 3.nonspuriousness/ the elimination of plausible alternatives
2
1
Potential errors in causal explanation (Neuman, 1997, pp. 114-119)
• Ecological fallacy
. . . it occurs when a researcher gathers data at a higher or an aggregated unit of analysis but wants to make a statement about a lower or disaggregated unit.
• Reductionis m fallacy
. . . occurs when a researcher observes a lower or disaggregated unit of analysis but makes a statement about the operations of higher or aggregated units
• Tautology
. . . circular reasoning – when something is “true by definition”. . . It occurs through a slip in language, a confusion between a definition and a causal relationship. . . . they are conservative because they believe that there should be less government regulation . . .
• Teleleology
. . . arises when a vague future condition or an abstract , diffuse idea about “the nature of the world” is used to explain something specific. Because it is the destiny of the United States to become a major world power, we will find millions more immigrants entering the country during the next decade . . .
• Spuriousnes s
. . . occurs when two variables are associated but are not causally related because there is actually an unseen third factor that is the real cause
2
1
KORELASI • concomitant variation semakin sering melihat tayangan spot “Aku Cinta Produk Indonesia” semakin cenderung untuk selalu membeli produk dalam negeri
crosssectional • differentiation kelompok yang pernah menonton spot “Aku Cinta Produk Indonesia” relatif lebih sering membeli produk DN dibanding kelompok yang belum menonton
Correlation
joint-probability distribution persentase orang yang sering membeli produk DN diantara mereka yang pernah menonton spot “Aku Cinta Produk Indonesia” relatif lebih besar dibanding diantara mereka yang belum pernah menonton spot tsb. •
longitudinal
• before-after differentiation kecenderungan untuk selalu membeli produk dalam negeri semakin besar
setelah menonton spot “Aku Cinta Produk Indonesia” dibanding sebelum menonton
2