ABSTRAK
Kenyamanan seseorang terhadap lingkungan sekitarnya dapat memberikan rasa aman, nyaman, dan tentram. Karena timbulnya rasa tidak nyaman di suatu lingkungan dapat menyebabkan orang tersebut merasa terasingkan atau merasa tidak betah di lingkungan tersebut. Sebagai contoh adalah perletakan bangunan yang dirasa cukup jauh untuk dijangkau oleh beberapa pengguna, merupakan suatu ketidak nyamanan dalam beraktivitas.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah jarak gedung classroom yang berada di Fakultas Teknik UNHAS ini telah mencukupi standar kenyamanan dan jangkauan setiap penggunanya. Hal ini juga diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam rancangan gedung kedepannya.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif yang diperoleh melalui survei lapangan di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, wawancara dengan beberapa pengguna gedung serta melakukan studi literatur teori terkait penelitian ini. Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan, rancangan keberadaan gedung classroom ini bagi sebagian mahasiswa pengguna cukup tidak nyaman karena letak yang jauh dari beberapa gedung departemen yang ada.
Kata kunci : kenyamanan, penghubung ruang(sirkulasi).
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Kepuasan terhadap lingkungan hunian dan kelekatan serta kecintaan
seseorang terhadap suatu tempat atau lingkungan huniannya (place attachment) merupakan konsep penting dalam Psikologi Lingkungan (Tognoli, 1987; Altman & Low, 1992; Sundstrom et al., 1996; Bonaiuto et al., 1999). Place attachment pada dasarnya mengacu pada terbentuknya ikatan batin seseorang dengan suatu tempat, misalnya lingkungan hunian. Ikatan batin yang merupakan kelekatan dan kecintaan terhadap lingkungan hunian secara positif akan memberikan rasa aman, nyaman, tentram, yang pada gilirannya akan mermberikan kesejahteraan dan kebahagiaan
bagi
masyarakat
dalam
menjalankan
kehidupannya
(Ernawati, 1992). Ikatan ini terbentuk secara positif, dan tumbuh seiring dengan panjangnya waktu manusia beraktivitas di tempat tersebut.
Sebaliknya, tidak adanya ikatan batin tersebut (place attachment) dapat menimbulkan rasa ”terasing” dari lingkungannya, rasa tidak betah/ tidak kerasan di lingkungannya, yang pada gilirannya akan memberikan dampak buruk secara psikologis pada masyarakat penghuni. Apabila kondisi seperti ini berlangsung terus menerus dapat menimbulkan tekanan mental yang berdampak buruk bagi kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena
itu
perlu
dikaji
faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
pembentukan ikatan batin atau kelekatan dan kecintaan terhadap lingkungan hunian.
2
Secara teoritis salah satu factor penentu place attachment adalah kepuasan berhuni di suatu tempat (Bonaiuto et al., 1999; Bonaiuto et al., 2004; Bonnes et al., 1997; Bonnes et al., 2004). Kepuasan berhuni muncul karena persepsi positif penghuni terhadap kualitas lingkungan huniannya.
Berdasakan studi literatur diatas, penulis juga melakukan peninjauan langsung ke lokasi untuk mengetahui sejauh mana kenyamanan jarak pengguna untuk menjangkau gedung classroom terhadap gedung masingmasing departemen yang ada di Fakultas Teknik ini.
Alasan pemilihan lokasi sebagai tinjauan penelitian penulis karena kampus Teknik Unhas merupakan tempat penulis menimba ilmu sehingga dapat memudahkan penulis mengajukan beberapa wawancara langsung maupun tidak langsung. Penulis juga ingin menganalisis seberapa berpengaruhnya letak gedung classroom ini terhadap mahasiswa Fakultas Teknik dari departemen – departemen lain.
Pengamatan dilakukan kepada beberapa mahasiswa perwakilan dari departemen – departemen yang ada di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Metode yang dilakukan yaitu mencari teori-teori melalui literature yang digunakan sebagai bahan untuk analisis dalam studi kasus.
3
1.2
RUMUSAN MASALAH Melihat pemaparan latar belakang diatas, penulis menyimpulkan
bahwa
rumusan masalah
dari penelitian
ini adalah
(1) apakah
kenyamanan sirkulasi setiap mahasiswa terhadap keberadaan gedung Classroom dengan gedung masing-masing departemen sudah memenuhi pertimbangan kemudahan keterjangkauan? 1.3
TUJUAN PENELITIAN Untuk
menganalisis
jangkauan
mahasiswa
dari
Gedung
Departemen masing-masing ke gedung Classroom sudah sesuai dengan kenyamanan.
1.4
MANFAAT PENELITIAN Apabila penelitian ini dapat dilaksanakan dan memenuhi target yang telah ditetapkan dalam tujuan, maka akan diperoleh manfaat, antara lain dapat mengoptimalkan aspek arsitektur dengan baik sehingga membuat para pengguna / penghuni merasa memiliki kepuasan berpenghuni.
1.5
LINGKUP PENELITIAN
1. Penelitian ini hanya dilakukan di Faklutas Teknik Universitas Hasanuddin. 2. Menganalisis kenyamanan terkhusus dalam aspek sistem sirkulasi ( jangkauan ) mahasiswa terhadap Gedung Classroom.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI KENYAMANAN Konsep tentang kenyamanan (comfort) sangat sulit untuk di
definisikan karena lebih merupakan penilaian responsif individu (Oborne, 1995). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah segar; sehat sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan (Kolcaba, 2003). Dan beberapa bahasa asing menerjemahkan kenyamanan sebagai suatu kondisi rileks, dimana tidak dirasakan sakit di antara seluruh anggota tubuh.
2.1.1. Kenyamanan menurut Kolcaba Katherine Kolcaba, dengan latar belakang keperawatan dan psikologi menjelaskan bahwa kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan terpenuhinya kenyamanan, dapat menyebabkan perasaan sejahtera pada diri individu tersebut. Menurut Katharine Kolcaba (Kolcaba, 2003), aspek kenyamanan terdiri dari : a. Kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh individu itu sendiri. b. Kenyamanan psikospiritual, yang berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan, seksualitas hingga hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi. c. Kenyamanan lingkungan, yang berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperatur, warna, pencahayaan, kebisingan, dan lain-lain. d. Kenyamanan sosiokultural, yang berkenaan dengan hubungan antar personal, keluarga, dan sosial atau masyarakat (keuangan,
5
perawatan
kesehatan,
kegiatan
religius,
tradisi
keluarga/masyarakat dan sebagainya). 2.1.2. Kenyamanan menurut Mc Cormick Mc Cormick (Cormick & Ernest, 1993) dengan latar belakang ergonomisnya menggambarkan konsep kenyamanan bahwa kenyamanan merupakan suatu kondisi perasaan, dan kondisi perasaan itu sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut. Kita tidak dapat mengetahui tingkat kenyamanan yang dirasakan orang lain secara langsung maupun dengan melakukan pengamatan luar terhadap orang tersebut, tetapi untuk mengetahuinya harus menanyakan langsung kepada orang tersebut mengenai seberapa nyaman diri mereka, dan biasanya menggunakan istilah-istilah yang kontinu, seperti agak tidak nyaman, mengganggu, sangat tidak nyaman hingga mengkhawatirkan.
Kenyamanan seseorang dalam menggunakan sebuah produk atau rancangan mungkin berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu fungsi fisik maupun persepsi masing-masing orang.
2.1.3. Kenyamanan menurut Satwiko Prasasto Satwiko (Satwiko, 2009) dengan latar belakang arsitektur dan fisika bangunan menjelaskan bahwa kenyamanan dan perasaan nyaman
adalah
lingkungannya.
penilaian
Manusia
komprehensif
menilai
kondisi
seseorang lingkungan
terhadap
berdasarkan
rangsangan yang masuk ke dalam dirinya. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, aroma, suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh otak, kemudian otak akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan pada suatu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain.
6
Kenyamanan secara fisik dalam bangunan dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Kenyamanan Termal Yaitu
kondisi
dimana
manusia
merasa
nyaman
terhadap
temperatur dan iklim lingkungannya. b. Kenyamanan Audial Adalah kondisi dimana manusia merasa nyaman terhadap suara yang ada di sekitarnya. c. Kenyamanan Visual Adalah kondisi dimana manusia merasa tidak terganggu dengan kondisi sekeliling yang diterima oleh indra penglihatannya. Pada umumnya terkait intensitas cahaya yang ada di sekitarnya.
2.1.4. Kenyamanan menurut Hakim Menurut praktisi perancang ruang publik dan lansekap, Rustam Hakim (Hakim,Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, 2012), kenyamanan ditentukan oleh beberapa unsur pembentuk dalam perancangan yakni sirkulasi,
daya
alam/iklim,
kebisingan,
aroma/bau-bauan,
bentuk,
keamanan, kebersihan, keindahan dan penerangan. Dengan penjelasan rinci sebagai berikut: a. Sirkulasi Kenyamanan dapat berkurang karena sirkulasi yang kurang baik, seperti tidak adanya pembagian ruang yang jelas untuk sirkulasi manusia dan kendaraan bermotor, atau tidak ada pembagian sirkulasi antara ruang satu dengan lainnya. Sirkulasi dibedakan menjadi dua yaitu sirkulasi di dalam ruang dan sirkulasi di luar ruang atau peralihan antara dalam dan luar seperti foyer atau lobi, koridor, atau hall. b. Daya alam atau Iklim Daya alam atau iklim yang dapat berpengaruh pada kenyamanan antara lain : radiasi matahari, angin, curah hujan dan temperature.
7
c. Kebisingan Pada daerah pada seperti perkantoran atau industri, kebisingan adalah satu masalah pokok yang bisa mengganggu kenyamanan bagi orang di sekitarnya. d. Aroma atau bau-bauan Aroma atau bau-bauan yang mengganggu dapat mengurangi kenyamanan orang yang berada di sekitarnya. Aroma wewangian pun relatif secara personal. Wewangian yang menyenangkan untuk seseorang belum tentu menyenangkan bagi orang lain. e. Bentuk Bentuk dari perancangan harus disesuaikan dengan ukuran standar manusia agar dapat menimbulkan rasa nyaman. f. Keamanan Keamanan merupakan masalah terpenting, karena ini dapat mengganggu dan menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Keamanan bukan saja berarti dari segi kejahatan (kriminal), tapi juga termasuk kekuatan konstruksi, bentuk ruang, dan kejelasan fungsi. g. Kebersihan Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah dan mengeliminasi bau-bauan yang tidak sedap yang ditimbulkannya. h. Keindahan Keindahan
merupakan
hal
yang
perlu
diperhatikan
untuk
memperoleh kenyamanan karena mencakup masalah kepuasan batin dan pancaindra. Untuk menilai keindahan cukup sulit karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda untuk menyatakan sesuatu itu adalah indah. Dalam hal kenyamanan, keindahan dapat diperoleh dari segi bentuk ataupun warna. i.
Penerangan Untuk mendapatkan penerangan yang baik dalam ruang perlu memperhatikan beberapa hal yaitu cahaya alami, kuat penerangan,
8
kualitas cahaya, daya penerangan, pemilihan dan peletakan lampu. Pencahayaan alami di sini dapat membantu penerangan buatan dalam batas-batas tertentu, baik dan kualitasnya maupun jarak jangkauannya dalam ruangan.
2.2
UNSUR PEMBENTUK KENYAMANAN LINGKUNGAN 2.2.1. SIRKULASI Adapun definisi sirkulasi adalah sebagai berikut: a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2003), sirkulasi adalah suatu peredaran. b. Menurut Cyril M. Haris (Harris, 1975) menyebutkan bahwa sirkulasi merupakan suatu pola lalu lintas atau pergerakan yang terdapat dalam suatu area atau bangunan. Di dalam bangunan, suatu pola pergerakan memberikan keluwesan, pertimbangan ekonomis, dan fungsional. c. Tali yang terlihat dan menghubungkan ruang-ruang dalam suatu bangunan atau tali yang menghubungkan deretan ruang dalam dan ruang luar secara bersama-sama (Ching, 1979). Sistem
sirkulasi
adalah
prasarana
penghubung
vital
yang
menghubungkan berbagai kegiatan dan penggunaan suatu lahan di atas suatu area dan di dalam bangunan yang mempertimbangkan aspek fungsional, ekonomis, keluwesan dan kenyamanan. Oleh karena itu kita bergerak dalam waktu melalui suatu tahapan ruang. Kita merasakan ruang ketika kita berada di dalamnya dan ketika kita menetapkan tempat tujuan. Sirkulasi akan sangat penting dengan bangunan karena merupakan suatu akses yang digunakan untuk menuju bangunan baik dengan berjalan kaki dan menggunakan kendaraan sehingga sirkulasi harus memberikan suatu kenyamanan bagi penggunanya. Ruang luar nantinya akan sangat berhubungan dengan penataan lansekap yang akan
9
memberikan rasa nyaman penggunaan bangunan baik di dalam maupun di luar bangunan, hal ini yang akan dipengaruhi oleh elemen-elemen luar.
Menurut Hakim 1987, sirkulasi dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan fungsinya, yaitu: a. Sirkulasi Manusia: Pergerakan manusia akan mempengaruhi sistem sirkulasi dalam tapak. Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau plaza yang membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu diperhatikan, antara lain lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, lampu jalan, dan fasilitas penyeberangan. b. Sirkulasi Kendaraan: secara hierarki sirkulasi kendaraan dapat dibagi menjadi 2 jalur, yakni antara lain: 1) jalur distribusi, jalur untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat), dan 2) jalur akses, jalur yang melayani hubungan jalan dengan pintu masuk bangunan. c. Sirkulasi Barang: Sirkulasi barang umumnya disatukan atau menumpang pada sistem sirkulasi lainnya. Namun, pada perancangan tapak dengan fungsi tertentu sistem sirkulasi barang menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Contoh sistem sirkulasi barang secara horizontal dan vertikal adalah lift barang, conveyor belt, jalur troli, dan lain-lain. Sistem sirkulasi memiliki dua tujuan, diantaranya yaitu: (Hakim, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, 1987). a. Mempunyai maksud tertentu dan berorientasi ke tempat tujuan, lebih
bersifat
langsung.
Pemakai
mengharapkan
bahwa
perjalanan dalam sistem ini akan lebih singkat dan cepat dengan jarak seminimal mungkin.
10
b. Bersifat rekreasi dengan waktu tidak menjadi batasan. Kenyamanan dan kenikmatan lebih diutamakan.
Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang suatu sistem sirkulasi pada bangunan yaitu: a. Aspek-aspek estetis yang dapat menimbulkan aspek emosional. b. Perencanaan yang lebih baik pada tingkat keamanannya. c. Kesan estetis pertama yang diperoleh pada daerah sirkulasi banyak berpengaruh terhadap bangunan secara keseluruhan. d. Pencapaian ke dalam menyebabkan penerimaan bangunan secara
keseluruhan
akan
menarik,
menyenangkan
dan
mengejutkan. e. Pola sirkulasi yang tidak efisien tidak hanya mempertimbangkan ukuran, ruang, skala monumental, terbuka dan indah secara visual. tetapi pola sirkulasi harus jelas tanpa penambahan tandatanda pengarah orang berjalan. f. Pencapaian ke dalam hall yang luas dan menarik dengan melalui sebuah pintu yang tinggi kemudian ke dalam koridor selasar yang bagus akan mengakibatkan nilai bangunan secara keseluruhan menjadi menarik, menyenangkan dan mengejutkan. Variabel-variabel penilaian sirkulasi a. Dimensi Jalur Sirkulasi Sirkulasi publik perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat mengakomodasi kebutuhan banyak orang, dari berbagai rentang usia dan keterbatasan. Kesetaraan bagi difabel juga perlu diperhatikan dalam merancang sirkulasi. Atas dasar berbagai kebutuhan berbagai jenis manusia untuk bergerak,
11
maka dapat diperhitungkan dimensi jalur sirkulasi minimum agar semua golongan pengguna dapat bergerak dengan baik.
b. Kejelasan Orientasi Kejelasan sirkulasi mempengaruhi kenyamanan manusia dalam beraktivitas, baik secara fisik maupun psikologi. Orientasi sirkulasi yang jelas menghemat waktu pengguna sirkulasi dalam menerjemahkan lingkungan dan pengambilan keputusan ke arah mana akan bergerak.
c. Penerapan Elemen Sirkulasi (Signage) Signage sebagai elemen dasar yang memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi antar manusia dalam suatu bangunan atau lingkungan mengandung beberapa elemen penting. Elemen-elemen ini akan membentuk citra atau fisik keseluruhan dari sign yang juga berperan dalam keberhasilan penyampaian informasi yang ingin ditujukan oleh sign tersebut.
Beberapa elemen-elemen pembentuk signage, antara lain adalah: a. Typography/teks Penggunaan jenis teks juga menentukan apakah kata atau kalimat yang tertera pada sebuah sign dapat dibaca atau tidak, oleh karena itu selain mempertimbangkan ukuran yang cukup dan alasan estetika
yang
muncul
dari
penggunaan
typeface
tersebut,
penggunaan jenis typeface yang mudah dibaca atau lebih umum dan dapat dijumpai oleh orang lain lebih sering digunakan.
b. Warna Elemen warna sangat berperan penting terhadap keberhasilan dan kemudahan sebuah sign dapat disadari keberadaannya atau tidak. Warna dapat diterapkan pada setiap elemen sign yang lain, seperti pada teks, simbol, dan background dari sign tersebut. Penggunaan
12
warna
dalam
suatu
sign
juga
harus
di
pertimbangkan
keefektivitasannya dalam pemilihan jenis warna.
c. Simbol Simbol merupakan salah satu elemen grafis yang sering digunakan pada sebuah sign. Simbol biasa merepresentasikan sesuatu dan merupakan cara yang sederhana untuk mengkomunikasikan sesuatu yang terhalang oleh bahasa yang berbeda.
d. Panah/arrow Panah (arrow) sebagai elemen sign juga memegang peranan penting dalam keberhasilan penyampaian pesan dari sebuah sign. Panah berfungsi untuk menunjukkan arah/orientasi, yang biasa disertai dengan teks untuk memperjelas maksud dari tanda, seperti tempat apa yang sedang diarahkan oleh gambar panah tersebut.
e. Pencahayaan Pencahayaan pada signage adalah hal yang penting untuk menjaga visibilitas dan liabilitas sign, terutama apabila daerah sekitar sign cukup gelap sehingga sign tidak akan terlihat tanpa cahaya. Cahaya yang sesuai dan tidak berlebihan juga dapat membuat penampilan sign lebih menarik.
2.2.2. KEBERSIHAN Kebersihan lingkungan mempunyai arti sebuah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya; debu, sampah, dan bau. Kebersihan secara tidak langsung berpengaruh kepada kenyamanan indra yang lain.
Variabel-variabel penilaian kebersihan Menurut 24/PRT/M/2008
Peraturan tentang
Menteri Pedoman
Pekerjaan
Umum
Pemeliharaan
dan
Nomor
:
Perawatan
Bangunan Gedung, pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan
13
menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi (preventive maintenance). Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi (currative maintenance). Dalam
lampiran
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
24/PRT/M/2008, terdapat standar kebersihan sebagai berikut: Tabel 3. 2 Standar kebersihan bangunan gedung menurut Permenpu 24/2008
Gambar 1. Standar kebersihan bangunan gedung (Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24 Tahun 2008)
14
:
2.3.
SISTEM SIRKULASI ANTAR RUANG
Sirkulasi antar ruang terbagi atas 3 yaitu: a. Hubungan jalan dengan ruang b. Bentuk ruang sirkulasi c. Konfigurasi jalan
Gambar 2. System sirkulasi antar ruang (sumber : gunadarma, 2014)
2.3.1. HUBUNGAN JALAN DENGAN RUANG Jalan-jalan yang melewati ruang-ruang dihadapnya yang dapat menjadi sirkulasi bagi ruang. a) Melalui ruang-ruang, Sirkulasi melewati ruang adalah suatu pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang berfungsi sebagai penghubung
ruang
satu
dengan
lainnya.
Jalan
ini
tetap
mempertahankan kesatuan dari ruangan-ruangan yang ada dan konfigurasi jalannya fleksibel. Contoh dari sirkulasi yang melewati ruang adalah : Ruang tamu - melewati Ruang keluarga b) Menembus ruang yaitu, sirkulasi dengan sistem menembus ruang, udara dapat menembus tiap-tiap ruangan. Maksud menembus 15
ruang disini adalah suatu pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang berfungsi sebagai penghubung ruang satu dengan lainnya melalui
atau
menembus
ruang
yang
lain.
Sirkulasi
dapat
menembus sebuah ruang menerus sumbunya, miring, atau sepanjang sisinya. Dalam memotong sebuah ruang, sirkulasi membentuk wilayah - wilayah tertentu untuk aktifitas dan gerak dalam ruang tersebut. Pada bagian ini sebuah ruangan dibagi menurut sumbunya dan tercipta jalan di tengahnya dan secara tidak langsung tercipta pola-pola akibatnya pada ruangan tersebut.
c) Berakhir dalam ruang, yakni sirkulasi dengan sistem udara memasuki ruang dan udara hanya berputar pada ruang tersebut. Sirkulasi yang berakhir dalam ruang adalah suatu pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang berfungsi sebagai pemfokus akses penghubung ruang yang dianggap penting (mempunyai keunggulan dibandingkan yang ruang yang lain) dan berakhir pada satu ruang. Biasanya sirkulasi yang berakhir dalam ruang terdapat pada ruangan pertemuan.
Gambar 3. Hubungan jalan dengan ruang (sumber : gunadarma, 2014)
16
2.3.2. BENTUK RUANG SIRKULASI Ruang sirkulasi dapat berbentuk tertutup, terbuka pada salah satu sisinya, atau terbuka pada kedua sisinya.
Gambar 4. Bentuk ruang sirkulasi (sumber : gunadarma 2014)
a. Tertutup Membentuk galeri umum atau koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungan melalui pintu-pintu masuk pada bidang dinding b. Terbuka pada Salah Satu Sisinya Membentuk baIkon atau galeri yang memberikan kontinuitas visual dan kontinuitas ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkannya. c. Terbuka pada Kedua Sisinya Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi sebuah perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya.
17
2.3.2. KONFIGURASI JALAN Konfigurasi jalan secara umum dapat dikelompokkan dalam beberapa pola sirkulasi sebagai berikut : 1. Linier Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama deretan ruang. Jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop). 2. Radial Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari sebuah pusat bersama. 3. Spiral (Berputar) Suatu jalan tunggal menerus yang berasal dan titik pusat, mengelilingi pusatnya dengan jarak yang berubah. 4. Grid Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan ruang segi empat. 5. Jaringan Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu dalam ruang.
18
Gambar 5. ILUSTRASI KONFIGURASI JALAN (sumber : gunadarma, 2014)
Gambar 6. BINUS University, alam sutera, Jakarta ( sumber : http://binus.ac.id/alam-sutera-campus/)
19
Fasilitas penunjang sirkulasi yang terdapat di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yaitu sebagai berikut :
a. selasar lantai 1
b. selasar lantai ground ( sumber pribadi )
Berdasarkan pengamatan sirkulasi hubungan jalan dengan ruang pada gambar termasuk ke dalam sirkulasi melewati ruang. Sedangkan bentuk ruang sirkulasi pada Fakultas Teknik ialah terbuka pada kedua sisinya. Dapat dilihat dari gambar selasar yang ada di lantai 1 tidak memiliki kanopi. Berbeda dengan selasar yang berada di lantai ground yang terlihat sedikit sejuk ketika dilalui oleh pengguna. Ruang yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan fasilitas pengguna jalan menuju tujuan, sehingga pengguna dapat menjangkau berbagai tempat dengan waktu dan jarak yang seminimal mungkin.
2.4.
FAKTOR PENTING KENYAMANAN SIRKULASI
a. Memaksimalkan bukaan, mengurangi dinding pembatas supaya penghuni dan pengguna bangunan lain menjadi lebih leluasa dalam akses. b. Tata letak yang mudah dijangkau. c. Terdapat vegetasi – vegetasi yang dapat menyejukkan pengguna.
20
d. Terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan kaki, yang menghubungkan daerah yang satu dengan yang lain.
2.5. PENELITIAN SEBELUMNYA
NO . 1.
NAMA PENELITI
Abdul Mannan
2.
Triyatni Martosenjoyo , Syarif Beddu, M. Syavir Latif, Rahmi Amin Ishak, Dahniar, Zatriani
JUDUL PENELITIAN
LOKASI
FAKTOR KENYAMANAN DLM PERC.BANGUNAN
UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO
ANALISIS PASCA HUNI SISTEM SIRKULASI KAMPUS UNHAS GOWA
UNIVERSITAS HASANUDDIN, GOWA
LETAK COT (PUSAT ORIENTASI MASSA BANGUNAN) TERHADAP JANGKAUAN,KE AMANAN PENGGUNA
STASIUN BESAR YPGYAKARTA
KENYAMANAN PENUMPANG DI TERMINAL
3.
ARIA ZABDI
KAJIAN KENYAMANAN FISIK PADA TERMINAL PENUMPANG STASIUN BESAR YOGYAKARTA
21
VARIABEL / FOKUS ASPEK KENYAMANAN
TPD MELALUI OBSERVASI
HASIL
Usaha untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dilakukan dengan cara menghadirkan lebih banyak tumbuhan dalam lingkungan permukiman atau lingkungan kerja manusia. METODE Sistem sirkulasi juga SPRADLEY belum sepenuhnye memberi keterjangkauan bagi semua pengguna terutama pengguna lanjut usia dan pengguna berkursi roda OBSERVA Menitik beratkan pada SI DAN kebersihan, pengguna WAWANC difabel, ibu hamil, ARA anak kecil, dan lansia. Memberikan vegetasi. Jarak keamanan kursi yang sesuai standar.
2.6.
KERANGKA PIKIR
Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
AKSES MENUJU GEDUNG CLASSROOM
KEBUTUHAN PENGGUNA SELASAR
RTH UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN WAKTU DAN JARAK YANG MUDAH DIJANGKAU
DIBUTUHKAN SEBUAH KONSEP DESAIN YANG AMAN DAN MUDAH DIJANGKAU
TERSEDIA
DIBUTUHKAN KANOPI PADA SELASAR LANTAI 1 RUANG BELAJAR DI CR DIPINDAHKAN KE MASING-MASING GEDUNG DEPARTEMEN
22
RTH
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
PARADIGMA PENELITIAN Penelitian termasuk dalam penelitian kualitatif dan menggunakan
paradigma rasionalistik yaitu menganalisis fenomena di lapangan dan dibandingkan dengan kerangka teoritik yang dibangun dari pemaknaan hasil penelitian terdahulu, teori yang dikenal, buah pikiran para pakar dan dikonstruksikan menjadi sesuatu yang problematik yang kemudian diteliti. 3.2
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif analitik dengan pendekatan terhadap kebiasaan mahasiswa ketika berjalan melalui selasar yang terdapat di lantai ground dan lantai 1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Pada metode ini dilakukan pencarian data-data mengenai definisi kenyamanan secara umum, definisi aspek kenyamanan lingkungan terkhususnya sirkulasi, dan kriteria jalur sirkulasi yang nyaman untuk dilalui oleh pengguna. Serta studi komparasi yang didapat langsung dari pengamatan fakta yang ada di lapangan, maupun data-data sekunder yang didapat melalui studi yang mendukung. Setelah itu, dilakukan analisis aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam membuat konsep desain. Mengambil beberapa mahasiswa yang dijadikan sampel secara acak. Selanjutnya dilakukan survei lapangan dan wawancara terhadap mahasiswa tersebut selama 2 hari. Penelitian kali ini terfokus pada kebiasaan mahasiswa tersebut ketika melewati selasar yang tersedia di kampus, dan melihat kondisi lapangan secara langsung, serta mencari beberapa informasi dari mahasiswa terkait kenyamanan yang mereka rasakan secara individual.
23
3.3
POPULASI DAN SAMPEL Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknik dengan
rentang semester 2-6. Sedangkan untuk sampel penelitian terdiri atas 13 orang mahasiswa aktif dari masing – masing departemen yang ada di Fakultas Teknik. Pengumpulan data primer dilaksanakan melalui survei lapangan dengan pengamatan dan wawancara menggunakan beberapa pertanyaan yang telah disediakan. 3.4
LOKASI PENELITIAN Penelitian kualitatif ini didasarkan pada data kualitatif yang
diperoleh melalui studi literatur dan survei lapangan secara langsung di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Gowa. 3.5
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pada penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data melalui
survei lapangan dan melakukan observasi lalu dianalisis. Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Untuk sumber data yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari lapangan melalui kuesioner dan wawancara terhadap warga sekitar kompleks, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada melalui jurnal dan karya ilmiah lainnya terkait penelitian ini.
24
3.5
VALIDITAS DATA
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2011). Validitas data bertujuan untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan reliable. Instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak dalam mencapai tujuan tersebut. Validitas data merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian dimana dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh sang peneliti dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam pemeriksaan keabsahan data ini, peneliti menggunakan trianggulasi data. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan atau valid tidaknya data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2007:330). Untuk tekniknya sendiri, dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi dengan sumber. Trianggulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Menurut Patton dalam Moleong (2007:330) hal tersebut dapat dicapai melalui:
Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
Membandingkan hasil wawancara dokumen yang berkaitan.
25
dengan isi suatu
Dalam trianggulasi sumber ini dilakukan dengan membandingan informasi yang diperoleh peneliti dari masing-masing informan. Informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara dari para mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin nantinya akan saling dibandingkan satu sama lain. Perbandingan tersebut nantinya tentu akan dijadikan analisis mengenai kesamaan atau perbedaan-perbedaan informasi yang diperoleh peneliti.
3.5
ORISINALITAS DATA Data dari penelitian di atas yang berlokasi di Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin lebih mengkhususkan penelitian studi kasus terhadap peletakan gedung classroom bagi mahasiswa ke masing-masing gedung
departemennya.
Peletakan
tersebut
cukup
menunjukkan
keengganan mahasiswa untuk berjalan melalui selasar lantai 1. Karena selasar yang terdapat dilantai 1 cukup terik apabila dilalui pada siang hari. Mahasiswa lebih menggunakan sirkulasi di lantai ground yang cukup teduh, meskipun masih banyak yang menganggap jangkauannya kurang adil dan cukup jauh. Dimana penelitian sebelumnya meneliti peletakan gedung COT (pusat orientasi massa bangunan) yang letaknya jauh dengan gedung – gedung lainnya.
26
DAFTAR PUSTAKA : Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman pemanfaatan dan penyediaan ruang terbuka hijau. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Baskara, Medha. 2011. Prinsip Pengendalian Perancangan Taman Berain Anak di Ruang Publik. Jurnal Lanskap Indonesia Vol.3 no.1 2011 Bell, Simon. 2008. Design for Outdoor Recreation second edition. New York ; Taylor and Francis Group. Deborah, Monalisa. 2013. Taman bermain anak di permukiman, Jakarta. Ernawati, Jenny. 2014. Pengaruh place attachment terhadap lingkungan, Malang. Nurhijrah. 2015. Kerangka Penelitian place attachment, Bandung. Gunadarma. 2014. Sirkulasi Antar Ruang, Jakarta. Zabdi, Aria. 2014. Kajian Kenyamanan Fisik pada Terminal Penumpang Stasiun Besar Yogyakarta, Yogyakarta.
Ratodi, Muhamad. 2015. Metode Perancangan Arsitektur, Surabaya. Martosenjoyo, Triyatni., Beddu, Syarif., Latif, M. Syavir., Ishak, Rahmi Amin., Dahniar, & Zatriani. 2017. ANALISIS PASCA HUNI SISTEM SIRKULASI KAMPUS UNHAS GOWA, GOWA. Mannan, Abdul. 2007. Faktor Kenyamanan dalam Perancangan Bangunan, Gorontalo.
27